Anda di halaman 1dari 25

Lampiran

Peraturan Direktur RS Sari Asih Karawaci


Nomor : 027/PER/DIR/II/2015
Tentang : 25 Februari 2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ruang perawatan anak adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi
dibawah kepala bidang pelayanan medis), dengan staf berupa perawat dan assisten
perawat yang memiliki kemampuan khusus untuk menangani pasien – pasien anak di
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci. Adapun tugas dan kewenangannya meliputi
penerapan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakan diagnosa
keperawata, intervensi keperawatan dan, implementasi tindakan keperawatan dan
evaluasi asuhan keperawatan.
Observasi dan isolasi untuk pasien-pasien yang memiliki penyakit menular dan perlu
pengawasan medis secara khusus. Ruang perawatan anak menyediakan kemampuan
dan sarana prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital
keperawatan anak dan penyakit menular dengan menggunakan keterampilan staf
medik yang distandarkan, baik perawat, asisten perawat dan staf lain yang
berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan
yang mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan r dan penyakit
kandungan yang profesional dan berkualitas dengan mengedepankan keselamatan
pasien. Pada perawatan kebidanan, untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan
berbagai tenaga profesional yang terdiri dari multi disiplin ilmu yang bekerjasama
dalam tim.
Pengembangan tim multidisiplin yang kuat sangat penting dalam meningkatkan
keselamatan pasien. Selain itu dukungan sarana, prasarana serta peralatan juga
diperlukan dalam rangka meningkatkan pelayanan perawatan ruang anak. Oleh karena
itu, mengingat diperlukannya tenaga-tenaga khusus, terbatasnya sarana dan
prasarana, serta mahalnya peralatan, maka demi efisiensi, keberadaan ruang
perawatan ruang anak perlu dikonsentrasikan.

1
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup standar pelayanan kebidanan meliputi 24 standar, yang dikelompokan
menjadi 5 bagian besar yaitu :
1. Standar Pelayanan Umum (3 standar)
2. Standar Penanganan Kegawatdaruratan (2 standar)
Lingkup standar ruang pelayanan kebidanan di Rumah Sakit Sari Asih Karawaci
memiliki hubungan terintegrasi dengan ruang ICU sehingga dari 4 standar hanya
Standar Pelayanan Umum (3 Standar) menjadi tanggungjawab ruang perawatan anak
dan yang lainnya adalah kerjasama antara Ruang Anak dan ICU.
Tetapi untuk membuat sebuah kesinambungan dalam sistim pelayanan, kami akan
uraikan satu – persatu yaitu sebagai berikut :
1. Standar Pelayanan Umum
a) Standar 1 : Perawatan berfokus kepada keluarga
Keluarga merupakan unsur penting pada perawatan anak mengingat anak
adalah bagian dari keluarga. Dalam Pemberian asesmen keperawatan
diperlukan keterlibatan keluarga karena anak selalu membutuhkan orang tua di
Rumah Sakit seperti aktivitas bermain atau program perawatan lainnya.
Pentingnya keterlibatan keluarga ini dapat mempengaruhi proses kesembuhan
anak. Program terapi yang telah direncanakan untuk anak bisa saja tidak
terlaksana jika perawat selalu membatasi keluarga dalam memberikan
dukungan terhadap anak yang dirawat, hal ini hanya akan meningkatkan stress
dan ketidaknyamanan pada anak. Perawat dengan menfasilitasi keluarga dapat
membantu proses penyembuhan anak yang sakit selama dirawat. Kebutuhan
keamanan dan kenyamanan bagi orang tua pada anaknya selama perawatan
merupakan bagian yang penting dalam mengurangi dampak psikologis anak
sehingga rencana keperawatan dengan berprinsip pada aspek kesejahteraan
anak akan tercapai.

2
b) Standar 2 : Atrumatic Care
Atrumatic care adalah perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak
dan keluarga. Atraumatik care sebagai bentuk perawatan terapeutik dapat
diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis
dari tindakan keperawatan yang diberikan., seperti memperhatikan dampak
psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan dengan melihat prosedur
tindakan atau aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma untuk
mencapai perawatan tersebut beberapa prinsip yang dapat dilakukan oleh
perawat antara lain:
a) Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga
Dampak perpisahan dari keluarga akan menyebabkan kecemasan pada
anak sehingga menghambat proses penyembuhan dan dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak.
b) Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada
anak
Kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak dapat
meningkatkan kemandirian anak dan anak akan bersikap waspada dalam
segala hal.
c) Mencegah dan mengurangi cedera dan nyeri
d) Tidak melakukan kekerasan pada anak
e) Modifikasi lingkungan

c) Standar 3 : Manajemen Kasus


Pengelolaan kasus secara komprehensif adalah bagian utama dalam
pemberian asuhan keperawatan secara utuh, melalui upaya pengkajian,
penentuan diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari berbagai
kasus baik yang akut maupun kronis. Kemampuan perawat dalam mengelola
kasus secara baik akan berdampak pada proses penyembuhan. Pendidikan
dan keterampilan mengelola kasus pada anak selama di Rumah Sakit akan
mampu memberikan keterlibatan secara penuh bagi keluarga.

3
2. Standar Pelayanan kegawat daruratan
a) Standar 4 : Observasi pasien
Pasien dari ruang rawat anak yang mengalami penurunan kondisi kesehatan, si
pasien di sarankan untuk ke ruang observasi agar dapat penanganan khusus.
Asesmen dari si pasien yang mengalami penurunan kondisi, dilihat dari
pernapasan yang mulai tidak teratur ( cepat ), kejang berulang, pasien dengan
shock, dan segera butuh penanganan khusus di ruang observasi / isolasi.

C. Batasan Operasional

D. Landasan Hukum
1. Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2009 nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor nomor 5063).
2. Undang – undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2009 nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431).
3. Undang – undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Undang – undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit

4
E. Kebijakan
1. Kebijakan Umum
1) Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2) Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan
pasien.
3) Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4) Dalam melaksanakan tugasnya setiap Petugas wajib mematuhi ketentuan
dalam keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
5) Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
opersinal (SPO) yang berlaku, etika profesi, etiket, dan menghormati hak
pasien.
6) Pelayanan Unit dilaksanakan dalam 24 jam meliputi perawatan kebidanan ,
perawatan anak, perawatan umum, ICU, PICU,NICU, perawatan perinatologi
dan ruang isolasi, perawatan bedah dan kamar operasi
7) Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
8) Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
9) Setiap bulan wajib membuat laporan bulanan

2. Kebijakan Khusus
1) Setiap pasien rawat inap harus mendaftar lebih dahulu pada bagian
pendaftaran pasien rawat inap (admission) dan mendapatkan rekam medis
2) Setiap pasien rawat inap harus mempunyai identitas yang sama dan sesuai
dengan identitas diri pada rekam medis pasien
3) Setiap pasien rawat inap harus ditetapkan dokter penanggung jawab pasien
(DPJP) dan perawat penanggung jawab pasien (PPJP)
4) Untuk memantau kualitas pelayanan dilaksanakan ronde oleh komite medis,
komite keperawatan, kepala bidang keperawatan dan supervisi oleh kepala
instalasi rawat inap dan kepala ruangan rawat inap masing – masing.

5
5) Semua pelayanan atau tindakan terhadap pasien harus dicatat secara
lengkap didalam rekam medis
6) Semua hasil pemeriksaan pasien rawat inap harus dimasukan didalam
berkas rekam medis
7) Seluruh pelayanan keperawtan di instalasi rawat inap berorientasi pada mutu
dan keselamatan pasien
8) Mobilitas pasien harus selalu didampingi oleh perawat ruangan atau petugas
yang diberi kewenangan
9) Setiap pasien yang akan meninggalkan ruang rawat inap harus mempunyai
izin pulang dari kasir rawat Inap
10) Pengiriman pasien yang akan dirawat diantar oleh perawat unit rawat jalan,
apabila pasien dari poliklinik umum dan ataupun poliklinik spesialis ke ruang
perawatan di hari yang sama. Tetapi apabila pasien melakukan pendaftaran
rawat inap satu hari setelah ke poliklinik umum dan atau poliklinik spesialis
dan atau sub spesialis maka bila itu tidak dibutuhkan penanganan khusus
yang mengancam jiwa atau tidak ada kegawat daruratan maka pasien bisa
langsung diantar oleh petugas pendaftaran rawat inap ke ruang perawatan
yang telah ditentukan.
11) Pengiriman pasien yang yang akan dirawat dari IGD, harus dipastikan kondisi
secara klinis bila pasien tersebut sudah layak untuk ditransfer ke unit
perawatan baik umum, intensif dan ataupun unit perawatan lainnya.
12) Peralatan yang berada di rawat inap harus selalu dilakukan pemeliharaan dan
kalibrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
13) Seiap pemeriksaan pasien di instalasi rawat inap dilakukan oleh tenaga
medis (dokter dan perawat ruangan)
14) Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit.

6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Ruang Anak adalah :
No. Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan
1 Kepala Ruangan Anak D III Keperawatan Bersetifikat BLS
2 Penanggungjawab Tim Shift D III Keperawatan Bersertifikat BLS
3 Pelaksana Ruang Anak D III Keperawatan Bersertifikat BLS
4 Asisten perawat SMU sederajat

B. Distribusi ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Ruang anak yaitu :
a. Untuk Dinas Pagi
Yang bertugas sejumlah 5 ( lima ) orang dengan standar minimal bersertifikat BLS
Kategori :
 1 orang Kepala Ruangan
 1 orang PJT
 2 orang Perawat / pelaksana
 1 orang Asisten Perawat
b. Untuk Dinas Sore
Yang bertugas sejumlah 4 (empat) orang dengan standard minimal bersertifikat
BLS Kategori :
 1 orang PJT
 2 orang Perawat / pelaksana
 1 orang Asisten Perawat
c. Untuk Dinas Malam
Yang bertugas sejumlah 4 (empat) orang dengan standard minimal bersertifikat
BLS Kategori :
 1 orang PJT
 2 orang Perawat / pelaksana
 1 orang Asisten Perawat

7
C. Pengaturan Jaga
1. Pengaturan Jaga Perawat
 Pengaturan jadwal dinas perawat dibuat dan di pertanggung
jawabkan oleh kepala ruangan ruang anak dan disetujui oleh kepala bidang
keperawatan
 Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan
kepada perawat pelaksana setiap satu bulan.
 Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari
tertentu, maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada
buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga
yang ada (apabila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu
pelayanan, maka permintaan disetujui).
 Setiap tugas jaga / shift harus ada bidan penanggung jawab shift/Tim
( PJ Shift atau PJT) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan
dan masa kerja minimal 2 tahun, serta memiliki sertifikat tentang
keperawatan.
 Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, libur dan cuti.
 Apabila ada tenaga keperawatan jaga karena sesuatu hal sehingga
tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka
perawat yang bersangkutan harus memberitahu kepada kepala ruangan
ruang anak : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau
dinas malam. Sebelum memberitahu kepala ruangan ruang anak,
diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti,
apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti,
maka kepala ruangan ruang anak akan mencari tenaga perawat pengganti
yaitu perawat yang hari itu libur atau perawat yang tinggal di lingkungan
terdekat Rumah Sakit Sari Asih.
 Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal
yang telah ditetapkan (tidak terencana), maka kepala ruangan ruang anak

8
akan mencari perawat pengganti yang hari itu libur atau perawat yang
tinggal di lingkungan terdekat Rumah Sakit Sari Asih.
 Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang
dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan atau melanjutkan
jaga dengan dihitung lembur (SPO pengaturan jadwal dinas bidan
terlampir).

2. Pengaturan Jaga Asisten Perawat


 Pengaturan jadwal dinas asisten perawat dibuat dan di pertanggung
jawabkan oleh kepala ruangan ruang anak dan disetujui oleh kepala bidang
keperawatan
 Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan
kepada asisten perawat setiap satu bulan.
 Untuk tenaga asisten perawat yang memiliki keperluan penting pada
hari tertentu, maka asisten perawat tersebut dapat mengajukan permintaan
dinas pada buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan
kebutuhan tenaga yang ada (apabila tenaga cukup dan berimbang serta
tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
 Setiap tugas jaga / shift harus ada bidan penanggung jawab shift/Tim
( PJ Shift atau PJT) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan
dan masa kerja minimal 2 tahun, serta memiliki sertifikat tentang
keperawatan.
 Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, libur dan cuti.
 Apabila ada tenaga keperawatan jaga karena sesuatu hal sehingga
tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka
asper yang bersangkutan harus memberitahu kepada kepala ruangan ruang
anak : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau dinas
malam. Sebelum memberitahu kepala ruangan ruang anak, diharapkan
perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti, apabila
bidan yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka

9
kepala ruangan ruang anak akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu
perawat yang hari itu libur atau bidan yang tinggal di lingkungan terdekat
Rumah Sakit Sari Asih.
 Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal
yang telah ditetapkan (tidak terencana), maka kepala ruangan ruang anak
akan mencari perawat pengganti yang hari itu libur atau perawat yang
tinggal di lingkungan terdekat Rumah Sakit Sari Asih.
 Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang
dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan atau melanjutkan
jaga dengan dihitung lembur (SPO pengaturan jadwal dinas bidan
terlampir).

10
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Terlampir

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas & Sarana
Ruang anak Rumah Sakit Sari Asih Karawaci berlokasi di lantai 2 gedung utama,
fasilitas dan sarana nya terdiri dari Nurse station, kamar mandi perawat, gudang,
kamar ganti, pantry, ruang isolasi, ruang racik obat, kelas 2 dan kelas 3
Peralatan
Peralatan yang ada di ruang anak mengacu kepada standar pelayanan minimal RS.
a. Alat-alat untuk emergency kit :
1. SA 10 buah
2. Adrenaline 10 buah
3. Stesolid sub 10mg 1 buah, 5mg 2 buah
4. Penitoine injeksi 3 buah
5. NaCL 100 ml 1 buah
6. Larinoscope anak 1 paket
7. ETT no. 4 : 1 buah
8. ETT no. 4,5 : 1 buah
9. ETT no. 5 : 1 buah
10. Cairan infuse RL 1 botol
11. Dan lain-lain.

11
Standar Obat Ruang Anak Rumah Sakit Sari Asih Karawaci

No. Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat


1. Remopain Ampul 2 Anti Nyeri
2. Ratifol Ampul 2 Anti Nyeri
3. Stesolid Sub 10 Kejang
4 Stesolid Injeksi 5 Kejang
5. Sanmol Infuse 1 Anti Pireutik

12
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Tata laksana penerimaan pasien dari IGD / Poliklinik


1. Petugas Penanggung Jawab :
- Perawat IGD
- Perawat Poli
- Perawat rawat inap
2. Tata laksana penerimaan pasien dari IGD atau Poli:
a) Dari IGD menanyakan tempat ke ruang rawat inap apakah tersedia atau tidak
b) Bila tempat tersedia maka pasien dikirim dari IGD bila sudah selesai
melakukan registrasi ke rawat inap ruang anak.
c) Bila pasien dari poliklinik, si petugas poli mengantarkan langsung ke ruang
rawat inap ruang anak.
d) Bila pasien telah di ruang anak dilakukan kegiatan meliputi : diagnosa, obat
dan dokter yang merawat.

B. Tata laksana penerimaan pasien dari ICU


1. Petugas Penanggung Jawab :
- Perawat ICU
- Perawat ruang rawat anak
2. Tata laksana penerimaan pasien dari ICU :
a) Perawat ICU menanyakan tempat terlebih dahulu apakah tersedia atau tidak,
bila tersedia, perawat ruang anak yang menjemput ke ICU.
b) Operan pasien dilakukan di ruang ICU terlebih dahulu, sebelum dipindahkan
ruang rawat anak.

13
C. Tata laksana pemberian obat
1. Petugas Penanggung Jawab :
- Perawat ruang rawat anak
- Dokter Penanggung Jawab Pasien ( DPJP )
2. Tata laksana pemberian obat dari ICU :
a) Perawat mendapatkan instruksi pemberian obat dari DPJP kepada
pasien yang bersangkutan, untuk penulisan pemberian obat dilakukan
penulisan di buku status pasien.
b) Perawat melakukan pemberian obat dengan sebelumnya melakukan
identifikasi pasien ke orang tua untuk memastikan benar pemberian obat,
dan dosis kepada pasien yang bersangkutan.
c) Setelah selesai diberikan obat atau injeksi, orang tua dari si pasien
menandatangani pernyataan bahwa pasien telah diberikan obat.

D. Tata laksana operan shift dan berdoa


1. Petugas Penanggung Jawab :
- Perawat ruang rawat anak
-
2. Tata laksana operan shift dan berdoa:
a) Pada saat melakukan operan pasien, perawat yang bersangkutan atau
shift sebelumnya memberikan penjelasan tentang kondisi pasien, terapi,
tindakan dan instruksi dokter
b) Setelah selesai melakukan operan, maka dilakukan berdoa bersama.

E. Tata laksana perincian H-1 dan koding resume pasien


1. Petugas Penanggung Jawab :
- Kepala Ruangan
- Petugas Penanggung Jawab ( PJT ) shift
- Penata rekening

14
- Apotik

2. Tata laksana perincian H-1 dan koding resume pasien:


a) Setelah pasien dilakukan visit oleh DPJP dan diinstruksikan pulang
besok, maka petugas melakukan perincian H-1 untuk keperluan
kepulangan esok hari, untuk pasien BPJS dilakukan koding terlebih
dahulu ke penanggung jawab BPJS
b) Untuk pasien BPJS, setelah koding, keperluan selanjutnya diserahkan
ke petugas rekam medis untuk diproses.
c) Dibuatkan buku perincian dan diserahkan ke apotik untuk divalidasi obat-
obat nya.
d) Setelah divalidasi di apotik, buku perincian diserahkan ke keuangan
untuk keperluan pulang.
e) Status pasien di cek oleh penata rekening, untuk persiapan pasien
pulang besok.
F. Tata laksana kepulangan pasien.
1. Petugas Penanggung Jawab :
- Perawat
- Asisten perawat
- keuangan
2. Tata laksana kepulangan pasien :
a) Petugas kasir menginformasikan ke ruangan bahwa kwitansi sudah
selesai, setelah itu petugas ruangan menginformasikan ke keluarga /
pasien yang bersangkutan.
b) Setelah itu keluarga pasien datang ke kasir untuk menyelesaikan proses
administrasi
c) Bila telah menerima tanda lunas dari kasir, keluarga pasien datang
kembali ke ruang kebidanan untuk mengkonfirmasikan kepulangan
pasien dan menyerahkan tanda lunas.
d) Perawat menjelaskan untuk obat yang perlu dikonsumsi di rumah dan
surat kontrol.

15
e) Perawat atau asisten perawat mengantarkan pasien pulang sampai ke
lobi.
BAB V
LOGISTIK

Secara umum, untuk logistik di unit kebidanan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci sudah
dibuatkan sesuai dengan kebutuhan yang ada dan bisa terpenuhi dengan cepat. Hal ini
tentunya merupakan sebuah standar dimana pemenuhannya bisa segera dilakukan untuk
membantu mengatasi kebutuhan logistik yang sangat mendesak dan penting bagi
terselenggaranya sebuah pelayanan yang efektif dan efisien di unit kebidanan.

16
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi :
a) Asesmen resiko
b) Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien jatuh
c) Pelaporan dan analisis insiden, seperti : tertukarnya bayi
d) Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e) Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
a) Resiko jatuh yang berhubungan dengan pasien yang masih bedrest
b) Resiko tertukarnya bayi

B. Tujuan
a) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
b) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
c) Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
d) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

C. Standar Keselamatan Pasien


a) Hak pasien
b) Mendidik pasien dan keluarga
c) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
d) Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

17
e) Mendidik staf tentang keselamatan pasien
f) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien
g) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien

D. Insiden Keselamatan Pasien (IKP)


1. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
a) Adverse Event
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis
karena tidak dapat dicegah
b) Unpreventable Adverse Event (KTD yang tidak dapat dicegah)
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
tindakan appun, walaupun dengan pengetahuan mutakhir

2. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)


a) Near Miss
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”

3. Kesalahan Medis (Medical Errors)


Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

18
4. Kejadian Sentinel (Sentinel Event)
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat
diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (seperti,
amputasi pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.

E. Tata Laksana
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga ruang kebidanan
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien ruang kebidanan
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insiden
Keselamatan”

19
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Latar Belakang
Di Indonesia program kesehatan bayi baru lahir tercakup di dalam program kesehatan
ibu. Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer, target dari dampak
kesehatan untuk bayi baru lahir menurunkan angka kematian neonatal dari 25 per
1000 kelahiran ( tahun 1997 ) menjadi 15 per 1000 kehamilan. Sehubungan dengan
tersedianya data studi mortalitas SKRT 2001, beberapa informasi untuk kegiatan-
kegiatan program dalam menurunkan kesakitan dan kematian bayi baru lahir di
Indonesia.
Rancangan penelitian adalah cross-sectional dari data mortalitas SKRT 2001 yang
berintegrasi dengan Susenas 2001. Rancangan sampel dari Susenas 2001 dipakai
sebagai rancangan sampel studi mortalitas SKRT 2001. Sampling Susenas 2001
berdasarkan prosedur PPS (Probability Proportional to Size) selection dari blok
sensus terpilih. Untuk setiap blok sensus terpilih diambil secara systematic random
sampling sebesar 16 rumah tangga. Jumlah rumah tangga terpilih adalah sebesar
211.168 rumah tangga dengan 3677 kasus kematian.
Sampel adalah semua data mortalitas yang memenuhi syarat penelitian yaitu: kasus
kematian bayi berumur 0-28 hari yang terjadi pada tahun 2000, telah diidentifikasi
secara lengkap oleh dokter pewawancara dengan teknik autopsi verbal, dan
merupakan underlying cause of death yang diklasifikasikan menurut International
Classification of Diseases 10 (ICD-10).
Dari hasil SKRT 2001, kematian neonatal adalah 180 kasus. Kasus lahir mati
berjumlah 115 kasus. Jumlah seluruh kematian bayi adalah 466 kasus. Distribusi
kematian neonatal sebagian besar di wilayah Jawa Bali (66,7%) dan di daerah

20
pedesaan (58,6%). Menurut umur kematian, 79,4% dari kematian neonatal terjadi
sampai dengan usia 7 hari, dan 20,6% terjadi pada usia 8-28 hari.
Proporsi kematian neonatal sebesar 39% dari seluruh kematian bayi (N=466). Rasio
kematian postneonatal dan neonatal adalah 1,58. Rasio tersebut sama nilainya
dengan rasio hasil SKRT 1995. Pola ini tidak lazim seperti umumnya di negara
berkembang pada kondisi tahun 1999, dimana dua per tiga dari kematian bayi terjadi
pada masa neonatal. Kemungkinan kejadian kematian bayi pada usia terlalu dini
cenderung dilupakan perlu dipertimbangkan sebagai salah satu sebab rendahnya
pelaporan kasus kematian. Rasio kematian postneonatal dan neonatal sangat
dipengaruhi oleh keberhasilan program imunisasi dan manajemen penanggulangan
bayi sakit. Apabila pencapaian program berhasil, maka proporsi kematian
postneonatal akan menurun, sedangkan proporsi kematian neonatal akan meningkat.
Dari hasil studi mortalitas SKRT menunjukkan bahwa angka kematian bayi karena
pnemonia dan diare masih cukup tinggi. Menurut karakteristik perawatan ibu ketika
hamil dan bersalin, perawatan antenatal yang diterima ketika bayi masih dalam
kandungan, sebagian besar dari neonatal yang meninggal mendapatkan pemeriksaan
4 kali atau lebih (60,8%), pada usia kandungan trimester pertama telah diperiksa
(64,6%) dan mendapatkan perlindungan terhadap tetanus secara lengkap (53%).
Kehadiran tenaga kesehatan pada saat melahirkan berkaitan dengan penurunan
kematian maternal dan perinatal 3, penolong persalinan oleh nakes 57 persen, dukun
sebesar 40 persen. Sebagian besar kematian neonatal dilahirkan di rumah yaitu 54,2
persen dan melalui proses persalinan secara normal sebesar 88,9 persen. Delapan
persen bayi yang dilahirkan melalui bedah Caesar meninggal pada masa neonatal.
Menurut karakteristik kesehatan ibu sebelum dan ketika hamil, kematian neonatal
banyak terjadi pada kelompok umur 20-39 tahun, pada anak pertama, dan pada ibu
dengan paritas 3 ke atas. Banyak studi menunjukkan bahwa kehamilan ke dua dan
ketiga adalah paling tidak menyulitkan, sedangkan komplikasi meningkat setelah anak
ke tiga. Sebagian besar dari kematian neonatal ibunya tidak mengalami komplikasi
ketika hamil. Di antara ibu yang mengalami gangguan kesehatan ketika hamil,
kematian neonatal terjadi pada 7,5% ibu yang menderita anemi.

21
Dari hasil studi SKRT ibu yang menderita infeksi ketika hamil sebesar 4,6 persen. Ibu
yang menderita infeksi ketika hamil dapat menyebabkan dampak yang besar
terhadap ibu sendiri maupun janin dan bayi neonatal seperti cacat congenital (infeksi
rubella), aborsi spontan atau fetal death (infeksi sifiliis), infeksi neonatal (gonorrhoea
atau infeksi streptococcus group B), berat bayi lahir rendah (malaria).
Menurut karakteristik perawatan bayi baru lahir, hanya sekitar 26,7% bayi neonatal
yang dibawa berobat. Pengobatan terbanyak ke rumah sakit 8,3%, sedangkan ke
puskesmas 5,5%. Sekitar 6% bayi neonatal dibawa ke pengobat tradisional. Sebagian
besar bayi neonatal meninggal di rumah yaitu 54,2%. Di antara yang meninggal di
fasilitas kesehatan, 38,5% meninggal di rumah sakit dan 1,1% meninggal di
puskesmas/poliklinik.
Pola penyakit penyebab kematian menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian
neonatal kelompok umur 0-7 hari tertinggi adalah premature dan berat badan lahir
rendah/LBW (35%), kemudian asfiksia lahir (33,6%). Penyakit penyebab kematian
neonatal kelompok umur 8-28 hari tertinggi adalah infeksi sebesar 57,1% (termasuk
tetanus, sepsis, pnemonia, diare), kemudian feeding problem (14,3%).
Berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram) merupakan salah satu faktor utama
yang berkontribusi terhadap kematian perinatal dan neonatal. Berat badan lahir
rendah (BBLR) dibedakan dalam 2 katagori yaitu: BBLR karena premature (usia
kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterine growth retardation
(IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat kurang untuk usianya. Banyak BBLR di
negara berkembang dengan IUGR sebagai akibat ibu dengan status gizi buruk,
anemi, malaria, dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi
atau ketika hamil, namun dari hasil survei proporsi kematian BBLR dengan IUGR
hanya 1,4%.
Infeksi sebagai penyebab kematian neonatal masih banyak dijumpai. Infeksi ini
termasuk tetanus neonatorum, sepsis, pnemoni. Masih sekitar 12 negara dengan
estimasi kasus neonatal tetanus yang tinggi termasuk di Indonesia. Proporsi kematian
karena tetanus neonatorum hasil survei menunjukkan tertinggi di antara penyakit
infeksi (9,5%). Case fatality rate tetanus sangat tinggi. Pengobatannya sulit, namun

22
pencegahan (imunisasi TT ibu hamil) merupakan kunci untuk menurunkan kematian
ini, selain persalinan bersih dan perawatan tali pusat yang tepat.
Cacat lahir merupakan salah satu penyebab kematian neonatal yang penting di
negara berkembang, diperkirakan sekitar 10 persen. Dari hasil survei dijumpai
sebesar 7,3 persen kematian akibat cacat lahir.

B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari dampak kegagalan bayi lahir
cacat atau mati.
2. Petugas kesehatan mampu mengantisipasi dan melakukan tindakan cepat untuk
proses kehamilan / persalinan si ibu, sehingga si ibu dapat lahir normal dan si bayi
pun sehat dan lahir selamat.

C. Tindakan yang beresiko terhadap


pasien
1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Lokasi yang tidak steril
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah persalinan yang terkontaminasi virus terhadap si ibu
dan bayinya
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.

23
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Rumah Sakit Sari Asih Karawaci khusunya untuk ruang
kebidanan mengacu kepada Indikator Mutu Area Klinik (IAK), Indikator Mutu Area
Manajerial (IAM) dan Indikator Mutu Area Sasaran Keselamatan Pasien (IASKP). Dari
acuan tersebut diatas, maka indikator mutu ruang kebidanan adalah sebagai berikut :
1. Indikator Mutu Area Klinik (IAK)
(1). Assesmen pasien
(2). Pencegahan dan pengendalian, pengawasan serta pelaporan infeksi

2. Indikator Mutu Area Manajerial (IAM)


(1). Harapan dan kepuasan pasien/ keluarga pasien
(2). Manajemen penggunaan sumber daya

3. Indikator Mutu Area Sasaran Keselamatan Pasien


(IASKP)
(1). Ketepatan identifikasi pasien
(2). Peningkatan komunikasi yang efektif
(3). Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
(4). Menghindari salah sisi, salah pasien dan salah prosedur pembedahan
(5). Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
(6). Pengurangan resiko pasien jatuh

24
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri dan
dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan kepala bidang
keperawatan.

BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan unit kebidanan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci ini diharapkan dapat
menjadi panduan bagi seluruh Rumah Sakit Sari Asih yang menyelenggarakan
pelayanan unit kebidanan.

Pedoman Pelayanan unit kebidanan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci, selanjutnya perlu
dijabarkan dalam Standar Prosedur Operasional (SPO) serta panduan di setiap proses
pelayanannya sehingga tercapai kelancaran dan keselamatan dalam proses
pelaksanaan di ruang unit kebidanan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.

25

Anda mungkin juga menyukai