HEAD to toe
prosedur ippa
DOSEN PENGAMPU:
NS. SUSIANA JANSEN, M.KEP.,SP.KEP.ANAK
Anggota kelompok:
1. PEMERIKSAAN RAMBUT
a. Inspeksi, pemeriksaan fisik secara langsung dengan penglihatan
memperhatikan warna, ketebalan
b. palpasi, pemeriksaan fisik dengan menyentuh tubuh
tekstur rambut
https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-2-Pemeriksaan-
kepala-leher-2019.pdf
kEPALA DAN LEHER
2. PEMERIKSAAN WAJAH
a. Inspeksi
Dapat dilihat apakah memiliki kepucatan atau kemerahan
b. Palpasi
Memeriksa seperti adakah nyeri pada saat di tekan
c. Perkusi
Pemeriksaan ini melakukan ketokan ringan pada cabang nervus fasialis, tepat
atau sedikit di bawah arkus zigomatikus (di depan liang telinga luar), yang akan
menimbulkan kontraksi
otot-otot fasialis.
https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-2-Pemeriksaan-
kepala-leher-2019.pdf
kEPALA DAN LEHER
3. PEMERIKSAAN MATA
a. Inspeksi
Pemeriksaan posisi dan kesejajaran mata dengan cara pasien diminta
melihat pada suatu obyek kemudian mata pasien diminta mengikuti
pergerakan obyek.
b. Palpasi
Pemeriksaan palpasi meliputi pemeriksaan palpebra dan tekanan bola
mata
https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-2-Pemeriksaan-
kepala-leher-2019.pdf
kEPALA DAN LEHER
4. PEMERIKSAAN HIDUNG
a. Inspeksi
1. Inspeksi hidung eksternal :
Perhatikan permukaan hidung, ada atau tidak
asimetri, inflamasi.
2. Inspeksi hidung bagian internal :
Adakah mukosa oedema dan kemerahan, adakah polip
b. Palpasi
Pemeriksaan palpasi hidung untuk menilai adanya fraktur nasalis
dan nyeri tekan
Friskila Novelia Napitupulu 2310711086
https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-2-Pemeriksaan-
kepala-leher-2019.pdf
kEPALA DAN LEHER
4. PEMERIKSAAN TELINGA
https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-2-Pemeriksaan-
kepala-leher-2019.pdf
kEPALA DAN LEHER
5. PEMERIKSAAN MULUT
Biasanya dilakukan dengan inspeksi :
1) Bibir
Perhatikan warna(adakah sianosis atau pucat), kelembaban,
oedema, pecah-pecah.
2) Gusi dan gigi
adakah inflamasi, oedema, perdarahan, perubahan warna gusi
3)Lidah
termasuk warna dan papilla, adakah glositis, paralisis
Friskila Novelia Napitupulu 2310711086
https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-2-Pemeriksaan-
kepala-leher-2019.pdf
kEPALA DAN LEHER
B. PEMERIKSAAN LEHER
Pemeriksaan trachea :
a. Inspeksi
Inspeksi trachea untuk melihat adanya deviasi trachea,
simetris, asimetris.
b. Palpasi
Palpasi trachea dilakukan dengan cara ujung jari telunjuk
dan jari manis menekan
pada daerah m. sterno cleidomastoideus kanan dan kiri
https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-2-Pemeriksaan-
kepala-leher-2019.pdf
ekstremitas atas
Pemeriksaan fisik shoulder
pemeriksaan infeksi pada shoulder,anterior,lateral,dan posterior:
a. Membandingkan shoulder kanan dan kiri
b. Melihat adanya perubahan warna kulit : hematom, echymosis, dll
c. Menilai adanya deformitas pada shoulder yang mengalami dislokasi
Dislokasi Anterior : Abduksi dan rotasi external Dislokasi Posterior : Adduksi dan rotasi internal
a. Meraba kulit untuk menilai suhu pada daerah sendi dengan daerah sekitarnya
b. Melakukan palpasi di axilla untuk menilai letak caput humerus. Biasanya letak caput humerus
berada di bagian proximal. Pada dislokasi posterior biasanya teraba massa di belakang bahu
sedangkan bagian depan rata.
c. Melakukan penekanan ringan pada:
1. Sendi acromioclavicular pada ujung clavicula; jika terdapat nyeri tekan mengindikasikan adanya
instabilitas clavicula distal dan terpisahnya acromion dan clavicula
2. Tendon supraspinatus pada daerah acromion; jika terdapat nyeri tekan mengindikasikan adanya
bursitis dan/atau robekan tendon supraspinatus
a. Meraba kulit untuk menilai suhu pada daerah sendi dengan daerah sekitarnya
b. Melakukan palpasi pada daerah epicondylus dan olecranon dan membentuk segitiga
sama sisi untuk menilai ada tidaknya subluksasi elbow
c. Melakukan palpasi pada epicondylus median dan garis supracondylar, jika terdapat nyeri
tekan mengindikasikan adanya epicondylitis medial (golfer elbow) atau fraktur
d. Melakukan palpasi pada epicodylus lateralis dan garis supracondylar, jika terdapat nyeri
tekan mengindikasikan adanya epicondylitis lateralis (tennis elbow) atau fraktur
e. Menilai status neurovaskular
Jika dicurigai adanya tennis elbow, maka: lakukan pronasi lengan bawah pasien, ekstensi
wrist dan jari-jari dengan diberikan tahanan. Jika nyeri ada pada epycondilus lateralis, maka
tes positif .
Flexi
Extensi
Deviasi Radial
Deviasi Ulnar
Pembengkakan MCP
Swan neck deformities
Deviasi Ulnar pada sendi MCP
Nodul di sepanjang tendon sheaths
Flexi dan Extensi pada sendi MCP, PIP, dan DIP: mengepalkan jari-jari, membuka jari-jari,
menggerakkan jari pada MCP, PIP, dan DIP
Abduksi dan adduksi pada sendi MCP: gerakan menjauhkan dan mendekatkan sesama
jari-jari
Aurel Amalia_2310711094
http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/40/1/29
1000-pemeriksaan-fisik-head-to-toe-87182744.pdf
PALPASI PARU-PARU
1. Posisikan pasien terlentang
2. Periksa daerah thorax, catat jika adanya nyeri atau benjolan
3. Dengan posisi semi fowler letakkan kedua tangan di dada
sehingga kedua ibu jari di atas Procecus Xypoideus, pasien
diminta napas biasa, catat gerak napas simetris atau tidak dan
tentukan daya kembang paru (normalnya 3-5 cm)
4. Dengan posisi duduk merunduk letakkan kedua tangan pada
punggung di bawah scapula kemudian tentukan kesimetrisan
gerak dada, dan daya kembang paru
5. Lakukan pemeriksaan dengan cara meletakkan kedua tangan
dengan posisi tangan agak ke atas, minta pasien mengucapkan
‘delapan puluh delapan’ kemudian tentukan getaran suara dan
bedakan kanan kiri.
Aurel Amalia_2310711094
http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/40/1/29
1000-pemeriksaan-fisik-head-to-toe-87182744.pdf
PERKUSI PARU-PARU
1. Posiskani pasien berbaring lalu tentukan batas paru
2. Perkusi dapat dimulai dengan cara direct (cara klasik Auenbrugger) yaitu
langsug mengetuk dada atau iga
3. Perkusi dapat dilakukan dengan indirect yaitu ketukan pada jari kiri yang
bertindak sebagai plessimeter oleh jari kanan
4. Di bagian depan mulai di Fossa Supraclav. Terus ke bawah, demikian juga
pada bagian belakang dada. Makin keras ketukan perkusi makin dalam
suara dapat tertembus.
5. Lakukan perkusi secara merata pada daerah paru, catat bila terdapat
perubahan suara perkusi
Suara normal: sonor / resonan (dug)
Suara abnormal:
- hipersonor (dang): thorax berisi udara, kavitas
- hiposonor (deg): fibrosis dan pleura menebal
– redup (bleg): fibrosis berat, edema paru
Aurel Amalia_2310711094
http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/40/1/29
1000-pemeriksaan-fisik-head-to-toe-87182744.pdf
AUSKULTASI PARU-PARU
1. Posisikan pasien duduk lalu minta untuk bernapas normal. Dengarkan dengan stetoskop pada trakea, , bronkus,
dan paru. Dengarkan bunyi napas secara teliti
Suara napas normal: trachea bronchial (suara di daerah trakea, inspirasi lebih keras dan pendek dari ekspirasi),
bronkhovesikuler (suara di daerah bronchus, inspirasi seperti vesikuler), vesikuler (suara di daerah paru, nada
rendah inspirasi dan ekspirasi tidak terputus), dan tidak terdapat suara tambahan
Suara napas abnormal: suara trachea bronchial terdengar di daerah bronchus dan paru, suara bronkhovesikuler
terdengar di daerah paru, suara vesikuler tidak terdengar
Suara tambahan abnormal: ronkhi (suara tambahan pada bronchus akibat timbunan lendir pada bronchus), ralaes
(berasal dari bronchus, alveoli, kavitas paru yang berisi cairan), wheezing (terdengar seperti peluit karena
penyempitan bronchus dan alveoli)
2. Lalu minta pasien mengucapkan satu, dua, atau delapan delapan kemudian catat bunyi:
Bronkhofoni (meningkat, suara belum jelas)
Egofoni (sengau dan mengeras)
Pectoriloguy (meningkat sekali, suara jelas)
Menurun / tidak terdengar
Aurel Amalia_2310711094
http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/40/1/29
1000-pemeriksaan-fisik-head-to-toe-87182744.pdf
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
INSPEKSI
1. Penampilan Umum
Apakah pasien berada dalam distres akut? Seperti apa pernafasan pasien Apakah ia
bernafas dengan susah payah? Apakah memakai otot pernapasan tambahan?
2. Inspeksi Kulit
Warna - kebiruan/deoksihemoglobin (kurang oksigen)
Suhu - hangat >37,2°C (anemia)
3. Inspeksi kuku
Warna - pucat pada akar kuku saat diberikan tekanan
Jari tabuh
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
4. Inspeksi Wajah
Pemeriksaan konjungtiva untuk mengetahui
adanya anemia atau tidak sedangkan lidah
atau bibir untuk mengecek sianosis sentral.
Sianosis sentral bisa disebabkan karena
saturasi oksigen dalam arteri menurun.
5. Inspeksi Mata
Adanya plak kekuningan pada kelopak mata
6. Inspeksi mulut
Palatum terlalu tinggi mengindikasikan suatu
masalah
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
7. Inspeksi konfigurasi dada
Karena dada dan jantung berkembang pada
waktu yang hampir bersamaan selama
embriogenesis, tidak mengherankan bahwa
segala sesuatu yang mengganggu
perkembangan dada dapat mengganggu
perkembangan Jantung pula, contohnya
Pectus excavatum
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
Tekanan darah Denyut nadi Irama jantung nadi karotis
Saat istirahat, Sebagai pertimbangan,
Irama jantung Denyutnya
tekanan sistolik denyut nadi yang normal
dapat dibagi dapat dilukiskan
arterial dewasa berkisar antara 60-
menjadi teratur, sebagai normal,
normalnya 90/menit melambat
tidak teratur secara berkurang,
<150mmHg, diastolik seiring usia serta pada
teratur, atau tidak meningkat, atau
<90mmHg. Sistolik atlet.
teratur secara tidak berpuncak
bisa meningkat
teratur. ganda.
seiring usia serta
pada ansietas
Azzahra Cinta _077
Kasron. (2021). Buku Ajar Keperawatan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Trans Info Media
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
PALPASI Auskultasi
Palpasi titik impuls maksimum
paling mudah dilakukan
dengan pasien dalam posisi
duduk. Hanya ujung-ujung jari
yang diletakkan di dada pada
sela costae kelima, Titik
impuls maksimum biasanya
dalam jarak 10 cm dari garis
midsternal dan diameternya
tidak lebih dari 2-3 cm.
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
Edema
Bila tekanan perifer tinggi, seperti pada
gagal jantung kongestif, tekanan di dalam
vena disebarkan secara retrograd pada
pembuluh-pembuluh yang lebih kecil. Terjadi
transudasi cairan yang mengakibatkan
timbulnya edema di daerah dependen,
Peningkatan cairan jaringan ini
menimbulkan edema yang "cekung" kalau
ditekan.
abdominal
PEMERIKSAAN ABDOMEN
1. Jelaskan pada pasien maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
2. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan sesuai dengan pemeriksaan. Jangan lupa universal
precaution!
3. Pastikan lingkungan sekitar pasien aman dan pasien merasa nyaman
4. Posisi pasien terlentang, pemeriksa berada di sebelah kanan pasien
5. Lakukan setiap tahapan dari sisi/lokasi yang tidak nyeri dahulu (sesuai keluhan / data subjek
pasien)
6. Catat hasil pemeriksaan dengan jelas dan tepat
pemeriksaan-fisik-head-to-toe-87182744%20(1).pdf
Adinda Nur azizah 2310711075
abdominal
Inspeksi
Permukaan perut
Perhatikan kulit perut : apakah tegang, licin, tipis (bila ada pembesaran organ dalam perut)
atau kasar, keriput (bila mengalami distensi). Apakah terdapat luka jahit atau luka bakar.
Perhatikan warna kulit perut : apakah kuning / tidak (pada pasien ikterus), apakah tampak
pelebaran pembuluh darah vena / tidak
Perhatikan adanya striae (tanda peregangan pada ibu hamil)
Bentuk perut
Perhatikan : kesimetrisan (baik pada orang yang gemuk/kurus). Pembesaran perut secara
simetris disebabkan penimbunan cairan di rongga peritonium, penimbunan udara di dalam usus
dan orang terlampau gemuk. Pembesaran perut asimetris ditemukan pada kehamilan, tumor di
dalam rongga perut, tumor ovarium atau kandung kencing. Pembesaran setempat : dijumpai
pada pembesaran hepar, limpa, ginjal, kandung empedu, dan tumor pada organ-organ tersebut
Auskultasi
Sumber suara abdomen : suara dari struktur vaskuler, dan peristaltik usus
Dengarkan di setiap kuadran dengan stetoskop selama 1 menit dan perhatikan : intensitas,
frekuensi, dan nada. Normal frekuensi peristaltik 5-35 x/menit
Dengarkan suara vaskuler dari : aorta (di epigastrium), arteri hepatika (di hipokondrium
kanan), arteri lienalis : di hipokondrium kiri
Perkusi Hepar
Lakukan perkusi pada garis midklavikula kanan, mulai dari bawah umbilikus (di daerah suara
timpani) ke atas, sampai terdengar suara pekak yang merupakan batas bawah hepar
Lakukan perkusi dari daerah paru ke bawah untuk menentukan batas atas hepar yaitu dari
perpindahan suara resonan sampai pekak
Palpasi
Tahap awal palpasi dengan menggunakan satu tangan. Letakkan tangan kanan di atas
perut, telapak tangan dan jari-jari menekan dinding perut dengan tekanan ringan. Dengan
perlahan, rasakan di tiap kuadran
Rasakan : adanya ketegangan otot atau tidak, nyeri tekan atau tidak
Tahap berikutnya lakukan palpasi dalam untuk memeriksa massa di abdomen
Rasakan konsistensinya : apakah padat keras (seperti tulang), padat kenyal (seperti
meraba hidung), lunak (seperti pangkal pertemuan jempol dan telunjuk), atau kista
(ditekan mudah berpindah seperti balon berisi air, berisi cairan
Jika dirasakan adanya massa, maka ukuran massa ditentukan dengan meteran / jangka
sorong panjang, lebar, tebal (kalau tidak ada peralatan, bisa dengan ukuran jari penderita)
Pada genitalia eksterna pemeriksa dapat Labia mayor dan minor dibuka terpisah oleh
melakukan penilaian antara mons veneris untuk ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan.
melihat adanya lesi atau pembengkakan. Periksalah introitus vagina.
Rambut pubis untuk melihat polanya. Catat setiap lesi peradangan, ulserasi, secret
Kulit vulva untuk melihat adanya kemerahan, parut, kutil, trauma, bengkak, perubahan
ekskoriasi, massa, leukoplakia, dan pigmentasi atropik ataupun massa.
Teknik :
Inspeksi :
1. Periksa adanya benjolan, ruam, inflamasi, ekskoriasi dan eskar. Inspeksi
jaringan anal : cek adanya lesi, hemoroid eksternal (dilatasi vena), fisura,
fistulla, inflamasi,
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537
356/#article-28269.s4
Khanza Hanaya Chairunisa
2310711085
Anus dan Rektum
Prosedur Pemeriksaan
Palpasi :
1. Posisikan pasien pada posisi miring ke kiri; tekuk pinggul dan lutut serta posisikan
bokong pada tepi meja periksa.
2. Regangkan bokong agar terlihat tepi anus dan celah serta periksa kulit dan tepi
anus. Menggunakan tangan non dominan : perawat meretraksi bokong secara
perlahan (agar dapat melihat anus).
3. Lumasi jari telunjuk pemeriksa dengan gel yang larut dalam air lalu tekan jari
pemeriksa pada tepi anus posterior (jam 6).
1. inspeksi adalah
Cara melakukan inspeksi:
pemeriksaan fisik yang
1) Pastikan suhu ruangan dalam keadaan nyaman
dilakukan dengan cara
2) Gunakan penerangan yang baik
melihat dan
3) Bandingkan simetri bagian – bagian badan
mengevaluasi pasien
4) Lakukan inspeksi/pengamatan dengan lebih seksama
secara visual yang terhadap kulit, kuku, rambut dan membrane mukosa serta
digunakan untuk limfonodi (kelenjar getah bening) yang bisa dilihat
mengkaji/menilai pasien.
mendengarkan bunyi yang Jangan menekan terlalu keras bila menggunakan bagian mangkuk.
Menggunakan bagian diafragma untuk mendengarkan suara jantung yang normal
berasal dari dalam tubuh,
dan bising usus.
yang meliputi frekuensi,
Pasangkan kedua ear pieces ke dalam liang telinga sampai betul-betul masuk, tetapi
intensitas, durasi dan tidak menekan.
kualitasl, dengan bantuan Auskultasi paru - paru dimulai dari atas ke bawah, dan dibandingkan kanan dan kiri
stetoskop. dada.
Lakukan auskultasi secara urut dan sistematis. Auskultasi jantung dilakukan meliputi
seluruh bagian dada, punggung, leher, abdomen. A
Auskultasi abdomen dilakukan setelah inspeksi. Auskultasi abdomen untuk
mendengarkan bising usus.
1. Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan kelainan
dari suatu sistem atau suatu organ bagian tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba
(palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi).
2.
autonomy (kebebasan)
non maleficience (tidak merugikan)
beneficience (berbuat baik)
veracity (kejujuran)
fidelity (kesetiaan)
confidentiality (kerahasiaan)
https://aacendikiajournal.com/ojs/index.php/Journal-of-Nursing/article/view/7/3
Febriyanti, K. D. (2020, October 9). PENERAPAN PRINSIP ETIK KEPERAWATAN DALAM
TAHAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN. https://doi.org/10.31219/osf.io/hqat5
3.
Kasus
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan,
pendengaran dan penciuman.
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan
meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat dijangkau tangan.
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh
unutk menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu
penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di bawahnya.
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh
bermacam-macam organ dan jaringan tubuh.
https://repository.ump.ac.id/9468/3/Didi%20Kurniawan%20BAB%20II.pdf
2. Meskipun pemeriksaan head to toe melibatkan evaluasi menyeluruh dari kepala hingga
kaki, tidak semua prosedur harus dilakukan pada setiap pasien. Dokter atau perawat akan
menyesuaikan pemeriksaan dengan keluhan pasien, riwayat medis, dan kebutuhan
spesifik mereka. kondisi untuk melakukan pemeriksaan fisik: pemeriksaan rutin,
pemeriksaan awal, pemeriksaan pasca operasi, pemeriksaan pasca penyakit. Miranti (068)
3. Ukuran klitoris yang lebih besar atau lebih kecil tidak memepengaruhi fungsi klitoris
tersebut, setiap orang memiliki ukuran klitoris yang berbeda beda, namun jika ada rasa
nyeri atau hal yang menggangu mungkin ada pembengkakan pada klitoris sehingga
merasakan efek nyeri ataupun rasa yang tidak nyaman dirasakan. Nazma (080)
jawaban
4. Melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien. Pertama yg harus kita lakukan
adalah membangun kepercayaan pasien agar pasien dapet terbuka dengan perawat,
lalu perawat jujur tentang kebutuhan pemeriksaan fisik yang harus dilakukan pasien
tersebut, jika pasien tidak mau tidak perlu di paksa, karena seperti adanya informed
consent bila pasien tidak setuju dengan consent tersebut jangan dilakukan karena itu
adalah hak pasien memilih pemeriksaan (Khanza 085)
5. Edema adalah kondisi medis yang ditandai oleh penumpukan cairan berlebih di
dalam jaringan tubuh, sehingga tubuh mengalami pembengkakan atau pembesaran.
Penyebabnya, yaitu: Kekurangan protein albumin, Reaksi alergi, Kerusakan pembuluh
darah vena pada kaki, gagal ginjal, penyakit jantung dan luka bakar. Jika lebih lainnya yg
muncul akibat peradangan,yaitu : demam, kemerahan, nyeri atau keterbatasan gerak
pada bagian yg terkena edema (Friskila 086)
jawaban
6.
1. Faktor usia: sel-sel dapat mengalami penuaan dan mengalami dada merecut
(atropi) sehingga kulit mengalami penuaan dan dada mulai mengecil kembali
2. Faktor jenis kelamin: pria memiliki banyak testserone dan hanya dipenuhi dengan
otot sehingga keras, sementara perempuan mumpunyai estrogen dan
progesteron meningkatkan ukuran dan jumlah saluran dan kelenjar di payudara.
Kedua hormon ini juga menyebabkan payudara menahan air sehingga
membuatnya kencang dan lembut.
3. Faktor etnisitas: tidak memiliki peran yg terlalu signifikan
Untuk apakah ada cara untuk memodifikasi ukuran dada sebenarnya tidak ada. Akan
tetapi pada umumnya, orang-orang bilang mereka dapat memodifikasi dadanya
dengan makan yang banyak dan melakukan olahraga yang spesifik untuk
membesarkan dada. (Joefunny 082)
kesimpulan
Pemeriksaan fisik head to toe adalah pemeriksaan tubuh klien
secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang di anggap
perlu, untuk mementukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien. Pendekatan ini dilakukan mulai
dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki. Mulai dari
keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga,
hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung,
abdomen, ginjal,, ektremitas. Pemeriksaan fisik menjadi sangat
penting karena sangat bermanfaat baik untuk menegakkan
diagnosa keperawatan, memilih intervensi yang tepat untuk proses
keperawatan maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan
keperawatan.
terimakasih