Tugas Manajemen Pelayanan Publik Pertemuan ke-13 (Mekanisme Pengaduan)
Mekanisme exit dan voice masih jarang dikenal masyarakat dalam hal pengaduan karena ketidakpuasan terhadap pelayanan publik. Apakah keterbatasan dari dua mekanisme tersebut? Berikan contoh kongkritnya! Jawab: Pemerintah sebagai penyedia jasa layanan publik harus senantiasa meningkatkan kualitasnya sehingga tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik juga meningkat. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan pelayanan publik terdapat pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), perlu disusun indeks kepuasan masyarakat sebagai tolok ukur untuk menilai tingkat kualitas pelayanan. Indeks kepuasan masyarakat ini dimaksudkan adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya. Dari data Ombudsman RI tahun 2019 jumlah pengaduan masyarakat terhadap ketidakpuasan pada penyelenggara pelayanan publik yang banyak dikeluhkan yaitu pertanahan (55 laporan), kepolisian (29 laporan), Pendidikan (29 laporan), dan kepegawaian (22 laporan). Sementara jika berbasis instansi penyelenggara, maka instansi pemerintah kabupaten/kota mendapat pelaporan atau pengaduan paling tinggi sebanyak 46 laporan, disusul oleh BUMN/BUMD (20 laporan), badan pertanahan (20 laporan), kepolisian (17 laporan), dan pemerintah provinsi (12 laporan). Oleh sebab itu, dibutuhkan mekanisme pengaduan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. Pengaduan pelayanan publik merupakan suatu bentuk mekanisme penting dalam pemberian pelayanan yang berbentuk partisipasi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik. Pengaduan dalam hal ini tidak selalu dimaknai sebagai hal yang negatif, namun pengaduan dapat dimaknai sebagai bentuk hubungan langsung masyarakat dengan pemberi layanan untuk memperbaiki situasi yang dirasakannya sebagai suatu masalah. Salah satu contoh mekanisme pengaduan adalah exit dan voice. Mekanisme exit berarti bahwa jika pelayanan publik tidak berkualitas, maka konsumen (masyarakat) memiliki kesempatan untuk memilih lembaga penyelenggara pelayanan publik yang lain. Adapun mekanisme voice berarti adanya kesempatan untuk mengungkapkan ketidakpuasan kepada lembaga penyelenggara pelayanan publik atau dapat dikatakan bahwa kehidupan instansi pelayanan publik sangat tergantung pada jumlah pengguna layanan yang dapat mereka layani sehingga untuk mencegah konsumen pergi maka instansi layanan publik sadar dengan perlunya memberi kesempatan pada para konsumen untuk menyampaikan keluhan (voice) apabila pelayanan tidak sesuai, karena apabila ketidakpuasan konsumen tidak tertangani dengan baik maka akan berpotensi mendatangkan kerugian. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai penyelenggara layanan publik melahirkan badan yang menangani berbagai keluhan masyarakat terkait ketidakpuasannya dalam layanan publik, badan ini pula yang nantinya akan mengawasi keberlangsungannya layanan publik, badan ini disebut Ombudsman. Masyarakat dapat menyampaikan segala jenis pengaduan melalui berbagai sarana yang ada seperti telepon, surat, email,dll. Namun, dalam pelaksanaan exit dan voice ini memiliki keterbatasan diantaranya pada mekanisme exit memiliki keterbatasan tidak adanya lembaga penyelenggara pelayanan publik alternatif, sedangkan pada mekanisme voice keterbatasan disebabkan oleh pengetahuan dan kepercayaan terhadap mekanisme yang ada dan akseptabilitas serta biaya untuk mempergunakan mekanisme tersebut. Salah satu contoh mekanisme exit dan voice adalah pada mekanisme voice pemerintah Indonesia telah menyediakan sistem untuk penanganan aduan publik secara online berupa situs dan aplikasi LAPOR!. Lembaga resmi pengelola LAPOR! ialah Kementerian Pendayagunaan Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) selaku Pembina pelayanan publik, Kantor Staf Presiden (KSP) sebagai Pengawas Program Prioritas Nasional, dan Ombusman RI sebagai pengawas pelayanan publik. Sistem pengaduan online ini terhubung dengan 34 kementerian, 100 lembaga, 391 Pemkab, 94 pemkot, dan 34 pemprov. Hingga 3 September 2020 sebagaimana tercatat di laman LAPOR! total pengaduan sebanyak 600.092 aduan yang masuk dari masyarakat melalui situs maupun aplikasi. Tujuan adanya LAPOR! ini adalah untuk memudahkan masyarakat menyampaikan aduan terhadap pelayanan publik, sehingga tujuan adanya LAPOR! sesuai dengan mekanisme voice yang dikatakan bahwa adanya mekanisme voice memberi kesempatan untuk mengungkapkan ketidakpuasan kepada Lembaga penyelenggara pelayanan publik. Sedangkan pada mekanisme exit pemerintah Indonesia memiliki berbagai macam perusahaan BUMN yang memberikan pelayanan publik sehingga dapat dicontohkan apabila masyarakat ingin mengajukan layanan asuransi, pemerintah Indonesia menyediakan berbagai perusahaan BUMN dalam bidang layanan asuransi seperti PT Asuransi Jiwasraya, PT Jasa Raharja, PT Asuransi Jasa Indonesia, dll. Sehingga apabila masyarakat mengalami ketidakpuasan pelayanan pada salah satu perusahaan BUMN tersebut maka pemerintah masih memiliki beberapa pilihan perusahaan BUMN dalam bidang asuransi yang dapat dijadikan pilihan alternatif masyarakat. Hal ini sesuai dengan mekanisme exit bahwa konsumen (masyarakat) memiliki kesempatan untuk memilih lembaga penyelenggara pelayanan publik yang lain. Namun, pada mekanisme exit di dalam layanan publik ini memiliki keterbatasan salah satunya adalah ada beberapa lembaga layanan publik yang tidak memiliki alternatif lembaga lain, sehingga apabila pada lembaga tersebut memiliki layanan yang buruk maka mau tidak mau masyarakat akan tetap menggunakan layanan lembaga tersebut karena tidak adanya lembaga pelayanan yang memberikan produk layanan yang sama. Seperti contoh pada produk layanan listrik yang hanya dimiliki oleh perusahaan BUMN yaitu PT Perusahaan Listrik Negara, sehingga apabila PT PLN memiliki layanan yang buruk maka masyarakat akan tetap menggunakan produk layanan PT PLN karena pemerintah tidak menyediakan alternatif lembaga lain yang memiliki produk serupa.
Referensi:
Purnomo, A. (2015). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGADUAN PELAYANAN
SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DI KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA BINJAI. Ilmu Administrasi, XII(April), 75–94.