1111V\n
DAFTAR ISi
Oaftarlsi ..............................................................................................
~ditorial ..... ........ .... ...... ..... ... . .......... ........... ..... ...... ......... ...... ..... ........... iii-i\,
s am: Negara dan Masyarakat ... ..... .......... ...... ..... ........... .... ................ 104-127
St. Sunardi
Seri Artikel Filsafat Cina: LEGALISME ....... ....... ..... ......... ...... ...... ......... 159-17€
Hieronymus Purwanta
Pengantar
Drs. Hieronymus Purwanta, M.A., adalah dosen tetap Program Studi Ilmu Sejarah,
Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
159
SPPS, Vol. 18, No. 2, Oktober 2004
160
Legalisme.....(Hieronymus Purwanta)
1
Fung Yu Lan, Sejarah Ringkas Filsafat Cina: Sejak Confusius sampai Han Fei Tzu.
Terjemahan Soejono Soemargono. (Yogyakarta:Liberty, 1990), hlm. 211.
161
SPPS, Vol. 18, No. 2, Oktober 2004
2
Yao adalah seorang raja dalam legenda rakyat Cina. Legenda itu antara lain
menceritakan bahwa ketika sampai pada pergantian tahta, Yao tidak menunjuk
anaknya sendiri sebagai raja pewaris. Tahtanya justru diwariskan kepada Shun yang
keturunan rakyat biasa. Legenda itu berusaha menunjukkan bahwa pada jaman itu
keturunan bukan menjadi faktor penting. Faktor yang menentukan adalah kemampuan
atau kualitas.
3
Kutipan diambil dari H.G. Creel, Alam Pikiran Cina. Terjemahan Soejono
Soemargono (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989), hlm. 156-157.
162
Legalisme.....(Hieronymus Purwanta)
baik lingkungan fisik maupun sosial. Seperti yang dibahas Han Fei-tzu,
faktor-faktor seperti perkembangan jumlah penduduk dan perubahan
orientasi dan strategi hidup merupakan unsur penting pendorong
perkembangan kebudayaan. Dari sudut pandang itu, kebudayaan
merupakan bukti vitalitas manusia dalam menyesuaikan diri dengan
perkembangan jaman.
Pemerintahan Ideal
4
Kisah itu merupakan cerita rakyat. Dikisahkan bahwa ketika sedang mengolah
ladang, seorang petani Sung melihat seekor kelinci berlari sangat kencang dan mati
karena menabrak pohon. Akhirnya orang itu meninggalkan pekerjaannya dan duduk
di bawah pohon yang sama dengan harapan dapat menemukan kelinci lain yang mati
karena menabrak pohon. Dia tidak pernah menemukan kelinci kedua dan
ditertawakan oleh rakyat Sung. Lihat Fung Yu Lan, loc. cit
163
SPPS, Vol. 18, No. 2, Oktober 2004
Dengan nada yang sama Han Fei-tzu, salah seorang murid Hsun-tzu
yang kemudian menjadi tokoh Legalisme menjelaskan:
Ketika seorang anak laki-laki lahir, ayah dan ibu saling
mengucapkan selamat, tetapi jika seorang anak perempuan
lahir, mereka membunuhnya.... Pertimbangan yang melandasi
perbedaan perlakuan itu ialah bahwa para orang tua
memikirkan kesenangan hidup mereka di kemudian hari dan
memperhitungkan apakah yang pada akhirnya akan
menguntungkan mereka. Dengan demikian bahkan sikap
orang tua terhadap anak-anak mereka ditandai oleh
perhitungan akan keuntungan. Bukankah dalam pertalian-
pertalian yang tidak bercirikan kasih sayang yang terdapat
antara ayah dengan anak keadaannya lebih parah lagi?6
5
Lihat pada H.G. Creel, op. cit., hlm. 128.
6
Ibid. hlm 160
164
Legalisme.....(Hieronymus Purwanta)
7
Ibid. hlm. 165
8
Fung Yu-lan, op. cit., hlm. 212.
9
H.G. Creel, op. cit., hlm. 151.
165
SPPS, Vol. 18, No. 2, Oktober 2004
10
Fung Yu Lan, op. cit., hlm. 209.
166
Legalisme.....(Hieronymus Purwanta)
dan ahli pada segala bidang, sehingga dia sendiri tidak perlu memiliki
kecakapan-kecakapan tersebut.
Kecakapan yang perlu dimiliki oleh pemimpin adalah shu atau seni
memerintah, yaitu untuk memahami tabiat manusia agar dapat memilih
dan menempatkan pegawai secara tepat sesuai kemampuan yang
dimiliki. Dari sudut pandang itu, pendapat kaum legalis, dalam kadar
tertentu, justru dapat disejajarkan dengan ajaran kaum Taois. Penganut
Taoisme menganjurkan pengambilan sikap wu-wei atau tidak berbuat
apapun. Anjuran itu dapat dijalankan oleh penguasa, apabila syarat-
syarat yang ditetapkan oleh kaum legalis dapat dipenuhi. Penguasa
tidak lagi perlu berbuat sesuatu, karena dengan tidak berbuat itu justru
memberi kesempatan kepada para ahli untuk bekerja sebaik mungkin.
Sebaliknya, kalau penguasa banyak berbuat malah akan mengacaukan
mekanisme yang telah ada dan dia sendiri bukan seorang ahli, sehingga
kemungkinan terjadi kesalahan akan menjadi lebih besar.
Implementasi
1. Bidang Politik
Oleh karena posisi para tokohnya sebagai pejabat pemerintahan, maka
secara alamiah ajaran Legalisme memiliki kesempatan paling luas untuk
diterapkan ke dalam kehidupan masyarakat. Salah satu negara yang
secara terus terang menerapkan ajaran Legalisme adalah Kerajaan Ch'in.
Menteri Shang Yang yang merupakan salah satu tokoh terpenting
Legalisme dipercaya oleh penguasa Ch’in yang bernama Hsiao untuk
membangun Ch'in menjadi salah satu negara terkuat. Shang Yang
sebetulnya bukan merupakan penduduk asli Ch'in. Dia berasal dari
negara Wei yang merupakan musuh bebuyutan Ch'in. Dia datang ke
Ch'in pada tahun 361 SM untuk memenuhi pengumuman Pangeran
Hsiao yang mencari orang dari kelompok intelektual atau sastrawan
yang bersedia membantunya dalam memodernisasi Ch'in. Dikatakan
juga dalam pengumuman itu bahwa problem utama Ch'in terutama
adalah konflik perbatasan dengan Wei. Hsiao merasa bahwa penguasa
Wei telah melakukan intervensi militer ke wilayah Ch'in yang berada di
sebelah barat sungai Kuning (Huang Ho) pada tahun 385 SM. Oleh
karena itu, Hsiao bermaksud untuk meminta kembali daerah yang
dicaplok Wei, apabila perlu dengan kekerasan.
167
SPPS, Vol. 18, No. 2, Oktober 2004
Pada tahun 350 SM, atas nasehat Shang Yang, ibukota dipindahkan ke
Hsien-yang. Ibukota baru tersebut letaknya sangat strategis. Dipandang
dari wilayah kerajaan Chou secara keseluruhan, ibukota Ch'in masih
tergolong cukup jauh di sebelah barat laut dari areal pemukiman
penduduk Chou pada umumnya. Hal itu menjadikan masyarakat Ch'in
11
Shang Yang merupakan salah satu tokoh terpenting aliran filsafat hukum (Fa-chia).
Ada sebuah cerita yang mengisahkan bahwa kehandalan Shang Yang sebetulnya
sudah diketahui oleh salah seorang penguasa Wei. Sebelum penguasa itu meninggal,
dia berpesan untuk menggunakan Shang Yang sebagai penasehat negara. Apabila
tidak dijadikan penasehat, sebaiknya dia dibunuh, karena bila menjadi menteri di
negara lain akan sangat membahayakan bagi Wei. Lihat pada H.G. Creel, op. cit.,
hlm. 152.
168
Legalisme.....(Hieronymus Purwanta)
12
Chia I seorang penulis yang hidup antara 198-165 SM menyimpulkan dengan sangat
jelas tentang keuntungan kondisi geografis Ch'in dalam eseinya yang berjudul
Keruntuhan Ch'in. Dia mengatakan bahwa Ch'in dilindungi oleh gunung-gunung dan
kelokan sungai yang membuatnya menjadi kuat. Lihat pada Derk Bodde, China’s
First Unifier: A Study of The Dynasty as Seen in The Life of Li Ssu (Leiden: E.J. Brill,
1938), hlm. 6. Komentar serupa juga diberikan oleh Ssuma Chien yang merupakan
Herodotusnya Cina. Simak Rene Grousset, The Rise and Splendour of The Chinese
Empire. (Los Angeles: University of California Press, 1953), hlm. 39.
13
Marcel Granet, Chinese Civilization (New York: Meridian Book, Inc., 1950), hlm. 32.
14
Langkah ini dalam Sejarah Cina seringkali dipandang sebagai awal revolusi yang
dilakukan pemerintah Ch'in. Pada konteks ini revolusi yang terjadi adalah perubahan
secara cepat dari negara feodal ke negara kesatuan yang sentralistis. Lihat Paul H.
Clyde, The Far East (New Jersey: Prentice Hall, Inc., 1958), hlm. 19.
169
SPPS, Vol. 18, No. 2, Oktober 2004
15
Hugh B. O'Neil, Companion to The Chinese History (New York: Fact on File
Publication, 1987), hlm. 235. Bandingkan dengan Tung Chi Ming An Outline History
of China (Peking: Foreign Languages Press, 1959), hlm. 30. Yang disebut terakhir
170
Legalisme.....(Hieronymus Purwanta)
menjelaskan bahwa kesatuan terkecil terdiri dari lima kepala keluarga yang disebut
wu dan dua wu digabung menjadi shih.
16
Kutipan ini diambil dari inskripsi "Catatan Catatan Sejarah" yang disusun pada masa
dinasti Han. Lihat pada H.G. Creel, loc. cit.
17
Ibid.
171
SPPS, Vol. 18, No. 2, Oktober 2004
2. Bidang Ekonomi
18
Lihat pada Denis Twichett and Michael Loewe, The Cambride History of
China.Volume I. (New York: Cambridge University Press, 1986), hlm. 35.
Bandingkan dengan Tung Chi Ming, An Outline History of China. (Peking: Foreign
Language Press, 1959), hlm. 30
172
Legalisme.....(Hieronymus Purwanta)
Pengaruh Pembaharuan
Pembaharuan yang dilakukan Shang Yang berhasil mengangkat
namanya menjadi negarawan besar dan menempatkan dirinya sebagai
tangan kanan Hsiao. Selain itu, dia juga berhasil mengangkat nama
Ch'in menjadi negara yang disegani oleh negara-negara lain di
19
Pada periode ini pemerintah Ch'in juga mulai memberlakukan sistem pajak.
Meskipun belum dapat dipastikan secara mendetail bentuk pajak yang diberlakukan,
beberapa literatur masa itu menyinggung adanya pajak yang ditarik pemerintah Ch'in.
Lihat pada Denis Twichett, ibid.
173
SPPS, Vol. 18, No. 2, Oktober 2004
20
Meskipun Shang Yang menindaknya, tetapi sanksinya diperingan. Lihat pada Nio Joe
Lan, Tiongkok Sepandjang Abad, (DJakarta: Balai Pustaka, 1952), hlm.100. Banding-
kan dengan Hsu "Bangsawan dan Kekuasaan Raja" yang terdapat pada Sartono
Kartodirdjo, Elite dalam Perspektif Sejarah (Jakarta: LP3ES, 1981), hlm. 122.
174
Legalisme.....(Hieronymus Purwanta)
21
Kekejaman pasukan Ch'in cukup dikenal oleh negara-nagara musuhnya. Misalnya
pada tahun 312 perang dengan Ch'u meletus lagi dan pasukan Ch'in berhasil
membunuh sebanyak 80 000 orang pasukan Ch'u. Yang terkejam adalah ketika tidak
kurang 400 000 orang pasukan Chao pada tahun 260 menyerah kepada Ch'in dengan
harapan dapat selamat. Dengan tanpa belas kasihan, mereka dihabisi. Lihat pada Derk
Bodde, op. cit., hlm. 4-5.
22
L. Carrington Goodrich, A Short History of The Chinese People (London: George
Allen & Unwin Ltd., 1957), hlm. 31.
175
SPPS, Vol. 18, No. 2, Oktober 2004
Penutup
Dari uraian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa pemahaman
sebagai kesimpulan. Legalisme yang memiliki pendukung terutama dari
kalangan birokrat memiliki pemikiran bahwa penegakan hukum yang
keras merupakan jalan terbaik untuk menciptakan ketertiban
masyarakat. Masyarakat hanya akan takut untuk melakukan kesalahan
apabila mengetahui beratnya sanksi pelanggaran dan hukum
ditegakkan tanpa pandang bulu.
23
Salah satunya adalah Herman Kinder and Werner Hilgemann, The Penguin Atlas of
World History. Volume I (Middlesex: Penguin Book Ltd., 1974), hlm. 41.
176