Anda di halaman 1dari 71

PEMERIKSAAN FISIK

HEAD to toe
prosedur ippa
DOSEN PENGAMPU:
NS. SUSIANA JANSEN, M.KEP.,SP.KEP.ANAK
Anggota kelompok:

1. Halena Chandra Callista 2310711074 9. Nathaniella Arafah 2310711083


2. Azzahra Cinta Ramadhini 2310711077 10. Nazma Putri Fadila 2310711080
3. Della Zahra Aulia 2310711071 11. Miranti Bunga Fitria 2310711068
4. Maurine Rivalda Erlingga 2310711081 12. Nadia Syifa Aulia 2310711090
5. Friskila Novelia Napitupulu 2310711086 13. Adinda Nur Azizah 2310711075
6. Zellda Nur Syachfitri 2310711093 14. Joefunny Marshanda Putri S. 2310711082
7. Khanza Hanaya Chairunisa 2310711085 15. Aurel Amalia Shaliha 2310711094
8. Syarla Bella Dewi Pramesty 2310711067
PEMERIKSAAN FISIK head to toe
Pemeriksaan fisik (head to toe) merupakan pemeriksaan esensial dari
asuhan keperawatan, dimana pemeriksaan ini dilakukan dari kepala hingga
kaki untuk menentukan status kesehatan pasien, mengidentifikasi masalah
kesehatan dan untuk mengetahui adanya penyakit tertentu, sehingga bisa
ditangani lebih awal. Pemeriksaan ini Ini melibatkan pengamatan, palpasi
(perabaan), perkusi (pengetukan), dan auskultasi (pendengaran) berbagai
bagian tubuh untuk mencari tanda-tanda kesehatan atau penyakit.
Pemeriksaan head to toe biasanya dimulai dari bagian atas tubuh, seperti
kepala dan leher, dan kemudian melanjutkan ke dada, abdomen, dan
ekstremitas (lengan dan kaki).

Maurine Rivalda Erlingga 2310711081


https://myklass-
fkik.umy.ac.id/mod/resource/view.php?id=29964
kEPALA DAN LEHER
A. PEMERIKSAAN KEPALA
a. inspeksi
seperti memeriksa bentuk dan ukuran kepala, apakah bentuknya
simetris atau asimetris
b. palpasi
apakah terdapat tonjolan tulang,

1. PEMERIKSAAN RAMBUT
a. Inspeksi, pemeriksaan fisik secara langsung dengan penglihatan
memperhatikan warna, ketebalan
b. palpasi, pemeriksaan fisik dengan menyentuh tubuh
tekstur rambut

Zellda Nur Syachfitri 2310711093

https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-2-Pemeriksaan-
kepala-leher-2019.pdf
kEPALA DAN LEHER
2. PEMERIKSAAN WAJAH
a. Inspeksi
Dapat dilihat apakah memiliki kepucatan atau kemerahan
b. Palpasi
Memeriksa seperti adakah nyeri pada saat di tekan
c. Perkusi
Pemeriksaan ini melakukan ketokan ringan pada cabang nervus fasialis, tepat
atau sedikit di bawah arkus zigomatikus (di depan liang telinga luar), yang akan
menimbulkan kontraksi
otot-otot fasialis.

Zellda Nur Syachfitri 2310711093

https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-2-Pemeriksaan-
kepala-leher-2019.pdf
kEPALA DAN LEHER
3. PEMERIKSAAN MATA
a. Inspeksi
Pemeriksaan posisi dan kesejajaran mata dengan cara pasien diminta
melihat pada suatu obyek kemudian mata pasien diminta mengikuti
pergerakan obyek.
b. Palpasi
Pemeriksaan palpasi meliputi pemeriksaan palpebra dan tekanan bola
mata

Zellda Nur Syachfitri 2310711093

https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-2-Pemeriksaan-
kepala-leher-2019.pdf
kEPALA DAN LEHER
4. PEMERIKSAAN HIDUNG
a. Inspeksi
1. Inspeksi hidung eksternal :
Perhatikan permukaan hidung, ada atau tidak
asimetri, inflamasi.
2. Inspeksi hidung bagian internal :
Adakah mukosa oedema dan kemerahan, adakah polip
b. Palpasi
Pemeriksaan palpasi hidung untuk menilai adanya fraktur nasalis
dan nyeri tekan
Friskila Novelia Napitupulu 2310711086

https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-2-Pemeriksaan-
kepala-leher-2019.pdf
kEPALA DAN LEHER
4. PEMERIKSAAN TELINGA

a. Inspeksi auricula: bentuk, ukuran, simetris / asimetris, tanda


radang.
Inspeksi kanalis auricularis: adakah serumen prop, peradangan
b. Palpasi : adakah nyeri serta pembengkakan

Friskila Novelia Napitupulu 2310711086

https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-2-Pemeriksaan-
kepala-leher-2019.pdf
kEPALA DAN LEHER
5. PEMERIKSAAN MULUT
Biasanya dilakukan dengan inspeksi :
1) Bibir
Perhatikan warna(adakah sianosis atau pucat), kelembaban,
oedema, pecah-pecah.
2) Gusi dan gigi
adakah inflamasi, oedema, perdarahan, perubahan warna gusi
3)Lidah
termasuk warna dan papilla, adakah glositis, paralisis
Friskila Novelia Napitupulu 2310711086

https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-2-Pemeriksaan-
kepala-leher-2019.pdf
kEPALA DAN LEHER
B. PEMERIKSAAN LEHER
Pemeriksaan trachea :
a. Inspeksi
Inspeksi trachea untuk melihat adanya deviasi trachea,
simetris, asimetris.
b. Palpasi
Palpasi trachea dilakukan dengan cara ujung jari telunjuk
dan jari manis menekan
pada daerah m. sterno cleidomastoideus kanan dan kiri

Friskila Novelia Napitupulu 2310711086

https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-2-Pemeriksaan-
kepala-leher-2019.pdf
ekstremitas atas
Pemeriksaan fisik shoulder
pemeriksaan infeksi pada shoulder,anterior,lateral,dan posterior:
a. Membandingkan shoulder kanan dan kiri
b. Melihat adanya perubahan warna kulit : hematom, echymosis, dll
c. Menilai adanya deformitas pada shoulder yang mengalami dislokasi
Dislokasi Anterior : Abduksi dan rotasi external Dislokasi Posterior : Adduksi dan rotasi internal

Halena Chandra Callista


2310711074
ekstremitas atas
2.Palpasi pada shoulder; dilakukan pada kedua sendi, dimulai dengan sendi yang
tampak sehat dulu .

a. Meraba kulit untuk menilai suhu pada daerah sendi dengan daerah sekitarnya
b. Melakukan palpasi di axilla untuk menilai letak caput humerus. Biasanya letak caput humerus
berada di bagian proximal. Pada dislokasi posterior biasanya teraba massa di belakang bahu
sedangkan bagian depan rata.
c. Melakukan penekanan ringan pada:
1. Sendi acromioclavicular pada ujung clavicula; jika terdapat nyeri tekan mengindikasikan adanya
instabilitas clavicula distal dan terpisahnya acromion dan clavicula
2. Tendon supraspinatus pada daerah acromion; jika terdapat nyeri tekan mengindikasikan adanya
bursitis dan/atau robekan tendon supraspinatus

Halena Chandra Callista


2310711074
ekstremitas atas
3. Tuberositas mayor pada tonjolan pada caput
humerus lateral; jika terdapat nyeri tekan
mengindikasikan adanya rotator cuff tendinitis atau
robekan rotator cuff

d. Menilai axillary nerve injury, menilai sensasi dengan


pin prick test di daerah deltoid

3 .Menilai ROM secara aktif dan pasif kedua shoulder


a. Menilai gerak flexi 0 o -180o dan extensi 0 o -60o
b. Menilai gerak rotasi eksternal dan internal 0-90o
c. Menilai gerak abduksi 0-180o dan adduksi 0-30o

Halena Chandra Callista


2310711074
ekstremitas atas
Pemeriksaan Fisik Elbow
1.inspeksi
a. Membandingkan elbow kanan dan kiri
b. Menilai adanya perubahan warna: hematom, echymosis, dll
c. Menilai adanya edema dan instabilisasi dari elbow
d. Menilai adanya tanda-tanda deformitas:
Cubitus Varus: Ekstremitas distal berdeviasi secara
medial terhadap sendi elbow
Cubitus valgus: Extremitas distal berdeviasi secara
lateral terhadap sendi elbow
e. Menilai adanya edema dan instabilisasi dari elbow

Halena Chandra Callista


2310711074
ekstremitas atas
2 Palpasi Elbow, dilakukan pada kedua elbow

a. Meraba kulit untuk menilai suhu pada daerah sendi dengan daerah sekitarnya
b. Melakukan palpasi pada daerah epicondylus dan olecranon dan membentuk segitiga
sama sisi untuk menilai ada tidaknya subluksasi elbow
c. Melakukan palpasi pada epicondylus median dan garis supracondylar, jika terdapat nyeri
tekan mengindikasikan adanya epicondylitis medial (golfer elbow) atau fraktur
d. Melakukan palpasi pada epicodylus lateralis dan garis supracondylar, jika terdapat nyeri
tekan mengindikasikan adanya epicondylitis lateralis (tennis elbow) atau fraktur
e. Menilai status neurovaskular

Halena Chandra Callista


2310711074
ekstremitas atas
3.Pemeriksaan ROM pada kedua elbow secara aktif dan pasif
a. Menilai gerak flexi (Normal = 145o , Fungsional = 30o - 130o)
b. Menilai gerak ekstensi (Normal = 0o laki-laki, 15o perempuan)
c. Menilai gerak supinasi (Normal = 90o , fungsional = 50o)
d. Menilai gerak pronasi (Normal = 90o , fungsional = 50o)

Halena Chandra Callista


2310711074
ekstremitas atas
4 Pemeriksaan Khusus elbow

Jika dicurigai adanya tennis elbow, maka: lakukan pronasi lengan bawah pasien, ekstensi
wrist dan jari-jari dengan diberikan tahanan. Jika nyeri ada pada epycondilus lateralis, maka
tes positif .

Halena Chandra Callista


2310711074
ekstremitas atas
Jika dicurigai adanya golfer elbow, maka: lakukan supinasi lengan bawah pasien, ekstensi
wrist dan jari-jari dengan diberikan tahanan. Jika nyeri ada pada epycondilus medialis,
maka tes positif.

Halena Chandra Callista


2310711074
ekstremitas atas
D. Pemeriksaan Wrist

1. Inspeksi pada wrist


a. Membandingkan wrist kanan dan kiri
b. Menilai adanya perubahan warna: hematom, echymosis, dll
c. Menilai adanya edema dan tanda-tanda inflamasi
d. Menilai adanya tanda-tanda deformitas

2 Palpasi pada wrist, dilakukan pada kiri dan kanan


a. Meraba kulit untuk menilai suhu pada daerah sendi dengan daerah sekitarnya
b. Melakukan penekanan ringan pada wrist untuk menilai nyeri tekan

Halena Chandra Callista


2310711074
ekstremitas atas
3.Pemeriksaan ROM pada kedua wrist

Flexi
Extensi
Deviasi Radial
Deviasi Ulnar

Della Zahra Aulia


2310711071
ekstremitas atas
E. Pemeriksaan Fisis pada Telapak Tangan

1. Inspeksi Telapak Tangan, dilakukan baik


kanan maupun kiri Pada daerah dorsal
manus:
a. Membandingkan telapak tangan kanan
dan kiri
b. Menilai ada tidaknya amputasi jar

Della Zahra Aulia


2310711071
ekstremitas atas
c. Menilai perubahan warna pada telapak tangan dan ujung jari:

Sianosi Tanda gangrene

Della Zahra Aulia


2310711071
ekstremitas atas

D. Menilai adanya tanda-tanda


deformitas

Osteoarthritis: adanya Nodus


Herbenden (DIP) atau Bouchard (PIP)

Della Zahra Aulia


2310711071
ekstremitas atas
Rheumatoid Arthritis

Pembengkakan MCP
Swan neck deformities
Deviasi Ulnar pada sendi MCP
Nodul di sepanjang tendon sheaths

Pada daerah palmar:


Menilai warna kulit
Menilai ada tidaknya nodul, atrofi otot-otot
thenar dan hypothenar dan deskripsikan sesuai “web space” lokasinya
Menilai tanda “cascade”: Fleksikan jari-jari pada PIP: positif jika semua jari mengarah pada daerah scaphoid -
Normal

Della Zahra Aulia


2310711071
ekstremitas atas
2. Pemeriksaan ROM telapak tangan, dilakukan baik pada kanan dan kiri

Flexi dan Extensi pada sendi MCP, PIP, dan DIP: mengepalkan jari-jari, membuka jari-jari,
menggerakkan jari pada MCP, PIP, dan DIP
Abduksi dan adduksi pada sendi MCP: gerakan menjauhkan dan mendekatkan sesama
jari-jari

Della Zahra Aulia


2310711071
PEMERIKSAAN FISIK THORAX
PARU-PARU
INSPEKSI
1. posisikan pasien duduk atau berbaring
2. tentukan kesimterisan dada, bentuk dada, luka di kulit. Catat gerakan napas dan
tanda-tanda sesak napas
hasil normal: gerak dada simetris 12-24x/menit, abdominal atau thorakoabdominal,
tidak ada penggunaan otot napas
hasil abnormal: asimetris (TBC paru, pneumonia) ; takipnea / napas cepat (frekuensi
>24x/menit) ; bradipnea / napas lambat (frekuensi <12x/menit) ; apneustik (inspirasi
tersengkal, ekspirasi sangat pendek)

Aurel Amalia_2310711094
http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/40/1/29
1000-pemeriksaan-fisik-head-to-toe-87182744.pdf
PALPASI PARU-PARU
1. Posisikan pasien terlentang
2. Periksa daerah thorax, catat jika adanya nyeri atau benjolan
3. Dengan posisi semi fowler letakkan kedua tangan di dada
sehingga kedua ibu jari di atas Procecus Xypoideus, pasien
diminta napas biasa, catat gerak napas simetris atau tidak dan
tentukan daya kembang paru (normalnya 3-5 cm)
4. Dengan posisi duduk merunduk letakkan kedua tangan pada
punggung di bawah scapula kemudian tentukan kesimetrisan
gerak dada, dan daya kembang paru
5. Lakukan pemeriksaan dengan cara meletakkan kedua tangan
dengan posisi tangan agak ke atas, minta pasien mengucapkan
‘delapan puluh delapan’ kemudian tentukan getaran suara dan
bedakan kanan kiri.

Aurel Amalia_2310711094
http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/40/1/29
1000-pemeriksaan-fisik-head-to-toe-87182744.pdf
PERKUSI PARU-PARU
1. Posiskani pasien berbaring lalu tentukan batas paru
2. Perkusi dapat dimulai dengan cara direct (cara klasik Auenbrugger) yaitu
langsug mengetuk dada atau iga
3. Perkusi dapat dilakukan dengan indirect yaitu ketukan pada jari kiri yang
bertindak sebagai plessimeter oleh jari kanan
4. Di bagian depan mulai di Fossa Supraclav. Terus ke bawah, demikian juga
pada bagian belakang dada. Makin keras ketukan perkusi makin dalam
suara dapat tertembus.
5. Lakukan perkusi secara merata pada daerah paru, catat bila terdapat
perubahan suara perkusi
Suara normal: sonor / resonan (dug)
Suara abnormal:
- hipersonor (dang): thorax berisi udara, kavitas
- hiposonor (deg): fibrosis dan pleura menebal
– redup (bleg): fibrosis berat, edema paru
Aurel Amalia_2310711094
http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/40/1/29
1000-pemeriksaan-fisik-head-to-toe-87182744.pdf
AUSKULTASI PARU-PARU
1. Posisikan pasien duduk lalu minta untuk bernapas normal. Dengarkan dengan stetoskop pada trakea, , bronkus,
dan paru. Dengarkan bunyi napas secara teliti
Suara napas normal: trachea bronchial (suara di daerah trakea, inspirasi lebih keras dan pendek dari ekspirasi),
bronkhovesikuler (suara di daerah bronchus, inspirasi seperti vesikuler), vesikuler (suara di daerah paru, nada
rendah inspirasi dan ekspirasi tidak terputus), dan tidak terdapat suara tambahan
Suara napas abnormal: suara trachea bronchial terdengar di daerah bronchus dan paru, suara bronkhovesikuler
terdengar di daerah paru, suara vesikuler tidak terdengar
Suara tambahan abnormal: ronkhi (suara tambahan pada bronchus akibat timbunan lendir pada bronchus), ralaes
(berasal dari bronchus, alveoli, kavitas paru yang berisi cairan), wheezing (terdengar seperti peluit karena
penyempitan bronchus dan alveoli)

2. Lalu minta pasien mengucapkan satu, dua, atau delapan delapan kemudian catat bunyi:
Bronkhofoni (meningkat, suara belum jelas)
Egofoni (sengau dan mengeras)
Pectoriloguy (meningkat sekali, suara jelas)
Menurun / tidak terdengar
Aurel Amalia_2310711094
http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/40/1/29
1000-pemeriksaan-fisik-head-to-toe-87182744.pdf
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG

INSPEKSI
1. Penampilan Umum
Apakah pasien berada dalam distres akut? Seperti apa pernafasan pasien Apakah ia
bernafas dengan susah payah? Apakah memakai otot pernapasan tambahan?
2. Inspeksi Kulit
Warna - kebiruan/deoksihemoglobin (kurang oksigen)
Suhu - hangat >37,2°C (anemia)
3. Inspeksi kuku
Warna - pucat pada akar kuku saat diberikan tekanan
Jari tabuh
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
4. Inspeksi Wajah
Pemeriksaan konjungtiva untuk mengetahui
adanya anemia atau tidak sedangkan lidah
atau bibir untuk mengecek sianosis sentral.
Sianosis sentral bisa disebabkan karena
saturasi oksigen dalam arteri menurun.
5. Inspeksi Mata
Adanya plak kekuningan pada kelopak mata
6. Inspeksi mulut
Palatum terlalu tinggi mengindikasikan suatu
masalah
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
7. Inspeksi konfigurasi dada
Karena dada dan jantung berkembang pada
waktu yang hampir bersamaan selama
embriogenesis, tidak mengherankan bahwa
segala sesuatu yang mengganggu
perkembangan dada dapat mengganggu
perkembangan Jantung pula, contohnya
Pectus excavatum
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
Tekanan darah Denyut nadi Irama jantung nadi karotis
Saat istirahat, Sebagai pertimbangan,
Irama jantung Denyutnya
tekanan sistolik denyut nadi yang normal
dapat dibagi dapat dilukiskan
arterial dewasa berkisar antara 60-
menjadi teratur, sebagai normal,
normalnya 90/menit melambat
tidak teratur secara berkurang,
<150mmHg, diastolik seiring usia serta pada
teratur, atau tidak meningkat, atau
<90mmHg. Sistolik atlet.
teratur secara tidak berpuncak
bisa meningkat
teratur. ganda.
seiring usia serta
pada ansietas
Azzahra Cinta _077
Kasron. (2021). Buku Ajar Keperawatan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Trans Info Media
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
PALPASI Auskultasi
Palpasi titik impuls maksimum
paling mudah dilakukan
dengan pasien dalam posisi
duduk. Hanya ujung-ujung jari
yang diletakkan di dada pada
sela costae kelima, Titik
impuls maksimum biasanya
dalam jarak 10 cm dari garis
midsternal dan diameternya
tidak lebih dari 2-3 cm.
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
Edema
Bila tekanan perifer tinggi, seperti pada
gagal jantung kongestif, tekanan di dalam
vena disebarkan secara retrograd pada
pembuluh-pembuluh yang lebih kecil. Terjadi
transudasi cairan yang mengakibatkan
timbulnya edema di daerah dependen,
Peningkatan cairan jaringan ini
menimbulkan edema yang "cekung" kalau
ditekan.
abdominal
PEMERIKSAAN ABDOMEN

1. Jelaskan pada pasien maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
2. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan sesuai dengan pemeriksaan. Jangan lupa universal
precaution!
3. Pastikan lingkungan sekitar pasien aman dan pasien merasa nyaman
4. Posisi pasien terlentang, pemeriksa berada di sebelah kanan pasien
5. Lakukan setiap tahapan dari sisi/lokasi yang tidak nyeri dahulu (sesuai keluhan / data subjek
pasien)
6. Catat hasil pemeriksaan dengan jelas dan tepat

pemeriksaan-fisik-head-to-toe-87182744%20(1).pdf
Adinda Nur azizah 2310711075
abdominal
Inspeksi

Permukaan perut
Perhatikan kulit perut : apakah tegang, licin, tipis (bila ada pembesaran organ dalam perut)
atau kasar, keriput (bila mengalami distensi). Apakah terdapat luka jahit atau luka bakar.
Perhatikan warna kulit perut : apakah kuning / tidak (pada pasien ikterus), apakah tampak
pelebaran pembuluh darah vena / tidak
Perhatikan adanya striae (tanda peregangan pada ibu hamil)

Bentuk perut
Perhatikan : kesimetrisan (baik pada orang yang gemuk/kurus). Pembesaran perut secara
simetris disebabkan penimbunan cairan di rongga peritonium, penimbunan udara di dalam usus
dan orang terlampau gemuk. Pembesaran perut asimetris ditemukan pada kehamilan, tumor di
dalam rongga perut, tumor ovarium atau kandung kencing. Pembesaran setempat : dijumpai
pada pembesaran hepar, limpa, ginjal, kandung empedu, dan tumor pada organ-organ tersebut

Adinda Nur azizah 2310711075


abdominal
Gerakan dinding perut 17
Minta pasien untuk nafas dalam dan perhatikan gerakan perut saat inspirasi dan ekspirasi.
Normal perut mengempis pada ekspirasi dan mengembang pada inspirasi. Pada kelumpuhan
diafragma terdapat gerakan dinding perut yang berlawanan
Amati adanya gerakan peristaltik. Pada orang yang sangat kurus kadang peristaltik normal
terlihat

Auskultasi
Sumber suara abdomen : suara dari struktur vaskuler, dan peristaltik usus
Dengarkan di setiap kuadran dengan stetoskop selama 1 menit dan perhatikan : intensitas,
frekuensi, dan nada. Normal frekuensi peristaltik 5-35 x/menit
Dengarkan suara vaskuler dari : aorta (di epigastrium), arteri hepatika (di hipokondrium
kanan), arteri lienalis : di hipokondrium kiri

Adinda Nur azizah 2310711075


abdominal
Perkusi
Dengan perkusi abdomen dapat ditentukan : pembesaran organ, adanya udara bebas, cairan
bebas di dalam rongga perut
Perhatikan bunyi dan resistensinya. Lakukan pada tiap kuadran untuk memperkirakan
distribusi suara timpani dan redup
Biasanya suara timpani yang dominan karena adanya gas pada saluran pencernaan
Cairan dan feses memberikan suara redup
Perkusi di daerah epigastrium dan hipokondrium kiri menimbulkan timpani

Perkusi Hepar
Lakukan perkusi pada garis midklavikula kanan, mulai dari bawah umbilikus (di daerah suara
timpani) ke atas, sampai terdengar suara pekak yang merupakan batas bawah hepar
Lakukan perkusi dari daerah paru ke bawah untuk menentukan batas atas hepar yaitu dari
perpindahan suara resonan sampai pekak

Adinda Nur azizah 2310711075


abdominal
Perkusi Limpa
Pekak limpa seringkali ditemukan diantara ICS 9 dan ICS 11 di garis aksila anterior kiri 18

Palpasi
Tahap awal palpasi dengan menggunakan satu tangan. Letakkan tangan kanan di atas
perut, telapak tangan dan jari-jari menekan dinding perut dengan tekanan ringan. Dengan
perlahan, rasakan di tiap kuadran
Rasakan : adanya ketegangan otot atau tidak, nyeri tekan atau tidak
Tahap berikutnya lakukan palpasi dalam untuk memeriksa massa di abdomen
Rasakan konsistensinya : apakah padat keras (seperti tulang), padat kenyal (seperti
meraba hidung), lunak (seperti pangkal pertemuan jempol dan telunjuk), atau kista
(ditekan mudah berpindah seperti balon berisi air, berisi cairan
Jika dirasakan adanya massa, maka ukuran massa ditentukan dengan meteran / jangka
sorong panjang, lebar, tebal (kalau tidak ada peralatan, bisa dengan ukuran jari penderita)

Adinda Nur azizah 2310711075


Palpasi Hepar
abdominal
Letakkan tangan kiri pemeriksa di belakang pasien, menyangga costa ke 11 dan costa ke 12 sebelah kanan
pasien dengan posisi sejajar. Anjurkan pasien menekuk kakinya. Pasien dalam keadaan rileks
Tempatkan tangan kanan pemeriksa pada abdomen pasien sebelah kanan bawah, dengan ujung jari
ditempatkan di batas bawah daerah redup hepar. Dengan posisi jari tangan mengarah ke atas.
Anjurkan pasien menarik nafas. Pada akhir inspirasi, lakukan perabaan pada hepar dengan cara : tangan naik
mengikuti irama nafas dan gembungan perut kemudian tekan secara lembut dan dalam. Normal hepar tidak
teraba
Palpasi Limpa
Palpasi lien dimulai dari hipogastrium ke hipokondrium kiri
Dengan teknik palpasi bimanual : letakkan telapak tangan kanan pemeriksa di daerah hipokondrium kiri
pasien, dengan jari-jari mengarah ke samping atas. Tangan kiri pemeriksa diletakkan dipinggang kiri pasien.
Dengan tangan kanan pemeriksa menekan sambil menggerakkan tangan itu sedikit demi sedikit ke bawah
tulang-tulang iga. Pasien diminta menarik nafas dalam, dan penekanan dilakukan pada puncak inspirasi.
Tangan kiri pemeriksa merupakan landasan bagi tekanan yang dilakukan oleh tangan kanan

Della Zahra aulia


2310711071
abdominal
Palpasi Ginjal
Dengan teknik bimanual : tangan kiri
mengangkat ginjal ke anterior pada area
lumbal posterior, tangan kanan diletakan
pada bawah arcus costae, kemudian
lakukan palpasi dan deskripsikan adakah
nyeri tekan, bentuk dan ukuran. Normal
ginjal tidak teraba

Palpasi pada titik Mc.Burney

della zahra aulia


2310711071
abdominal
Palpasi dan Perkusi untuk Melihat Cairan Acites :

1. Atur posisi telentang


2. Letakkan pinggir lateral tangan pada abdomen (linea alba)
3. Tangan pemeriksa diletakkan pada samping dinding abdomen
4. Satu tangan mengetuk dinding abdomen, tangan yang lain merasakan getaran. Bila ada
getaran, berarti ada cairan bebas pada rongga abdomen
5. Kemudian lakukan perkusi, perkusi dimulai dari bagian tengah abdomen menuju dinding
lateral abdomen. Perubahan suara dari tympani ke dullness (pekak) merupakan batas cairan
pada abdomen
6. Ubah posisi pasien ke posisi miring (cairan akan pindah ke bawah). Lakukan perkusi pada
kedua bagian lateral abdomen. Bila terdapat cairan akan didapatkan : daerah sisi lateral
abdomen yang semula pekak akan berubah menjadi tympani, sedangkan bagian lateral lainnya
berubah menjadi pekak. Keadaan ini disebut shifting dullness.
http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/40/1/291
000-pemeriksaan-fisik-head-to-toe-87182744.pdf
KHanza Hanaya Chairunisa
2310711085
genetalia
Pada Wanita
1. Genitalia eksterna dan rambut pubis 2. Labia mayor dan minor

Pada genitalia eksterna pemeriksa dapat Labia mayor dan minor dibuka terpisah oleh
melakukan penilaian antara mons veneris untuk ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan.
melihat adanya lesi atau pembengkakan. Periksalah introitus vagina.
Rambut pubis untuk melihat polanya. Catat setiap lesi peradangan, ulserasi, secret
Kulit vulva untuk melihat adanya kemerahan, parut, kutil, trauma, bengkak, perubahan
ekskoriasi, massa, leukoplakia, dan pigmentasi atropik ataupun massa.

Nazma Putri Fadila


(2310711080)
genetalia
Pada Wanita
5. Kelenjar bartholini
3. Klitoris Lakukan pemeriksaan palpasi kelenjar bartholin di labia
Diperiksa untuk melihat ukuran dan Palpasi daerah kelenjar kanan pada posisi jam 7-8
adanya lesi. Ukuran normal 3-4 mm dengan memegang bagian posterior labia kanan
diantara jari telunjuk kanan di dalam vagina dan ibu jari
4. Meatus uretra kanan di luar
Perhatikan adanya keluhan nyeri tekan, bengkak, atau
Lihat apakah ada pus atau peradangan
pus
Pakailah tangan kiri untuk memeriksa daerah kelenjar
kiri pada posisi jam 4-5.
Nazma Putri Fadila
(2310711080)
genetalia
Pada Wanita
7. Relaksasi pelvis
6. Perineum
Dengan labia terpisah lebar minta pasien untuk
Perineum dan anus diperiksa untuk
mengejan atau batuk. Jika ada relaksasi vagina,
melihat adanya massa, parut,
fisura atau fistel , dan warna. mungkin akan terlihat penggembungan dinding
Periksa pula anus untuk melihat anterior (sistokel) atau posterior (rektokel).
adanya hemorrhoid, iritasi dan Jika ada inkontenesia stress, batuk atau
fissure. mengejan akan menyebabkan menyemprotnya
urin dari uretra
Nazma Putri Fadila
(2310711080)
genetalia
Pada Pria
1. Penis
Perhatikan ukuran dan bentuk penis, ukuran, warna dan tekstur skrotal, karakter
dan penyebaran pubis.
Inspeksi kepala penis terhadap adanya cairan, lesi, edema dan inflamasi.
Observasi batang penis dan bagian bawahnya untuk mengetahui ada tidaknya
jaringan parut, lesi atau edema.
Palpasi batang penis diantara ibu jari dan kedua jari-jari utama untuk
mengetahui adanya pengerasan atau nyeri lokal
Nazma Putri Fadila
(2310711080)
genetalia
Pada Pria
3.. Skrotum
2. Meatus Uretra. Inspeksi ukuran, warna dan bentuk
Inspeksi meatus uretra terhadap sistematis skrotum, observasi adanya lesi
adanya cairan, lesi, edema dan dan edema.
inflamasi Minta klien mengejan seperti saat BAB,
Inspeksi meatus uretra, tampak skrotum akan menurun.
seperti celah dan terletak di tengah Periksa reflek kremasterik dengan
menggoreskan ujung reflek hammer paha
bagian dalam. Normalnya testis dan
Nazma Putri Fadila
skrotum pada sisi yang diperiksa akan
(2310711080)
terangkat
Anus dan Rektum
Prosedur Pemeriksaan
Posisi :
Left lateral (Sims ) position

Teknik :
Inspeksi :
1. Periksa adanya benjolan, ruam, inflamasi, ekskoriasi dan eskar. Inspeksi
jaringan anal : cek adanya lesi, hemoroid eksternal (dilatasi vena), fisura,
fistulla, inflamasi,
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537
356/#article-28269.s4
Khanza Hanaya Chairunisa
2310711085
Anus dan Rektum
Prosedur Pemeriksaan
Palpasi :
1. Posisikan pasien pada posisi miring ke kiri; tekuk pinggul dan lutut serta posisikan
bokong pada tepi meja periksa.
2. Regangkan bokong agar terlihat tepi anus dan celah serta periksa kulit dan tepi
anus. Menggunakan tangan non dominan : perawat meretraksi bokong secara
perlahan (agar dapat melihat anus).
3. Lumasi jari telunjuk pemeriksa dengan gel yang larut dalam air lalu tekan jari
pemeriksa pada tepi anus posterior (jam 6).

Khanza Hanaya Chairunisa


2310711085
Anus dan Rektum
Prosedur Pemeriksaan
4. Jari harus masuk ke dalam lubang anus, dan ujung jari diarahkan ke
posterior mengikuti kurva sakral. Normal : jaringan anal lembab, tanpa
rambut dibandingkan kulit perianal. Jaringan lebih kasar dan lebih
berpigmen genap.
5. Evaluasi tonus anus dengan meminta pasien menekan jari menggunakan
otot anus.
6. Gerakkan jari 180°, rasakan dinding rektum.

Khanza Hanaya Chairunisa


2310711085
Anus dan Rektum
Prosedur Pemeriksaan
7. Putar jari ke posisi jam 12 dan raba dinding anterior. Rotasi memudahkan
pemeriksaan lebih lanjut pada dinding rektum yang berlawanan.

Pada pria, prostat akan teraba di bagian anterior.


Sedangkan pada wanita, leher rahim dan rahim yang terbalik mungkin
teraba dengan ujung jari. Rasakan dinding rektum secara 360°.

Khanza Hanaya Chairunisa


2310711085
ekstremitas bawah
Melakukan inspeksi dari Hip :
1. Melihat apakah pasien menggunakan alat
bantu jalan seperti tongkat dan pada sisi Palpasi pada hip :
sebelah mana 1. Memberikan penekanan ringan pada hip: nilai
2. Menilai apakah posisi tubuh pasien lurus ada tidaknya nyeri tekan
ataukah terdapat kemiringan pada daerah 2. Melakukan fleksi pada Hip: jika timbul nyeri
pelvis maka mengindikasikan iritasi nervus Sciaticus
3. Membandingkan warna kulit pada sendi dan yang dapat disebabkan oleh herniasi discus
daerah sekitar, nilai ada tidaknya hematom, 3. Melakukan Palpasi pada jaringan otot (ada
echymosis, dll tidaknya spasme nyeri
4. Menilai tanda-tanda kontraktur fleksi pada hip
5. Menilai tanda-tanda wasting otot pada paha

Nadya Syifa Aulia


2310711090
ekstremitas bawah
Melakukan inspeksi daerah knee dengan memperhatikan : warna dan
kelainan kulit, tanda-tanda peradangan, kontur otot , dan , kelainan
bentuk tulang.

Melakukan palpasi knee :


1. Raba lutut dan nilai suhu permukaan kulit, bandingkan dengan suhu
bagian sekitarnya.
2. Lakukan palpasi pada kedua sisi patella dengan menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk untuk meraba ada tidaknya tanda-tanda udem dan nyeri di
sepanjang patella

Nadya Syifa Aulia


2310711090
ekstremitas bawah
Melakukan penilaian ruang gerak sendi meliputi: • Fleksi – Ekstensi
sendi lutut.
Melakukan inspeksi daerah pergelangan kaki dan kaki, meliputi: •
warna dan kelainan kulit, tanda-tanda peradangan, kontur otot,
kelainan bentuk tulang
Melakukan perabaan dan penekanan pada otot dan tulang
pergelangan kaki dan kaki, sendi metatarso falangeal (squeeze
test)

Nadya Syifa Aulia


2310711090
ekstremitas bawah
Melakukan penilaian ruang
gerak sendi pergelangan
kaki, meliputi :

Nadya Syifa Aulia


2310711090
prosedur inpeksi

1. inspeksi adalah
Cara melakukan inspeksi:
pemeriksaan fisik yang
1) Pastikan suhu ruangan dalam keadaan nyaman
dilakukan dengan cara
2) Gunakan penerangan yang baik
melihat dan
3) Bandingkan simetri bagian – bagian badan
mengevaluasi pasien
4) Lakukan inspeksi/pengamatan dengan lebih seksama
secara visual yang terhadap kulit, kuku, rambut dan membrane mukosa serta
digunakan untuk limfonodi (kelenjar getah bening) yang bisa dilihat
mengkaji/menilai pasien.

Miranti Bunga Fitria 2310711068


prosedur palpasi
Cara melakukan palpasi :
1. diawali dengan wawancara untuk menggali riwayat penyakit
2. Daerah yang akan diperiksa harus bebas dari pakaian yang menutupi.
2. Palpasi merupakan 3. relaksasi otot
pemeriksaan dengan 4. Derajat kekakuan otot dapat diketahui dengan melakukan palpasi dangkal.
5. Pada saat palpasi disarankan untuk sejauh mungkin dengan daerah yang sedang
perabaan, sentuhan atau
mengalami luka terbuka.
merasakan dengan
6. Cara meraba dapat menggunakan :
menggunakan tangan atau jari
Jari telunjuk dan ibu jari : untuk menentukan besarnya suatu massa (bila massa
tangan. Pemeriksaan palpasi berukuran kecil).
dilakukan dengan cara meraba Jari ke-2, 3 dan 4 bersama-sama : untuk menentukan getaran/ denyutan,
menggunakan satu atau dua konsistensi, tekstur permukaan atau kualitas suatu massa secara garis besar.
tangan. Dengan palpasi dapat Seluruh telapak tangan : untuk meraba kualitas suatu massa seperti lokasi,
ukuran, nyeri tekan, mobilitas massa (bila massa terletak jauh di bawah.
terbentuk gambaran organ
permukaan tubuh atau berukuran cukup besar) serta menentukan batas -batas suatu
tubuh atau massa abnormal
organ.
dari berbagai aspek 7. Saat melakukan palpasi, berikan sedikit tekanan menggunakan ujung atau telapak jari
dan lihat ekspresi pasien untuk mengetahui adanya nyeri.

Miranti Bunga 2310711068


prosedur perkusi
Teknik perkusi yang benar pada seorang normal (bukan kidal) adalah sebagai berikut :
Hiperekstensi jari tengah tangan kiri. Tekan distal sendi interfalangeal pada
permukaan lokasi yang hendak diperkusi. Pastikan bahwa bagian yang lain dari
tangan kiri tidak menyentuh area perkusi.
3. perkusi merupakan metode Posisikan lengan kanan agak dekat ke permukaan tubuh yang akan diperkusi. Jari
tengah dalam keadaan fleksi sebagian, relaksasi dan siap untuk mengetuk.
pemeriksaan fisik dengan cara
Dengan gerakan yang cepat namun relaks, ayunkan pergelangan tangan kanan
melakukan pengetukan pada
mengetok jari tengah tangan kiri secara tegak lurus, dengan sasaran utama sendi
bagian tubuh dengan
distal interfalangeal. Dengan demikian, kita mencoba untuk mentransmisikan
menggunakan jari, tangan, getaran melalui tulang sendi ke dinding dada. Ketoklah dengan menggunakan ujung
atau alat kecil untuk jari, dan bukan badan jari (kuku harus dipotong pendek).
mengevaluasi ukuran, Tarik tangan anda sesegera mungkin untuk menghindari tumpukan getaran yang
konsistensi, batas atau adanya telah diberikan. Buatlah ketukan seringan mungkin yang dapat menghasilkan suara
cairan dalam organ tubuh. yang jelas.
Lakukan perkusi secara urut dan sistematis. Bandingkan area perkusi kanan dan kiri
secara simetris dengan pola tertentu.

Maurine Rivalda Erlingga 2310711081


prosedur auskultasi
Teknik yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan aukultasi, yaitu:
Suasana harus tenang
4. Auskultasi adalah Membuka pakaian pasien untuk mendengarkan bagian tubuh yang diperiksa.
pemeriksaan dengan cara Menjelaskan kepada pasien apa yang ingin kita dengarkan.

mendengarkan bunyi yang Jangan menekan terlalu keras bila menggunakan bagian mangkuk.
Menggunakan bagian diafragma untuk mendengarkan suara jantung yang normal
berasal dari dalam tubuh,
dan bising usus.
yang meliputi frekuensi,
Pasangkan kedua ear pieces ke dalam liang telinga sampai betul-betul masuk, tetapi
intensitas, durasi dan tidak menekan.
kualitasl, dengan bantuan Auskultasi paru - paru dimulai dari atas ke bawah, dan dibandingkan kanan dan kiri
stetoskop. dada.
Lakukan auskultasi secara urut dan sistematis. Auskultasi jantung dilakukan meliputi
seluruh bagian dada, punggung, leher, abdomen. A
Auskultasi abdomen dilakukan setelah inspeksi. Auskultasi abdomen untuk
mendengarkan bising usus.

Maurine Rivalda Erlingga 2310711081


Kasus
Seorang pasien laki-laki (45 tahun) datang ke IGD. kondisi lemah, jalan Stepping Gait sebelah
dextra, keluhan saat ini abdomen terasa kembung, mual, muntah sudah 2 kali, punya riwayat
stroke 2 tahun yang lalu, saat ditanya daerah ulu atinya nyeri, klien juga mengatakan sesak jika
menahan sakit. Ia juga mengatakan punya riwayat penyakit TB satu tahun yang lalu dan sudah
dinyatakan sembuh. Namun menurut keluaraga bapak masih suka merokok 6- 10 batang hari,
susah disuruh berhenti. Saat dilakukan pemeriksaan fisik, perawat melakuakan inspeksi: didapat
facial klien miring ke sinistra, auskultasi: suara paru terdengar ronkhi di kedua paru terutama lobus
bagian apek. TTV 140/100 mmHg, HR: 108 x/menit, RR 28 x/menit. S: 38,5°C. bagian abdomen
kuadran kiri atas saat perkusi terdengar Tympani, dan dipalpasi nyeri tekan bagian kiri dan kanan
bawah distensi, bagian kuadran kanan atas juga nyeri tekan dan teraba hepar. Kulit dan sclera
klien icteric, tungkai pitting edema +++, kuku klienberbentuk jari tabuh, reflexperistium triceps
sinistra +++, kekuatan otot 222/555
Kasus Syarla Bella 2310711067

1. Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan kelainan
dari suatu sistem atau suatu organ bagian tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba
(palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi).
2.
autonomy (kebebasan)
non maleficience (tidak merugikan)
beneficience (berbuat baik)
veracity (kejujuran)
fidelity (kesetiaan)
confidentiality (kerahasiaan)

https://aacendikiajournal.com/ojs/index.php/Journal-of-Nursing/article/view/7/3
Febriyanti, K. D. (2020, October 9). PENERAPAN PRINSIP ETIK KEPERAWATAN DALAM
TAHAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN. https://doi.org/10.31219/osf.io/hqat5
3.
Kasus
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan,
pendengaran dan penciuman.
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan
meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat dijangkau tangan.
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh
unutk menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu
penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di bawahnya.
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh
bermacam-macam organ dan jaringan tubuh.

https://repository.ump.ac.id/9468/3/Didi%20Kurniawan%20BAB%20II.pdf

Syarla Bella 2310711067


Kasus
4. Kepala leher : Pemeriksaan inspeks : di dapat facial klien miring ke
sinistra, sclera icteric
5. Dada (thorax) : Pemeriksaan auskultasi : suara paru terdengar ronkhi
dikedua paru terutama lobus apek
6. Abdomen : Pemeriksaan perkusi di bagian abdomen kuadran kiri atas
terdengar tymapni, Pemeriksaan palpasi nyeri tekan bagian kiri dan kanan
bawah distensi, kuadran kanan atas nyeri tekan dan teraba hepar
7. Genetalia : -
8. Muskuloskeletal : Kulit icteric, tungkai pitting edema, reflexperistium
triceps sinistra, serta kekuatan otot nya 222/555
Pertanyaan
1. Pada pemeriksaan fisik jantung pada inspeksi wajah disebutkan
pemeriksaan konjungtiva untuk mengetahui adanya anemia, jadi
apa saja tanda-tanda yang terlihat? Puput (078)
2. Saat situasi dan kondisi apa pasien harus dilakukan pemeriksaan
head to toe? dan apakah semua prosedur harus dilakukan semua
walau keluhan pasien tidak bersangkut paut dengan pemeriksaan
yang akan dilakukan? Arla (066)
3. dalam pemeriksaan genetalia, normalnya ukuran klitoris 3-4 mm,
bagaimana kalu tidak sesuai dengan ukuran normal, efek apa yang
akan dirasakan dan apa ada rasa nyeri atau hal mengganggu jika
tidak sesuai ukuran normal? Stella (091)
Pertanyaan
4. karena area genetalia sangat privasi, jika pasien tidak mau
diperiksa karena malu apa ada cara efektif agar pasien dapat
terbuka untuk memperoleh informasi tambahan dari pasien dalam
pemeriksaan fisik? Mutiara Z (092)
5. apa yang menyebabkan terjadinya edema pada tubuh manusia?
dan apa saja gejala gejala dari edema? Najwa (072)
6. bagaimana pengaruh faktor faktor eksternal seperti usia, jenis
kelamin, atau etnisitas terhadap konfigurasi dada? apakah
keadaan tersebut dapat kembali normal seperti pada umumnya?
Tatu (088)
Jawaban
1. Anemia adalah kekurangan sel darah merah, sebagai organ pemompa darah, dilakukan
pemeriksaan jantung yang saling mendukung satu sama lain Di antaranya penurunan
pemeriksaan hemoglobin pada laboratorium kurang dari normal, kelemahan, pusing, kulit
pucat, mudah lelah, Azzahra (077)

2. Meskipun pemeriksaan head to toe melibatkan evaluasi menyeluruh dari kepala hingga
kaki, tidak semua prosedur harus dilakukan pada setiap pasien. Dokter atau perawat akan
menyesuaikan pemeriksaan dengan keluhan pasien, riwayat medis, dan kebutuhan
spesifik mereka. kondisi untuk melakukan pemeriksaan fisik: pemeriksaan rutin,
pemeriksaan awal, pemeriksaan pasca operasi, pemeriksaan pasca penyakit. Miranti (068)

3. Ukuran klitoris yang lebih besar atau lebih kecil tidak memepengaruhi fungsi klitoris
tersebut, setiap orang memiliki ukuran klitoris yang berbeda beda, namun jika ada rasa
nyeri atau hal yang menggangu mungkin ada pembengkakan pada klitoris sehingga
merasakan efek nyeri ataupun rasa yang tidak nyaman dirasakan. Nazma (080)
jawaban
4. Melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien. Pertama yg harus kita lakukan
adalah membangun kepercayaan pasien agar pasien dapet terbuka dengan perawat,
lalu perawat jujur tentang kebutuhan pemeriksaan fisik yang harus dilakukan pasien
tersebut, jika pasien tidak mau tidak perlu di paksa, karena seperti adanya informed
consent bila pasien tidak setuju dengan consent tersebut jangan dilakukan karena itu
adalah hak pasien memilih pemeriksaan (Khanza 085)
5. Edema adalah kondisi medis yang ditandai oleh penumpukan cairan berlebih di
dalam jaringan tubuh, sehingga tubuh mengalami pembengkakan atau pembesaran.
Penyebabnya, yaitu: Kekurangan protein albumin, Reaksi alergi, Kerusakan pembuluh
darah vena pada kaki, gagal ginjal, penyakit jantung dan luka bakar. Jika lebih lainnya yg
muncul akibat peradangan,yaitu : demam, kemerahan, nyeri atau keterbatasan gerak
pada bagian yg terkena edema (Friskila 086)
jawaban
6.
1. Faktor usia: sel-sel dapat mengalami penuaan dan mengalami dada merecut
(atropi) sehingga kulit mengalami penuaan dan dada mulai mengecil kembali
2. Faktor jenis kelamin: pria memiliki banyak testserone dan hanya dipenuhi dengan
otot sehingga keras, sementara perempuan mumpunyai estrogen dan
progesteron meningkatkan ukuran dan jumlah saluran dan kelenjar di payudara.
Kedua hormon ini juga menyebabkan payudara menahan air sehingga
membuatnya kencang dan lembut.
3. Faktor etnisitas: tidak memiliki peran yg terlalu signifikan
Untuk apakah ada cara untuk memodifikasi ukuran dada sebenarnya tidak ada. Akan
tetapi pada umumnya, orang-orang bilang mereka dapat memodifikasi dadanya
dengan makan yang banyak dan melakukan olahraga yang spesifik untuk
membesarkan dada. (Joefunny 082)
kesimpulan
Pemeriksaan fisik head to toe adalah pemeriksaan tubuh klien
secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang di anggap
perlu, untuk mementukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien. Pendekatan ini dilakukan mulai
dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki. Mulai dari
keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga,
hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung,
abdomen, ginjal,, ektremitas. Pemeriksaan fisik menjadi sangat
penting karena sangat bermanfaat baik untuk menegakkan
diagnosa keperawatan, memilih intervensi yang tepat untuk proses
keperawatan maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan
keperawatan.
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai