Oleh:
Dimas Pria Abdi Pratama
I4061192004
Pembimbing:
dr. Liesa Zulhidya, Sp.M
2.1 Anatomi
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan
sekresi kelenjar yang membentuk film air mata di depan kornea. Kelopak merupakan alat
menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan
pengeringan bola mata.4
Bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Gangguan
penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis
et lagoftalmus. Pada kelopak terdapat bagian-bagian:4
- Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar kerigat, kelenjar Zeis
pada pangkal rambut dan kelenjar Meibom pada tarsus.
- Otot seperti : M. Orbicularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan
bawah dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat
otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. Orbikularis berfungsi
menutup bola mata yang dipersarafi N. Fasial. M. Levator palpebra, yang berorigo
pada anulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus
M. Orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi
M. Levator palpebra terlihat sebagai siklus (lipatan) pelebra. Otot ini dipersarafi oleh
N. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
- Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di
dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
- Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
- Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh
lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus terdiri atas jaringan ikat yang merupakan
jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 di kelopak atas dan 20 pada
kelopak bawah).
- Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. Palpebra.
- Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari rumus frontal N.V sedang
kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan
eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melaui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva
merupakan membran mukosa yang mempunyai sel goblet yang menghasilkan musin. 4
Gambar 2. Seorang laki-laki Kaukasian 45 tahun dengan lesi ulserasi pada kantus lateral yang
sudah diderita sejak 12 bulan.7
2.7 Diagnosis
Diagnosis basalioma ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, temuan klinis dan
pemeriksaan histopatologi. Dari riwayat basalioma secara tipikal merupakan lesi yang
berkembang sangat lambat dengan onset 3-24 bulan., walaupun ada beberapa onset yang lebih
lama. Seringkali pasien mengeluhkan adanya gumpalan kecil atau luka garutan yang tidak
sembuh. Tampak juga adanya krusta yang kambuh dan terkadang terdapat perdarahan yang
intermitten. Nyeri, iritasi ringan dan gatal merupakan gejala yang jarang dijumpai. Jika
letaknya di margin kelopak mata, dapat terjadi madarosis. Jika lebih berat dapat terjadi
pandangan ganda dan distorsi daripada bentuk kelopak mata, seperti lubang yang sempit atau
lebar kelopak mata.6
Pada temuan klinis, secara tipikal basalioma terdapat nodul di kulit dengan adanya
destruksi pada struktur kulit normal. Pinggirannya biasanya meninggi dan mengadung
telangiektasis pada pembuluh darah. Bagian tengahnya biasanya tertekan ke dalam atau dapat
juga terjadi ulserasi. Hal ini secara klasik sering dideskripsikan adanya nodular seperti mutiara.
Pada palpasi nodul tidak nyeri dan tidak mobile.6
Pada pemeriksaan histopatologi dilakukan biopsi insisional untuk menegakkan
diagnosis. Namun hal ini, tidak selalu diperlukan jika tampak klinis pasien sudah jelas. CT san
dan MRI terkadang juga diperlukan untuk menginvestigasi lesi yang lebih besar di mana
terdapat dugaan adanya invasi ke daerah yang lebih dalam.6
Gambar 3. Karsinoma sel basal tipe nodular, ditunjukkan dengan adanya sarang sel tumor
dan peripheral palisading.6
Gambar 4. Karsinoma sel basal tipe infiltrate. Tampak infiltrating cord pada karsinoma sel
basal (panah). Pola ini dikenal dengan morpheaform histology. 6
2.8 Penatalaksanaan
Tatalaksana dari basalioma terbagi menjadi menjadi dua yaitu, operasi dan non-operasi.
Pada operasi dilakukan eksisi bedah dengan tujuan untuk memotong atau menghilangkan
penyakit ini secara komplit, mencapai tingkat kesembuhan yang tinggi dan dapat membuat
operasi rekonstruksi untuk fungsi yang baik dan hasil kosmetika yang bagus. 7
Tatalaksana non operasi terdiri dari beberapa yaitu, krioterapi, radioterapi, kemoterapi
dan fotodinamik terapi. Secara histologis, karsinoma sel basal berasal dari stratum basale atau
dari stratum germinativum epidermis. Penatalaksanaa karsinoma sel basal dengan wide eksisi
untuk menghindari metastase ke jaringan sekitarnya. Dilakukan pemeriksaan frozen section
sekitarnya. Dilakukan pemeriksaan frozen section durante operasi, untuk mengetahui apakah
tepi luka yang sudah kita eksisi sudah bebas dari tumor. 7
Teknik-teknik operasi pada karsinoma sel basal, antara lain:9,10
1. Eksisi yang dilakukan oleh ahli bedah oculoplastic dengan analisis patologikal
dengan pemotongan paraffin dan rekonstruksi ditunda selama 3-5 hari.
2. Eksisi yang dilakukan oleh ahli bedah oculoplastic dengan potong beku (frozen
section) dan dilakukan rekonstruksi pada hari yang sama.
3. Eksisi dengan Mohs micrographical surgery dengan potong-beku dan rekonstruksi
dilakukan dalam 2 hari.
4. Eksisi oleh ahli bedah okuloplastic dan rekonstruksi dilakukan pada hari yang sama
dengan penutupan langsung dengan analisis patologi menggunakan potongan
paraffin dan dilakukan eksisi selanjutnya jika 1 minggu kemudian tumor ditemukan
pada tepi eksisi.
5. Cutler beard procedure merupakan tehnik rekonstruksi pada kelopak mata atas
dengan defek yang luas. Syarat menggunakan tehnik ini, kulit kelopak mata bawah
secara full thickness diambil untuk menutup defek palpebral superior melewati
bawah bridge kelopak mata bawah. selama 3 bulan mata akan ditutup flap. 11
6. V glabelllar flap merupakan salah satu tehnik untuk menutup defek yang luasnya
kurang lebih 1 cm pada sisi kantus medial superior. Keuntungan dari tehnik ini dapat
memberi vaskularisai yang baik untuk flap. Penatalaksanaan dari defek kantus
palpebral superior yang luas amatlah sulit mengingat pada daerah tersebut terdapat
tarikan kulit yang kuat sehingga diperlukan tehnik operasi yang baik.11
7. Cryotherapy membunuh sel tumor dengan menggunakan temperature beku
(biasanya -50o C). Bahannya mengggunakan nitrogen cair atau cryopobe. Tehnik ini
cocok dengan tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm atau tumor dengan pinggiran
yang tidak jelas. Angka kekambuhan dilaporkan sekitar 6% setelah 5 tahun.
Komplikasinya mencakup depigmentasi, lid notching, scarring, kontraksi yang
berbuah pada entropian dan ektropion.11
Radioterapi merupakan salah satu opsi untuk pasien yang tidak cocok dilakukan eksisi
bedah. Angka kekambuhannya sekitar 31% dalam 5 tahun. Tumor pada kelopak atas tidak
cocok untuk radioterapi karena akan terjadi keratinisasi pada konjungtiva dan kerusakan pada
konjungtiva tarsal. Hasil kosmetik dari radioterapi lebih buruk dari bedah eksisi, dengan
komplikasinya mencakup, loss of lashes, atrofi kulit, nekrosis kulit, mata kering dan ulku
kornea.11
Kemoterapi bekerja dengan cara mengurangi multiplikasi sel dan merangsang destruksi
sel tumor oleh sistem imun. Agen kemoterapi, yaitu 5% 5-fluoracil cream telah sukses
digunakan untuk basalioma, dengan angka kesembuhan 90% dan menghasilkan kosmetik yang
dapat diterima dan efek samping yang minimal.12
Terapi fotodinamik mencakup aplikasi dari prodrug pada kulit yang bermasalah, yang
secara selektif berhubungan dengan sel tumor. Angka kekambuhan dari terapi ini berkisar pada
18%-22% tergantung penggunaan prodrug. Mengacu pada angka kekambuhan yang tinggi,
terapi fotodinamic ini, sering kali digunakan jika terapi lainnya menjadi kontraindikasi.12
Gambar 5. Tahapan tatalaksana operasi pada basal cell carcinoma of right lower eyelid.12
2.9 Prognosis
Pasien dapat mengeluhkan lesi rekurren yang tampak pada daerah yang sudah pernah
terkena. Follow up yang terus-menerus harus dilakukan untuk mencegah kekambuhan.
Prognosis tergantung kasus individu, patologi penyakit, penyebaran tumor dan luas penyakit.
Hasil terbaik bergantung pada diagnosis dini.13
Prognosis cukup baik, bila diobati dengan baik (angka kesembuhan 97%). Pengobatan
pada KSB primer biasanya memberikan angka kesembuhan sekitar 95%; sedangkan pada KSB
rekuren sekitar 92%. Dijumpai angka kekambuhan 5 tahun pada metode kuretase dan
elektrodesikasi sebesar 7,7%; bedah mosh 1%. 13
BAB III
PENYAJIAN KASUS
3.2 Anamnesis
3.2.1 Keluhan Utama
Pasien mengeluh timbul benjolan di kelopak mata.
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang mengeluhkan timbulnya benjolan di kelopak mata sebelah kiri sejak 1
tahun yang lalu. Awalnya benjolan timbul kecil seperti jerawat berjumlah 1 benjolan. Benjolan
dirasakan semakin membesar 3 bulan terakhir, pertumbuhan benjolan semakin pesat hingga
bertambah banyak jumlahnya. Keluhan disertai keluarnya sekret berwarna kekuningan yang
dirasakan terus menerus sejak 3 bulan terakhir.
3.4 Diagnosis
Suspect Karsinoma Sel Basal kelopak mata kiri.
3.5 Penatalaksanaan
Farmakologi:
o –
Non Farmakologi
o Pembedahan
Pemeriksaan Penunjang : Biopsi
Edukasi : Lakukan biopsi untuk menentukan jenis keganasan dan tunggu hasil patologi
anatomi untuk tatalaksana selanjutnya.
3.6 Prognosis
Quo et vitam :dubia ad bonam
Quo et functionam :dubia ad bonam
Quo et sanactionam :dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien pada kasus ini adalah perempuan berusia 80 tahun yang mengeluhkan mata
kanan tampak benjolan sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya benjolan timbul kecil lama-kelamaan
benjolan semakin besar sejak pertama kali muncul dan memberat sejak 3 bulan terakhir.
Keluhan tambahan pada pasein ini adalah gatal pada benjolan di mata disertai ada sekret
berwarna kekuningan saat mata kiri dibuka. Pasien tidak menderita diabetes mellitus dan
hipertensi. Pada riwayat penyakit dahulu pasien belum pernah mengalmai keluhan yang sama
sebelumnya. Riwayat penyakit keluarga disangkal.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan peningkatan tekanan darah 150/80 mmhg,
penurunan visus 6/12 pada mata kanan dan didapatkan pada mata kiri 6/12. Pemeriksaan
segmen anterior menunjukkan adanya kelainan, kelainan yang tampak pada pemerksaan
segmen anterior adalah tampak benjolan pada palpebra kiri disertai dan sekret.
Umur pasien ini adalah 80 tahun. Umur ini merupakan termasuk fase geriatri dimana
fisiologi tubuh sudah menurun, sehingga cara tubuh untuk mencapai suatu keadaan hemostasis
menjadi menurun. Sel kanker dapat dikontrol oleh tubuh jika fungsi tubuh masih baik, namun
pada keadaan fisiologi tubuh yang sudah menurun, maka fungsi pengontrolan ini berkurang
sehingga resiko untuk menderita kanker lebih besar diandingkan saat fungsi tubuh masih baik.
Epidemiologi basalioma berdasaran umur adalah lebih dari 40 tahun. Jadi teori dan kasus pada
penyakit ini berhubungan.2
Pasien adalah seorang dengan jenis kelamin perempuan. Pasien dengan jenis kelamin
perempuan berdasarkan epidemiologi mendapati kanker lebih sedikit dibandingkan laki-laki.
Alasan untuk fakta ini belum diketahui secara pasti. Dalam hal ini kasus dan teori pada penyakit
ini berhubungan.2
Faktor resiko utama dari karsinoma sel basal adalah paparan cahaya matahari yang
terus menerus dan berlangsung lama. Kandungan ultraviolet B (UVB) pada cahaya matahari
dapat mengakibatkan radiasi yang menyebabkan mutasi gen supresor tumor p53. Pasien ini
bekerja dulunya sebagai seorang penjual makanan di ruko yang beratap dan tidak sering
terpapar cahaya matahari secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Hal ini tidak
berhubungan dengan resiko utama terjadinya basalioma. Letaknya yang di kelopak mata sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa 90% basalioma berada pada kelopak dan region canthal.
Hal ini dikarenakan pada bagian-bagian ini memiliki lapisan kulit yang tipis dibandingkan
dengan lapisan kulit pada bagian tubuh yang lain, sehingga mudah terjadi kelainan. Juga bagian
kelopak dan canthal merupakan bagian tubuh yang langsung terkena sinar matahari yang
biasanya tidak terlindungi.1
Pasien tidak mempunyai riwayat keluarga yang menderita keluhan yang sama pada
kasus. Berdasarkan teori bahwa gen kanker dapat diturunkan dari satu keluarga. Hal ini berbeda
dengan kasus bahwa, tidak ada riwayat keluarga yang menderita keluhan yang sama pada
pasien. Namun riwayat keluarga tidak mutlak menjadi faktor resiko yang mempengaruhi
timbunya keganasan pada pasien, dalam hal ini faktor resiko utamanya adalah paparan sinar
matahari.1
Pada kasus ini didapatkan benjolan yang awalnya muncul kecil sejak 1 tahun dan lama-
kelamaan dalam 3 bulan lebih membesar. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
basalioma muncul pertama kali dalam ukuran papul atau plak yang kecil dan kemudian
semakin membesar dalam waktu yang lama. Hal ini dikarenakan duplikasi dari gen kanker
yang membelah dalam jumah yang melebihi jumlah sel normal sehingga benjolan dapat
berkembang dari kecil ke besar.1,2
Pasien pada kasus mengeluhkan gatal pada benjolan. Sesuai teori bahwa gatal
merupakan salah satu gejala dari basalioma. Nyeri jarang terjadi pada kasus basalioma. Nyeri
pada pasien bisa diakibatkan karena adanya pengaruh terhadap reseptor nyeri dikulit.3
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik mata dapat disimpulkan diagnosis
pasien ini adalah suspek karsinoma sel basal kelopak mata kiri. Alasan kenapa diagnosis ini
ditegakkan juga berdasarkan epidemiologi jenis kanker yang sering terjadi pada kulit dan di
daerah kelopak mata, walaupun kemungkinan diagnosa lain masih mungkin didapatkan.
Diagnosa ini masih dugaan karena pasien ini belum dilakukan pemeriksaan penunjuang untuk
kanker yaitu pemeriksaan histopatologi. Pada pemeriksaan histopatologi nanti dilakukan
insisional biopsi untuk mengambil jaringan pada benjolan untuk diperiksa jenis sel apa yang
ada pada benjolan tersebut. Setelah ada hasil patologi anatomi baru dapat didiagnosa dengan
karsinoma sel basal kelopak mata kiri.3
BAB V
KESIMPULAN
Basalioma atau karsinoma sel basal merupakan jenis keganasan yang paing sering
ditemukan pada kulit dan 90% dari kegansan ini berada pada kelopak mata dan region canthal.
Basal sel karsinoma ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan yang paling
penting adalah pemeriksaan histopatologi untuk menentukan jenis sel. Tatalaksana pada
basalioma dapat berupa operatif dan non-operatif. Kanker ini dapat kambuh, oleh karena itu
diagnosis dini dan tatalaksana yang tepat akan membuat prognosis penyakit ini juga semakin
baik. Pencegahan pada pasien adalah hindari paparan sinar matahari langsung yang terus-
menerus dan bisa juga dengan memakai sun-block untuk meminimalisir paparan radiasi UVB.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Cancer Society. 2016. Basal and Squamous Sell Skin Cancer. America
2. Partogi, D. 2018. Karsinoma Sel Basal. Departemen Ilmu Kulit Kelamin Fakultas
Kedoteran USU, RSUP Adam Malik: Medan
3. Jakovic, I.et al. 2010. Does Incomplete Excision of Basal Cell Carcinoma of The Eyelid
mean Tumor Recurrence.Dermatopatologia: Bosnia
4. Guyton, A.C., Hall J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta
5. Ilyas, S. Yulianti, Sri.R. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
6. Spiteri. N. Mccormick,A. 2013. Periocular Basal Cell Carcinoma. Department of
Ophthamology, Aintree University Hospitals NHS Foundation Trust, Liverpool:
United Kingdom
7. Pan Birmingham. 2013. Basal Cell Carcinoma Affecting the Eye. University Hospital
Birmingham NHS Foundation Trust: Birmingham
8. Tjarta A. Spektrum Kanker Kulit di Indonesia MDVI, Vol. 3. No.22, 1995 : 100-6
9. Kourt,G. Martin, P. 2014. Eyelid and Periocular Skin Tumors. Abeloff’s : Clinical
Oncology
10. Pramitaningrum,G. 2013. Karsinoma Sel Basal. Departemen Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
11. Putra, Imam B. 2013. Karsinoma Sel Basal. Departemen Ilmu Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Rumah Sakit Umum Pusat Adam
Malik : Medan
12. Riordan P., Eva. 2015. Optalmologi Umum Vaughan & Asbury. Penerbit buku
kedokteran EGC : Jakarta.
13. Wahjudi,H. et al. 2007. Combination of Cutler-Beard Flap, V-Y Glabellar Flap and
Direct Closure for Large Resection Upper Eyelid and Medial Canthus. Jurnal
Oftalmologi Indonesia. Hal. 231-234: Surabaya.