MODUL 1
EMULSI
Penyusun :
Nama Anggota :
Kelompok/Golongan : A8/A3
Hari/Jam Praktikum : Kamis, 03 Juni 2021
Dosen Pembimbing : Apt. Naelaz Zukhruf W.K., M.Pharm
LABORATORIUM FARMASI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbagai macam bentuk sediaan obat lazim kita jumpai dalam dunia
kefarmasian. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk kebutuhan
sediaan seperti apa yang dibutuhkan. Salah satu jenis sediaan yang cukup sering
dijumpai adalah emulsi.
Menurut Martin, dkk (1993 : 1143) emulsi adalah suatu sistem yang tidak
stabil secara termodinamik yang mengandung paling sedikit 2 fase cair yang tidak
bercampur, diaman satu cairannya didispersikan sebagai bola-bola dalam fase cair
lain.
Sementara itu dalam Farmakope IV (1995 : 6) definisi emulsi yaitu sistem
dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam
bentuk tetesan kecil.
Emulsi (emulsion) adalah suatu sistem koloid yang fase terdispersi dan
medium pendispersinya berupa cairan yang tidak dapat bercampur. Misalnya
benzena dalam air, minyak dalam air, dan air susu. Mengingat kedua fase tidak
dapat bercampur, keduanya akan segera memisah. Untuk menjaga agar emulsi
tersebut mantap atau stabil, perlu ditambahkan zat ketiga yang disebut emulgator
atau zat pengemulsi (emulsifying agent). (Sumardjo, 2009).
Tipe emulsi ada dua, yaitu oil in water (O/W) atau minyak dalam air
(M/A), dan water in oil (W/O). Emulsi tipe O/W (Oil in Water) atau M/A (minyak
dalam air) adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar atau
terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase
eksternal. Emulsi tipe W/O (Water in Oil) atau M/A (air dalam minyak), adalah
emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak.
Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase eksternal. Terdapat dua macam
komponen emulsi:
1. Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam
emulsi, terdiri atas:
a. Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinu/ fase terdispersi/ fase dalam,
yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain.
b. Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair dalam
emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsi
tersebut.
c. Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi.
Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahakan
ke dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen
saporis, odoris, colouris, pengawet (preservative), dan antioksidan. (Syamsuni,
2007).
Emulsi dibuat untuk mendapatkan preparat atau sediaan yang stabil dan
merata atau homogen dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.
Tujuan pemakaian emulsi adalah:
1. Untuk dipergunakan sebagai obat dalam atau per oral. Umumnya tipe emulsi
tipe O/W.
2. Untuk dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe O/W maupun W/O, tergantung
pada banyak faktor, misalnya sifat atau efek terapi yang dikehendaki.
(Syamsuni, 2007).
Pada praktikum kali ini jenis sediaan emulsi yang dibuat yaitu losion.
Losion merupakan emulsi tipe W/O yang digunakan untuk pemakaian luar.
Adapun zat aktif yang digunakan dalam formulasi losion kali ini adalah VCO.
Virgin Coconut Oil atau biasa disingkat VCO sudah sangat marak beredar
dipasaran dari berbagai macam merk. Menurut Price (2004); Sulistyo (2005),
VCO mempunyai efek fisiologis yang menguntungkan kesehatan seperti mampu
membunuh virus, bakteri, meningkatkan daya tahan tubuh, melembutkan kulit dan
sebagainya. Berbagai khasiat dari VCO tersebut disebabkan oleh asam lemak
berantai sedang yang dikandungnya yaitu asam laurat. VCO memiliki kandungan
asam laurat yang sangat tinggi (45-55%).
Struktur molekul beberapa asam lemak dalam VCO yang kecil
memudahkan kulit dan rambut untuk menyerapnya. Selain itu, VCO juga sangat
baik untuk melembutkan kulit yang kasar dan keriput. VCO yang diolah tanpa
pemanasan akan memberi efek yang baik pada semua jaringan tubuh, khususnya
jaringan ikat yang memberi elastisitas pada kulit (Sukartin, 2005).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sukartin dan Sitanggang (2005)
digunakan VCO karena kandungan asam lemak jenuh pada minyak kelapa lebih
tinggi (92%) daripada minyak nabati lainnya. Tingginya asam lemak jenuh dapat
membuat minyak kelapa tahan terhadap ketengikan akibat oksidasi. Kandungan
asam lemak jenuh minyak kelapa didominasi oleh asam laurat (44- 52%). Asam
laurat ini dapat membunuh berbagai jenis mikroorganisme yang membran selnya
mengandung asam lemak. Dengan demikian, minyak kelapa dapat berfungsi
sebagai preservative yang dapat menjaga stabilitas fisiknya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara membuat formulasi sediaan emulsi jenis losion?
2. Bagaimana hasil dari evaluasi sediaan emulsi jenis lotion?
3. Bagaimana pengaruh HLB terhadap stabilitas emulsi?
C. TUJUAN FORMULASI
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Membuat sediaan emulsi jenis losion dengan benar
2. Mengetahui cara mengevaluasi sediaan emulsi jenis losion serta
menganalisis hasilnya
3. Mengetahui pengaruh HLB terhadap stabilitas emulsi
D. MANFAAT FORMULASI
1. Dibuatnya sediaan emulsi jenis losion pada formulasi VOC kali ini
bertuuan untuk memudahkan
2. Dalam formulasi losion dapat digunakan surfaktan non ionik yang mana
bersifat kurag iritan dibanding surfaktan lainnya sehingga relative lebih
aman
3. Surfaktan non ionik juga memiliki karakteristik nilai HLB yang sangat
berpengaruh terhadap stabilitas emulsi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PRAFORMULASI
I. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat
Virgin Coconut Oil (VCO)
1. Farmakokinetika
Virgin Coconut Oil termasuk lemak rantai sedang yang
cepat dicerna dan diserap dalam waktu singkat, dapat
diubah menjadi energi sehingga dapat meningkatkan
metabolisme tubuh. VCO ini dapat berpengaruh terhadap
peningkatan metabolisme tubuh sehingga apabila terdapat
zat kimia lain masuk ke dalam tubuh yang dalam hal ini zat
kimia tersebut akan cepat tereliminasi dari tubuh.
2. Indikasi
Virgin Coconut Oil (VCO) memiliki kemampuan sebagai
antifirus, antibakteri, antijamur, antiprotozoa dan
antioksidan, serta kemampuan untuk meningkatkan jumlah
sel darah putih.
3. Kontraindikasi
Hipersensifitas terhadap virgin coconut oil
4. Efek Samping
a. Kerusakan hati
b. Beberapa reaksi alergi seperti mual, ruam, eksim,
gatal-gatal, muntah, dan anafilaksis.
c. Dapat menyebabkan efek samping jangka pendek,
misalnya diare.
d. Dapat menyebabkan masalah pada pencernaan
termasuk gangguan pada usus.
3. Span 80
a. Organoleptis
Bau : Bau khas lemah
Warna : Kuning sawo
Rasa : Tidak Berasa
b. Struktur Kimia dan berat molekul
c. Ukuran partikel, bentuk ataupun luas permukaan
d. Kelarutan
Praktis tidak larut tetapi terdispersi dalam air dan
propilengkilol, tercampur dalam alcohol dan methanol,
1 bagian span larut dalam etil asetat
e. Stabilitas : Stabil pada asam dan basa
f. Titik lebur
g. Higroslopabilitas
h. Inkompatibilitas
4. Aquades
a. Organoleptis
Bau : Tidak berbau
Warna : Tidak Berwarna
Rasa : Tidak Berasa
b. Struktur Kimia dan berat molekul
B. FORMULASI
I. Permasalahan
Virgin Coconut Oil tidak larut dalam air; larut dalam etanol
II. Pengatasan Masalah
Dari permasalahan yang ada Aquadest dapat diganti dengan bahan lain,
missal etanol
III. Formula Yang Akan Dibuat
BAB III
PELAKSANAAN
I. CARA KERJA
Formulasi
a. Timbang semua bahan yang dibutuhkan
b. Masukkan VCO dan setil alkohol ke dalam bekker glass A dan
masukkan akuades dan tween 80 ke dalam bekker glass B
c. Masing-masing dipanaskan hingga suhu 40°C pada wadah yang
terpisah
d. Campuran akuades dan tween 80 didispersikan ke dalam campuran
VCO dan setil alkohol sedikit demi sedikit diaduk dengan
homogenizer atau blender atau mixer
e. Pengadukan dilakukan pada suhu kamar
f. Setelah terbentuk massa losion, losion dimasukkan ke dalam
kemasan dan dilakukan pengamatan stabilitas fisik
Evaluasi
(1) Uji Organoleptis
Pengamatan sediaan emulsi dilakukan dengan mengamati dari
segi penampilan, rasa dan aroma dari sediaan uji
(2) Determinasi tipe emulsi
1. Metode pewarnaan
Losion ditempatkan pada cawan porselen. Kemudian losion
ditetesi dengan 1 tetes pewarna biru metilen 0,2% kemudian
diaduk pelan. Losion berbasis air akan terwarnai oleh biru
metilen. Pengamatan dilakukan sebelum dan sesudah
penyimpanan pada suhu ruang 14 hari.
2. Metode pengenceran
Satu tetes losion diteteskan ke dalam 30 mL air. Losion tipe M/A
akan terdistribusi merata pada medium air. Losion tipe A/M tidak
akan terdistribusi merata pada permukaan air. Pengamatan dilakukan
sebelum dan sesudah penyimpanan pada suhu ruang selama 14 hari
(3) Pengamatan pemisahan fase losion
Losion dituang dalam tabung berskala (gelas ukur) dan dalam keadaan
tidak terganggu. Pemisahan fase yang terjadi dicatat setiap hari selama
14 hari penyimpanan. Rasio pemisahan fase yang terjadi di catat dengan
rumus :
F= Vu/ Vo
Vu : volume fase emulsi pada waktu tertentu Vo :
volume seluruh emulsi
(4) Viskositas losion
Siapkan tiga buah tabung, lalu isi masing-masing tabung dengan emulsi
yang telah dibuat. Siapkan satu bola yang telah diketahui massanya.
Kemudian jatuhkan bola pada tabung, catat waktunya dengan 10x
percobaan pada tiap-tiap tabung. Buatlah grafik s terhadap t untuk
masing-masing emulsi. Hitung viskositas cairannya.
(5) Daya sebar losion
Sediana losion seberat 0,5 gram ditimbang dan diletakkan pada
horizontal double plate. Horizontal double plate lain seberat 55 gram
dan bebas sebesar 125 gram diletakkan di atas losion dan diamkan
selama 1 menit. Kemudian dicatat diameter penyebarannya. Pengujian
dilakukan tiap minggu selama 14 hari (2 minggu).
(6) Uji pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Elektroda
sebelumnya telah dikalibrasi pada larutan buffer pH 4, 7, dan 9.
Kemudian elektroda dicelupkan ke dalam sediaan, pH yang muncul
dilayar dan stabil lalu dicatat. Pengukuran dilakukan pada hari ke 0,
minggu ke-1 , dan minggu ke-2
II. KEMASAN, BROSUR DAN ETIKET
Kemasan
LAB.FARMASETIKA PRODI FARMASI
PROGRAM SARJANA
STIKES Muhammadiyah Gombong
Jl. Yos Sudarso No.461, tlp/fax.(02874)472433
Apteker : Syifa Aulia, S.Farm, Apt.
SIPA : 246/per/XVI/2020
b. Metode pengenceran
No HLB
HLB 6 HLB 14
HARI
1. Hari ke 0 Buih tidak merata , ada losion Distribusi merata ,
yang menggumpal tidak ada gumpalan
2. Hari ke 1 Buih tidak merata, ada Distribusi merata ,
gumpalan sedikit tidak ada gumpalan
3. Hari ke 2 Buih tidak merata, ada Distribusi merata ,
gumpalan sedikit tidak ada gumpalan
1. Hari ke 0 100 ml 95 ml
4. Visikositas losion
No HLB
HLB 6 HLB 14
HARI
5. Daya sebar
No HARI HLB
HLB 6 HLB 14
1. Hari ke 0 4 4
2. Hari ke 1 4 4
3. Hari ke 2 4 5
Rata-rata 4 4.3
B. PEMBAHASAN
1. Uji Organoleptis
4. Visikositas losion
Uji viskositas dilakukan pada hari ke-1 samapai hari ke-3 dengan
menggunakan . Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa
adanya perbedaan konsentrasi bahan pada tiap formulasi akan berpengaruh
pada viskositas sediaan. Hal ini disebabkan karena semakin banyak air niai
visikositas senakin tinggi. Tetapi pada percobaan HLB 14 pada sediaan
losion yang dilakukan visikositas pada kelompok kami hasilnya naik
turun. Mungkin ini dapat disebabkan kurang telitinya saat proses
pengukuran visikositas. Sedangkan pada HLB 6 nilai visikositas tidak
dapat dihitung karena losion yang kami buat terlalu kental. Hal ini dapat
disebabkan karena kurangnya air yang digunakan.
5. Daya sebar
6. Uji pH
B. Saran
Setelah praktikum dilaksanakan,diharapkan mahasiswa megetahui cara
pembutan losion yang benar , sehingga sudah tidak kebingungan lagi saat
pembuatan losion.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN
GAMBAR UJI COBA DAN LEMBAR KERJA
Pengamatan pemisahan fase losion dari hari ke 0 sampai 2 dan Uji viskositas
losion