Anda di halaman 1dari 54

TERBATAS

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BINTER DALAM


RANGKA MENDUKUNG PELAKSANAAN BINTER

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Pembinaan Teritorial sejak kelahiranya mengalami pasang surut seiring


dengan tuntutan jaman dan komitmen pengabdian TNI AD kepada negara dan
bangsa. Kondisi bangsa Indonesia yang sudah lima tahun lebih terjepit dalam
krisis multidimensional hingga saat ini belum kunjung reda, mengingat beberapa
negara tetangga yang sempat mengalami krisis yang sama telah lama dapat
melepaskan diri dari jerata krisis tersebut. Disisi lain, bangsa Indonesia telah
diterjang bencana Tsunami dan gempa bumi yang banyak menelan korban jiwa
dan harta benda serta masalah perbatasan wilayah NKRI dengan negara tetangga
masih menjadi ancaman yang aktual. Hal tersebut mengakibatkan pemerintah
sukar untuk berkonsentrasi melakukan recovery secara maksimal di berbagai
bidang, sehingga hasilnya belum dapat mengangkat harkat hidup rakyat banyak
yang sudah lama menderita.

b. Menghadapi kondisi yang demikian maka Binter merupakan strategi


penangkalan yang tepat, karena pada hakekatnya Binter adalah kemanunggalan
TNI – Rakyat yang artinya semangat rasa senasib sependeritaan dan
sepenanggungan sebagai modal dasar bagi terciptanya kekuatan nasional yang
dahsyat dan terbukti dalam sejarah bangsa 1. Kekuatan nasional tersebut
merupakan jaminan keberhasilan dalam mengatasi spektrum ancaman dengan
segala bentuknya.

1
Naskah Departemen, Kemanunggalan TNI Rakyat, Seskoad 2003
TERBATAS
TERBATAS
2

Hal tersebut sangat relevan dihadapkan dengan usaha-usaha untuk mengisi


kemerdekaan dan membangun bangsa Indonesia yang selalu mendapat ancaman,
gangguan, hambatan dan tantangan, baik yang datang dari dalam negeri maupun
dari luar negeri. Masalah Aceh, Papua dan Ambon yang hingga kini belum
terselesaikan secara tuntas termasuk keinginan pihak barat untuk kembali
menjajahnya dalam bentuk perang Modern.

c. Dengan demikian, Pembinaan Teritorial merupakan bagian dari tugas TNI


AD yang harus dilaksanakan guna mewujudkan tercapinya tugas – tugas TNI AD 2
yang meliputi : Menegakkan kedaulatan negara di darat dan mempertahankan
keutuhan wilayah darat NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia di wilayah
daratan dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara serta
melaksanakan tugas negara dalam penyelenggaraan pendidikan dan latihan wajib
militer bala darat bagi warga negara yang diatur dengan Undang Undang. Karena
demikian pentingnya peran Binter, maka TNI AD menempatkan Binter sebagai
fungsi utama mengingat keterbatasan alut sista dan anggaran yang dimiliki TNI.
Oleh karena itu, Komando Kewilayahan dari tingkat Kodam sampai dengan tingkat
Koramil merupakan gelar kekuatan TNI AD yang dinilai sangat tepat guna
menemukan kemungkinan ancaman secara dini melalui kegiatan Binter dalam
rangka Pertahanan Negara.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Penulisan Karangan militer ini dimaksudkan untuk


memberikan gambaran tentang pelaksanaan dan langkah – langkah Pembinaan
Teritorial dalam menghadapi perang modern.

2
Kasad, Petunjuk Praktis Binter, Visindo Media Persada, Jakarta 2003
TERBATAS
TERBATAS
3

b. Tujuan. Memberikan alternatif masukan/saran kepada Kepala Staf


TNI AD dalam menentukan kebijkasanaan tentang Pembinaan Teritorial Aparat
Kowil dalam menghadapi perang modern.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Lingkup pembahasan dibatasi pada


Pembinaan Teritorial oleh satuan Kowil setingkat Kodam dikaitkan dengan kondisi sosial
masyarakat dewasa ini, yang disusun dengan tata urut sebagai berikut:
a. Pendahuluan.
b. Latar belakang pemikiran.
c. Kondisi Binter saat Ini.
d. Faktor – faktor yang berpengaruh.
e. Kondisi Binter yang diharapkan.
f. Konsepsi Binter dalam menghadapi perang modern.
g. Penutup.

/4. Metode . . .
4. Metode dan Pendekatan.

a. Metode. Metode penulisan Karangan Militer ini menggunakan metode


deskriptif analisis, yaitu menggambarkan berbagai fakta empiris dan tentang
Binter Aparat Kowil dikaitkan dengan fenomena Perang Modern.

b. Pendekatan. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan Karangan


Militer ini adalah konprehensif integral, yaitu pemahaman yang utuh terhadap
kegiatan Binter yang selanjutnya dianalisis untuk memperoleh rumusan dalam
menghadapi perang modern.

5. Pengertian-Pengertian.

TERBATAS
TERBATAS
4

a. Binter TNI AD adalah merupakan kegiatan TNI AD dalam membina


hubungan dengan segenap lapisan masyarakat sehingga tercipta kemanunggalan
TNI – Rakyat untuk didayagunakan bagi kepentingan pertahanan negara matra
darat3.

b. Kemanunggalan TNI-Rakyat adalah kondisi kejiwaan dimana rakyat


telah merasa bersama, senasib seperjuangan dengan TNI dalam rangka
pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia4.

c. Bhakti TNI secara umum merupakan dharma bhakti dalam perjuangan


bangsa untuk mewujudkan cita-cita nasional sedangkan secara khusus adalah
pelibatan TNI sebagai komponen utama pertahanan dalam membantu
menyelenggarakan kegiatan kemanusiaan untuk menangani masalah sosial atau
kemasyarakatan atas permintaan instansi terkait atau inisiatif sendiri yang
dilaksanakan secara bersama – sama dengan instansi terkait tanpa mengabaikan
/
kesiapan satuan5. dilaksanakan . . .

d. Bintahwil adalah segala usaha dan kegiatan yang berhubungan dengan


perencanaan, penyusunan, pengembangan, pengerahan, dan pengendalian dalam
rangka mewujudkan ketahanan yang dinamis disuatu wilayah dengan
meningkatkan kepekaan, kesadaran, dan partisipasi masyarakat dalam menangkal
setiap ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang membahayakan
kedaulatan dan keutuhan wilayah6.

e. Komunikasi Sosial

1) Sebagai Metode adalah cara yang diselenggarakan oleh satuan


jajaran TNI AD yang berhubungan dengan perencanaan, kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan keeratan hubungan dengan segenap
3
Naskah Sementara, Buku Petunjuk Induk Binter (proses UT), Pusterad, 2003
4
Ibid
5
Ibid
6
Naskah Sementara, Buku Petunjuk Induk Binter (proses UT), Pusterad, 2003
TERBATAS
TERBATAS
5

komponen bangsa guna mewujudkan saling pengertian dan kebersamaan


yang memungkinkan timbulnya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi
di bidang pertahanan7.

2) Sebagai kemampuan adalah kemampuan prajurit TNI AD dalam


berkomunikasi dengan masyarakat dan aparat pemerintah terkait guna
terwujudnya saling pengertian dan kebersamaan yang memungkinkan
timbulnya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi di bidang pertahanan 8.

f. Bela Negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga negara yang teratur,
menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan kepada tanah
air, kesadaran berbangsa dan bernegara serta keyakinan akan Pancasila sebagai
idiologi negara dan rela berkorban untuk meniadakan hakekat ancaman dari luar
/idiologi . .
negeri dan dalam negeri yang membahayakan kemerdekaan wilayah . yurisdiksi
Indonesia serta nilai – nilai Pancasila dan UUD 1945 beserta amandemenya 9.

g. Sistim Pertahanan Semesta adalah sistem pertahanan negara yang


melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya nasional lainya serta
dipersiapakan secara dini oleh pemerintah dan diseleggarakan secara total,
terpadu, terarah dan berlanjut10.

BAB II
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

7
Ibid
8
Ibid
9
Ibid.
10
Naskah Departemen, Sistem Pertahanan Semesta, Seskoad 2003
TERBATAS
TERBATAS
6

6. Umum. Dengan munculnya konsep perang modern 11, maka sendi - sendi dan jati
diri kehidupan bangsa Indonesia menjadi membias yaitu lebih mengutamakan hak dari
pada kewajiban dengan mengorbankan tata nilai bangsa. Strategi perang modern yang
menyerang secara langsung terhadap segenap aspek kehidupan harus dilawan secara
total dan integral. Dalam hal ini Pembinaan Teritorial dengan wujud akhir
kemanunggalan TNI – Rakyat akan dibuktikan ketangguhannya sebagai kekuatan yang
dahsyat untuk mengatasi segenap persoalan bangsa ini, termasuk perang modern.
Pembiasan pembiasan yang ada termasuk persepsi tentang Binter sebagai dampak dari
perang modern harus segera diakhiri guna memperoleh pengakuan dan legitimasi dalam
tatanan hukum yang berlaku.

/7. Landasan . . .
7. Landasan Pemikiran.

a. Landasan Historis. Perjuangan mengusir penjajah timbul secara


sporadis di berbagai wilayah namun belum membawa hasil, menyadari kelemahan
tersebut, pada tahun 1908 munculah gerakan yang merupakan embrio “Budi
Oetomo”. Pada tahun 1912 lahirlah perhimpunan – perhimpunan yang
berdasarkan atas konsepsi kebangsaan dengan tujuan mempersatukan semua
golongan di wilayah Nusantara sehingga pada tahun 1928 lahirlah Sumpah
Pemuda di Jakarta. Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, telah
menghadapi Agresi militer Belanda – I dan II, serta menghadapi berbagai
pemberontakan dari dalam negeri diantaranya adalah pemberontakan PKI Madiun
tahun 1948, DI/TII di Jawa Barat tahun 1949 - 1962, pemberontakan Andi Aziz,
dan APRA, serta RMS pada tahun 1950, pemberontakan Kahar Muzakar pada
tahun 1955, dan PRRI pada tahun 1958 12. Berkat kemanunggalan TNI-rakyat

11
Perang Modern : ditinjau dari perspektif Hubungan Internasional, Mayjen TNI Syarifudin Tippe 2004.
12
Naskah Departemen, Sejarah Operasi Militer, Seskoad 2003
TERBATAS
TERBATAS
7

maka semua pemberontakan dapat diatasi dengan baik. Namun di era globalisasi
ini gerakan separatis Aceh dan Papua sulit diatasi karena menurunnya wawasan
kebangsaan dan persatuan yang menyebabkan pembiasan dan distorsi dalam
penanganannya.

b. Landasan Filosofis. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, dasar


negara, dan ideologi merupakan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia yang juga
merupakan sumber dari segala sumber hukum yang mengandung nilai-nilai moral,
etika, dan estetika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 13.
Implementasi Pancasila yang terpancar dalam sila - silanya senantiasa menjadi
pedoman dalam penataan sendi – sendi kehidupan bangsa, baik sebagai pola pikir,
pola sikap dan pola tindak bagi warga negara dan prajurit TNI dalam
melaksanakan tugasnya.

/c. Landasan . . .
c. Landasan Konstitusional.

1) UUD 1945. Merupakan tatanan aturan hukum yang tertinggi dan


menjadi pedoman serta rujukan bagi pembuatan dan pelaksanaan hukum di
Indonesia. Sebagai negara hukum maka supremasi hukum harus
ditegakkan sebagai prasarat terselenggaranya negara yang konstitusional.
Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum bahwa Negara melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hak dan kewajiban warga
negara dalam upaya pembelaan negara diatur oleh Pasal 30 UUD 1945,
pada ayat (1) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, sedangkan ayat
(2) menyatakan bahwa usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui Sistem Pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh

13
Naskah Departemen, Pancasila, Seskoad 2003
TERBATAS
TERBATAS
8

TNI dan Polri sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung14.

2) UU No. 3 thn 2002 tentang Pertahanan Negara. Pada Hakekatnya


pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan yang bersifat semesta,
penyelenggaraan berdasarkan atas keseimbangan dan kesadaran antara
hak dan kewajiban serta keyakinan pada kekuatan sendiri untuk
menghadapi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang
berasal dari dalam negeri dan dari luar negeri. Artinya sistim pertahanan
negara melibatkan semua warga negara, sumber daya nasional serta
segenap sarana dan prasarana nasional untuk dipersiapkan dan
dayagunakan guna kepentingan pertahanan negara.

/ d. Landasan . . .
d. Landasan Konsepsional.

1) Wawasan Nusantara. Merupakan cara pandang bangsa


Indonesia terhadap diri dan lingkungan sebagai satu kesatuan yang utuh
dalam aspek ipoleksosbud hankam15. Dengan demikian mengandung nilai-
nilai yang menjamin persatuan dan kesatuan bangsa. Nilai persatuan dan
kesatuan yang sarwa nusantara akan senantiasa menjadi kekuatan dalam
menghadapi berbagai tekanan baik dari dalam maupun dari luar negeri dan
merupakan kekuatan bagi ketahanan nasional yang tangguh yang pada
akhirnya diperoleh pemahaman bahwa ancaman terhadap suatu pulau
berarti merupakan ancaman terhadap keseluruhan bangsa.

2) Ketahanan Nasional. Adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang


berisi ketangguhan dan keuletan dalam menghadapi setiap bentuk

14
UUD 1945 Hasil Amandemen & Proses Amandemen secara lengkap, Tim M2S, Bdg, 2003
15
Naskah Departemen, Wawasan Nusantara, Seskoad 2003
TERBATAS
TERBATAS
9

ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan dalam mencapai dan


mewujudkan tujuan dan cita – cita nasional 16. Terkandung pengertian
bahwa keuletan dan ketangguhan bangsa untuk merebut peluang dan
mengatasi kendala dalam persaingan antar bangsa yang pada gilirannya
akan mampu menghadapi dan mengatasi berbagai ancaman, gangguan,
hambatan dan tantangan yang datang dari dalam maupun dari luar negeri.

e. Landasan Operasional.

1) Doktrin TNI AD “Kartika Eka Paksi”.

a) TNI AD Selaku alat pertahanan negara didarat yang


mempunyai tugas pokok untuk menegakan kedaulatan dan keutuhan
wilayah darat NKRI, melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia di wilayah daratan dari ancaman dan gangguan

/b) Guna . . .

terhadap keutuhan bangsa dan negara, membantu tugas –tugas


pemerintah sipil dan tugas bantuan kepada kepolisian RI 17.

b) Guna menyukseskan pelaksanaan tugas – tugas TNI AD


tersebut, maka dijabarkan ke dalam fungsi – fungsi TNI AD
diantaranya adalah fungsi Pembinaan Teritorial yang mana dalam
perkembangan dewasa ini karena dipandang sangat perlu untuk
dikembangkan dalam rangka mewujudkan kemanunggalan TNI –
Rakyat sebagai rohnya TNI AD maka Pembinaan Teritorial ditetapkan
sebagai fungsi utama TNI AD yang teruang dalam doktrin Kartika
Eka Paksi.

16
Ibid
17
Narasi ceramah doktrin KEP, hal 14, Dirdok Kodiklat TNI AD
TERBATAS
TERBATAS
10

2) Bujukin dan Bujukbin Binter TNI AD. Dalam Bujukin Binter yang
diterbitkan oleh Pusat Teritorial Angkatan Darat dijelaskan bahwa tujuan
pembinaan teritorial adalah untuk mendukung tercapainya tugas pokok TNI
AD dengan sasaran meningkatnya kesadaran berbangsa dan bernegara,
meningkatnya pemahaman wawasan kebangsaan, meningkatnya kesadaran
bela Negara dan cinta tanah air dan terwujudnya kemanunggalan TNI-
Rakyat.18.

/8. Hal . . .
8. Hal – hal lain. Munculnya perang modern karena adanya kesadaran
masyarakat internasional khususnya PBB yang melarang penggunaan kekuatan militer
untuk menyerang dan menguasai negara lain untuk mengeksploitasi sumber daya
nasionalnya. Namun karena naluri imperialisme negara agresor dan kepentingan
nasionalnya akan kebutuhan sumber daya alam, maka negara agresor mencari metode
untuk menguasai negara-negara yang memiliki potensi kekayaan alam yang melimpah,
sehingga perang modern merupakan bentuk lain dari neo kolonialisme dan neo
imperialisme. Perang Modern dapat didefinisikan sebagai bentuk perang yang
menggunakan kecanggihan teknologi untuk mempengaruhi dan menguasai semua aspek
kehidupan bangsa guna di eksploitir untuk kepentingan negara agresor. Perang modern
menggunakan cara – cara bertempur yang abstrak, tanpa kekerasan atau paksaan yang
menyerang langsung terhadap segenap aspek kehidupan dengan mengubah paradigma
berfikir, budaya dan cara hidup yang pada akhirnya negara tersebut mempunyai
ketergantungan terhadap negara agresor. Seperti perang konvensional juga memiliki
tahapan – tahapan dalam pelaksanaanya sebagai metode untuk menjamin tercapainya

18
Nasem Bujukops Binter, PO:TER – 01, Skep/22/XII/2003
TERBATAS
TERBATAS
11

tujuan akhir yaitu penguasaan dan eksploitasi kekayaan alam terhadap suatu negara
sasaran19. Meliputi tahap ifiltrasi, tahap operasi atau eksploitasi, tahap politik adu
domba, tahap cuci otak dan tahap pencapaian sasaran dengan atau tanpa invasi militer.

/BAB – III…..
BAB III
KONDISI BINTER APARAT KOWIL SAAT INI

9. Umum. Kowil dari Kodam sampai dengan tingkat Koramil merupakan gelar
kekuatan TNI AD dalam Sishanneg di darat, dengan harapan sebagai kompartemen
strategis yang diperkuat dengan Satpur, Satbanpur dan Satbanmin mampu memberi
perlawanan secara mandiri terhadap ancaman yang terjadi di wilayahnya sebelum ada
bantuan perkuatan dari pusat. Oleh karenanya Kowil perlu melaksanakan Binter sebagai
fungsi utama TNI AD karena suatu tugas yang harus dilaksanakan dalam rangka
mewujudkan Kemanunggalan TNI-Rakyat guna mendukung tercapainya tugas pokok TNI
AD. Sasaran yang akan dicapai dalam Pembinaan Teritorial adalah bersifat non fisik
atau kejiwaan yaitu pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara, pembinaan
wawasan kebangsaan, pembinaan kesadaran bela negara dan cinta tanah air serta
pembinaan Kemanunggalan TNI-Rakyat. Hal tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan

19
Ancaman Neo Kolonialisme Terhadap NKRI, Jendral TNI Ryamizard Ryacudu, Jakarta, 2004
TERBATAS
TERBATAS
12

kegiatan melalui metode Binter, yaitu penyelenggaraan Bhakti TNI, Bintahwil dan
Komsos.

10. Penyelenggaraan Bhakti TNI.


Penyelenggaraan Bhakti TNI yang dilakukan oleh satuan Kowil pada dasarnya
bertujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, guna
memantapkan Kemanunggalan TNI – Rakyat untuk didayagunakan bagi kepentingan
pertahanan Negara di darat. Kegiatan tersebut bercorak lintas sektoral dan bersifat fisik
atau non fisik serta melibatkan seluruh komponen bangsa tanpa mengabaikan kesiapan
satuan. Implementasi kegiatan dipadukan dengan program pemerintah daerah,
masyarakat dan pihak swasta melalui kewenangannya sebagai daerah otonom, namun
secara umum banyak yang tertunda/tidak maksimal akibat ulah manusia yang lebih

/ mementingkan . . .
mementingkan diri dan kelompoknya serta adanya kondisi alam yang belum
menguntungkan (bencana alam). Dengan demikian penataan ruang wilayah baik untuk
kesejahteraan maupun keamanan tidak dapat dikendalikan sesuai yang diharapkan,
diantaranya adalah bidang sarana prasarana kehidupan sosial masyarakat, produktifitas
lahan pertanian, ancaman bencana alam dan bidang kesadaran berbangsa dan bernegara
serta wawasan kebangsaan.

a. Bidang Sarana dan Prasarana.


1) Satuan Kowil melalui kegiatan TMMD secara terprogram
sesungguhnya dapat membantu program pemerintah daerah dalam
meningkatkan sarana prasarana kehidupan masyarakat yang pada akhirnya
dapat menyentuh kepada peningkatan kesejahteraan (fisik dan non fisik).
Kegiatan tersebut diantaranya adalah perbaikan/pembuatan jalan atau
irigasi serta berbagai kegiatan penyuluhan yang berkaitan dengan

TERBATAS
TERBATAS
13

pembinaan mental spiritual atau kejuangan guna menumbuhkan kesadaran


masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.

2) Pada kenyataannya kondisi kebutuhan kehidupan masyarakat


tersebut masih belum dapat dipenuhi secara maksimal. Masih banyak
ditemukan jalan/jembatan yang rusak, kurangnya irigasi untuk pengairan
lahan pertanian dan menurunnya sikap masyarakat dalam kesadaran
berbangsa dan bernegara/lunturnya wawasan kebangsaan. Dengan
demikian kegiatan Bhakti TNI melalui TMMD kurang disambut hangat oleh
pihak pemerintah daerah maupun oleh masyarakat atau swasta.

b. Bidang Lahan Pertanian Masyarakat.


1) Dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui bidang lahan
pertanian yang merupakan salah satu tulang punggung kekuatan ekonomi

/bangsaserta
bangsa Indonesia sebagai Negara agraris, Satuan Kowil ikut berperan ...

dalam membina bidang tersebut melalui kegiatan TNI Manunggal Pertanian.

2) Dengan potensi di sektor pertanian maupun masyarakat yang ada


dapat mendukung untuk peningkatan produksi pertanian hingga mencapai
swasembada pangan yang pada akhirnya taraf kesejahteraan masyarakat
tercukupi secara maksimal termasuk bidang-bidang lainnya.

3) Kenyataan yang ada saat ini setelah adanya Reformasi justru sektor
pertanian banyak mengalami kemunduran. Masyarakat dan pihak
pemerintah sangat mengabaikan masalah ini, dimana banyak lahan yang
terbengkalai dan program TMP tidak diberdayakan secara maksimal.
Dengan demikian bangsa Indonesia yang makanan pokoknya beras akan
terjadi kekurangan pangan apabila kondisi tersebut dibiarkan berlarut.

TERBATAS
TERBATAS
14

c. Bidang Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.


Pemberdayaan masyarakat di bidang kesadaran berbangsa dan bernegara
selama ini telah dilakukan dengan latar belakang jiwa kejuangan sebagai warisan
dari para leluhurnya dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
Pada kenyataannya kondisi tersebut dewasa ini akibat dampak dari era Reformasi
telah terjadi penurunan nilai yaitu lebih mementingkan kepentingan
pribadi/golongan dari pada kepentingan bangsa secara luas, diantaranya adalah
sebagai berikut :

1) Pancasila sebagai idiologi bangsa yang dapat menjiwai rasa


kebangsaan dan rasa bernegara hanya disikapi sebagai slogan saja, karena
tidak diimplementasikan dan dipahami secara mendalam/mendarah daging.
Para elit politik sebagai potret bangsa dalam berdemokrasi seperti yang

/tertuang . . .

tertuang dalam Pancasila, justru sering menontonkan sikap arogan dan


tidak mementingkan rakyatnya.

2) Satuan Kowil dengan pemberdayaan Pembinaan Teritorialnya secara


sistematis ikut serta diantaranya melalui adu bako maupun, sarasehan telah
memberikan pemahaman-pemahaman secara nyata baik secara perorangan
maupun kelompok dengan melalui forum formal maupun non formal justru
disikapi oleh para LSM sebagai upaya yang menjurus pada kegiatan negatif.

3) Perkembangan jaman yang terjadi sekarang ini secara umum telah


terkontaminasi melalui jiwa dan pola pikir yang dipengaruhi oleh wawasan
internal maupun wawasan external akibat kondisi global yang serba canggih
maupun transparan. Akibatnya kesadaran berbangsa dan bernegara
bangsa Indonesia dapat dikatakan telah luntur dan bergeser, sehingga
persatuan dan kesatuan bangsa menjadi pudar.

TERBATAS
TERBATAS
15

11. Penyelenggaraan Komsos.

a. Penyelenggaraan komunikasi sosial masyarakat yang dilakukan oleh satuan


Kowil pada dasarnya bertujuan untuk mendukung pelaksanaan Pembinaan
Teritorial diwilayah sehingga hubungan timbal balik antara masyarakat dan
anggota TNI AD dapat terlaksana dengan baik dan benar dengan mengikuti
tatanan yang ada, baik secara hukum maupun perundang-undangan yang berlaku
di masyarakat, sehingga akan memberdayakan dan memperkokoh kemanunggalan
antara TNI AD dengan masyarakat.

b. Pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan aturan / petunjuk-petunjuk yang


sudah ada sesuai perundang-undangan, sehingga tidak menyimpang dari

/keharusan . . .
keharusan maupun larangan serta rambu-rambu yang jelas. Namun demikian
perkembangan yang terjadi dalam pelaksanaan berkomunikasi banyak terjadi
hambatan karena dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan kelompok-kelompok
yang telah memanfaatkan situasi transisi intern TNI dewasa ini dan kelompok-
kelompok yang tidak menghendaki TNI dimasa mendatang kuat, karena dengan
kuatnya TNI akan menghambat kepentingan kelompok tertentu tersebut. Disisi
lain masih ada keragu-raguan anggota Kowil itu sendiri dikarenakan kurangnya
kemampuan serta adanya pengaruh-pengaruh extern yang berkembang.

12. Penyelenggaraan Bintahwil.

a. Penyelenggaraan pembinaan ketahanan wilayah yang dilaksanakan oleh


satuan Kowil pada dasarnya bertujuan agar masyarakat memiliki jiwa yang
tangguh dan keuletan didalam menghadapi kondisi maupun pengaruh negatif
yang berkembang di wilayah serta tidak mudah terhasut atau terprovokasi oleh
keadaan lingkungannya. Dengan demikian masyarakat akan memiliki kepekaan,
TERBATAS
TERBATAS
16

kesadaran dan partisipasi dalam menangkal setiap potensi ancaman terhadap


kedaulatan dan keutuhan wilayah di daerahnya.

b. Pada kenyataannya kondisi masyarakat saat ini sangat rentan dengan


sukuisme, kehilangan jati dirinya, mudah dihasut, gampang dipengaruhi oleh isu-
isu negatif yang sengaja diciptakan oleh kelompok tertentu. Dimana-mana sering
dan mudah terjadi kerusuhan yang pada akhirnya dapat merugikan harta dan
korban jiwa. Sikap-sikap tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Tatanan dan budaya sudah bergeser dikarenakan oleh kepentingan


sesaat, tidak mau tahu kewajiban masing-masing.

/2) Tingkat . . .
2) Tingkat kesadaran beragama semakin jauh dikarenakan alasan
profesi maupun globalisasi yang tidak terbatas.

BAB – IV
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH

13. Umum. Dalam Konsepsi Pembinaan Teritorial aparat Kowil menghadapi Perang
Modern tidak akan terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhi, baik eksternal
maupun internal. Selanjutnya kendala dan kelemahan yang ditemukan untuk dieliminir
dengan memanfaatkan peluang dan kemampuan yang ada, sehingga konsep pembinaan
teritorial dapat terwujud sesuai yang diharapkan.

14. Faktor Eksternal.


a. Peluang.

TERBATAS
TERBATAS
17

1) Adanya instansi terkait sebagai mitra kerja. Keberadaan Satuan


Kowil beserta jajarannya sejak awal berdirinya telah diakui dengan segala
kekurangan dan kelebihannya oleh lingkungannya masing-masing.
Pengakuan tersebut merupakan proses interaksi, khususnya dengan
berbagai instansi terkait yang dapat didayagunakan untuk mendukung
pencapaian tugas pokok, melalui kegiatan bersama dengan memadukan
program masing-masing instansi terkait. Dalam hal ini kegiatan bersama
tersebut telah diwadahi oleh kelembagaan mulai dari unsur Muspida Plus,
Muspika sampai dengan tingkat Babinsa (Tripikel). Selanjutnya apabila
kegiatan bersifat insidentil dapat diwadahi sesuai kebutuhan yang ada
dengan melibatkan unsur terkait sesuai kebutuhan.

/2) Kualitas . . .
2) Kualitas/Kuantitas Penduduk. Jumlah penduduk yang ada saat ini
pada hakekatnya telah mempunyai berbagai kemampuan sesuai di
bidangnya. Kemampuan tersebut apabila didayagunakan dapat memberi
kekuatan awal untuk sewaktu-waktu dibutuhkan dalam rangka tugas-tugas
pertahanan negara.

b. Kendala.
1) Adanya kelompok Separatis. Adanya berbagai tindak kekerasan
kelompok separatisme melalui front bersenjata, politik dan klandestin,
dimana dalam aksinya yang paling menonjol adanya front bersenjata.
Dengan bersenjata, kelompok separatis dapat dengan bebas melakukan
penembakan dan melakukan berbagai tindak kekerasan terhadap siapa
saja yang dikehendaki. Kejadian-kejadian kekerasan tersebut membuat
situasi di daerah tertentu menjadi mencekam, menakutkan, bagi setiap
masyarakat dan pada akhirnya malas untuk beraktifitas dengan bebas.
Kondisi demikian akhirnya berpengaruh terhadap pelaksanaan Binter karena
TERBATAS
TERBATAS
18

kehidupan masyarakat terkekang dan terbelenggu yang akhirnya lebih


memilih diam dan membisu.

2) Rendahnya sikap Bela Negara Masyarakat. Aktifitas kehidupan


sosial masyarakat secara umum sangat dipengaruhi oleh kondisi keamanan
yang belum kondusif. Ajakan aparat untuk ikut serta dalam kegiatan bela
negara dalam melawan separatis hanyalah keterpaksaan tanpa adanya
suatu keberpihakan secara khusus. Tetapi apabila ditekan oleh provokasi
separatis, maka dengan mudah keberpihakan beralih kepada separatis demi
mementingkan keamanan bagi diri dan keluarganya.

/15. Faktor . . .
15. Faktor Internal.
a. Kekuatan.
1) Adanya doktrin prajurit. Kodam sampai dengan Koramil selaku
Komando Kewilayahan di daerah dalam melaksanakan tugasnya membawa
misi TNI AD yang merupakan penjabaran dari tugas TNI. Sehingga apa
yang dikerjakan telah sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-
undang RI Nomor : 3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara dan UU TNI
No. 34 tahun 2004 sebagai landasan hukum. Hal tersebut merupakan
sumber motivasi prajurit dengan jiwa Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8
Wajib TNI yang telah mengakar menjadi darah dagingnya. Kondisi
demikian akan dapat memudahkan pelaksanaan Pembinaan Teritorial.

2) Profesionalisme Prajurit. Mentalitas, dedikasi dan loyalitas serta


pendidikan dan pengalaman penugasan yang telah dimiliki oleh Prajurit
Kowil dapat didayagunakan untuk mendukung pencapaian tugas pokok dari
Komando Atas secara maksimal.

TERBATAS
TERBATAS
19

b. Kelemahan.
1) Kualitas dan Kuantitas SDM Prajurit. Penguasaan kemampuan
dalam tugas di lapangan secara profesional dan proporsional merupakan
aspek pemberdayaan sumber daya manusia yang mutlak diperlukan. Hal
ini dirasakan masih sangat kurang dihadapkan dengan kriteria yang
diharapkan. Tetapi kemampuan sumber daya manusia prajurit di jajaran
Satuan Kowil baru dapat digunakan saja, dan belum dapat diberdayakan
secara optimal.

2) Kesejahteraan. Meskipun bukan merupakan faktor dominan


yang dapat mempengaruhi secara langsung, tetapi tingkat kesejahteraan

/ yang . . .
yang rendah dapat menjadi faktor pemicu munculnya tindakan-tindakan
diluar kewenangan dari koridor tugas yang telah ditentukan. Tuntutan
kebutuhan hidup prajurit yang sangat mendasar dan tidak sebanding
dengan penghasilan yang diterima dapat mengakibatkan untuk mengambil
jalan pintas dengan mengorbankan tugas. Telah banyak kejadian-kejadian
negatif oleh berbagai oknum prajurit yang disebabkan hanya masalah
tuntutan kebutuhan hidup (kesejahteraan). Kondisi ini akhirnya dapat
mempengaruhi kelancaran tugas pokok satuan khususnya dalam
melaksanakan tugasnya.

BAB V
KONDISI BINTER APARAT KOWIL YANG DIHARAPKAN

TERBATAS
TERBATAS
20

16. Umum. Kondisi Pembinaan Teritorial Aparat Kowil mulai dari Kodam sampai
dengan tingkat Koramil yang merupakan gelar kekuatan TNI AD dalam Sishanneg di
darat, diharapkan mampu memberi perlawanan secara mandiri terhadap ancaman yang
terjadi di wilayahnya sebelum ada bantuan perkuatan dari pusat. Dengan demikian
Kemanunggalan TNI-Rakyat guna mendukung tercapainya tugas pokok TNI AD dapat
terwujud secara maksimal yang pada akhirnya sasaran yang bersifat non fisik atau
kejiwaan yaitu pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara, pembinaan wawasan
kebangsaan, pembinaan kesadaran bela negara dan cinta tanah air serta pembinaan
Kemanunggalan TNI-Rakyat dapat diwujudkan. Hal tersebut dapat dilihat dari
pelaksanaan kegiatan melalui metode Binter, yaitu penyelenggaraan Bhakti TNI,
Bintahwil dan Komsos.

/17. Penyelenggaraan . . .
17. Penyelenggaraan Bhakti TNI.
Penyelenggaraan Bhakti TNI yang dilakukan oleh satuan Kowil pada dasarnya
bertujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, guna
memantapkan Kemanunggalan TNI – Rakyat untuk didayagunakan bagi kepentingan
pertahanan Negara di darat. Kegiatan tersebut bercorak lintas sektoral dan bersifat fisik
atau non fisik serta melibatkan seluruh komponen bangsa tanpa mengabaikan kesiapan
satuan. Implementasi kegiatan dipadukan dengan program pemerintah daerah,
masyarakat dan pihak swasta melalui kewenangannya sebagai daerah otonom,
diharapkan secara umum banyak bermanfaat bagi kepentingan masyarakat. Dengan
demikian kepentingan kelompok dan golongan dikesampingkan dan mengedepankan
kepentingan masyarakat banyak, sehingga kondisi alam yang belum menguntungkan
(bencana alam), bidang sarana prasarana kehidupan sosial masyarakat, produktifitas
lahan pertanian, ancaman bencana alam dan bidang kesadaran berbangsa dan bernegara
serta wawasan kebangsaan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pertahanan negara
secara maksimal.
TERBATAS
TERBATAS
21

a. Bidang Sarana dan Prasarana.


1) Satuan Kowil melalui kegiatan TMMD secara terprogram dapat
membantu program pemerintah daerah dalam meningkatkan sarana
prasarana kehidupan masyarakat yang pada akhirnya dapat menyentuh
kepada peningkatan kesejahteraan (fisik dan non fisik). Kegiatan tersebut
diantaranya adalah perbaikan/pembuatan jalan atau irigasi serta berbagai
kegiatan penyuluhan yang berkaitan dengan pembinaan mental spiritual
atau kejuangan guna menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam
berbangsa dan bernegara.

2) Diharapkan kebutuhan kehidupan masyarakat tersebut dapat


dipenuhi secara maksimal. Jalan/jembatan, irigasi untuk pengairan lahan

/pertanian . . .
pertanian dan sikap masyarakat dalam kesadaran berbangsa dan
bernegara/wawasan kebangsaan dapat mendukung kepentingan/kebutuhan
masyarakat dalam beraktifitas. Dengan demikian kegiatan Bhakti TNI
melalui TMMD telah disambut hangat oleh pihak pemerintah daerah
maupun oleh masyarakat atau swasta.

b. Bidang Lahan Pertanian Masyarakat.

1) Dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui bidang lahan


pertanian yang merupakan salah satu tulang punggung kekuatan ekonomi
bangsa Indonesia sebagai Negara agraris, Satuan Kowil ikut berperan serta
dalam membina bidang tersebut melalui kegiatan TNI Manunggal Pertanian.

2) Dengan potensi di sektor pertanian maupun masyarakat yang ada


dapat mendukung untuk peningkatan produksi pertanian hingga mencapai

TERBATAS
TERBATAS
22

swasembada pangan yang pada akhirnya taraf kesejahteraan masyarakat


tercukupi secara maksimal termasuk bidang-bidang lainnya. Diharapkan
Pemerintah tidak mengabaikan sektor pertanian yang banyak menopang
berbagai aspek kehidupan masyarakat. Lahan-lahan pertanian tidak ada
yang terbengkalai dan program TMP diberdayakan secara maksimal.
Dengan demikian bangsa Indonesia yang makanan pokoknya beras akan
kembali menjadi negara berswasembada pangan, bahkan dapat menyuplai
negara-negara tetangga.

c. Bidang Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.


Pemberdayaan masyarakat di bidang kesadaran berbangsa dan bernegara
selama ini telah dilakukan dengan latar belakang jiwa kejuangan sebagai warisan
dari para leluhurnya dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.

/ Diharapkan . . .
Diharapkan kondisi tersebut ke depan dapat merubah sikap masyarakat menjadi
lebih mementingkan bangsa dan negara dari pada kepentingan pribadi/golongan,
diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Pancasila sebagai idiologi bangsa yang dapat menjiwai rasa


kebangsaan dan rasa bernegara diresapi dan dipahami secara tulus ikhlas
oleh setiap kehidupan anak bangsa secara mendarah daging.
Implementasinya adalah para elit politik sebagai potret bangsa dalam
berdemokrasi sesuai yang tertuang dalam Pancasila, dengan tidak
menontonkan sikap arogan serta lebih mementingkan rakyatnya.

2) Diharapkan Satuan Kowil dengan pemberdayaan Pembinaan


Teritorialnya secara sistematis ikut serta berperan melalui adu bako
maupun sarasehan dalam memberikan pemahaman-pemahaman secara

TERBATAS
TERBATAS
23

nyata baik secara perorangan maupun kelompok melalui forum formal


maupun non formal sebagai upaya kegiatan yang berdampak positif.

3) Oleh karenanya perkembangan jaman yang telah terkontaminasi


melalui jiwa dan pola pikir yang dipengaruhi oleh wawasan internal maupun
wawasan external akibat kondisi global yang serba canggih maupun
transparan dapat dikendalikan, sehingga kesadaran berbangsa dan
bernegara bangsa Indonesia dapat menjadikan benteng yang tangguh
dalam mempersatukan bangsa untuk mewujudkan masyarakat adil makmur
berdasarkan Pncasila dan UUD 1945.

18. Penyelenggaraan Komsos.

a. Penyelenggaraan komunikasi sosial masyarakat yang dilakukan oleh satuan


Kowil pada dasarnya bertujuan untuk mendukung pelaksanaan Pembinaan
Teritorial diwilayah sehingga hubungan timbal balik antara masyarakat dan
/Teritorial . . .
anggota TNI AD dapat terlaksana dengan baik dan benar dengan mengikuti
tatanan yang ada, baik secara hukum maupun perundang-undangan yang berlaku
di masyarakat, sehingga akan memberdayakan dan memperkokoh kemanunggalan
antara TNI AD dengan masyarakat.

b. Pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan aturan / petunjuk-petunjuk yang


sudah ada sesuai perundang-undangan, sehingga tidak menyimpang dari
keharusan maupun larangan serta rambu-rambu yang jelas. Diharapkan
kebersamaan masyarakat dan TNI dapat bersatu padu dalam mempertahankan
NKRI. Tidak ada lagi sikap keragu-raguan dalam implementasi membangun
bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta mempunyai berbagai
kemampuan untuk menangkal segala bentuk ancaman yang mungkin timbul.

TERBATAS
TERBATAS
24

19. Penyelenggaraan Bintahwil.

c. Penyelenggaraan pembinaan ketahanan wilayah yang dilaksanakan oleh


satuan Kowil pada dasarnya bertujuan agar masyarakat memiliki jiwa yang
tangguh dan keuletan didalam menghadapi kondisi maupun pengaruh negatif
yang berkembang di wilayah serta tidak mudah terhasut atau terprovokasi oleh
keadaan lingkungannya. Dengan demikian masyarakat akan memiliki kepekaan,
kesadaran dan partisipasi dalam menangkal setiap potensi ancaman terhadap
kedaulatan dan keutuhan wilayah di daerahnya.

d. Diharapkan sikap masyarakat tidak rentan dengan sukuisme, tidak


kehilangan jati dirinya dan tidak mudah dihasut atau dipengaruhi oleh isu-isu
negatif yang sengaja diciptakan oleh kelompok tertentu. Sehingga kondisi sosial
kehidupan masyarakat dinamis dan kondusif untuk beraktifitas yang pada akhirnya
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik fisik maupun non fisik. Sikap-
/dapat . . .
sikap tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Tatanan dan budaya bangsa tidak bergeser oleh kepentingan


sesaat, sehingga hak dan kewajiban sebagai warga negara terjadi
keseimbangan sesuai dengan profesi masing-masing.

2) Tingkat kesadaran beragama sesuai yang dianut menjadi meningkat


sesuai ajarannya, karena mental merupakan aspek dominan dalam
kehidupan masyarakat.

TERBATAS
TERBATAS
25

/BAB VI . . .

BAB VI
KONSEPSI BINTER DALAM MENGHADAPI PERANG MODERN

20. Umum. Penerapan konsep Binter yang tepat secara fungsional dan struktural
melalui spesifikasi dan penjabaran tugas yang jelas akan menjamin pelaksanaan Binter
yang berdaya guna dan berhasil guna. Keberhasilan dalam pelaksanaan Binter akan
meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab bersama bangsa dalam menghadapi
“perang modern” yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini. TNI sebagai
komponen utama bersama-sama dengan segenap komponen bangsa lainya akan mampu
membendung pengaruh-pengaruh negatif dan menangkal perang modern dengan segala
bentuknya yang dilakukan oleh koalisi global.

TERBATAS
TERBATAS
26

21. Kebijakan. Guna terwujudnya upaya Binter yang meliputi tahap perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan koordinasi serta pengendalian yang terpadu secara
terus menerus, ditentukan kebijakan Binter sebagai berikut :

a. Binter diselenggarakan sepanjang masa, baik dalam keadaan damai,


darurat Sipil, darurat Militer maupun perang guna terpeliharanya kemanunggalan
TNI - Rakyat sebagai kekuatan yang tangguh guna mendukung pertahanan
negara aspek darat dalam kaitan sistem pertahanan semesta.

b. Binter diselenggarakan secara rutin dan terus menerus dilaksanakan dalam


bentuk kegiatan teritorial. Metoda yang digunakan dalam penyelenggaraan Binter
adalah Bhakti TNI, Bintahwil dan Komunikasi Sosial sesuai dengan mekanisme dan
ketatalaksanaan Binter.

/c. Pembinaan . . .
c. Pembinaan Teritorial pada eskalasi yang meningkat dilakukan dengan
meningkatkan kegiatan Binter, dilaksanakan dalam bentuk Operasi Binter yaitu
untuk mewujudkan sasaran Binter tertentu disuatu daerah yang dibatasi oleh
waktu, sasaran, dukungan dan adanya perintah.

22. Strategi.
a. Tujuan. Meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dan
komponen bangsa lainya tentang pentingnya Binter dalam menghadapi “ Perang
Modern” guna meniadakan setiap ancaman yang membahayakan kedaulatan,
keutuhan, keselamatan dan kehormatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Sasaran.

TERBATAS
TERBATAS
27

1) Terwujudnya kesadaran berbangsa dan bernegara, yang berarti


kemampuan untuk menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan
wilayah, melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.

2) Meningkatnya wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh semangat


patriotisme dan jati diri bangsa yang merupakan modal dasar dan kekuatan
sistem sosial yang tangguh sebagai penangkal utama dalam menghadapi
“Perang Modern”.

3) Terwujudnya kesadaran bela negara dan cinta tanah air, yang berarti
kemampuan untuk menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan
wilayah, melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.

4) Terwujudnya kemanunggalan TNI-Rakyat melalui kesamaan visi,


persepsi dan interpretasi dalam menyikapi dinamika kehidupan berbangsa
dan bernegara dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan bangsa.

/ c. Metode . . .

c. Metode. Metode yang digunakan tetap mengacu pada metode Binter


dengan skala prioritas sesuai lingkup dinamika yang ada yaitu :

1) Bhakti TNI. Merupakan kegiatan civic mission dalam rangka


meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kesadaran bernegara serta
bela negara. Perlu dilaksanakan secara berkesinambungan disetiap wilayah
melalui operasi bhakti dan karya bhakti serta pembinaan mental spiritual
untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menghadapi “Perang
Modern”.

2) Bintahwil. Merupakan pembinaan ketahanan wilayah terhadap


masyarakat yang dilakukan dengan memberikan saran dan dorongan
terhadap instansi fungsional dalam mewujudkan ketahanan wilayah dengan

TERBATAS
TERBATAS
28

meningkatkan kepekaan, kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam


menangkal ancaman yang membahayakan kedaulatan dan keutuhan NKRI.

3) Komsos. Yaitu memelihara dan meningkatkan hubungan dengan


seluruh komponen bangsa, sehingga terwujud saling pengertian dan
kebersamaan yang memungkinkan timbulnya partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pertahanan negara aspek darat.

d. Subyek dan Obyek Binter.

1) Subyek Binter. Subyek Binter TNI AD adalah :

a) Komando Kewilayahan (Kowil) meliputi Kodam, Korem, Kodim


dan Koramil yang merupakan subyek utama bagi keberhasilan Binter.

/b) Satuan . . .

b) Satuan Non Komando Kewilayahan (Sat Non Kowil) meliputi


Satuan Tempur, Satuan Bantuan Tempur dan Satuan Bantuan
Administrasi. Sebagai subyek Binter terbatas dalam rangka
mendukung Binter yang dilaksanakan oleh Satuan Komando
Kewilayahan.

2) Obyek Binter adalah rakyat Indonesia guna terwujudnya


kemanunggalan TNI-Rakyat.

23. Sarana dan Prasarana. Menggunakan segala fasilitas yang ada di satuan
jajaran TNI AD bekerja sama dengan instansi lain/masyarakat guna mendukung sarana
yang dibutuhkan dalam rangka pencapaian tugas pokoknya. Misalnya lembaga
TERBATAS
TERBATAS
29

pendidikan yang ada di jajaran Kodiklat dan Rindam yang ada di jajaran Kodam atau
Diklat milik departemen terkait/LSM yang ada.

24. Upaya Binter Aparat Kowil dalam Menghadapi Perang Modern.

a. Dansat Kowil. Para Pangdam sampai dengan Danramil sebagai subyek


utama bagi keberhasilan kegiatan Pembinaan Teritorial dengan mengemban fungsi
dan bertanggung jawab untuk mengakomodasikan pencapaian sasaran-sasaran
Binter yang menjadi target kegiatan guna mendukung Pertahanan Negara aspek
darat di masing-masing wilayahnya. Sedangkan para Dansat Non Kowil/Satpur
tetap dilibatkan untuk melaksanakan Binter di lingkungannya masing-masing
dengan sektor tanggung jawab pada radius 1-5 Km.

b. Upaya yang Dilakukan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tetap


mengedepankan koordinasi dengan unsur terkait, baik aparat pemda maupun
instansi lainnya, dimana upaya pembinaan dilaksanakan secara komprehensif
dan terus menerus. Dikaitkan dengan kepentingan Hanneg, khususnya dalam
/dan . . .
menghadapi “ Perang Modern” maka titik berat pembinaan adalah :

1) Upaya ke dalam.

a) Meningkatkan Pengetahuan Aparat Teritorial.

(1) Aparat Teritorial harus memahami peran, tugas dan


tanggung jawab pekerjaanya dengan segenap pengetahuan
yang melatar belakanginya. Mengingat lingkup tugas aparat
teritorial demikian luasnya maka harus mau meningkatkan
pengetahuan secara otodidak dan secara formal untuk
mengembangkan diri sehingga responsif, akomodatif,
konsultatif dan proaktif terhadap permasalahan yang

TERBATAS
TERBATAS
30

berkembang diwilayahnya. Materi yang harus dipahami dan


terdukung secara referensif di satuan:
(a) Peran TNI dengan Paradigma Baru TNI.
(b) Sistem Politik Indonesia dan prinsip-prinsip
demokrasi.
(c) Pengetahuan tentang Hukum Tata Negara dan
HAM, serta peraturan perundangan lainya yang terkait.
(d) Otonomi daerah dan sistem pemerintahan
(e) Sosiologi Terapan, dapat berupa materi interaksi
sosial dan teori konflik.
(f) Antropologi Terapan, dapat berupa bagaimana
menganalisis budaya dan adat istiadat suatu daerah
hubungannya dengan budaya daerah lain, gunanya
untuk bahan masukan dalam perencanaan bidang
demografi khususnya progam transmigrasi.

/ g) Pengetahuan . . .
(g) Pengetahuan Psikologi, yang terdiri dari :
Psikologi massa, dan psikologi remaja, serta teknik dan
taktik mengatasi demonstrasi massa dan gangguan
keteriban umum.
(h) Komunikasi yang terdiri dari : Komunikasi
massa, komunikasi antar pribadi, komunikasi antar
budaya, Public Relation, dan Jurnalistik.
(i) Mendalami doktrin-doktrin dan Perundang-
undangan, baik doktrin Hankamneg maupun doktrin
dan perundangan yang berhubungan dengan ke-
teritorialan. Misalnya UU Hankamneg, UU no 24/1994
tentang Rencana Tata Ruang.

TERBATAS
TERBATAS
31

(j) Materi-materi tersebut dilaksanakan dengan


metode belajar yang aktif melalui peningkatan minat
baca atau dengan cara critical reading, yaitu
dengan penugasan merangkum intisari dan menjawab
isi tulisan dan mendiskusikan secara formal maupun
informal dengan prinsip kebebasan akademis.

(2) Meningkatkan lima kemampuan Teritorial. Meliputi


kemampuan temu cepat dan lapor cepat, penguasaan
wilayah, manajemen teritorial dan komunikasi sosial serta
perlawanan rakyat. Upaya yang dilakukan diantaranya:

(a) Kemampuan temu cepat lapor cepat diwujudkan


dengan pembentukan jaring intelijen dan perekrutan
warga masyarakat yang memenuhi kriteria sampai ke
level Dusun atau kampung yang dilengkapi dan dibina
sedemikian rupa untuk kepentingan kelancaran dan
kerahasian informasi.
/ h) Kemampuan . . .
(b) Kemampuan penguasaan wilayah diwujudkan
dengan interaksi sosial melalui komunikasi sosial, karya
bakti maupun anjangsana secara formal dan informal
yang dilakukan secara terprogram.

(c) Kemampuan Manajemen Teritorial diwujudkan


melalui aplikasi sisrendal Binter yang dilaksanakan
secara normatif dan aktual dengan berpedoman kepada
prinsip – prinsip penyelenggaraan latihan.

(d) Kemampuan Perlawanan Rakyat diwujudkan


dengan penyelanggaraan PPBN dan pelatihan dasar

TERBATAS
TERBATAS
32

kemiliteran kepada hansip, Wanra, Kamra dan linmas


yang terjadual secara periodik serta dilengkapi dan
diorganisir sesuai dengan kebutuhan.

(e) Kemampuan komunikasi sosial diwujudkan


dengan pelaksanaan interaksi sosial yang dilakukan
melalui forum komunikasi secara formal seperti
penyuluhan, santi aji, dan diskusi ilmiah maupun
informal seperti anjangsana, adu bako dan menghadiri
undangan dan acara lainya.

b) Memberdayakan semua jajaran komando kewilayahan untuk


melaksanakan kebijakan Pangdam atas hasil musyawarah dengan
pemda dan instansi lainya dalam mengatasi permasalahan dengan
menggunakan semua metode dan instrumen yang terdapat pada
komando kewilayahan, khususnya mengoptimalkan dan menggelar
jaring intelijen dan jaring komando secara efektif dan efisien dari
Kodam hingga Koramil dengan memanfaatkan perangkat K3I.

/2) Upaya . . .

2) Upaya Ke Luar.

a) Penilaian hakekat Ancaman. Dimana tinjauannya adalah


intensitas hakekat ancaman di wilayah yang meliputi daerah
“Mantap, Rawan dan Gawat”. Apabila terjadi ancaman yang
mengarah kepada klasifikasi rawan, maka perlu menjadi fokus
pembinaan intensif secara vertikal dan horisontal agar segera dapat
dikembalikan pada keadaan mantap.

TERBATAS
TERBATAS
33

b) Kompartementasi daerah pertahanan dengan titik berat


pembinaan kemandirian dan kemampuan wilayah agar senantiasa
siap menghadapi ancaman terhadap kemungkinan invasi musuh,
maka penyusunan daerah pertahanan sesuai RUTR dipersiapkan
secara terpadu dengan pemerintah dengan mempertimbangkan
aspek kesejahteraan dan pertahanan.

c) Mendayagunakan SDA dan SDB berorientasi pada


kepentingan kesejahteraan dan pertahanan bagi seluruh rakyat
Indonesia dan rakyat di daerah dengan memperhatikan kelestarian
dan dampak lingkungannya. Menghasilkan nilai guna yang tinggi
dan dapat mewujudkan cadangan materiil strategis dan dukungan
logistik wilayah, mendukung strategi perang yang bersifat
kerakyatan, kewilayahan, dan kesemestaan. Mengatasi pemanfaatan
yang berlebihan untuk mencapai kepentingan sektoral dan jangka
pendek, sehingga menimbulkan kerugian secara umum jangka
panjang.

/d) Mengidentifikasi . . .
d) Mengidentifikasi dan menyiapkan ruas-ruas, fasilitas tertentu
yang terdapat pada sarana perhubungan darat, laut dan udara agar
pada saat dibutuhkan dalam upaya pertahanan negara dapat
berfungsi sebagai cadangan terminal, pelabuhan kapal perang,
landasan pacu pesawat terbang militer, jalur pendekat dan jalur
komunikasi atau jalur logistik.

e) Mengidentifikasi dan menyiapkan sarana dan fasilitas


transportasi, komunikasi dan peringatan dini serta alat bantuan
navigasi dan lain-lainnya sebagai unsur kekuatan cadangan materiil
pertahanan negara.

TERBATAS
TERBATAS
34

f) Menentukan lokasi, distribusi, alokasi cadangan material


strategis dan logistik wilayah di wilayah kompartemen strategis dan
sub kompartemen strategis untuk kepentingan matra darat
berdasarkan fungsi dan pengorganisasian badan-badan logistik.

g) Mengkonservasi cadangan material strategis yang meliputi


sumber daya hewani, nabati, bahan tambang dan energi untuk
kepentingan Matra Darat, Laut maupun Udara.

h) Melaksanakan pembinaan terhadap SDM yang diarahkan


untuk sosialisasi pemahaman hakekat ancaman baik langsung
maupun tidak langsung terhadap kelangsungan hidup NKRI.
Sosialisasi dimaksudkan untuk mengajak segenap lapisan masyarakat
untuk peduli bangsa, melalui kegiatan ini diharapkan para pejabat
didaerah mampu menggairahkan masyarakat dalam upaya

/menumbuhkan . . .
menumbuhkan persatuan dan kesatuan melalui pemahaman tentang
kesadaran berbangsa dan bernegara, pemahaman terhadap
wawasan kebangsaan, kesadaran bela negara dan cinta tanah air
serta kemanunggalan TNI-Rakyat. Faktor penting yang perlu
disiapkan untuk menghadapi ancaman tersebut adalah penyiapan
segenap lapisan masyarakat akan pentingnya:

(1) Kesadaran Berbangsa dan Bernegara. Yaitu kesadaran


dan kerelaan berkorban guna meniadakan setiap ancaman
yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

TERBATAS
TERBATAS
35

(a) Sasaran.

i. Terwujudnya kesadaran berbangsa dan


bernegara di lingkungan masyarakat untuk
kepentingan penyelenggaraan Sishanta.

ii. Tumbuhnya rasa kebangsaan disetiap


warga negara sehingga mencintai bangsa dan
negaranya serta wilayah nasionalnya.

iii. Meningkatnya kesadaran masyarakat


akan pentingnya semangat kebangsaan dan
kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

(b) Pelaksanaan Kegiatan.

i. Menyelenggarakan pendidikan pendahu-


luan bela negara yang meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan, subyek, obyek dan
metoda serta materi yang akan diberikan, lebih
/metoda . . .
lanjut diatur melalui perundang undangan.

ii. Menumbuhkan kesadaran setiap Warga


Negara akan pentingnya rasa persatuan dan
kesatuan serta kewajiban bela negara.

iii. Meningkatkan komunikasi sosial dengan


masyarakat agar terciptanya saling pengertian
dan kesamaan pandang tentang hak dan
kewajiban dalam pembelaan negara.

(2) Kesadaran bela Negara dan cinta tanah air.

TERBATAS
TERBATAS
36

(a) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait


dalam memasyarakatkan :

i. UUD 1945 Pasal 30 mengenai hak dan


kewajiban bela negar bagi setiap warga negara
Indonesia.

ii. UU Nomor 3 tahun 2002 tentang


Pertahanan Negara yang melibatkan seluruh
warga negara beserta sarana dan prasarana
nasional.

iii. Undang-Undang mobilisasi dan


demobilisasi serta keterkaitannya dengan doktrin
pertahanan negara.

(b) Melaksanakan pembinaan dan penerangan


tetang :

/i. Memasyarakatkan . . .
i. Memasyarakatkan dan menyelenggarakan
pendidikan pendahuluan bela negara
dilingkungan pendidikan, pekerjaan dan
pemukiman. Membina dan melatih semua
warga negara untuk memiliki kesadaran,
memahami hak dan kewajiban bela negara,
sehingga mengetahui dan siap melaksanakan
tugasnya dalam upaya bela negara.

ii. Melatih rakyat agar mampu dalam


melaksanakan tugas perlindungan masyarakat
guna menanggulangi akibat bencana perang,

TERBATAS
TERBATAS
37

bencana alam atau bencana lainnya sesuai


profesinya masing-masing.

iii. Memberikan informasi kepada masyarakat


dalam rangka penerimaan Prajurit TNI Sukarela
dan Wajib Militer, serta meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai Matra Darat,
laut dan Udara untuk menumbuhkembangkan
minat, perhatian dan peran sertanya.

iv. Memberikan penyuluhan untuk


mengembangkan wawasan dan kesadaran
masyarakat dalam rangka meningkatkan
ketahanan dan resisten terhadap pengaruh asing
yang negatif.

/v. Menyelenggarakan . . .

v. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan


pengamanan kepada para petugas keamanan
dilingkungan pendidikan, pekerjaan dan
pemukiman.

(3) Kemanunggalan TNI-Rakyat.

(a) Menumbuhkan saling pengertian, kepercayaan


dan saling menghormati antara aparat teritorial dengan
masyarakat melalui kegiatan bersama secara formal
dan informal dalam hal kegiatan keagamaan, olah raga,
kesenian dan kebudayaan serta hiburan.

TERBATAS
TERBATAS
38

(b) Menumbuhkan citra posistif TNI di mata rakyat


melalui pembinaan hubungan mutualisme antara TNI
dengan rakyat maupun pemerintah daerah.
Kehadiran TNI diterima dan dibutuhkan oleh rakyat
karena peran aktifnya sebagai pelopor, penggerak,
pengayom dan pengabdi masyarakat.

(c) Membangun komunikasi dengan segenap


komponen bangsa khususnya tokoh informal yang
mengakar dalam masyarakat dan civitas akademika
dengan prinsip kemitraan dan kebersamaan melalui
forum dialog, diskusi, tatap muka, untuk merumuskan
solusi dalam mengatasi perang modern.

(d) Melaksanakan kegiatan kemanusiaan dalam


bentuk Bhakti TNI untuk menangani masalah –
masalah sosial, kesulitan rakyat, menanggulangi

/bencana . . .

bencana alam, rehabilitasi daerah rawan konflik, dan


membantu program pengentasan kemiskinan baik atas
permintaan masyarakat, instansi pemerintah ataupun
inisiatif sendiri.

(e) Meningkatkan ketahanan lingkungan dengan


membangun daya tangkal kewilayahan melalui upaya
belanegara dan wawasan kebangsaan.

(4) Pembinaan Wawasan Kebangsaan.

TERBATAS
TERBATAS
39

(a) Tujuan. Meningkatkan wawasan kebangsaan


dan semangat kebangsaan sehingga menumbuhkan
rasa kesetiakawanan sosial, semangat rela berkorban
dan jiwa patriotik sehingga akan mempertebal
semangat kebangsaan dan kesediaan untuk
berkorban demi bangsa dan negara guna mencapai
tujuan nasional.

(b) Sasaran.

i. Terwujudnya kondisi wawasan


kebangsaan bangsa Indonesia yang merupakan
ikatan kebersamaan dalam mempersatukan
bangsa

ii. Meningkatnya paham kebangsaan bagi


bangsa Indonesia agar terciptanya suatu
pemahaman yang sama terhadap bangsa dan
negara Indonesia yang diproklamirkan pada
tanggal 17 Agustus 1945.

/iii. Terciptanya . . .

iii. Terciptanya semangat kebangsaan atau


nasionalisme bangsa Indonesia dalam
menghadapi berbagai ancaman yang timbul.

(c) Pelaksanaan Kegiatan.


i. Pendekatan/ajakan. Kegiatan ini dise-
lenggarakan oleh Satuan dalam rangka
memelihara dan meningkatkan keeratan

TERBATAS
TERBATAS
40

hubungan dengan segenap masyarakat disekitar


pangkalan serta instansi terkait guna
terwujudnya saling pengertian dan kebersamaan
yang memungkinkan timbulnya keinginan
masyarakat untuk berpartisipasi dibidang
pertahanan.
ii. Anjangsana. Melalui kegiatan ini para
pelaksana Pembinaan Ketahanan Wilayah secara
langsung dapat bertatap muka dan berdialog
dengan semua golongan atau tingkatan
masyarakat, baik secara perorangan maupun
dalam kelompok.
iii. Penyuluhan. Teknik ini digunakan
terutama bila hal yang ingin dimasyarakatkan
bersifat teknis dengan pertimbangan bahwa
tingkat pengertian maupun pemahaman pihak
yang dibina relatif rendah khususnya terhadap
hal-hal yang ingin dicapai pada program non
fisik. Teknik penyuluhan akan lebih optimal
hasilnya bila disertai dengan upaya pelatihan
maupun ketauladanan.
/iv. Kegiatan . . .
iv. Kegiatan Bersama. Kegiatan bersama
melalui, siskamling, olah raga, kesenian,
kegiatan keagamaan dan lain-lain sangat efektif
untuk menggerakkan kebersamaan masyarakat
dan menumbuhkan toleransi serta persatuan
yang kuat. Melalui teknik ini juga dapat
diciptakan suasana saling mengenal dan

TERBATAS
TERBATAS
41

sekaligus dapat diketahui sifat atau karakter


masyarakat.

i) Selanjutnya Kowil bersama instansi terkait melaksanakan


Binter untuk menjamin terpeliharanya kondisi kehidupan sosial
masyarakat yang memiliki daya tangkal yang ampuh terhadap
pengaruh-pengaruh perang modern. Hal penting yang harus
segera diupayakan adalah:

(1) Untuk mengatasi permasalahan bidang idologi dan


politik maka langkah –langkah yang ditempuh sebagai berikut:

(a) Membentuk dan melaksanakan riset untuk


mendata, mengukur dan menemukan akar
permasalahan tentang:

i. Tingkat penghayatan dan pengamalan


terhadap Pancasila.
ii. Tingkat semangat patriotisme dan
nasionalisme.
iii. Tingkat sukuisme, eklusivisme golongan,
dan kecenderungan konflik.

/(b) Merumuskan . . .

(b) Merumuskan kebijakan yang ditempuh untuk


mengatasi permasalahan esensial yang ditemukan
secara fungsional dan struktural.

(c) Mensosialisasikan kemungkinan ancaman


potensial dan aktual dan prioritas solusinya untuk
mendapatkan perhatian serius dari segenap komponen
TERBATAS
TERBATAS
42

bangsa, melalui komunikasi sosial dan santi aji serta


forum komunikasi lainya.

(d) Upaya penggantian idiologi pancasila oleh radikal


kanan, kiri maupun lainya harus dituntaskan secara
preventif dan represif.

(e) Pengukuhan kembali TAP MPR No. 25 tahun 66


tentang pernyataan PKI sebagai partai terlarang,
pendataan ulang eks PKI dan pernyataan PKI sebagai
bahaya laten.
(f) Mendukung hasil pemilu dan kebijakan
pemerintah yang sah sepanjang dalam batas koridor
konstitusi dalam mewujudkan NKRI yang demokratis
menuju cita-cita nasional.

(g) Membina hubungan dengan negara sahabat


secara multilateral, bilateral atau kerjasama kawasan
(Asean) dalam rangka meningkatkan kestabilan politik,
kemanan dan ekonomi bersama sebagai dasar kontra
opini terhadap kampanye negara agresor dengan
perang modernnya.

(2) Langkah yang dilakukan selanjutnya adalah


bekerjasama dengan instansi terkait untuk meningkatkan
bidang ekonomi, diantaranya adalah sebagai berikut :

(a) Mendorong, mengembangkan dan member-


dayakan UKM sebagai strategi ekonomi kerakyatan
agar mampu menyerap tenaga kerja domestik dan
resisten terhadap gejolak pasar dunia.

TERBATAS
TERBATAS
43

(b) Mengembangkan kehidupan berkoperasi dan


kemitraan melalui pemilikan modal bersama dengan
menggali keunggulan komoditi setempat dan
pemanfaatan SDM setempat.

(c) Melaksanakan Bhakti TNI untuk mengatasi


kesulitan rakyat dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui operasi bhakti dan karya bhakti
guna mendorong dan menggugah semangat
membangun dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat.

(d) Perlunya memberdayakan koperasi sebagai basis


ekonomi kerakyatan dengan menggandeng pengusaha
mapan dan departemen terkait untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat .

(e) Memberantas penyelundupan ilegal logging,


pencurian ikan dan eksploitasi kekayaan alam yang
merusak lingkungan.

/(3) Kemudian . . .

(3) Kemudian tentang kompleknya permasalahan di bidang


sosial budaya maka perlu identifikasi masalah secara akurat
dan relevan dengan dampak perang modern. Upaya yang
dilakukan adalah:

(a) Melaksanakan riset dengan memanfaatkan


instasi terkait untuk mendapatkan permasalahan yang

TERBATAS
TERBATAS
44

esensial dan urgen tentang kerukunan umat beragama,


kecenderungan Konflik SARA, radikalisme, perusakan
generasi muda oleh budaya asing, pendiktean sistem
informasi, teknologi dan penerapan nilai – nilai asing.

(b) Melaksanakan pengkajian dan pengentasan


masalah akibat perang modern secara bersama
dengan mengedepankan fungsional struktural tanpa
mengabaikan keterpaduan usaha, sarana dan metode.

(c) Mengoptimalkan komunikasi sosial dan


pembinaan ketahanan wilayah serta bhakti TNI secara
terencana, terarah dan terukur yang dilaksanakan
secara terpadu dengan segenap instansi terkait
sehingga tercipta kekuatan sinergis yang menjamin
tercapainya ketahanan dan wawasan nasioanal yang
tangguh.

(d) Memberantas penyelundupan dan penyalah-


gunaan narkotika, obat – obatan terlarang, konsumsi
minuman keras serta perilaku seks bebas.

/(e) Memupuk . . .
(e) Memupuk semangat persatuan, cinta tanah air
dan gotong royong serta bangga sebagai bangsa
Indonesia yang mempunyai ciri khas budaya yang
sederajat dengan bangsa lain.

(4) Bidang Hankam, langkah yang perlu dilakukan antara


lain adalah sebagai berikut :

TERBATAS
TERBATAS
45

(a) Langkah internal dengan melaksanakan


spesifikasi tugas dan jabatan yang diutamakan pada
level pelaksana yang langsung berhadapan dengan
obyek Binter walaupun harus mengembangkan postur
organisasi yang telah ada misalnya perwira Liaison
pada tingkat Kodim untuk menjembatani antara pemda
dengan kowil dan perwira staf pada Koramil.

(b) Memantapkan mekanisme pelaksanaan tugas


bantuan kepada pemda dan kepolisian RI secara tepat
guna dan hasil guna dalam memelihara stabilitas
keamanan nasional.

(c) Memantapkan dan mengoptimalkan pelatihan


bela negara dan meningkatkan partisipasi dan
perlawanan rakyat melalui pelaksanaan Binter.

(d) menyelaraskan penyelenggaraan Binter dengan


payung hukum yang ada sesuai dengan tatanan hukum
nasional sehingga pelaksanaan Binter bersifat mengikat
dan dapat dipertanggung jawabkan.

/(e) Penetapan . . .

(e) Penetapan RUU TNI sebagai dasar pelaksanaan


peran, tugas dan fungsi TNI dalam menjaga
kedaulatan, keselamatan dan keutuhan wilayah serta
kehormatan bangsa.

(f) Menyiapkan ruang mandala yudha bagi kekuatan


pusat maupun kompartemen strategis di wilayah baik
untuk operasi pertahanan maupun serangan balas
TERBATAS
TERBATAS
46

sesuai strategi pertahanan wilayah. Membina dan


mengembangkan wilayah perbatasan sehingga menjadi
kawasan sabuk pengaman yang memiliki ketahanan
wilayah dan mendukung upaya deteksi dini dari
ancaman musuh.

(g) Memasyarakatkan pentingnya keterpaduan


pendekatan kesejahteraan dan pendekatan
pertahanaan dalam melaksanakan pembangunan di
daerah, kepada aparat pemerintah daerah dan pihak
swasta serta masyarakat, sehingga dalam setiap
pemanfaatan sumber daya dan ruang, dapat
dilaksanakan sesuai dengan tata ruang wilayah
kepentingan kesejahteraan maupun kepentingan
pertahanan.

/BAB VII . . .

BAB VII
PENUTUP

24. Kesimpulan. Dari beberapa uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut :

TERBATAS
TERBATAS
47

a. Bangsa Indonesia dalam membangun negaranya dari dulu hingga sekarang


selalu ada saja berbagai bentuk gangguan dan hambatan. Bentuk ancaman yang
aktual saat ini adalah adanya perang modern dengan segala bentuknya yang lebih
berbahaya dari perang konvensional, yaitu melalui penjajahan paradigmatis dan
menghancurkan dari dalam.

b. Pengaruh lingkungan strategis membawa perubahan terhadap sistem


pemerintahan dengan bergulirnya era reformasi, otonomi daerah dan Paradigma
baru peran TNI yang berpengaruh langsung terhadap penyelenggaraan
pembinaan teritorial. Pelaksanaan kegiatan lebih diarahkan untuk
terwujudnya sasaran Binter yang meliputi meningkatkan kesadaran berbangsa dan
bernegara, wawasan kebangsaan, kesadaran bela negara dan cinta tanah air serta
kemanunggalan TNI-Rakyat.

d. Untuk menghadapi perang modern diperlukan pelaksanaan Binter yang


mampu menjawab dan memecahkan permasalahan yang ditimbulkan sesuai
dengan pentahapanya. Langkah yang dilakukan diantaranya adalah upaya ke
dalam berupa pembinaan satuan dan langkah ke luar menyelenggarakan kegiatan
Binter secara profesional dan proporsional.

/25. Saran . . .

25. Saran. Dari pembahasan diatas guna melaksanakan pembinaan teritorial dalam
rangka menghadapi dan menetralisir perang modern dan dampaknya, maka dapat
disarankan hal-hal sebagai berikut :

a. Pembentukan pokja atau satgas di tingkat Kodam yang terstruktur sampai


level Koramil yang menangani riset tentang pengaruh perang modern dalam
semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
TERBATAS
TERBATAS
48

b. Pembentukan satgas anti penggalangan dengan jaring intelijen yang


dilengkapi sarana komunikasi canggih, akurat dan rahasia guna mengungkap
agen-agen lokal dan asing.

c. Melaksanakan validasi organisasi struktur komando kewilayahan khususnya


penambahan staf liaison di tingkat Kodim yang ditempatkan di kantor pemda dan
penambahan perwira staf di tingkat Koramil untuk meningkatkan efektivitas
pelaksanaan Binter.

26. Penutup. Demikian penulisan karangan militer ini dengan segala keterbatasan
dan kelemahan semoga bermanfaat bagi para pembaca, selanjutnya penulis
mengharapkan saran dan kritik membangun guna penyempurnaan lebih lanjut.

Bandung, 29 Juni 2005

Penulis

SUWANTO
LETKOL INF NRP 32710

KONSEPSI PEMBINAAN TERITORIAL APARAT KOWIL


DALAM MENGHADAPI PERANG MODERN

BAB I
PENDAHULUAN

TERBATAS
TERBATAS
49

1. Umum.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud.
b. Tujuan.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.


a. Pendahuluan
b. Latar Belakang Pemikiran
c. Kondisi Binter Saat Ini
d. Faktor – faktor yang berpengaruh
e. Kondisi Binter yang diharapkan
f. Konsepsi Binter Dalam Menghadapi Perang Modern
g. Penutup.

4. Metode dan Pendekatan.

a. Metode.
b. Pendekatan.

5. Pengertian-Pengertian.

a. Binter TNI AD.


b. Kemanunggalan TNI-Rakyat.
d. Bhakti TNI.
d. Bintahwil.
e. Komunikasi Sosial
f. Bela Negara.
g. Sistim Pertahanan Semesta.
TERBATAS
TERBATAS
50

BAB II
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

6. Umum.
7. Landasan Pemikiran.

b. Landasan Historis.
b. Landasan Filosofis.
c. Landasan Konstitusional.
d. Landasan Konsepsional.

1) Wawasan Nusantara.
2) Ketahanan Nasional.

e. Landasan Operasional.

1) Undang – Undang No. 3 tahun 2002 Tentang Pertahanan


Negara.
2) Doktrin TNI AD “Kartika Eka Paksi”.

3) Bujukin dan Bujukbin Binter TNI AD.

8. Hal – hal lain.

TERBATAS
TERBATAS
51

BAB III
KONDISI BINTER APARAT KOWIL SAAT INI

9. Umum.

10. Penyelenggaraan Bhakti TNI.


a. Bidang Sarana dan Prasarana.
b. Bidang Lahan Pertanian Masyarakat.
c. Bidang Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.

11. Penyelenggaraan Komsos.

12. Penyelenggaraan Bintahwil.

BAB – IV
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH

13. Umum.
14. Faktor Eksternal.
a. Peluang.
1) Adanya instansi terkait sebagai mitra kerja.
2) Kualitas/Kuantitas Penduduk.

b. Kendala.
1) Adanya kelompok Separatis.
2) Rendahnya sikap Bela Negara Masyarakat.
15. Faktor Internal.
a. Kekuatan.
1) Adanya doktrin prajurit.
TERBATAS
TERBATAS
52

2) Profesionalisme Prajurit.

b. Kelemahan.
1) Kualitas dan Kuantitas SDM Prajurit.
2) Kesejahteraan.

BAB III
KONDISI BINTER APARAT KOWIL YANG DIHARAPKAN

16. Umum.
17. Penyelenggaraan Bhakti TNI.
a. Bidang Sarana dan Prasarana.
b. Bidang Lahan Pertanian Masyarakat.
c. Bidang Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.

18. Penyelenggaraan Komsos.

19. Penyelenggaraan Bintahwil.

BAB VI
KONSEPSI BINTER DALAM MENGHADAPI PERANG MODERN

20. Umum.

22. Strategi.

TERBATAS
TERBATAS
53

a. Tujuan.

b. Sasaran.

c. Metode.
1) Bhakti TNI.

2) Bintahwil.

3) Komsos.

d. Subyek dan Obyek Binter.

1) Subyek Binter.
2) Obyek Binter adalah rakyat Indonesia guna terwujudnya
kemanunggalan TNI-Rakyat.

23. Sarana dan Prasarana.


23. Upaya Binter Aparat Kowil dalam Menghadapi Perang Modern.

a. Dansat Kowil.
b. Upaya yang Dilakukan.
1) Upaya ke dalam.

2) Upaya Ke Luar.

a) Pembinaan Geografi.

b) Pembinaan Demografi.

c) Pembinaan Kondisi Sosial.


BAB VII
PENUTUP
24. Kesimpulan.
TERBATAS
TERBATAS
54

25. Saran.

26. Penutup.

Bandung, 10 Mei 2005

Penulis

SUWANTO
LETKOL INF NRP 32710

TERBATAS

Anda mungkin juga menyukai