Abstrak
Prokrastinasi akademik merupakan suatu fenomena yang meluas di lingkungan
perguruan tinggi. Prokrastinasi akademik dipandang sebagai hambatan dalam mencapai
keberhasilan mahasiswa, karena berdampak negatif terhadap pembelajaran, prestasi, dan kulitas
hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi berprestasi, locus
of control, dan manajemen waktu terhadap prokrastinasi akademik. Pada penelitian ini, survei
dilakukan pada 360 mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Statistik yang terpilih menggunakan metode
two stage stratified sampling. Hasil peneltian menunjukkan 54,72 persen mahasiswa memiliki
prokrastinasi akademik yang tinggi, sedangkan 45,28 persen memiliki prokrastinasi akademik
yang rendah. Analisis dengan regresi logistik biner menunjukkan bahwa pada tingkat signifikasi
5% dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari motivasi berprestasi, locus of
control dan manejemen waktu terhadap prokrastinasi akademik
Kata kunci: prokrastinasi akademik, motivasi berprestasi, locus of control, manajemen waktu,
regresi logistik biner
Abstract
Academic procrastination is a widespread phenomenon in college settings. Academic
procrastination has been seen as an impediment to student’s success, because it can negatively
impact learning, achievement, and quality of life. The purpose of this study is to determine the
effect of need of achievement, locus of control, and time management on academic
procrastination. In this study, a survey was conducted on 360 students of Sekolah Tinggi Ilmu
Statistik that selected using two stage stratified sampling method. The result showed 54,72 percent
of students has a low academic procrastination and 45,28 percent has a high academic
procrastionation. Data analysis in this study using binary logistic regression showed that at
significance level of 5%, need of achievement, locus of control, and time management have
significant effect on academic procrastination.
1
ISSN: 1978-1520
1. PENDAHULUAN
Pada era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi yang pesat telah memberikan
banyak manfaat bagi kemajuan di berbagai aspek. Perkembangan teknologi membantu manusia
menghadapi berbagai masalah dalam pekerjaannya. Teknologi memberikan berbagai kemudahan
sehingga masalah yang dihadapi dapat diselesaikan dalam waktu cepat dan singkat. Namun,
perkembangan teknologi menuntut adanya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Sumber Daya Manusia diharapkan dapat merespon semua perkembangan teknologi secara cepat
dan tepat sehingga memiliki daya saing yang tinggi.
Daya saing yang dimiliki seseorang tergantung pada perilaku yang berorientasi pada
kesempatan, selalu berkembang, dan tidak membuang waktu dengan percuma (Pascale et al,
1982). Namun, pada kenyataannya masih banyak yang belum menyadari akan pentingnya
kesempatan dan efisiensi waktu dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Hal ini terlihat dari
adanya perilaku suka menunda-nunda menyelesaikan pekerjaan yang terjadi di masyarakat.
Perilaku suka menunda-nunda menyelesaikan pekerjaan tersebut mengarah pada perilaku
prokrastinasi.
Prokrastinasi dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk menunda mengerjakan atau
menyelesaikan tugas. Kebiasaan menunda-nunda menjadi hal umum. Penelitian oleh Aitken
(dalam Rachamahana, 2001) menyebutkan bahwa pada masyarakat umum tingkat prokrastinasi
terjadi sekitar 25% sampai 70%. Prokrastinasi juga terjadi di lingkungan kerja, salah satunya di
lingkungan Badan Pusat Statistik (BPS). Penelitian oleh Handika (2009) di BPS Pusat diperoleh
informasi bahwa pada pegawai BPS memiliki tingkat prokrastinasi tinggi sebesar 52,16% dan
tingkat prokrastinasi relatif rendah sebesar 47,84%.
Untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia yang dapat menyadari pentingnya
kesempatan dan efisiensi waktu sehingga berdaya saing diperlukan proses pendidikan.
Pendidikan tentunya diharapkan akan meningkatkan kualitas dan potensi SDM yang akan
menjadi generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pendidikan dengan
menempuh pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga menjadi mahasiswa di perguruan tinggi
sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa.
Mahasiswa merupakan seseorang yang belajar baik di sekolah tinggi, akademi, institut,
universitas, maupun di perguruan tinggi. Menurut Solomon & Rothblum (1984) ada enam tugas
akademik yang dilakukan mahasiswa dalam menjalani proses pendidikannya, yaitu tugas menulis,
membaca, belajar menghadapi ujian, menghadiri pertemuan kuliah, tugas administratif, dan
kinerja akademik secara keseluruhan. Tugas-tugas akademik tersebut mempunyai karakteristik,
frekuensi, akses informasi yang diperbolehkan, dan tingkat kemampuan kognitif yang berbeda.
Tetapi, kesamaan yang tampak dari semua jenis tugas mahasiswa adalah adanya penentuan batas
waktu (Chu & Choi, 2005). Mahasiswa yang melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam
menyelesaikan tugas tanpa memperhitungkan batas waktu yang dimiliki akan cenderung
melakukan prokrastinasi yang mengakibatkan tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan
dengan memadai.
Prokrastinasi ternyata menjadi fenomena tidak hanya pada masyarakat, tetapi juga telah
menjadi lazim pada mahasiswa. Prokrastinasi yang seringkali dilakukan oleh mahasiswa disebut
sebagai prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik merupakan perilaku menunda yang
dilakukan dalam hubungannya dengan tugas-tugas akademik. Prokrastinasi akademik sangat
mudah ditemui, bahkan beberapa diantaranya telah menjadi kebiasaan (Steel, 2007). Penelitian
menunjukkan bahwa 80-95% (O’Brien, 2002) atau setidaknya setengah mahasiswa (Ferrari et al,
2009) terlibat dalam prokrastinasi. Solomon dan Rothblum (1984) juga menyebutkan mahasiswa
yang melakukan prokrastinasi paling banyak dalam tugas menulis sebanyak 46%. Selain itu,
dalam tugas membaca 30,1%, belajar untuk ujian 27,6%, menghadiri pertemuan kuliah 23%,
tugas administratif 10,6%, dan kinerja akademik secara keseluruhan 10,2% mahasiswa
melakukan prokrastinasi terhadap aktivitas perkuliahan. Prevalensi fenomena ini pun
diperkirakan akan terus meningkat.
2
IJCCS ISSN: 1978-1520
Salah satu faktor yang memengaruhi timbulnya perilaku prokrastinasi akademik adalah
motivasi berprestasi. Penelitian oleh Rumiani (2006) menunjukkan adanya hubungan antara
motivasi berprestasi dan prokrastinasi akademik. Hubungan antara motivasi berprestasi dan
prokrastinasi akademik menunjukkan peningkatan motivasi berprestasi akan diikuti penurunan
prokrastinasi akademik. Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi akan cenderung berjuang
untuk mencapai sukses dengan memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses
daripada membuang waktu untuk melakukan hal lain yang kurang penting.
Prokrastinasi akademik juga dipengaruhi dapat oleh locus of control. Hjelle & Zielger
(1981) menyebutkan locus of control sebagai persepsi seseorang tentang penyebab kesuksesan
atau kegagalan dalam melaksanakan pekerjaannya. Eileen Rudnick (1990) dalam penelitian di
Pittsburg State University menunjukkan adanya hubungan antara locus of control dan
prokrastinasi akademik. Mahasiswa yang memiliki locus of control internal atau mahasiswa yang
menganggap nilai yang diperolehnya disebabkan faktor dari dalam dirinya cenderung tidak akan
melakukan prokrastinasi. Sebaliknya, mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal atau
mahasiswa yang menganggap nilai yang diperolehnya disebabkan faktor dari luar dirinya akan
enggan berusaha dan cenderung melakukan prokrastinasi.
Faktor lain yang dapat memengaruhi prokrastinasi akademik adalah manajemen waktu.
Penelitian oleh Iven Kartadinata (2008) menunjukkan adanya hubungan antara manajemen waktu
dan prokrastinasi akademik. Manajemen waktu yang efektif dapat meningkatkan produktivitas
dalam mengerjakan tugas sehingga mengurangi kecenderungan untuk menunda-nunda dan
mampu menjaga keseimbangan waktu untuk mengerjakan tugas dan kegiatan lainnya. Tidak
sedikit mahasiswa yang rela bolos kuliah demi kerja sampingan dan sibuk berorganisasi dengan
alasan untuk memperkaya pengalaman dan menambah wawasan. Tetapi, terdapat juga mahasiswa
yang menghabiskan waktu untuk hal negatif, seperti nongkrong dengan temannya, begadang di
malam hari, dan bermain game. Hal tersebut yang pada akhirnya dapat mengakibatkan
terbatasnya waktu untuk mengerjakan tugas-tugas akademiknya sebagai mahasiswa.
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik terjadi pada
kalangan mahasiswa, tidak terkecuali mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS).
Mahasiswa STIS yang melakukan prokrastinasi akademik mencapai angka 54,29% (Fuad
Dewantoro, 2011). Persentase ini terus meningkat seiring bertambahnya tingkat. Mahasiswa
tingkat I melakukan prokrastinasi sebanyak 40%, tingkat II 51,67%, tingkat III 60%, dan tingkat
IV 71,11%. Sebanyak 67% mahasiswa STIS melakukan prokrastinasi pada tugas menulis,
67,14% mahasiswa pada tugas membaca, 55,71% mahasiswa pada belajar menghadapi ujian,
55,71% mahasiswa pada tugas administratif, 59,05% mahasiswa pada menghadiri pertemuan
kuliah, dan 61,90% mahasiswa pada kinerja akademik secara keseluruhan.
Prokrastinasi akademik yang dilakukan secara terus-menerus akan menimbulkan dampak
negatif terhadap mahasiswa. Menurut Ferrari (1992), dengan melakukan prokrastinasi akan ada
banyak waktu yang terbuang sia-sia, sehingga tugas menjadi tidak maksimal bila diselesaikan,
bahkan menjadi terbengkalai. Kebiasaan menunda dipandang sebagai hambatan dalam mencapai
keberhasilan, karena berdampak negatif terhadap pembelajaran, prestasi, dan kualitas hidup.
Selain itu, lulusan mahasiswa STIS akan langsung terjun ke dunia kerja sehingga dikhawatirkan
perilaku prokrastinasi akan terbawa ketika berada di lingkungan BPS. Berdasarkan penelitian
terdahulu (Handika, 2009) diperoleh informasi bahwa pegawai BPS pun tak luput melakukan
prokrastinasi.
Selain permasalahan bahwa masih tingginya prokrastinasi akademik pada mahasiswa
STIS, disisi lain berdasarkan penelitian terdahulu ditemukan juga rendahnya motivasi mahasiswa
(54%), serta masih banyak mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal (51%), dan
manajemen waktu yang buruk (27%). Oleh karena itu, penting untuk dipahami pengaruh dari
motivasi berprestasi, locus of control, dan manajemen waktu terhadap prokrastinasi akademik
mahasiswa STIS tahun akademik 2016/2017.
3
ISSN: 1978-1520
2. METODOLOGI
Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitan ini berasal dari data primer dan data
sekunder. Data primer yang digunakan dikumpulkan dengan instrumen penelitian kuesioner yang
diisi secara langsung oleh responden (self enumeration). Sedangkan data sekunder berupa daftar
mahasiswa tingkat I, II, III, dan IV program D-IV tahun akademik 2016/2017 yang digunakan
sebagai kerangka sampel. Unit observasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Sekolah Tinggi
Ilmu Statistik tingkat I, II, III, dan IV program D-IV tahun akademik 2016/2017.
Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari 30 item
pertanyaan prokrastinasi akademik, 30 item pertanyaan motivasi berprestasi, 25 item pertanyaan
locus of control, dan 25 item pertanyaan manajemen waktu. Skala yang digunakan merupakan
skala likert yang menggunakan 5 pilihan jawaban, yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju
(TS), cukup setuju (CS), setuju (S), sangat setuju (SS). Pengujian validitas instrumen penelitian
menggunakan validitas konstruk (construct validity), sedangkan uji reabilitasnya menggunakan
formula alpha cronbach. Selanjutnya, pengategorian variabel dalam penelitian ini menggunakan
median empirik.
Uji Independensi
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara prokrastinasi
akademik dan masing-masing variabel bebas. Statistik uji yang digunakan adalah nilai χ2.
4
IJCCS ISSN: 1978-1520
Berdasarkan hasil perhitungan nilai χ2, maka H0 akan ditolak pada tingkat signifikansi α (5%)
ketika χ2 > χ20,05;1 atau p-value < 0,05. Jika H0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara variabel bebas ke-i dan prokrastinasi akademik.
Uji Simultan
Pengujian simultan pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh seluruh
variabel bebas terhadap prokrastinasi akademik. Statistik uji yang digunakan adalah nilai G.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai G, maka H0 akan ditolak pada tingkat signifikansi α (5%)
ketika G > χ20,05;3 atau p-value < 0,05. Jika H0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa minimal terdapat
satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik.
Uji Parsial
Penguijian ini dilakukan jika pengujian parameter secara simultan menghasilkan
keputusan tolak H0. Selanjutnya dilakukan uji secara parsial untuk mengetahui variabel bebas
yang memengaruhi prokrastinasi akademik. Statistik uji yang digunakan adalah nilai W.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai W, maka H0 akan ditolak pada tingkat signifikansi α (5%)
ketika W > Z0,05 atau p-value < 0,05. Jika H0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
positif variabel bebas ke-i terhadap prokrastinasi akademik.
Prokrastinasi Akademik
Mahasiswa seringkali melakukan prokrastinasi akademik dalam menjalani perkuliahan.
Prokrastinasi akademik tersebut dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan etos kerja
mahasiswa sehingga menyebabkan kualitas mahasiswa menjadi rendah. Berdasarkan hasil
penelitian, persentase mahasiswa dengan tingkat prokrastinasi akademik tinggi sebesar 54,72
persen, sedangkan persentase mahasiswa dengan tingkat prokrastinasinya rendah sebesar 45,28
persen. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa STIS dengan tingkat prokrastinasi akademik yang
tinggi cenderung lebih banyak daripada mahasiswa dengan tingkat prokrastinasi akademik yang
rendah.
5
ISSN: 1978-1520
Motivasi Berprestasi
Setiap mahasiswa memiliki motivasi berprestasi yang berbeda-beda. Motivasi berprestasi
menggambarkan besar usaha atau dorongan yang dimiliki untuk mengatasi setiap hambatan dan
rintangan dalam mencapai kesuksesannya. Berdasarkan hasil penelitian, persentase mahasiswa
dengan motivasi beprestasi yang tinggi sebesar 50,56 persen, sedangkan persentase mahasiswa
dengan motivasi berprestasi yang rendah sebesar 49,44 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
mahasiswa STIS dengan motivasi berprestasi yang tinggi cenderung lebih banyak daripada
mahasiswa dengan motivasi berprestasi yang rendah.
Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa persentase tingkat prokrastinasi akademik tinggi dari
mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih rendah, yakni sebesar 30,22 persen
dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah sebesar 79,78
persen. Sedangkan mahasiswa dengan motivasi berprestasi tinggi memiliki tingkat prokrastinasi
akademik yang rendah lebih besar, yakni sebesar 69,78 persen dibanding mahasiswa dengan
motivasi berprestasi rendah sebesar 20,22 persen. Hasil tersebut menunjukkan mahasiswa yang
memiliki motivasi berprestasi yang rendah lebih sering melakukan prokrastinasi daripada
mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Hal ini dikarenakan mahasiswa
6
IJCCS ISSN: 1978-1520
dengan motivasi berprestasi yang tinggi memiliki usaha dan dorongan yang lebih besar dalam
menghadapi tugas sehingga cenderung tidak melakukan penundaan.
Locus of control
Persepsi mahasiswa terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi di dalam hidupnya
dapat berbeda-beda. Mahasiswa dapat meyakini bahwa kesuksesan atau kegagalan yang terjadi
dipengaruhi oleh perilakunya sendiri atau dikarenakan faktor lain. Berdasarkan hasil penelitian,
persentase mahasiswa dengan locus of control internal sebesar 52,22 persen, sedangkan
persentase mahasiswa dengan locus of control eksternal sebesar 47,78 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa mahasiswa STIS dengan locus of control internal cenderung lebih banyak
daripada mahasiswa dengan locus of control eksternal.
Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa persentase tingkat prokrastinasi akademik tinggi dari
mahasiswa yang memiliki locus of control internal lebih rendah, yakni sebesar 34,57 persen
dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki locus of control eskternal sebesar 76,74 persen.
Sedangkan mahasiswa dengan locus of control eksternal memiliki tingkat prokrastinasi akademik
yang rendah lebih besar, yakni sebesar 65,43 persen dibanding mahasiswa dengan locus of control
eksternal sebesar 23,26 persen. Hasil tersebut menunjukkan mahasiswa yang memiliki locus of
control eksternal lebih sering melakukan prokrastinasi daripada mahaisiswa yang memiliki locus
of control internal. Hal ini dikarenakan mahasiswa dengan locus of control internal bahwa
meyakini bahwa kesuksesan atau kegagalan merupakan hasil tindakannya sehingga ia lebih
bertanggung jawab atas tugas-tugasnya.
Manajemen Waktu
Ketrampilan mahasiswa dalam memanajemen waktu sangat penting dalam menjalani
aktivitas perkuliahan. Mahasiswa dengan manajemen waktu yang baik dapat menjadikan waktu
yang dimiliki menjadi lebih produktif sehingga meningkatkan efektivitas dan efesiensinya.
Persentase mahasiswa dengan manajemen waktu yang baik sebesar 52,78 persen, sedangkan
persentase mahasiswa dengan manajemen waktu yang buruk sebesar 47,22 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa mahasiswa STIS dengan manajemen waktu yang baik cenderung lebih
banyak daripada mahasiswa dengan manajemen waktu yang buruk.
Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa persentase tingkat prokrastinasi akademik tinggi dari
mahasiswa yang memiliki manajemen waktu baik lebih rendah, yakni sebesar 27,37 persen
dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki manajemen waktu buruk sebesar 85,29 persen.
Sedangkan mahasiswa dengan manajemen waktu baik memiliki tingkat prokrastinasi akademik
yang rendah lebih besar, yakni sebesar 72,63 persen dibanding mahasiswa dengan manajemen
waktu buruk sebesar 14,71 persen. Hasil tersebut menunjukkan mahasiswa yang memiliki
manajemen waktu buruk lebih sering melakukan prokrastinasi daripada mahasiswa yang memiliki
manajemen waktu baik. Hal ini dikarenakan mahasiswa dengan manajemen waktu yang baik
mampu memanfaatkan dan merencanakan waktu yang dimiliki sehingga kecenderungan untuk
melakukan penundaan lebih rendah.
7
ISSN: 1978-1520
Uji Independensi
Pengujian independensi merupakan pengujian tahap awal yang dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan atau asosiasi antara dua variabel. Berdasarkan hasil
perhitungan statistik pearson chi square (lampiran 4), dapat diketahui bahwa nilai p-value
keseluruhan variabel bebas lebih kecil dari nilai α (5%) yang mengakibatkan H0 ditolak. Dengan
demikian dapat disimpulkan pada tingkat kepercayaan 95% variabel motivasi berprestasi, locus
of control, dan manajemen waktu memiliki hubungan dengan variabel prokrastinasi akademik.
Uji Simultan
Pengujian variabel secara simultan digunakan untuk mengetahui pengaruh ketiga varibel
bebas secara bersama-sama (overall) terhadap variabel prokrastinasi akademik. Berdasarkan
statistik uji G (lampiran 5), diketahui nilai signifikansi (p-value) model sebesar 0,000. Jika
dibandingkan dengan nilai α (5%) maka p-value < α. Adapun nilai statistik G sebesar 167,04
dibandingkan dengan nilai χ20,05;3 = 7,815 maka G > χ20,05;3. Dengan demikian, hipotesis H0 ditolak
yang artinya pada tingkat kepercayaam 95% dapat dinyatakan bahwa setidaknya terdapat satu
variabel bebas yang signifikan memengaruhi prokrastinasi akademik.
Uji Parsial
Pengujian ini menggunakan statistik uji Wald untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel bebas, yakni motivasi berprestasi, locus of control, dan manajemen waktu
terhadap variabel terikat prokrastinasi akademik. Berdasarkan statistik uji Wald (lampiran 6),
dapat diketahui bahwa ketiga variabel bebas dalam penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat dan masuk dalam model regresi logistik. Hal ini dapat dilihat dari p-value masing-
masing variabel bebas yang kurang dari tingkat singnifikasi α (5%) sehingga hipotesis H0 ditolak.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% masing-masing
variabel motivasi berprestasi, locus of control, dan manajemen waktu signifikan berpengaruh
positif terhadap variabel prokrastinasi akademik.
Mahasiswa dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan berusaha mencapai tujuan
dengan selalu berusaha untuk bisa mengerjakan tugas dengan cepat dan sebaik-baiknya tanpa
melakukan penundaan. Sedangkan individu dengan motivasi berprestasi rendah akan
menunjukkan rasa malas untuk memulai suatu pekerjaannya karena mudah terganggu interupsi
dari luar. Oleh karena itu, sudah sewajarnya motivasi berprestasi berpengaruh positif terhadap
prokrastinasi akademik.
Mahasiswa dengan locus of control internal meyakini segala sesuatu yang terjadi
dikarenakan tindakannya, sehingga cenderung berinisiatif dan pantang menyerah dalam
menghadapi tugas-tugasnya. Sebaliknya, mahasiswa dengan locus of control eksternal kurang
berinisiatif dan mudah menyerah. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jenis locus of control yang
dimiliki berpengaruh positif prokrastinasi akademiknya.
Manajemen waktu baik yang dimiliki mahasiswa akan mampu menciptakan
keseimbangan dalam menjalani kegiatannya. Mahasiswa dapat mengelola waktu dengan
menentukan prioritas dari berbagai kegiatan yang ada, sehingga dapat memfokuskan diri dan
tenaganya pada kegiatan yang penting terlebih dahulu. Sedangkan, mahasiswa yang sulit
memprioritaskan kegiatan dan tidak mampu mengerjakan sesuatu sesuai batas waktu (deadline)
yang telah ditentukan seringkali menunda dan terlambat dalam menyelesaikan tugasnya. Oleh
karena itu, sudah sewajarnya manajemen waktu berpengaruh positif terhadap prokrastinasi
akademik.
8
IJCCS ISSN: 1978-1520
Persamaan regresi logistik yang dihasilkan dapat dibentuk sebagai berikut (lampiran 6):
Nilai konstanta (intercept) sebesar -1,650 menunjukkan bahwa ketika nilai variabel
penjelas bernilai nol, yaitu pada saat motivasi berprestasi tinggi, locus of control internal, dan
manajemen waktu baik, kecenderungan mahasiswa untuk melakukan prokrastinasi akademik
sebesar exp(-1,650)=0,192.
Ukuran kebaikan seperti nilai Pseudo R-square atau dapat dianalogikan sebagai koefisien
determinasi regresi logistik sebesar 33,69% (lampiran 5). Hal ini berarti sebanyak 33,69% variasi
prokrastinasi akademik mahasiswa dapat dijelaskan oleh variabel motivasi berprestasi, locus of
control, dan manajemen waktu. Sedangkan 66,31% sisanya dijelaskan oleh variabel lain.
Nilai odds ratio untuk variabel motivasi berprestasi sebesar 3,206. Hal ini berarti
mahasiswa dengan motivasi berprestasi yang rendah memiliki kecenderungan 3,206 kali untuk
melakukan prokrastinasi akademik tinggi dibandingkan mahasiswa yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi dengan asumsi locus of control dan manajemen waktu konstan.
Nilai odds ratio untuk variabel locus of control sebesar 2,601. Hal ini berarti mahasiswa
dengan locus of control eksternal memiliki kecenderungan 2,601 kali untuk melakukan
prokrastinasi akademik tinggi dibandingkan mahasiswa yang memiliki locus of control internal
dengan asumsi motivasi berprestasi dan manajemen waktu konstan.
Nilai odds ratio untuk variabel manajemen waktu sebesar 7,578. Hal ini berarti
mahasiswa dengan manajemen waktu yang buruk memiliki kecenderungan 7,578 kali untuk
melakukan prokrastinasi akademik tinggi dibandingkan mahasiswa yang memiliki manajemen
waktu yang baik dengan asumsi motivasi berprestasi dan locus of control konstan.
9
ISSN: 1978-1520
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Secara umum mahasiswa STIS yang memiliki cenderung lebih banyak memiliki
prokrastinasi akademik tinggi (54,72%) motivasi beprestasi tinggi (50,56%), locus of
control internal (52,22%), dan manajamen waktu yang baik (52,78%).
2. Ketiga variabel motivasi berprestasi, locus of control, dan manajemen waktu masing-
masing memiliki hubungan dengan prokrastinasi akademik mahasiswa STIS.
3. Motivasi berprestasi, locus of control, dan manajemen waktu memiliki pengaruh terhadap
prokrastinasi akademik mahasiswa STIS
4. Prokrastinasi akademik cenderung lebih sering dilakukan oleh mahasiswa yang memiliki
motivasi berprestasi rendah, locus of control eksternal, dan manajemen waktu yang
buruk.
5. SARAN
10
IJCCS ISSN: 1978-1520
DAFTAR PUSTAKA
11
ISSN: 1978-1520
LAMPIRAN
Lampiran 3
12
IJCCS ISSN: 1978-1520
Variabel ̂
𝛃 SE Wald P-value
(1) (2) (3) (4) (5)
Motivasi berprestasi 1,165 0,297 3,926 4,3203x10-5
13