Anda di halaman 1dari 17

Seminar Nasional I Mataki, 20-22 September 2011

Biodiversitas Teritip yang Hidup pada Spons di Perairan Pantai


Kepulauan Karimunjawa

Rilistyan Adi Wibowo, Romanus Edy Prabowo, Agus Nuryanto


Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Keywords Abstrak
Barnacle, association, specific host,
sponge, Karimunjawa
Four barnacle species collected from Karimunjawa islands in July, 2010
Correspondence consist of 2 genera; 1 species of the genus Membranobalanus and 3
Romanus Edy Prabowo, Fakultas species of the genus Acasta. Those four species were Membranobalanus
Biologi Universitas Jenderal longirostrum Hoek, 1913 which only existed on Suberites sp., Acasta
Soedirman, Jl. Dr. Soeparno No. 63, coriolis Rosell, 1991 existed on Axynissa sp., Acasta fenestrata
Purwokerto 53122
Email: romanus@unsoed.ac.id Kolbasov, 1993 has been found living on more than one host sponge,
i.e.; Neopetrosia sp1, Neopetrosia sp2, Neopetrosia sp3, and
Neopetrosia sp4. Acasta laevigata Hiro, 1937 found on Carteriospongia
flabellifera. The host sponges were collected from 6 sampling sites in
Karimunjawa Islands including (1) Pulau Kecil island, (2) the cape of
Batu Lawang, (3) Pulau Menjangan Kecil island, (4) the patch-reef og
Taka Cemara, (5) Pulau Cemara Kecil island, and (6) the cape of
Tanjung Gelam. Biodiversity of the Membranobalanus in Karimunjawa
islands is 10 %, and the Acasta is 4,41 % compared to all described
species within each genus. The host specifity were found between
Membranobalanus longirostrum Hoek, 1913 and it host sponge
Suberites sp., and Acasta coriolis Rosell, 1991 and Axynissa sp.. The
host specifity if M. longirostrum Hoek, 1913 only present ini
Karimunjawa archipelago, while in other populations such as Malaya
archipelago, Singapore and Bengal Bay, M. longirostrum existed in2
sponges; Spheciospongia purpurea Lamarck (=Spirastralla purpurea)
dan Spheciospongia inconstans (=Suberites inconstans).

Pendahuluan
Teritip merupakan kelompok hewan laut yang termasuk dalam infraclassis Cirripedia, subphylum
Crustacea, superordo Thoracica (Martin dan Davis, 2001). Teritip tidak hanya ditemukan menempel pada
substrat keras yang berupa benda mati tetapi juga dijumpai pada beberapa kelompok hewan lain, seperti:
penyu, ikan paus, kerang, kepiting, karang, dan spons. Teritip yang hidup di dalam spons (sponge-inhabiting
barnacle) merupakan kelompok teritip yang diberi nama sesuai dengan inang spesifik tempat hidupnya,
teritip ini umumnya dari familia Archaeobalanidae (Pilsbry, 1916; Kolbasov, 1993). Teritip tidak
memanfaatkan spons sebagai makanannya melainkan hanya dimanfaatkan sebagai tempat hidup (Kolbasov,
1993).
Beberapa contoh teritip yang ditemukan hidup pada inang spons adalah Acasta cyathus (Darwin, 1854)
dan sangat dekat kekerabatannya dengan A. newmani (Van Syoc dan Rasmus, 1999) yang ditemukan hidup
pada spons Spongia tubulifera Lamarck, 1814 (= S. officinalis Linnaeus, 1759) di laut Karibia;

219 
 
Seminar Nasional I Mataki, 20-22 September 2011

Membranobalanus declivis (Darwin, 1854) ditemukan di perairan Laut Bermuda, perairan Laut Florida,
Samudera Hindia bagian barat dan di Laut Karibia yang ditemukan hidup pada spons Cliona vesparium
(=Spheciospongia vesparium); kemudian M. orcutti (Pilsbry, 1916) yang hidup pada inang spons
Spheciospongia confoederata de Laubenfels, 1930; M. brachialis (Rosell, 1972) di perairan Puerto Galera,
Filipina yang hidup pada spons Cliona sp.; M. costatus (Zullo dan Standing, 1983) di Perairan Carolina utara
hidup pada spons Cliona varians (=Anthosigmella varians); M. cuneiformis (Hiro, 1936) di Laut Arafura dan
Laut Jepang hidup pada spons Cliona sp.; dan M. koreanus (Kim dan Kim, 1983) hidup pada Cliona celata.
Spons merupakan sebutan umum untuk anggota phylum Porifera. Hewan spons merupakan biota
multiseluler yang primitif, diperkirakan berasal dari jaman paleozoik sekitar 1,6 milyar tahun yang lalu.
Sebagian besar spons hidup di laut dan hanya beberapa hidup di air tawar (Romimohtarto dan Juwana, 2009).
Spons tumbuh melekat pada terumbu karang dan dasar laut. Binatang dengan variasi warna, bentuk, dan
ukuran ini tidak dapat berpindah seperti halnya ikan (Mc Connaughey, 1970). Spons memiliki struktur tubuh
yang penuh dengan pori dipermukaan dan terhubung dengan kanal-kanal dan rongga ke bagian dalam. Spons
menyaring 10.000 galon air laut per jam untuk memasukkan makanan dan oksigen serta mengeluarkan
makanan dan CO2. Selama proses penyaringan tersebut, ribuan sampai jutaan mikroba terperangkap dan
demikian juga dengan larva teritip yang berenang-renang.
Asosiasi teritip dengan spons menarik untuk diteliti karena keduanya sudah berevolusi sedemikian rupa
sehingga teritip spons hanya bisa hidup pada spons dan belum pernah ditemukan menempel pada substrat
lain maupun pada organisme lain. Beberapa jenis teritip spons telah dideskripsikan dan dipublikasikan antara
lain oleh: Darwin (1854), Pilsbry (1911, 1916), Hoek (1913), Nilsson-Cantell (1921, 1931), Barnard (1924),
Broch (1931), Hiro (1931, 1936, 1937a, b, c), Rosell (1972, 1991), Yamaguchi (1977), Foster (1981), Kim
dan Kim (1983), Zullo dan Standings (1983), Ren (1984), Van Syoc (1988), dan Kolbasov (1990, 1992a, b,
c, 1993), namun demikian asosiasi jenis teritip spons dengan jenis spons inangnya belum banyak diteliti
secara khusus, terutama adanya dugaan host-specifity antara jenis teritip dengan jenis inangnya.
Penelitian ini dilaksanakan di Kepulauan Karimunjawa yang merupakan gugusan 27 buah pulau yang
mempunyai pantai dengan beraneka macam terumbu karang yang merupakan habitat dari spons. Kepulauan
Karimunjawa masuk dalam wilayah Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah dengan letak geografis 5°42’
- 6°00’LS 110°07’ – 110°37’ BT. Keanekaragaman hayati di perairan pantai Kepulauan Karimunjawa
tergolong tinggi, dengankekayaan jenis spons di pantai-pantai Kepulauan Karimunjawa mencapai 60 jenis
yang hidup pada berbagai jenis terumbu karang, yaitu; terumbu karang pantai (fringing reef), terumbu karang
penghalang (barrier reef) dan beberapa taka (patch reef) (dephut.go.id, 2010).
Penelitian terkait biodiversitas teritip yang hidup pada spons sampai saat ini belum diketahui secara pasti
dan masih sangat sedikit yang terpublikasikan. Kolosváry (1941) yang menemukan Membranobalanus
orcuttiformis di perairan Hindia tidak mencantumkan jenis spons inangnya. Di samping itu, specifity spons
sebagai inang teritip belum banyak diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah: mengetahui biodiversitas teritip
yang hidup pada spons di perairan pantai Kepulauan Karimunjawa, dan mengetahui hubungan host-specifity
(inang spesifik) antara jenis teritip dengan jenis spons inangnya. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat
sebagai dasar studi filogenetik jenis-jenis teritip yang hidup pada spons dan jenis-jenis spons inangnya
khususnya dari Kepulauan Karimunjawa, sehingga sejarah koevolusi asosiasi keduanya bisa direkonstruksi.

Materi dan Metode

Objek penelitian ini adalah teritip yang hidup tertanam pada pori-pori spons dari perairan pantai
Kepulauan Karimunjawa. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Juli 2010 di Kepulauan Karimunjawa
Kabupaten Jepara Jawa Tengah (Gambar 1). Identifikasi jenis teritip dilaksanakan di Laboratorium Biologi
Akuatik Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto dan identifikasi jenis spons dirujuk ke
Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI, Ancol Jakarta Utara.

220 
 
Seminar Nasional I Mataki, 20-22 September 2011

Gambar 1. Peta lokasi jenis teritip spons yang ditemukan di Kepulauan Karimunjawa.

Metoda pengambilan sampel adalah survei, dengan teknik pengambilan sampel cluster random sampling.
Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemojan sebagai pulau utama dipilih untuk mewakili keseluruhan Kepulauan
Karimunjawa. Pengambilan sampel teritip spons diawali dengan mengambil sampel spons. Setiap jenis spons
yang ditemukan dikoleksi dan lokasi pengambilan sampel ditandai dengan menggunakan GPS. Dari spons
yang terkumpul, kemudian dicari teritip yang hidup di dalamnya. Teritip selanjutnya dipisahkan dari
inangnya dan dimasukkan ke dalam tabung plastik 1,5 ml dan direndam dengan ethanol 96 % sebagai fiksatif.
Sampel teritip spons dan spons inang kemudian dibawa ke laboratorium untuk identifikasi jenisnya.
Penentuan jenis teritip dilakukan dengan melakukan pengamatan morfologi bagian keras (parietal plates
dan opercular plates) menggunakan mikroskop stereo dan pengamatan anatomi bagian lunak (trophi dan
cirri) menggunakan mikroskop cahaya. Pembuatan preparat awetan bagian keras dilakukan dengan
memisahkan cangkang dari bagian lunaknya. Bagian keras yaitu paries, tergum dan scutum dibersihkan
menggunakan ultrasound cleaner selama beberapa menit, kemudian direndam dalam larutan kalsium
hipoklorit untuk menghilangkan bahan organik yang menempel selama 12 jam. Bagian keras tersebut
kemudian dibilas dengan air tawar dan dikeringkan. Setelah kering kemudian ditempelkan pada slide untuk
diamati morfologi menggunakan mikroskop stereo.
Preparat awetan bagian lunak dibuat dengan cara mengambil bagian lunak sampel teritip yang telah
dilepas dari cangkang kerasnya lalu dipisahkan antara bagian trophi (bagian-bagian mulut) dan cirri (kaki-
kaki filter). Setiap bagian trophi (labrum, palpus, maxilla, dan maxillula) dan cirri (pasangan cirrus I-VI dan
penis) ditempelkan pada object glass dalam media Keiser’s glyceryn jelly. Kemudian ditutup dengan cover
glass dan pada bagian tepi cover glass dilapisi nail polisher untuk melekatkan cover glass pada object glass-
nya. Setelah mengeras, preparat siap diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya.
Identifikasi teritip yang hidup pada spons didasarkan pada karakter morfologi. Determinasi jenis mengacu
pada klasifikasi dan deskripsi oleh Darwin (1854), Pilsbry (1911, 1916), Hoek (1913), Nilsson-Cantell (1921,
1931), Barnard (1924), Broch (1931), Hiro (1931, 1936, 1937a,b,c), Utinomi (1953), Rosell (1972, 1991),
Yamaguchi (1977), Foster (1981), Kim dan Kim (1983), Zullo dan Standings (1983), Ren (1984), Syoc
(1988), dan Kolbasov (1990, 1992a,b,c, 1993).

Hasil dan Pembahasan

Biodiversitas Teritip yang Hidup Pada Spons di Kepulauan Karimunjawa dan Spesifitas Inang
Empat jenis teritip spons ditemukan hidup pada tujuh jenis spons yang berbeda di perairan pantai
Kepulauan Karimunjawa. Keseluruhan jenis teritip spons yang ditemukan termasuk dalam familia

221 
 
Seminar Nasional I Mataki, 20-22 September 2011

Archaeobalanidae, 1 jenis dari genus Membranobalanus dan 3 jenis dari genus Acasta. Biodiversitas teritip
yang hidup pada spons di Kepulauan Karimunjawa disajikan pada Tabel 1 sebagai perbandingan jumlah jenis
teritip spons yang ditemukan di lokasi penelitian dengan jumlah total jenis teritip spons yang telah
dideskripsikan. Jenis teritip spons dari genus Membranobalanus yang sudah dideskripsikan tercatat sebanyak
10 jenis. Apabila dibandingkan maka persentase jumlah jenis teritip spons yang ditemukan di lokasi
penelitian untuk genus Membranobalanus adalah sebesar 10%. Sedangkan dari genus Acasta adalah 4,41%
dari seluruh jenis yang sudah dideskripsikan sebanyak 68 jenis.

Tabel 1. Perbandingan jumlah spesies yang ditemukan di Kepulauan Karimunjawa dengan jumlah total
spesies yang telah dideskripsikan.

Jumlah Jenis Persen


Genus
Dunia Kep. Karimunjawa Biodiversitas
Membranobalanus 10 1 10,00 %
Acasta 68 3 4,41 %

Jenis-jenis teritip spons yang ditemukan yaitu: Membranobalanus longirostrum Hoek, 1913 ditemukan
pada spons Suberites sp.; Acasta coriolis Rosell, 1991 ditemukan pada spons Axynissa sp.; Acasta fenestrata
Kolbasov, 1993 ditemukan pada 4 spons yang berbeda yaitu Neopetrosia sp1, Neopetrosia sp2, Neopetrosia
sp3, Neopetrosia sp4; dan Acasta laevigata Hiro, 1937 ditemukan pada spons Carteriospongia flabellifera.
Jenis teritip spons dan jenis spons inangnya disajikan pada Tabel 2. Pada tabel tersebut dapat diketahui jenis
teritip spons yang mempunyai satu spons inang, dan yang hidup pada beberapa spons inang, yang
menunjukan adanya kecenderungan hubungan inang spesifik antara satu jenis teritip spons yang hanya
ditemukan pada satu jenis spons inang. Konsistensi hubungan inang spesifik terlihat dari semua lokasi
pengambilan sampel pada penelitian ini. Lokasi pengambilan sampel dan jenis teritip yang ditemukan
disajikan pada Gambar 1.

Tabel 2. Hubungan teritip spons dengan inang spons di Kepulauan Karimunjawa


Spesies Teritip Spons Inang
Membranobalanus longirostrum Hoek, 1913 Suberites sp.
Acasta coriolis Rosell, 1991 Axynissa sp.
Neopetrosia sp1
Neopetrosia sp2
Acasta fenestrata Kolbasov, 1993
Neopetrosia sp3
Neopetrosia sp4
Acasta laevigata Hiro, 1937 Carteriospongia flabellifera

Taksonomi, Karakter Morfologi, dan Anatomi Jenis Teritip yang Hidup pada Spons di Kepulauan
Karimunjawa
Sistematika teritip yang hidup pada spons yang ditemukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Subclassis : CIRRIPEDIA Burmeister, 1834
Superordo : THORACICA Darwin, 1854
Ordo : SESSILIA Lamarck, 1818
Subordo : BALANOMORPHA Pilsbry, 1916
Superfamilia : BALANOIDEA Leach, 1817
Familia : ARCHAEOBALANIDAE Newman & Ross, 1976
Genus : Membranobalanus Hoek, 1913
Membranobalanus longirostrum Hoek, 1913
Genus : Acasta Leach, 1817
Acasta coriolis Rosell, 1991

222 
 
Seminar Nasional I Mataki, 20-22 September 2011

Acasta fenestrata Kolbasov, 1993


Acasta laevigata Hiro, 1937

Membranobalanus Hoek, 1913


Karakteristik genus Membranobalanus: rostrum (plate dinding cangkang scutal) memanjang dan tersusun
lebih tinggi dari plate dinding yang lain; basis cangkang tersusun dari membran; plate dinding tersusun tidak
begitu lekat satu sama lain sehingga sangat rapuh..

Gambar 2. Membranobalanus longirostrum Hoek, 1913. (a) Parietes, (b) Scuta, (c) Terga, (d) Tergo-
scuta

Gambar 3. Morfologi parietal-plate Membranobalanus longirostrum Hoek, 1913. (e1) dan (e5) Lateral,
(e2) dan (e6) Carino-lateral, (e3) Rostrum, (e4) Carina

223 
 
Seminar Nasional I Mataki, 20-22 September 2011

Gambar 4. Sketsa bagian lunak Membranobalanus longirostrum Hoek, 1913. (A) Maxilla, (B) Maxillula,
(C) Mandibula, (D) Palpus, (E) Labrum, (F) Segemen 3-5 Cirri III, (G) Segmen 1-3 Cirri IV

Membranobalanus longirostrum Hoek, 1913


Diagnosis. Cangkang tersusun atas 6 plate, paries berwarna putih, halus, tipis dan rapuh; basis cangkang
terbentuk dari membran; rostrum tersusun dengan ukuran paling tinggi dibandingkan dengan plate dinding
cangkang lainnya; carino-lateral kecil dan sempit; permukaan luar tergum memiliki tekstur garis guratan
mengikuti bentuk tergum, permukaan dalam halus; permukaan luar scutum memiliki tekstur garis lipatan
sedangkan permukaan dalam halus dengan perlekatan otot yang terlihat jelas; labrum memiliki 2 “gigi” pada
setiap sisinya; bentuk palpus memanjang dengan setae yang panjang; pada sisi bawah “gigi” ke 4 mandibula
terdapat tonjolan kecil; pada bagian tepi maxillula terdapat 8 duri; maxilla berbentuk oval dengan rambut-
rambut halus di sekeliling permukaannya (Gambar 2,3,4).
Bila dibandingkan dengan Membranobalanus longirostrum yang dideskripsikan oleh Hoek (1913),
sampel dari daerah penelitian ini memiliki afinitas yang kuat dengan beberapa kemiripan diantarannya
dinding paries tersusun atas 6 plate, berwarna putih, halus, tipis dan rapuh. Basis tersusun oleh membran.
Namun rostrum memiliki panjang dua kali dari panjang carina. Sisi bawah gigi ke-4 dan ke-5 mandibula
tumpul.
Membranobalanus longirostrum Hoek, 1913 di Kepulauan Karimunjawa ditemukan hidup hanya pada
spons Suberites sp (Gambar 5). dari beberapa lokasi pengambilan sampel, yaitu Batu Lawang (5), Pulau
Menjangan Kecil (8), dan Pulau Cemara Kecil (10) (Gambar 1). Hal ini bisa diasumsikan adanya
kecenderungan hubungan inang spesifik dengan konsistensi yang cukup tinggi antara teritip M. longirostrum
Hoek, 1913 dengan Suberites sp. sebagai inangnya. Namun demikian M. longirostrum Hoek, 1913 seperti
yang dilaporkan oleh Utinomi (1968) ditemukan hidup pada 2 spons yang berbeda yaitu Spheciospongia
purpurea (=Spirastralla purpurea) dan Spheciospongia inconstans (=Suberites inconstans) yang
distribusinya tersebar di perairan Kepulauan Malaya, Singapura, dan Teluk Bengal.

224 
 
Seminar Nasional I Mataki, 20-22 September 2011

Gambar 5. Suberites sp. spons inang Membranobalanus longirostrum Hoek, 1913.

Acasta Leach, 1817


Karakteristik genus Acasta: memiliki 6 plate dinding cangkang yang kokoh dengan radii yang keras;
basis cangkang tersusun dari kapur atau membran, berbentuk seperti cangkir, jarang ditemukan dalam bentuk
yang datar atau panjang (karena tidak menempel pada substrat yang keras); pada bagian anterior segmen cirri
III dan IV terdapat kait atau duri (umumnya jarang ditemui tanpa adanya kait atau duri).

Gambar 6. Acasta coriolis Rosell, 1991. (a) Parietes, (b) Scuta, (c) Terga, (d) Tergo-scuta

Acasta coriolis Rosell, 1991


Diagnosis. Cangkang tersusun atas 6 plate, paries berwarna putih, memiliki tonjolan-tonjolan kecil; basis
berbentuk seperti cangkir dengan tekstur guratan mengikuti bentuk basis; dinging cangkang carino-lateral

225 
 
Seminar Nasional I Mataki, 20-22 September 2011

sangat kecil dan tipis; scutum berbentuk segitiga, dengan permukaan bagian dalam halus dan sedikit cekung;
tergum dengan setengah permukaan luar memiliki tekstur kerutan berupa garis tipis yang terlihat jelas,
permukaan dalam halus; labrum dengan struktur seperti rambut halus dan 3 “gigi” kecil pada masing-masing
sisinya; palpus dengan setae panjang; mandibula dengan 4 “gigi”; maxillula lurus ke depan dengan 9 setae
besar di pinggirnya; maxilla berbentuk seperti dayung; bagian anterior segmen ke-6 cirri III memiliki duri-
duri yang kecil; segmen 1-7 Cirri IV memiliki 1-3 duri lengkung seperti cakar (Gambar 6,7,8).

Gambar 7. Morfologi parietal-plate Acasta coriolis Rosell, 1991. (e1) dan (e3) Lateral, (e4) dan (e6)
Carino-lateral, (e2) Rostrum, (e5) Carina, (f1) dan (f2) Basis

Gambar 8. Sketsa bagian lunak Acasta coriolis Rosell, 1991. (A) Maxilla, (B) Maxillula, (C) Mandibula,
(D) Palpus, (E) Labrum, (F) Segmen 5-7 Cirri III, (G) Segment 1-3 Cirri IV

226 
 
Seminar Nasional I Mataki, 20-22 September 2011

Gambar 9. Axynissa sp. spons inang Acasta coriolis Rosell, 1991.

Acasta coriolis yang ditemukan di lokasi penelitian memiliki beberapa kemiripan dengan yang
dideskripsikan oleh Rosell (1991) yaitu dinding paries berwarna putih, berbentuk bulat, bergigi, yang
tersusun atas 6 plate. Basis cangkang berkapur, berbentuk seperti cangkir. Perlekatan otot pada scuta tidak
terlihat jelas. Terga dengan perlekatan otot primitif. Palpus panjang melintang, dengan tepi median dan
apikal memiliki setae panjang. Cirri IV memiliki 1-3 duri lengkung seperti cakar pada segmen 1-11 dan 2
jarum kecil yang lurus pada tepi anterio-distal.
Jenis teritip Acasta coriolis Rosell, 1991 ditemukan hidup hanya pada spons Axynissa sp (Gambar 9). dari
dua lokasi yaitu di Tanjung Gelam (11) dan Pulau Cemara Kecil (10) (Gambar 1). Teritip ini dengan spons
inangnya memiliki kecenderungan hubungan inang spesifik dengan konsistensi cukup tinggi.

Acasta fenestrata Kolbasov, 1993


Diagnosis. Cangkang tersusun atas 6 plate berwarna putih, dengan membran menutupi lubang-lubang
pada paries (parietal window), bagian atas permukaan paries terdapat duri-duri kecil; scutum berbentuk
segitiga dengan sisi dalam sedikit cekung dan perlekatan otot terlihat jelas; tergum berbentuk segitiga dengan
perlekatan otot terlihat kurang jelas; labrum dengan rambut halus dan 3 “gigi pada setiap sisinya; palpus
berbentuk belah ketupat dengan setae mengelilingi tepinya; mandibula memiliki 4 “gigi”; maxillulae dengan
9 buah duri; maxilla berbentuk oval dengan setae yang panjang; bagian anterior cirri III dan cirri IV terdapat
duri-duri yang lurus (Gambar 10,11,12).

227 
 
Seminar Nasional I Mataki, 20-22 September 2011

Gambar 10. Acasta fenestrata Kolbasov, 1993. (a) Parietes, (b) Scuta, (c) Terga, (d) Tergo-scuta

Acasta fenestrata yang dideskripsikan oleh Kolbasov (1993) memiliki paries tersusun atas 6 plate
berwarna putih, dengan membran menutupi lubang-lubang paries (parietal window). Kemudian Rosell
(1972) menambahkan deskripsi Acasta fenestrata pada bagian atas permukaan paries terdapat duri lembut
berkhitin; labrum dengan rambut dan 2-4 “gigi”; palpus berbentuk belah ketupat dengan setae panjang
mengelilingi tepinya; bagian anterior cirri ke-IV terdapat “gigi-gigi” lurus.
Acasta fenestrata Kolbasov, 1993 didapatkan dari beberapa perairan dan pada beberapa jenis spons yang
berbeda. Ditemukan pada Neopetrosia sp1 (Gambar 13a) di Pulau Kecil (4), pada Neopetrosia sp2 (Gambar
13b) di Batu Lawang (5), pada Neopetrosia sp3 (Gambar 13c) di Taka Cemara (9), dan ditemukan pada
Neopetrosia sp4 (Gambar 13d) di Tanjung Gelam (11) (Gambar 1). Hal ini menunjukkan bahwa teritip
Acasta fenestrata Kolbasov, 1993 tidak memiliki spesifitas terhadap spons inangnya karena teritip ini dapat
hidup pada lebih dari satu jenis spons. Menurut Van Syoc dan Rasmus (1999) anggota genus Acasta adalah
simbion dari Porifera, Alcyonaria, Octocorallia, atau Antipatharia. Akan tetapi, sejauh ini Porifera adalah
yang paling umum ditemukan sebagai inang. Jenis dari genus Acasta umumnya bukan merupakan jenis yang
spesifik terhadap spons inang. Jenis yang sama memiliki kemungkinan untuk ditemukan pada lebih dari satu
jenis spons. Seperti yang dilaporkan oleh oleh Darwin (1854) Acasta cyatus ditemukan pada beberapa spons
seperti Ircinia campana, Ircinia felix, Spongia tubulifera, Dysidea sp., Verongula ardis, Callyspongia
(Spinosella) vaginalis yang wilayah distribusinya meliputi perairan Florida, Carolina Utara, Laut Karibia,
Maroko, Afrika Timur, Teluk Manaar, Singapura, Indonesia, Filipina, Australia Barat, dan Laut Merah.

228 
 
Seminar Nasional I Mataki, 20-22 September 2011

Gambar 11. Morfologi parietal-plate Acasta fenestrata Kolbasov, 1993. (e1) dan (e5) Lateral, (e2) dan (e6)
Carino-lateral, (e3) Rostrum, (e4) Carina, (e7) dan (e8) Basis

Gambar 12. Sketsa bagian lunak Acasta fenestrata Kolbasov, 1993. (A) Maxilla, (B) Maxillula, (C)
Mandibula, (D) Palpus, (E) Labrum, (F) Segmen 5-8 Cirri IV, (G) Segmen 6-8 Cirri III

229 
 
Seminar Nasional I Mataki, 20-22 September 2011

A B

C D

Gambar 13. Spons inang Acasta fenestrata Kolbasov, 1993. (A) Neopetrosia sp1, (B) Neopetrosia sp2, (C)
Neopetrosia sp3, (D) Neopetrosia sp4

Acasta laevigata Hiro, 1937


Diagnosis. Cangkang tersusun atas 6 plate dengan paries berwarna putih pucat dan terdapat duri-duri
yang tersebar di seluruh permukaannya, permukaan dalam paries sangat halus; basis berbentuk seperti cawan
dengan dinding yang sangat tipis, hampir transparan; scutum sangat tipis dengan perlekatan otot yang terlihat
jelas dan cukup dalam; tergum tipis dan rapuh; labrum terdapat 3 “gigi” dan tepinya ditumbuhi rambut halus;
mandibula dengan 4 “gigi”; maxillulae memiliki 9 duri dengan setae yang lurus; maxilla oval; palpus kecil
dengan setae yang panjang; bagian anterior cirri III dan IV terdapat duri yang kecil dan lurus (Gambar
14,15,16).

Gambar 14. Acasta laevigata Hiro, 1937. (a) Parietes, (b) Scuta, (c) Terga, (d) Tergo-scuta

230 
 
Seminar Nasional I Mataki, 20-22 September 2011

Acasta laevigata yang dideskripsikan oleh Hiro (1937) memiliki paries berwarna putih atau keunguan
pucat yang tersusun atas 6 plate dan terdapat tonjolan-tonjolan kecil seperti duri pada seluruh permukaannya.
Lebar carino-lateral setengah sampai dengan sepertiga dari lateral. Radii sangat lebar. Bagian anterior cirri
IV terdapat “gigi” yang kecil lurus dengan pemunculan yang jarang-jarang. Kemudian Rosell (1972)
menambahkan deskripsi permukaan luar scutum dengan garis tipis dan rapat, dan perlekatan otot aduktor dan
lateral terlihat jelas dan cukup dalam. Labrum terdapat 2 atau 3 “gigi”, dengan bagian tepi ditumbuhi rambut
halus. Maxillulae memiliki 8 sampai 9 duri, dengan 2 duri besar pada bagian bawah.

Gambar 15. Morfologi parietal-plate Acasta laevigata Hiro, 1937. (e) dan (g) Lateral, (h) Carino-lateral,
(f) Rostrum, (i) Carina, (j) Basis

Gambar 16. Sketsa bagian lunak Acasta laevigata Hiro, 1937. (A) Maxilla, (B) Maxillula, (C) Mandibula,
(D) Palpus, (E) Labrum, (F) Segmen 1-4 Cirri III, (G) Segmen 2-4 Cirri IV

231 
 
Seminar Nasional I Mataki, 20-22 September 2011

Acasta laevigata Hiro, 1937 pada penelitian ini didapatkan dari perairan Pulau Menjangan Kecil (8)
(Gambar 1) pada spons Carteriospongia flabellifera (Gambar 17). Selama pengambilan sampel, spons
Carteriospongia flabellifera hanya ditemukan di Pulau Menjangan dengan teritip yang ditemukan hanya 3
individu, sehingga konsistensi spesifitas hubungan dengan spons inangnya sulit untuk dipastikan. Acasta
laevigata Hiro, 1937 seperti dilaporkan oleh Rosell (1972) juga ditemukan pada spons Leidodermatium sp.
yang distribusinya tersebar di Jepang (Teluk Iwayama), Laut Merah dan Filipina.
Menurut Magnino et al. (1999) hubungan antara teritip dengan spons inangnya dapat dikatakan sebagai
hubungan yang bersifat komensalisme mutualistik. Hubungan ini memberikan beberapa keuntungan terhadap
keduanya. Keuntungan yang didapat oleh teritip antara lain: mendapatkan keuntungan trofik, yaitu teritip
secara konstan dengan mudah mendapatkan makanannya berupa partikel organik yang terbawa oleh arus air
dengan menggunakan cirri-nya; mendapatkan perlindungan dari gangguan fisik, yaitu spons memberikan
perlindungan dari faktor lingkungan seperti sedimentasi dan predasi. Sedangkan keuntungan bagi spons yang
didapatkan antara lain: dapat memperkuat rangka spons yang diperoleh dari perlekatan ketat teritip sehingga
memicu pembentukan serat spons yang merupakan bagian terpenting dari proses metobolisme dari spons;
dan penyaringan aktif yang dilakukan oleh teritip pada permukaan spons menyebabkan pergerakan dan
mikroturbulensi dari air, dengan demikian dapat meningkatkan pemasukan trofik untuk spons.

Gambar 17. Carteriospongia flabellifera spons inang Acasta laevigata Hiro, 1937

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
1. Biodiversitas teritip yang hidup pada spons di Kepulauan Karimunjawa berjumlah 4 jenis yaitu
Membranobalanus longirostrum Hoek, 1913, Acasta coriolis Rosell, 1991, Acasta fenestrata Kolbasov,
1993, dan Acasta laevigata Hiro, 1937.
2. Ditemukan kecenderungan hubungan inang spesifik antara teritip spons dengan spons inangnya yang
ditunjukkan pada jenis teritip Membranobalanus longirostrum Hoek, 1913 yang hanya ditemukan pada
spons Suberites sp. Pola hubungan inang spesifik ini hanya berlaku di Kepulauan Karimunjawa karena
pada populasi lain seperti di perairan Kepulauan Malaya, Singapura dan Teluk Bengal, M. longirostrum
Hoek, 1913 ditemukan hidup pada 2 spons yang berbeda yaitu Spheciospongia purpurea Lamarck
(=Spirastralla purpurea) dan Spheciospongia inconstans (=Suberites inconstans). Acasta coriolis Rosell,
1991 juga menunjukan kecenderungan hubungan inang spesifik yang pada lokasi penelitian hanya
ditemukan pada spons Axynissa sp.

232 
 
Seminar Nasional I Mataki, 20-22 September 2011

3. Acasta laevigata Hiro, 1937 ditemukan dalam jumlah yang terbatas sehingga konsistensi spesifitas
hubungan dengan inangnya sulit untuk dipastikan. Sedangkan Acasta fenestrata Kolbasov, 1993
ditemukan hidup di lebih dari satu jenis spons inang sehingga tidak ada hubungan inang spesifik.

Saran
Perlu penelitian dengan spektrum daerah cakupan yang lebih luas sehingga bisa didapat biodiversitas
spons dan teritip spons yang lebih banyak serta konsistensi hubungan spesifitas inang yang lebih baik.
Penelitian lanjutan mengenai studi filogenetik jenis-jenis teritip spons dan jenis-jenis spons inangnya dari
perairan Kepulauan Karimunjawa juga penting untuk dilakukan, sehingga sejarah co-evolution asosiasi
keduanya bisa direkonstruksi.

Ucapan Terima Kasih

Penelitian ini sebagian dilaksanakan atas dukungan dana Program Hibah Kompetisi Penelitian Mahasiswa
(Student Grant) Project I-MHERE Batch II Tahun 2010 Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Referensi

Anonymous. 2010. URL http ://www.dephut.go.id/informasi/tn indo-english/tn_karimun.htm. 21 Februari


2010
Anonymous. 2010. URL http ://www.googlemap.com. 21 Februari 2010
Anonymous. 2010. URL http ://www.openstreetmap.org. 6 Nopember 2010
Barnard, KH. 1924. Contribution to the Crustacean fauna of South Africa. n7 Cirripedia. Annals of the South
African Museun, (Cape Town). 20(1): 1-103.
Broch, H. 1931. Papers from Dr. Th. Mortensen's Pacific Expedition 1914-16. LVI. Indomalayan Cirripedia.
Vidensk. Medd. fra Dansk naturh. Foren. København, 91:1-146.
Chan, BKK, GA Williams. 2003. The impact of physical stress and molluscan grazing on the settlement and
recruitment of Tetraclita species (Cirripedia: Balanomorpha) on a tropical shore. Journal of
Experimental Marine Biology and Ecology, 284: 1-23.
Darwin, CW. 1854. A Monograph of the Subclass Cirripedia, with Figures of all Species. The Balanidae, (or
Sessile Cirripedes), the Verrucidae, etc. Ray Society, London.
Foster, BA. 1981. Cirripedes from ocean ridges north of New Zealand. New Zealand J. Zool. 8: 349-367.
Hiro, F. 1931. Notes on some new Cirripedia from Japan. Mem. Coll. Sei. Kyoto Imp. Univ. (B) 7 (3) (6):
143-158.
______. 1936. Report on the Cirripedia collected in the Malayan waters by the ship ‘Zuiho-maru’., Jap. Jour.
Zool. 6(4): 622-636.
______. 1937a. Studies on Cirripedia fauna of Japan II. Cirripeds found in the vicinity of the Seto Marine
Biological Laboratory. Mem. Coll. Sci., Kyoto Imp. Univ., Series B. 12(3): 385-478
______. 1937b. Cirripedes of the Palao Islands. Palao Trop. Biol. Sta. Studies, Tokyo, 1, 37-72.
______. 1937c. A New Barnacle, Acasta echinata n. sp. Imbedded in the Stalk of an Alcyonarian from
Southern Japan. The Zoological Magazin. 49(2): 70-71.
Hoek, PPC. 1913. Cirripedia of the Siboga-Expedition: B. Cirripedia Sessilia. Siboga-Expeditie. 31: 129-
275, pis. 11-27. (E. J. Brill, Leiden).
Kim, IH, HS Kim. 1983. A New Species of Membranobalanus (Crustacea, Cirripedia) from the
Korean Waters. Korean Journal of Zoology. 26(1): 41-47.
Kolbasov, GA. 1990. Acasta tabachniki sp. nov. (Cirripedia, Thoracica) from the South China Sea. Zool.
Journal. 69(4): 135-137.
___________. 1992a. Two new species of the genus Acasta (Cirripedia, Thoracica) from the South-Western
part of the Indian Ocean. Zool. Journal 1. 140-145.

233 
 
Seminar Nasional I Mataki, 20-22 September 2011

___________. 1992b. New species of the genus Acasta (Cirripedia, Thoracica) from the South- Western part
of the Indian Ocean. Zoo. Journal. 71(11): 24-32.
___________. 1992c. Acasta spongiteformis (Cirripedia, Thoracica) from the South-West Indian Ocean.
Zool. Journal. 71(12): 133-136.
___________. 1993. Revision of the genus Acasta Leach (Cirripedia: Balanoidea). Zool. Journ. Linnean
Soc., London. 109 : 395-427
Kolosvary, G. 1941. Revisione della collezione di balanidi del Museo Zoologicodella R. Università di
Firenze. Monit. zool. ital. 52: 183-194.
Magnino, G, R Pronzato, Antonio S, Elda G. 1999. Fauna associated with the horny sponge Anomoianthella
lamella Pulitzer Finali & Pronzato, 1999 (Ianthellidae, Demospongiae) from Papua-New Guinea.
Ital. J. Zool., 66. 175-181.
Martin, WJ, GA Davis, 2001. An Updated Classification of the Recent Crustacea. National History Museum,
Los Angeles.
McConnaughey, BH. 1970. Introduction to Marine Biology, C.V. Mosby Company, Tokyo, Japan. P: 190-
192.
Newman, WA. 1967. A New Gebus of Chthamalidae (Cirripedia: Balanomorpha) from Red Sea and Indian
Ocean. J. Zool, London. 153: 432-435
____________. 1996. Cirripedia; Suborder Thoracica and Acrothoraica. In, J. Forest (ed), Traite de Zoologie,
Tome VII, Paris: Masson.Crustacea, Fascicule 2:453-540.
Newman, WA, A Ross. 1976. Revision of the Balanomorph Barnacle; Including of the Catalog of the Species.
Mem. San Diego Soc. nat. Hist. 9: 1-108.
Nilsson-Cantell, CA. 1921. Cirripedian-Studien. Zur Kenntnis der Biologie, Anatomie und Systematik dieser
Grouppe. Zool. Bidrag. 7: 75-395
_______. 1931. Revision der Sammlung recenter Cirripedien des Naturhistorischen Museums in Basel.
Verhandl. Naturf. Gesell Basel. 42: 103-137.
Pilsbry, HA. 1911. Barnacles of Japan and Bering Sea. Bull. Bur. Fish, Washington, 29: 61-84.
_________. 1916. The Sessile barnacle (Cirripedia) Contained in the Collections of the U.S. National
Museum; Including a Monograph of the American Species. Bulletin of the United States National
Museum, 93: 47-366.
Puspasari, IA, T Yamaguchi, A Ross. 2002. New record of Balanus zhujiangensis (Cirripedia, Balanidae)
from Okinawa. Journal of Crustacean Biology, 22(2): 235-240.
Ren, X. 1984. Studies on Chinese Cirripedia (Crustacea) V. Genus Acasta. Studia Marina Sinica, 23: 183-
214, pis. 1-6. (In Chinese with English summary.)
Romimohtarto, K, S Juwana. 2009. Biologi Laut. Djambatan, Jakarta
Rosell, NC. 1972. Some barnacles (Cirripedia Thoracica) of Puerto Galera found in the vicinity of the U.P.
Marine Biological Laboratory. Natural Applied Science Bulletin, 24: 143-285.
_________. 1991. Crustacea Cirripedia Thoracica: MUSORSTOM 3 Philippines
collection. In: A. CROSNIER (ed.), Résultats des Campagnes MUSORSTOM, 9. Mém. Mus. natn.
Hist. nat., Paris, (A) 152: 9-61.
Utinomi, H. 1958. Studies on the cirripedian fauna of Japan. VII. Cirripeds from Sagami Bay. Publications
of the Seto Marine Biology Laboratory, 6(3): 281-311.
__________. 1968. Pelagic shelf and shallow-water cirripedia from the Indo-west Pacific. Videnskabelige
Meddelelser fra Dansk Naturhistorisk Forening i Kobenhavn, 131: 161-186.
Van Syoc, RJ. 1988. Description of Membranobalanus robinae, a new species of sponge barnacle (Cirripedia,
Archaeobalanidae) from Baja California, with a key to the genus. Proc. biol. Soc. Washington, 101:
832-837.
Van Syoc, RJ, W Rasmus. 1999. Sponge-Inhabiting Barnacles of the Americas: A New Species of Acasta
(Cirripedia,Archaeobalanidae), First Record from the Eastern Pacific, including Discussion of the
Evolution of Cirral Morphology. Crustaceana. 72 (5), 467-486.

234 
 
Seminar Nasional I Mataki, 20-22 September 2011

Veron, JEN. 1995. Corals in Space and Time: The Biogeography and Evolution of The Scleranctinian.
UNSW Press. Sydney, Australia.
Wallace, AR.1863. On the Physical Geography of the Malay Archipelago Journal of the Royal Geographical
Society of London. 33, 217-234.
Yamaguchi, T. 1977. Taxonomic Studies on Some Fossil and Recent Japanese Balanoidea. In the Transaction
and Proceeding of Palaentological Society of Japan, N.S.
Zullo, VA, JD Standing. 1983. Sponge-inhabiting barnacles (Cirripedia: Archaeobalanidae) of the Carolinian
Province, southeastern United States, with the description of a new species of Membranobalanus
Pilsbry. Proc. biol. Soc. 96 (3): 468-477.

235 
 

Anda mungkin juga menyukai