Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

DISUSUN OLEH :

M.Wahid Icsannudin Chaniago Adlao


20186513021

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN NERS PONTIANAK
TAHUN 2021
VISI DAN MISI
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN NERS
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI

"Menjadi Institusi Pendidikan Sarjana Terapan Keperawatan


Unggulan Kegawadaruratan yang Bermutu dan Mampu Bersaing
di Tingkat Regional Tahun 2020"

MISI

1. Meningkatkan Program Pendidikan Tinggi Sarjana Terapan dan Ners


Keperawatan Unggulan Kegawadaruratan yang Berbasis Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Tinggi Sarjana Terapan dan Ners
Keperawatan Unggulan Kegawadaruratan yang Berbasis Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat dibidang Keperawatan
Unggulan Kegawadaruratan yang Berbasis IPTEK dan Teknologi Tepat
Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Sarajana Terapan dan Ners
Keperawatan Unggulan Kegawadaruratan yang Mandiri, Transparan dan
Akuntabel.
5. Mengembangkan Kerjasama Baik Lokal Maupun Regional.
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA
PADA PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

Telah mendapat persetujuan dari pembimbing akademik dan pembimbing klinik


pada :

Hari :
Tanggal :

Singkawang, 12 April 2021


Pembimbing Klinik (CI) Pembimbing Akademik

Koordinator Mata Kuliah

Ns. Mather Shodri, S. Kep, M. Sos


NIP.197610162006041002
KONSEP KEPERAWATAN JIWA
PERILAKU KEKERASAN

1. Kasus (Masalah Keperawatan Jiwa Utama)


Perilaku Kekerasan

2. Definisi
 Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Stuart dan
Sundeen, 1995).
 Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis
(Berkowitz, dalam Harnawati, 1993).
 Setiap aktivitas bila tidak di cegah dapat mengarah pada kematian
(Stuart dan Sundeen, 1998).
 Suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat
melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain
(Towsend, 1998).
 Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat
membahayakan klien sendiri, lingkungan, termasuk orang lain, dan
barang-barang (Maramis, 1998).
 Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan verbal
dan fisik (Ketner et al., 1995).

3. Etiologi, Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi


1) Faktor Predisposisi
Menurut Townsend (1996) terdapat bebrapa teori yang dapat
menjelaskan tentang faktor predisposisi perilaku kekerasan diantaranya
sebagai berikut:
 Teori Biologik
Berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu
sebagai berikut:
a. Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem
neurologis mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan
menghambat impuls agresif. Sistem limbik sangat terlibat
dalam menstimulasi timhulnya perilaku bermusuhan dan
respons agresif.
b. Pengaruh biokimis, menurut Goldten dalam Townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epineprin,
neropineprin, dopamine, asetilkolin dan serotonin) sangat
berperan dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif.
Peningkatan hornon androgen dan norepineprin serta
penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
serebrospinal merupakan faktor predisposisi yang
menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c. Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sagat
erat kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe katiotipe
XYY, yang umumnya dimiliki oleh penghuni penjara pelaku
tindak kriminal (narapidana).
d. Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan
berbagai gangguan serebral, tumor otak, (khususnya pada
limbik dan lobus temporal), trauma otak, penyakit enssefalitis,
epilepsy, (epilepsy lobus temporal) terbukti berpengaruh
perilaku agresif dan tindak kekerasan.
 Teori psikologik
a. Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak
terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan
tidak berkembangnya ego dan dapat membuat konsep diri yang
rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan
prestise yang dapat meningkatkan citra diri serta memberikan
arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi bahwa
perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak
kekerasan
b. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku
yang di pelajari, individu yang memilki pengaruh biologik
terhadap perilaku kekerasan lebih cenderung untuk
dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibandingkan anak-
anak tanpa faktor predisposisi biologik.
 Teori sosiokultural
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima
perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam
masyarakat merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku
kekerasan.
2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat dibedakan menjadi faktor internal dan
eksternal.
 Internal adalah semua faktor yang depat menimbulkan
kelemahan, menurunnya percaya diri, rasa takut sakit, hilang
kontrol, dan lain-lain.
 Eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan orang yang
dicintai, krisis, dan lain-lain.
Neburut Shives (1998) hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku
kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut
 Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
 Kesulitan dalam mengomunikasikan sesuatu.
 Ketidakpastian seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang
yang dewasa
 Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti
penyalahgunaan obat dan alkohol serta tidak mampu mengontrol
emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.
 Kematian anggota yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap
perkembangan keluarga.

4. Tanda dan Gejala


1) Fisik: mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2) Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara
dengan nada keras, kasar dan ketus.
3) Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/ orang lain,
merusak lingkungan, amuk/agresif.
4) Emosi: tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,
dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5) Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan
tidak jarang mengeluarkan kata-kata sarkasme.
6) Spiritual: merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keraguan-raguan,
tidak bermoral, dan kreativitas terhambat.
7) Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan
sindiran
8) Perhatian: bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan
seksual.

5. Pengkajian Keperawatan Jiwa yang dikaji


Masalah keperawatan Data yang perlu di kaji
Perilaku kekerasan Subjektif:
Klien mengancam
Klien mengumpat dengan kata-kata kotor
Klien mengatakan dendam dan jengkel
Klien mengatakan ingin berkelahi
Klien menyalahkan dan menuntut
Klien meremehkan
Objektif:
Mata melotot/pandangan tajam
Tangan mengepal
Rahang mengatup
Wajah memerah dan tegang
Postur tubuh kaku
Suara keras

B. Pohon Masalah (Gambar Pohon Masalah)


Resiko tinggi mencedrai diri, orang lain, dan lingkungan

Halusinasi Perilaku kekerasan Pps:


haliusinasi

regimen terapeutik
inefektif regimen terapeutik
inefektif
regimen terapeutik
inefektif
Koping keluarga
Tidak efektif

Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan
Resiko mendedrai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Perubahan persepsi sensori :halusinasi
Harga diri rendah kronis
Isolasi sosial
Berduka disfungsional
Penatalaksaan regimen terpeutik inefektif
Koping keluarga inefektif

Rencana Tindakan Keperawatan


1) Rencana tindakan keperawatan untuk klien.
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien.
 Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
 Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
 Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
 Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
 Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
 Membantu klien mempraktikan latihan cara mengontrol fisik I
 Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien.
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
 Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik II
 Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk klien.
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
 Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal
 Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
Strategi pelaksanaan 4 (SP 4) untuk klien.
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
 Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual
 Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
Strategi pelaksanaan 5 (SP 5) untuk klien
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
 Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
meminum obat
 Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
Tindakan keperawatan untuk klien.
 Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang
terjadi di masa lalu dan saat ini
 Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
 Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku
kekerasan, baik kekerasan fisik, psikologis, sosial, spiritual
maupun lingkungan
 Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang bisa
dilakukan pada saat marah baik terhadap diri sendriri, orang lain
maupun lingkungan
 Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku
marahnya
 Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan baik
secara fisik(pukul kasur atau bantal serta tarik napas dalam), obat-
obatan, sosial, verbal (dengan mengungkapkan kemarahannya
secara asertif), ataupun spiritual (shalat atau berdoa sesuai
keyakinan klien)

2) Rencana tindakan keperawatan untuk keluarga


Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga.
 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien
 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala perilaku kekerasan yang
dialami klien beserta proses terjadinya.
 Menjelaskan cara-cara merawat klien perilaku kekerasan.
Strategi pelaksaan 2 (SP 2) untuk keluarga.
 Melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien perilaku
kekerasan.
 Melatih keluarga melakukan cara merawat klien perilkau
kekerasan.
Strategi pelaksaan 3 (SP 3) untuk keluarga.
 Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat.
 Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
Tindakan keperawatan untuk keluarga.
 Diskusikan bersama keluarga masalah yang dirasakan keluarga
dalam merawat klien
 Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan meliputi
penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul, serta akibat dari
perilaku kekerasan
 Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku
kekerasan
a) Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien agar
melkukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat
b) Ajarkan keluarga untuk membrikan pujian kepada klien bila
anggota keluarga dapat melakukan kegiatan tersebut secara
tepat
c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan
bila klien menunjukan gejala-gejala perilaku kekerasan
Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul
benda/orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa.


Bandung : Refika Aditama.
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP
dan SP). Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai