Anda di halaman 1dari 4

Biota Vol.

VIII (3): 131-134, Oktober 2003


ISSN 0853-8670

Reproduksi Seksual Karang Scleractinia: Telaah Pustaka


Sexual Reproduction of Scleractinian Corals: a Literature Review

Imam Bachtiar
Universitas Mataram, Jl. Majapahit 62 Mataram, NTB 83125, Fax: 0370-634918, Email: ibachtiar@telkom.net

Abstract

There has been a revolutioner development in our understanding about coral reproduction
in the middle of 1980s. All publication, before this period, therefore provides incomplete
facts and wrong conclusions about the modes of coral reproduction. Most corals are
hermaphodite and broadcast spawners, in which fertilization takes place externally.
Temperature, photoperiod, lunar and tidal cycles are thought to be major environmental
factors influencing reproductive cycle in corals. In Indonesia, sexual pattern of
scleractinian corals consistent with previously reported data from other regions. Available
data show that multispecific spawning may occurs in Indonesia. There are also some
evidences that there is variation in spawning season between corals in Lombok and
Karimunjawa Islands.

Key words: scleractinian, corals, reproduction.

Diterima: 6 Juni 2002, disetujui: 29 September 2003

Pendahuluan menemukan data reproduksi karang di


Indonesia bukan hanya sedikitnya jumlah
Reproduksi karang merupakan salah satu peneliti reproduksi karang, tetapi juga
topik dari biologi kelautan yang sangat kurang kurangnya publikasi, sehingga pengetahuan
dipahami, terutama di Indonesia. Hal ini yang sangat sedikit tersebut menjadi lebih
disebabkan sebagian karena kurangnya sedikit lagi yang bisa diakses oleh peneliti
penelitian tentang reproduksi karang, sangat lainnya. Telaah pustaka tentang reproduksi
sedikitnya jurnal biologi kelautan yang karang yang sudah dipublikasikan pada
tersedia, serta kemampuan mahasiswa dan umumnya sudah berumur satu dekade,
ilmuwan Indonesia yang kurang dalam bahasa misalnya Faldlalah (1983), Harrison and
Inggris. Pemahaman mareka tentang repro- Wallace (1990), dan Richmond and Hunter
duksi karang banyak yang salah karena (1990).
didapatkan dari buku teks biologi kelautan
yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
Pola Reproduksi Karang
pada tahun 1995-an, tetapi buku-buku tersebut
sebenarnya telah diterbitkan sebelum tahun Pola dan tipe reproduksi karang sangat
1984, dalam teks aslinya bahasa Inggris. beragam. Sebagian besar karang adalah
Sementara itu pada kurun waktu tahun 1984- monocious (hermaprodit), sebagian yang lain
1986, terjadi revolusi besar dalam pemahaman adalah diocious. Dari 210 spesies yang telah
kita tentang reproduksi karang. diteliti reproduksinya, 143 di antaranya
Telaah pustaka dalam tulisan ini hermaprodit (Richmond and Hunter 1990).
dimaksudkan untuk memberikan penyegaran Pada sebagian besar dari karang yang
fakta-fakta tentang reproduksi karang di hermaprodit tersebut, oogenesis terjadi lebih
seluruh dunia dan beberapa tambahan data dari dulu yang kemudian disusul dengan
Indonesia. Salah satu masalah besar dalam spermatogenesis. Oogenesis berlangsung 4-6
Reproduksi Seksual Karang Scleractinia: Telaah Pustaka

bulan, sedangkan spermatogenesis berlangsung karang, yaitu: suhu air laut, panjang hari
sekitar 2 bulan. (photoperiod), siklus bulan dan pasang surut
Walaupun kebanyakan karang adalah (Oliver et al., 1988). Siklus suhu air laut dan
hewan hermaprodit, beberapa spesies menun- photoperiod diduga sebagai faktor penyelaras
jukkan pola seksual yang membingungkan, jangka panjang yang menyelaraskan proses-
misalnya Astrangia danae, Heteropsammia proses gametogenesis. Sedangkan siklus bulan
cochlea, Porites porites, Porites cylindrica dan dan pasang surut dianggap sebagai faktor
Turbinaria mesenterina (Harrison and Wallace penyelaras peristiwa pemijahan. Tetapi data di
1990). Kelompok karang ini biasanya bersifat lapangan masih banyak pertanyaan. Karang
gonokhoristik, tetapi kadang-kadang dijumpai yang mengalami siklus suhu dan photoperiod
bersifat hermaprodit. yang sama di lokasi berbeda mempunyai waktu
Pada karang pemijah, pemijahan memijah berbeda lima bulan (Simpson 1985).
biasanya terjadi sekali setahun pada koloni Demikian juga karang yang mempunyai siklus
yang sama. Tetapi pemijahan juga bisa terjadi suhu dan photoperiod berbeda bisa memijah di
dua kali dalam setahun pada jenis tertentu, bulan yang sama (Babcock et al., 1994).
misalnya pada Montipora digitata di Magnetic Ukuran koloni merupakan faktor
Island, Great Barrier Reef atau GBR (Stobart intrinsik utama yang menentukan ada tidaknya
et al., 1993) dan Hydnophora rigida di Selat inisiasi gametogenesis dan fekunditas.
Lombok (Bachtiar 2001). Pada karang Hipotesis yang diajukan oleh Connel (1973)
pengeram, misalnya Pocilloporidae, pemijahan tersebut, terbukti benar ketika diuji oleh Kojis
biasanya terjadi setiap bulan dengan and Quinn (1985) pada karang Goniastrea
melepaskan larva planula ke dalam air favulus dan Szmant-Froelich (1985) pada
sekitarnya. karang Montastrea annularis.
Pemijahan masal yang melibatkan
sekitar 115 spesies terjadi di GBR, pada malam
Reproduksi Karang di Indonesia
hari setelah bulan purnama Oktober atau
Nopember (Willis et al., 1985, Babcock et al., Reproduksi karang di Indonesia belum
1986). Masing-masing spesies biasanya banyak diketahui. Lokasi geografis Indonesia
mempunyai jadwal tertentu untuk memijah yang terletak di kawasan tropis, di mana variasi
setiap tahunnya. Pemijahan masal di GBR ini suhu air laut dan panjang hari tidak selebar di
berlangsung secara konsisten sejak diteliti di GBR maupun Okinawa, maka diduga bahwa
tahun 1981, sehingga hari dan jam suatu jenis reproduksi karang terjadi sepanjang tahun. Pola
karang akan memijah telah dapat diramalkan reproduksi seksual karang pada umumnya
sebelumnya. Pemijahan masal dengan spesies sama dengan pola-pola yang pernah dilaporkan
yang lebih terbatas terjadi juga di Akajima sebelumnya pada jenis karang yang sama dari
Island, Jepang (Hayashibara et al., 1993) dan luar Indonesia (Munasik 2002).
Teluk Mexico (Gittings et al., 1992), Taiwan Musim pemijahan karang sangat
(Dai and Fan 1992), dan Red Sea (Faldlallah bervariasi antar lokasi. Bachtiar (2001)
et al., 1992). melaporkan bahwa tiga jenis karang yang
Siklus reproduksi karang dipengaruhi dominan di perairan barat laut Pulau Lombok
oleh faktor-faktor ekstrinsik dan intrinsik. (Acropora nobilis, A. cytherea dan Hydno-
Faktor ekstrinsik atau lingkungan diduga phora rigida) mempunyai musim reproduksi
banyak berperan dalam menentukan kapan yang tidak serentak dan terentang panjang.
terjadinya inisiasi siklus gametogenesis dan Pemijahan puncak A. nobilis terjadi setelah
kapan pemijahan dilakukan. Sementara itu, purnama bulan Februari, dan pemijahan
faktor intrinsik berperan dalam menentukan A. cytherea terjadi setelah purnama bulan
besaran alokasi energi untuk reproduksi yang Januari. Sedangkan karang Hydnophora rigida
bisa dilakukan oleh sebuah koloni tanpa puncak pemijahannya diduga terjadi dua kali
mengorbankan kelulushidupannya. setahun, yaitu setelah purnama bulan
Ada empat faktor lingkungan yang Nopember dan April. Di pulau Panjang, Jepara,
diduga paling berperan dalam siklus reproduksi karang A. aspera memijah setelah purnama

132 Biota Vol. VIII (3), Oktober 2003


Imam Bachtiar

bulan April (Munasik dan Azhari, 2002). walaupun biaya penelitian ini agak mahal,
Ketiga jenis karang Acropora di Indonesia tetapi merupakan cara yang paling akurat
tersebut memijah di rentang waktu yang dalam melihat siklus reproduksi karang.
hampir bersamaan, yaitu Januari-April. Data Karang pengeram di Indonesia,
ini didukung data dari kawasan sebelah utara Pocilloporidae, pada umumnya tetap memijah
Indonesia. Di Singapura, Guest et al. (2002) setiap bulan, sama seperti di lokasi lainnya.
melaporkan adanya pemijahan multispesifik Karang Pocillipora damicornis di pulau
yang melibatkan 18 spesies pada hari ketiga Panjang, Jepara, dilaporkan memijah pada
hingga kelima setelah purnama bulan April. bulan baru setiap bulan (reviewed in Munasik
Tetapi, proporsi koloni karang yang 2002). Karang Stylophora pistillata juga
berpartisipasi hanya sekitar 50%, lebih rendah memijah setiap bulan baru (H. Tioho,
dibandingkan dua karang Acroporidae di pulau komunikasi pribadi).
Lombok (Bachtiar 2001).
Dalam kajian pustakanya Munasik
(2002) mencatat sejumlah data pemijahan Penutup
karang di pulau Karimunjawa. Dalam tulisan
tersebut pemijahan karang A. hyacinthus dan A. Penelitian tentang reproduksi dan
humilis tercatat pada bulan Oktober, sedangkan rekruitmen karang masih sangat kurang di
19 jenis karang lainnya (Agariciidae, Faviidae, Indonesia, sehingga informasi yang tersedia
Merulinidae, Pectinida dan Poritidae) dilapor- sangat sedikit. Berkaitan dengan hal tersebut,
kan mempunyai musim pemijahan setelah penelitian tentang reproduksi karang, terutama
purnama di bulan Oktober dan Nopember. karang yang pemijahannya tahunan sangat
Sayangnya, semua data musim pemijahan diperlukan untuk pengembangan teknologi
karang di Karimunjawa tersebut tidak rehabilitasi yang sesuai dengan wilayah target.
didapatkan melalui pengamatan histologis. Karang di Indonesia bagian timur mungkin
Walaupun demikian data tersebut mendapat berbeda musim pemijahannya dibandingkan
dukungan dari pulau Solomon dengan di Indonesia bagian barat, karena
(08°06’LS;156°51’BT) yang mempunyai keduanya mendapat arus yang berbeda dan
posisi lintang hampir sama dengan pulau dipengaruhi oleh siklus suhu air laut yang
Lombok dan pulau Karimunjawa. Di Pasifik berbeda pula.
Tengah ini, dilaporkan ada 12 jenis karang
Acropora memijah bersama-sama 3 - 5 hari
setelah purnama bulan Oktober (Baird et al. Daftar Pustaka
2001). Jika saja data dari Karimujawa tersebut
akurat, maka pemijahan masal bisa juga Babcock, R.C., P.L. Harrison, J.K. Oliver, C.C.
dinyatakan terjadi di Indonesia. Wallace and B.L.Willis. 1986.
Synchronous spawnings of 105
Data dari pulau Lombok dan pulau
scleractinian coral species on the Great
Karimunjawa menunjukkan adanya variasi
Barrier Reef. Mar. Biol. 90:379-394.
waktu pemijahan di bagian barat dan tengah
Indonesia. Sangat penting dan menarik untuk Babcock, R.C., B.L. Willis and C.J. Simpson.
melihat siklus pemijahan karang di daerah 1994. Mass spawning of corals on a high
lainnya, misalnya di sekitar kawasan Selat latitude coral reef. Coral Reefs 13:161-
Makasar, kepulauan Bunaken, pulau Mentawai, 169.
dan pulau Ambon. Pemijahan cacing Bachtiar, I. 2001. Reproduction of three
Polychaeta yang menjadi acara budaya scleractinian corals (acropora cytherea, A.
masyarakat pantai Indonesia timur menun- nobilis and Hydnophora rigidai) in eastern
jukkan variasi yang berurutan dari barat ke Lombok Strait, Indonesia. Ilmu Kelautan
timur. Hal yang serupa juga bisa terjadi pada 21:18-27.
pemijahan karang. Penyeragaman metode Baird, A.H., C. Sadler and M. Pitt. 2001.
pengamatan perlu diutamakan yaitu dengan Synchronous spawning of Acropora in the
melihat perkembangan telur secara histologis, Solomon Islands. Coral Reefs 19(3):286.

Biota Vol. VIII (3), Oktober 2003 133


Reproduksi Seksual Karang Scleractinia: Telaah Pustaka

Connel, J.H. 1973. Population ecology of reef- Munasik. 2002. Reproduksi karang di
building corals. In: Jones, O.A. and R. Indonesia: suatu kajian. Prosiding
Endean (eds.) Biology and Geology of Konferensi Nasional III 2002
Coral Reefs Vol. II(1). Academic Press. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
New York. Pp. 205-245. Lautan Indonesia 21-24 Mei 2002. In
Dai, C.F and T.Y. Fan. 1992. Sexual press.
reproduction of corals in northern and Munasik dan A. Azhari. 2002. Masa reproduksi
southern Taiwan. Proc. 7th Int. Coral Reef dan struktur gonad karang Acropora
Symp., Guam. Abstracts:22. aspera di Pulau Panjang, Jepara.
Fadlallah, Y.H. 1983. Sexual reproduction, Prosiding Konferensi Nasional III
development and larval biology in Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
scleractinian corals. A review. Coral Reefs Lautan Indonesia 21-24 Mei 2002. In
2:129-150. press.
Faldlallah, Y.H., R.T. Lindo and D.J. Lennon. Oliver, J.K., R.C. Babcock, P.L. Harrison and
1992. Annual synchronous spawning event B.L. Willis. 1988. Geographic extent of
in Acropora sp. From the Arabian Gulf. mass coral spawning: Clues to ultimate
Proc. 7th Int. Coral Reef Symp., Guam.
causal factors. Proc. 6th Int. Coral Reef
Abstracts:29.
Symp. Australia 2:803-810.
Gitting, S.R., C.S. Boland, K.J.P. Deslarzes, C.
Combs, B.S. Holland and T.J. Bright.
Richmond, H.R. and C.L. Hunter. 1990.
1992. Mass spawning and reproductive Reproduction and recruitment of corals:
viability at the East Flower Garden, comparison among the Carribean, the
nothern Gulf of Mexico. Bull. Mar. Sci. Tropical Pacific, and the Red Sea. Mar.
51:420-428. Ecol. Prog. Ser. 60:185-203.
Guest, J.R., A.H. Baird, B.P.L. Goh and L.M. Simpson, C.J. 1985. Mass spawning of
Chou. 2002. Multispecific, synchronous scleractinian corals in the Dampier
coral spawning in Singapore. Coral Reefs Archipelago and the implications for
21:422-423. management of coral reefs in Western
Harrison, P.L. and C.C. Wallace. 1990. Australia. West. Australia Dept.
Reproduction, dispersal and recruitment of Conserv. Env. Bull. 244, pp. 35.
scleractinian corals. In : Dubinzky, Z. (ed.) Stobart, B., R.C. Babcock and B.L. Willis.
Coral Reefs. Elsevier Science Publishers. 1993. Biannual spawning of three
Amsterdam. pp. 133-207. species of scleractinian corals from the
Harrison, P.L., R.C. Babcock, G.D. Bull, J.K. Great Barrier Reefs. Proc. 7th Int. Coral
Oliver, C.C. Wallace and B.L. Willis. Reefs Symp., Guam. Pp. 494-499.
1984. Mass spawning in tropical reef Szmant-Froelich, A.M. 1985. The effect of
corals. Science 223(1):186-189. colony size in the reproductive ability of
Hayashibara, T., K. Shimoike, T. Kimura, S. the Carribean coral Montastrea annularis
Hosaka, A. Heyward, P. Harrison, K. (Ellis and Solander). Proc. 5th Int. Coral
Kudo and M. Omori. 1993. Patterns of Reef Congress, Haiti 4:295-300.
coral spawning at Akajima Island, Willis, B.L., R.C. Babcock, P.L. Harrison, J.K.
Okinawa, Japan. Mar. Ecol. Prog. Ser. Oliver and C.C. Wallace. 1985. Patterns
101:253-262. in the mass spawning of corals on the
Kojis, B.L. and N.J. Quinn, 1985. Puberty in Great Barrier Reef from 1981 to 1984.
Goniastrea favulus: age or size limited? Proc. 6th Int. Coral Reef Symp. 2:343-
Proc. 5th Int. Coral Reef Congress, Haiti 348.
4:289-293.

134 Biota Vol. VIII (3), Oktober 2003

Anda mungkin juga menyukai