Anda di halaman 1dari 13

BIOLOGI IKAN GABUS (Channa striatus Bl.

Ditulis oleh Nurfitriana di 04.18 Label: Literatur Ikan

Ikan gabus tergolong sebagai ikan air tawar yang bernilai ekonomi. Jenis ikan gabus ini selalu
diperdagangkan dalam keadaan segar sebagai ikan yang sudah mati maupun yang masih hidup di
pasar ikan di kota maupun di pasar desa pada hari pekan. Akan tetapi ada kalanya ada juga yang
diperdagangkan sudah menjadi ikan asin. Ikan ini sangat digemari masyarakat karena rasa
dagingnya yang lezat maupun gurih.

Walaupun tekanan ekologis terhadap lahan rawa-rawa di daerah Riau sangat tinggi sehingga
dapat mengganggu tempat bereproduksi ikan gabus ini, akan tetapi mereka masih dapat
melakukan pemijahan di anak-anak sungai yang masih diliputi oleh vegetasi air. Di daerah Riau
spesies ikan gabus ini dapat dijumpai di perairan sungai dan anak sungai, danau (oxbow), waduk,
suak, tasik, kanal, saluran irigasi, genangan air dan sawah.

Deskripsi dan klasifikasi


Bentuk tubuh ikan memanjang, permukaan tubuh dan kepala ditutupi oleh sisik tebal dan
permukaannya kasar. Sirip punggung panjang yang dasarnya mencapai pangkal ekor, permulaan
sirip ini di atas atau sedikit di belakang sisip dada. Kepala berbentuk seperti kepala ular. Pada
tulang mata bajak dan langit-langit lebih dari 2 baris gigi kecil dan tidak bertaring. Antara dasar
sirip punggung dan linea lateralis terdapat 4 - 5 baris sisik, D 38 - 43, A 23 - 27, Linea lateralis
(Lt) 52 - 57. TL = 900 mm. Pada sisi badan mempunyai pita warna berbentuk > mengarah ke
depan. Sirip dada lebih pendek dari pada bagian kepala di belakang mata. Umumnya bagian
punggung tubuh berwarna gelap dan bagian perut (abdominal) berwarna putih. Sirip ekor
berbentuk bundar (rounded) (Saanin, 1986; Pulungan et al., 1986; Kottelat et al., 1993 dan
Pulungan 2000).

Klasifikasi ikan berdasarkan Saanin (1986) bahwa ikan gabus tergolong ke dalam filum
Chordata, sub filum Vertebrata, super kelas Pisces, kelas Teleostei, ordo Labyrinthyci, famili
Ophiocephalidae dan genus Ophiocephalus. Akan tetapi Kottelat et al. (1993) mengelompokkan
spesies ikan gabus ini ke dalam ordo Perciformes, sub ordo Channoidei, famili Channidae, genus
Channa dan spesies Channa striatus.
Beberapa daerah di Riau mengenal jenis ikan gabus ini dengan sebutan sebagai ikan bocek.
Sedangkan secara internasional dikenal juga dengan sebutan ikan "snake head" dan "murrel".
Penyebaran jenis ikan ini di dunia terdapat di daerah paparan Sunda, pulau Sulawesi, Lesser
Sundas, Moluccas, India, Indochina dan China (sebagai hasil introduksi) (Kottelat et al., 1993).
Ikan gabus yang terdapat di rawa-rawa sekitar desa Teratak Buluh dekat aliran sungai Kampar
Kanan, Riau pertama kalinya mencapai matang gonad untuk ikan jantan pada ukuran 165 mm
dan ikan betina 162 mm (Ahmad et al., 1983). Dengan nilai fekunditas pada ikan yang berukuran
165 - 360 mm berkisar antara 1.190 - 11.307 butir.

Spesies ikan gabus ini terkenal sebagai ikan karnivor yang buas dan juga dikenal sebagai hama
pada kolam-kolam ikan penduduk. Hasil pengamatan Januar (1999) bahwa jenis makanan ikan
gabus yang terdapat di sekitar sungai Tangun dan rawa-rawa di sekitarnya yang merupakan anak
sungai Kampar Kanan adalah berupa anak ikan : betok (Anabas testudineus), selincah/kopar
(Belontia hasseltii), sepat rawa (Trichogaster trichopterus), laga (Betta sp.), paweh (Osteochilus
hasseltii) dan pantau (Rasbora sp.). Jenis anak ikan yang paling digemari oleh ikan gabus adalah
anak ikan dari genus Rasbora.

Bahan bacaan
Ahmad, M; C.P.Pulungan; R. Hamidy dan Pardinan (1984). Biologi ikan gabus, Ophiocephalus
striatus Bl) lingkungan rawa-rawa di sekitar Pekanbaru. Pusat Penelitian Universitas Riau,
Pekanbaru.
Januar, A.S. 1999. Studi komperatif hubungan panjang ikan genus Channa dengan panjang
mangsanya di sungai Tangun, Kodya Pekanbaru, Riau. Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas
Riau, Pekanbaru.
Kottelat, M.; A.J. Whitten, N.S. Kartika sari dan S. Wiroajmodjo. 1993.Ikan air tawar di perair
an Indonesia bagian Barat dan Sulawesi. Pereplius Eds (Hk) Ltd kerjasama dengan proyek
EMDI, kantor menteri negara Kependudukan dan lingkungan hidup R.I. Jakarta.
Pulungan, C.P., Pardinan; A. Sianturi, M. Siagian, I. Lukystiowati dan A.A. Siregar. 1986.
Diskripsi Ikan-ikan di hulu sungai Kampar Kanan, Riau. Puslit Univ. Riau, Pekanbaru.
Pulungan,C.P. 2000. Diskripsi ikan-ikan air tawar dari waduk PLTA Koto Panjang, Riau.
Lemlit Univ Riau, Peklanbaru.
Saanin, H, 1986 Taksonomi dan kunci identifikasi ikan. Binacipta jakarta

Ikan Gabus
Ikan gabus, Channa striata
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Channidae
Genus: Channa
Spesies: C. striata
Nama binomial Channa striata
(Bloch, 1793)

4. Iodoform Test
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 2 ml larutan sampel (metanol, fenol, etanol,
isopropanol, etilen glikol, tersier butanol, dan gliserol)  ke dalam tabung reaksi. Kemudian
ditambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi 2 ml iodin, sambil mengaduk, ditambahkan
NaOH  hingga warna iodin berubah menjadi kuning muda. Diamkan, bila belum terbentuk
endapan kuning, maka tabung reaksi dalam penangas air dipanaskan.
            Uji iodoform reaksi antara  sampel alkohol  dengan iodin akan membentuk larutan
berwarna kuning. Hal ini disebabkan karena alkohol bereaksi dengan hidrogen halida
menghasilkan alkil halida. Berarti pada setiap sampel alkohol mengandung iodoform.

Aldehida dengan pereaksi tollens (oksidator lembut) dioksidasi menjadi asamkarboksilat, yang
ditandai dengan terbentuknya endapan cermin perak.

R-CHO  + Ag2O   R-COOH  +  Ag      Cermin perak

Ladang Pembantaian Penyu Hijau di Bangka Selatan


Foto kondisi penyu hijau yang mengalami luka menganga bekas sayatan benda tajam pada
lengan renang penyu yang hampir putus

Selama Tim melaksanakan program eksplorasi terumbu karang, ada peristiwa menarik dan
penting menurut tim untuk dipublikasikan. Peristiwa ini tejadi saat tim eksplorasi melaksanakan
kegiatan di Desa Tanjung Labu Pulau Lepar Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Ekosistem terumbu karang di Desa Tanjung Labu memanjang sepanjang desa
dan terdapat pula ekosistem terumbu karang yang terdapat di seberang perairan yang berjarak
hanya sekitar 300 meter dari bibir pantai. Selain itu ditemukan ekosistem padang lamun di
bagian barat desa yang didominasi oleh jenis Enhalus acoroides dan Thalassodendron ciliatum.
Selain itu, ditemukan banyak makroalga di daerah yang perairannya dangkal diantara ekosistem
terumbu karang dan lamun.

Saat perjalanan menyisiri pantai menggunakan kendaraan menuju lokasi pengamatan terumbu
karang, tim melihat seekor penyu hijau (Chelonia mydas) yang cukup besar di pinggir pantai
yang telah tertelentang dan tak lagi bergerak. Tim memprediksi bahwa penyu tersebut telah mati.
Karena waktu surut yang hanya singkat, maka tim memutuskan untuk melakukan pengamatan
terumbu karang terlebih dahulu. Setelah selesai kegiatan eksplorasi baru kemudian mengecek
kondisi sebenarnya yang terjadi dengan penyu hijau tersebut.

Saat menghampiri dan melihat kondisi sang penyu yang telah kaku dan tertelentang, tim mengira
penyu telah mati. Namun perkiraan itu ternyata salah. Penyu tersebut masih bernafas dan sedang
berusaha untuk membalikkan badannya dengan kedua lengan renangnya yang nyaris putus.
Sebelumnya tim mengira luka tersebut akibat tersangkut jaring nelayan atau alat tangkap lainnya.
Namun setelah diperiksa dengan seksama terlihat jelas bahwa luka pada kedua lengan renang
penyu tersebut akibat dipotong dengan golok atau benda tajam lainnya. Karena luka bekas
potongannya terlihat jelas menganga. Dari kondisi itulah, tim menyimpulkan bahwa semua
kejadian itu sengaja dilakukan oleh nelayan setempat dan membiarkan penyu mati secara
perlahan-lahan.
Tim eksplorasi terumbu karang pun akhirnya berusaha membalikkan posisi penyu kembali ke
keadaan normal dan membiarkannya menuju laut kembali. Namun dengan kondisi luka yang
menganga pada kedua lengan renang penyu hijau tersebut, tim tak yakin jika sang penyu mampu
bertahan hidup dengan baik. Di sekitar ditemukannya penyu hijau, tergeletak pula penyu hijau
lainnya yang tertelentang dan telah mengeras tak bernyawa. Namun ukurannya lebih kecil.
Penyu ini nasibnya telah tak terselamatkan lagi.

Setelah peristiwa itu, tim eksplorasi terumbu karang mewawancarai nelayan-nelayan Desa
Tanjung Labu untuk mengetahui apa penyebab semua kejadian ini. Hasilnya sangat
mengejutkan, penyu tersebut memang sengaja dibunuh oleh nelayan karena dianggap
mengganggu sero (alat tangkap ikan jenis perangkap yang memanfaatkan pasang surut air laut)
milik nelayan. Terkadang ada sekitar tiga ekor penyu yang menyangkut di sero. Karena dianggap
mengganggu dan dapat merusak sero, maka penyu tersebut dibunuh atau dibiarkan mati dengan
cara yang telah kami saksikan. Nelayan di Desa Di Tanjung Labu adalah nelayan yang tidak
memakan daging penyu, karenanya nelayan tidak pernah sengaja menangkap penyu dan
mengambil dagingnya. Penyu-penyu tersebut dibiarkan mati begitu saja.

Pada sepanjangg ekosistem terumbu karang di desa tanjung labu memang terdapat pula
ekosistem padang lamun dan hamparan makroalga yang merupakan makanan utama penyu hijau.
Disepanjang ekosistem ini pun banyak terdapat sero milik nelayan. Karenanya menjadi hal yang
biasa bagi nelayan mendapati penyu yang juga masuk ke dalam sero milik mereka. Bagi para
nelayan, daripada terus mengganggu maka lebih baik dibunuh agar tidak lagi mengganggu.
Sungguh menyedihkan nasib penyu di perairan ini. Padahal mereka telah lebih dulu dan lebih
lama hidup disekitar perairan ini. Namun, karena keegoisan manusia, maka hewan ini lah yang
menjadi korban.

Tapi berdasar hasil wawancara, tak semua pemilik sero yang melakukan hal sekeji itu terhadap
penyu. Ada beberapa nelayan yang dengan sabar membiarkan penyu keluar kembali dari sero
karena memang penyu tersebut sebenarnya tak membuat sero mereka menjadi rusak.

Nasib Penyu Hijau di Indonesia ...

Segitiga Karang meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon dan
Timor Leste menjadi rumah bagi 6 dari 7 jenis penyu yang ada di dunia. Penyu-penyu tersebut
adalah penyu hijau atau dikenal dengan nama green turtle (Chelonia mydas), penyu sisik atau
dikenal dengan nama Hawksbill turtle (Eretmochelys imbricata), penyu lekang atau dikenal
dengan nama Olive ridley turtle (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing atau dikenal dengan
nama Leatherback turtle (Dermochelys olivacea), penyu pipih atau dikenal dengan nama
Flatback turtle (Natator depressus) dan penyu tempayan atau dikenal dengan nama Loggerhead
turtle (Caretta caretta). Penyu belimbing adalah penyu yang di lindungi dan masuk dalam CITES
(Convention on International Trade of Endangered Species) Appendix 1.Penyu hijau adalah
salah satu jenis penyu laut yang umum dan jumlahnya lebih banyak dibanding beberapa penyu
lainnya. Meskipun jumlahnya lebih banyak dibanding penyu lainnya, populasi penyu hijau tiap
tahun berkurang oleh penangkapan dan pembunuhan baik sengaja maupun tidak sengaja yang
terperangkap oleh jaring.
Penyu hijau hidup di lautan tropis dan subtropis di Samudra Atlantik dan Pasifik. Penyu hijau
memiliki leher yang pendek dan sirip yang menyerupai lengan yang beradaptasi untuk berenang.
Paruhnya pendek dan tidak melengkung. Beratnya mencapai 315 kg, yang terbesar mencapai 395
kg. Penyu remaja menghabiskan waktunya di laut dangkal. Penyu akan kembali ke pantai saat
bertelur. Penyu ini akan bertelur setiap tiga tahun sekali. Keberadaan penyu hijau sangat jarang
sehingga dilindungi oleh setiap Negara dan ditetapkan sebagai hewan dilindungi oleh IUCN dan
CITIES. Namun dibeberapa Negara seperti di Indonesia, penyu hijau masih diburu dan diambil
telurnya untuk dimakan. Gerakannya yang unik dan khas seakan menggambarkan kelihayan
perenang dasar laut yang mempesona. Ini mungkin bisa menggambarkan betapa unik dan indah
melihat penyu laut berenang bebas di bawah permukaan laut. Dengan menggerakkan kedua kaki
renang depan untuk mengontrol gerakan dan kecepatan, hewan ini bergerak gesit di dasar laut.
Juga dengan bantuan kaki belakang sebagai penyeimbang seakan memberikan kesempurnaan
gaya renang yang memukau.

Penyu laut khususnya penyu hijau adalah hewan pemakan tumbuhan (herbivore) namun sesekali
dapat menelan beberapa hewan kecil. Hewan ini sering di laporkan beruaya di sekitar padang
lamun (seagrass) untuk mencari makan, dan kadang di temukan memakan macroalga di sekitar
padang alga. Pada padang lamun hewan ini lebih menyukai beberapa jenis lamun kecil dan lunak
seperti (Thalassia testudinum, Halodule uninervis, Halophila ovalis, and H. ovata). Pada padang
alga, hewan ini menyukai (Sargassum illiafolium and Chaclomorpha aerea). Pernah di laporkan
pula bahwa penyu hijau memakan beberapa invertebrate yang umumnya melekat pada daun
lamun dan alga.

Penyu laut adalah adalah hewan yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di bawah
permukaan laut. Induk betina dari hewan ini hanya sesekali kedaratan untuk meletakkan telut-
telurnya di darat pada substrate berpasir yang jauh dari pemukiman penduduk. Untuk penyu
hijau, seekor Induk betina dapat melepaskan telur-telurnya sebanyak 60 – 150 butir, dan secara
alami tanpa adanya perburuan oleh manusia, hanya sekitar 11 ekor anak yang berhasil sampai
kelaut kembali untuk berenang bebas untuk tumbuh dewasa. Dari 1.000 anak penyu (tukik) yang
lahir, rata-rata hanya satu yang bisa hidup sampai dewasa. Beberapa peneliti pernah melaporkan
bahwa presentase penetasan telur hewan ini secara alami hanya sekitar 50 % dan belum ditambah
dengan adanya beberapa predator-predator lain saat mulai menetas dan saat kembali ke laut
untuk berenang. Predator alami di daratan misalnya kepiting pantai (Ocypode saratan, Coenobita
sp.), Burung dan tikus. Dilaut, predator utama hewan ini antara lain ikan-ikan besar yang beruaya
di lingkungan perairan pantai. Sangat kecilnya presentase tersebut lebih diperparah lagi dengan
penjarahan oleh manusia yang mengambil telur-telur tersebut segera setelah induk-induk dari
penyu tadi bertelur.

Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, telur penyu dijual secara bebas dengan harga yang
bervariasi sesuai dengan lokasi. Selama perjalanan Tim eksplorasi terumbu karang, saat berada
di Pulau Semujur penduduk menawarkan telur penyu dengan harga Rp 500,-/butir. Saat berada di
Tanjung Berikat Desa Tanjung Beriga Kabupaten Bangka Tengah, telur penyu di jual Rp
1.000,-/butir dan di pasar ikan Sungailiat Kabupaten Bangka di jual dengan harga Rp
2.000,-/butir. Di pasar Tanjung Pandan Pulau Belitung, telur penyu dijual dengan harga Rp
2.500/butir. Sangat di sayangkan memang, walaupun beberapa daerah pengeraman alami telur
penyu jauh dari pemukiman penduduk, namun tetap tidak luput dari perburuan illegal oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Secara global, sebanyak ratusan ribu penyu tertangkap setiap tahunnya di mata kail dan jaring
dari kegiatan penangkapan ikan. Sedangkan pantai peteluran juga mengalami tekanan sebagai
dampak pembangunan industri yang tidak memperhatikan aspek lingkungan, aktivitas manusia
di pantai, serta pemanasan global. Kondisi ini semakin menurunkan populasi penyu laut di
lingkungan asli mereka. Keunikannya tidak akan tampak lagi, saat banyak dari penduduk pantai
merusak dan menjarah telur-telur meraka, memburuh induk-induk meraka dan merusak rumah-
rumah mereka.

Dewasa ini memang sangat mendesak adanya upaya manajeman perlindungan lingkungan asli
hewan ini yang tidak hanya berlaku pada suatu kawasan perteluran hewan ini namun juga di
beberapa daerah yang merupakan jalur migrasi hewan ini dalam mencari makan. Upaya
konservasi dan perlindungan harusnya bukan hanya di atas kertas saja namun lebih kearah
praktek pemeliharaan yang rill guna menjaga kelangsungan hidup dan lingkungan alami hewan
ini. Tentunya upaya ini akan bermuara ke realitas perlindungan lingkungan yang rill dan
pemeliharaan biodiversity laut agar anak cucu kita masih dapat menyaksikan hewan ini berenang
lincah di lautan bebas.

Foto penyu hijau yang menggenaskan saat ditemukan di pinggir Pantai Desa Tanjung Labu
Kabupaten Bangka Selatan
Foto penyu hijau yang menggenaskan saat ditemukan di pinggir Pantai Desa Tanjung Labu
Kabupaten Bangka Selatan

Foto penyu hijau yang menggenaskan saat ditemukan di pinggir Pantai Desa Tanjung Labu
Kabupaten Bangka Selatan
Foto kondisi penyu hijau yang mengalami luka menganga bekas sayatan benda tajam pada
lengan renang penyu yang hampir putus

Foto Penyu hijau setelah dibalikkan oleh tim ekplorasi terumbu karang, tampak bekas darah yang
masih segar dan mengalir dari lengan penyu yang terluka
Foto Penyu hijau yang ditemukan cukup besar dan mencoba menuju laut dengan sisa-sisa tenaga
yang dimiliki. (tampak pada foto terdapat alat tangkap sero milik nelayan setempat yang terdapat
di perairan pantai dengan deretan kayu yang memanjang)

Foto Penyu hijau yang ditemukan cukup besar dan mencoba menuju laut dengan sisa-sisa tenaga
yang dimiliki. (tampak pada foto terdapat alat tangkap sero milik nelayan setempat yang terdapat
di perairan pantai dengan deretan kayu yang memanjang)
Foto penyu hijau lain yang ditemukan. Saat ditemukan kondisinya tertelentang. Ukurannya lebih
kecil dan telah keras tidak bernyawa
Foto Telur penyu yang dijual di pasar ikan kota Sungailiat Kabupaten Bangka dengan harga Rp
2.000,-/butir.

Foto Telur penyu yang dijual di pasar ikan kota Sungailiat Kabupaten Bangka dengan harga Rp
2.000,-/butir.

Keterangan : Beberapa data pada artikel ini disarikan/dikutip dari beberapa artikel ilmiah dan
tulisan populer lainnya.

Tim Eksplorasi Terumbu Karang Universitas Bangka Belitung.


Ketua Tim : Indra Ambalika, S.Pi
Anggota : Eko Chandra dan Khoirul Muslih, S.Pi
Email : indra-ambalika@ubb.ac.id
Pengambilan foto di Tanjung Labu Pulau Lepar dilakukan pada April 2009. di Pasar Ikan
sungailiat pada 23 Mei 2009
Menggunakan kamera Canon Powershot A710 IS 7,1 MP.

Anda mungkin juga menyukai