Anda di halaman 1dari 59

PROPOSAL

ASUHAN KEPERAWATN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN


CAIRAN DAN ELEKTROLIT: DIARE PADA An . X DENGAN
DIAGNOSIS MEDIS DIARE DI RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA KUPANG

Oleh:

AGUSTINA NARA
11581118

YAYASAN MARANATHA NUSA TENGGARA TIMUR AKADEMI


KEPERAWATAN MARANATHA GROUPS
2021
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT: DIARE PADA An .X DENGAN
DIAGNOSIS MEDIS DIARE DI RUANG CEMAPAKA RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA KUPANG

PROPOSAL

Disusun Untuk Memenuhi Persayaratan Dalam Penyusunan Karya Tulis


Ilmiah

Oleh:
AGUSTINA NARA
11581118

YAYASAN MARANATHA NUSA TENGGARA TIMUR AKADEMI


KEPERAWATAN MARANATHA GROUPS
2021

i
SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Proposal ini adalah hasil karya sendiri dan bukan
merupakan jiplakan atau tiruan dari proposal orang lain untuk memperoleh gelar
dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun baik sebagian
maupun keseluruhan.

Kupang 13 Juni 2021


Yang Menyatakan

Agustina Nara
11581118

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN


CAIRAN DAN ELEKTROLIT: DIARE PADA An.X DENGAN
DIAGNOSIS MEDIS DIARAE DI RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA KUPANG

OLEH

Agustina Nara
11581118

Telah di periksa dan disetujui serta layak untuk di pertahankan di hadapan Tim
pengujui Sidang Ujian Proposal Tugas Akhir pada Akadeni Keperawata
Maranatha Groups, Pada Tanggal, juni 2021

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Bassaf N. D. Faot, S.Kep.,Ns Emirensiana Kapitan, S.Pd


NUP. 9908431820 NUP. 9908431812
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN


CAIRAN DAN ELEKTROLIT: DIARE PADA AN.X DENGAN
DIAGNOSIS MEDIS DIARE DI RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA KUPANG

OLEH

Agustina Nara
11581118

Pada Tanggal, juni 2021

KOMISI PENGUJI

PENGUJI I PENGUJI II

Kurnia B.Y. Pellondou,S.Kep. Ns.M.Kes Meldy E H Lede. S. Kom. M. Kes


NIDN : 9908431820 NIDN : 9908420086

Mengetahui,
Direktur Akper Maranatha Groups

Camelia BakkerS.Si-Teol.M.Si
NIDN:0810128702
IDENTITAS TIM PENGUJI

JUDUL PROPOSAL INI


ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN
DAN ELEKTROLIT: DIARE PADA AN.X DENGAN DIAGNOSIS MEDIS
DIARE DI RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KUPANG

Nama Mahasiswa : Agustina Nara


Nim : 11581118
Program Studi : DIII Keperawatan

Komisi Pembimbing
Pembimbing 1 : Bassaf N.D.Faot,S.Kep.,Ns
Pembimbing II  : Emirensiana Kapitan,SPd

Tim Dosen Penguji


Penguji I : Kurnia B. Yunita Pellondou,S.Kep.Ns.M.Kep
Penguji II : Meldy E. H. LedeS.Kom.M.Kes

Tanggal Ujian : Juni 2021


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal dengan judul: asuhan keperawatan pada An x .dengan diare Di Ruang
cempaka RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KUPANG proposal ini penulis
selesaikan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan
D III Keperawatan pada Akper Maranatha Groups.
Penulis menyadari bahwa dalam menylesaian proposal ini banyak kendala
dan hambatan, namun berkat kerelaan dan bantuan dari beberapa pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung akhirnya Karya Proposal ini dapat
diselesaikan. Melalui kesempatan ini dengan setulus hati penulis menyampaikan
ucapan Terima Kasih yang sebesar – besarnya kepada:
1. Drs. Samuel Sellan, selaku Dewan Pembina Yayasan Maranatha Nusa
Tenggara Timur yang memberikan fasilitas dalamperkuliahan.
2. Ariesty Sellan, selaku Pembina Yayasan Maranatha Nusa Tenggara Timur
yang memberikan kesempatan pada penulis dalam menyelesaikan
perkuliahan di Akademi Keperawatan MaranathaGroups.
3. Alfreid Selan selaku Ketua Yayasan Maranatha Nusa Tenggara Timur yang
memberikan kesempatan pada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan di
Akademi Keperawatan Maranatha Groups
4. Camelia Bakker S.Si-Teol.M.Si, selaku Direktur Akademi Keperawatan
Maranatha Groups yang telah memberikan rekomendasi dan kesempatan
bagi penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiahini.
5. Awaliyah M.Suwetty.S.Kep.Ns.M.Kep sebagai wadir Akademi
Keperawatan Maranatha Groups yang telah memberikan rekomendasi dan
kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiahini.
6. Kurnia B.Yunita Pellondou, S.Kep.,Ns.M.Kes Selaku penguji 1 yang telah
mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiahini.
7. Meldy E. H. Lede, S.Kom.M.Kes selaku penguji 2 yang telah mengarahkan
dan membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiahini.
8. Bassaf Nerges Dionisius Faot, S.Kep.,Ns selaku pembimbing 1 yang telah
mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiahini.
9. Emireansiana Kapitan,SPd. selaku pembimbing 2 yang telah mengarahkan
dan membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiahini
10. Seluruh staf dosen Akademi Keperawatan Maranatha Groups yang telah
memberikan ilmu, bimbingan, motivasi, dan arahan selama dalam proses
perkulihan serta para staf akademik dan pegawai perpustakaan yang sudah
mengijinkan penulis untuk meminjamkan buku sebagai referensi dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiahini.
11. Kedua orang tua tercinta Bapa Bernadus B. Lomi dan, Mama Paulina Weo
Bangnggu serta kakak dan adik tersayang, Rio, Yohanis, Noni, Susi, Bunda,
yang memberi semangat dan selalu mendukung penulis dalam bentuk
materil maupun doa selama proses perkuliahan sampai penyelesaian
proposal.
12. Teman-teman dan kekasih yang telah memberikan dukungan dan motivasi
bagi penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Imiah ini, Khususnya
(Alinda,Sohy dan Demfy Yoranis Nifueki)
13. Teman-teman Mahasiswa Akademi Keperawatan Maranatha Groups
angkatan ke 1 tahun 2018 (AKM 18) atas kebersamaan, bantuan, dan
motivasi.
Semoga Tuhan Yang maha Esa memberkati dan menyertai kita masing-
masing di dalam tugas dan karya kita semua.Penulis menyadari bahwa proposal
ini ini jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
bersifat membangun dan bermanfaat sangat penulis harapkan dalam
penyempurnaan proposal. Akhir kata penulis berharap semoga penyusunan
proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
DAFTAR ISI

Halaman
COVER
LEMBAR JUDUL .................................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN......................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................v
IDENTITAS PENGUJI........................................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan...............................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
1. Konsep Medis.......................................................................................................7
a. Defenisi..........................................................................................................7
b. Klasifikasi......................................................................................................7
c. Etiologi..........................................................................................................8
d. Manifestasi Klinis........................................................................................10
e. Patofisiologi................................................................................................12
f. Komplikasi.................................................................................................14
g. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................15
h. Penatalaksanaan..........................................................................................16
2. Konsep Asuhan Keperawatan ...........................................................................20
a. Pengkajian Keperawatan............................................................................20
b. Diagosa Keperawatan.................................................................................24
c. Intervensi Keperawatan..............................................................................27
d. Implementasi Keperawatan........................................................................35
e. Evaluasi Keperawatan................................................................................36
BAB 3 METODE PENELITIAN.......................................................................39
A. Desain Penelitian...............................................................................................39
B. Subjek,Tempat Dan Waktu Penelitian .............................................................39
C. Teknik Pengumpulan Data................................................................................40
D. Jenis-Jenis Data.................................................................................................42
E. Etika Studi Kasus...............................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................44
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare adalah keadaan tidak normalnya pengeluaran feses yang ditandai


dengan peningkatan volume dan keenceran feses serta frekuensi buang air
besar lebih dari 3 kali sehari (pada neonatus lebih dari 4 kali sehari) dengan
atau tanpa lendir darah (Nurul & Luthfiana 2016).Diare saat ini masih
merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada masyarakat.Diare
juga merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di
berbagai negara (Widoyono, 2011). Diare dapat menyerang semua
kelompok usia terutama pada anak. Anak lebih rentan mengalami diare,
karena sistem pertahanan tubuh anak belum sempurna (Soedjas, 2011).
Menurut WHO dan United Nations Children's Fund (UNICEF), ada
sekitar dua miliar kasus penyakit diare di seluruh dunia setiap tahunnya, dan
1,9 juta anak dibawah usia 5 tahun meninggal karena Diare.Secara global
terjadi peningkatan kejadian kematian akibat diare pada balitadari tahun
2015 -2017. Pada tahun 2015, diare menyebabkan sekitar 688 juta orang
sakit dan 499 kematian di seluruh duniaterjadi pada anak – anak dibawah 5
tahun. Hampir 1,7 miliar kasus diare terjadi pada anak dengan angka
kematian sekitar 525.000 pada anak balita tiap tahunnya. Setiap episodenya
diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk
tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak
(Deby 2020).Pada tahun 2016 Diare dapat ditularkan melalui makanan serta
minuman yang sebelumnya sudah terkontaminasi oleh agen patogen yang
menginfeksi usus diantaranya oleh virus, bakteri, dan parasit yang
merupakan salah satu dari penyebab utama pada masyarakat.Bakteri yang
biasa ditemukan adalah Salmonella, Escherichiacoli,Shigella,danCampylob
acter.ParasitolehGardialamblia, Entamoeba histolytica, dan Cryptosporidi
um.Infeksi virus dari rotavirus, dan norovirus menjadi penyebab utama diare
pada anak dan balita (Widdowson et al, 2005). Faktor-faktor lain yang

1
menyebabkan diare adalah malabsorbsi laktosa oleh usus, dan keracunan
makanan Kematian pada kasus diare biasanya terjadi akibat dehidrasi berat
dengan 70-80% diantaranya berusia balita (Paramitha et al, 2010) dan
(yunita 2019).Menurut (NANDA, 2015) diare adalah keadaan buang air
besar lebih dari 3 kali dalam sehari dengan konsistensi cair atau lunak.
Indonesia merupakan salah satu negara yang terpapar penyakit diare
bila ditinjau dari angka kesakitan dan kematian yang ditimbulkannya
penyakit diare termasuk ke dalam sepuluh penyakit terbesar. Berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, kejadian diare di
Sumatera Selatan menduduki urutan kelima terbesar di Indonesia dengan
prevalensi diare menurut kelompok umur terbesar terjadi pada kelompok
umur 1-4 tahun adalah 11,5% menurut diagnosis tenaga kesehatan dan
12,8% berdasarkan gejala yang pernah dialami (Kemenkes RI,
2018).Berdasarkan data dari Kemenkes RI (2019) dalam Riset Kesehatan
Dasar (Riskedas) untuk tahun 2018, kelompok umur 1-4 tahun (12,8%) dan
jenis kelamin perempuan (8,3%) adalah kelompok yang paling banyak
penderitanya. Keadaan sosio-ekonomi juga menjadi faktor yang
berhubungan dengan kejadian diare semakin baik keadaan sosio-ekonomi
suatu keluarga, semakin berkurangnya insiden terjadinya diare (Oliveira et
al, 2017, Sumampouw et al, 2019). Berdasarkan data profil kesehatan
Indonesia tahun 2016, penemuan kasus diare yangditangani 46,4% dari
jumlah penderita diare keseluruhan yang tercacat berjumlah 6.897 orang
tahun 2017 kasus diare sebesar 142,757 dan yang ditangani sebesar 46,097
kasus (32,3%).
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tengara Timur pada
bulan januari 2020 penderita diare mencapai 790 kasus, terjadi penurunan
pada bulan berikut, Februari 635 kasus, maret 610 kasus pada bulan juli
terdapat 478 kasus. Tahun 2020 bulan Januari sampai Juni di kota Kupang
penderita diare terdapat 500 kasus ( Riskesdas 2020). Berdasarkan data dari
Rumah Sakit Bhayangkara Kupang ruangan cempaka 6 bulan terahir ini
terhitug dari bulan Desember 2020 sampai bulan mei 2021 total 25 kasus

2
dengan rincian desember 7 kasus, Januari 8 kasus, Februari 3 kasus, Maret 2
kasus, April 4 kasus dan Mei 1 kasus. (Register ruagan cempaka 2021).
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa data diare masih meningkat dari
tahun ke tahun dan menjadi ancaman dalam peningkatan derajat kesehatan
masyarat.
Diare pada bayi dan balita ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya: yaitu infeksi, malabsorbsi, makanan, dan psikologis anak.
Infeksi enteral merupakan infeksi saluran percernaan, yang menjadi
penyebab utama Diare pada anak.Infeksi enteral disebabkan karena bakteri,
virus dan parasit. Sedangkan infeksi parenteral merupakan infeksi dari luar
pencernaan seperti otitis media akut (OMA), bronkopneumonia, ensefalitis.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun
(Ngastiyah,2014).
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi resiko meningkatnya episode
diare, diantaranya diare tanpa dehidrasi dilakukan rencana terapi A yaitu:
memberikan cairan banyak dari biasanya, memberikan zinc 10 hari berturut-
turut walaupun diare sudah berhenti, memberikan makanan atau asi
eksklusif, memberikan antibiotik sesuai dengan indikasi, dan menasehati
orang tua. Selanjutnya pada penatalaksanaan diare dengan dehidrasi sedang
memberikan terapi B yaitu: memberikan oralit yang terdiri dari campuran air
dengan gula dan garam yang berfungsi untuk menggantikan elektrolit 3 jam
pertama, memberikan minum sedikit tapi sering dan memberikan zinc.
Kemudian pada penatalaksanan diare dengan dehidrasi berat dapat
memberikan terapi C yaitu: memberikan cairan intravena, memberikan
oralit, memberikan minum sedikit tapi sering dan memberikan zinc selama
10 hari berturut-turut (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan, 2011). Masalah keperawatan yang muncul yaitu:
Gangguan pertukaran gas, Diare, Hipovolemia, Gangguan intergritas kulit,
Defisit nutrisi, Resiko syok, Anisetas Kekurangan volume cairan, (Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia).

3
Dampak masalah fisik yang akan terjadi bila diare tidak diobati akan
berakibat kehilangan cairan dan eletrolit secara mendadak. Pada balita akan
menyebabkan anoreksia (kurang nafsu makan) sehingga mengurangi asupan
gizi, dan diare dapat mengurangi daya serap usus terhadap sari makanan.
Dalam keadaan infeksi, kebutuhan sari makanan pada anak yang mengalami
diare akan meningkat, sehingga setiap serangan diare akan menyebabkan
kekurangan gizi. Jika hal ini berlangsung terus menerus akan menghambat
proses tumbuh kembang anak. Sedangkan dampak psikologis terhadap anak-
anak antara lain anak akan menjadi rewel, cengeng, sangat tergantung pada
orang terdekatnya (Widoyono, 2011).
Peran perawat sebagi advokat adalah membantu kalien dan kelurga
dalam menginterpretasikan informasi tentang diare dan menjaga prifasi
klien, sebagai pendidik dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien
anak dengan diare dapat dilakukan dengan observasi : diantaranya
memantau asupan pengeluaran cairan dan pemasukan cairan. Terapeutik:
pemberian orait, pemberian terapi cairan intravena perlu pengawasan untuk
asupan cairan, kecepatan tetesan harus diatur untuk memberikan cairan
dengan volume yang dikehendaki, kolaborasi : mengkolaborasi dengan tim
Gizi untuk pemebrian asuapan nutris, edukasi : menjelakan tanda dan gejala
dehidrasi menganjurkan mengkomsumsi buah yang mengandung banyak air
(mis, semangka, pepaya), menganjurkan menilai sataus hidrasi berdasarkan
warna urine menganjurkan makan sedikit tapi sering pada anak, dan
memantau status tanda-tanda vital (Standar intervensi Keperawatan
Indonesia 2019).
Berdasarkan uraian masalah diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus tentang asuhan keperawatan Dengan Gangguan
Cairan dan Elektrolit: Diare pada An.X dengan Diagnosis Medis diare di
ruang Cempaka Rumah Sakit Bhayangkara Kupang berdasarkan pola pikir
ilmiah dengan pendekatan proses Asuhan keperawatan.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah
pada studi kasus ini adalah Bagaimanakah Gambaran asuhan keperawatan
Dengan Gngguan Cairan Dan Elektrtolit: Diare pada An. X. Dengan
Diagnosis Medis diare Di Ruang Cempaka Rumah Sakit Bhayangkara
Kupang”?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam
memahami konsep teori dan penerapan asuhan keperawatan dengan
gangguan Cairan dan Elktrolit: Diare pada pasien An.x Dengan Diagnosis
Medis diare di ruang Cempaka Rumah sakit Bhayangkara Kupang dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan ”

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan dengan


gangguan Cairan dan Elktrolit: Diare pada pasien An.x Dengan Diagnosis
Medis diare di ruang Cempaka Rumah sakit Bhayangkara Kupang”

b. Merumuskan diagnosis keperawatan dengan gangguan Cairan dan


Elktrolit: Diare pada pasien An.x Dengan Diagnosis Medis diare di ruang
Cempaka Rumah sakit Bhayangkara Kupang”

c. Mampu menyusun rencana keperawatan dengan gangguan Cairan dan


Elktrolit: Diare pada pasien An.x Dengan Diagnosis Medis diare di ruang
Cempaka Rumah sakit Bhayangkara Kupang”

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan dengan gangguan


Cairan dan Elktrolit: Diare pada pasien An.x Dengan Diagnosis Medis
diare di ruang Cempaka Rumah sakit Bhayangkara Kupang”

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan dengan gangguan Cairan


dan Elktrolit: Diare pada pasien An.x Dengan Diagnosis Medis diare di
ruang Cempaka Rumah sakit Bhayangkara Kupang”

5
D. Manfaat Penulisan

1. Penulis
Proposal ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
penulis dalam memahami teori penyakit asuhan keperawatan pada
pasien diare.

2. Tempat Studi kasus


Proposal ini menjadi panduan untuk pemberian asuhan
keperawatan pada pasindiare di ruang Cempaka Rumah sakit
Bhayangkara Kupang.

3. Perkembangan Ilmu Keperawatan


Proposal ini sebagai salah satu acuan pengembangan asuhan
keperawatan yang profesional pada pasien dengan diare.

6
BAB II
TINJAUANPUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Dasar Medis Diare
a. Defenisi
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan
konsistensi feses. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses
lebih berair dari biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga
kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam
waktu 24 jam (Dinkes, 2016).
Diare adalah peningkatan frekuensi atau penurunan
konsistensi feses.Diare pada anak dapat bersifat akut atau kronik
(Carman, 2016) Diare merupakan gejala yang terjadi karena
kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan
sekresi . Diare di sebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang
abnormal dalam usus (Wong,2017).
Diare adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan
usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran
gastrointestinal dengan manifestasi disertai muntah-muntah atau
ketidaknyaman abdomen (Muttaqin & Sari, 2011).
b. Klasifikasi Diare
Menurut Wong (2016), diare dapat diklasifikasikan,
sebagai berikut:
1) Diare akut merupakan penyebab utama keadaan sakit pada
balita. Diare akut didefenisikan sebagai peningkatan atau
perubahan frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh
agens infeksius dalam traktus Gastroenteritis Infeksiosa (GI).
Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran napas atau (ISPA)
atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut biasanya sembuh
sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa
terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
2) Diare kronis dapat didefenisikan sebagai keadaan
meningkatnya frekuensi defekasi dan kandungan air dalam
feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari. Kerap
kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom
malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan,
alergi makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik yang
kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut
yang tidak memadai.
3) Diare intraktabel yaitu diare membandel pada bayi yang
merupakan sindrom pada bayi dalam usia minggu pertama dan
lebih lama dari 2 minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme
patogen sebagai penyebabnya dan bersifat resisten atau
membandel terhadap terapi. Penyebabnyayang paling sering
adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara
memadai.
4) Diare kronis nonspesifik diare ini juga dikenal dengan istilah
kolon iritabel pada anak atau diare todler, merupakan penyebab
diare kronis yang sering dijumpai pada anak-anak yang berusia
6 hingga 54 minggu. Feses pada anak lembek dan sering
disertai dengan partikel makanan yang tidak tercerna, dan
lamanya diare lebih dari 2 minggu. Anak-anak yang menderita
diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal dan
tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada darah dalam fesesnya
serta tidak tampak infeksi enteric.

c. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain
penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan
salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau
penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih
dikenal dengan “penyakit diare”, karena dengan sebutan penyakit
diare akan mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit
diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya
karena dapat membawa bencana bisa terlambat.
Faktor penyebab diare, antara lain:
1) Faktor Infeksi
a) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi
infeksi enteral sebagai berikut:
(1) Infeksi bakteri: Vibrio. Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
(2) virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, Astrovirus, dan
lain-lain
(3) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuri s,
Strongyloides); protozoa (Entamoeba histolytica,
Giardia lamblia, Trichomonas hominis); jamur
(Candida albicans).
b) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan
makanan seperti: otitis media akut (OMA) tonsilitis/
tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur di bawah 2 tahun.
2) Faktor malabsorbsi
a) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
b) Malabsorbsi lemak.
c) Malabsorbsi protein.
3) Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap
makanan.
4) Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat
terjadi pada anak yang lebih besar). (Ngastiyah (2014).
5) Factor perilaku terjadinya diare adalah:
a) Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif),
memberikan makanan pendamping/MP, ASI terlalu dini
akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman.
b) Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko
terkena penyakit diare karena sangat sulit untuk
membersihkan botol susu.
c) Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun
sebelum memberi ASI/makan, setelah buang air besar
(BAB), dan setelah membersihkan BAB anak.
d) Penyimpanan makanan yang tidak higienis.
6) Faktor lingkungan antara lain:
a) Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya
ketersediaan mandi cuci kakus (MCK).
b) Faktor musim:varisi pola musim diare dapat terjadi
menurut letak geografis.Di indonesia diare yang di
sebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun
dengan peningkatan sepanjang musim kemarau ,dan diare
karna bakteri cenderung meningkat pada musim hujan.
c) Faktor lingkungan meliputi kepadatan perumahan
kesediaan sarana air bersih (SAB), Pemanfatan SAB,
kualitas air bersih, (jurri dansoenarto,2015)
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Menurut Kusuma (2016) yaitu:
1) Menurut lamanya diare:
a) Diare akut
(1) Buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa tidak
enak dan nyeri perut
(2) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan
bunyi padaperut
(3) Demam biasanya dalam menanggapi infeksi seperti
virus atau infeksi bakteri atau peradangan karena
penyakit
b) Diare kronik
(1) Penurunan berat badan dan napsu makan
(2) Demam biasanya dalam menanggapi infeksi seperti
virus atau infeksi bakteri atau peradangan karena
penyakit
(3) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut
lemah
2) Menurut Dehidrasi
a) Diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan),tanda-tandanya:
(1) Bab cair1-2×/hari
(2) Nafsu makan berkurang
(3) Masih ada keininan untuk bermain
b) Diare dengan dehidrasi ringan atau sedang tanda-tandanya:
(1) Bab cair4-9×/hari
(2) Kadang muntah1-2×/hari
(3) Suhu tubuh kadang meningkat
(4) Rewel,gelisah
(5) Matacekung
(6) Tidak napsu makan
(7) Minum dengan lahap atau haus
(8) Badan lesu lemas
(9) Cubit kulit kembali denganlambat
c) Diare dengan dehidrasi berat,tanda-tandanya:
(1) Bab cair terus menerus
(2) Muntah terus menerus
(3) Haus mata cekung
(4) Bibir kering dan biru
(5) Tangan dan kaki dingin
(6) Sangat lemas dan tidak napsu makan
(7) Letargis/tidak sadar
(8) Cubit kulit perut kembali sangat lambat (>2detik)
(9) Tidak Bak selama 6 jam
(10) Kadang kadang kejang atau panas tinggi. (Lestari2016)

e. Patofisiologi
Menurut Muttaqin & Sari (2011) secara umum kondisi
peradangan pada gastrointestinal disebabkan oleh infeksi dengan
melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan
atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan
peningkatan sekresi cairan atau menurunkan absorpsi cairan
sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit.
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1) Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan dengan asupan
makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
2) Respons inflamasi mukosa, terutama pada seluruh permukaan
intestinal akibat produksi enterotoksin dari agen infeksi
memberikan respons peningkatan aktivitas sekresi air dan
elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.
3) Gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare.
4) Usus halus menjadi bagian absorpsi utama dan usus besar
melakukan absorpsi air yang akan membuat solid dari
komponen feses, dengan adanya gangguan dari gastroenteritis
akan menyebabkan absorpsi nutrisi dan elektrolit oleh usus
halus, serta absorpsi air menjadi terganggu. Proses terjadinya
diare dapat di sebabkan oleh berbagai macam kemungkinan
faktor di antaranya : faktor infeksi dimana proses ini diawali
dengan masuknya mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan
kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa
usus yang dapat menurunkan usus. Berikutnya terjadi perubahan
dalam kapasitas usus sehingga menyebabkan gangguan fungsi
usus dalam mengabsorpsi (penyerapan) cairan dan elektrolit.
Dengan adanya toksis bakteri maka akan menyebabkan
gangguan sistem transpor aktif dalam usus akibatnya sel mukosa
mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit
meningkat.
5) Faktor malaborpsi merupakan kegagalan dalam melakukan
absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat
sehingga terjadi pergeseran cairan dan elektrolit ke dalam usus
yang dapat meningkatkan rongga usus sehingga terjadi diare.
Pada factor makanan dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak
diserap dengan baik sehingga terjadi peningkatan dan
penurunan peristaltic yang mengakibatkan penurunan
penyerapan makanan yang kemudian terjadi diare.
f. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi dari diare akut maupun kronis,
Menurut Nelwan (2014).Yaitu:
1) Kehilangan cairan dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimban
asam basa (asidosis metabolic),
2) Kehilangan natrium bicarbonate bersama tinja.
a) Walaupun susu diteruskan, sering dengan pencernaan dalam
waktu yang terlalulama
b) Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi
dengan baik adanya hiperstaltik.
3) Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah,
maka dapat terjadi gangguan sirkulasi dara berupa renjatan atau
syok hipovolemik.Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah sehingga dapat mengakibatkan
perdarahan di dalam otak, kesadaran menurun, dan bila tidak
segera ditolong maka penderita meninggal.
4) Hiponatremia
Anak dengan diare hanya minum air putih atau cairan
yang hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadi
hiponatremi (Na< 130 mol/L).Hiponatremi sering terjadi pada
anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan
oedema.Oralit aman dan efektif untuk terapi darin hamper
semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasi, koreksi Na
dilakukan berasama dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu:
memakai Ringer Laktat.
Bila tidak teratasi bias menjadi diare kronis (terjadi
sekitar1% pada diarea kutpada wisatawan). Bisa timbul
pertumbuhan bakteri diusus secara berlebihan, sindrom
malabsorbsi. Tanda awal pada inflammatory boweldiseas,
Menjadi predis posisi sindrom araiter’ satau sindrom hemolitik-
uremikum”. kebanyakan penderita sembuh tanpa adanya
komplikasi, sebagian kasus mengalami komplikasi dehidra si
dan juga kelainan elektrolit atau pengobatan yang di berikan.
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu Hipernatremia,
Hiponatremia, demam, edema, asi dosis, hipokalemia,
illeusparalitikus, kejang, intoleransi laktosa, muntah dan gagal
ginjal. Menurut Nelwan (2014).
g. Pemeriksaan Penunjang Diare
Pemeriksaan penunjang terhadap penyakit diare yaitu
pemeriksaan darah yang meliputi :
1) Darah perifer lengkap, (RBC nilai normal pada pria 5-6 juta
sel/ml sedangkan pada wanita 4-5 juta sel/ml ; WBC nilai normal
4.500 hingga 10.000 sel/ ml ; Trombosit nilai normal 140 ribu
hingga 450 ribu sel/ml ; hemoglobin nilai normal pada pria 14-
17g/dL pada wanita 12-15g/dl ; hematokrit nilai normal pada
pria dewasa 40-54% dan pada wanita dewasa 38-46% dan pada
anak –anak 30-40%, ureum nilai normal laki-laki dewasa 8-20
mg/dl dan pada wanita dewasa 6- 20mg/dl dan pada anak-anak 5-
18 mg/dl, kreatinin nilai normal 0,6 - 1,2 mg/dl untuk pria dan
wanita 0,5-1,1 mg/dl,elektrolit (Na+ nilai normal 104,67 Meq/L ,
K+nilai normal 4,611 Meq/LCl_nilai normal 93,44 Meq/L), albumin
nilai normal 3,5-5,9 gr/dl.
2) Analisa gas darah (bila dicurigai ada gangguan keseimbangan
asam basa), pemeriksaan toksik (C.Difficile), antigen (E.Hystoliti
ca).
3) Feses meliputi analisa feses (rutin: leukosit difeses. Pemeriksaan
parasit: amoeba, hif).
4) Pemeriksaaan kultur bertujuan untuk menemukan pertumbuhan
bakteri yang tidak normal yang menyebabkan infeksi di dalam
saluran pencernaan.
5) Pada kasus ringan, diare bias teratasi dalam waktu <24 jam.
Pemeriksaan lanjut diutamakan pada kondisi yang berat yang
tidak teratasi sehingga menyebabkan hipotensi, disentri,
disertai demam, diare pada usia lanjut, atau pasien dengan
kondisi imun yang rendah (pasien dengan penggunaan obat
kemoterapi) Nelwan(2014).
h. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
Pemberian cairan,jenis cairan,cara memberikan cairan,
jumlah pemberian cairan.
a) Oral: pedialyte atau oralit, Ricelyte
Jalan masuk atau cara pemberian cairan per oral: pada
pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan
per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3,
KCL dan glukosa. untuk diare akut dan kolera pada anak di
atas 6 bulan kadar natrium 90 mE/l. pada anak di bawah
umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan maupun sedang kadar
natrium 50-60mEg/l. formula lengkap disebut oralit,
sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
lengkap karna banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
b) Parenteral: NaCl, Isotonic, infuse
Cairan parenteral: Diberikan pada pasien dengan
dehidrasi berat berupa cairan Ringer Laktat (RL) dengan
rincian sebagai berikut:untuk anak umur 1bulan-2 bulan berat
badan 3-10kg : 1 jam pertama :40 ml / kg BB / menit=3 tts / k
g / BB/menit(infuse set berukuran 1 ml=15 tts atau 13
tts/kgBB/menit(set infuse 1ml=20 tts);7jam beri kutnya:12
ml/kgBB/menit=3 tts/kgBB/mnt(infus set berukuran 1 ml=15
tts atau 4 tts/kgBB/menit(set infus1 ml=20 tetes);16 jam beri
kutnya: 125ml/kgBB/oralit.Untuk anak lebih dari 2-5 tahun
dengan berat badan 10- 15kg :1 jam pertama:30ml/kgBB/jam
atau tts/kgBB/ mnt(1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit(1
ml=20 tts) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat
badan 15- 2 glukosa5kg:1jam.pertama:20ml/kgBB/menit atau
5 tts/kgBB/mnt(1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit(1ml=20
tetes);7 jam berikut :10 ml/kgBB/jam atau2,5 tts/kgBB/mnt(1
ml=15 tts atau 3  tts/kgBB/menit(1 ml=20 tetes);16 jam berikut 105
ml/kgBB/oralit per oral. Untuk bayi baru lahir dengan berat
badan 2 - 3 kg kebutuhan cairan 4:1(4 bagian glukosa 5%+ 1 bagia
n NaHCO3 1 ½%. Kecepatan:4 jam pertama:25ml/kgBB/jam atau
6 tts/kgBB/menit(1 ml=15tts) 8 tts/kg/BB/mnt(1 mnt=20 tts).untuk
bayi berat badan lahir rendah kebutuhan cairan:250 ml/kg/BB/24
jam,jenis cairan 4:1(4 bagian 10+1 bagian NaHCO3 1 ½%).
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan
yang dikeluarkan.
Jadwal pemberian cairan diberikan 2 jam pertama,
selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk
menghitung kebutuhan cairan.
c) Terpai sistematik seperti pemberian obat anti diare, obat anti
mortilitas dan sekresi usus,antiemetic
d) Pengobatan dietetic untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas
tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan:
(1) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa
rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM,
Almiron atau sejenislainnya).
(2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat
(nasi tim), bila anak tidak mau minum susu karena
dirumah tidak biasa.
(3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang
ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung
laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak
jenuh (Ngastiyah,2014).
e) kelompok obat-obatan anti diare
(1) Kelompok anti-sekresi  selektif
Terobosan terbaru millennium ini adalah mulai
tersedianya secara luas racecadotril yang bermanfaat
sebagai penghambat enzim enkephalinase, sehingga
enkephalin dapat bekerja normal kembali. Perbaikan
fungsi akan menormalkan sekresi elektrolit, sehingga
keseimbangan cairan dapat dikembalikan. Hidrasec
sebagai generasi pertama jenis obat paru anti-diare dapat
pula digunakan akan lebih aman pada anak.
(2) Kelompok opiate
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat,
lopermid hcl, serta kombinasi difenoksilat dan atropine
sulfat. Penggunaan kodein adalah 15-60 mg 3x sehari,
lopermid 2-4 mg/3-4 kali sehari. Efek kelompok obat
tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan
absorbsi cairan, sehingga dapat memperbaiki konsistensi
feses dan mengurangi frekuensi diare.Bila diberikan
dengan benar cukup aman dan dapat mengurangi
frekuensi defekasi sampai 80%.Obat ini tidak dianjurkan
pada diare akut dengan gejala demam dan sindrom
disentri.
(3) Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismuth subsalisilat,
pektin, kaolin, atau smekit diberikan atas dasar
argumentasi bahwa zat ini dapat menyerap.Bahan
infeksius atau toksin.Melalui efek tersebut, sel mukosa
usus terhindar kontak langung dengan zat-zat yang dapat
merangsang sekresi elektrolit, (Amin, 2015).
2) Penatalaksanaan Keperawatan
Bila dehidrasi masih ringan berikan minum sebanyak-
banyaknya 1 gelas setiap kali setelah pasien defekasi.Cairan
harus mengandung eletrolit, seperti oralit. Bila tidakada oralit
dapat diberikan larutan gula garam dengan 1 gelas air matang
yang agak dingindilarutkan dalam 1 sendok teh gula pasir dan 1
jumput garam dapur. Jika anak terus muntah atau tidak mau
minum sama sekali perlu diberikan melaluui sonde. Bila
pemberian cairan per oral tidak dapat dilakukan, dipasang infus
dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain (atas
persetujuan dokter). Yang penting diperhatikan adalah apakah
tetesan berjalan lancar terutama pada jam-jam pertama karena
diperlukan untuk segera mengatasi dehidrasi. Pada dehidrasi
berat selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat. Untuk
mengetahui kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan,
jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:
(a) Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set
infus yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol
infus waktu memantaunya.
(b) Perhatikan tanda vital : denyut nadi, pernapasan,suhu.
(c) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih
sering, encer atau sudah berubahkonsistensinya.
(d) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk
mencegah bibir dan selaput lendir mulut kering.
(e) Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi
makan lunak atau secara realimentasi. (Ngastiyah,2014).
2. Konsep Asuhan Keperawatan Diare
a. Pengkajian
1) Anamnesa
a) Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare
terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.Insiden paling
tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.Kebanyakan
kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal
ini membantu menjelaskan penurunan insiden penyakit
pada anak yanglebih besar.Pada umur 2 tahun atau lebih
imunitas aktif mulai terbentuk.Kebanyakan kasus
karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama pasien tidak menyadari adanya
infeksi.Status ekonomi juga berpengaruh terutama
dilihat dari pola makan dan perawatannya. Kejadian
diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak
perempuan (Susilaningrum, 2013).
b) Riwayat Kesehatan
(1) Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali sehari, BAB kurang
dari empat kali sehari dengan konsistensi cair
(diare tanpa dehidrasi) BAB 4-10 kali dengan
konsistensi cair (dehidrasi ringan atau
sedang).BAB lebih dari 10 kali (dehidrasi
berat).Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari
adalah diare akut.Bila berlangsung 14 hari
atau lebih adalah diare persisten, (Susilaningrum
, 2013).
(2) Riwayat Penyakit  Sekarang
Mula – mula bayi atau anak menjadi
cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat,
dan kemungkinan timbul diare, tinja makin cair,
mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna
tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur  
empedu, anus dan daerahsekitarnya timbul lecet
karena sering defekasi dan sifatnya makin lama
makin asam, gejala muntah dapat terjadi sebelum
atau sesudah diare, apabila pasien telah banyak
kehilangan cairan dan eletrolit, maka gejala dehidrasi
mulai tampak, dieresisterjadi oliguri (kurang 1
ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal
pada diare tanpa dehidrasi  Urine sedikit gelap.Pada
dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam
waktu 6 jam (dehidrasi berat) (sodikin2014).
(3) Riwayat penyakit  dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemaka
ian antibiotic atau kortikosteroid jangka panjang
(perubahan candida albicans dari saprofit menjadi
parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA, campak.
Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak
diare lebih sering terjadi pada anak-anak dengan
campak atau yang baru menderita campak dalam 4
minggu terakhir, adanya riwayat alergi terhadap
makanan atau obat-obatan (antibiotik), makan
makanan basi, karena faktor ini merupakan salah
satu kemungkinan penyebab diare, riwayat air
minum yang tercemar dengan bakteri tinja,
menggunakan botol susu, tidak mencuci tangan
setelah buang air besar, dan tidak mencuci tangan
saat menjamah makanan, riwayat penyakit yang
sering terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun
biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang
terjadi sebelumnya, selama, atau setelah diare
(Nursalam, 2014).
(4) Riwayat keracunan makanan atau kontak dengan
makanan yang terkontaminasi dan kontak denngan
hewan yang diketahui sebagai sumber infeksi enterik
dan memberikan manifestasi peradangan akut
gastrointenestinal yang dapat berbahaya sehingga
harus di lakukan dalam kondisi rehidrasi  cairan.
(5) Riwayat alergi penggunaan obat pencahar atau
antibiotic atau komsumsi makanan yang banyak
mengandung sorbitol danfruktosa.
c) Riwayat kesehatan  keluarga
Diare tidak dipegaruhi oleh faktor genetik tetapi
lebih kepada pola makan dan kebersihan makanan
dalam keluarga.
d) Riwayat  psikososial
Diare memunculkan ansietas, depresi, letargie
dan stress adanya nyeri, gelisah, muka layu, gerak fisik
lemas, penurunan pola bicara.
e) Riwayat  spiritual
Riwayat spiritual tergatung pada masing-masing
kepercayaan dan agama yang dianut oleh individu klien

2) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum:
(1) Diare tanpa dehidrasi: baik,sadar
(2) Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah,rewel
(3) Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidaksadar
(kesadaran:pada diarae kesadaran pasien  menurun)
b) Tanda -tanda vital: suhu tubuh cenderung meningkat,  pernapas
an dangkal, nadi cepattekanan darah menurun
c) Review of system
(1) B1 (Breating)  pernapasan:
Inspeksi: dyspnea, pernapasan cepat, frekuensi napas
meningkat >40×/menit karna asidosis metabolik
(kontraksi otot pernapasan
Palpasi: pada diare apakah ada nyeritekanan
Perkusi: untuk menegecek adanya massa pada paru
Auskultasi: bunyi paru abnormal atau normal. ronchi,
wheezing
(2) B2 (Blood)  kardiovaskuler:
Inspeksi: adanya kesemetrisan bagian dada, atau
tetaksi dinding dada
Palpasi: peningkatan nadi>120×/menit, pulsasi kuat,
CRT<3 detik
Perkusi: normal redup, ukuran dan bentuk jantung
secara kasar pada kasus diare masih dalam batas
normal
Auskultasi : tekanan darah menurun pada diare, untuk
mendengar sura jantung, irama jantung regular, bunyi
jantung S1 S2 tunggal
(3) B3 (Brain) persyarafan:Pada diare kuhususnya pada
sistem persyarafan biasanya di temukan suhu
tubuhmeningkat,akral hangat maupun dingin, (waspada
syok).
(4) B4 (bladder) perkemihan: pada pasien dengan diare kronis
produksi urin oliguria samapi anuria(200-400ml/ml/24
jam)frekuensi berkurang sebelum dari sebelum sakit.jika
pasien diare mengalami dehidrasi urin yang di hasilkan
akan berwarna kuning gelap ataukecoklatan.
(5) B5 (Bowel) pencernaan:
Inspeksi: defekasi lebih dari 3 kali dalam sehari, feses
berbentuk encer, terdapat darah, lendir, lemak serta
berbuih/berbusa, pada lidah biasanya ditemukan lidah
berwarna putih terutama pada bagian tengah lidah.
Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan nafsu
makan pada anak dan dehidrasi.
Palpasi: nyeri tekan pada perut
Perkusi: kembung saat dilakukan perkusi
Auskultasi: terdengar bising usus, peristaltic usus
meningkat>5-20x/menit
(6) B6 (Bone dan integumen) muskuloskeletal
Inspeksi: tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi,
kebersihan kulit Palpasi: akral hangat, turgor kulit
kembali <3 detik, kelembapan kulit kering, elastisitas
menurun, biasanya pada anak diare ubun-ubun
cekung.
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual maupun
potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan.Diagnosis keperawatan yang
sering muncul pada kasus diare menurut Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI) sebagai  berikut:
1) Gangguan pertukaran gas  (D.003)
kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau
eliminasi karbondioks ida pada membrane alveolar
kapiler.penyebab ketidak keseimbangan ventilasi
perfusi,perubahan membran alveolus kapiler.gejala dan tanda
mayor : subjektif : dyspnea. Objektif : PCO2 meningkat/menu
run, PO2  menurun, takikardi,
Ph arteri meningkat atau menurun,bunyi napas  tambahan.Gej
ala dan tanda minor subjektif : pusing, penglihatan kabur,obje
ktif:sianosis,Diaphoresia,gelisah,napas cuping hidung,pola na
pas abnormal(cepat / lamabat,regular / ireguler, dalam / dangk
al),warna kulit abnormal (mis.pucat, kebiruan)kesadaran
menurun.
2) Diare (D.0020)
Pengeluaran feses yang sering,lunak dan tidak
berbentuk.Penyebab:fisiologis:inflamasi gastrointestinal,iritasi 
gastrointestinal,proses infeksi, malabsorbsi:psikologis:kecema
san,tingkat stress tinggi;situsional:terpapar kontaminan,terpap
ar toksin,penyalagunaan laksatif ,penyalagunaan zat,program 
pengobtan,perubahan air makanan,bakteri pada air.Gejala dan 
tanda mayor:subjektif (tidak tersedia). Objektif: defekasi Lebi
h dari 3× selama 24 jam.Gejala dan tanda minor:subjektif:urg
ensi:nyeri/keram abdomen. Objektif: frekuensi peristaltic
meningkat, bising usus hiperaktif.
3) Hipovolemi (D.0023)
penurunan cairan intravaskuler,interstisial dan atau
intraseluler. penyebab:kehilangan cairan aktif,kegagalan
mekanisme regulasi, peningkatan  permeabilitaskapiler,kekura
nganintake cairan, evaporasi. gejala dan tanda mayor:
subjektif: (tidak tersedia). objektif: frekuensi nadi
meningkat,nadi teraba lemah, tekakan darah meningkat,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menirun, membrane
mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat.
Gejala dan tanda minor: subjektif: merasa lemah,
mengelu haus. Objektif: pengisian vena menurun, status
mental berubah, sushu tubuh meningkat, konsentrasi urin
meningkat, berat badan turuntiba-tiba.
4) Gangguan integritas kulit (D.0129)
Gangguan integritas kulit adalah dimana keadaan
individu beresiko mengalami Gangguan integritas kulit
merupakan kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau
jaringan (membran mukosa, korne. fasia, otot, tendon, tulang,
kartilago, kapsul sendi, dan/atau ligamen.penyebab:perubahan
sirkulasi, perubahan status nutris kekurangan atau kelebihan
volume cairan penurunan mobilitas, bahan kimia iritatif, suhu
lingkungan yang ekstrem, faktor mekanis, (mis. penekanan
pada tonjolan tulang, gesekan), faktor elektris
(elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi), efek
samaping terapi radiasi, kelemahan, proses penuaan, neuropati
perifer, perubahan pigmentasi, perubahan hormonal,
kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/me
lindungi intergritas jaringan. Gejala dan tanda mayor,
(subjektif tidak tersedia).objektif: kerusakan jaringan dan
lapisan kulit.
Gejala dan tanda minor, subjektif: (tidak tersedia),
objektif: nyeri, perdarahan, kemerahan dan hematoma.
5) Defisit nutrisi (D.0019)
Asupan nutrisi tidak untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
Peneyebab: ketidak mampuan menelan makanan,
ketidak mampuan mencerna makanan, ketidak mampuan
mengapsorpsi nutrient, peningkatan kebutuhan metabolism,
faktor ekonomi,
Faktor psikologi. Gejala dan tanda mayor: subjektif:
(tidak tersedia). Objektif : BB menurun minimal 10%
dibawah rentang ideal. Gegala dan tanda minor: subjektif:
cepat kenyang setelah makan, keram/ nyeriabdomen,nafsu
makan menurun. Objektif: bising usus hiperaktif, otot
penguyah lemak, otot menelan lemah, membrane mukosa
pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok
berlebihan, diare.
6) Risiko syok  (D.0039)
Beresiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke
jaringan tubuh yang dapat mengakibatakan disfungsi seluler
yang mengancam jiwa. Faktor resiko: Hipoksema, hipoksia,
hipotensi, kekurangan volume cairan, spesis, pendarahan,
trauma multipel, dan peneumothoraks.
7) Ansietas   (D.0080)
Kondisi emosi dan pengalama subjektif individu
terhadap objek yang tidak jelas aibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tidakan untuk
menghadapi ancaman. Peneyebab:krisis situsional, kebutuhan
tidak terpenuhi,krisis maturasional, anacaman terhadap
konsep diri, ancaman terhadap kematian, kekhawitiran
mengalamai kegagalan, penyalagunanan zat, terpapar bahaya
lingkungan, kurang terpapar informasi. Gejala dan tanda
mayor: subjektif: merasa bingung, merasa khaatir dengan
akibat dari kondisi yang di hadapi, sulit
berkonsentrasi. Objektif: tanpa gelisah, tanpa tegang, sulit
tidur. Gejala dan tanda minor: mengelu pusing, palpitasi,
merasa tidak berdaya. Objektif: frekuensinapasmeningkat, TD
meningkat, diaphoresi, tremor, muka tampak pucat, sura
bergetar, kontak mata buruk, sring berkemih, berorientasi
pada masa lalu.
c. Intervensi  Keperawatan
Menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI.
2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai peningkatan pencegahan dan
pemulihan kesehatan kalien individu, keluarga dan komunitas.
Adapun intervensi yang sesuai dengan penyakit diare adalah
sebagai berikut:
1) Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran  alveola
r-kapiler.
a) Intervensi: Terapi oksigen
b) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2
× 24 jam diharapkan pertukaran gas pasien
meningkat dengan kriteria hasil:
(1) Pola nafas membaik
(2) Warna kulit membaik
(3) Sianosismembaik
(4) Takikardia membaik
c) Intervensi
(1) Observasi
(a) Monitor frekuensi, irama, dan kedalaman
upaya nafas
(b) Monitor pola  nafas
(c) Monitor saturasi oksigen
(d) Monitor nilai analisa gas darah
(2) Terapeutik
(a) Pencegahan   Aspirasi
(b) Pemebeian obat  inflamasi
(c) Pemberian obat  intrapleura
(d) Fisioterapi dada
(e) Pengaturan  posisi
(3) Edukasi
(a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
(b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
(4) Kolaborasi pemberian obat
2) Diare b.d fisiologis (proses  infeksi)
a) Intervensi: Pemantauan cairan
b) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3
× 24 jam diharapkan eliminasi fekal pasien membaik
dengan kriteria hasil:
(1) Konsistensi feses meningkat
(2) Frekuensi defekasi /bab  meningkat
(3) Peristaltik usus  meningkat
(4) Kontrol pengeluaran feses  meningkat
(5) Nyeri abdomen  menurun
c) Intervensi
(1) Observasi
(a) Identifiksi penyebab  diare
(b) Identifikasi riwayat pemberian makan
(c) Identifikasi gejala invaginasi
(d) Monitor warna, volume,
frekuensi, dan konsistensi tinja
(e) Monitor jumlah pengeluaran  diare
(f) Pemantuan  elktrolit
(2) Terapeutik
(a) Berikan asupan cairan oral(oralit)
(b) Pasang jalur intravena
(c) Berikan cairan intravena
(d) Ambil sample darah untuk pemeriksaan
darah lengkap
(e) Ambil sample feses untuk kultur,
jika perlu.
(3) Edukasi
(a) Anjurkan manghindari makanan pemben
tuk gas, pedas, dan mengandung  laktosa
(b) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering
secara bertahap
(c) Anjurkan melanjutkan pemberian ASI.
(4) Kolaborasi
(a) Kolaborasi pemberian obat
pengeras feses
(b) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas

3) Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif


a) Intervensi: Menejemen Syok Hipovolemik
b) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 ×
24 jam diharapkan status cairan pasien membaik
dengan kriteriahasil:
(1) Turgor kulit membaik
(2) Frekuensi nadi membaik
(3) Tekanan darah membaik
(4) Membrane mukosa  membaik
(5) Intake cairan membaik
(6) Output urine meningkat
c) Intervensi
(1) Obsevasi
Periksa tanda dan gejala hypovolemia
(missal frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membrane
mukosa kering, volume urin menurun, haus,
lemah) Monitor intake dan output cairan,
Hitung kebutuhan cairan.
(2) Therapeutik ‘
Berikan asupan cairan oral
(3) Edukasi
(a) Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
(b) Anjurkan menghidari posisi mendadak
(4) Kolaborasi
(a) Kolaborasi pemberian cairan
isotonis (Nacl.RL)
(b) Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 20 ml/kg bb untuk anak.

4) Gangguan integritas kulit b.d ekskresi / BAB sering


a) Intervensi: Perawatan Luka
b) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 × 24
jam diharapkan integritas kulit dan jaringan meningkat
dengan kriteria hasil:
(1) Kerusakan lapisan kulit menurun
(2) Nyeri menurun
(3) Kemerahan  menurun
(4) Tekstur membaik
c) Intervensi
(1) Observasi
Identifikasi penyebab gangguan
integritas  kulit
(2) Terapeutik
(a) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
(b) Bersihkan perineal dengan air hangat,
terutama selama periode diare
(c) Gunakan petroleum berbahan petroleum atau
minyak pada kulit kering
(3) Edukasi
(a) Anjurkan menggunakan pelembab
(b) Anjurkan minum air yang cukup
(c) Anjurkan meningkatkan asupan buah
dan sayur
(d) Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya Kolaborasi
(4) Kolaborasi pemberian obat topical
5) Defisit nutrisi b.d penurunan intake makanan
a) Intervensi:Promosi berat badan
b) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3×
24 jam diharapkan status nutrisi pasien membaik
dengan kriteriahasil:
(1) Porsi makanan yang dihabiskan  meningkat
(2) Diare menurun
(3) Frekuensi makan membaik
(4) Nafsu makan  membaik
(5) Bising usus  membaik
c) Intervensi
(1) Observasi
(a) Identifikasi status nutrisi
(b) Identifikasi alergi dan
intoleransi  makanan
(c) Identifikasi makanan yang disukai.
(d) Identifikasi keburuhan kalori dan nutrisi
(e) Monitor asupan makanan
(f) Monitor berat  badan
(g) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(2) Terapeutik
(a) Berikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
(b) Berikan makanan tinggi kalori dan protein
d) Edukasi
Anjurkan diet yang diprogramkan Kolaborasi
e) Kolaborasi
(1) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan
jumlh kalori dan jenis nutsisi yang dibutuhkan
jikaperlu.
(2) Kolaborasi pemberian obat antimetik jika perlu
(3) Kolaborasi pemberian obat antimetik jika perlu
6) Risiko Syokb.d kekurangan volume cairan ( D.0039)
a) Intervensi : Pencegahan Syok
b) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan tingkat syok pasien
meningkat dengan kriteriahasil:
(1)Kekuatan nadi meningkat
(2)Output urine  meningkat
(3)Frekuensi nafas membaik
(4)Tingkat kesadaran  meningkat
(5)Tekanan darah sistolik, diastolic membaik.
c) Tindakan Keperawatan
(1)Observasi
(a) Monitor status kardio  pulmonal
(b) Monitor frekuensi  nafas
(c) Monitor status oksigenasi
(d) Monitor status cairan
(e) Monitor tingkat kesdaran dan respon  pupil
(f) Monitor jumlah, warna, dan berat
jenis  urine
(2)Terapeutik
Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen>94%
(3)Edukasi
(a) Jelaskan tujuan dan prosedurpemantauan
(b) Jelaskan penyebab / factor risiko syok
(c) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
(4)Kolaborasi pemberian IV, jika perlu

7) Ansietas b.d perubahan status  kesehatan


a) Intervensi : Terapi Rekaksasi
b) Tujuan: Setelah dilakukan Tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam diharapkan tingkat ansietas pasien
menurun dengan kriteria hasil:
(1) Perilaku gelisah menuru.
(2) Perilaku tegang menurun
(3) Frekuensi pernapasan menurun
(4) Pucat menurun
(5) Kontak mata membaik
c) Tindakan Keperawatan
(1) Obsevasi
(a) Identifikasi saat tingkat ansietas  berubah
(b) Monitor tanda-tanda ansietas
(2) Terapeutik
(a) Ciptakan suasana terapeutik untuk mengurangi
kecemasan
(b) Temani pasien untuk mengurangi  kecemasan
(c) Gunakan pedekatan yang tenang
dan meyakinkan
(d) Terapi musik
(e) Terapi distraksi
(3) Edukasi
(a) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
(b) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien Kolaborasi
(4) Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu

d. Implementasi Keperawatan
Implementasi dalam proses keperawatan terdiri rangkaian
aktivitas keperawatan dari hari ke hari yang harus dilakukan dan
didokumentasikan dengan cermat. Perawat melakukan pengawasan
terhadap  efektifitas tindakan/intervensi yang dilakukan, bersamaan
pula dengan menilai perkembangan pasien terhadap pencapaian
tujuan atau hasil yang diharapkan. Bagian dari pengumpulan data
ini memprakarsai tahap evaluasi proses keperawatan. Implementasi
dicatat di flow sheet atau CP 4 yang spesifik.(Dinarti, Aryani,
Nurhaeni, & Chairani,2013).
Adapun implementasi yang dilakukan sesuai dengan
perencanaan  yaitu:
1) Mempertahankan catatan intake dan output yangakurat.
2) Memonitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa,
nadi adekuat, tekanan darah ortostatik),  jika  diperlukan.
3) Memonitor vitalsign.
4) Memonitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake
kalori  harian.
5) Melakukan kolaborasi pemberian cairan IV, berikan cairan IV
pada suhu ruangan.
6) Memonitor status nutrisi, motivasi masukan oral, motivasi
keluarga untuk. membantu pasien makan, tawarkan snack (jus
buah, buah  segar).
7) Memberikan penggantian nesogatrik sesuai output.
8) Melakukan kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan
berlebih. Muncul  memburuk.
9) Mengatur kemungkinan transfusi dan persiapan untuk
transfuse. (Nurarif & Kusuma, 2015)

e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam dokumentasi keperawatan mengharuskan
perawat melakukan pemeriksaan secara kritikal serta menyatakan
respon yang dirasakan pasien terhadap intervensi yang telah
dilakukan.Evaluasi ini terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif atau biasa juga
dikenal dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon
yang segera timbul setelah intervensi keperawatan dilakukan.
Sedangkan evaluasi sumatif atau evaluasi hasil, yaitu evaluasi
respon (jangka panjang) terhadap tujuan, dengan kata
lainbagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan kearah
tujuan atau hasil akhir yangdiinginkan.
Evaluasi untuk setiap diagnosis keperawatan meliputi data
subjektif (S) data objektif (O), analisa permasalahan (A)
berdasarkan S dan O, serta perencanaan (P) berdasarkan hasil
analisa diatas. Evaluasi ini disebut juga dengan evaluasi proses.
Format dokumentasi SOAP biasanya digunakan perawat untuk
mengidentifikasi dan mengatasi masalah pasien (Dinarti et al.,
2013). Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang
pasien hadapi dimana sudah dibuat pada perencanaan tujuan dan
kriteria hasil.
Evaluasi dari diare yaitu: (Nurarif & Kusuma, 2015) :
1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ
urine normal HTnormal.
2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas nomal.
3) Tidak ada tanda-tandadehidrasi.
4) Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan. (Nurarif & Kusuma,2015)
Diagnosis I. Diagnosis keperawatan: gangguan perukaran
gas berhubungan degan membran alveolar kapiler evaluasi yang di
harapkan pada diagnosis ini yaitu tidak ada sesak napas (dyspnea)
TTV dalam rentang normal,tidak ada napas cuping hidung,tidak
adabunyi napas tambahan,warna kulit tidak pucat,tidak
adasianosis.
Diagnosis II. Diagnosis keperawatan:diare berhubungan
dengan fisiologis(proses infeksi) evaluasi yang di harapakan pada
diagnosis ini yaitu BAB1×/hari,tidak ada nyeri/keram
abdomen,bising usus normal(3- 12×/menit).
Diagnosis III. Diagnosis keperawatan hypovolemia
berhubungan dengan kehilangan ciran aktif evaluasi yang di
harapkan pada diagnosisini yaitu tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, TTV dalam rentang normal,tidak mengeluh haus,tidak
lemas.
Diagnosis IV.  Diagnosis keperawatan gangguan intergritas
kulit berhubungan dengan ekskresi / BAB sering evaluasi yang
diharapakan pada diagnosis ini yaitu kerusakaan lapisan kulit
menurun, nyeri menurun, kemerahan  menurun, dan tekstur  
membak.
Diagnosis V.  Diagnosis keperawatan Deficet nutsi
berhubungan dengan peningkatan metabolisme evaluasi yang di
harapakan pada diagnosis ini yaitu tidak terjadi penurunan
BB,nafsu makan baik,tidak ada diare,membran mukosa lembab,
tidak ada nyeri/keram abdomen,tidak cepat saat makan.
Diagnosis VI.  Diagnosis keperawatan Resiko syok
evaluasi yang diharapkan pada diagnosis ini yaitu kekuatan nadi
meningkat,output urine meningkat,frekuensi napas membaik dan
tingkat kesadaran meningkat
Diagnosis .VII Diagnosis keperawatan Anisetas
berhubungan dengan kurang terpapar informasi evaluasi yang di
harapkan pada diagnosis ini yaitu tidak bingung,tidak tegang,tidak
gelisah,tidak sulit tidur,tidak khawatir dengan akibat kondisi yang
dialami,tidak sulit berkonsentrasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah struktur penelitian sebagai pengikat
semua unsur dalam satu proyek penelitian untuk mencapai tujuan bersama.
Desain penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang
bersifat deskriptif yang mendeskripsikan atau menguraikan fenomena atau
situasi masalah disuatu tempat (Lapau, 2012).  Desain studi kasus adalah
macam atau jenis studi kasus tertentu yang terpilih untuk dilaksanakan dalam
rangka mencapai tujuan studi kasus yang telah ditetapkan (Saepudin M., 2011:
48).Jenis studi kasus yang digunakan adalah studi kasus deskriptif.Metode
studi kasus deskriptif merupakan suatu metode studi kasus yang dilakukan
seorang penulis untuk mengumpulkan data, kemudian menganalisis data
tersebut secara kritis dan menyimpulkanya berdasrkan fakta fakta pada saat
studi kasus berlangsung.Metode studi kasus deskriptif bertujuan untuk
membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif dengan pendekatan
studi kasus. Metode studi kasusdeskriptif digunakan untuk memecahkan atau
menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang
(Notoatmodjo, 2015). Hasil yang diharapkan oleh penulis adalah melihat
penerapan asuhan keperawatan anak pada anak dengan diare diruang
Cempaka Rumah Sakit Bhayangkara kupang tahun2021.
Studi kasus ini akan dilakukan di RS Bhayangkara kupang khususnya
di ruang anak tahun 2021. Waktu penerapan asuhan keperawatan ini dimulai
dari pembuatan proposal pada bulan Mei 2021 sampai Juni 2021.
B. Subjek, Tempat dan Waaktu Penelitian
1. Subjek studi kasus
Subjek studi kasus adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh
penulis atau yang menjadi pusat studi kasus dan sasaran studi
kasus.Dalam studi kasus kriteria sampel dibagi menjadi 2, meliputi
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana dari kriteria tersebutlah
dapat ditentukannya bisa tidaknya sampel tersebut digunakan.Kriteria
inklusi adalah kriteria dimana subjek studi kasus mewakili sampel yang
memenuhi syarat. Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana
subjek studi kasus tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi.
Adapun kriteria sampel dalam studi kasus ini adalah sebagai
berikut:
a) Kriteria Inklusi
1) Pasien dan orangtua yang bersedia sebagai partisipan
2) Pasien anak yang berumur > 12bulan
3) Pasien dengan masalah  diaretidak disertai dengan penyakit
lainnya
4) Pasien yang dirawat diruang Cempaka Rumah Sakit Bhayangkara
Kupag Tahun2021
5) Pasien anak dengan diare yang dirawat minimal 5 hari rawatan.
b) Kriteria  Eksklusi
Pasien anak yang mengalami diare dengan komplikasi penyakit
lainnya seperti, Sindroma Nefrotik, DHF, Bronkopneumonia
2. Fokus  kajian
Fokus studi kasus atau fokus kajian merupakan domain tungggal
atau berapa domain yang terdiri dari situs sosial (sugiyono 2016) .sesuai
dengan studi kasus ini maka penulis menetapkan fokus studi kasus
berdasarkan nilai temuan serta berdasarkan permasalahan yang terkait
dengan teori dan informan yaitu:kebutuhan cairan dan elktrolit:kekuranga
n volume cairan kurang dari kebutuhantubuh
3. Tempat dan waktu penelitian
Studi kasus ini akan dilakukan di RS Bhayangkara kupang
khususnya di ruang anak tahun 2021. Waktu  penerapan asuhan keperawa
tan ini dimulai dari pembuatan proposal pada bulan Mei 2021 sampai
Juni 2021.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti
(triangulasi) artinya teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan
dariberbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Triangulasi teknik berarti penulis menggunakan teknik pengumpulan data
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
Penulisakan menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak (Sugiyono,2014).
1. Observasi
Dalam observasi ini, penulis mengobservasi atau melihat kondisi
dari pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain itu
juga mengobservasi tanda-tanda terjadinya dehidrasi seperti anak lesu,
rasa haus pada anak, turgor kulit abdomen, mata cekung, bibir, mukosa
mulut, lidah kering dan respon tubuh terhadap tindakan apa yang telah
dilakukan.
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan
metoda mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti
melakukan pengukuran suhu, mengukur tanda-tanda vital, menimbang
berat badan.
3. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data
pengkajian seperti, identitas, riwayat kesehatan (riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan dahulu, dan riwayat kesehatan keluarga), dan
activity daily living.
Dalam studi kasus ini wawancara dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara bebas terpimpin (format pengkajian yang
disediakan).Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara
tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun dapat unsur
kebebasan, tapi ada pengarah pembicara secara tegas dan mengarah
sehingga wawancara ini bersifat fleksibelitas dan tegas
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu.Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dalam studi kasus ini mengunakan dokumen
dari rumah sakit untuk menunjang studi kasus yang akan dilakukan yaitu
data laboratorium pemeriksaan pH, pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan tinja, pemeriksaan elektrolit, pemeriksaan kadar natrium
serum, pemeriksaan urin dan pemeriksaan klinis lainnya
D. Jenis – jenis  Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden
dan keluarga berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan
anak.Data primer dari studi kasus tersebut didapatkan dari hasil
wawancara observasi langsung dan pemeriksaan fisik langsung pada
responden. Data primer yang diperoleh masing- masing akan dijelaskan
sebagai berikut:
a. Hasil wawancara sesuai dengan format pengkajian asuhan
keperawatan yang telah disediakan sebelumnya meliputi: identitas
pasien dan orang tua, riwayat kesehatan, riwayat imunisasi dan
perkembangan, kebiasaan sehari-hari
b. Hasil observasi langsung berupa: pasien malas minum, pasien
tampak letargis, pasien tampak mengalami penurunan kesadaran,
pasien tampak cenggeng, rewel dan lain-lain
c. Hasil pemeriksaan fisik berupa: keadaan umum, pemeriksaan tanda-
tanda vital, pemeriksaan Review of system.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan status pasien di ruangan anak
RS Bhayangkara kupang Padang Tahun 2021.Informasi yang diperoleh
berupa data tambahan atau penunjang dalam merumuskan diagnosis
keperawatan. Data yang diperoleh biasanya berupa: data penunjang dari
laboratorium, terapi pengobatan yang diberikan dokter.
E. Etika Studi Kasus
Studi kasus ini dilakukan dengan memperhatikan etika studi
kasus.Prinsip etik diterapkan dalam kegiatan studi kasus dimulai dari
penyusunan proposal hingga studi kasus ini di publikasikan (Notoatmodjo,
2018).
1. Persetujuan (Inform Consent)
Prinsip yang harus dilakukan sebelum mengambil data atau
wawancara kepada subjek adalah didahulukan meminta persetujuannya
(Notoatmodjo, 2018). Sebelum melakukan studi kasus, penulis
memberikan lembar persetujuan (inform consent) kepada responden yang
diteliti, dan responden menandatangani setelah membaca dan memahami
isi dari lembar persetujuan dan bersedia mengikuti kegiatan studi kasus.
Penulis tidak memaksa responden yang menolak untuk diteliti dan
menghormati keputusan responden.Responden diberi kebebasan untuk
ikut serta ataupun mengundurkan diri dari keikut sertaannya.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Etika studi kasus yang harus dilakukan penulis adalah prinsip
anonimity. Prinsip ini dilakukan dengan cara tidak mencantumkan nama
responden pada hasil studi kasus, tetapi ressponden diminta untuk
mengisi inisial dari namanaya dan semua kuesioner yang telah terisi
hanya akan diberi nomer kode yang tidak bisa digunakan untuk
mengidentifikasi identitas responden. Apabila studi kasus ini di
publikasikan, tidak ada satu identifikasi yang berkaitan dengan responden
yang dipublikasikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Prinsip ini dilakukan dengan tidak mengemukakan identitas dan
seluruh data atau informasi yang berkaitan dengan responden kepada
siapapun.Penulis menyimpan data di tempat yang aman dan tidak terbaca
oleh orang lain. Setelah studi kasus selesai dilakukan makan penulisakan
memusnahkan seluruhinformasi.
DAFTAR PUSTAKA

Amin. (2015). Tatalaksana diare akut. Continue Medical Education anak,


Volume 5 I Nomor 4 I Oktober 2016 I 102

Andi Fatmawati. (2017). Asuhan Keperawatan Pada An. R Dengan Kasus Diare
Pada Anak Di Ruang Madinah RSI Siti Khadijah Palembang.

Carman,S.( 2016) Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.Edisi 2.Jakarta:EGC

Deby .(2020) . Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare.Jurnal Promkes,Vol.7


No.1.(34-35) (Widdowson et al, 2005).

Dinkes Nusa Tengara Timur.(2020) . Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tengara


Timur. Nusa Tengara Timur. Dinas kesehatan Nusa Tengara
Timu http://repository.stik-sitikhadijah.ac.id/241/1/41505001.pdf
http://www.depkes.go.id/download.php?

jurri dan soenarto,(2015) Faktor-Fator yang Mempengaruhi Kejadian Diare


Pada Anak.Etimologi.Edisi 2.Jakarta:EGC

Kemenkes RI (2019) Riset Kesehatan Dasar (Riskedas)

Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar ; RISKESDAS. Jakarta : Balitbang


Kemenkes RI (2019)Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan.

Kemenkes RI. (2011). Situasi Diare di Indonesia. Diakses tanggal 9 Januari 2017

Muttaqin,A & Sari, K (2011).Gangguan Gastrointestinal:Aplikasih Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:Salemba Medika

NANDA, NIC NOC.( 2015) Aplikasih Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosis Medis.Edisi Revisi Jilid 2.MediaAction Publishing
Nelwan,E.J. (2014).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi 4 Jilid ke-
1.Jakarta:Internal Publishing

Ngastiyah. .(2014) . Perawatan Anak Sakit.Edisi 2. Jakarta

Notoatmodjo, (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta

Notoatmodjo,.S. (2018). Metedologi Penelitian Kesehatan.Cetakan


Ketiga.Jakarta:PT Rineka Cipta

Nurarif,A.H., & Kusuma, H (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC(Ist ed).
Yokyakarta:Mediacation

Nursalam.(2014) .Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan.

Nurul & Luthfiana , (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016

RENSTRA Dinas Kesehatan Provinsi NTT 2019-2023

Riskesdas ( 2018).Hasil Utaa Riskesdas 2018.Hasil Utama Rislesdas,60

Saepudin Malik. 2011: Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat.Jakarta:Cv


Trans Info Media

Sodikin.(2011). Asuhan keperawatan anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal


dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika

Soedjas, triwibowo. 2011. Bila Anak Sakit.Yokyakarta:Amara Books

sugiyono ,.2016.Metode Penelitian Kuantitatif ,Kualitaif Dan R&D.Bandung:PT


Alfabet

Susilaningrum, 2013.Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak.Jakarta:Salemba


Medika
Tim Pokja Sdki PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan.

Tim Pokja Siki PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.

Tim Pokja Slki PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta


Selatan.

Titik Lestari ,2016.Asuhan Keperawatan Anak Sakit.Yokyakarta:Nuhu Medika

WHO dan United Nations Children's Fund (UNICEF),

Widoyono, 2011. Penyakit Tropis .Jakarta:Erlangga

Wong, (2008). Wong, buku ajar keperawatan pediatrik (Vol 2). Jakarta: EGC.

Wong, D. L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta : EGC

World Health Organization (WHO). (2018) World Health Statistic

World Health Organization (WHO). 2018. Deafness and hearing loss.


LAMPIRAN 1

PHATWAY DIARE

Malabsorpsi Makanan psikologi


Infeksi(virus,bakteri, Potein,lemak beracun
parasit

ANISETAS
Berkembang di Tekanan Makanan (D0080)
usus osmotik tidak diserap

Hiperperistaltik
Peningkatan Pergeseran cairan Penyerapan
seksresi cairan dan elektrolit ke makanan di usus
dan elektrolit rongga usus menurun

Isi Usus
meningkat
DIARE(D0020)

Frekuensi BAB Mual muntah


meningkat

Napsu makan
menurun
Hilang cairan dan Gangguan intergritas
Elektrolot Berlebihan kulit(D0129)
Defisit Nutrisi
(D0019

Gangguan keseimbangan Asidosis metabolik


cairan dan elekroloit

Dehidrasi sesak

Gangguan pertukaran Gas(D0003)


Resiko
Hipovolemia
syok(D0039)
(0023) Sumber : Nurarif & Kusuma (2016 ) ; PPNI (2017)
LAMPIRAN II

LEMBAR KONSULTASI

NAMA : AGUSTINA NARA

NIM : 11581118

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.X DENGAN


DIAGNOSA MEDIS DIARE DI RUANG CEMPAKA
RUMAH SAKIT BAYANGKARA KUPANG

PEMBIMBING : BASAF N.FAOT, S.Kep.Ns

NO HARI/TANGGAL MATERI BIMBINGAN TTD

PEMBIMBING
1 Senin, 17-05- 2021 Bab 1. ganti kata diagnosa
Menurut Buku Standar
Diagnosis keperawan
Indonesia (SDKI) Dalam
kamus besar bahasa
Indonesia juga tertulis
Diagnosis bukan
diagnose,tambahkan
sistemen masalah,data dari
rumh sakit. Peran perawat
disusn berurutan mulai dari
tindakan mandiri
keperawatan diakhiri dengan
tindakan kolaborasi
menggunakan panduan
OTEK (Observasi
Terapeutik, Edukasi dan
Kolaborasi)..
Sumber dari SDKI, SIKI,
SLKI

,Ambil diagnosis

keperawatan dari sumber


buku SDKI (Standar
Diagnosis keperawatn
Indonesia,

2 Minggu, 23-05-2021 BAB 1:Cari Jurnal upaya

yang dilakuakn Pada CHF

BAB 11:di lihat kembali

tiap Item pada Tinjauan

Pustaka
3 Senin, 24-05-2021 Konsul BAB 1:ACC

BAB II : tambahakan Nilai

normal pada pemeriksaan

penunjang ,cek kembali data

minor dan mayor pada SDKI

dan masukan semua


4 Selasa, 25-05-2021 BAB 11: ACC

BAB 111: Tambahakan

kritera Hasil
5 Rabu,26-05-2021 BAB 111:ACC

Anda mungkin juga menyukai