Morgan 2006
DAFTAR ISI:
Dinamika Tekanan Intraokuler
Fisiologi Tekanan Intraokuler
Efek Obat Anestesi terhadap Tekanan Intraokuler
Refleks Okulocardiac
Ekspansi Gas Intraokuler
Efek Sistemik Obat Mata
Anestesi Umum untuk Operasi Mata
Premedikasi
Induksi
Monitoring dan Maintenance
Ekstubasi dan Emergens
Anestesi Regional untuk Operasi Mata
Blok Retrobular
Blok Peribulbar
Blok Saraf Facial
Anestesi Topikal
Sedasi Intravena (MAC / Monitored Anesthesia Care)
Laporan Kasus : Suatu Pendekatan pada pasien Open Eye dan Lambung Penuh.
KEY CONCEPT
1. Setiap faktor yang meningkatkan tekanan intraokuler akan bertendensi
menurunkan volume intraokuler dengan menyebabkan drainase aqueous
atau ekstrusi vitreus melalui daerah yang luka. Ekstruksi vitreus melalui
luka merupakan komplikasi yang serius yang dapat menyebabkan
kerusakan mata permanen.
2. Succinylcholin meningkatkan tekanan intraokuler sebesar 5-10 mmHg
selama 5-10 menit setelah pemberian, sebagai akibat dari kontraksi yang
berkepanjangan dari otot-otot ekstraokuler.
3. Traksi otot ekstraokuler atau tekanan pada bola mata dapat menimbulkan
disritmia jantung dari mulai bradikardi dan ventrikular ektopik sampai sinus
arest atau fibrilasi ventrikel.
4. Komplikasi pembesaran gelembung udara intraokuler dapat dihindari
dengan menghentikan N2O paling lambat 15 menit sebelum menyuntikkan
udara atau sulfur hexaflourid (SF6).
1
5. Obat yang diberikan secara topikal diabsorpsi dengan kecepatan tengah-
tengah antara kecepatan absorpsi setelah suntikan intravena dan
subkutis.
6. Echothiopate adalah cholinesterase inhibitor ireversible yang digunakan
dalam pengobatan glaukoma. Pemberian topikal akan menyebabkan
absorpsi sistemik dan menurunkan aktivitas plasma cholinesterase.
Disebabkan karena succinylcholin dan mivacurium dimetabolisme oleh
enzym ini, echothiopate akan memperpanjang lama kerja succinylcholin
dan mivacurium.
7. Kunci untuk induksi anestesi pada pasien dengan cedera open eye (bola
mata terbuka) ialah mengendalikan tekanan intraokuler dengan induksi
yang mulus. Secara khusus, batuk selama intubasi harus dihindari dengan
anestesi dan paralisis yang dalam.
8. Sindroma apnoe post retrobulber mungkin disebabkan suntikan obat
anestesi lokal kedalam serabut saraf optik, yang menyebar ke cairan
serebrospinal.
9. Walaupun menggunakan teknik sedasi intravena, ventilasi dan oksigenasi
harus dipantau dengan ketat, dan alat untuk memberikan ventilasi tekanan
positif harus tersedia.
2
Alternatifnya, pengurangan ukuran bola mata tanpa perubahan
proporsional pada isinya akan meningkatkan tekanan intraokuler. Tekanan
pada mata dari face mask yang sangat rapat, posisi telungkup yang tidak
baik, perdarahan retrobulber dapat menyebabkan peningkatan TIO yang
besar.
Tekanan intraokuler menolong mempertahankan bentuk dan karena itu
berarti untuk fungsi mata untuk melihat. Variasi tekanan intraokuler yang
temporari umumnya dapat ditolerensi dengan baik oleh mata yang normal.
Dalam kenyataannya, berkedip/blinking meningkatkan tekanan sebesar 5
mmHg dan melirik /mengedip/squinting meningkatkan tekanan sebesar 26
mmHg. Keadaan episode peningkatan TIO selintas pada pasien dengan
tekanan arteri optalmik rendah (misalnya hipotensi kendali, arteriosclerosis
yang mengenai arteri retina), akan tetapi, mungkin membahayakan perfusi
retina dan menyebabkan iskemi retina.
PaCO2
Meningkat (hipoventilasi) ↑↑
Menurun (hiperventilasi) ↓↓
PaO2
Meningkat 0
Menurun ↑
Bila bola mata terbuka selama operasi tertentu (tabel 2) atau setelah
trauma yang menimbulkan perforasi, tekanan intraokuler sama dengan
tekanan atmosfir. Setiap faktor yang normalnya meningkatkan tekanan
intraokuler akan bertendensi menurunkan volume intraokuler dengan
drainase aqueous atau ekstrusi vitreus melalui luka yang terbuka. Ekstrusi
3
vitreus adalah suatu komplikasi yang serius yang dapat menimbulkan
kerusakan penglihatan yang permanen.
4
Opioid ↓
Pelumpuh Otot
Depolarizer (succinylcholin) ↑↑
Non depolarizer 0/↓
Refleks Okulokardiak
Traksi otot ekstraokuler atau tekanan pada bola mata dapat
menimbulkan variasi yang lebar dari aritmia jantung dari mulai bradikardi dan
ventrikular ectopik sampai sinus arest atau ventrikular fibrilasi. Refleks ini,
permulaannya diuraikan pada tahun 1908, terdiri dari jalur trigeminal aferent
(V1) dan vagal aferent. Refleks okulocardiak paling umum terjadi pada pasien
pediatri yang dilakukan operasi strabismus. Meskipun demikian, refleks ini
dapat terjadi semua kelompok umur dan selama prosedur mata apapun,
termasuk ekstraks katarak, enukleasi, perbaikan ablasio retina. Pada pasien
yang bangun, adanya okulocardiak refleks akan menyebabkan pasien jadi
somnolen dan mual.
Obat anticholinergik sering menolong dalam mencegah okulokardiak
refleks. Atropin atau glikopirolat intravena segera sebelum dilakukan operasi
lebih efektif daripada premedikasi intramuskuler. Ini harus diingat bahwa
pemberian anticholinergik dapat berbahaya pada pasien tua, yang
5
mempunyai penyakit jantung koroner. Blok retrobulber atau mendalamkan
anestesi dapat digunakan, akan tetapi, teknik ini mempunyai resiko tersendiri.
Blok retrobulber dalam kenyataannya dapat menimbulkan refleks
okulocardiak. Kebutuhan profilaksis masih kontroversial.
Pengelolaan bila terjadi okulokardiak refleks adalah: 1) segera beritahu
ahli bedahnya dan hentikan sementara pembedahan sampai denyut jantung
meningkat, 2) konfirmasi adekuat ventilasi, oksigenasi, dan kedalaman
anestesi, 3) berikan atropin intravena (10 ug/kg) bila gangguan konduksi
menetap, 4) pada episode yang membandel, lakukan infiltrasi otot rektus
dengan anestesi lokal. Refleks pada umumnya melemah sendiri (hilang
sendiri) dengan pengulangan traksi pada otot ekstraokuler.
6
termasuk fresh gas flow rate dan ventilasi alveoli yang adekuat. Kedalamam
anestesi harus dipertahankan dengan pemberian obat anestesi yang lain.
N2O harus dihindari sampai gelembung diserap (5 hari setelah penyuntikkan
udara dan 10 hari setelah penyuntikkan SF6).
7
Echothiopate adalah suatu cholinesterase inhibitor ireversibel yang
digunakan untuk terapi glaukoma. Pada pemberian topikal dapat terjadi
absorpsi sistemik dan berakibat penurunan aktivitas cholineserase plasma.
Disebabkan karena succinylcholin dan mivacurium dimetabolisme oleh enzym
ini, echotiopate akan memperpanjang lama kerjanya. Penghambatan aktivitas
cholinesterase berakhir untuk 3-7 minggu setelah pemberian echotiopate
tetes dihentikan. Efek samping muskarinik, seperti bradikardi selama induksi,
dapat dicegah pemberian anticholinergic misalnya atropin dan glikopirolate.
Tetes mata epinefrin dapat menyebabkan hipertensi, takikadi, dan
ventrikular disritmia, efek disritmogenik potensiasi dengan halotan. Pemberian
langsung epinefrin pada anterior chamber mata tidak menimbulkan toksisitas
kardiovaskuler.
Timolol, suatu beta adrenergik antagonis non selektif, mengurangi
tekanan intraokuler dengan menurunkan produksi humor aqueous.
Pemberian timolol topikal pada mata, umumnya digunakan untuk terapi
glaukoma, jarang dihubungkan dengan bradikardi yang resisten dengan
atropin, hipotensi, dan brokhospasme selama anestesi umum.
Premedikasi
Pasien yang dilakukan operasi mata mungkin ketakutan, terutama bila
dilakukan multiple prosedur dan ada kemungkinan kebutaan yang permanen.
Pasien pediatrik sering dihubungkan dengan adanya cacat kongenital
(misalnya sindrom rubela, sindrom Goldenhar, Down sindrom). Pasien
dewasa pada umumnya geriatri, dengan banyak sekali penyakit sistemik
(misalnya hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung koroner). Faktor-
faktor tersebut harus diperhatikan bila memilih premedikasi.
Induksi
8
Pemilihan teknik induksi untuk operasi mata bergantung terutama pada
penyakit yang menyertainya daripada kepada penyakit mata atau tindakan
pembedahannya. Satu pengecualian adalah pasien dengan ruptur bola mata.
Kunci dari induksi anestesi pada pasien dengan cedera mata terbuka adalah
mengendalikan tekanan intraokuler dengan melakukan induksi yang mulus.
Khususnya, batuk selama induksi harus dihindari dengan mendalamkan
anestesi dan paralisis. Respon TIO terhadap laringoskopi dan intubasi, dapat
ditumpulkan dengan pemberian lidokain intravena 1,5 mg/kg bb atau opioid
(misalnya remifentanil 0,5-1 ug/kg atau alfentanil 20 ug/kg). Pelumpuh otot
yang digunakan jangan succinylcholin karena mempengaruhi TIO.
Kebanyakan pasien dengan cedera bola mata terbuka tidak puasa/lambung
penuh dan memerlukan teknik rapid-sequence induction.
9
Ekstubasi dan Emergens
Walaupun benang jahit modern dan teknik penutupan luka operasi
menurunkan resiko terbukanya luka operasi pascabedah, tetap harus
dilakukan emergens dari anestesi yang mulus. Batuk akibat adanya pipa
endotrakehal dapat dicegah dengan esktubasi saat level anestesi yang cukup
dalam. Ketika operasi berahir, pelumpuh otot di reverse dan pasien bernafas
spontan. Obat anestesi diteruskan saat melakukan pengisapan jalan nafas.
N2O kemudian dihentikan, dan diberikan lidokain 1,5 mg/kgbb untuk
menumpulkan reflek batuk sementara. Ekstubasi dilakukan 1-2 menit setelah
pemberian lidokain dan selama bernafas spontan dengan oksigen 100%.
Kontrol jalan nafas yang tepat sangat penting sampai refleks batuk dan
menelan pulih. Akan tetapi, teknik ini tidak menyenangkan untuk pasien
dengan resiko aspirasi yang tinggi.
Nyeri hebat setelah operasi mata tidak biasa terjadi. Prosedur sklera
buckling/tekuk, enukleasi dan perbaikan ruptur bola mata adalah operasi
mata yang paling sakit. Dosis kecil narkotik intravena (misalnya petidin 15-25
mg untuk dewasa) umumnya cukup efektif. Nyeri hebat mungkin merupakan
tanda adanya hipertensi intraokuler, aberasi kornea, atau komplikasi bedah
lainnya.
Blok Retrobulber
Pada teknik ini, obat anestesi lokal disuntikan dibelakang mata kedalam
konus yang dibentuk oleh otot ekstraokuler (Gambar 38-1). Jarum no 25 tipe
tumpul disuntikkan dibawah palpebra
A blunt-tipped 25-gauge needle penetrates the lower lid at the junction of the
middle and lateral one-third of the orbit (usually 0.5 cm medial to the lateral canthus).
10
Blok Peribulber...??
Blok Sub-Tenon ...??
Blok nerves Fasialis ...??
Anestesi Topikal ...??
Gambar 38-1.
A: During administration of a retrobulbar block, the patient looks supranasally as a
needle is advanced 1.5 cm along the inferotemporal wall of the orbit.
B: The needle is then redirected upward and nasally toward the apex of the orbit and
advanced until its tip penetrates the muscle cone.
Sedasi Intravena
Terdapat beberapa teknik sedasi intravena untuk operasi mata. Jenis
obat tertentu kurang penting dibandingkan dengan dosis obat. Sedasi yang
dalam harus dihindari sebab meningkatkan resiko apnoe dan pergerakan
tidak disengaja selama operasi. Sebaliknya, blok retrobulbar dan blok saraf
fasialis tidak menyenangkan untuk pasien. Untuk komprominya, beberapa ahli
anestesi memberikan dosis kecil propofol (30-100 mg perlahan-lahan) atau
barbiturat yang short acting (misalnya 10-20 mg methohexital atau 25-75 mg
pentotal) untuk menghasilkan tidur yang sangat singkat selama dilakukan
anestesi regional. Pilihan lain, dosis kecil opioid (remifentanil 0,1-0,5 ug/kb bb
11
atau alfentanil 375-500 ug) menyebabkan analgesia yang kuat dan singkat.
Spesialis anestesi lain, percaya bahwa resiko henti nafas dan aspirasi
unacceptable, dosis limit hanya untuk memberikan minimal relaksasi dan
amnesia. Midazolam (1-2 mg) dengan atau tanpa fentanyl (12,5-25 ug) atau
sufentanil (2,5-5 ug) merupakan regimen yang umum diberikan. Dosis sangat
bervariasi dan tergantung dari pasien dan harus diberikan secara titrasi. Lebih
jauh, kombinasi bermacam-macam obat (benzodiazepin, hipnotik, opioid)
dapat menimbulkan potensiasi obat, jadi dosis harus dikurangi. Obat anti
emetik mungkin harus diberikan bila digunakan opioid. Tanpa melihat teknik
apa yang digunakan, ventilasi dan oksigenasi harus dipantau dan alat untuk
memberikan ventilasi tekanan positif harus tersedia.
Laporan Kasus
Seorang anak laki-laki berumur 12 tahun datang ke ruang emergensi
setelah tertembak matanya oleh peluru. Pemeriksaan dokter mata
menunjukkan adanya isi intraokuler didaerah luka. Anak tersebut dijadwalkan
untuk operasi emergensi perbaikan bola mata yang ruptur.
Apa yang harus ditekankan pada evaluasi prabedah untuk pasien ini?
Disamping ditanyakan anamnesa dan pemeriksaan fisik rutin, makan
terakhir sebelum dan setelah injury harus ditanyakan seakurat mungkin.
Pasien harus dianggap lambung penuh kalau injury terjadi dalam 8 jam
setelah makan terakhir, sekalipun bila pasien tidak makan untuk beberapa
jam setelah injury: pengosongan lambung melambat oleh adanya nyeri dan
kecemasan yang terjadi akibat trauma.
Apa signifikansi dari lambung penuh pada pasien dengan cedera mata
terbuka?
Pengelolaan pasien yang disangka mengalami cedera mata penetrasi
memberikan tantangan untuk ahli anestesi sebab kebutuhan untuk membuat
rencana anestesi yang konsisten dengan sediktnya ada dua masalah yang
bertentangan. Yang pertama adalah mencegah kerusakan mata lebih besar
dengan mencegah terjadinya kenaikan tekanan intraokuler. Yang kedua,
mencegah terjadinya aspirasi paru pada pasien dengan lambung penuh.
Kebanyakan dari strategi umum yang digunakan untuk mencapai tujuan
ini secara tidak langsung bertentangan satu sama lain (tabel dibawah).
Sebagai contoh, walaupun regional anestesi (misalnya blok retrobulbar)
mengurangi resiko aspirasi pneumonia, ini relatif kontraindikasi pada pasien
dengan injury mata penetrasi sebab suntikan obat anestesi lokal dibelakang
bola mata dapat meningkatkan tekanan intraokuler dan menimbulkan
keluarnya isi bola mata. Karena itu, pasien ini memerlukan anestesi umum,
walaupun resiko aspirasi pneumonia meningkat.
12
Tabel: Strategi untuk mencegah peningkatan TIO
Hindari tekanan langsung pada bola mata
Tutup mata dengan fox shield
Jangan melakukan teknik retrobulbar atau peribulbar
Teknik pemasangan face mask yang hati-hati
13
sitrat, citric acid) kehilangan efektivitasnya dalam 30-60 menit, maka harus
diberikan segera sebelum induksi anestesi (15-30 ml per oral).
Obat Induksi apa yang dianjurkan pada pasien dengan cedera mata
terbuka?
Obat induksi ideal untuk pasien dengan lambung penuh akan
memberikan mula kerja yang cepat dalam usaha untuk mengurangi resiko
regurgitasi. Ketamin, pentotal, propofol, dan etomidat mempunyai mula kerja
yang cepat (misalnya satu waktu sirkulasi lengan-otak).
Selanjutnya, obat induksi yang ideal harus tidak meningkatkan resiko
ekspulsi okuler dengan meningkatnya TIO (dalam kenyataannya, kebanyakan
obat induksi anestesi menurunkan TIO). Walaupun penelitian tentang efek
ketamin pada TIO masih kontroversi, ketamin tidak dianjurkan tidak dipakai
pada cedera mata penetrasi owing jumlah yang banyak dari blephrospame
dan nistagmus.
Walaupun etomidate mungkin terbukti berharga pada beberapa pasien
dengan penyakit jantung, etomidate dihubungkan dengan kejadian mioklonus
dengan rentang 10-60%. Episode mioklonus berat mempunyai kontribusi
lepasnya retina secara lengkap dan prolaps vitreous pada seorang pasien
dengan cedera mata terbuka dan cadangan jantung terbatas.
Propofol dan pentotal mempunyai efek mula kerja yang cepat serta
menurunkan TIO, akan tetapi, tidak mencegah respons hipertensi terhadap
laringoskopi dan intubasi atau mencegah kenaikan TIO akibat laringoskopi-
intubasi. Pemberian fentanyl (1-3 ug/kg bb), remifentanil (0,5-1 ug/kgbb),
alfentanil (20 ug/kgbb), esmolol (0,5-1 mg/kgbb), atau lidokain (1,5 mg/kgbb)
sebelumnya, menekan respons ini dengan keberhasilan yang bervariasi.
14
Rapid-sequence induction
Tekanan cricoid
Obat induksi dengan mula kerja cepat
Succinyilcholin, rocuronium, rapacuronium
Hindari ventilasi tekanan postif
Intubasi sesegera mungkin
Bagaimana Strategi Induksi pada Anak yang belum dipasang jalur vena?
Anak yang histeris dan tidak puasa/lambung penuh memberikan
anestetis tantangan dimana tidak ada pemecahan masalah yang sempurna.
Sekali lagi, dilema adalah kebutuhan untuk mencegah kenaikan tekanan
intraokuler dan mengurangi resiko aspirasi.
15
Sebagai contoh, menangis dan menjerit akan menaikkan TIO secara
hebat sekali. Usaha untuk memberikan sedasi per rektal atau suntikan
intramuskuler, sering menambah keadaan agitasi dan memperburuk cedera
mata. Sama halnya, walaupun sedasi prabedah mungkin meningkatkan
resiko aspirasi dengan menghilangkan refeks jalan nafas, sering diperlukan
untuk memasang jalur vena untuk rapid sequence induction. Strategi yang
ideal adalah memberikan sedasi tanpa nyeri yang mengijinkan dapat
dilakukannya pemasangan jalur vena dan mempertahankan level kesadaran
yang adekuat yang mampu memproteksi refleks jalan nafas. Walaupun solusi
ini sulit dicapai, diperkenalkanya obat baru dan inovasi sistem delivery,
seperti lolipop berisi opioid, dapat memberikan alternatif yang lebih baik.
16