- Limfe
Superficialis : berawal dari vas lympaticum superficialis nodi lymphoidei hepatis
nodi lymphoidei coeliaca ductus thoracicus
Profunda : berawal vas lympaticum profundum nodi lymphoidei phrenica nodi
lymphoidei mediastinalis ductus limfatikus dextra.
- Inervasi
Simpatis : plexus coeliacus
Parasimpatis : truncus vagalis ( nervus vagus)
b. Lien
- Organ limfatik terbesar dan terletak dalam hypocondriaca sinistra
- Panjang 12cm dan lebar 7cm
- Bersentuhan pada dinding gaster dan curvatura major, dengan ligamentum gastrosplenicum1a
Gambar lien.1a
- Bersentuhan dengan ren sinistra dengan ligamentum splenorenale
- Limfe : keluar dari hilum splenicum menuju nodi lymphoidei pancreaticolienalis
- Inervasi : plexus coeliacus
- Vaskularisasi
Arteri splenica
Vena splenica
c. Vesica Fellea
- Panjang 7-10 cm
- Permukaan
Ventral : melekat pada hepar
Dorsal : tertutup peritoneum visceral
b) Metabolisme Lemak
Walaupun sebagian besar sel tubuh memetabolisme lemak, aspek tertentu dari
metabolisme lemak terutama terjadi di hati. Mengenai lipid adalah sebagai berikut.
1. Oksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang lain
2. Sintesis kolesterol, fosfolipid, dan sebagian besar lipoprotein
3. Sintesis lemak dari protein dan karbohidrat
Untuk memperoleh energi dari lemak netral, lemak mula-muladipecah menjadi gliserol
dan asam lemak; kemudian asam lemak dipecah oleh oksidasi beta menjadi radikal asetil
berkarbon 2 yang membentuk asetil-koenzim A (asetil-KoA). Asetil-KoA dapat memasuki siklus
asam sitrat dan dioksidasi untuk membebaskan sejumlah energi yang sangat besar.
Oksidasi beta dapat terjadi di semua sel tubuh, namun terutama terjadi dengan cepat
dalam sel hati. Hati tidak dapat menggunakan semua asetil-KoA yang dibentuk sebaliknya,
asetil-KoA diubah melalui kondensasi dua molekul asetil-KoA menjadi asam asetoasetat, yaitu
asam dengan kelarutan tinggi yang lewat dari sel hati masuk ke cairan ekstraselular dan
kemudian ditranspor ke seluruh tubuh untuk diabsorbsi oleh jaringan lain.
Jaringan ini kemudian mengubah kembali asam asetoasetat menjadi asetil-KoA dan
kemudian mengoksidasinya dengan cara biasa. Jadi, hati berperan pada sebagian besar
metabolisme lemak. -kira 80 persen kolesterol yang disintesis di dalam hati diubah menjadi
garam empedu, yang kemudian disekresi kembali ke dalam empedu; sisanya diangkut dalam
lipoprotein dan dibawa oleh darah ke semua sel jaringan tubuh.
Fosfolipid juga disintesis di hati dan terutama ditranspor dalam lipoprotein. Keduanya,
fosfolipid dan kolesterol, digunakan oleh sel untuk membentuk membran, struktur intrasel, dan
bermacam-macam zat kimia yang penting untuk fungsi sel. Hampir semua sintesis lemak dalam
tubuh dari karbohidrat dan protein juga terjadi di hati. Setelah lemak disintesis di hati, lemak
ditranspor dalam lipoprotein ke jaringan lemak untuk disimpan.
c) Metabolisme Protein
Tubuh tidak dapat meniadakan kontribusi hati pada metabolisme protein lebih dari
beberapa hari tanpa terjadi kematian.
1. Deaminasi asam amino
2. Pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh
3. Pembentukan protein plasma
4. Interkonversi beragam asam amino dan sintesis senyawa lain dari asam amino
Deaminasi asam amino dibutuhkan sebelum asam amino dapat digunakan untuk energi
atau diubah menjadi karbohidrat atau lemak. Sejumlah kecil deaminasi dapat terjadi di jaringan
tubuh lain, terutama di ginjal, tetapi hal ini tidak penting dibandingkan deaminasi asam amino di
dalam hati. Pembentukan ureum oleh hati menyingkirkan amonia dari cairan tubuh.
Sejumlah besar amonia dibentuk melalui proses deaminasi, dan sejumlah tambahan
dibentuk secara kontinu di dalam usus oleh bakteri dan kemudian diabsorbsi ke dalam darah.
Oleh karena itu, bila hati tidak membentuk ureum, konsentrasi amonia plasma meningkat dengan
cepat dan menimbulkan komahepatik dan kematian.
Memang, penurunan yang besar darah melalui hati yang kadang terjadi bila timbul
pintasanantara vena porta dan vena cava dapat menyebabkan jumlah amoniayang berlebihan
dalam darah, suatu keadaan yang sangat toksik. Pada dasarnya semua protein plasma, kecuali
sebagian darigamma globulin, dibentuk oleh sel hati. Ini berarti sekitar 90 persendari seluruh
protein plasma.
Sisa gamma globulin adalah antibodiyang dibentuk terutama oleh sel plasma dalam
jaringan limfe tubuh. Hati dapat membentuk protein plasma dengan kecepatan maksimum15
sampai 50 gram/hari. Oleh karena itu, meskipun tubuh kehilangansebanyak separuh protein
plasma, jumlah ini dapat diganti dalamwaktu 1 atau 2 minggu.
Hal ini khususnya menarik bahwa kehilangan protein plasmamenimbulkan mitosis sel
hati yang cepat dan menyebabkanpertumbuhan hati menjadi lebih besar; efek ini seiring
dengancepatnya pengeluaran protein plasma sampai konsentrasi plasmakembali normal. Pada
penyakit hati kronis (contohnya sirosis), protein plasma, seperti albumin, dapat turun ke nilai
yang sangatrendah, menyebabkan edema generalisata dan asites.
Di antara fungsi hati yang paling penting adalah kemampuan hati untuk membentuk asam
amino tertentu dan juga membentuk senyawa kimia lain yang penting dari asam amino.
Misalnya, yang disebut asam amino non-esensial dapat disintesis semua dalam hati. Untuk itu,
mula-mula dibentuk asam keto yang mempunyai komposisi kimia yang sama (kecuali pada
oksigen keto) dengan asam amino yang akan dibentuk. Kemudian, satu radikal amino ditransfer
melalui beberapa tahap transaminasi dari asam amino yang tersedia ke asam keto untuk
menggantikan oksigen keto.
Metabolisme detoksifikasi dan xenobiotic
Hati mengendositosis dan mendegradasi hormon dari kelenjar endokrin. Hormon yang
diendositosis ditransport ke dalam kanalikuli biliaris dalam bentuk aslinya untuk dicerna dalam
lumen saluran cerna, atau disampaikan ke endosom akhir untuk didegradasi oleh enzim
lisosomal. Obat-obatan seperti barbiturat dan antibiotik, serta toksin diinaktivasi di dalam
hepatosit oleh oksidase mikrosomal dengan beragam fungsi.
Obat-obatan dan toksin biasanya diinaktivasi dalam sisterna SER dengan cara metilasi,
konyugasi, atau oksidasi. Terkadang, detoksifikasi terjadi di dalam peroksisom.
Metabolism xenobiotik dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
1. Fase 1
Pada fase 1 terdapat proses hidroksilasi yang dikatalisis oleh anggota suatu kelas enziim
yang disebut mono-oksigenase atau sitokrom P450. Enzim ini juga mengatalisis berbagai reaksi,
seperti reaksi yang melibatkan deaminasi, dehalogenasi, desulfurasi, epoksidasi, peroksigenasi,
dan reduksi pada manusia, diperkirakan terdapat sekitar 57 gen sitokrom P450. Reaksi yang
dikatalisis oleh mono-oksigenasi (sitokrom P450) adalah sebagai berikut:
RH+O2+NADPH+H+R-OH+H2O+NADP
RH diatas mewakili beragam xenobiotik, seperti obat-obatan, karsinogen, pestisida,
produk petroleum, dan polutan misalnya campuran PCB. Selain itu, senyawa endogen, misalnya
steroid tertentu, eikosanoid, asam lemak, retinoid, juga merupakan subtract. Subtrat biasanya
bersifat lipofilik dan diubah menjadi lebih hidrofilik oleh hidroksilasi.
Sitokrom P450 dianggap merupakan biokatalisis yang penting. Telah dibuktikan melalui
pemakaian 18O2 bahwa satu atom oksigen masuk ke R-OH dan satu atom memasuki air. Nasib
ganda oksigen ini menyebabkan mono-oksigenase dudu disebut sebagai oksidase berfungsi
campuran. Reaksi yang dikatalisis oleh sitokrom P450 juga dapat dituliskan sebagai berikut:
RH+O2 R-OH+H2O
2. Fase 2
Pada fase 2, xenobiotik diubah menjadi turunan terhodroksilasi yang lebih polar. pada
reaksi fase 2, turunan ini dikonjugasikan dengan molekul lain, misalnya asam glukoronat, sulfat,
atau glutation. Pengkonjugasian ini menyebabkan xenobiotik menjadi lebih larut dan akhirnya
dieksresikan melalui urin atau empedu. Terdapat 5 reaksi pada fase 2, yaitu:
a. Glukoronidasi
Asam UPD-glukoronat adalah donor glukoronil, dan berbagai glukoronosiltransferase yang
terdapat baik di reticulum endoplasma maupun sitosol adalah katalisnya. Molekul-molekul,
seperti 2-asetilamonofluoren, aniline, asam benzoate, meprobmat, fenol, dan banyaksteroid
diekskresikan sebagai glukuronida. Glukoronida dapat melekat melekat ke gugus oksigen
nitrogen, atau sulfur substrat. Glukuronidasi mungkin merupakan reaksi konjugasi yang sering
terjadi.3
b. Sulfasi
Sebagian alcohol, arilamin, dan fenol mengalami sulfas. Donor sulfat dalam reaksi ini reaksi
sulfas biologis lain misalnya sulfas steroid glikosaminoglikan, glikolipid, dan glikoprotein
adaalah adenosine 3-fosfat-5-fosfosulfat (PAPS), senyawa ini dinamai sulfas aktif.
c. Konjugasi dengan glutation
Glutation (y-glutamil-sisteinilglisin) adalah suatu tripeptida yang terdiri darri asam glutamate,
sistein, dan glisin. Glutation sering disingkat GSH karena gugus sulfhidril sistennya, yaitu bagian
molekul yang aktif. Sejumlah xenobiotik elektrofilik yang berpoensi toksik misalnya karsinogen
tertentu dikonjugasikan dengan GSH nukleofilik dalam reaksi yang dapat diringkas sebagai
berikut:
R+GSH R-S-G
R adalah xenobiotik elektrofilik. Enzim yang menkatalisi reaksi ini disebut glutation S-
transferase yang taerdapat dalam jumlah besar di sitosol hati dan dalam jumlah sedikit di
jaringan lain.
d. Asetilase
X+Asetil-KoA Asetli-X+KoA
Reaksi ini dikatalisis oleh asetiltransferase yang terdapat pada sitosol hati dan jaringan, obat
isoniazid yang digunakan untuk mengobati tubeekulosis mengalami asetilase.
e. Metilase
Beberapa xenobiotik mengalami metilase dibantu oleh metiltransferase dengan menggunakan S-
adenosilmetionin sebagai donor darah metil.
Faktor yang mempengaruhi fungsi hati
a. Hormon
- Tiroid
Hormon tiroid akan meningkatkan metabolisme basal tubuh, jika metabolisme basal
meningkat, maka penggunaan trigliserida, kolesterol, dan fosfolipid juga akan meningkat. Tiroid
menurunkan konsentrasi kolesterol, fosfolipid, dan trigliserida dalam darah, walaupun
sebenarnya hormon ini juga meningkatkan asam lemak bebas. Sebaliknya, penurunan sekresi
tiroid sangat meningkatkan konsentrasi kolesterol, fosfolipid, dan trigliserida plasma serta
hampir selalu menyebabkan pengendapan lemak berlebihan di dalam hati.
Salah satu mekanisme penurunan konsentrasi kolesterol plasma oleh hormon tiroid
adalah dengan meningkatkan kecepatan sekresi kolesterol secara bermakna di dalam empedu
sehingga meningkatkan jumlah kolesterol yang hilang melalui feses. Suatu mekanisme yang
mungkin terjadi untuk meningkatkan sekresi kolesterol yaitu peningkatan jumlah reseptor
lipoprotein densitas rendah yang diinduksi oleh hormone tiroid di sel-sel hati, yang mengarah
kepada pemindahan lipoprotein densitas rendah yang cepat dari plasma oleh hati dan sekresi
kolesterol dalam lipoprotein ini berikutnya oleh sel-sel hati.
- Insulin
Meningkatkan ambilan, penyimpanan dan penggunaan glukosa oleh hepar. Mekanisme
yang dipakai oleh insulin untuk menyebabkan terjadinya ambilan glukosa dan penyimpanan di
hati meliputi beberapa langkah yang hampir terjadi secara bersamaan:
1. Insulin menghambat fosforilase hati, yaitu enzim utama yang menyebabkan
terpecahnya glikogen hati menjadi glukosa. Keadaan ini mencegah pemecahan
glikogen yang sudah tersimpan di sel-sel hati.
2. Insulin meningkatkan ambilan glukosa dari darah oleh sel-sel hati. Keadaan ini
terjadi dengan meningkatkan aktivitas enzim glukokinase, yang merupakan salah
satu enzim yang menyebabkan timbulnya fosforilasi awal dari glukosa setelah
glukosa berdifusi ke dalam sel-sel hati. Begitu difosforilasi, glukosa terperangkap
sementara di dalam sel-sel hati, sebab glukosa yang sudah terfosforilasi tadi tidak
dapat berdifusi kembali melewati membran sel.
3. Insulin juga meningkatkan juga aktivitas enzim-enzim yang meningkatkan sintesis
glikogen, termasuk enzim glikogen sintetase, yang bertanggung jawab terhadap
polimerisasi unitunit monosakarida untuk membentuk molekul glikogen. Efek
akhir seluruh kerja ini adalah meningkatnya jumlah glikogen dalam hati. Jumlah total
glikogen dapat meningkat hingga sekitar 5 sampai 6 persen massa hati, yang setara
dengan hampir 100 gram glikogen yang disimpan di seluruh hati.
- Glukagon
Efek dari glukagon adalah kemampuan glukagon untuk menimbulkan glikogenolisis di
hati, yang selanjutnya akan meningkatkan konsentrasi glukosa darah dalam waktu beberapa
menit. Glikogen yang disimpan di hepar jika mengalami peningkatan, maka akan menimbulkan
proses glikogenolisis hati yang intensif sehingga seluruh glikogen yang disimpan di hati terpecah
semua. Glukagon juga meningkatkan kadar glukosa darah melalui dengan merangsang hati untuk
mengubah glikogen menjadi glukosa dan menstrimulasi konversi asam lemak dan asam amino
menjadi glukosa (glukoneogenesis).
b. Saraf
Viscera abdomen dipersarafi oleh komponen ekstrinsik dan intrinsik systema nervosum:
- Persarafan ekstrinsik melibatkan penerimaan impuls motorium dari. dan pengiriman
informasi sensorium menuju, SSP;
- Persarafan intrinsik melibatkan regulasi aktifitas tractus gastrointestinalis biasanya
oleh suatu jejaring neuron sensorium dan motorium yang mandiri (systema nervosum
entericum).
Viscera abdomen yang menerima persarafan ekstrinsik termasuk pars abdominalis tractus
gastrointestinalis, lien, pancreas, vesica biliaris/fellea, dan hepar. Organ-organ viscera tersebut
mengirimkan informasi sensorium kembali ke SSP melalui serabut-serabut afferentes viscerales
dan menerima Empuls motorium dari SSP melalui serabut-serabut efferentes viscerales.
Stimulasi vagus ke hati berperan kecil dalam sekresi empedu selama fase sefalik pencernaan.
Mendorong peningkatan aliran empedu hati bahan sebelum makanan mencapai usus atau
lambung. Apabila saraf parasimpatis (nervus vagus) terstimulasi akan menyebabkan fungsi hati
menjadi lebih cepat karena saraf simpatis mampu mempercepat sel-sel hati atau sel hepatosit
agar dapat mengeksresikan cairan empedu. Sebaliknya apabila saraf simpatis terstimulasi
menyebebakan sel-sel hepar memperlambat penyekresian cairan empedu.
c. Metabolisme
Hati berperan utama dalam mempertahankan kadar glukosa darah yang normal. Hati
menyimpan glikogen ketika terjadi kelebihan glukosa, membebaskan glukosa ke dalam darah
saat dibutuhkan, dan merupakan tempat utama interkonversi metabolik misalnya
gluconeogenesis.
Setiap bahan yang meningkatkan sekresi empedu disebut koleretik. Koleretik paling kuat
adalah garam empedu itu sendiri. Di antara waktu makan, empedu disimpan di kandung empedu,
tetapi sewaktu makan empedu disalurkan ke dalam duodenum oleh kontraksi kandung empedu.
Setelah ikut serta dalam pencernaan dan penyerapan lemak, garam empedu direahsorpsi dan
dikembalikan oleh sirkulasi enterohepatik ke hati, tempat zat-zat ini bekerja sebagai koleretik
poten untuk merangsang sekresi empedu lebih lanjut. Karena itu, sewaktu makan, ketika garam
empedu dibutuhkan dan sedang digunakan, sekresi empedu oleh hati meningkat.
d. Aktivitas fisik
Tubuh dalam keadaan normal bergantung pada penyaluran glukosa darah dalam jumlah
memadai sebagai satu-satunya sumber energinya. Karena itu, konsentrasi glukosa darah harus
dipertahankan diatas suatu batas kritis. Konsentrasi glukosa darah biasanya 100 mg glukosa/100
mL plasma dan normalnya dijaga kisaran sempit 70 hingga 100 mg/100 mL. Glikogen hati
adalah cadangan penting untuk mempertahankan glukosa darah.
e. Keadaan tubuh
Saat tubuh dalam keadaan terlalu lelah dan pemasukan glukosa dalam tubuh sedikit akan
memakai cadangan glukagon didalam hati dan akan terjadi proses glikolisis yaitu pembentukan
glikogen baru dari glukosa yang masuk kedalam tubuh. Jadi agar tubuh tetap stabil, pemasukan
glukagon harus sebanding dengan pemakaian glukagon agar fungsi hati tidak terganggu.
Pada neonatus, maturasi sel-sel hepar belum sempurna sehingga metabolisme zat dihepar
belum sempurna. Hal ini dapat menyebabkan intoksikasi. Pada usia lanjut keadaan fisiologi
tubuh juga mengalami kemunduran, sehingga aliran darah pada hepar menurun akibatnya
metabolisme hepar terganggu.
2. Metabolisme bilirubin
Bilirubin merupakan suatu alat yang sangat bernilai dalam mendiagnosis penyakit darah
hemolitik maupun berbagai jenis penyakit hati. Oleh sebab itu, sambil melihat ikutilah
penjelasan berikut. Singkatnya, bila sel darah merah sudah habis masa hidupnya (rata-rata 120
hari) dan menjadi terlalu rapuh untuk bertahan dalam sistem sirkulasi, membran selnya pecah
dan hemoglobin yang lepas difagositosis oleh jaringan makrofag (disebut juga sistem
retikuloendotelial) di seluruh tubuh. Hemoglobin mula-mula dipecah menjadi globin dan heme,
dan cincin heme dibuka untuk melepaskan (1) besi bebas yang ditranspor ke dalam darah oleh
transferin, dan (2) suatu rantai lurus terdiri atas empat inti pirol yaitu substrat yang nantinya akan
dibentuk menjadi pigmen empedu. Pigmen pertama yang dibentuk adalah biliverdin, tetapi
pigmen ini dengan cepat direduksi menjadi bilirubin bebas, juga disebut bilirubin tidak
terkonjugasi, yang secara bertahap dilepaskan dari makrofag ke dalam plasma. Bentuk bilirubin
ini dengan segera bergabung sangat kuat dengan albumin plasma dan ditranspor dalam
kombinasi ini melalui darah dan cairan interstisial. Dalam beberapa jam, bilirubin tidak
terkonjugasi diabsorbsi melalui membran sel hati.
Sewaktu memasuki sel hati, bilirubin dilepaskan dari albumin plasma dan segera setelah
itu sekitar 80 persen berkonjugasi dengan asam glukuronat untuk membentuk bilirubin
glukuronida, kira-kira 10 persen berkonjugasi dengan sulfat membentuk bilirubin sulfat, dan
sekitar 10 persen berkonjugasi dengan berbagai zat lainnya. Dalam bentuk ini, bilirubin
dikeluarkan melalui proses transpor aktif ke dalam kanalikuli empedu dan kemudian masuk ke
usus. Pembentukan dan nasib urobilinogen. Segera setelah berada dalam usus, kira-kira setengah
dari bilirubin "konjugasi" diubah oleh kerja bakteri menjadi urobilinogen yang mudah larut.
Sebagian urobilinogen direabsorbsi melalui mukosa usus kembali ke dalam darah. Sebagian
besar diekskresi kembali oleh hati ke dalam usus.
1. Paulsen. F. Waschke . J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 23. EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta. 2012.
2. Gartner P L, Hiatt J L. Buku Ajar Berwarna Histologi. Elsevier. Edisi ke 3. 2014.
3. Guyton and hall. Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-12. Elsevier: Singapore; 2016.
4. L. Sherwood. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta : EGC. 2016.