Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN BASAL SEL

KARSINOMA

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu:

Dr Linda PF, S.Kep., Ns., M.Kes

OLEH :

SYIFA SALSABILA

NIM : 19.017

AKADEMI KEPERAWATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Asuhan Keperawatan BASAL SEL KARSINOMA”.
Dengan adanya asuhan keperawatan ini diharapkan dapat membantu proses pembelajaran serta
dapat menambah pengetahuan pembaca. Saya selaku penyusun makalah ini juga tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
dorongan dan doa sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Tidak lupa, kami mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini, dikarenakan
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
 

Mojokerto, 12 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………………4


1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………...
1.3 TUJUAN………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN……………………………………………………………………
2.2 ANATOMI KELOPAK MATA ………………………………………………….
2.3 ETIOLOGI…………………………………………….………………………….
2.4 FAKTOR RESIKO………………………………………………………………..
2.5 PATOFISIOLOGI…………………………………………………………………
2.6 PATHWAY......……………………………………………………………………
2.7 MANIFESTASI KLINIS………………………………………………………….
2.8 DIAGNOSIS................................... ………………………………………………

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN……………………………………………………………………….
B. ANALISA DATA …………………………………………………..
C. DIAGNOSA……..…………………………………………………………………
D. INTERVENSI…………………………………………………………………..
E. IMPLEMENTASI……………………………………………………
F. EVALUASI KEPERAWATAN…………………………………………………….

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………….

3.2 SARAN……………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Karsinoma sel basal (KSB) adalah kanker yang paling umum terjadi di dunia.
Delapan puluh persen KSB terjadi di daerah kepala dan leher, dimana 20% terjadi pada
kelopak mata. KSB merupakan 90% tumor kelopak ganas, dengan sedikit pria lebih besar.
KSB dengan invasi orbital jarang terjadi, dengan kejadian yang dilaporkan hanya

1,6% -2,5%. Usia kemunculan tumor biasanya 60-80 tahun. Meski metastasis jarang terjadi,
KSB kelopak mata memiliki risiko kambuh yang tinggi. KSB rekuren sering dikaitkan dengan
tumor primer dari subtipe agresif, dan biasanya memiliki prognosis keseluruhan yang lebih
buruk daripada tumor primer. KSB biasanya tidak berakibat fatal, namun bila tidak
didiagnosis untuk waktu yang lama, fungsi dan kemunculan kelopak mata akan hancur. Oleh
karena itu, diagnosis dini dan operasi menjanjikan hasil pengobatan yang lebih baik termasuk
fungsi dan hasil estetika.

Keganasan kulit meningkat di seluruh dunia. Kejadian relatif keganasan kulit


periokular bervariasi wilayah geografis dan kelompok ras. Karsinoma sel basal (KSB) adalah
secara universal tumor kulit ganas yang paling umum sekitar 90% di deret paling banyak; sel
skuamosa dan kelenjar sebaceous karsinoma terjadi pada kira-kira 4% sampai 6% masing-
masing. Sel basal dan karsinoma sel skuamosa terjadi paling sering di tutup bawah dan cantus
medial, karsinoma kelenjar sebaceous paling sering terjadi pada tutup atas, keganasan kelopak
mata lainnya relatif jarang terjadi. Apa saja kelainan kulit periokular, jika mengobati dengan
benar, bisa menyerang orbit dan meningkatkan kemungkinan exenterasi. Kejadian orbital
invasi sekitar 2% sampai 4% dan faktor risikonya meliputi banyak rekurensi, ukuran besar,
subtipe histologis yang agresif, perineural menyebar, lokasi kantus terutama kantus medial
dan umur lebih dari 70. Invasi perineural terjadi pada <1% KSBs.

Diagnosis dini dan eksisi kanker lengkap pada lesi primer penting untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan hal ini, terutama untukmemperbaiki tingkat
kesembuhan. Memang, karsinoma basal rekuren memiliki perilaku biologis yang lebih agresif
seiring dengan prognosis yang lebih buruk daripada kanker primer. Delapan puluh empat
persen KSB periokuler yang menyerang orbit adalah kekambuhan dan KSB rekuren memiliki
kesempatan hingga 50% kekambuhan baru

Karsinoma sel basal biasanya mempengaruhi pasien usia lanjut. Faktor risiko yang
penting adalah ketidakmampuan kulit terhadap paparan kronis sinar matahari. Sembilan puluh
persen kasus terjadi di kepala dan leher dan sekitar 10% dari kasus tersebut

melibatkan kelopak mata. Sejauh ini, KSB merupakan tumor ganas kelopak mata yang paling
umum, terhitung 90% dari semua kasus. Mayoritas timbul dari kelopak mata bawah, diikuti
frekuensi relatif oleh canthus medial, kelopak mata atas dan canthus lateral. Tumor ini tumbuh
lambat dan bersifat lokal invasif tetapi tidak bermetastasis. Tumor yang terletak di dekat canthus
medial lebih rentan untuk menyerang orbit dan sinus, lebih sulit pada penatalaksanaannya, dan
membawa risiko kekambuhan terbesar daripada tumor yang terletak di tempat lain. Tumor yang
berulang, diikuti dengan pengobatan yang tidak lengkap cenderung lebih agresif dan sulit
diobati.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi basal sel karsinoma?


2. Bagaimana Anatomi kulit disekitar mata?
3. Bagaimana Etiologi basal sel karsinoma?
4. Apa saja faktor risiko basal sel karsinoma?
5. Bagaimana Patofisiologi baasal sel karsinoma?
6. Bagaimana manifestasi klinis basal sel karsinoma
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Basal sel karsinoma?

1.3 TUJUAN

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II dan


2. untuk membantu pembaca memahami basal sel karsinoma
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN BASAL SEL KARSINOMA


 Basalioma adalah suatu tumor ganas kulit (kanker) yang berasal dari pertumbuhan
neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit ( Marwali,2000).
 Basalioma adalah merupakan tumor ganas yang berasal dari sel lapisan basal epidermis
bersifat invasive, destruktif lokal, dan sangat jarang bermetastasis (Nila,2000).
 Basalioma adalah merupakan kanker kulit yang timbul dari lapisan sel basal epidermis
atau folikel rambut ; yang paling umum dan jarang bermetastasis ; kekambuhan umum
terjadi (Brunner and Suddarth, 2000).
 Basalioma merupakan jenis kanker kulit dan tumor ganas pada manusia yang paling
sering terjadi dan lebih banyak mengenai orang kulit putih dan jarang terjadi pada orang
kulit hitam.( Shirley, 2005).
 Basalioma adalah keganasan sel basal epidermis.( Beth Goldstein, 2001).
 KSB adalah tumor kulit epidermal ganas yang tumbuh dengan cepat dan menyerang
secara lokal yang terutama menyerang orang barat. Tumor menginfiltrasi jaringan dalam
tiga dimensi melalui pertumbuhan tidak teratur dari pertumbuhan mirip jari subklinis
yang tetap bersebelahan dengan massa tumor utama. Metastasis sangat jarang dan hasil
morbiditas dari invasi dan kerusakan jaringan lokal terutama pada wajah, kepala dan
leher. Penampilan klinis dan morfologi beragam, dan termasuk varian nodular, cystic,
dangkal, morphoeic (sklerosis), keratosis dan pigmen. Subtipe histologis yang umum
termasuk nodular (nKSB), bentuk dangkal (sKSB) dan berpigmen selain varian morfin,
mikronodular, infiltratif dan basosquamous yang terutama terkait dengan invasi dan
kerusakan jaringan yang agresif. Invasi perivaskular atau perineural adalah gejala yang
berhubungan dengan tumor yang paling agresif.

2.2 ANATOMI
Kelopak mata sangat penting untuk menjaga integritas permukaan okular. Mereka
fungsi termasuk penghalang mekanis untuk berbagai pengancaman, mekanisme untuk
menghilangkan kotoran dari kornea (mis. blink reflex), dan vital kontribusi terhadap produksi
dan drainase film air mata. Mereka juga berkontribusi untuk ekspresi wajah, dan bahkan
penyimpangan kecil atau asimetri yang mungkin mempengaruhi kosmesis Paling
sederhana, tutupnya terdiri dari struktur kulit berlapis, orbicularis oculi, piring tarsal /
septum, dan konjungtiva (lihat Gambar 1).Bagian orbital lebih kompleks, dengan lemak
preaponeurotic dan retraktor berbaring jauh di septum. Fissure interpalpebral biasanya lebar
30mm dan tinggi 10mm (sedikit lebih tinggi di ♀). Posisi istirahat tutup atas adalah 2mm di
bawah limbus superior (lebih tinggi pada anak-anak); Untuk penutup bawah, posisi istirahat
sejajar dengan, atau tepat di atas, limbus inferior.

2.2.1 Kulit dan bulu mata

 Kulit kelopak mata sangat tipis dan memiliki jaringan ikat yang longgar
dan tidak ada lemak subkutan
 Mengandung kelenjar keringat ekcrine dan kelenjar sebaceous.
 Bulu mata disusun dalam 2-3 baris di sepanjang batas tutup, dengan sekitar
150 di atas dan 75 di tutup bawah. Mereka diganti setiap 4-6mo tapi bisa tumbuh
kembali lebih cepat jika dipotong. Folikel bulu mata memiliki apokrin kelenjar
keringat (dari Moll) dan kelenjar sebaceous yang dimodifikasi (dari Zeis).

2.2.2 Otot kelopak mata


 Lembar striated otot ini terbagi menjadi orbital dan bagian palpebral; Yang
selanjutnya dibagi menjadi bagian preseptal dan pretarsal. Innervasinya tercabang dari
cabang temporal dan zygomatic yaitu cabang dari N.VIII untuk zygomatic orbicularis
di atas kelopak mata atas, dan oleh cabang zygomatic sendiri untuk kelopak mata yang
lebih rendah.

 Bagian orbital membentuk cincin otot yang timbul dari tendon kanalis medial dan
bagian tepi orbital.
 Bagian preseptal dari setiap kelopak matanya berjalan dari tendon kanalis medial,
melengkung di atas permukaan anterior dari septum orbital, dan memasukkan ke
dalam raphe horizontal lateral. Demikian pula, setiap bagian pretarsal timbul dari
tendon kanalis medial, lengkungan di atas lempeng tarsal, dan dimasukkan ke tendon
kanalis lateral dan raphe horisontal.
 Otot Horner dibentuk oleh serat pretarsal dalam yang berjalan secara medial untuk
dimasukkan ke puncak lakrimal.
 Fungsi orbicularis oculi meliputi penutupan tutup dan mekanisme pompa lakrimal.

2.2.3 Septum orbit dan tarsal plate


Septum adalah selembar jaringan yang timbul dari tepi orbital di mana ia mengikat di antara
fascia orbital dan periosteum. Menuju batas palpebral, ia menebal, membentuk lempeng tarsal
yang menjaga bentuk tutupnya. Panjangnya 25mm, tebal 1mm, dan tebal tinggi variabel: sekitar
10mm tinggi untuk tutup atas, 5mm untuk tutup bawah. Mereka juga mengandung MGs (sekitar
35 di tutup atas, 25 di tutup bawah) yang keluarkan komponen lipid dari air mata.

2.2.4 Canthal tendon


 Di setiap ujungnya, lempeng tarsal distabilisasi oleh tendon kanvas horizontal

 Tendon kantus medial berkembang dengan baik dengan ekstremitas anterior yang berasal dari
puncak lacrimal anterior, dan ekstremitas posterior dari puncak lacrimal
posterior.
 Tendon kantus lateral terletak dari posterior sehingga horisontal raphe dan dimasukkan ke
dalam tulang zygomatic (tuberkulum Whitnall) dan menyatu posterior dengan ligamentum cek
lateral (dari selubung lateral rektus).

2.2.5 Bantalan lemak


Bantalan lemak preaponeurotik adalah perpanjangan dari lemak orbital yang terbaring dari
posterior ke septum orbital

2.2.6 Retraktor penutup kelopak mata

 Retractor penutup kelopak mata atas terdiri dari levator palpebrae superioris (LPS) dan
otot Müller. LPS berasal dari apex orbital dan berjalan maju melewati rektus superior
(SR) ke tepi orbital. Pada titik ini, itu distabilkan oleh ligamentum melintang superior
Whitnall (jembatan fascial yang berjalan di antara trochlea dan fascia kelenjar lakrimal),
memungkinkan LPS distal berjalan curam ke bawah dan menyisipkan sebagai
aponeurosis menjadi septum, tarsus, dan orbicularis.Innervasi terjadi dari N.III; Otot
Müller adalah otot retractor aksesori disuplai oleh
sistem simpatik.

 Overeaksi ditunjukkan pada overdrive simpatetik dan TED manakala reaksinya


terlihat pada sindrom Horner.

 Jika retraktor penutup kelopak mata lebih rendah, namun juga terbagi sama menjadi
kelompok sukarela dan simpatetik.


2.2.7 Saraf

 Sensasi ke penutup kelopak mata bagian bawah terutama oleh saraf


infraorbital,
dengan cabang infratrochlear dari nasociliary nerve yang menginervasi
daerah kantus
medial.
 Sensasi ke penutup kelopak mata atas adalah dengan lakrimal, supraorbital,
dan
supratrochlear saraf. Orbicularis oculi diinervasi oleh N. VII, LPS oleh N.III,
dan otot
Müller oleh sistem simpatik.
2.2.8 Arteri
 Pasokan arteri oleh tiga arcade yang membentuk anastomosis antara arteri palpebral
medial (dari arteri ophthalmic artery) dan arteri palpebral lateral (dari arteri lakrimal).
Di tutup atas, ada arcade marjinal 2mm di atas margin dan arcade perifer di bagian
atas pelat tarsal. Di tutup bawah, arcade terletak 4mm di bawah margin.

2.2.9 Pembuluh darah


Drainase vena ke vena temporal superfisial lateral dan ke ophthalmic dan vena
angular medial. Limfatik Drainase limfatik ke kelenjar parotid lateral, submandibular
kelenjar inferior, dan anterior rantai servikal inferomedially

2.3 ETIOLOGI BASAL SEL KARSINOMA

Peran dominan dari radiasi UV matahari dalam etiologi KSB didukung oleh
pengamatan yang konsisten bahwa tanda-tanda klinis dari kerusakan matahari kronis pada
kulit adalah prediktor terkuat dari KSB, meskipun secara keseluruhan kurangnya hubungan
antara KSB dan paparan matahari kronis yang dilaporkan sendiri.Bukti saat ini semakin
menunjuk ke sel induk folikel rambut atau sel induk antar-folikel sebagai kemungkinan sel
asal KSB. Karena sel-sel epitel dari mana KSB muncul diyakini menjadi sel induk,
ambang total radiasi matahari untuk transformasi maligna mungkin rendah.
Sebagai perbandingan, dosis yang lebih tinggi tampaknya diperlukan untuk
mengubah keratinosit epitel yang lebih terdiferensiasi dari epidermis dari mana SCC
timbul. Teori paparan UV intermiten mengusulkan bahwa pola paparan sinar matahari
daripada jumlah total paparan menentukan risiko KSB. Secara khusus, disarankan bahwa
dosis tertentu dari sinar UV matahari yang diberikan secara tidak teratur, peningkatan yang
intens akan meningkatkan risiko KSB lebih dari dosis total yang sama yang dikirimkan
terus menerus selama periode yang sama. Teori pola intermiten tidak menjelaskan semua
Bukti epidemiologi KSBs ketergantungan dosis UV.
Ketergantungan dosis UV juga dapat bervariasi di antara subtipe KSB yang paling
umum seperti yang disarankan oleh perbedaan klinis dan histologis mereka. Pasien dengan
KSB superfisial cenderung lebih muda daripada mereka dengan subtipe KSB lainnya,
menunjukkan bahwa KSB superfisial memiliki ambang batas yang lebih rendah untuk
karsinogenesis UV daripada subtipe nodular. Juga, peningkatan insidensi dengan usia
adalah lambat tetapi stabil untuk KSB superfisial yang berbeda dengan peningkatan
progresif dan progresif terkait usia pada KSB nodular. Dalam hal distribusi berbagai subjenis
KSB di situs tubuh, bukti tidak konsisten. Studi dari Belanda, France dan Melbourne
menunjukkan bahwa KSB superfisial memiliki kecenderungan yang jelas untuk terjadi
pada batang tubuh (49% pada batang dibandingkan 23% pada kepala dan leher pada
penelitian di Victoria) dan bahwa KSB nodular terutama terjadi di kepala dan leher.
Sebagian besar penelitian tentang distribusi situs sub-tipe KSB didasarkan pada
tinjauan retrospektif terhadap catatan rumah sakit, yang dapat bias oleh ketergantungan
pola rujukan pada sub-tipe histologis dan lokasi kejadian. Juga, bias dapat disebabkan oleh
manajemen diferensial dan peluang selanjutnya untuk identifikasi histologis antara jenis
lesi. Dengan demikian bukti lebih lanjut dari pemantauan ketat dan penyelidikan molekuler
diperlukan untuk menjelaskan biologi unik dari subtipe KSB yang berbeda.
Seperti di atas, faktor-faktor lain yang terkait dengan peningkatan kejadian KSB
adalah:

- paparan terapi radiasi ion


- paparan arsenic, ini akan memainkan bagian yang relatif kecil dalam keseluruhan
beban KSB di Australia
- scars (terutama bekas luka vaksinasi)
- imunosupresi, terutama setelah transplantasi organ dan penggunaan glukokortikoid.

Faktor-faktor yang terkait dengan penurunan kejadian KSB adalah:


- penggunaan tabir surya (khususnya kejadian KSB berulang)
- faktor makanan.

2.4 FAKTOR RESIKO


Faktor lingkungan yang diketahui dapat memicu terjadinya KSB adalah hidrokarbon, arsenik,
coal, tar, obat topikal methoxipsoralen, dan sinar UV. Rangsangan onkogen, kondisi
imunosupresif, luka kronis, dan trauma akut juga terbukti sebagai factor pencetus timbulnya
tumor kulit, memicu pertumbuhan keratinosit menjadi lesi seperti KSB. Efek radiasi sinar
ultraviolet terhadap kulit dapat bersifat akut dan kronik. Secara klinis, efek akut dari radiasi
UV adalah sunburn inflammation, eritema, nyeri, panas, tanning sintesis melanin,
imunosupresif lokal dan efek sistemik. Kerusakan DNA yang terjadi akibat pembentukan
6,4-photoproducts seperti cyclobutane pyrimidine dimmers, diperbaiki dengan nucleotide
excision repair (NER). Jika DNA repair gagal dan sel yang bersangkutan tetap hidup, akan
terjadi kerusakan DNA menetap, berarti telah terjadi
mutasi gen yang bersangkutan. Radiasi UV-B meningkatkan apoptosis keratinosit untuk
membunuh sel yang kerusakan DNA-nya gagal diperbaiki terutama pada daerah yang aktif
mengalami proliferasi pada lapisan basal epidermis, sehingga kejadian mutasi oleh radiasi
UV-B tidaklah mudah terjadi. Jika mutasi ini mengenai gen yang menyandi sintesis faktor
pertumbuhan (protoonkogen) atau yang menyandi sintesis faktor penghambat pertumbuhan
(tumor supressor gene), maka karsinogenesis sudah berlangsung. Sinar UV yang secara
kronik mengenai stem cell kulit menyebabkan photoaging, imunosupresi, dan
fotokarsinogen. Fotokarsinogen melibatkan pembentukan foto produk yang merusak DNA.
Jika DNA repair gagal, maka akan terjadi mutasi protoonkogen menjadi onkogen atau
inaktivasi tumor supressor gene. Akumulasi mutasi akibat fotokarsinogen termasuk genetic
deletion menyebabkan tidak aktifnya tumor supressor gene yang menyandi pembentukan
protein penghambat proliferasi sel. Akumulasi mutasi gen inilah yang berperan dalam
memicu terjadinya KSB.

2.5 PATOFISIOLOGI

Basalioma merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan. Basalioma berasal dari sel
epidermis sepanjang lamina basalis. Kanker sel basal terjadi pada daerah terbuka yang
biasanya terpapar sinar matahari, seperti wajah, kepala, dan leher. Untungnya tumor ini
jarang sekali bermetastasis. Pasien dengan kanker sel basal tunggal lebih mudah mendapat
kanker kulit. Spektrum sinar matahari yang bersifat karsinogen adalah sinar yang panjang
gelombangnya, bekisar antara 280 samapi 320 mm. Spektrum inilah yang membakar dan
membuat kulit menjadi cacat. Selain itu, pasien yang memiliki riwayat kanker sel basal harus
menggunakan tabir surya atau pakaian pelindung untuk menghindari sinar karsinogen yang
terdapat di dalam sinar matahari. Penyebab lain basalioma adalah riwayat pengobatan,
radiologi, sebelumnya untuk menyembuhkan penyakit kulit lain. Sinar ultraviolet panjang
(UVA) yang dipancarkan oleh alat untuk membuat kulit kecoklatan seperti terbakar sinar
matahari juga merusak epidermis dan di anggap sebagai karsinogen. Tumor ini ditandai oleh
nodul eritromatosa, halus dan seperti mutiara, bagian tengah mengalami ulserasi dan
perdarahan, meninggi dan memiliki pembuluh telangiektatik pada permukannya.

2.6 PATHWAY
Penyebab (externa, interna)

Zat karsinogenik

Pertumbuhan neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit

Basalioma

Tindakan medis : operasi Basalioma

Kurang informasi

Bertanya tentang penyakitnya

Penurunan status kesehatan

Kebutuhan akan belajar
Kurang pengetahuan↓

Terputusnya jaringan

Rangsangan terhadap reseptor nyeri di korteks serebri

Nyeri dipersepsikan

Nyeri akut
Eksisi bedah/luka

Media masuknya mikroorganisme

Infeksi

Resiko infeksi
Tindakan medis invasive

Struktur kulit terputus

Perubahan terhadap fungsi kulit

Kerusakan integritas kulit

(wilson N price, 2005)

2.7 MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis utama dari keganasan epidermal adalah ulserasi, kurangnya kelembutan,
indurasi, batas tidak teratur dan destruksi arsitektur batas kelopak.

1.Nodular

Nodular KSB memiliki permukaan yang licin, tegas, nodul seperti mutiara dengan
dilatasi pembuluh darah kecil. Awalnya, pertumbuhan lambat dan sekitar 1-2 tahun tumor
dapat mencapai diameter 0,5 cm

2. Noduloulcerative
Noduloulcerative (ulkus rodent) memiliki ulserasi sentral, tepi seperti mutiara
(gbr.2) dan pembuluh darah melebar dan tidak teratur (telangiectasis) pada tepi lateral atas
(gbr.2), Pada waktu tertentu dapat mengikis sebagian besar kelopak mata.

3. Sclerosing
Sclerosing KSB (morphoeic) kurang umum dan mungkin sulit untuk didiagnosa
karena tumor tersebut menginfiltrasi lateral bawah epidermis berupa plak indurasi
Tepi dari tumor tidak dapat mendeskripsikan klinis dan lesi tersebut cenderung jauh lebih
luas dibandingkan pada pemeriksaan palpasi. Pada pemeriksaan sepintas, KSB sclerosing
dapat mensimulasi area lokal 'blepharitis kronis' unilateral.

4. Tipe lain
Tipe lain dari KSB biasanya tidak ditemukan pada kelopak yang kistik, adenoid,
berpigmen dan permukaan multipel.
Pasien dengan KSB sering menunjukkan tanda-tanda kerusakan actinic dari kulit wajah

Karsinoma sel basal. (c) nodular tumour; (d) rodent ulcer; (e) arge rodent ulcer; (f) sclerosing
tumour

2.8 DIAGNOSIS

Ditegakkan berdasarkan anamnesis ,pemeriksaan fisik (gejala klinis) dan pemeriksaan


histopatologis. Dari anamnesis terdapat kelainan kulit terutama dimuka yang sudah berlangsung
lama berupa benjolan kecil, tahi lalat, luka yang sukar sembuh,lambat menjadi besar dan mudah
berdarah. Tidak ada rasa gatal / sakit . pada pemeriksaan fisik terlihat papul /ulkus dapat
berwarna seperti warna kulit atau hiperpigmentasi. Pada palpasi teraba indurasi. Tidak terdapat
pembesaran kelenjar getah bening regional. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
hispatologi yaitu dengan dilakukan biopsi

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR KULIT GANAS


A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas pasien
Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama, Pendidikan, Pekerjaan yang rinci, dan
alamat tempat tinggal. Tumor kulit ganas dapat terjadi pada semua usia.
b. Keluhan utama
Luka yang tidak sembuh-sembuh/kutil yang cepat membesar/ karang yang
berdarah dsb, lokasinya dimana?
c. Riwayat penyakit sekarang
- Sejak kapan diketahui keluhan-keluhan tersebut dan hingga kini membesar
berapa kali, mengecil atau menetap.
- Bila kutil/karang mula-mulanya, ditanyakan. Apakah terjadi perubahan warna,
perdarahan spontan, gatal-gatal.
- Apakah ada benjolan ditempat lain?
d. Riwayat penyakit dahulu
- Pernah menderita penyakit serupa? Tumor jinak atau ganas?
- Apakah dioperasi, diradiasi, di beri kemoterapi? Berapa lama? Kapan?
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga menderita penyakit serupa atau penyakit kanker lain? Masih
hidup? Diobati apa?
2. Pemeriksaan Fisik
a. Lokasi: regionya, kanan atau kiri.
b. Inspeksi: warna, tonjolan, ulkus, dasar dan pinggir ulkus, ada infeksi sekunder,
ada rambut.
c. Palpasi: diukur dengan cm, diraba pengerasan diluar ulkus, infiltrasi sudah sampai
dimana, hubungan dengan jaringan sekitarnya bagaimana.
d. Konsistensi: Mudah berdarah atau tidak, keras dsb.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Persiapan tambahan untuk operasi dengan narcosis.

b. Pemeriksaan dengan indikasi, misalnya: foto tulang (tumor mendekat ke tulang).


c. Biopsy insisi/eksisi (tergantung besar kecilnya tumor, bila besar insisi dan bila
kecil biopsy eksisi).

B. Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS: Tumor Ganas Nyeri Akut
Klien mengeluh nyeri (D.0077)
DO: Terjadi ulserasi
- Gelisah
- Mengerang/meringis Terputusnya jaringan kulit
- P: Penyebab
Q: Kulaitas nyeri Rangsangan terhadap reseptor

R: Regio nyeri di korteks serebri

S: Skala 1-10
T: Time (kapan nyeri Nyeri akut

dirasakan)
DS: Terpapar sinar UV, radiasi, Perubahan citra tubuh
- Klien menyatakan malu penggunaan bahan kimia, (D.0083)
dengan kondisinya saat genetik
ini
- Perasaan negatif Terbentuk benjolan dari
mengenai tubuhnya, berbagai jenis sel kulit
putus asa (epidermis) melanosit

DO: Tumor ganas


- Perubahan keterlibatan
social (tidak mau Ada nodul di kulit terutama
bersosialisasi) pada daerah tubuh yang
- Menyembunyikan terpapar

bagian tubuh yang sakit


Perubahan citra tubuh
DS:- Tumor ganas Kerusakan integritas kulit
(D.0129)
DO: Perubahan pigmentasi pada
- Terdapat lesi di kulit nodul yang berasal dari lesi
- Kanker kulit
Gatal

Kerusakan integritas kulit


DS: - Tumor ganas Risiko infeksi
(D.0142)
DO: Timbul nodul, papul, ulserasi
- Kanker kulit
- Perubahan sistem Reaksi inflamasi
integumen (ada ulkus)
- Perubahan kadar Gatal
leukosit
Digaruk

Risisko Infeksi
DS: Tumor ganas Ansietas
- Klien menyatakan (D.0080)
kekhawatiran Nodul bermetastase ke kelenjar
- Tidak percaya diri tubuh lain
- Ketegangan, gugup
Ketakutan akan perkembangan

DO: penyakit

- Gelisah
- Insomnia Ansietas

- Menarik diri
- Kontak mata kurang
- Kritik terhadap diri
sendiri
- Menangis

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya jarinngan akibat tumor kulit ganas.
2. Perubahan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder.
3. Kerusakan integitas jaringan kulit berhubungan dengan lesi pada kulit.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka.
5. Ansietas berhubungan denga kurang pengetahuan tentang penyakit.

D. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya jarinngan akibat tumor kulit
ganas.
Tujuan:
Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang/hilang atau beradaptasi.
Kriteria hasil:
a. Secara subyektif melaporkan berkurang atau dapat diadaptasi.
b. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
c. Pasien tidak gelisah.
Intervensi Rasional
Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST. Menjadi parameter dasar untuk mengetahui
sejauh mana intervensi yang diperlukan dan
sebagai evaluasi keberhasilan dari
nintervensi manajemen nyeri keperawatan.
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi
pereda nyeri nonfarmakologi dan non- dan nonfarmakologi lainnya telah
invasif. menunjukkan keefektifan dalam mengurangi
nyeri.
Lakukan manajemen nyeri keperawatan 1. Posisi fisiologi akan meningkatkan
1. Atur posisi fisiologis. asupan O2 kajaringan yang
2. Istirahatkan pasien. mengalami iskemia.
3. Manajemen lingkungan: lingkungan 2. Istirahat akan menurunkan kebutuhan
tenang dan batasi pengunjung. O2 jaringan perifer dan akan
4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi. meningkatkan suplai darah pada
5. Lakukan manajemen sentuhan. jaringan yang mengalami peradangan.
3. Lingkungan tenang akan menurunkan
stimulus nyeri eksternal dan
pembatasan pengunjung akan
membantu meningkatkan kondisi O2
yang berkurang akibat banyaknya
pengunjung.
4. Meningkatkan asupan O2 sehingga
menurunkan nyeri sekunder dari
iskemia jaringan.
5. Distraksi dapat menurunkan stimulus
internal dengan mekanisme
peningkatan produksi endorphin dan
enfalin yang dapat memblok reseptor
nyeri untuk tidak dikirimkan ke
korteks serebri sehingga menurunkan
persepsi nyeri.
6. Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa sentuhan dukungan psikologis
dapat membantumenurunkan nyeri.
Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab nyeri Pengetahuan yang akan dirasakan membantu
dan menghubungkan berapa lama nyeri akan mengurangi nyeri dan dapat membantu
berlangsung. mengembangkan kepatuhan pasien terhadap
rencana terapeutik.
Kolaborasi pemberian analgesic Analgesic memblok lintasan nyeri sehingga
nyeri akan berkurang.

2. Perubahan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder.


Tujuan:
Dalam waktu 1 x 24 jam citra diri pasien meningkat.
Kriteria Hasil:
a. Mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang sedang terjadi.
b. Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi.
Intervensi Rasional
Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan Menentukan bantuan individual dalam
hubungan dengan derajat ketidakmampuan. menyusun rencana perawatan atau pemilihan
intervensi.
Dukung perilaku atau usaha seperti Pasien dapat beradaptasi dengan perubahan
peningkatan minat atau partisipasi dalam dan pengertian tentang peran individu dimasa
aktivitas. mendatang.
Monitor gangguan tidur peningkatan Dapat mengindikasi terjadinya depresi yang
kondentrasi, letargi. umumnya terjadi dimana keadaan ini
memerlukan intervensi dan evaluasi lebih
lanjut.

3. Kerusakan integitas jaringan kulit berhubungan dengan lesi pada kulit.


Tujuan:
Dalam 5 x 24 jam integritas kulit membaik secara optimal.

Kriteria Hasil:
a. Pertumbuhan jaringan meningkat.
b. Keadaan luka membaik.
c. Pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi.
d. Luka menutup.
Intervensi Rasional
Kaji kerusakan jaringan lunak yang Menjadi data dasar untuk memberikan
terjadi pada klien. informasi intervensi perawatan luka,
alat apa yang akan digunakan dan jenis
balutan apa yang akan digunakan.
Lakukan perawatan luka :
- Lakukan perawatan luka dengan - Perawatan luka denganperawatan
baik dan teknik steril. luka dengan teknik steril dapa
- Kaji keadaan luka dengan teknik mengurangi kontaminasi kuman
membuka balutan dengan langsung ke area luka.
mengurangi stimulus nyeri, bila - Manajemen membuka luka dengan
melekat kuat kasa diguyur dengan mengguyur larutan NaCl ke kasa
NaCl. dapat mengurangi stimulus nyeri.
- Lakuakan pembilasan luka dari arah - Teknik pembuangan jaringan dan
dalam keluar dengan cairan NaCl. kuman di area luka dan diharapkan
- Tutup luka dengan kasa antimikroba keluar dari area luka.
steril dan dikompres dengan NaCl.. - NaCl merupakan larutan fisiologis
- Lakukan nekrotomi yang lebih mudah diabsorpsi oleh
jaringan dibandingkan dengan
larutan antiseptic, serta dicampur
dengan antibiotic agar dapat
mempercepat penyembuhan luka.
- Jaringan nekrotik pada luka
furunkel akan memperlambat
proses epitelisasi jaringan luka.
sehingga memperlambat perbaikan
jaringan
Tingkatkan asupan nutrisi. Diet TKTP diperlukan untuk
meningkatakn asupan dari kebutuhan
pertumbuhan jaringan.
Evaluasi kerusakan jaringan dan Apabila masih belum mencapai dari
perkembangan pertumbuhan jaringan. criteria evaluasi 5x24 jam, maka perlu
dikaji ulang faktor-faktor menghambat
pertumbuhan luka.

4. Risiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka.


Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam resiko infeksi pada klien dapat
diminamalkan dan dihilangkan.
Kriteria Hasil:
a. Klien terbebas dari tanda dan gejala infeksi.
b. Menunjukkan perilaku hidup sehat untuk mengurangi resiko infeksi.
c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
Intervensi Rasional
Bersihkan lingkungan setelah dipakai Bertujuan untuk mengurangi pajanan
pasien lain. dari lingkungan luar yang
menyebabkan infeksi.
Instruksikan pengunjung untuk mencuci Bertujuan untuk mengurangi pajanan
tangan saat berkunjung dan setelah dari lingkungan luar yang
berkunjung meninggalkan pasien. menyebabkan infeksi.
Cuci tangan sebelum dan sesudah Bertujuan untuk mengurangi pajanan
tindakan keperawatan. dari lingkungan luar dan masuknya
bakteri yang menyebabkan infeksi.
Pertahankan lingkungan aseptic selama Mencegah masuknya bakteri yang
pemasangan alat. menyebabkan infeksi.
Tingkatkan intake nutrisi. Intake nutrisi dapat mengurangi gejala
dan tidak memperparah adanya infeksi.
Kolaborasikan pemberian antibiotic. Antibiotic untuk mengurangi gejala
infeksi.

5. Ansietas berhubungan denga kurang pengetahuan tentang penyakit.


Tujuan:
Dalam waktu 1x24 jam kecemasan pasien berkurang.
Kriteria Hasil:
a. Pasien menyatakan kecemasan berkurang.
b. Mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang
mempengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan, wajah rileks.
Intervensi Rasional
Kaji tanda verbal dan non verbal Reaksi verbal/nonverbal dapat
kecemasan, damping pasien dan menunjukkan rasa agitasi, marah dan
lakukan tindakan bila menujukkan gelisah.
perilaku merusak.
Hindari konfrontasi. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa
marah, menurunkan kerja sama, dan
mungkin memperlambat penyembuhan.
Mulai melakukan tindakan untuk Mengurangi rangsangan eksternal yang
mengurangi kecemasan. Beri tidak perlu.
lingkungan yang tenang dan suasana
penuh istirahat.
Tingkatkan control sensasi pasien. Control sensasi pasien (dan dalam
menurunkan ketakutan) dengan cara
memberikan informasi tentang keadaan
pasien, menekankan pada penghargaan
terhadap sumber-sumber koping
(pertahanan diri) yang psitif, membantu
latihan relaksasi dan teknik-teknik
pengalihan, serta memberikan respons
balik yang positif.
Orientasikan pasien terhadap prosedur Orientasi dapat menurunkan
rutin dan aktifitas yang diharapkan. kecemasan.
Beri kesempatan kepada pasien untuk Dapat menghilangkan ketegangan
mengungkapkan ansietasnya. kekhawatiran yang tidak diekspresikan.
Berikan privasi untuk pasien dan orang Member waktu untuk mengekspresikan
terdekat. perasaan, menghilangkan cemas, dan
perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan
teman yang dipilih pasien melayani
aktivitas dan pengalihan (misalnya:
mambaca) akan menurunkan perasaan
terisolasi.
Kolaborasi : Meningkatkan relaksasi dan
Berikan anti cemas sesuai indikasi, menurunkan kecemasan.
contohnya diazepam.

E. Implementasi Keperawatan

Implementasi Keperawatan dilakukan berdasarkan diagnosa Keperawatan dan Intervensi


Keperawatan

F. Evaluasi
Evaluasi Keperawatan dilakukan berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan dan implementasi keperawatan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Karsinoma sel basal merupakan tumor kulit meligna yang berasal dari sel-sel basal epidermis
dan apendiknya, berkembang lambat dan tidak/jarang bermetastase, serta tidak mengakibatkan
kematian. Diagnosa karsinoma sel basal ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan
pemeriksaan histopatologis.
4.
Pengobatan karsinoma sel basal bertujuan untuk kesembuhan dengan hasil kosmetik yang
baik. Prognosis karsinoma sel basal pada umumnya baik apabila dapat ditegakkan diagnosis
dini dan pengobatan segera. Tingkat rekurensi KSB cukup tinggi.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi perawat, sehingga
dalam memberikan perawatan kepada klien Basal Sel Karsinoma dapat dilakukan secara
maksimal dengan intervensi yang tepat dan sesuai dengan hal yang dibutuhkan pasien.

DAFTAR PUSTAKA
SDKI, SLKI, SIKI
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/69291/fulltext.pdf?
sequence=1&isAllowed=y#:~:text=Karsinoma%20sel%20basal%20(KSB)%20adalah,dengan
%20sedikit%20pria%20lebih%20besar.&text=1%2C6%25%20%2D2%2C5%25

https://123dok.com/document/yn498v0z-asuhan-keperawatan-pada-basalioma-nasal.html

https://www.academia.edu/15882107/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_BASALIOMA_
NASAL

Anda mungkin juga menyukai