Anda di halaman 1dari 9

Analisis Varian Morfologi Ubur-Ubur (Aurelia Aurita, Cassiopea Ornata Dan

Mastigias Papua) Di Danau Kakaban

ABSTRAK

Coelenterata berasal dari kata Yunani: Coelo: rongga dan enteron: usus.
Jadi Coelenterata adalah hewan yang berongga. Ciri-ciri dan sifat umum
coelenterata yaitu: bentuk tubuhnya simetris radial, tidak bersegmen dan tidak
mempunyai kepala. Salah satu contoh dari filum Coelenterata yaitu Ubur – ubur.
Ubur-ubur atau Scyphozoa merupakan coelenterata yang hidup di laut baik dalam
bentuk polip yang melekat di dasar ataupun yang berenang bebas dalam bentuk
medusa. Tubuhnya lunak seperti gelatin, transparan, dan mengandung banyak air.
Bentuk tubuhnya unik sehingga dengan mudah dapat dibedakan dari jenis
coelenterata lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui varian morfologi
varian morfologi ubur-ubur (aurelia aurita, cassiopea ornata dan mastigias
papua) di danau kakaban. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 9-11
November 2018 bertempat di pulau Kakaban, Kabupaten Berau Kalimantan
Timur. Objek dalam penelitian ini adalah Ubur-ubur (Scyphozoa) yang terdapat
pada danau Kakaban. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey dengan teknik menyelam, yakni dengan menyelam lokasi penelitian sambil
mengambil sampel, foto, titik koordinat dan melakukan wawancara terhadap
masyarakat sekitar lokasi penelitian mengenai informasi keberadasaan ubur-ubur.
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, bahwa di danau kakaban kami
mendapatkan 3 spesies ubur – ubur yang berbeda. Yaitu spesies Aurelia aurita,
Cassiopea ornate, Mastigias papua.

PENDAHULUAN
Coelenterata berasal dari kata Yunani: Coelo: rongga dan enteron: usus. Jadi
Coelenterata adalah hewan yang berongga. Ciri-ciri dan sifat umum coelenterata
yaitu: bentuk tubuhnya simetris radial, tidak bersegmen dan tidak mempunyai
kepala. Mulut dilengkapi oleh tentakel yang berfungsi sebagai alat penangkap
mangsa, alat penggerak, dan alat pertahananan, tubuhnya tersusun atas dua lapisan
(diplobastik), yaitu lapisan luar disebut ektoderm terdiri dari sel epidermis. Pada
bagian tentakelnya terdapat knidoblas atau sel jelatang yang didalamnya terdapat
nematosis (sel penyengat). Nematosis dilepaskan bila ada musuh dan
menghasilkan zat racun yang disebut hipnotoksin. Lapisan dalam disebut
endoderm (gastroderm) yang melapisi rongga gastrovaskular (Sya'diyah, H:
2015).
Ubur-ubur atau Scyphozoa merupakan coelenterata yang hidup di laut baik dalam
bentuk polip yang melekat di dasar ataupun yang berenang bebas dalam bentuk
medusa. Tubuhnya lunak seperti gelatin, transparan, dan mengandung banyak air.
Bentuk tubuhnya unik sehingga dengan mudah dapat dibedakan dari jenis
coelenterata lainnya. Ubur-ubur ini dikenal sebagai binatang berbahaya di
perairan dekat pesisir pantai, karena dapat menyebabkan rasa gatal pada kulit bila
tersentuh. Hal ini disebabkan oleh sel-sel penyengat atau nematosis yang terdapat
di dalam jaringan epidermisnya, baik pada tentakel maupun di bagian lain
tubuhnya.Ubur-ubur merupakan salah satu sumberdaya laut yang dapat diekspor
dan di lain pihak dapat menambah penghasilan kaum nelayan. Dibeberapa negara
di Asia Tenggara, Jepang, Hongkong dan Korea, ubur-ubur telah dikenal sebagai
salah satu bahan makanan bergizi karena mengandung kadar protein yang cukup
tinggi. Di India terutama di daerah Tamil, ubur-ubur dari marga Rhizostoma
dengan nama populernya "Muttai Chori" ditangkap dalam jumlah besar terutama
pada bulan Januari sampai bulan Juni untuk diolah. Jenis-jenis dari marga ini
diameter medusanya yang berbentuk payung dapat mencapai 80 cm. Pengolahan
ubur-ubur dari bentuk segar menjadi bahan makanan yang siap untuk di ekspor
secara garis besarnya sama. Di Indonesia metode pengolahan meliputi
pengeluaran cairan dari tubuh dengan cara penggaraman bertahap dan perlahan-
lahan, dan memakan waktu cukup lama. Proses ini diikuti dengan pengeringan
sehingga mencapai kadar air yang paling rendah, kemudian dikemas. Tulisan ini
mengetengahkan jenis ubur-ubur yang umumnya ditemukan di perairan tropis
yang dapat diolah, serta cara-cara pengolahannya sampai siap untuk ekspor
(Manuputty. W : 1988).
Danau Kakaban merupakan danau prasejarah yaitu zaman peralihan Holosin.
Luasnya sekitar 5 km², berdinding karang terjal setinggi 50 meter, yang
mengakibatkan air laut yang terperangkap tidak lagi bisa keluar, menjadi danau.
Pulau Kakaban, salah satu gugusan Kepulauan Derawan dinominasikan sebagai
sebuah Kawasan Warisan Dunia. Kawasan seluas 774,2 hektar ini memiliki
populasi dan keragaman ubur-ubur terbanyak di dunia, yaitu tiga spesies unik
ubur ubur yang tidak menyengat (Wiryawan, 2005).
Beragamnya jenis ubur-ubur yang terdapat di danau kakaban pastilah
menyebabkan perbedaan morfologi pada berbagai speseies tersebut. Banyak hal
mempengaruhi perbedaan morfologi tersebut antara lain adalah faktor lingkungan
(suhu, salinitas, dan PH).
METODE
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 9-11 November 2018
bertempat di pulau Kakaban, Kabupaten Berau Kalimantan Timur.
B. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah Ubur-ubur (Scyphozoa) yang terdapat pada
danau Kakaban.
C. Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan
teknik menyelam, yakni dengan menyelam lokasi penelitian sambil
mengambil sampel, foto, titik koordinat dan melakukan wawancara terhadap
masyarakat sekitar lokasi penelitian mengenai informasi keberadasaan ubur-
ubur.
D. Instrumen penelitian dan prosedur pengumpulan data
1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
Kamera, ATK, Barometer panjang, alat pengukur PH, salinitas, Software
GPS Location, toples plastik, buku gambar A3 dan plastik klip bening.
2. Instrumen Observasi
Fokus penelitian : sebaran ubur-ubur dikepulauan Maratua
Tempat : Di pesisir panta Maratua, dibangkai kapal tempat
bapak pekerja berkumpul
Waktu : 10:00 /Sabtu, 10 November 2018
Narasumber : Bapak Iwan, bapak Herman dan bapak Uswandi
Langkah - langkah
Pewawancara : Apakah daerah pesisir pantai Maratua ini terdapat
ubur-ubur?
Narasumber : Kalau di pantai Maratua jarang terdapat ubur-ubur, yang
biasanya ada muncul disekitaran Maratua yaitu pari saja.
Pewawancara: Apalah ada tempat lain di pulau Maratua ini yang terdapat
ubur-ubur berkumpul?
Narasumber: Iya ada, letaknya di danau air asin yang jaraknya sekitar 6
km dapat ditempuh dengan mobil atau spead ke ujung pulau.
Pewawancara: Pak, apakah jenis ubur-ubur yang ada di danau air asin
tersebut jenisnya sama dengan ubur-ubur yang ada di danau Kakaban?
Narasumber: Iya dek, beberapa jenis yang ada di danau Kakaban sama
dengan ubur-ubur yang ada di danau tersebut dengan diameter sekitar
besaran bola kasti.
Pewawancara: Apakah ubur-ubur didanau air asin bisa menyengat atau
sama halnya dengan yang ada didanau Kakaban, pak?
Narasumber: Ubur-ubur yang ada di danau air asin sama dengan ubur-
ubur di danau Kakaban yakni tidak menyengat. Tetapi dilihat dari jenis
kulit kita masing-masing, walaupun ubur-ubur tersebut tidak menyengat
bila kulit kita memiliki sensitive atau ada riwayat alergi, maka
kemungkinan mengalami gatal-gatal pada kulit bisa terjadi.
3. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menjelajah dan menelusuri daerah pantai
di pulau Derawan, Maratua, Kakaban dan Sangalaki. Daerah yang akan
menjadi tempat pengamatan ubur-ubur adalah danau Kakaban dengan
melakukan pengambilan foto dan sampel yang di anggap perlu.
Langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mencari dan mengambil foto serta titik koordinat ditemukannya ubur-
ubur
b. Mengukur parameter lingkungan (suhu, salinitas, intensitas cahaya),
pada tempat pengambilan sampel
c. Mengidentifikasi bentuk, ukuran, warna dan habitatnya untuk
menentukan jenisnya.

TUJUAN
untuk mengetahui varian morfologi varian morfologi ubur-ubur
(aurelia aurita, cassiopea ornata dan mastigias papua) di danau
kakaban
HASIL

Gambar 1 (a dan b) Aurelia aurita

Gambar 2 (a dan b) Cassiopea ornata

Gambar 3 (a dan b) Mastigias papua


PEMBAHASAN
Pada gambar 1.a merupakan gambar dari spesies Aurelia aurita.
Spesies ini merupakan jenis spesies terbesar di danau kakaban. Jenis ini
memiliki warna yang bening dan transparan, dan tidak menyengat.
Berbeda dengan aurelia aurita yang hidup di laut, pada danau kakaban
jenis A.aurita yang ditemukan sudah memiliki perbedaan baik morfologi
dan fisiologinya, pada morfologi dapat dilihat dari ukurannya, tentakel dan
warnanya. Sedangkan dari fisiologisnya dapat dilihat dari fungsi tentakel
yaitu sel nematosist yang dimiliki ubur-ubur ini. Ukuran A.aurita
mencapai 15 cm yang berada di danau kakaban, sedangkan a.aurita di
lautan ukurannya dapat mencapi 50 cm. Terjadinya evolusi menyebabkan
berkurangnya tentakel pada A.aurita yang ada di danau kakaban. Warna
dari .A.aurita yang ada di danau kakaban tampak lebih gelap dibandingkan
dengan yang ada di lautan. Pada umumnya A.aurita merupakan jenis ubur-
ubur yang sangat berbahaya karena apabila merasa sedang dalam bahaya
atau keadaan yang mengancam dirinya ubur-ubur ini akan menyengat dan
mengeluarkan racunnya. Namun, berbeda dengan A.aurita yang berda di
danau kakaban ini yang telah berevolusi dan kehilangan kemampuannya
untuk menyengat serta mengeluarkan racun.
Pada gambar 2.a merupakan gambar dari spesies Cassiopea ornata.
Ubur-ubur ini merupakan salah satu ubur-ubur yang unik karena berenang
dengan cara terbalik dan biasa disebut (upside-down jellyfish). Disebut
terbalik karena tudungnya justru di posisi bawah bagaikan kuali,
sedangkan umbai- umbai atau tentakelnya yang justru melambai-lambai ke
atas.. Ubur-ubur ini tergolong hewan yang terspesialisasi hidup di dasar
perairan. Ubur-ubur terbalik mendapatkan makanan dari zooxanthella,
mikroalga yang “bersemayam” di dalam jaringan tubuhnya. Ubur-ubur ini
dan zooxanthella hidup bersimbiosis yang saling menguntungkan
(mutualistis). Zooxanthella mampu memproduksi makanannya sendiri
melalui proses fotosintesis dan memasok energi bagiinang ubur-uburnya.
Sebaliknya zooxanthella mendapatkan hara dan perlindungan dari ubur-
ubur. Sebagian besar zooxanthella dalam ubur ubur ini terkonsentrasi di
bagian bawah tudung dan tentakel sehingga untuk memaksimalkan proses
fotosintesis, ubur-ubur ini membalikn tubuhnya, bagaikan payung terbalik
menghadap matahari.C.ornata memiliki warna coklat dan 6 tentakel warna
yang dimiliki oleh C.ornata yang berada di laut jauh lebih gelap
dibandingkan yang berada di lautan. Ukuran dari C.ornata mencapai 11
cm yang berada di danau kakaban sedangkan secara umum ukurannya
dapat mencapi 20 cm. ubur-ubur ini juga merupakan ubur-ubur yang
menyengat dan beracun. Namun karena terjadinya evolusi ubur-ubur ini
juga kehilangan kemampuannya untuk menyengat.
Pada gambar 3.a merupakan gambar dari spesies Mastigias papua.
Ubur-ubur ini merupakan jenis ubur-ubur yang paling padat populasinya di
danau Kakaban. M.papua memiliki 5 buah tetakel (hasil pengamatan) dan
warna payungnya agak bening dan ada totol berwarna coklat namun sudah
pudar. Hal ini berbeda dengan yang ada dilautan yang memiliki totol-totol
di payungnya yang berwarna lebih terang. Berbeda dengan C. ornata
yang memiliki tentakel seperti bercabang-cabang, M. papua memiliki
tentakel yang seperti tabung. Ukurang dari M. papua mencapai 9 cm
sedangkan pada umumnya mencapai 20 cm. Akibat isolasi selama ribuan
tahun, ubur-ubur di danau ini mengalami evolusi hingga memiliki karakter
fisik yang berbeda dengan saudaranya yang hidup di laut. Kurangnya
predator menyebabkan kelenjar sengat (nematosist) pada ubur-ubur ini
mengalami reduksi sehingga berukuran sangat kecil dan tidak efektif lagi
sebagai senjata penyengat mangsanya. Dalam ekosistem danau Kakaban,
yang nyaris tanpa predator dan memiliki sumber makanan yang melimpah,
keberadaan kelenjar sengat tidak diperlukan lagi. Ubur-ubur ini pun
dikenal sebagai ubur-ubur tanpa penyengat atau stingless jellyfish.
Parameter lingkungan juga sangat mempengaruhi ada tidaknya
venom (racun) pada spesies A. aurita, C. ornate, dan M. papua. Pada
pengamatan ini kami mengukur salinitas, suhu dan PH air yang berada di
danau kakaban dan di laut kakaban. Berikut hasil pengkuruan dapat dilihat
pada tabel 1 dan 2
Tabel 1. Profil Paraneter Lingkungan Danau Kakaban

Parameter Satuan Nilai


Salinitas Ppt 30
o
Suhu C 28
PH ppm 7,1

Tabel 2. Profil Parameter Lingkungan Laut Kakaban

Parameter Satuan Nilai


Salinitas Ppt 33
o
Suhu C 28
PH ppm 17

Adanya perbedaan dari parameter salinitas dan pH dapat


menundukumg terjadinya perubahan pada ubur-ubur yang ada di Danau
Kakaban sehingga ubur-ubur dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungan untuk dapat bertahan hidup. Faktor yang paling berpengaruh
salah satunya adalah dari lingkungan (Mayr, 2010). Spesies A. aurita, C.
ornata dan M. papua yang ada di laut Kakaban masih memiliki tentakel
dan venom (Nurasmi, 2016). Salah satu yang menyebabkan venom aktif
pada ubur-ubur dalah protein. Pembentukan protein dipengaruhi oleh
beberapa faktor (Rifkin, 1996a&b). Faktor yang paling berpengaruh salah
satunya adalah dari lingkungan (Mayr, 2010). Sailnitas dan pH di Danau
Kakaban yang lebih rendah menyebabkan enzim pembentuk protein
venom tidak dapat terbentuk dikarenakan salinitas tidak mendukung
untuk terbentuk enzim. Setiap enzim memiliki suhu dan pH tertentu yang
menyebabkan aktivitas dapat mencapai optimum (Gaman & Sherrington,
1994).
Suhu di Danau Kakaban yang lebih tinggi juga berpengaruh
terhadap pembentukan enzim, karena suhu yang lebih tinggi akan
menyebabkan enzim terdenaturasi dan rusak, sehingga tidak mampu
untuk terbentuk. Organisme yang tumbuh pada suhu tinggi membutuhkan
adaptasi enzim untuk memberikan stabilitas molekuler serta fleksibilitas
struktur (Gaman & Sherrington, 1994). Untuk mampu bertahan, enzim
harus sesuai dengan pH, suhu dan salilitas. Oleh karena itu parameter
lingkungan merupakan salah satu hal mempengaruhi ada tidaknya Venom
pada ubur-ubur yang ada di danau kakaban.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, bahwa di danau kakaban kami
mendapatkan 3 spesies ubur – ubur yang berbeda. Yaitu yang pertama spesies
Aurelia aurita, spesies ini merupakan jenis spesies terbesar di danau kakaban.
Jenis ini memiliki warna yang bening dan transparan, dan tidak menyengat. Yang
kedua spesies Cassiopea ornate, ubur-ubur ini merupakan salah satu ubur-ubur
yang unik karena berenang dengan cara terbalik dan biasa disebut (upside-down
jellyfish). Disebut terbalik karena tudungnya justru di posisi bawah bagaikan
kuali, sedangkan umbai- umbai atau tentakelnya yang justru melambai-lambai ke
atas, dan yang ketiga spesies Mastigias papua, ubur-ubur ini merupakan jenis
ubur-ubur yang paling padat populasinya di danau Kakaban. M.papua memiliki 5
buah tetakel (hasil pengamatan) dan warna payungnya agak bening dan ada totol
berwarna coklat namun sudah pudar.
DAFTAR PUSTAKA
Nurasmi & Ridwan A (2016). Isolation and Characterization of Nematocysts’
Venom Proteins of the Jellyfish Mastigias papua in Kakaban Lake and Sea.
Proceedings Of The 6Th Annual Basic Science. Malang
Rifkin, J. (1996a) : Animal Taxonomy. In: William, J.A., Fenner, P.J., Venomous
and Poisonus Marine animal: A Medical and Biological Handbook. Surf Life
Saving Queensland Incorporated and University of New South Wales Press,
Sydney, Australia, pp. 58-62.
Mayr, E. (2010) : Evolusi. Bogor: Grafika Mardi Yuana.
Gaman, P.M & K.B. Sherrington. (1994). Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan,
Nutrisi dan Mikrobiologi. Universitas Gadjah Mada press. Yogyakarta.
Russell, F. S. 1953. The Medusae of the British Isles II. Cambridge University
Press, London, 81-186.
http://www.mba.ac.uk/nmbl/publications/medusae_2/medusae_2.htm

Rodriguez, R. J. February 1996. Aurelia aurita (Saucer Jelly, Moon Jelly,


Common Sea Jelly Jellyfish) Narrative

Anda mungkin juga menyukai