Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS MITIGASI BENCANA LINGKUNGAN LAUT DAN PESISIR

KOTA JAYAPURA

Dahlan 1
1
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Uniyap

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah Mengkaji potensi daerah sensitif rawan bencana baik
lingkungan laut maupun kawasan pesisir di Kota Jayapura, menyusun konsep mitigasi
bencana lingkungan laut dan pesisir di kawasan Kota Jayapura. Kajian Mitigasi Bencana
Lingkungan Laut dan Pesisir ini akan dilkakukan di Kawasan Kota Jayapura Provinsi
papua yang meliputi persiapan dan koordinasi, pengumpulan data, analisis data,
pembuatan peta peta daerah rawan bencana dan peta resiko bencana pesisir, penyusunan
konsep mitigasi bencana alam di lingkungan laut dan pesisir. Berdasarkan hasil survey
lapangan dan Citra Satelit Landsat 7 ETM+, beberapa daerah yang diidentifikasi sebagai
daerah rawan/potensi bencana abrasi pantai adalah Pantai Base-G (Kelurahan Tanjung
Ria, Distrik Jayapura Utara), Ujung utara dan selatan Pantai Hamadi (Kelurahan Hamadi,
Distrik Jayapura Selatan), Pantai Enggros (Tanjung Ceweri), Pantai Holtekamp
(Kelurahan Pantai Holt, Distrik Muara Tami), dan Pantai Skouw (Kampung Skouw Mabo
dan Kampung Skouw Sae). Dari lima kawasan pantai tersebut, yang paling rentan terjadi
abrasi adalah di kawasan Skouw. Bahkan dari survey lapangan dari studi sebelumnya ada
pemukiman di Skouw yang sudah 5 kali direlokasi karena pantainya mengalami abrasi.
Kuburan Hamadi yang terletak di ujung Selatan Pantai Hamadi juga merupakan salah
satu titik abrasi terparah. Seperti halnya Pantai Base-G, pantai Hamadi merupakan pantai
yang posisinya relatif terbuka terhadap gelombang gelombang yang datang dari timur dan
timur laut. Meskipun topografi dasarnya tidak seterjal dengan pantai Base-G, Pantai
Hamadi juga memiliki topografi yang relatif terjal sehingga memungkinkan gelombang
utuh yang datang dari laut dapat mencapai pantai (Gambar IV.5). Berdasarkan
karakteristik dasarnya yang relatif curam maka Pantai Hamadi juga bisa dikategorikan
sebagai Reflective beaches dimana pantai ini memiliki dasar yang curam (slope) dan
jumlah energi gelombang yang signifikan dipantulkan kembali ke laut, biasanya tidak
memiliki sand bars. Karena topografi dasar yang curam hanya sedikit gelombang yang
melemah (terdisipasi) pada saat melintasi zona dekat pantai menuju ke garis pantai.

Kata Kunci : Mitigasi, Bencana, Lingkungan, Pesisir dan Laut.

PENDAHULUAN

Kondisi geografis Propinsi dan mempunyai topografi dominan


Papua terletak pada posisi 130° 45' - dataran tinggi serta iklim yang sangat
141° 48' BT dan 0° 19' - 10° 45' LS bervariasi dengan intensitas curah
hujan yang cukup tinggi.
Bila ditinjau dari faktor
Korespondensi: geologi Propinsi Papua terdapat
1
Dahlan, Program Studi Budidaya Perairan pertemuan dua mikro lempeng yang
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
cukup aktif yaitu di sebelah barat
Universitas Yapis Papua. Alamat: Jl. Sam
Ratulangi No. 11 Dok V Atas, Kota Jayapura
dengan Sesar naik Sangir dan di
Provinsi Papua. E-mail: lan_habu@yahoo.co.uk sebelah timur dengan sesar naik
13
The Journal of Fisheries Development, Juli 2014 Jilid 1, Nomor 1 : 13-26

halmahera (Brown et.al, 1980). METODE PENELITIAN


Dampak dari pertemuan dua mikro
lempeng tersebut ketika berinteraksi Lokasi
akan mengakibatkan gempa tektonik Kajian Mitigasi Bencana
dan memungkinkan terjadi tsunami Lingkungan Laut dan Pesisir ini akan
apabila terjadi gempa tektonik dilakakukan di Kawasan Kota
dengan skala besar. Sedangkan dari Jayapura (Gambar 1), Provinsi papua
faktor hydrometeorologi, dimana yang meliputi persiapan dan
Propinsi Papua mempunyai intensitas kordinasi, pengumpulan data,
curah hujan cukup tinggi dapat analisis data, pembuatan peta peta
mengakibatkan tanah longsor dan daerah rawan bencana dan peta
banjir. resiko bencana pesisir, penyusunan
Potensi bencana lain yang konsep mitigasi bencana alam di
memungkinkan terjadi di daerah lingkungan laut dan pesisir
pesisir Papua adalah abrasi pantai
dan pencemaran perairan, tingginya
intesitas badai akibat adanya
perbedaan tekanan udara yang
signifikan dapat menyebabkan
terjadinya gelombang dengan
ketinggian 2-5 meter yang dapat
merusak fasilitas maupun
infrastruktur di kawasan pesisir.
Menyadari akan terjadinya
kondisi bencana alam tersebut dan
untuk mengurangi dampak bencana
di masa depan, hal ini diperlukan
upaya mitigasi yang lebih
komprehensif baik yang sifatnya
melalui pendekatan non struktural
maupun melalui pendekatan
struktural, maka dari itu
dilaksanakan suatu kegiatan Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Identifikasi dan Inventarisasi Daerah
Rawan Bencana di kawasan Kota
Jayapura. Pendekatan Permasalahan
Tujuan penelitian ini adalah Kegiatan penelitian Mitigasi
mengkaji potensi daerah sensitif Bencana Lingkungan Pesisir dan
rawan bencana baik lingkungan laut Laut di Kota Jayapura mengikuti alur
maupun kawasan pesisir di Kota pikir yang disajikan seperti di bawah
Jayapura dan menyusun konsep ini:
mitigasi bencana lingkungan laut dan
pesisir di kawasan Kota Jayapura.

14
Dahlan, Analisis Mitigasi Bencana Lingkungan Laut .............

serta pulau-pulau kecil Kota


Jayapura. Sedangkan pengumpulan
data sekunder dilakukan melalui
penelusuran berbagai pustaka yang
ada di berbagai instansi se Kota
Jayapura, baik sektor pemeintah
maupun sektor swasta yang terkait.
Dari sektor pemerintah misalnya :
Kantor BPN, BPS, Dinas Kelautan
dan Perikanan, Pariwisata,
Kimpraswil, Dinas Kehutanan, Dinas
Pertambangan, Bappeda Propinsi
Papua, BMKG, dan Bappeda Kota
Jayapura. Data yang akan
dikumpulkan berupa: (a) data fisik
Gambar 2. Alur pikir penelitian kawasan pesisir seperti: geologi,
Tiap bagian pada alur pikir geomorfologi, fisiografi, hidrologi,
tersebut di atas dapat dibagi dalam oseanografi, historis kegempaan,
beberapa pendekatan permasalahan abrasi, dan tsunami. (b) data
dalam kajian ini yang meliputi: ekosistem pesisir dan laut meliputi
(1) Identifikasi potensi bencana di ekosistem mangrove, padang lamun,
lingkungan pesisir dan laut; terumbu karang, dan habitat-habitat
(2) Pengkelasan potensi bencana spesifik. (c) data penggunaan lahan
pesisir dan laut; (3) Identifikasi seperti pemukiman di pesisir dan
kondisi eksisting (Fisik, Biotik, pulau kecil, perikanan budidaya,
Sosial dan budaya masyarakat) yang industri, konservasi, pariwisata, dan
diperkirakan terkena dampak; (4) prasarana lain yang terlingkup di
Analisis kondisi dan pola penataan dalamnya. (d) data kondisi sosial
keruangan eksisting berkaitan ekonomi seperti data kondisi sosial
dengan resiko terjadinya bencana; masyarakat, produksi, aktivitas
(5) Penjaringan pendapat dan ekonomi, dan data budaya
persepsi masyarakat mengenai sikap masyarakat.
tanggap dan siap bencana.
Pendekatan-pendekatan tersebut
diatas kemudian akan menghasilkan HASIL DAN PEMBAHASAN
data dan informasi yang digunakan
untuk menyusun konsep mitigasi Bencana di Pesisir
bencana lingkungan laut dan pesisir Berdasarkan hasil survey
di kawasan Kota Jayapura. lapangan dan Citra Satelit Landsat 7
ETM+, beberapa daerah yang
Pengumpulan Data diidentifikasi sebagai daerah
Ada dua kategori data yang rawan/potensi bencana abrasi pantai
akan dikumpulkan, yakni data primer adalah Pantai Base-G (Kelurahan
dan data sekunder. Data primer Tanjung Ria, Distrik Jayapura
dikumpulkan melalui Utara), Ujung utara dan selatan
observasi/survey dan wawancara Pantai Hamadi (Kelurahan Hamadi,
langsung di lokasi pesisir dan laut Distrik Jayapura Selatan), Pantai
Enggros (Tanjung Ceweri), Pantai
15
The Journal of Fisheries Development, Juli 2014 Jilid 1, Nomor 1 : 13-26

Holtekamp (Kelurahan Pantai Holt, Base-G dan Pantai Skouw memiliki


Distrik Muara Tami), dan Pantai topografi yang relatif terjal sehingga
Skouw (Kampung Skouw Mabo dan gelombang utuh yang datang dari
Kampung Skouw Sae). Dari lima laut dapat mencapai pantai. Pantai
kawasan pantai tersebut, yang paling Base-G dan Pantai Skouw dapat
rentan terjadi abrasi adalah di dikategorikan sebagai Reflective
kawasan Skouw. Bahkan dari survey beaches dimana pantai ketegori ini
lapangan dari studi sebelumnya ada memiliki dasar yang curam (slope)
pemukiman di Skouw yang sudah 5 dan dimana jumlah energi
kali direlokasi karena pantainya gelombang yang signifikan
mengalami abrasi. Kuburan Hamadi dipantulkan kembali ke laut,
yang terletak di ujung Selatan Pantai biasanya tidak memiliki sand bars
Hamadi juga merupakan salah satu dan topografi dasarnya sangat curam
titik abrasi terparah. sehingga hanya sedikit gelombang
yang melemah (terdisipasi) pada saat
melintasi zona dekat pantai menuju
ke garis pantai, biasanya
menunjukkan daerah erosi/abrasi
Seperti halnya Pantai Base-G,
pantai Hamadi merupakan pantai
yang posisinya relatif terbuka
terhadap gelombang gelombang yang
datang dari timur dan timur laut.
Meskipun topografi dasarnya tidak
seterjal dengan pantai Base-G, Pantai
Hamadi juga memiliki topografi
yang relatif terjal sehingga
memungkinkan gelombang utuh
yang datang dari laut dapat mencapai
pantai (Gambar 3). Berdasarkan
karakteristik dasarnya yang relatif
curam maka Pantai Hamadi juga bisa
dikategorikan sebagai Reflective
beaches dimana pantai ini memiliki
Gambar 2. Daerah rawan abrasi Kota
Jayapura
dasar yang curam (slope) dan jumlah
energi gelombang yang signifikan
Pantai Base-G dan Pantai dipantulkan kembali ke laut,
Skouw rawan terhadap abrasi pantai biasanya tidak memiliki sand bars.
karena posisi pantai ini sangat Karena topografi dasar yang curam
terbuka terhadap gelombang yang hanya sedikit gelombang yang
datang dari Samudra pasifik. Energi melemah (terdisipasi) pada saat
gelombang yang besar dan melintasi zona dekat pantai menuju
berpotensi menyebabkan abrasi ke garis pantai.
pantai terutama terjadi pada saat Untuk mengetahui penyebab
angin bertiup dari arah utara dan terjadinya kerusakan pantai akibat
timur karena fetch length (jarak abarasi pantai di wilayah pesisir Kota
tanpa halangan bertiupnya angin) Jayapura maka dilakukan analisa
lebih besar. Selain itu dasar pantai gelombang yang dibangkitkan oleh
16
Dahlan, Analisis Mitigasi Bencana Lingkungan Laut .............

angin dan kemudian dimodelkan


perambatan dan transformasi
gelombang yang datang dari laut
menuju pantai di wilayah Kota
jayapura menggunagan Program
SMS (Surface Water Modelling).
Keadaan pantai berhadapan
dengan Lautan Pasifik, dan
menghadap ke utara dan timur laut,
dengan yang sebagian besar garis
pantai berada dalam Teluk Yos
Sudarso. Kondisi ini menyebabkan
gelombang yang mempengaruhi
pantai adalah dari Utara, Timur Laut,
dan Timur. Kondisi gelombang di
sepanjang pantai diperoleh dari hasil
prediksi gelombang dari data angin Gambar.3. Windrose Kota Jayapura
dan analisis transformasi gelombang
menuju ke pantai. Berdasarkan data Hasil peramalan gelombang
fetch length serta arah dan kecepatan menunjukkan bahwa secara
angin maksimum, dikonversi keseluruhan, persentase kejadian
menjadi tinggi dan periode gelombang akibat angin (dengan
gelombang laut dalam melalui delapan penjuru angin) adalah
persamaan Wilson selama kurun sebesar 62,50% dari total kejadian
waktu 2 tahun, yakni tinggi angin, yang terdiri dari 12,50% dari
gelombang maksimum dari Utara utara, 37,50% dari Timur Laut, dan
mencapai 2.9 meter, Timur Laut 12,50% dari Timur. Gelombang
mencapai 2,1 m, Timur mencapai 2,1 tertinggi >2,2 meter merupakan
meter. gelombang dari utara yakni 4,17%.
Besarnya pengaruh Sementara gelombang yang sering
gelombang terhadap garis pantai terjadi adalah 1,4 – 1,8 meter yakni
berdasarkan arah datangnya, 25% dan didominasi oleh gelombang
diketahui dari persentase kejadian dari Timur laut. Kondisi gelombang
gelombang (dengan delapan penjuru di sepanjang pantai, diperoleh
angin). Adapun persentase kejadian dengan melakukan analisa
gelombang yang telah transformasi (perubahan) gelombang,
dikelompokkan dalam beberapa sehingga diketahui distribusi tinggi
kelas menurut arah datang dan tinggi gelombang maksimum di sepanjang
gelombang disajikan dalam Tabel 1. pantai, sebagaimana pada Gambar 4
yang mengambarkan transformasi
Tabel .1. Persentase Kejadian Gelombang gelombang oleh angin dari arah
Kota Jayapura Utara.
Gelombang utara
berpengaruh pada daerah laut dalam
dan terbuka. Untuk sepanjang pantai
Kota Jayapura, umumnya tinggi
gelombang berkurang. Ketika
memasuki Teluk Yos Sudarso,
terjadi transformasi (perubahan)
17
The Journal of Fisheries Development, Juli 2014 Jilid 1, Nomor 1 : 13-26

gelombang sehingga ketinggiannya


berbeda di setiap lokasi pantai, dan
berbelok arah ke Barat Daya.
Gelombang tertinggi terjadi di Pantai
Holtekamp mencapai 1.2 meter.
Sementara di Pantai Dock II dan
pelabuhan terlindung dan tidak
terjadi gelombang yang signifikan.
Untuk Pantai Hamadi hingga muara
Teluk Youtefa mendapat pengaruh
gelombang dengan tinggi 0.5 meter.

Gambar 5. Model transformasi gelombang


dari Timur Laut

Gelombang tertinggi terjadi di sisi


kanan muara Teluk Youtefa yang
mencapai 1.3 meter, namun
gelombang pecah terjadi jauh dari
pantai karena pengaruh topografi
dasar laut yang landai.
Gelombang Timur juga
berpengaruh pada daerah laut dalam
dan terbuka. Untuk sepanjang pantai
Kota Jayapura, umumnya tinggi
Gambar 4. Model transformasi gelombang
dari Utara gelombang berkurang. Ketika
memasuki Teluk Yos Sudarso,
Gelombang timur laut juga terjadi transformasi gelombang
berpengaruh pada daerah laut dalam sehingga ketinggiannya berbeda di
dan terbuka. Untuk sepanjang pantai setiap lokasi pantai. Gelombang
Kota Jayapura, umumnya tinggi tertinggi terjadi di pantai PPI Hamadi
gelombang berkurang. Ketika hingga pantai Yakoba mencapai 1.4
memasuki Teluk Yos Sudarso, meter. Sementara di sebagian Pantai
terjadi transformasi gelombang Dock IV terjadi gelombang mencapai
sehingga ketinggiannya berbeda di 1.0 meter, sedang di pelabuhan
setiap lokasi pantai (Gambar 5). terlindung oleh keberadaan dua pulau
Gelombang tertinggi terjadi di pantai di depan pelabuhan. Sedangkan
Holtekamp mencapai 1.2 meter. pantai Hamadi hingga ke muara
Sementara di sebagian Pantai Dock Teluk Youtefa terjadi gelombang
terjadi gelombang mencapai 0.5 setinggi 1.2 meter. Sementara di
meter, sedang di pelabuhan Pantai Holtekamp terjadi gelombang
terlindung oleh keberadaan dua pulau hingga ke mulut Teluk Youtefa
di depan pelabuhan. Untuk Pantai di tinggi gelombang mencapai 0.9
PPI Hamadi hingga Pantai Yakoba meter.
terjadi gelombang setinggi 0.7 meter.
Sedangkan pantai Hamadi hingga ke Gempa bumi
sisi kiri muara Teluk Youtefa terjadi Papua dan Papua Barat
gelombang setinggi 1.2 meter. merupakan daerah gempabumi yang
18
Dahlan, Analisis Mitigasi Bencana Lingkungan Laut .............

sangat aktif kecuali Papua bagian magnitudo terbesar dan prediksi


Selatan. Secara geologis, sejak 10 rerata pergerakan slipnya, maka
hingga 5 juta tahun yang lalu, berturut-turut di Sorong 7,6 SR dan
tektonik kedua wilayah mulai aktif 17 mm/thn; di Ransiki 6,5 SR dan
dan berlangsung hingga kini. 6,6 mm/thn; di Jayapura 8,2 SR dan
Hasilnya ialah zona subduksi antara 110 mm/thn; di wilayah Sarmi, Biak
lempeng benua Indo-Australia yang dan Serui 7,6 SR dan antara 25
bergerak relatif dari arah Selatan ke hingga 46 mm/thn dan Nabire 7,8 SR
Utara dengan kecepatan kurang lebih dan 25 mm/thn.
7 cm/tahun dengan lempeng Untuk memetakan kerentanan
samudera Carolina-Pasifik yang pesisir Utara Jayapura dari gempa
bergerak relatif dari arah Timur ke bumi dan potensi tsunami maka
Barat dengan kecepatan 11 cm/tahun dibuat peta kejadian gempa bumi
Hasil rekayasa pembentukan signifikan wilayah Jayapura. Sejak
Papua dan Papua Barat tahun 1900 hingga bulan Pebruari
mengindikasikan bahwa bagian 2010, gempa signifikan di Papua dan
tengah Papua hingga Selatan berasal Papua Barat tercatat sebanyak 6.725
dari lempeng Indo-Australia, gempa. Untuk 15 tahun terakhir,
sedangkan seperempat bagian tengah terdapat 20 gempa yang sangat
Papua hingga Utara, yaitu daerah signifikan (tabel gempa signifikan 15
yang membentang dari Yapen, Sarmi tahun terakhir). Beberapa
hingga Jayapura termasuk Biak dan diantaranya menyebabkan korban
Serui kemungkinan berasal dari jiwa, kerusakan parah pada struktur
lempeng Pasifik yang menyusun bagunan mencapai ratusan unit
Papua sebagai kesatuan utuh di masa belum termasuk korban terluka baik
kini. Akibat pergerakan lempeng- fisik maupun traumatik. Potensi
lempeng tersebut, muncul beberapa bencana gempa di Papua dan Papua
tipe patahan di kedua wilayah, yaitu: Barat sekitar dua kali lipat lebih
patahan membramo, lajur anjak besar dibandingkan wilayah
pegunungan tengah, waipona trough, Sumatera dan Jawa, namun jika
lipatan lengguru, patahan wandamen, dikaitkan dengan jumlah populasi
sesar yapen, sesar ransiki, patahan yang ada maka dapat dikatakan
sorong, patahan koor, patahan resiko gempa di Papua dan Papua
anjakweyland, patahan aiduna dan Barat tergolong sedang (Danny
patahan naikarguni. Hal tersebut Hilman Natawidjaja; 2007).
belum termasuk patahan-patahan Gambar di bawah ini
kecil yang tersebar merata di Papua menunjukkan peta gempa bumi
bagian tengah hingga Utara, kecuali signifikan wilayah Jayapura 2000
Papua bagian Selatan. sampai dengan 2010. Dari peta
Dampak dari aktivitas gempabumi signifikan wilayah
pergerakan lempeng yang terus- Jayapura tersebut terlihat bahwa
menerus itulah daerah pesisir Kota Jayapura
mengakibatkan/menimbulkan khususnya Teluk Yos Sudarso, Teluk
pelepasan energi gempa ke Youtefa dan Pantai Holtekampe
permukaan, sehingga Papua dan merupakan daerah rawan gempabumi
Papua Barat memiliki tingkat dengan skala magnitudo gempa (SR)
gempabumi tektonik yang sangat sebasar 5,0.
aktif. Jika dipatok berdasarkan
19
The Journal of Fisheries Development, Juli 2014 Jilid 1, Nomor 1 : 13-26

banyak aspek sebagaimana diteliti


oleh para peneliti dari berbagai
disiplin ilmu. Pembangkitnya
berkaitan dengan proses geologi dan
studinya dilakukan oleh para ahli
geologi dan ahli geofisika,
penyebaran dan pengamatannya oleh
ahli oseanografi. Karakteristik di
pantai seperti pelimpasan ke pesisir
atau resonansi ke dalam teluk
terutama dilakukan oleh para teknisi
kelautan. Perencanaan penggunaan
lahan dan kota di sekitar pantai selalu
mempertimbangkan resiko tsunami
dan pihak pemerintah bertanggung
Gambar 6. Peta Gempa bumi Signifikan
jawab terhadap peringatan dari
Wilayah Jayapura 2000 sampai ancaman tsunami dan pelaksanaan
dengan 2010 (SumberBMKG). evakuasi. Studi tentang tsunami telah
berkembang di bermacam bidang
yang berbeda dan dengan berbagai
Tsunami interaksi diantara disiplin-disiplin
Istilah Tsunami berasal dari tersebut.
kosa kata Jepang Tsu yang berarti Peta rawan tsunami wilyah
gelombang dan Nami yang berarti pesisir Kota Jayapura disajikan pada
pelabuhan atau bandar. Awalnya Gambar 11. Seperti yang terlihat
tsunami berarti gelombang laut yang pada peta rawan tsunami tersebut
menghantam pelabuhan. Negara bahwa wilayah pesisir Kota Jayapura
Jepang secara geografis terletak pada mulai dari Pantai Base-G , Pantai
daerah rawan gempa, sama dengan Dock, Pantai werep, Pantai Vietnam,
Indonesia. Dari sejarahnya di Jepang Pantai Kapere, Pantai Yakoba, Pantai
pada saat itu masyarakatnya telah hamadi, Pantai di sisi timur
mengamati dan mencatat peristiwa Kampung Enggros (Tanjung
alam yang ada di sekitarnya, Ceweri), Panta Holtekam sampai
masyarakat di sana banyak tinggal di dengan Pantai Skouw merupakan
sekitar teluk yang menjadi pelabuhan daerah rawan tsunami.
sekaligus pusat ekonomi, sedangkan
kita tahu bahwa pada daerah seperti
teluk (konvergen) sifat gelombang
laut akan menjadi kuat sebab
gelombang laut saling terpantul dan
terinterferensi (tergabung) menjadi
gelombang yang besar sehingga
kekuatan gelombang akan terfokus
pada teluk tersebut, akibatnya tentu
daerah tersebut akan terkena
limpasan gelombang yang lebih
besar dibandingkan dengan pantai
yang rata. Tsunami mempunyai Gambar 7. Peta rawan tsunami wilayah
pesisir Kota Jayapura
20
Dahlan, Analisis Mitigasi Bencana Lingkungan Laut .............

Pantai Base-G, Pantai pantai; (c) vegetasi pantai;


Hamadi, dan Pantai Skouw rawan dan (d) pengelolaan ekosistem
tsunami karena pantai tersebut pesisir.
berhadapan langsung dengan sumber Secara umum pilihan
kegempaan (sesar Pasific) di teknologi yang tersedia untuk
Samudra Pasifik. Pantai Dock, Pantai penanganan abrasi pantai dapat
werep, Pantai Vietnam, Pantai dikelompokkan antara teknologi
Kapere, dan Pantai Yakoba rawan struktur keras (hard structure) dan
tsunami karena merupakan daerah teknologi struktur lunak (soft
teluk sifat gelombang laut akan structure). Perbedaan antara kedua
menjadi kuat sebab gelombang laut teknologi tersebut terletak pada daya
saling terpantul dan terinterferensi efektifitas mengatasi masalah,
(tergabung) menjadi gelombang yang manajemen dan jenis konstruksi,
besar sehingga kekuatan gelombang daya tahan, biaya, serta pengaruhnya
akan terfokus pada teluk tersebut. terhadap ekosistem, lingkungan
Sedangkang Pantai Holtekamp sekitar pantai, keindahan alam, serta
diidentifikasi sebagai rawan tsunami aktifitas sosial masyarakat.
karena pantai tersebut relati terbuka Pembangunan bangunan
(berhadapan langsung) dengan pelindung pantai (hard structure)
sumber kegempaan (sesar Pasific) seperti dinding pantai (sea wall atau
dan merupakan bagian dari teluk revetment), krib (groins), dan
yang memiliki pantai yang relatif pemecah gelombang lepas pantai
landai. (detached breakwaters) bisa
diterapkan pada obyek yang tidak
Konsep Mitigasi Bencana memungkinkan dibentuknya formasi
vegetasi yang disebabkan oleh
Undang-Undang Nomor 27
tergganggunya fungsi bangunan,
Tahun 2007 tentang Pengelolaan
keindahan, atau akses menuju pantai.
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Penerapan teknologi struktur keras
Kecil menitikberatkan pada upaya
(hard structure) dalam menangani
preventif pada prabencana.
abrasi pantai itu kurang efektif dan
Penyelenggaraan mitigasi bencana di
biaya pembangunan dan
wilayah pesisir dan pulaupulau kecil
pemeliharaannya lebih mahal. Selain
tidak terlepas dari perhatian terhadap
itu penerapan teknologi struktur
aspek sosial, ekonomi, dan budaya
keras untuk perlindungan pantai
masyarakat, kelestarian lingkungan
dinilai tidak ramah lingkungan
hidup, kemanfaatan dan efektivitas,
karena menbendung laut dalam
serta lingkup luas wilayah.
bentuk desain apapun tetap akan
berdampak pada perubahan pola dan
Konsep Mitigasi Berdasarkan
arah arus laut. Bisa jadi pantai di
Jenis dan Lokasi Rawan Bencana
pantai yang dibangun itu terlindungi,
namun di pantai sekitarnya, terjadi
Abrasi Pantai
erosi/abrasi.
Kegiatan struktur/fisik untuk Penerapan teknologi struktur
mitigasi terhadap jenis bencana lunak untuk perlindungan pantai dari
erosi/abrasi pantai dapat meliputi: erosi dinilai lebih efektif, aman,
(a) pembangunan bangunan murah, dan ramah lingkungan.
pelindung pantai; (b) peremajaan Menanam kembali hutan bakau
21
The Journal of Fisheries Development, Juli 2014 Jilid 1, Nomor 1 : 13-26

(mangrove), rehabilitasi terumbu penambahan pasir tersebut perlu


karang, dan peremajaan pantai dilakukan secara berkala, dengan laju
(beach nourishment) adalah bentuk sama dengan kehilangan pasir yang
bentuk teknologi struktur lunak yang disebabkan oleh erosi. Penambahan
dapat digunakan dalam menangani pasir tersebut akan memelihara garis
erosi pantai. Pembentukan formasi pantai pada posisi yang ditetapkan,
vegetasi sepanjang pesisir bagian misalnya mengembalikan pada posisi
darat menggunakan jenis vegetasi sebelum terjadi erosi. Selain itu ada
yang terdapat pada pesisir Kota nilai tambah yang dapat diperoleh
Jayapura antara lain: kelapa, dengan teknologi penambahan pasir,
ketapang, waru laut dan cemara yaitu bertambah lebarnya pantai yang
udang cocok untuk mitigasi abrasi bisa dimanfaatkan untuk tujuan
pantai di Pantai Base-G, Pantai pariwisata.
Hamadi (mulai Hamadi AL sampai
dengan Kuburan Pantai Hamadi) dan Gempa bumi dan Tsunami
Pantai Holtekamp, dan sisi utara Ada beberapa upaya mitigasi
Tanjung Ceweri yang menghadap ke yang dapat dilakukan untuk
Teluk Yos Sudarso. mereduksi dampak negatif jika
Menjaga kondisi terumbu terjadi bencana gempabumi yaitu
karang yang masih baik dan antara lain adalah mikrozoning,
merehabilitasi terumbu karang yang analisa kerawanan dan analisa resiko.
sudah rusak juga merupakan salah Pengkajian mikrozoning pada suatu
satu kegiatan mitigasi bencana abrasi daerah atau suatu kawasan antara
pantai untuk pantai Base-G, Pantai lain meliputi: karakteristik bencana,
Hamadi dan Pantai Holtekamp. frekuensi, waktu dan lamanya
Terumbu karang merupakan salah berlangsung. Selanjutnya dilakukan
satu pelindung alami pantai yang pengumpulan data tentang bencana
dapat menyerap/mengurangi energi gempabumi di kawasan Kota
gelombang yang tiba di pantai Jayapura dari berbagai sumber
sehingga melindungi pantai dari seperti: penelitian dan kajian yang
erosi/abrasi. Untuk rehabilitasi telah dilakukan sebelumnya, peta
karang bisa dilakukan dengan geologi, peta rawan bencana, survei
penempatan terumbu buatan lapangan, dan pengetahuan penduduk
(artificial reef) atau transplantasi tentang bencana gempabumi. Semua
karang di depan pantai Base-G dan data yang terkumpul digambarkan
Pantai Hamadi. pada peta dengan skala tertentu.
Khusus untuk pantai Hamadi Agar dapat digunakan secara
yang telah mengalami abrasi yang maksimal, peta mikrozoning
cukup besar, teknologi peremajaan sdebaiknya menggunakan skala
pantai (beach nourishment) atau maksimal 1:25.000.
pempasiran (penambahan pasir) Setelah mempunyai data dan
kembali pantai yang mengalami informasi mengenai potensi bencana
erosi/abrasi bisa menjadi alternatif. baik dalam bentuk peta maupun
Stabilisasi pantai dapat dilakukan uraian, maka pada daerah-daerah
dengan penambahan suplai pasir ke berpotensi dilakukan analisis
daerah tersebut (beach nourishment). kerawanan dan analisis resikonya.
Apabila pantai mengalami erosi Analisis kerawanan dimaksudkan
secara terus menerus, maka untuk mengetahui kondisi mana saja
22
Dahlan, Analisis Mitigasi Bencana Lingkungan Laut .............

yang rawan, sekaligus memberikan seperti yang terdapt di sepanjang


skenario penanggulangan apabila pantai Teluk Yos Sudarso (pantai
terjadi bencana. Sedangkan analisa Hamadi Kompleks AL, pantai
resiko bencana bertujuan untuk Hamadi Borero, Taman Mesran, dan
memberikan informasi yang rinci dan pantai Dock).
jelas tentang karakteristik bencana Bagi kawasan lainnya seperti
serta resiko yang akan dihadapi. Pantai Base-G, Pantai Hamadi
Dengan mengetahui dua hal tersebut, Wisata, Kampung Enggros,
aparat maupun masyarakat dapat Kampung Tobati dan Pantai
melakukan langkah-langkah Holtekamp bisa dilindungi dari
perencanaan dan kesiapsiagaan yang tsunami dengan menanam berbagai
efisien dan efektif. pohon seperti mangrove, kelapa,
Secara teknis kegiatan ketapang, cemara laut, waru laut, dan
struktur/fisik untuk mitigasi terhadap lain-lain. Upaya ini tergolong murah
jenis bencana gempabumi dapat dan terbukti efektif dalam meredam
meliputi: (a) penggunaan konstruksi kekuatan tsunami yang merambat
bangunan tahan gempa; hingga ke daratan. Selain itu, benda-
(b)penyediaan tempat logistik; (c) benda yang berada di pantai seperti
penyediaan prasarana dan sarana kapal dan perahu bisa tertahan oleh
kesehatan; dan (d)penyediaan vegetasi ini sehingga jumlah korban
prasarana dan sarana evakuasi. dan kerusakan bagunan lainnya bisa
Sedangkan untuk mitigasi diperkecil. Banyak warga juga
bencana tsunami dapat dilakukan tertolong jiwanya dari bencana
dengan beberapa upaya fisik. tsunami dengan cara berpegangan di
Idealnya menggunakan mitigasi yang pohon lalu naik ke atas.
komprehensif, yaitu dengan Rumah penduduk juga harus
mengombinasikan secara fisik dan memiliki struktur kuat sehingga
non fisik. Yang pertama yang perlu tahanh terhadap goncangan gempa.
disipakan adalah penyediaan sistem Rumah panggung baik terbuat dari
peringatan dini (early warning kayu mauun beton bisa menjadi
system). Sistem peringatan dini ini alternatif karena tidak mudah roboh
biasanya dikaitkan dengan oleh terjangan tsunami. Usahakan
alat/instrumen deteksi tsunami yang arah orientasi bangunan tegak lurus
mampu secara cepat membaca dengan garis pantai sehingga sejajar
kenaikan gelombang laut tiba-tiba dengan arah perambatan gelombang
yang disebabkan oleh gempa bumi. tsunami.
Upaya fisik lainnya yang bisa Sedangkan untuk kawasan
dilakukan adalah penggunaan yang padat penduduknya dan jauh
bangunan peredam tsunami seperti dari bukit, perlu dibuat shelter.
dike (tanggul) atau breakwater Bangunan ini sebaiknya bertingkat
(pemecah ombak). Cara ini memang dan terbuat dari beton yang kokoh
butuh ongkos tinggi namun cocok sehingga tahan terhadap gempa dan
dan efektif untuk melindungi ase-aset tsunami. Jika lahan terbukannya luas
vital bernilai ekonomi tinggi yang namun tidak punya bukit, bisa
ingin dilindungi seperti kilang dibangun bukit buatan (artificial
minyak, industri padat modal, hill). Tujuannya, untuk
fasilitas pelabuhan, perkantoran, menyelamatkan diri atau sebagai
hotel dan kawasan strategis lainnya tempat evakuasi sewaktu terjadi
23
The Journal of Fisheries Development, Juli 2014 Jilid 1, Nomor 1 : 13-26

tsunami. Bukit ini bisa dibuat dari tempat yang membutuhkan. Lahan
urungan tanah dengan sistem hasil timbunan ini kemudian bisa
terasering sehingga dapat diakses ditanami mangrove sehingga dapat
dari berbagai arah. Tinggi shelter dan mencegah air laut merengsek ke
bukit buatan itu disesuaikan darat. Cara ini cocok untuk
berdasarkan tinggi maksimum antisipasi kenaikan muka air laut di
kemungkinan tsunami menjangkau kampung Enggros dan kampung
lokasi tersebut. Selain itu, bukit Buton (Distrik Abepura).
buatan dan shelter itu diusahakan Kedua, pola adaptif, yakni
bisa ditempuh oleh warga kurang menyesuaikan pengelolaan pesisir
dari 15 menit. dan pulau-pulau kecil terhadap
kenaikan muka air laut. Salah satu
Kenaikan Muka Air Laut contohnyas adalah penggunaan
konstruksi bangunan yang
Penanggulangan bencana
beradaptasi pada kenaikan muka air
pesisir dan pulau-pulau kecil akibat
laut. Rumah-rumah model di tepi
kenaikan permukaan air laut dapat
pantai dibuat model panggung agar
ditempuh dengan tiga alternatif.
aman dari genangan air laut,
Pertama, pola protektif yaitu
terutama pada waktu air laut pasang
dengan membuat bangunan
seperti model rumah panggung di
pelindung pantai yang mampu
pemukiman di Pantai Vietnam ,
mencegah air laut agar tidak
Pantai Dock, Kampung Pulau Kayu
merengsek ke darat. Pola tersebut
Pulo, Kampung Kapere, dan Pantai
bertujuan melindungi pemukiman,
Hamadi Borero (TPI). Sedangkan
industri wisata, jalan raya, daerah
bagi daerah pertanian yang tergenang
pertanian, dan lain-lain dari
air laut akibat kenaikan muka air laut
genangan air laut. Pola ini memang
dapat diubah peruntukannya menjadi
memerlukan biaya yang cukup
lahan budidaya perikanan.
mahal. Namun demikian pola ini
Ketiga, pola mundur (retreat)
ccok diterapkan untuk melindungi
yang bertujuan menghindari
sarana-prasarana di kawasan pesisir
genangan dengan cara merelokasi
dan pulau-pulau kecil yang difatnya
(memindahkan) pemukiman,
vital dan strategis seperti fasilitas di
industri, daerah pertanian, dan lain-
sekitar pelabuhan, kantor dan hotel di
lian ke arah darat agar tidak
pusat Kota Jayapura (Kantor
terjangkau air laut akibat kenaikan
Gubernur Provinci Papua, Bank
permukaan air laut.
Papua, Swiss-bell Hotel, dan lain-
lain).
Pola protektif lain yang dapat Tanah Longsor
ditempuh adalah dengan melakukan Kegiatan struktur/fisik dan
restorasi melalui peremajaan pantai non fisik untuk mitigasi terhadap
dan rehabilitasi mangrove (vegetasi jenis bencana tanah longsor dapat
pantai). Cara restorasi dengan meliputi:
peremajaan pantai (beach a) Pemetaaan dan analisis tingkat
nourishmat) merupakan alternatif kerentanan gerakan tanah
yang sudah cukup lama dikenal. dengan skala peta sesuai
Proses ini meliputi pengambilan RTRW Kota Jayapura
material dari tempat yang tidak b) Perkuatan lereng. Di bagian
membahayakan dan diisikan ke lereng atas lokasi bencana
24
Dahlan, Analisis Mitigasi Bencana Lingkungan Laut .............

perlu lebih banyak ditanami maupun secara real time


dengan tanaman keras yang menggunakan perangkat
berakar dalam dan kuat, yang peralatan yang dapat mengukur
sudah ada tetap dipertahankan dan mengirimkan data secara
agar lereng lebih stabil. terus menerus ke stasiun
c) Lereng ditata, dilarang penerima di daratan.
melakukan penggalian atau b) Pembuatan waste water
pemotongan lereng pada treatment atau Instalasi
daerah atau lereng yang terjal Pengelolah Limbah di titik-titik
d) Dibuat drainase yang memadai yang padat aktivitas penduduk
di lingkungan sekitar daerah dan industri
rawan bencana, agar air tidak c) Pembuatan regulasi yang jelas
menjenuhi lereng dan tegas terhadap segala
e) Perlu dibuat tembok penahan aktivitas penduduk dan industri
tebing yang memenuhi dalam membuang limbahnya
persyaratan teknis. ke suatu badan air.
f) Relokasi pemukiman yang d) Perlunya dilakukan
berada di atas tebing curam ke pendekatan kesadaran berupa
tempat lain yang lebih aman. penyuluhan dan pendidikan
g) Menjauhkan pemukiman bagi masyarakat
minimal 20 meter dari tebing e) Mengikutsertakan Lembaga
terjal. Swadaya Masyarakat dalam
h) Masyarakat agar tetap waspada kegiatan Penyuluhan dan
terutama bila terjadi hujan pendidikan tersebut
lebat dan bila perlu mengungsi
sementara. Nonstruktur/nonfisik
i) Pemasangan rambu dan peta di Kegiatan nonstruktur/nonfisik
lokasi rawan bencana untuk mitigasi bencana pesisir dan
longsor/gerakan tanah. pulau-pulau kecil meliputi:
j) Penerapan sistem peringatan a) penyusunan peraturan
dini perundang-undangan;
k) Pendidikan dan pemberdayaan b) penyusunan peta rawan
masyarakat desa/kota untuk bencana;
menekan resiko keterpaparan c) penyusunan peta risiko
terhadap bencana bencana;
longsor/gerakan tanah. d) penyusunan analisis mengenai
l) Pemerintah Daerah perlu dampak lingkungan (amdal);
meningkatkan e) penyusunan tata ruang;
sosialisasi/penyuluhan tentang f) penyusunan zonasi; dan
mitigasi bencana tanah longsor. g) pendidikan, penyuluhan, dan
penyadaran masyarakat.
Pencemaran
a) Penerapan teknologi
pemantauan dan sistem DAFTAR PUSTAKA
peringatan dini pencemaran.
Kegiatan pemantauan perairan BPS Kota Jayapura., 2009. Jayapura
laut dapat dilakukan secara Dalam Angka.
manual dan sampling berkala,
25
The Journal of Fisheries Development, Juli 2014 Jilid 1, Nomor 1 : 13-26

Badan Meteorologi dan Geofisika. Prawiradisastra, S. 2004.


2007. Peta Seismotektonik Gempabumik Nabire tahun
Indonesia. Jakarta: BMG. 2004 dan saran
Penanggulangannya dalam
CV. Mitra Duta Harimurti. 2007.
Tejakusuma, I.G dan
Mitigasi bencana lingkungan
Marwanto, B. (eds): Year Book
pesisir Kab. Biak Numfor dan
Mitigasi Bencana 2004. BPPT
Nabire Prov. Papua. Laporak
Jakarta. Pp. 113 – 121.
Akhir. Pp. 93.
GESAMP, 1986. Review of
Daly, M.C., Hooper, B.G.D., and
potentially Hamrfull Substance
D.G. Smith. 1987. Tertiary
Nutrient,s Report and Studies
Plate Tectonics and Evolution
0f GESAMP. No. 34.
in Indonesia; The Sixth
UNESCO, Paris.
Regional Congress on
Geogology, Mineral and Gomez, E.D. and Halen, T.Y., 1988.
Hydrocarbon Resources of Monitoring Reef Condition. In:
Southeast Asia. Jakarta. Eds.:
Dahuri, R, R Jacub, P.G Sapta, dan M. R.A. Kenchington and B.E.T.,
Hudson. p.187-195. UNESCO.
J . Sitepu. 2001. Pengelolaan
Jakarta.
Sumberdaya Wilayah Pesisir dan
Lautan Terpadu. PT Pradnya IPCC, Climate Change 1995: A
Paramita, Jakarta. report of the
interegovernmental panel on
Diposaptono, S. 2007. Meredam
climate change, IPCC report,
abrasi dengan tuntas dalam
Geneva, Switzerland, 64p.,
Diposaptono, S (ed): Sebuah
1995.
Kumpulan Pemikiran
Mengantisipasi Bencana KEPMEN LH No. 51 (2004).
Gempabumi, tsunami, banjir, Keputusan Menteri Negara
abrasi, pemanasan global, dan Lingkungan Hidup Tentang
semburan lumpur sidoarjo. PT. Baku Mutu Air Laut. MENLH.
Sarana Komunikasi Utama. Jakarta
Bogor. Pp: 85 – 95. Natawidjaja, D.H. 2007. Bahan
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Pelatihan Pemodelan Run-Up
Air Bagi Pengelolaan Tsunami, Ristek, 20-24
Sumberdaya dan Lingkungan Agustus 2007: Tectonic setting
Perairan. Penerbit Kanisius. Indonesia dan Pemodelan
Yogyakarta. Sumber Gempa dan Tsunami.
Jakarta: LIPI.
Lembaga Konservasi Laut Papua,
2008. Penyusunan Profil Serta PT.Global Adhikreasindo. 2009.
Rencana Pengelolaan Penyusunan Rencana
Sumberdaya Pesisir dan Pulau- Pengelolaan Ruang Laut Kota
Pulau Kecil Kota Jayapura. Jayapura. Laporan Akhir. Pp.
Laporan Akhir. Bappeda Kota 169.
Jayapura. Pp. 97.

26

Anda mungkin juga menyukai