Anda di halaman 1dari 34

asuhan keperawatan ruptur tendon achilles

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


ruptur tendon terjadi antara tahun 1997 dan 2002 dikumpulkan. Peringkat daya
untuk setiap pemain yang dihitung untuk tiga musim sebelum dan sesudah Achilles tendon
cedera.Analisis statistik adalah dilakukan. Tiga puluh satu tendon pecah Achilles pada Pemain
NFL antara tahun 1997 dan 2002 adalah diidentifikasi. Dua puluh lima persen dari semua cedera
atletik, terlepas dari olahraga tertentu atau tingkat bermain, melibatkan kaki dan pergelangan
kaki.
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan
otot plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Pada atlet muda
setengah baya (40 tahun) 75% terjadi selama kegiatan olahraga. Olahraga yang paling umum
menyebabkan akut pecah Achilles tendon bervariasi dari satu negara ke negara, tergantung pada
olahraga yang paling populer di daerah itu. Lama nonathletes (3% dari pecah)
Tendon Achilles tendon kuat dan tebal di dalam tubuh dan melayani beberapa fungsi
utama dalam tubuh. Ini kira-kira sekitar 15 cm (5,9 inci) panjang dan mulai dekat bagian tengah
betis. Hal ini memainkan peran penting dalam biomekanik dari ekstremitas bawah. kontraktor
otot betis yang mengangkat tumit oleh tendon yang menghasilkan tindakan kaki yang merupakan
dasar untuk berjalan, berlari, melompat, dll dapat menahan kekuatan besar, khususnya selama
latihan olahraga dan lebih khusus lagi gerakan yang melibatkan gerakan berputar. Robek, pecah
atau terputusnya tendon. Tendon merupakan jaringan fibrosa di bagian belakang pergelangan
kaki yang menghubungkan otot betis dengan tulang tumit.

1.2  Rumusan Masalah


1)       Apa definisi ruptur tendon achilles ?
2)       Apa etiologi dari ruptur tendon achilles?
3)       Bagaimana manifestasi klinik ruptur tendon achilles?
4)       Apa klasifikasi ruptur tendon achilles?
5)       Bagaimana patofisiologi dari ruptur tendon achilles?
6)       Bagaimana WOC dari ruptur tendon achilles?
7)       Bagaimana pemeriksaan diagnostik ruptur tendon achilles?
8)       Bagaimana penatalaksanaan ruptur tendon achilles?
9)       Apa komplikasi dari ruptur tendon achilles?
10)   Bagaimana ASKEP ruptur tendon achilles?

1.3  Tujuan
1)       Menjelaskan definisi ruptur tendon achilles?
2)       Menjelaskan etiologi dari ruptur tendon achilles?
3)       Menjelaskan manifestasi klinik ruptur tendon achilles?
4)       Menjelaskan klasifikasi ruptur tendon achilles?
5)       Menjelaskan patofisiologi dari ruptur tendon achilles?
6)       Menjelaskan WOC dari ruptur tendon achilles?
7)       Menjelaskan pemeriksaan diagnostik ruptur tendon achilles?
8)       Menjelaskan penatalaksanaan ruptur tendon achilles?
9)       Menjelaskan komplikasi dari ruptur tendon achilles?
10)   Menjelaskan ASKEP ruptur tendon achilles?

1.4  Manfaat

•          Menambah wawasan pengetahuan mengenai kasus ruptur tendon achilles dan penerapan konsep
keperawatan pada kasus ruptur tendon achilles.
•          Menambah wawasan pengetahuan mengenai penerapan diagnosa keperawatan pada kasus ruptur
tendon achilles.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Anatomi musculoskeletal

1.      Tulang-tulang ekstermitas bawah


a.       Pelvis
Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone)yang merupakan tulang pipih.
Masing-masing tulangpinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium, pubisdan ischium. Ilium
terletak di bagian superior danmembentuk artikulasi dengan vertebra sakrum,ischium terletak di
bagian inferior-posterior, dan pubisterletak di bagian inferior-anterior-medial. Bagianujung ilium
disebut sebagai puncak iliac (iliac crest ).Pertemuan antara pubis dari pinggul kiri dan
pinggulkanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungandi bagian pertemuan ilium-
ischium-pubis disebutacetabulum, fungsinya adalah untuk artikulasi dengantulang femur.

b.      Femur
Femur merupakan tulang betis, yang di bagianproksimal berartikulasi dengan pelvis
dandibagian distal berartikulasi dengan tibia melaluicondyles. Di daerah proksimal terdapat
prosesusyang disebut trochanter mayor dan trochanterminor, dihubungkan oleh garis
intertrochanteric.Di bagian distal anterior terdapat condyle lateraldan condyle medial untuk
artikulasi dengan tibia,serta permukaan untuk tulang patella. Di bagiandistal posterior terdapat
fossa intercondylar.
c.       Tibia
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yangletaknya lebih medial dibanding dengan
fibula. Dibagian proksimal, tibia memiliki condyle medialdan lateral di mana keduanya
merupakan faciesuntuk artikulasi dengan condyle femur. Terdapat juga facies untuk berartikulasi
dengan kepalafibula di sisi lateral. Selain itu, tibia memilikituberositas untuk perlekatan ligamen.
Di daerahdistal tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.
d.      Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yangletaknya lebih lateral dibanding dengan
tibia.Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di bagian distal,fibula
membentuk malleolus lateral dan faciesuntuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal.
e.       Tarsal
Tarsal merupakan 7 tulang yang membentukartikulasi dengan fibula dan tibia di
proksimaldan dengan metatarsal di distal. Terdapat 7tulang tarsal, yaitu calcaneus, talus,
cuboid,navicular, dan cuneiform (1, 2, 3). Calcaneusberperan sebagai tulang penyanggah berdiri.
f.       Metatarsal
Metatarsal merupakan 5 tulang yangberartikulasi dengan tarsal di proksimal dandengan
tulang phalangs di distal. Khusus ditulang metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2 tulangsesamoid.
g.      Tulang-tulang phalangs
Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki.Terdapat 2 tulang phalangs di ibu jari dan
3phalangs di masing-masing jari sisanya. Karenatidak ada sendi pelana di ibu jari kaki,
menyebabkan jari tersebut tidak sefleksi belibu jari tangan.
(Silvia,dkk. 2005)
2.      Otot pada ekstremitas bawah

a.       Otot rangka


Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm,berbentuk silindris dengan lebar berkisarantara
10 mikron sampai 100 mikron.
b.      Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuatyang bersifat fleksibel, yang terbuat
darifibrous protein (kolagen). Tendon berfungsimelekatkan tulang dengan otot atau ototdengan
otot.
c.       Ligament
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan
elastispenghubung yang terdiri atas kolagen ligamen membungkus tulang dengan tulangyang
diikat oleh sendi, Ligamen dibagi 2 yaitu:
         Ligamen tipis
         Ligamen jaringan elastik kuning
(Anderson, 1999)

2.2  Fisiologi muskuloskeletal


Sistem musculoskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan ngurus pergerakan.
Komponen utama dari sistem musculoskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari
tulang,sendi,otot rangka,tendon,ligament,bursa,dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini.

a.       Fungsi umum tulang:


Secara umum, fungsi tulang adalah sebagai berikut:

1)      Formasi kerangka


Tulang-tulang membentuk rangka tubuh untuk menentukan ukuran tulang dan menyokong
struktur tubuh yang lain.
2)      Formasi sedi-sendi
Tulang-tulang membentuk persendian yang bergerak dan tidak bergerak tergantung dari
kebutuhan fungsional.Sendi yang bergerak menghasilkan bermacam-macam pergerakan.
3)      Perlekatan otot
Tulang-tulang menyediakan permukaan untuk tempat melekatnya otot,tendo,dan
ligamentum. Untuk melaksanakan pekerjaan yang layak dibutuhkan suatu tempat melekat yang
kuat dan untuk itu disediakan oleh tulang.
4)      Sebagai pengungkit
Untuk bermacam-macam aktivitas selama pergerakkan.
5)      Penyokong berat badan
Memelihara sikap tegak tubuh manusia dan menahan gaya tarikan dan gaya tekanan yang
terjadi pada tulang sehingga dapat menjadi kaku dan lentur.
6)      Proteksi
Tulang membentuk rongga yang mengandung dan melindungi struktur-struktur yang halus
seperti otak,medulla spinalis,jantung,paru-paru,alat-alat dalam perut,dan panggul.
7)      Haemopoiesis
Sum-sum tulang merupakan tempat  pembentukan sel-sel darah, tetapi terjadinya
pembentukan sel-sel darah sebagian besar terjadi disumsum tulang merah.
8)      Fungsi immunologi
Limfosit B dan makrofag-makrofag dibentuk dalam system retikuloendotelial sum-sum
tulang.Limfoist B diubah menjadi sel-sel plasma yang membentuk antibody guna keperluan
kekebalan kimiawi, sedangkan makrofag merupakan fagositotik.
9)      Penyimpanan kalsium
Tulang mengandung  97% kalsium tubuh, baik dalam bentuk anorganik maupun dalam
bentuk garam-garam, terutama kalsium fosfat. Sebagian besar fosfor disimpan dalam tulang dan
kalsium dilepas dalam darah bila dibutuhkan.
b.      Fungsi khusus tulang
Secara khusus mempunyai fungsi sebagai berikut:
1)      Sinus-sinus paranasalis dapat menimbulkan nada khusus pada suara.
2)      Email gigi dikhususkan un tuk memotong, menggigit, dan menggilas makanan. Email
merupakan struktur yang terkuat dari tubuh manusia.
3)      Tulang-tulang kecil telinga berfungsi sebagai pendengaran dalam mengonduksi gelombang
suara.
4)      Panggul wanita dikhususkan untuk memudahkan proses kelahiran bayi.

c.       Sendi
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia, atau
otot. Terdapat tiga tipe sendi yaitu:

1)      Sendi fibrosa (sinatrodial),


merupakan sendi yang tidak dapat bergerak, Sendi fibrosa tidak memiliki lapisan tulang
rawan, dan tulang yang satu dengan tulang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung
fibrosa. Terdapat dua tipe sendi fibrosa yaitu:
         sutura diantara tulang-tulang tengkorak.
         sindesmosis dan terdiri dari suatu membran introseus atau suatu ligamen diantara tulang.Serat-
serta ini memungkinkan sedikit gerakan tetapi bukan merupakan gerakan sejati. Perlekatan
tulang tibia dan fibula bagian distal adalah suatu contoh dari tipe sendi fibrosa ini.
2)      Sendi kartilaginosa (amfiatrodial)
merupakan sendi yang dapat sedikit bergerak. Sendi Kartilaginosa adalah sendi dimana
ujung-ujung tulangnya dibungkus oleh tulang rawan hialin, disokong oleh ligamen dan hanya
dapat sedikit bergerak. Ada dua tipe sendi kartilaginosa :
  Sinkondrosis adalah sendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi oleh tulang rawan hialin.
  Simfisis adalah sendi yang tulang-tulangnya memiliki suatu hubungan fibrokartilago dan selapis
tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi. Simfisis fubis dan sendi-sendi pada
tulang punggung adalah contoh-contohnya.
3)      Sendi sinovial (diartrodial)
merupakan sendi yang dapat digerakkan dengan bebas. Sendi sinovial adalah sendi-sendi
tubuh yang dapat digerakkan.Sendi-sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan sendi
dilapisi tulang rawan hialin.
(Silvia,dkk. 2005)

2.3  Definisi

Tendon achilles adalah tendon yang paling kuat dan paling besar dalam tubuh manusia
yang panjangnya 15 cm yang dimulai dari pertengahan tungkai bawah.Kemudian stukturnya
mengumpul dan melekat pada bagian tengah – belakang tulang calcaneus.. Terdiri dari stuktur
tendinous ( melekatnya otot ke tulang ) yang dibentuk oleh gabungan antara otot gastronemius
dan otot soleus yang terdapat di betis. Tendon ini melekat pada tulang tumit (calcaneus) dan
menyebabkan kaki berjinjit (plantar flexi) ketika otot-otot betis berkontraksi. Tendon ini sangat
penting untuk berjalan, berlari dan melompat secara normal. (Silvia,dkk. 2005)
Tendon achilles atau tendon calcaneus adalah tendon pada bagian belakang tungkai
bawah dan fungsinya untuk meletakkan otot gastronemius dan otot soleus kesalah satu tulang
penyusunan pegelangan kaki, calcaneus. Tendon achilles berasal gabungan dari tiga otot yaitu
Gastronemius,soleus,dan otot plantaris kaki, Pada manusia letaknya tepat dibagian pegelangan
kaki. (deltoidea.wordpress.com.2011)
Putusnya tendon Achilles itu adalah keadaan dimana tendon besar itu di belakang
pergelangan kaki itu pecah atau terputusnya tendon. Tendon merupakan jaringan fibrosa di
bagian belakang pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis dengan tulang tumit.
Rupture tendon Achilles adalah roben atau putusnya hubungan tendon (jaringan
penyambung) yang disebabkan oleh cidera dari perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau
mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif maksimal. (muttaqin, A. 2011)

2.4  Etiologi
a)      Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes

b)      Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat meningkatkan risiko
pecah
c)      Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton, tenis, basket
dan sepak bola

d)     Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis

e)      Obesitas

(Anderson Silvia Prince. 1996).

2.5  Tanda dan gejala

a)      Rasa sakit mendadak yang berat dirasakan pada bagian belakang pergelangan kaki atau betis
seperti adanya rasa sakit pada tendon achilles sekitar 1-3 inci di atas tulang tumit. daerah ini
paling sedikit menerima supplai darah dan mudah sekali mengalami cedera meskipun oleh sebab
yang sederhana, meskipun oleh sepatu yang menyebabkan iritasi.

b)      Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan merasakan adanya kelemahan yang luas
pada serat-serat protein kolagen, yang mengakibatkan robeknya sebagian serat atau seluruh serat
tendon.

c)      Terlihat depresi di tendon 3-5 cm diatas tulang tumit

d)     Tumit tidak bisa digerakan turun naik

e)      Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di atas tulang tumit

f)       Biasanya, snap tiba-tiba atau pop dirasakan di bagian belakang pergelangan kaki.
Pasien mungkin menggambarkan sensasi ditendang di bagian belakang kaki.

g)      Nyeri bisa berat. nyeri yang datang secara tiba-tiba selama melakukan kegiatan, khususnya saat
mengubah arah lari atau pada saat lari mendaki. Atlet mungkin merasakan adanya bagian yang
lembek bila meraba daerah sekitar tendon, hal ini dikarenakan adanya cairan peradangan yang
berkumpul dibawah selaput peritenon.

h)      nyeri lokal, bengkak dengan gamblang kesenjangan sepanjang Achilles tendon dekat lokasi
penyisipan, dan kekuatan plantarflexion lemah aktif semua sangat menyarankan diagnosis.

(Anderson Silvia Prince. 1996)

2.6  Faktor predisposisi


Orang-orang yang biasa jatuh korban pecah Achilles atau robek termasuk atlet rekreasi,
orang-orang usia tua, air mata Achilles tendon sebelumnya atau pecah, suntikan tendon
sebelumnya atau penggunaan kuinolon, perubahan ekstrim dalam intensitas pelatihan atau
tingkat aktivitas, dan partisipasi dalam aktivitas baru.Sebagian besar kasus pecah Achilles tendon
yang traumatis olahraga cedera. Umur rata-rata pasien adalah 30-40 tahun dengan rasio laki-
perempuan hampir 20:1. antibiotik fluorokuinolon, seperti ciprofloxacin, dan glukokortikoid
telah dikaitkan dengan peningkatan risiko pecah Achilles tendon. Suntikan steroid langsung ke
tendon juga telah dikaitkan dengan pecah.
Kuinolon telah dikaitkan dengan Achilles tendinitis dan ruptur tendon Achilles untuk
beberapa waktu sekarang. Kuinolon adalah agen-agen antibakteri yang bertindak pada tingkat
DNA dengan DNA girase menghambat. DNA girase merupakan enzim yang digunakan untuk
bersantai DNA beruntai ganda yang penting untuk Replikasi DNA. Kuinolon adalah khusus
dalam fakta bahwa ia dapat menyerang DNA bakteri dan mencegah mereka dari replikasi dengan
proses ini, dan sering diresepkan untuk lansia. Sekitar 2% sampai 6% dari semua orang tua di
atas usia 60 yang telah memiliki Achilles pecah dapat dikaitkan dengan penggunaan kuinolon.
(Anderson Silvia Prince. 1996)

2.7  Klasifikasi
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot
plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles adalah
tendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar 15 cm, dimulai dari
pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul dan melekat pada bagian
tengah-belakang tulang calcaneus.
(Price, Sylvia Anderson. 1995.)

2.8  Fatofisiologi
Rupture traumatic tendon Achilles, biasanya terjadi dalam selubung tendo akibat
perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif maksimal
sehingga terjadi kontraksi mendadak otot betis dengan kaki terfiksasi kuat kebawah dan diluar
kemampuan tendon Achilles untuk menerima suatu beban.
Rupture tendon Achilles sering terjadi pada atlet atletik saat melakukan lari atau
melompat. Kondisi klinik rupture tendon Achilles menimbulkan berbagai keluhan, meliputi nyeri
tajam yang hebat, penurunan fungsi tungkai dalam mobilisasi dan ketidakmampuan melakukan
plantarfleksi, dan respons ansietas pada klien. (muttaqin, A. 2011)
Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat batasan di fibrilkolagen.
Stress tensil menyebabkan hilangnya konfigurasi bergelombang ini, hal ini yang menyebabkan
pada daerah jari kaki adanya kurva tegangan-regangan. Saat serat kolagen rusak, tendon
merespons secara linear untuk meningkatkan beban tendon. Jika renggangan yang ditempatkan
pada tendon tetap kurang dari 4 persen- yaitu batas beban fisiologi secara umum serat kembali ke
konfigurasi asli mereka pada penghapusan beban. Pada tingkat keteganganantara 4-8 persen,
serat kolagen mulai meluncur melewati 1 sama lain karena jalinan antar molekul rusak. Pada
tingkat tegangan lebih besar dari 8 persen terjadi rupture secara makroskopik karena kegagalan
tarikan oleh karena kegagalan pergeseran fibriller dan interfibriller.
Penyebab pasti pecah Achilles tendon dapat terjadi tiba-tiba, tanpa peringatan, atau akibat
tendinitis Achilles . Tampaknya otot betis yang lemah dapat menyebabkan masalah. Jika otot-
otot menjadi lemah dan lelah, mereka dapat mengencangkan dan mempersingkat kontraksi.
Kontraksi berlebihan juga dapat menjadi masalah dengan mengarah pada kelelahan otot.
Semakin lelah otot betis, maka semakin pendek dan akan menjadi lebih ketat. Keadaan sesak
seperti ini dapat meningkatkan tekanan pada tendon Achilles dan mengakibatkan kerobekan.
Selain itu, ketidakseimbangan kekuatan otot-otot kaki anterior bawah dan otot-otot kaki belakang
yang lebih rendah juga dapat mengakibatkan cedera pada tendon Achilles. Achilles tendon robek
lebih mungkin ketika gaya pada tendon lebih besar dari kekuatan tendon. Jika kaki yang
dorsofleksi sedangkan kaki bagian bawah bergerak maju dan betis kontrak otot, kerobekan dapat
terjadi. Kerobekan banyak terjadi selama peregangan kuat dari tendon sementara otot betis
berkontraksi.
(Price, Sylvia Anderson. 1995.)
2.9  Woc

Penyakit
Trauma
Obat-obatan
Respon psikologis
Kerusakan jaringan
Kerobekan tendon achilles
Perubahan status kesehatan
MK: Ansietas
Respon inflamasi lokal
Kerusakan neurovaskuler
Respon inflamasi lokal
Kerusakan neurovaskuler
Peningkatan permeabilitas kapiler
Pengumpulan cairan lokal
Transudasi cairan
Respon nyeri
Edema lokal
Kompresi saraf
Penekanan pembuluh darah
Nyeri
MK: Nyeri
MK: Gangguan perfusi jaringan
Perfusi jaringan menurun
Ketidakmampuan melakukan pergerakan kaki
Kekuatan otot menurun
Penurunan ruang lingkup sendi
Pasca bedah
Terapi imobilisasi gips sirkular & Terapi bedah perbaikan
MK: Resiko tinggi trauma
MK: Hambatan mobilitas fisik
MK: Resiko tinggi infeksi
Luka pasca bedah
Port de entree
Usia
Cedera
Obesitas
Ketidakmampuan tendon achilles menahan beban
Kaki terfiksasi kuat ke bawah
Kontraksi mendadak otot betis
Dorsifleksi pasif maksimal
Trauma langsung / tidak langsung
2.10          Pemeriksaan diagnostic
a.       Pemeriksaan fisik
Lakukan pemeriksaan umum kaki dan pergelangan kaki, berkonsentrasi pada area tertentu
sebagai berikut:
         Periksa untuk kelembutan pergelangan kaki posterior, bengkak, atau jeda yang teraba di tendon.
         Periksa kekuatan otot. Pasien masih mungkin dapat plantarflex pergelangan kaki dengan
kompensasi dengan otot lain, tetapi kekuatan akan lemah.
Single-ekstremitas meningkat tumit tidak akan mungkin.
         Lutut fleksi test:
Periksa posisi istirahat pergelangan kaki dengan lutut tertekuk rawan dan pasien 90 °.
Kehilangan tegangan normal soleus istirahat gastrocnemius akan memungkinkan pergelangan
kaki untuk menganggap posisi yang lebih dorsiflexed dari itu di sisi terluka.
b.      Thompson test (simmonds)
Posisi pasien rawan dengan jelas kaki meja. Meremas betis biasanya menghasilkan
plantarflexion pasif pergelangan kaki. jika Achilles tendon tidak dalam kontinuitas, pergelangan
kaki tidak akan pasif flex dengan kompresi otot betis. uji Simmonds ' (alias uji Thompson ) akan
positif, meremas otot betis dari sisi yang terkena sementara pasien berbaring rawan, menghadap
ke bawah, dengan nya kaki menggantung hasil longgar tidak ada gerakan (tidak ada
plantarflexion pasif) kaki, sementara gerakan diharapkan dengan tendon Achilles utuh dan harus
diamati pada manipulasi betis terlibat. Berjalan biasanya akan sangat terganggu, karena pasien
akan mampu melangkah dari tanah menggunakan kaki terluka. Pasien juga akan dapat berdiri di
ujung kaki itu, dan menunjuk kaki ke bawah ( plantarflexion ) akan terganggu. Nyeri bisa
menjadi berat dan pembengkakan adalah umum.
  Tes O'Brien
Tes O’brien juga dapat dilakukan yang memerlukan menempatkan jarum steril melalui
kulit dan masuk ke tendon. Jika hub jarum bergerak dalam arah yang berlawanan tendon dan
arah yang sama dengan jari-jari kaki ketika kaki bergerak naik dan turun maka tendon setidaknya
sebagian utuh.
  radiografi
untuk mengevaluasi struktur tulang jika bukti hadir dari patah tuberositas calcaneal dan
avulsion Achilles tendon, radiografi biasanya menggunakan sinar-X untuk menganalisis titik
cedera. Ini sangat tidak efektif untuk mengidentifikasi cedera jaringan lunak. Sinar-X dibuat
ketika elektron energi tinggi menghantam sumber logam. Gambar X-ray diperoleh dengan
memanfaatkan karakteristik redaman yang berbeda padat (misalnya kalsium dalam tulang) dan
jaringan kurang padat (misalnya otot) ketika sinar tersebut melewati jaringan dan terekam dalam
film. Sinar-X umumnya terkena mengoptimalkan visualisasi benda padat seperti tulang,
sementara jaringan lunak masih relatif undifferentiated di latar belakang. Radiografi memiliki
sedikit peran dalam penilaian cedera tendon Achilles dan lebih berguna untuk mengesampingkan
luka lain seperti patah tulang calcaneal.
  USG
USG dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon, karakter, dan kehadiran air
mata. Ia bekerja dengan mengirimkan frekuensi yang sangat tinggi suara melalui tubuh Anda.
Beberapa suara yang dipantulkan kembali dari ruang antara cairan interstisial dan jaringan lunak
atau tulang. Gambar-gambar ini tercermin dapat dianalisis dan dihitung ke dalam gambar.
Gambar-gambar ini diambil secara real time dan dapat sangat membantu dalam mendeteksi
pergerakan tendon dan memvisualisasikan luka atau mungkin air mata. Perangkat ini
membuatnya sangat mudah untuk menemukan kerusakan struktural untuk jaringan lunak, dan
metode yang konsisten untuk mendeteksi jenis cedera ini.
  Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI dapat digunakan untuk membedakan pecah lengkap dari degenerasi tendon Achilles,
dan MRI juga dapat membedakan antara paratenonitis, tendinosis, dan bursitis. Teknik ini
menggunakan medan magnet yang kuat untuk menyelaraskan seragam jutaan proton berjalan
melalui tubuh. proton ini kemudian dibombardir dengan gelombang radio yang mengetuk
beberapa dari mereka keluar dari keselarasan. Ketika proton ini kembali mereka memancarkan
gelombang radio sendiri yang unik yang dapat dianalisis oleh komputer 3D untuk membuat
gambar penampang tajam dari area of interest. MRI dapat memberikan kontras yang tak
tertandingi dalam jaringan lunak untuk foto kualitas yang sangat tinggi sehingga mudah bagi
teknisi untuk melihat air mata dan cedera lainnya.
  Musculoskeletal ultrasonografi
Musculoskeletal ultrasonografi dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon,
karakter, dan kehadiran air mata. Ia bekerja dengan mengirimkan frekuensi yang sangat tinggi
dari suara melalui tubuh Anda. Beberapa suara yang dipantulkan kembali dari ruang antara
cairan interstitial dan jaringan lunak atau tulang. Gambar-gambar tercermin dapat dianalisis dan
dihitung ke dalam gambar. Gambar-gambar diambil secara real time dan dapat sangat membantu
dalam mendeteksi gerakan tendon dan memvisualisasikan kemungkinan cedera atau air mata.
Perangkat ini membuatnya sangat mudah untuk melihat kerusakan struktural pada jaringan
lunak, dan metode yang konsisten untuk mendeteksi jenis cedera. Pencitraan ini modalitas
murah, tidak melibatkan radiasi pengion dan, di tangan ultrasonographers terampil, mungkin
sangat handal.
  Foto Röntgen
Foo rontgen digunakan untuk melihat tendon yang rusak pada bagian otot tubuh.
(muttaqin, A.2011)

2.11          Penatalaksanaan
a)      Stabilisasi awal
Setelah diagnosis dibuat, pergelangan kaki harus splinted dalam equinus dengan baik empuk
untuk membantu elevasi mengendalikan pembengkakan.
b)      Nonoperative
         orthosis pergelangan kaki
indikasi treatment harus individual kepada pasien Selama 10 minggu berikutnya, pergelangan
kaki secara bertahap dibawa ke posisi plantigrade dengan perubahan cor kira-kira setiap 2
minggu. Berat tubuh diperbolehkan setelah 6 minggu.Setelah casting, angkat tumit biasanya
dipakai selama beberapa bulan.
c)      Operative
         perbaikan langsung
indikasi lebih sering terjadi pada cedera akut (<6 minggu)
         rekonstruksi dengan interposisi EDL atau plantaris.
d)     Terapi Fisik
Banyak rehabilitasi tersedia. Umumnya, terapi awalnya melibatkan progresif, gerakan kaki
aktif dan berkembang menjadi berat tubuh dan memperkuat. Ada tiga hal yang perlu diingat saat
merehabilitasi sebuah Achilles pecah: 
  rentang gerak, Rentang gerak ini penting karena dibutuhkan ke dalam pikiran ketatnya tendon
diperbaiki. Ketika awal rehabilitasi pasien harus melakukan peregangan ringan dan
meningkatkan intensitas sebagai waktu mengizinkan dan nyeri.
   kekuatan fungsional, tendon ini penting karena merangsang perbaikan jaringan ikat, yang dapat
dicapai saat melakukan "peregangan pelari," (menempatkan jari-jari kaki beberapa inci sampai
dinding sementara tumit Anda ada di tanah). Melakukan peregangan untuk mendapatkan
kekuatan fungsional juga penting karena meningkatkan penyembuhan pada tendon, yang pada
gilirannya akan menyebabkan kembali cepat untuk kegiatan. Peregangan ini harus lebih intens
dan harus melibatkan beberapa jenis berat bantalan, yang membantu reorientasi dan memperkuat
serat kolagen di pergelangan kaki terluka. Sebuah hamparan populer digunakan untuk tahap
rehabilitasi adalah menaikkan kaki pada permukaan yang tinggi.
  kadang-kadang dukungan orthotic. Ini tidak ada hubungannya dengan peregangan atau
memperkuat tendon, melainkan di tempat untuk menjaga pasien nyaman. Ini adalah menyisipkan
dibuat custom yang sesuai ke dalam sepatu pasien dan membantu dengan pronasi tepat kaki,
yang merupakan yang dapat menyebabkan masalah dengan Achilles.
e)      Operasi
  Tindakan operasi dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang terputus disambungkan kembali
dengan teknik penjahitan. Tindakan pembedahan dianggap paling efektif dalam penatalaksanaan
tendon yang terputus.
  Tindakan non operasi dengan orthotics atau theraphi fisik. Tindakan tersebut biasanya dilakukan
untuk non atlit karena penyembuhanya lama atau pasienya menolak untuk dilakukan tindakan
operasi.

Ada dua jenis operasi, operasi terbuka dan operasi perkutan.


  operasi terbuka sayatan dibuat di bagian belakang kaki dan tendon Achilles dijahit bersama-sama.
Dalam pecah lengkap atau serius tendon plantaris atau otot vestigial lain dipanen dan melilit
tendon Achilles, meningkatkan kekuatan tendon diperbaiki. Jika kualitas jaringan buruk,
misalnya cedera telah diabaikan, ahli bedah mungkin menggunakan mesh penguatan ( kolagen ,
Artelon atau bahan lainnya degradable).
  perkutan operasi, ahli bedah membuat beberapa sayatan kecil, bukan satu sayatan besar, dan
menjahit tendon kembali bersama-sama melalui sayatan. Pembedahan mungkin tertunda selama
sekitar satu minggu setelah pecah untuk membiarkan pembengkakan turun. Untuk pasien
menetap dan mereka yang memiliki vasculopathy atau risiko untuk penyembuhan miskin,
perkutan bedah perbaikan mungkin pilihan pengobatan yang lebih baik daripada perbaikan bedah
terbuka.
(v.sammarco, MD, et al. 2009)

2.12          Komplikasi
Komplikasi rupture tendon Achilles yaitu infeksi. infeksi adalah adanya suatu organisme
pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai dengan gejala klinis, masuk dan berkembang
biaknya bibit penyakit atau parasit, mikroorganisme kedalam tubuh manusia. Penyakit yang
disebabkan oleh suatu bibit penyakit seperti bakteri, virus, jamur dan lain-lainnya.
(Anonym. 2012)

2.13          Asuhan keperawatan

2.13.1    askep teori


a.       Pengkajian
Pengkajian focus
Pada fase awal cidera, kaki terlihat bengkak dan timbul memar pada area belakang bawah
kak. Pada kondisi yang telah lama dan pembengkakan telah berkurang, kondisi klinik tidak
begitu jelas dan hanya menyisakan suatu bekas trauma pada tendon Achilles walaupun dengan
melakukan pemeriksaan dapat mendeskripsikan kelainan pada tendon Achilles. Pase kedua tinjau
adanya keluhan nyeri tekan. Fase ketiga tinjau ketidakmampuan dan nyeri hebat dalam
melakukan planterfleksi kaki.
Pemeriksaan Penunjang
  Pergerakan otot dan tumit, jika pergerakan tersebut lemah atau tidak ada maka dicurigai cedera
tendon Achilles
  Pemeriksaan dengan sinar-X

b.      Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien rupture tendon Achilles.
1.      Nyeri b.d konfresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal
2.      Resiko tinggi trauma b.d ketidak mampuan mengerakkan tungkai bawah dan ketidaktahuan cara
mobilisasi yang adekuat.
3.      Resiko tinggi infeksi b.d port de entrée luka pasca-bedah.
4.      Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan tendon Achilles.
5.      Ansietas b.d rencana pembedahan, kondisi fisik, perubahan peran keluarga, kondisi status
sosioekonomi.

c.       Rencana keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN
N
DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
O
HASIL
1 Nyeri b.d agen NOC: NIC:
injury(biologi, kimia, Setelah dilakukan tindakan       Lakukan pengkajian nyeri secara
fisik, psikologis), keperawatan selama 1x24 komprehensif termasuk lokasi,
kerusakan jaringan d.d jam pasien tidak mengalami karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
DS: nyeri dengan criteria hasil: dan factor presipitasi
         mengungkapkan    Mampu mengontrol nyeri       Observasi reaksi nonverbal dari
secara verbal    Melaporkan bahwa nyeri ketidaknyamanan
DO: berkurang dengan       Bantu pasien dan keluarga untuk
         posisi untuk menahan menggunakan manajemen mencari dan menemukan dukungan
nyeri, nyeri       Control lingkungan yang dapat
         tingkah laku berhati-    Mampu mengenali mempengaruhi nyeri speerti suhu
hati, nyeri(skala, intensitas, ruangan, pencahayaan dan kebisingan
         gangguan tidur, frekuensi, dan tanda nyeri)       Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
         terfokus pada diri menentukan
sendiri.       Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi:
napas dalam, relaksasi, distraksi,
kompres hangat atau dingin
      Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
      Tingkatkan istirahat
      Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesic pertama kali

2 Resiko trauma NOC: NIC:


internal: Setelah dilakukan tindakan  Sediakan lingkungan yang aman untuk
kelemahan, penglihatan keperawatan selama 2x24 pasien
menurun, penurunan jam klien tidak mengalami  Identifikasi kebutuhan keamanan pasien
sensasi taktil, trauma dengan criteria hasil: sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
penurunan          Pasien bebas dari trauma kognitif pasien dan riwayat penyakit
koordinasi
otot, tangan-mata, fisik teradahulu pasien
kurangnya edukasi  Menghindarkan lingkungan yang
keamanan, berbahaya
keterbelakangan  Memasang side rail tempat tidur
mental, Eksternal:  Menyediakan tempat tidur yang nyaman
lingkungan. dan bersih
 Menempatkan saklar lampu yang mudah
dijangkau pasien
 Membatasi pengunjung
 Control lingkungan dari kebisingan
Berikan penjelasan kepada pasien dan
keluarga tau pengunjung adnaya
perubahan status kesehatan dan penyebab
penyakit
3 Resiko infeksi NOC: NIC:
Factor-faktor resiko: Setelah dilakukan tindakan    Pertahankan teknik aseptic
   prosedur invasif, keperawatan selama 2x24    Batasi pengunjung bila perlu
   kerusakan jaringan dan jam pasien tidak mengalami    Cuci tangan sebelum dan sesudah
peningkatan paparan infeksi dengan criteria melakukan tindakan keperawatan
lingkungan, hasil :    Gunakan baju, sarung tangan sebagai
   malnutrisi,    Klien bebas dari tanda dan alat pelindung

   peningkatan gejala infeksi    Ganti letak IV perifer dan dressing
   paparan lingkungan    Menunjukkan kemampuan sesuai dengan petunjuk umum
pathogen, untuk mencegah timbulnya    Gunakan kateter intermitten untuk

   imunosupresi infeksi menurunkan infeksi kandung kemih


   tidak adekuat    Jumlah leukosit dalam batas    Tingkatkan intake nutrisi
pertahanan normal    Berikan terapi antibiotic:…
sekunder(penurunan    Menunjukkan perilaku
   Monitor tanda gejala infeksi sistemik
Hb, leucopenia, hidup sehat dan local
penekanan respon Status imun,
   Pertahankan teknik isolasi
inflamasi) gastrointestinal,
   Inspeksi kulit dan membrane mukosa
   penyakit kronik Genitourinaria dalam batas
terhadap kemerahan, panas, drainase.
normal
   malnutrisi    Monitoring adanya luka
perubahan primer tidak    Dorong masukan cairan
adekuat( kerusakan    Dorong istirahat
kulit, trauma jaringan,
   Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gangguan peristaltic)
gejala infeksi
   Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam

4 Gangguan mobilitas NOC: NIC:


fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan  Monitoring vital sign sebelum atau
dengan: keperawatan selama 7x24 sesudah latihan dan lihat respon pasien
      gangguan metabolisme jam gangguan mobilitas saat latihan
sel, fisik teratasi dengan criteria  Konsultasikan dengan terapi fisik
      keterlambatan hasil: tentang rencana ambulasi sesuai dengan
perkembangan    Klien meningkat dalam kebutuhan
      pengobatan aktivitas fisik  Bantu klien untuk menggunakan tongkat
      kurang support    Mengerti tujuan dan dan cegah terhadap cedera
lingkungan peningkatan mobilitas  Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
      keterbatasan ketahanan    Memverbalisasikan tentang teknik ambulasi
kardiovaskuler perasaan dalam  Kaji kemampuan pasien dalam
      kehilangan integritas meningkatkan kekuatan dan mobilisasi
struktur tulang kemampuan berpindah  Latih pasien dalam pememnuhan
Memperagakan penggunaan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
alat bantu untuk mobilisasi kemampuan
 Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps.
 Berikan alat bantu jika klien memerlukan
Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
5 Ansietas b.d factor NOC: NIC:
keturunan, situasional, Setelah dilakukan asuhan       Gunakan pendekatan yang menenangkan
stress, perubahan status selama 1x24 jam kecemasan      Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
kesehatan, ancaman klien teratasi dengan criteria perilaku pasien
kematian, perubahan hasil:       Jelaskan semua prosedur dan apa yang
konsep diri,      Klien mampu dirasakan selama prosedur
hospitalisasi d.d mengidentifikasi dan      Temani pasien untuk memberikan
insomnia, kontak mata mengungkapkan gejala keamanan dan mengurangi takut
kurang, kurang cemas       Berikan informasi factual mengenai
istirahat, iritabilitas,      Vital sign dalam batas diagnosis, tindakan prognosis
takut, nyeri perut, normal       Libatkan keluarga untuk mendampingi
penurunan tekanan Postur tubuh, ekspresi klien
darah, denyut nadi, wajah, bahasa tubuh, dan      Instruksikan pada pasien untuk
gangguan tidur, tingkat aktivitas menggunakan teknik relaksasi
peningkatan tekanan menunjukkan berkurangnya      Dengarkan dengan penuh perhatian
darah, nadi, RR. kecemasan       Identifikasi tingkat kecemasan
      Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
      Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi.
Kelola pemberian obat anti cemas

2.13.2    Askep kasus

SKENARIO
Tn.K berumur30 tahun datang ke UGD Rumah sakit dengan keluhan nyeri hebat pada
daerah belakang pergelangan kaki kirinya.Sekitar 3jam yang lalu pasien bermain bola, saat
berebutan bola, tiba-tiba kaki kirinya berbunyi krek ,pasien langsung terjatuh dan merasakan
sakit yang sangat sehingga harus dibopong keluar lapangan dan langsung dibawa kerumah
RSUD Raden Mattaher .Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, vital sign TD:
130/90mmHg, RR :28X/I,Nadi 105x/i.Pada pergelangan kaki bagian belakang didapatkan edema
,nyeri bila ditekan terasa panas terbakar dan berrdenyut , sewaktu ditanya nyeri yang dirasakan
termasuk kategori nyeri berat dengan skala 7.Dengan ekspresi wajah menahan nyeri
menyeringai.Pasien hanya terbaring lemah ditempat tidur,tidak daapat melakukan aktifitas
seperti semula, aktifitas seperti semula , aktifitas hanya dapat dilakukan ditempat tidur,tidak
dapat melakukan aktifitas seperti semula , aktifitas hanya dapat dilakukan ditempat tidur seperti
membaca buku,makan dan minum ,jika hendak BAK kekamar mandi pasien dibantu
keluarganya.Pada test simmonds tidak didapatkan di plantar fleksi kaki.pada pemeriksaan
radiologi pasien disarankan menjalani operasi penyambungan kembali tendo yang terputus yaitu
gastrocnemius,soleus, dan otot plantaris.

1.      Pengkajian
a.       Riwayat penyakit sekarang
Adanya nyeri saat ditekan dibagian edema pergelangan kaki bagian belakang
b.      Pemeriksaan fisik
1.      Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan
Tanda : pasien terbaring ditempat tidur tidak dapat melakukan aktifitas.

2.      Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri berat pada pergelangan kaki
Tanda : saat ditekan pergelangan kaki yang bengkak terasa nyeri.

3.      Pernafasan
Gejala : adanya takipneu
Tanda : TTV RR meningkat

2.      Analisis data

DS:

      Pasien mengatakan saat berebutan bola kaki kirinya berbunyi krek,lalu langsung terjatuh
      Pasien mengeluh sakit yang sangat sehingga meraung kesakitan
      Pasien mengeluh tidak mampu berdiri
      Pasien mengatakn nyeri bila ditekan pada bagian kaki belakang yang didapatkan edema dan
terasa panas terbakar
DO:

      RR:28x/i
      Skala nyeri :7
      Ekspresi wajah menahan nyeri
      Radiologi :ruptur total tendo Achilles dextra
      Pasien hanya terbaring lemah di tempat tidur
      Test simmonds tidak didapatkan plantaris
      Pasien hanya bisa baca buku,makan dan minum jika hendak BAK kekamar mandi pasien
dibantu keluarganya
      Adanya edema di bagian pergelangan kaki belakang

N Masalah
Tanda gejala Penyebab/Etiologi
No Keperawatan
1 DS: Kerusakan Nyeri
      Pasien mengeluh sakit yang neuromuskular
sangat sehingga meraung
kesakitan
      Pasien mengatakn nyeri bila
ditekan pada bagian kaki
belakang yang didapatkan edema
dan terasa panas terbakar
      Ekspresi wajah menahan nyeri

DO:

      Skala nyeri :7 dengan nyeri


berat
      Adanya edema
      RR 28x/i

DS:
2 Pasien mengatakan saat
     

berebutan bola kaki kirinya


berbunyi krek,lalu langsung
terjatuh
Kerusakan mobilitas
DO: fisik
Pasien mengeluh tidak mampu
     

berdiri
      Pasien hanya terbaring lemah di Ruptur tendo achiles

tempat tidur
      Radiologi :ruptur total
      tendo Achilles dextra
      Test simmonds tidak didapatkan
plantaris

DS:
DO:
      Edema
Gangguan perfusi
      RR :28x/i
jaringan
      TD:105x/i

Edema jaringan

3.      Diagnose keperawatan

1.      Nyeri b,d kerusakan neuromuskular


2.      Kerusakan mobilitas fisik b,d Ruptur tendo achiles
3.      Gangguan perfusi jaringan b,d Edema jaringan
4.      Rencana keperawatan

N DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL


O
1 Nyeri b,d Tujuan: 1.       Kaji lokasi,1.       Nyeri merupakan respon
intensitas,an tipe nyeri. subjektif yangbdapat
kerusakan       Nyeri berkurang,
Observasi kemajuan dikaji dengan
neuromuskula hilang, teratasi. nyeri ke daerah yang menggunakan skala nyeri.
baru. Kaji nyeri dengan Klien melaporkan nyeri
r Kriteria hasil:
skala0 – 10 biasanya di atas tingkat
      Klien melaporkan cedera.
2.       Bantu klien dalam 2.       Nyeri dipengaruhi oleh
penelusuran nyeri.
identifikasi factor kecemasan dan
      Menunjukan perilaku pencetus. peradangan pada sendi.
3.       Jelaskan dan bantu
yang lebiih rileks.
klien terkait dengan 3.       Pendekatan dengan
      Memperagakan tindakan pereda nyeri menggunakan relaksasi
nonfamakologi dan non dan farmakologilain
keterampilan reduksi
– invasif. menunjukan keefektifan
nyeri. dalam mengurangi nyeri.
4.       Ajarkan relaksasi: 4.       Akan melancarkan
      Skala nyeri 0 – 1 atau
teknik terkait peredaran darah sehingga
teratasi. ketegangan otot rangka kebutuhan oksigen pada
yang dapat mengurangi jaringan terpenuhi dan
intensitas nyeri. mengurangi nyeri.
5.       Tingkatkan
pengetahuaan tentang 5.       pegetahuan tersebut
penyebab nyeri dan membatu mengurangi
hubungan dengan nyeri dan dapat
berapa lama nyeri akan menbatumeningkatkan
berlangsung. kepatuhan klien terhadap
rencana terapeutik
6.       Hindarkan klien
6.       pemakaian alkohol,
meminum alcohol, kafein, dan obat-obatan
kafein, dan obat diuretik akan menambah
diuretik. peningkatan kadar asam
urat dalam serum.
7.       Alopurinol menghambat
7.       Kolaborasi dengan tim biosentesis asam urat
medis untuk pemberian sehingga menurunkan
alopurinol kadar asam urat serum.
2 Kerusakan Tujuan: 1.       Kaji mobilitas yang ada 1.       Mengetahui tingkat
dan observasi adanya kemampuan klien dalam
mobilitas fisik       klien mampu
peningkatan kerusakan. melakukan aktifitas.
b,d Ruptur melaksanakan aktifitas 2.       Ajarkan klien
melakukan latihan gerak 2.       Gerakan aktif memberi
tendo achiles fisik sesuai dengan
aktif pada ekstermitas masa tonus, dan kekuatan
kemampuannya. yang tidak sakit. otot, serta memperbaiki
3.       Bantu klien melakukan fungsi jantung dan
Kreteria hasil:
latihan ROM dan pernafasan.
      klien ikut dalam perawatan diri sesuai 3.       Untukmempertahankan
toleransi. fleksibilitas sendi sesuai
program latihan
4.       Pantau kemajuan dan kemampauan.
      tidak mengalami perkembangan
kemamapuan klien
4.       Untuk mendeteksi
kontraktur sendi
dalam melakukan perkembangan klien.
      kekuatan otot aktifitas
5.       Kolaborasi dengan ahli
bertambah
fisioterapi untuk latihan
      klien menunjukkan fisik klien. 5.       Kemampuanmobilisasi
ekstermitas dapat
tindakan untuk
ditingkatkan dengan
meningkatkan mobilitas latihan fisik dari tim
fisioterapi.

3 Gangguan Tujuan: 1.       Awasi ttv,palpasi nadi1.       Indikator umum status


perfusi Perfusi jaringan adekuat perifer ,perhatikan sirkulasi dan keadekuatan
jaringan b,d kekuatan dan kesamaan. perfusi.
Edema Kriteria Hasil: 2.       Lakukan pengkajian
jaringan       Nadi teraba neurovaskuler 2.       Edema jaringan
      Kulit Hangat periodic,contoh pascaoperasi,pembentukan
      Penyembuhan luka sensasi ,gerakan hematoma atau balutan
,nadi ,warna kulit dan terlalu ketat dapat
tepat waktu
suhu mengganggu sirkulasi.
3.       Tekanan langsung pada
3.       Berikan tekanan pendarahan dapat
langsung pada sisi diteruskan dengan
pendarahan,bila terjadi penggunaan balutan serat
perdarahan. pengaman dengan balitan
elastic bila pendarahan
terkontrol
4.       Mempertahankan volume
4.       Kolaborasi berikan sirkulasi untuk
cairan IV produk darah memaksimalkan perfusi
sesuai indikasi jaringan
5.       Dapat meningkatan aliran
5.       Berikan antikoagulan balik vena menurunkan
dosis rendah sesuai pegumpalan vena dari
indikasi. resiko trombofeblitis
KLARIFIKASI ISTILAH

1.      Soleus
      Otot betis yang kecil terletah dibawah gastrocnemius (hinchliff, sue. 1999)
2.      Gastrocnemius
      Otot betis yang besar dengan dua buah kaput. (hinchliff, sue. 1999)
3.      Otot plantaris
      Otot telapak kaki yang kecil yang mungkin tidak ada.( ml.scribd.com/doc/44756081/LTM-
Anatomi-Otot-Ekstremitas-Bawah)12 Jun 2010
4.      Planter fleksi
      gerakan meluruskan telapak kaki pada pergelangan kaki.
5.      Test simonds
      Tes yang digunakan dalam pemeriksaan ekstremitas bawah untuk menguci pecahnya tendon
Achilles. (en.wikipedia.org)
6.      Edema
      pembengkakan yang dapat diamati dari akumulasi cairan yang berlebihan dalam jaringan-
jaringan dalam tubuh dan penimbunan cairan secara berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di
dalam rongga tubuh. (www.totalkesehatan nanda.com)
      koleksi cairan yang biasanya dirongga paru-paru atau ekstremitas bawah (sekitar pergelangan
kaki) karena volume air yang berlebihan. (www.kamus kesehatan.com/arti edema)
7.      Tendo Achilles
      Tendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia yang panjangnya 15 cm dimulai dari
pertengahan tungkai bawah (deltoidea.wordpress.com.2011)
8.      Radiologi
      Ilmu kedokteran untuk melihat rama tubuh manusia menggunakan pancaran atau radiasi
gelombang, baikm gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik
(id.wikipedia.org/wiki/radiologi)
9.      Rupture
      robekan atau koyaknya jaringan secara paksa, (Dorland, 1994)

IDENTIFIKASI MASALAH

1.      Mengapa pada kasus terdapat edema, nyeri bila ditekan dan terasa panas?
  Edema karena adanya penumpukan cairan dan perpindahan cairan dari eksternal ke interstisial
  Nyeri karena saraf sensorik teriritasi oleh implamasi penyakit.
  Panas karena proses implamasi dan peradanga pada penyakit. (anonym)
2.      Mengapa pada test simmonds tidak ditemukan planter fleksi?
  Karena telah pecah (rupture) tendon Achilles, sehingga pada test simmonds tidak ditemukan
plantar pleksi. (en.wikipedia.org)
3.      Mengapa pada saat jatuh klien tidak mampu berdiri kembali, sehingga dibopong keluar?
  Karena melemahnya selubung tendon sehingga kaki tidak mampu lagi menopang tubuh.
(www.zappons.com)
4.      Mengapa T,k mengeluh nyeri hebat pada pergelengan kakinya?
  Karena telah terjadi kerusakan jaringan pada daerah pergelangan kaki, sehingga mengakibatkan
adanya kerusakan neurogenik yang menyebabkan terjadinya komprensi saraf. (muttaqin, A.
2011)
5.      Apakah ada pemeriksaan lain selain pemeriksaan radiologi?
  Ada, yaitu pemeriksaan fisik, USG, Magnetic resonance imaging (MRI) , Musculoskeletal
ultrasonografi, Foto Röntgen
6.      Mengapa pada kasus disarankan menjalankan operasi penyambungan kembali tendon yang
putus?
  Karena tendon Achilles tersebut berfungsi penting untuk menghubungkan atot betis dengan tulang
tumit. sehingga ketika otot betis berkontraksi, otot betis menarik tendon Achilles. Kontraksi otot
betis ini menarik tulang tumi, sehingga terjadi pergerakan plantar fleksi, kontraksi otot betis yang
dibantu tendon Achilles ini berguna untuk beraktivitas sehari-hari. Sehiungga perlu dilakukan
operasi penyambungan kembali tendon yang telah putus. (kesehatan.kompas.com)

7.      Mengapa TD dan RR meningkat?


  Karena respon dari nyeri yang dirasakan oleh Tn.K
8.      Apakah ada penatalaksanaan lain selain operasi untuk penyambungan tendon yang terputus?
  Nonoperative
        orthosis pergelangan kaki
  Operative
        perbaikan langsung
        rekonstruksi dengan interposisi EDL atau plantaris.
  Terapi Fisik (rehabilitasi)
9.      Mengapa pasien tidak dapat melakukan aktifitas seperti semula?
  Karena telah pecahnya tendon Achilles dan melemahnya selubung tendon sehingga kaki tidak
mampu lagi menopang tubuh dan tidak bisa melakukan aktivitas seperti semula.
(www.zappons.com)
10.  Mengapa pada kasus ini nyerinya mencapai skala 7?
  Karena terjadi kerusakan saraf atau komprensi saraf yang sangat hebat yang terjadi pada Tn.k,
sehingga skala nyeri yang dirasakan oleh Tn.k mencapai skala 7. (muttaqin, A. 2011)

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Rupture tendon Achilles adalah roben atau putusnya hubungan tendon (jaringan
penyambung) yang disebabkan oleh cidera dari perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau
mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif maksimal. Yang disebabkan oleh Penyakit tertentu,
obat-obatan, cedera dalam olah raga, trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis, obesitas.
Dilakukan pengobatan terapi fisik, dan operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2012. www.askep muskuloskelatal.com


Anonym. 2011. http://www.scribd.com/doc/53134449/6/A-KONSEP-DASAR-PENYAKIT-1-Anatomi-
Fisiologi-Sistem- Muskuloskeletal
Anonym. 2011. deltoidea.wordpress.com.
Anderson, 1999, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher Boston, Edisi
Bahasa Indonesia, Jakarta, EGC

Anderson Silvia Prince. (1996). Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC, Jakarta.
Dorland, 1994. kamus kedokteran. Jakarta. EGC
hinchliff, sue. 1999. kamus keperawatan. Edisi 17. Jakarta EGC.
Muttaqin, A. 2011. Buku saku gangguan musculoskeletal. EGC. jakarta

Ningsih, lukman nurna. 2011. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
musculoskeletal. Salemba medika. Jakarta.
Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi konsep klinis Proses Penyakit. Jakarta: EGC

Rosyidi, kholid. 2013. Musculoskeletal. TIM. jakarta

Syaifuddin, Drs.H (2002). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC, Jakarta.

V. sammarco. 2009. Perbaikan bedah tibialis anterior rupture tendon akut dan kronis. EGC. jakarta
Diposkan 20th June 2013 oleh yulia astuti

Anda mungkin juga menyukai