Anda di halaman 1dari 62

Menguasai

Kimia
Kua n t u m

Untuk Mahasiswa
Sains dan Teknik

Bimmo Dwi Baskoro, S.Si.


PENGANTAR PENULIS

Kimia kuantum adalah sebuah aplikasi mekanika kuantum pada kimia.


Kimia kuantum memungkinkan kita untuk memahami dan memprediksi struktur,
sifat dan mekanisme reaksi dari berbagai bahan. Untuk keperluan ini, matematika
menjadi alat bantu yang sangat penting. Pada masa awal mekanika kuantum baru
lahir dan dikembangkan, komputasi elektronik belum tercipta sehingga ruang
lingkup fenomena kimia dimana kimia kuantum dapat diterapkan sangat terbatas.
Akan tetapi, perkembangan yang cepat pada alat komputasi modern dalam
beberapa tahun terakhir ini telah memberikan perluasan yang penting pada ruang
lingkup kimia kuantum. Perkembangan terakhir dalam instrumen komputasi
dengan cepat melebarkan jangkauan aplikasi kimia kuantum. Matematika dan
metode komputasi untuk kimia kuantum telah dikembangkan pada berbagai
tingkat. Pada abad ke-21, jangkauan aplikasi kimia kuantum akan dikembangkan
secara berkelanjutan termasuk pada bidang-bidang yang belum disentuh oleh
kimia kuantum.
Sejalan dengan perkembangan kimia kuantum pada saat ini, semakin
banyak pula hal-hal yang bisa kita pelajari dan harus diketahui. Berbagai hal
tersebut dapat kita kaji dari buku ini. Buku ini dinilai istimewa lantaran
menyajikan beragam soal dan langkah-langkah penyelesaian yang lebih variatif
ketimbang buku Kimia Kuantum pada umumnya.
Berbagai materi dalam buku ini disusun sedemikian rupa agar mampu
memenuhi kebutuhan mahasiswa dari berbagai fakultas, misalnya MIPA
(Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), termasuk fisika dan kimia, dan teknik
nuklir, serta program studi yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan alam.

Bimmo Dwi Baskoro


OUTLINE NASKAH

MENGUASAI KIMIA KUANTUM

BAB 1 TEORI KUANTUM DAN PERSAMAAN GELOMBANG


BAB 2 ATOM
BAB 3 METODE DASAR APROKSIMASI
BAB 4 METODE SISTEM ATOM BANYAK
BAB 5 ORBITAL MOLEKUL DAN STRUKTUR MOLEKUL
BAB 6 ORBITAL MOLEKUL DAN REAKSI KIMIA
LATIHAN 1 TEORI KUANTUM DAN PERSAMAAN GELOMBANG
LATIHAN 2 ATOM
LATIHAN 3 METODE DASAR APROKSIMASI
LATIHAN 4 METODE SISTEM ATOM BANYAK
LATIHAN 5 ORBITAL MOLEKUL DAN STRUKTUR MOLEKUL
LATIHAN 6 ORBITAL MOLEKUL DAN REAKSI KIMIA
BAB 1 TEORI KUANTUM DAN PERSAMAAN GELOMBANG

1. Hitung e, yang merupakan besar muatan listrik sebuah elektron dengan


menggunakan konstanta Faraday, 96485 C.mol-1 dan bilangan Avogadro,
6.022 x 1023 mol-1! (1 C adalah muatan listrik yang dibawa oleh sebuah arus
listrik sebesar 1 A selama 1 detik.)
Jawab:
Muatan listrik dari 1 mol elektron adalah 96485 C.mol-1 yang berasal dari
konstanta Faraday dan jumlah dari partikel untuk setiap 1 mol berasal dari
bilangan Avogadro. Dengan menggunakan nilai-nilai ini, muatan listrik dari
sebuah elektron dihitung sebagai berikut
96485 C mol1
e  1.602 1019 C
6.022 1023 mol1

2. Jika sebuah satuan muatan negatif diletakkan pada suatu titik di tengah antara
dua buah muatan positif yang dipisahkan oleh jarak R, maka gaya manakah
dari gaya-gaya yang bekerja pada muatan positif itu yang lebih besar, yakni
apakah gaya yang diberikan oleh muatan negatif atau gaya yang disebabkan
oleh muatan positif yang lain? Carilah arah di mana muatan positif yang
memiliki kecenderungan untuk bergerak!
Jawab:
Sebuah muatan positif akan mengalami gaya tarik-menarik yang dinyatakan
1
dengan F dan disebabkan oleh muatan negatif yang
40  R 2 
2

diletakkan pada jarak R/2 dan gaya tolak-menolak yang dinyatakan dengan
1
F   yang disebabkan oleh muatan positif yang lain yang berada
40 R 2
pada jarak R. Karena gaya tolak-menolak 4 kali lebih besar dari gaya tarik-
menarik, maka setiap muatan positif akan cenderung bergerak ke arah muatan
positif yang lain. (Dengan aksi yang diberikan oleh suatu muatan negatif,
muatan-muatan positif dapat terikat satu dengan yang lainnya. Ini berkaitan
dengan fenomena bahwa inti-inti yang bermuatan positif dapat digabung
dalam suatu bahan dengan bantuan atau keterlibatan elektron-elektron.)

3. Hitung kecepatan sebuah elektron yang memiliki energi kinetik sebesar 1 eV!
Jawab:
Energi kinetik dari sebuah elektron (dimana m adalah massa elektron)
1
dinyatakan dengan rumusan mv 2 dan 1 eV  1.602 1019 J . Dengan
2
1
demikian, mv2  1.602 1019 J . Jika diketahui massa elektron sebesar
2
m  9.109 1031 kg , maka dapat diperoleh kecepatan elektron sebagai berikut:
1/ 2
 2 1.602 1019 
v 31 
 5.93 105 m s 1
 9.109 10 

4. Sebuah molekul karbon dioksida menyerap radiasi infra merah dengan


bilangan gelombang 667 cm-1 (bilangan gelombang didefinisikan sebagai
jumlah gelombang untup setiap satu satuan panjang sebesar 1 cm). Hitung
panjang gelombang dan frekuensi dari gelombang ini!
Jawab:
Dengan menggunakan hubungan λσ = 1 dan λv = c dimana bilangan
gelombang dinyatakan dengan σ, panjang gelombang λ, frekuensi v, dan
kecepatan cahaya c, kita akan memperoleh λ = 1/σ dan v = cσ. Dalam kasus
ini radiasi infra merah1 dengan bilangan gelombang 667 cm-1,
1
 1
 1.50 103 cm  15.0 m  1.50 105 m
667 cm

1
Panjang gelombang untuk gelombang infra merah adalah 1 – 100 μm (1 μm = 10-6 m).
v   3.00 108 m s1    66700 m1   2.00 1013 s1

5. Panjang gelombang maksimum radiasi termal dari sebuah kristal galium


arsenida (GaAs) yang dipanaskan dalam suatu ruang vakum untuk
menghasilkan semikonduktor adalah 5.0 μm pada 308°C. Hitung panjang
gelombang maksimum ketika kristal dipanaskan pada suhu 400°C!
Jawab:
Hukum pergeseran Wien memberikan sebuah nilai dari hasil perkalian antara
panjang gelombang maksimum λmaks dan temperatur absolut T sebagai
berikut:
maks T   5.0 m    308  273 K  2905 mK

Dengan demikian kita mendapatkan panjang gelombang maksimum pada suhu


400°C sebagai berikut:
2905 mK
 maks   4.3 m  4.3 106 m
 400  273 K

6. Ambang panjang gelombang untuk sebuah plat tembaga ditentukan sebesar


255 nm dalam sebuah eksperimen fotolistrik. Carilah fungsi kerja untuk
tembaga dalam satuan J atau eV!
Jawab:
Rumus untuk efek fotoelektrik akan memberikan hubungan antara fungsi kerja
dan ambang panjang gelombang λt.
hc
t 
W
Sehingga,

W
hc

  
6.63 1034 Js  3.00 108 m s 1 
 7.45 1019 J
9
t 255 10 m

7.45 1019 J
  4.65 eV
1.602 1019 J eV 1

7. Dengan menggunakan rumus Balmer dengan konstanta a = 364.7 nm dan


dibandingkan dengan rumus Rydberg, tentukan konstanta Rydberg, R!
Jawab:
Dengan merubah persamaan
1 R R
  (1)
 m2 n 2
menjadi persamaan yang memiliki bentuk yang sama dengan persamaan

a  k  2
2

k  (2)
 k  2
2
4

kita mendapatkan
1 n 2  m2
  (3)
R n 2  m2
Sebuah perbandingan dengan persamaan ini terhadap persamaan (2) akan
diketahui bahwa n = 2, m = k + 2, dan
n2 4
a  (4)
R R
Sehingga kita akan memperoleh
4 4
R  9
 1.097 107 m1
a 364.7 10 m

8. Dengan menggunakan nilai dari konstanta Rydberg R yang diperoleh dari


persamaan dalam soal no. 7, hitunglah energi ionisasi dari atom hidrogen WH
dalam satuan J, eV, dan J mol-1!
Jawab:
Persamaan
WH  E  E1  0   Rhc   Rhc

memberikan WH = Rhc dan kita mendapatkan


WH  1.097 107 m1  6.626 1034 J  s  2.998 108 m  s1   2.179 1018 J

2.179 1018 J
  13.60 eV
1.602 1019 J  eV 1
Untuk 1 mol,

 2.179 10 J  6.022 10


18 23
mol1   1312 kJ  mol1
Gambar 1. Tingkat energi dan spektra dari atom hidrogen

9. Hitunglah panjang gelombang dari sebuah berkas elektron yang mengalami


akselerasi 0 V hingga 150 V!
Jawab:
Energi kinetik, E adalah energi yang diperoleh melalui percepatan yang
dihasilkan oleh beda potensial yang diberikan yaitu sebesar 150 V.
E  150 eV  150 eV  1.602 1019 J  eV1   2.403 1017 J

Secara umum, terdapat persamaan-persamaan berikut untuk elektron yang


memiliki massa m, kecepatan v, momentum p, dan energi kinetik E.
1
E mv 2 , p  mv
2
Dengan menggunakan hubungan de Broglie λ = h/p, kita akan mendapatkan
h
 h  2mE 
1/ 2
  1.00 1010 m
mv
10. Tuliskan persamaan Schrödinger bebas waktu untuk sebuah osilator harmonik
satu dimensi yang mengandung sebuah partikel dengan massa m dan bergerak
1 2
sepanjang sumbu-x di bawah pengaruh gaya potensial U  x   kx  k  0  !
2
Jawab:

Persamaan Schrödinger bebas waktu dinyatakan sebagai H   E . Dalam
kasus ini gerak partikel dibatasi hanya pada sumbu-x, sehingga fungsi
gelombang adalah sebuah fungsi terhadap x dan direpresentasikan sebagai
    x  . Hamiltonian H yang terdiri dari penjumlahan atas energi kinetik

dan energi potensial. Untuk sistem ini, momentum p dari partikel akan
1 2
menjadi energi kinetik p2/2m dan energi potensialnya adalah kx dan kita
2
akan mendapatkan
p2 1 2
H  kx
2m 2
Dengan demikian Hamiltonian Ĥ dapat diturunkan dengan mudah hanya

dengan mengganti momentum p dengan operator p  ih / x dalam ekspresi
terhadap H. Penggantian ini harus dilakukan dua kali untuk p2/2m dan kita
akan mendapatkan

  2
2
1 
 i   
2m  x  2m x 2
1 2
Energi potensial kx dapat digunakan langsung karena tidak mengandung
2
momentum p. Karenanya Hamiltonian Ĥ dapat dinyatakan sebagai berikut:
 2 1 2
H  kx
2m x 2 2

Dengan memasukkan Hamiltonian Ĥ ini ke dalam H   E , persamaan
Schrödinger bebas waktu untuk osilator harmonik satu dimensi dinyatakan
sebagai berikut:
 2 1 2 
  kx    x   E  x 
 2m x
2
2 
Catatan:
F  x   dU  x  / dx  kx  k  0  merepresentasikan gaya yang bekerja pada

partikel. Sebuah partikel dalam osilator harmonik akan menerima gaya


kembali (gaya balik) yang sebanding dengan jarak dari titik seimbangnya dan
berosilasi di sekitar titik seimbangnya. Pergeseran sebuah benda elastis seperti
pegas adalah sebanding dengan gaya yang bekerja padanya. Hal ini dikenal
sebagai hukum Hooke.

11. Tunjukkan hubungan berikut akan terjadi di antara fungsi gelombang  n  x 

dan  m  x  untuk sebuah partikel dalam sebuah kotak satu dimensi.



  n  x   m  x  dx  nm
*



nm adalah Kronecker delta dimana akan sama dengan 1 jika n = m dan 0 jika
n  m!
Jawab:
Fungsi gelombang dengan bilangan kuantum n dalam sebuah kotak (0 < x <
L) dengan panjang L diberikan oleh persamaan

2  nx 
n  x   sin    n  1, 2,3,...
L  L 
Untuk posisi di luar kotak  n  x   0 . Marilah kita menyebutkan integral

yang menjadi masalah sebagai Inm.



   nx   mx 
L 2
Inm    n  x   m  x  dx     sin 
*
 sin   dx
 0 L  L   L 
Rumus penjumlahan sudut untuk fungsi trigonometri
cos  A  B  cos A cos B sin Asin B

akan menghasilkan

sin A sin B 
1
2
 cos  A  B  cos  A  B
Dengan demikian
Inm  I     I   

Diketahui
 l L   n  m  x 
I        cos   dx
L0  L 
Ketika  n  m  tidak sama dengan 0,

1  1  
I      sin  n  m    0
 n  m 0
Ketika n = m (n – m = 0),
1 
I     d   1
0 
Karenanya,
(1) untuk n = m, Inm = 1 – 0 = 1, dan
(2) untuk n ≠ m, Inm = 0 – 0 = 0, dengan menggunakan delta Kronecker, kita
memperoleh Inm = δnm.

12. Tentukan momentum sudut orbital I dari sebuah partikel dengan massa m
yang melingkar pada bidang x-y dengan kecepatan yang konstan v dan pada
radius r! Kemudian tulis lagi kondisi Bohr untuk kuantisasi pada persamaan
 mv  2r   nh  n  1, 2,3,...
untuk batasan dari besaran momentum sudut |I|.
Jawab:
Karena z = 0, pz = 0 untuk gerak melingkar di sekitar titik pusat O dalam
bidang x-y sebagaimana ditunjukkan dalam gambar, maka komponen x dan y
dari momentum sudut I, keduanya akan menghilang.
Ix  ypz  zpz  y  0  0  p y  0

I y  zpx  xpx  0  px  x  0  0

Dengan mengambil sudut θ dan arah dari kecepatan v sebagaimana dalam


gambar, kita akan mendapatkan persamaan-persamaan berikut:
x  r cos 
y  r sin 
p x  mv x  mv sin 
p y  mv y  mv cos 

Komponen z dari momentum sudut I menjadi


Ix  xp y  ypx  mvr  cos2   mvr  sin 2   mvr

Dengan demikian, tiga komponen dari momentum sudut orbital I


diekspresikan dengan
I = (0,0,mvr)

Berdasarkan persamaan kondisi Bohr untuk kuantisasi adalah


 mv  2r   nh  n  1, 2,3,...
Dengan catatan bahwa |I| = mvr dalam persamaan di atas, maka kita
mendapatkan
|I| = nħ
Dengan demikian, kondisi Bohr untuk kuantisasi menunjukkan bahwa besaran
momentum sudut orbital dari gerak melingkar dikuantisasi menjadi perkalian
bilangan bulat dengan ħ.


13. Konfirmasikan bahwa operator koordinat nilai positif x dan operator dari

komponen-x dari momentum linier p x tidak saling komut!

Jawab:
 
Karena x  x dan p x    / x , kita akan mendapatkan persamaan berikut

untuk sebuah fungsi sembarang   x  .


 
   
x p x   x  i    i
 x  x
   
p x x   i  x   i   i x
x x
Ini akan menjadi
   
 x px  px x    i 
 
Dengan mengingat bahwa  adalah fungsi dari x,

   
 x px  px x   i
 
Karena suku di sebelah kanan tidak sama dengan 0, kita dapat menyimpulkan
 
bahwa x dan p tidak saling berkomutasi.

14. Suatu partikel dalam sistem satu dimensi mempunyai   a 1/ 2e x / a pada t =
0, dimana a = 1.0000 nm (1 nm = 10-9 m). Pada t = 0, posisi partikel terukur.
(a) Tentukan probabilitas nilai terukur antara x = 1.5000 nm dan x = 1.5001
nm! (b) Tentukan probabilitas nilai terukur antara x = 0 dan x = 2 nm. (c)
Buktikanlah bahwa ψ ternormalisasi!
Jawab:
(a) Dalam interval yang kecil, x berubah hanya 0.0001 nm, dan ψ berjalan
dari e-1.5000 nm-1/2 = 0.22313 nm-1/2 ke e-1.5001 nm-1/2 = 0.22311 nm-1/2,
sehingga ψ cukuplah konstan dalam interval ini, dan merupakan
aproksimasi yang baik untuk menentukan apakah interval ini sangat kecil.
Probabilitas yang dimaksud yaitu

dx  1 nm  e21.5 nm1 nm  0.0001 nm   4.979 106


2 x / a 1
 dx  a 1e
2

(b) Dengan menggunakan persamaan


b
  dx  Pr  a  x  b 
2

dimana Pr menyatakan probabilitas dan |x| = x untuk x  0 memberikan


2 nm 2 2 nm
Pr  0  x  2 nm     dx  a 1  e2x / a dx
0 0
2 nm
1
  e2x / a
2

2

1 4

e  1  0.4908
0

(c) Dengan menggunakan |x| = –x untuk x  0 , |x| = x untuk x  0 , dan

 f  x  dx   f  x  dx  0 f  x  dx memberikan


 0 

 1 1 2x / a 
  dx  a  e dx  a 0 e
2 2x / a0
dx

1 0
 1  1 2x / a 
 1 1
 a 1  ae2x / a   a   ae     1
2
    2 0  2 2

15. Manakah fungsi berikut yang memenuhi semua persyaratan fungsi densitas-

probabilitas (a dan b konstanta positif)? (a) eiax; (b) xe bx ; dan (c) e bx .
2 2

Jawab:
Persyaratan untuk fungsi densitas-probabilitas (|ψ|2) adalah ternormalisasi

(misalnya   dx  1 ), riil (misalnya |ψ|2 riil), dan tidak negatif (|ψ|2 tidak
2

negatif). Apakah fungsi ini dapat memenuhi persyaratan di atas?


(a) eiax tidak riil

(b) xe bx dapat berupa negatif


2

(c) e bx tidak ternormalisasi:


2

 
dx  20 e bx dx  2 1/ 2 
  bx 2 

2

 e
b b
BAB 2 ATOM

1. Dalam kelipatan berapa dari jumlah energi yang diperlukan untuk


menghasilkan sebuah ion dipositif seperti Helium (He2+) dengan
memindahkan sebuah elektron dari sebuah ion Helium (He+) jika
dibandingkan dengan energi ionisasi dari atom Hidrogen?
Jawab:
Energi ionisasi sebuah atom bergantung pada massa tereduksi μ dan bilangan
atom Z. Pendekatan atas rasio massa dari proton dan elektron yang berkisar
1836:1 dan juga pendekatan atas massa inti atom hidrogen dan helium sebesar
1:4, kita akan mendapatkan rasio massa tereduksi sebesar
  He  1/1836  1 4  1  1836 
   1.00041
 H 1/ 1836  4   1 1  1836  4

Sedangkan untuk perbedaan bilangan atom akan memberikan Z(He)2/Z(H)2 =


22/12 = 4. Hal ini akan memberikan rasio sebenarnya dan diperoleh sebesar
4.0016.
W  2   4 1.00041 WH  4.00164

Jika perbedaan pada massa tereduksi dapat diabaikan dengan menuliskan


μ(He) = μ(H) = m, kemudian W(2) = 4WH, akan menghasilkan jawaban yaitu
4 untuk rasio yang diperoleh.

2. Buatlah gambar dari koordinat polar untuk fungsi pz, Y1,0 dalam bidang x-z!
Jawab:
Karena   0 , y = 0 dalam bidang x-z, koordinat x dan z dan titik puncak dari
vektor P(x,0,z) menunjukkan besaran dan jaraknya dari titik pusat diberikan
sebagai berikut:
x  Y sin 
z  Y cos 

Dimana Y adalah

3
Y  , 0   cos 
4
Dengan memperhatikan bahwa |cos θ| = cos θ untuk 0     / 2 dan dengan
menggunakan sebuah konstanta a,

3
a
4
x dan y dapat dinyatakan sebagai
x  a cos  sin 
y  a cos  cos   a cos 2 
Karenanya

 
x 2  a 2 cos 2  sin 2   a 2 cos 2  1  cos 2   a  z  z 2
2 2
 a a
 z     
 2 2
Ini akan menghasilkan gambar berupa lingkaran dengan jari-jari a/2 dan
terletak pada (x,z) = (0,a/2). Lingkaran yang lain dengan jari-jari a/2 terletak
pada (x,z) = (0,–a/2) juga memenuhi syarat karena |cos θ| = –cos θ untuk
 / 2     . Dengan demikian, kita mendapatkan dua lingkaran dengan jari-
jari yang sama dengan titik pusat benda pada sumbu z dan membuat
persinggungan satu dengan lainnya pada titik pusat sebagaimana ditunjukkan
dalam gambar berikut ini.

3. Carilah D(r) untuk fungsi gelombang 1s dari sebuah atom hidrogenik!


Jawab:
Fungsi gelombang 1s untuk atom hidrogenik diberikan sebagai berikut
1s  1,0,0  R1,00,0

Dengan menggunakan bagian radial dari fungsi gelombang ini dan persamaan

D  r   r 2 R n,l  r 
2

fungsi distribusi radial D(r) dinyatakan sebagai berikut

D1s  r   r 2 R1,0  r 
2

Disini
3/ 2
Z  Z / a 0  r
R1,0  2  e
 a0 
dan kita memperoleh
3/ 2
Z
D1s  r   4  
 Z / a 0  r
r 2e
 a0 
Jelas terlihat dari diferensiasi pada persamaan ini bahwa nilai minimum dari
D(r) terletak pada r = a0/Z. Dalam kasus atom hidrogen (Z = 1), jarak untuk
nilai maksimum sama dengan a0, dan hampir sama dengan radius Bohr aB.

4. Tunjukkan konfigurasi elektron dari sebuah atom karbon dengan


menggunakan tingkat-tingkat energi elektron!
Jawab:
Konfigurasi elektron sebuah atom C adalah
[C] = (1s)2(2s)2(2p)2
Karena orbital atomik hingga 2p diisi oleh elektron-elektron, tingkat energi
elektron dari 1s hingga 2p harus ditunjukkan dan tingkat energi yang lebih
tinggi dapat diabaikan. Menurut aturan Hund, konfigurasi untuk sub-kulit (2p)
akan berubah menjadi konfigurasi spin paralel sebagai berikut:
5. Buktikanlah bahwa fungsi spin Ґ1 – Ґ2 untuk sebuah sistem dengan dua
elektron (empat persamaan di bawah) adalah fungsi eigen dari operator

komponen-z dari resultan antara momentum sudut dan spin Sz dan hitunglah
nilai individual dari Ms!
1   1   2 

2   1   2 

 1   2    1   2 
3 
2
 1   2    1   2 
4 
2
Jawab:

Pertama turunkan persamaan-persamaan dalam bentuk Sz   MS  , dan
kedua dapatkan nilai dari Ms,
(1) 1   1   2 

    
Sz 1   s z1  s z2   1   2   s z1  1   2   s z2  1   2 
 



 


 s z1  1   2   s z2   2   1 
1
2
1
 1   2    1   2 
2

1 1
     1   2   1
2 2

Dengan demikian, 1 adalah sebuah fungsi eigen dari Sz , dan bilangan
kuantum Ms = 1.
(2) 2   1   2 

  


 


Sz 2   s z1  s z2   1   2   s z1  1   2   s z2   2   1
 
1  1  1 1
  1   2    1      2        1   2     2
2  2  2 2

Dengan demikian,  2 adalah sebuah fungsi eigen dari Sz , dan bilangan
kuantum Ms = –1.
 1   2    1   2 
(3) 3 
2

1 1
Sz 3     3  0 3
2 2

Dengan demikian,  3 adalah sebuah fungsi eigen dari Sz , dan bilangan
kuantum Ms = 0.
 1   2    1   2 
(4)  4 
2

1 1
Sz  4      4  0  4
2 2

Dengan demikian,  4 adalah sebuah fungsi eigen dari Sz , dan bilangan
kuantum Ms = 0.

12 32
6. Frekuensi terendah garis absorpsi rotasional C S terdapat pada 48991.0
MHz. Tentukanlah jarak ikatan pada 12C32S!
Jawab:
Frekuensi terendah garis absorpsi rotasional adalah garis 0 → 1. Pada transisi
J → J + 1 terjadi pada v = 2(J + 1)B sehingga absorpsi frekuensi terendah pada
v = 2B. Karenanya B  h / 82 I  v / 2 dan I = h/4π2v. Karena I = μd2, kita
mempunyai d = (h/4π2vμ)1/2.
m1m2 12  31.97207  1
   g  1.44885 1023 g
m1  m2 12  31.97207 6.02214 10 23

Jadi,
1/ 2
1  
1/ 2
1  h  6.62608 1034 J s
d     
2  v01   
2  48991.0 106 s 1 1.44885 1026 kg
  
o
 1.5377 1010 m  1.5377A

7. Carilah probabilitas elektron pada keadaan dasar atom H kurang dari jarak a
dari inti atom (nukleus)!
Jawab:
Kita ingin mencari probabilitas dimana koordinat radial antara 0 dan a. Hal ini
ditemukan dalam probabilitas yang kecil.
a
4 a 2r / a 2 4 2r / a  r 2a 2ra 2 2a 3 
    
a
 
2 2
0
R r dr
nl e r dr e 
a3 0 a3  2 4 8 0

 4 e2  5 / 4    1/ 4   0.323

12 16
8. Frekuensi absorpsi gelombang mikro terendah untuk C O adalah 115271
12 16
MHz. (a) Hitunglah jarak ikatan dalam C O! (b) Prediksilah dua frekuensi
12 16
absorpsi gelombang mikro terendah C O!
Jawab:
(a) Jarak ikatan dalam 12C16O
v  115271 MHz  115271106 s1 ;
Transisi terendah: J = 0 → J = 1
v = 2(J + 1)B, jika J = 0: v = 2B = 115271 MHz
B = v/2 = 115271 x 106 s-1/2 = 57635 x 106 s-1
B = h2/(2hI) atau I = h2/(2hB)
I = h/(8π2B) = (6.626 x 10-34 Js)/(8 x π2 x 57635 x 106 s-1)
= 1.46 x 10-46 Js2
= 1.46 x 10-46 (kg m2/s2) (s2)
= 1.46 x 10-46 kg m2 (103 g/1 kg) (1010 Angstrom/1 m)2
= 1.46 x 10-23 g Angstrom2 (6.023 x 1023 amu/kg)
= 8.79 amu Angstrom2
I = μ d2 atau d = Re = (I/μ)1/2
Re = {(8.79 amu Angstrom2)/[12 x 16/(12 + 16)]}1/2 = 1.13 Angstrom
(b) Transisi terendah dua berikutnya adalah J = 1 → 2 dan J = 2 → 3.
v = 2(J + 1)B;
J = 1: v = 4B = 2 (2B) = 2 (115271 MHz) = 230542 MHz
J = 2: v = 6B = 3 (2B) = 3 (115271 MHz) = 345813 MHz

9. Untuk keadaan dasar atom menyerupai hidrogen, buktikan bahwa


r  3a / 2Z !
Jawab:
nlm  100  R1s  r  Y00  ,  

R1s  r   2  Z / a  exp  Zr / a 


3/ 2

Harmonik sperikal ternormalisasi:

0 d0 sin  d Yl  ,   Yl  ,    1
2  m* m

r  100 r 100

 0 d0 sin  d Y00*  ,   Y00  ,  


2 

x 0 dr r 2 R1s *  r  R1s  r  r

 1 0 dr r 2 4  Z / a  exp  2Zr / a  r


 3

 4  Z / a  0 dr r 3 exp  2Zr / a 
3 

4  Z / a  3!
3


 2Zr / a 
4

= 3a/(2Z)

10. Manakah dari tiga operator L2, Lz, dan atom hidrogen Hamiltonian yang
merupakan fungsi eigen untuk: (a) 2pz, (b) 2px, dan (c) 2p1?
Jawab:
(a) 2pz
2pz  2p0  R 21  r  Y10  , 

L2 Ylm  ,   l  l  1 Ylm  , 

Lz Ylm  ,   m Ylm  ,  

Hnlm  En  nlm

L2 R 21  r  Y10  ,   R 21  r  L2 Y10  , 

 R 21  r  1 l  1 2
 Y10  , 

 2 2 R 21  r  Y10  ,  (fungsi eigen)

Lz R 21  r  Y10  ,   R 21  r  0  Y10  , 
 0  R 21  r  Y10  ,  (fungsi eigen)
H R 21  r  Y10  ,   E2 R 21  r  Y10  ,  (fungsi eigen)

(b) 2px

 2px 
 2p 1   2p1 
2

L2   2p 1   2p1 

L  2
2p 1  L2 2p1 
2 2


2 2
 2p1  2 2 2p1 
2


2 2
 2p 1   2p1 
(fungsi eigen)
2

Lz   2p 1   2p1  L  2p 1  Lz  2p1 

z

2 2


  2p 1   2p1 
(bukan fungsi eigen)
2

H   2p 1   2p1   H 2p 1  H 2p1 

2 2


E  2 2p 1  E 2 2p1 
2

E 2   2p 1   2p1 
 (fungsi eigen)
2
(c) 2p1
L2 2p1  2 2 2p1 (fungsi eigen)

Lz  2p1   2p1 (fungsi eigen)

H2p1  E22p1 (fungsi eigen)


BAB 3 METODE DASAR APROKSIMASI

1. Buktikan bahwa koreksi gangguan orde kedua pada energi yang disebabkan
oleh keadaan energi yang lebih rendah selalu positif, sementara untuk yang
disebabkan oleh keadaan energi yang lebih tinggi selalu negatif! Harus dicatat
 
bahwa H ni '  Hin '* , dimana * menyatakan kompleks konjugat
*    i  i 

Jawab:
Koreksi gangguan orde kedua untuk energi keadaan ke-n dinyatakan oleh
H ni 'Hin '
En  2  
n  Ei
0 0
i i  n  E

 
Dengan menggunakan H ni '  Hin '* dan mencatat bahwa Hin '  0 , kita akan
2

memperoleh

Hni 'Hin '  Hin '*Hin '  Hin '  0


2

Hal ini berarti bahwa pembilang dalam ekspresi entuk En(2) akan selalu
positif. Ini akan memberikan kondisi bahwa kontribusi-kontribusi yang
disebabkan oleh keadaan energi yang lebih rendah i(Ei’ < En0) adalah selalu
positif.
H ni 'Hin '
0
E n 0  Ei 0
Perlu diketahui bahwa kontribusi-kontribusi yang diberikan oleh keadaan-
keadaan energi yang lebih tinggi i(Ei’ > En0) selalu negatif.
H ni 'Hin '
0
E n 0  Ei 0

2. Hitunglah nilai energi pendekatan dan fungsi gelombang dengan menerapkan


metode variasi Ritz pada   c11  c22 , dengan dilengkapi bahwa H11 = -12
eV, H22 = -6 eV, H12 = H21 = -4 eV, S11 = 1, S12 = S21 = 0!
Jawab:
Dengan menggunakan kondisi yang diberikan, persamaan sekuler
diekspresikan oleh
12   4
 2  18  56     14    4   0
4 6  
Solusi terendah memberikan energi keadaan dasar ε1 = -14 eV, dan energi
yang lebih tinggi berkaitan dengan keadaan energi tereksitasi ε2 = -4 eV.

3. Untuk osilator anharmonik dengan Hamiltonian, evaluasilah E(1) untuk


keadaan dasar jika sistem tidak terganggu digunakan sebagai osilator
harmonik!
Jawab:
Gangguan dirumuskan sebagai
0
H '  H  H  cx 3  dx 4
dan koreksi energi orde pertama untuk keadaan dengan bilangan kuantum v
diberikan oleh

n  n H ' n
E(1)    (0)
n *H '  n d
(0) (0) (0)

sebagai

v   v cx  dx  v
E(1) (0) 3 4 (0)
,

dimana ψv(0) adalah osilator harmonik fungsi gelombang untuk keadaan v.

v    / 
Untuk v = 0 keadaan dasar, penggunaan (0) ex
1/ 4 2
/2
memberikan


1/ 2

0   0 cx  dx  0
E(1) (0) 3 4 (0)
 


 e
x 2
 cx 3
 dx 4 dx 
Integral dari  hingga  fungsi ganjil cx 3ex adalah nol. Jadi,
2


1/ 2
 x 2 3d 3dh 2
E (1)
 2d    e x dx  2 
4

 4 644 v2 m2
0 0

dimana energi keadaan dasar tidak terganggu adalah


1 1 3dh 2
0 
E (0) hv dan E(0)  E (1)
 hv 
644 v2 m2
0 0
2 2
4. Untuk osilator anharmonik dengan Hamiltonian, carilah E(1) untuk keadaan
eksitasi pertama, mengambil dari sistem tidak terganggu sebagai osilator
harmonik!
Jawab:
Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu diketahui bagaimana menghitung E1
untuk keadaan dasar osilator harmonik dimana kita harus mengganti fungsi
gelombang yang menunjukkan keadaan eksitasi pertama.

 
*
E N1  H NN1    N 0 H1 N0d ,

N = 1 untuk keadaan eksitasi pertama.


H1  H  H0
 2  d 2  kx 2
H1  H  H0   2 
2m  dx  2
H1  cx3  dx 4
2vm 42 vm
Untuk osilator harmonik,    dan v = 0 pada keadaan dasar:
h

0  c0ex**2/ 2 , c0    /  
1/ 4

Koreksi orde pertama energi keadaan dasar osilator anharmonik adalah


3d 3dh 2
E 01  H001  
 4 2 644 v 2 m2

Untuk osilator harmonik, v = 1 adalah keadaan eksitasi pertama:


1/ 4
x**2/ 2  43 
1  c1xe , c1   
  
Koreksi orde pertama untuk energi keadaan eksitasi pertama osilator
anharmonik adalah

 
*
E11  H111   10 H110d

   cx 
 2
  c1xex**2/ 2 3
 dx 4 dx

 
  c1   x 2ex**2 cx 3  dx 4 dx
2 

 
 c  c1   x 5ex**2 dx  d  c1   x 6ex**2 dx
2  2 
 
Pada bagian pertama dimana x ganjil, integralnya sama dengan nol.
E11  2d  c1  0 x 6ex**2dx
2 


 2d  c1  15 / 24  / 7  
2 1/ 2

  15 / 2   /  
1/ 2 1/ 2
 2d 43 /  4 7

 d15 /  42 

 d15 /  4 42 vm / h  
2

 


 d15h 2 / 64 2 v2 m2  

5. Turunkan fungsi variasi percobaan untuk partikel dalam kotak satu dimensi
dengan panjang l!
Jawab:
Fungsi gelombang adalah nol di luar kotak dan kondisi batas membutuhkan ψ
= 0 pada x = 0 dan x = l. Fungsi variasi  harus menemui kondisi batas dari
nol sampai akhir kotak. Sebagaimana diketahui pada

  
1/ 4

2     2x 
 1 ex
2
2 /2

 4 
, keadaan dasar  tidak memiliki cabang (bagian) pada titik batas, maka
diperlukan sekali  tidak mempunyai cabang (bagian) lain. Fungsi sederhana
yang merupakan fungsi parabolik adalah
  x  l  x  untuk 0  x  l

dan   0 di luar kotak. Karena  tidak ternormalisasi, kita menggunakan


persamaan

  * Hd  E
  * d
1

 2  d2
Hamiltonian di dalam kotak adalah    2 . Untuk pembilang dan
 2m  dx
 * Hd
penyebut pada persamaan   E1 , kita mendapatkan
  * d
2 2 2 2 3

  lx  x   lx  x  dx   m   x 
d l
  *Hd    lx dx 
l 2 2 l 2
0 2 0
2m dx 6m
l5
  * d  0 x  l  x  dx 
l 2 2

30

Dengan mensubstitusi dalam teorema variasi   * Hd  E , kita


  * d
1

mendapatkan
5h 2 h2
E1   0.1266515
42 ml2 ml2
n 2h 2 h2 h2
Dari persamaan E , n  1, 2,3,... , E1   0.125 , dan
8ml2 8ml2 ml2
l5
kesalahan (error) energi adalah 1.3%. Karena 2 d  , bentuk ternormalisasi
30
1/ 2
 30 
  x  l  x  untuk 0  x  l adalah  5  x l  x  .
l 
Gambar berikut menunjukkan bahwa fungsi ini dibangun (disusun) kembali
sebagai fungsi gelombang dalam keadaan dasar partikel dalam kotak satu
dimensi.

1/ 2
 30 
(Plot    5  x  l  x  dan n = 1 fungsi gelombang partikel dalam kotak.)
l 
BAB 4 METODE UNTUK SISTEM ATOM BANYAK DAN
APLIKASINYA

1. P.M. Morse mengusulkan sebuah rumus eksperimental dari kurva potensial


adiabatik untuk molekul diatomik yang diberikan oleh

M  R   D e
2 R  R 0  / a  R  R 0  / a
 2e 
 
Ini disebut sebagai potensial Morse. Dengan menggunakan potensial ini,
tentukan (1) jarak kesetimbangan antar-inti Re, (2) energi ikatan De, (3)
konstanta gaya k, dan (4) frekuensi vibrasi v! Dalam perhitungan v, asumsikan
sebuah osilator harmonik dengan massa tereduksi μ.
Jawab:
Dalam masalah ini kita dapat menuliskan u(R) = M(R), dan kita memperoleh
du  2 2 R R / a  1   R R / a 
 D  e  0   2    e  0  
dR  a  a 
 2   R R / a
 D    e  0   1 e  0 
 R R / a

 a  

Untuk memenuhi kondisi kesetimbangan, nilai dari persamaan ini haruslah


sama dengan nol. Dengan demikian tanda kurung di sebelah kanan harus sama
dengan nol dan kita akan mendapatkan kondisi yaitu R = R0.
Karenanya,
Re = R0 (1)
Berikutnya kita menghitung De  u     u  R e 

De  M     M  R 0   0  D 1  2  D (2)

Kemudian kita menghitung k = d2u/dR2.


d2M
k
dR 2
 2 2 2 R R 0  / a  1   R  R 0  / a 
2

 D    e  2   e 
 a   a 
Dengan memasukkan kondisi keseimbangan R = Re = R0, kita memperoleh
 2  2  1   2D
2

k  D    2     2 (3)
 a   a   a
Dengan mengasumsikan bentuk sebagai sebuah osilator harmonik,

1 k
v
2 
Dengan memasukkan persamaan di atas (3) untuk k dalam persamaan ini kita
akan memperoleh

1 2D
v
2a 

2. Tulislah semua anggota dari basis minimal untuk sebuah molekul air dan
berikan jumlah total fungsi basisnya!
Jawab:
Lima fungsi basis 1s, 2s, 2px, 2py, 2pz digunakan untuk atom oksigen.
Terdapat dua atom hidrogen dan setiap atom menggunakan sebuah orbital 1s.
Dengan demikian jumlah total dari fungsi basis adalah 5 + 1 + 1 = 7. Dengan
demikian, orbital molekul dari sebuah molekul air dalam basis minimal
diperoleh sebagai kombinasi linier dari tujuh fungsi basis ini.

3. Carilah nilai yang mungkin untuk bilangan kuantum momentum angular total
yang diketahui dari adisi momenta angular dengan bilangan kuantum berikut!
(a) j1 = 2, j2 = 3; dan
(b) j1 = 3, j2 = 3/2
Jawab:
(a) Nilai maksimum dan minimum J diberikan dalam persamaan
J  j1  j2 , j1  j2  1, , j1  j2

sebagaimana j1  j2  5 dan j1  j2  2  3  1 . Nilai J yang mungkin

adalah J = 5,4,3,2,1.
3 3
(b) Kita mempunyai j1 + j2 = 3 + 3/2 = 9/2 dan j1  j2  3   . Nilai J
2 2
9 7 5 3
yang mungkin adalah J  , , , .
2 2 2 2
4. Carilah nilai J yang mungkin ketika momenta angular dengan bilangan
kuantum j1 = 1, j2 = 2, dan j3 = 3 ditambahkan!
Jawab:
Untuk menambahkan dua momenta angular, kita menerapkan
J  j1  j2 , j1  j2  1, , j1  j2

secara berulang kali. Penambahan j1 = 1 dan j2 = 2 memberikan bilangan


kuantum yang mungkin 3, 2, dan 1. Penambahan j3 pada setiap nilai
memberikan kemungkinan berikut ini dengan bilangan kuantum momentum
angular total:
6, 5, 4, 3, 2, 1, 0; 5, 4, 3, 2, 1; 4, 3, 2
Kita mempunyai satu pasangan keadaan dengan bilangan kuantum momentum
angular total 6, dua pasang keadaan dengan J = 5, dan tiga pasang dengan J =
4, dan selanjutnya.

5. Carilah nilai yang mungkin bilangan kuantum L untuk keadaan atom karbon
yang bertambah dari konfigurasi elektron 1s22s22p3d!
Jawab:
Elektron s mempunyai momentum angular orbital nol dan tidak
menyumbangkan pada momentum angular orbital total. Elektron 2p dengan l
= 1 dan elektron 3d dengan l = 2. Dari aturan penambahan momentum angular
J  j1  j2 , j1  j2  1, , j1  j2

, bilangan kuantum momentum angular orbital total berjangkau dari 1 + 2 = 3


hingga |1 – 2| = 1; nilai L yang mungkin adalah L = 3, 2, 1. Konfigurasi
1s22s22p3d meningkatkan keadaan P, D, dan F.
BAB 5 ORBITAL MOLEKUL DAN STRUKTUR MOLEKUL

1. Dua orbital  A dan  B dari satu spesi memiliki energi αA dan αB (αA > αB)

yang ortogonal satu sama lain dan berinteraksi satu dengan orbital lain  C dari
spesi lain (yang dinyatakan sebagai partner) yang memiliki energi αC. Energi
resonansinya masing-masing AC dan BC AC  0, BC  0  . Jawablah

pertanyaan berikut ini!


(a) Turunkan ketidaksamaan berikut untuk tiga orbital yang dihasilkan dari
interaksi, yang dinyatakan sebagai εa, εb, dan εm!
a   a   m   b   b
(b) Orbital-orbital yang berkaitan dengan energi orbital εa, εb, dan εm yang
dinyatakan a , m ,dan b . Jelaskan fase relatif komponen orbital-orbital

atom  A ,  B , dan  C dalam orbital baru secara kualitatif berdasarkan


prinsip interaksi orbital!
Jawab:
(a) Karena  A dan  B satu sama lain ortogonal, SAB = 0 dan dengan demikian

integral resonansinya sama dengan nol ( AB  0 ). Dengan memperhatikan


kondisi ini, kita dapatkan persamaan sekuler untuk metode Huckel
sederhana.
A   0 AC
0 B   BC 0
AC BC C  

Dengan menguraikan persamaan ini dan menyatakannya sebagai f(ε),


f      A    B    C    AC2   B    BC2   A   

Persamaan ini adalah fungsi pangkat tiga ε yang mengandung –ε3. Untuk
mengetahui daerah yang menghasilkan penyelesaian, kita mencari tanda
f(αA) dan f(αB).
f  A   AC2  B  A   0 , f  B   BC2  A  B   0
Jadi, persamaan f(ε) = 0 memiliki tiga penyelesaian riil, εa, εb, εm, seperti
gambar berikut ini. Karena αA > αB, εa ada di daerah ε > αA, εm ada di
daerah αA > ε > αB, dan εb ada di daerah αB > ε. Jadi, εa > αa > εm > αb > εb.

(b) Menurut prinsip interaksi orbital

, kontribusi dari orbital yang lebih rendah dari orbital yang baru dalam fasa
yang sama terhadap orbital lain sepanjang arah panas ke atas, dan
kontribusi dari orbital yang lebih tinggi dari orbital baru berfase
berlawanan terhadap orbital lain sepanjang arah panah ke bawah. Sifat
khas ini dapat digunakan pada fase relatif komponen-komponen lain dalam
orbital-orbital baru (dari yang paling tinggi a , m , b ) yang dihasilkan

dari interaksi orbital yang lebih tinggi  A dan yang lebih rendah  B

dengan orbital partner  C .


2. Tentukan orde ikatan (P) O2+! Bandingkan energi disosiasi D0 dan panjang
ikatan R O2+ dengan O2 dan N2!
Jawab:

 1s   1s *  2s   2s *  2s    * ,


2 2 2 2 4 1
Konfigurasi elektron O2+ adalah 2p

yang memiliki satu elektron lebih sedikit π2p* dibandingkan dalam O2.
Dengan melihat ada 8 elektron di orbital ikatan dan 3 elektron di orbital anti
ikatan, kita mendapatkan orde ikatan O2+ adalah P(O2+) = (8 – 3)/2 = 2.5.
Karena O2+ memiliki satu elektron anti ikatan daripada O2, orde ikatan O2
dapat dengan mudah didapatkan P(O2) = 2. Dalam N2 elektron anti ikatan
diambil dari konfigurasi elektron O2+, dan dengan demikian P(N2) = 3.
Umumnya, semakin besar P, D0 menjadi lebih besar, dan R menjadi lebih
kecil. Dengan demikian kita mendapatkan kesimpulan berikut sesuai dengan
tabel berikut ini.
Tabel. Konfigurasi elektron dan struktur molekul dan ion diatomik
homonuklir

Energi disosiasi D0(N2) > D0(O2+) > D0(O2).


Panjang ikatan R(N2) < R(O2+) < R(O2).

3. Jelaskan struktur molekul etilen C2H4 menggunakan orbital hibrid!


Jawab:
Dalam tiap atom C, tiga orbital hibrid sp2 bersama dengan orbital p yang tegak
lurus dapat dianggap sebagai orbital valensi, dan empat elektron valensi
masing-masing mengisi keempat orbital. Kombinasi orbital hibrid sp2 dua
atom C menghasilkan ikatan C-C karena tumpang tindih jenis σ. Dua orbital
hibrid sp2 yang tertinggal dengan sudut 120° terhadap sumbu ikatan C-C dapat
digunakan untuk membentuk ikatan C-H σ yakni tumpang tindih jenis σ, yang
menghasilkan satuan CH2. Dalam tahap ini, dua satuan CH2 dapat berotasi
satu sama lain mengelilingi sumbu ikatan C-C, karena ikatan C-C sampai
tahap ini masih berupa ikatan C-C tunggal yang dapat berputar bebas untuk
memiliki sembarang sudut rotasi.

4. Struktur molekul BrF5 adalah suatu bentuk seperti gambar berikut ini. Dengan
menggunakan kombinasi ikatan kovalen dan ikatan tiga-pusat-dua-elektron,
jelaskan struktur molekul BrF5!
Jawab:
Konfigurasi elektron kulit terluar atom Br adalah (4s2)(4p5). Dalam atom Br,

orbital 4px dan 4py, mengandung pasangan elektron, dan pasangan orbital
hibrid sp tersusun atas orbital 4s dan 4pz. Satu orbital hibrid sp (yang
mengarah ke bawah) mengandung pasangan elektron, dan satunya (yang
mengarah ke atas) mengandung elektron tak berpasangan. Sebaliknya setiap
atom F memiliki satu elektron tak berpasangan dalam orbital p. Elektron tak
berpasangan dari orbital hibrid sp di arah z dapat membentuk ikatan kovalen
dengan atom F. Orbital 4px dan 4py atom Br dapat digunakan untuk

menghasilkan ikatan tiga pusat dua-elektron dengan atom di baik arah x dan y,
dan struktur bujur sangkar dengan empat atom F ditempatkan di sudut-
sudutnya terbentuk. Satu ikatan BrF diarahkan ke atas adalah ikatan kuat
dengan pajang ikatan yang lebih rendah (panjang ikatan yang diamati 171.8
pm), dan ikatan BrF dalam bidang horizontal adalah ikatan lemah karena
ikatan tiga-pusat dua-elektron dengan panjang ikatan yang lebih panjang
(panjang ikatan yang diamati 178.8 pm). Atom Br agak bergeser sedikit ke
bawah dari bidang bujur sangkar, karena pasangan elektron yang berarah ke
bawah menarik atom Br lebih kuat daripada pasangan kovalen yang berarah ke
atas (dudut ikatan yang diamati  F(horizontal)BrF(vertikal) =85.1º). Atau
dapat juga dapat diasumsikan struktur oktahedral terbentuk dari hibridisasi
3 2
sp d , tetapi ikatan aksial yang pendek dari piramida bujur sangkar akan
menjadi sukar dijelaskan.

5. Dari spektrum fotoelektron berikut ini

dan energi ionisasi atom hidrogen (13.60 eV), tentukan energi disosiasi
molekul hidrogen!
Jawab:
Pertama-tama kita menyatakan energi disosiasi molekul hidrogen D0(H2),
energi ionisasi atom hidrogen IH, energi yang diperlukan untuk ionisasi
molekul hidrogen dan disosiasi ion H2+ pada saat yang sama seperti I(∞).
Maka, kita mendapatkan hubungan berikut.
D0(H2) + IH = I(∞)
Kedua sisi persamaan ini berkaitan dengan energi yang dibutuhkan untuk
menghasilkan keadaan terdisosiasi ion molekul hidrogen (keadaan terdisosiasi
+
menjadi H dan H ) berawal dari keadaan dasar vibrasional (keadaan
vibrasional titik nol) molekul hidrogen. Sisi kiri adalah lintasan disosiasi
molekul hidrogen dalam tahap pertama diikuti dengan ionisasi satu dari dua
atom hidrogen di tahap kedua. Sisi kanan adalah lintasan lain perubahan
langsung menjadi keadaan ionik terdisosiasi. Lintasan yang terakhir ini dapat
diperkiran dari gambar di atas sebagai I(∞) =18,08 eV.
Maka, dengan menggunakan IH = 13.60 eV, kita mendapatkan D0(H2) = I(∞) –
IH = 18.08 eV – 13.60 eV = 4.48 eV.
BAB 5 ORBITAL MOLEKUL DAN STRUKTUR MOLEKUL

1. Dua orbital  A dan  B dari satu spesi memiliki energi αA dan αB (αA > αB)

yang ortogonal satu sama lain dan berinteraksi satu dengan orbital lain  C dari
spesi lain (yang dinyatakan sebagai partner) yang memiliki energi αC. Energi
resonansinya masing-masing AC dan BC AC  0, BC  0  . Jawablah

pertanyaan berikut ini!


(a) Turunkan ketidaksamaan berikut untuk tiga orbital yang dihasilkan dari
interaksi, yang dinyatakan sebagai εa, εb, dan εm!
a   a   m   b   b
(b) Orbital-orbital yang berkaitan dengan energi orbital εa, εb, dan εm yang
dinyatakan a , m ,dan b . Jelaskan fase relatif komponen orbital-orbital

atom  A ,  B , dan  C dalam orbital baru secara kualitatif berdasarkan


prinsip interaksi orbital!
Jawab:
(a) Karena  A dan  B satu sama lain ortogonal, SAB = 0 dan dengan demikian

integral resonansinya sama dengan nol ( AB  0 ). Dengan memperhatikan


kondisi ini, kita dapatkan persamaan sekuler untuk metode Huckel
sederhana.
A   0 AC
0 B   BC 0
AC BC C  

Dengan menguraikan persamaan ini dan menyatakannya sebagai f(ε),


f      A    B    C    AC2   B    BC2   A   

Persamaan ini adalah fungsi pangkat tiga ε yang mengandung –ε3. Untuk
mengetahui daerah yang menghasilkan penyelesaian, kita mencari tanda
f(αA) dan f(αB).
f  A   AC2  B  A   0 , f  B   BC2  A  B   0
Jadi, persamaan f(ε) = 0 memiliki tiga penyelesaian riil, εa, εb, εm, seperti
gambar berikut ini. Karena αA > αB, εa ada di daerah ε > αA, εm ada di
daerah αA > ε > αB, dan εb ada di daerah αB > ε. Jadi, εa > αa > εm > αb > εb.

(b) Menurut prinsip interaksi orbital

, kontribusi dari orbital yang lebih rendah dari orbital yang baru dalam fasa
yang sama terhadap orbital lain sepanjang arah panas ke atas, dan
kontribusi dari orbital yang lebih tinggi dari orbital baru berfase
berlawanan terhadap orbital lain sepanjang arah panah ke bawah. Sifat
khas ini dapat digunakan pada fase relatif komponen-komponen lain dalam
orbital-orbital baru (dari yang paling tinggi a , m , b ) yang dihasilkan

dari interaksi orbital yang lebih tinggi  A dan yang lebih rendah  B

dengan orbital partner  C .


2. Tentukan orde ikatan (P) O2+! Bandingkan energi disosiasi D0 dan panjang
ikatan R O2+ dengan O2 dan N2!
Jawab:

 1s   1s *  2s   2s *  2s    * ,


2 2 2 2 4 1
Konfigurasi elektron O2+ adalah 2p

yang memiliki satu elektron lebih sedikit π2p* dibandingkan dalam O2.
Dengan melihat ada 8 elektron di orbital ikatan dan 3 elektron di orbital anti
ikatan, kita mendapatkan orde ikatan O2+ adalah P(O2+) = (8 – 3)/2 = 2.5.
Karena O2+ memiliki satu elektron anti ikatan daripada O2, orde ikatan O2
dapat dengan mudah didapatkan P(O2) = 2. Dalam N2 elektron anti ikatan
diambil dari konfigurasi elektron O2+, dan dengan demikian P(N2) = 3.
Umumnya, semakin besar P, D0 menjadi lebih besar, dan R menjadi lebih
kecil. Dengan demikian kita mendapatkan kesimpulan berikut sesuai dengan
tabel berikut ini.
Tabel. Konfigurasi elektron dan struktur molekul dan ion diatomik
homonuklir

Energi disosiasi D0(N2) > D0(O2+) > D0(O2).


Panjang ikatan R(N2) < R(O2+) < R(O2).

3. Jelaskan struktur molekul etilen C2H4 menggunakan orbital hibrid!


Jawab:
Dalam tiap atom C, tiga orbital hibrid sp2 bersama dengan orbital p yang tegak
lurus dapat dianggap sebagai orbital valensi, dan empat elektron valensi
masing-masing mengisi keempat orbital. Kombinasi orbital hibrid sp2 dua
atom C menghasilkan ikatan C-C karena tumpang tindih jenis σ. Dua orbital
hibrid sp2 yang tertinggal dengan sudut 120° terhadap sumbu ikatan C-C dapat
digunakan untuk membentuk ikatan C-H σ yakni tumpang tindih jenis σ, yang
menghasilkan satuan CH2. Dalam tahap ini, dua satuan CH2 dapat berotasi
satu sama lain mengelilingi sumbu ikatan C-C, karena ikatan C-C sampai
tahap ini masih berupa ikatan C-C tunggal yang dapat berputar bebas untuk
memiliki sembarang sudut rotasi.

4. Struktur molekul BrF5 adalah suatu bentuk seperti gambar berikut ini. Dengan
menggunakan kombinasi ikatan kovalen dan ikatan tiga-pusat-dua-elektron,
jelaskan struktur molekul BrF5!
Jawab:
Konfigurasi elektron kulit terluar atom Br adalah (4s2)(4p5). Dalam atom Br,

orbital 4px dan 4py, mengandung pasangan elektron, dan pasangan orbital
hibrid sp tersusun atas orbital 4s dan 4pz. Satu orbital hibrid sp (yang
mengarah ke bawah) mengandung pasangan elektron, dan satunya (yang
mengarah ke atas) mengandung elektron tak berpasangan. Sebaliknya setiap
atom F memiliki satu elektron tak berpasangan dalam orbital p. Elektron tak
berpasangan dari orbital hibrid sp di arah z dapat membentuk ikatan kovalen
dengan atom F. Orbital 4px dan 4py atom Br dapat digunakan untuk

menghasilkan ikatan tiga pusat dua-elektron dengan atom di baik arah x dan y,
dan struktur bujur sangkar dengan empat atom F ditempatkan di sudut-
sudutnya terbentuk. Satu ikatan BrF diarahkan ke atas adalah ikatan kuat
dengan pajang ikatan yang lebih rendah (panjang ikatan yang diamati 171.8
pm), dan ikatan BrF dalam bidang horizontal adalah ikatan lemah karena
ikatan tiga-pusat dua-elektron dengan panjang ikatan yang lebih panjang
(panjang ikatan yang diamati 178.8 pm). Atom Br agak bergeser sedikit ke
bawah dari bidang bujur sangkar, karena pasangan elektron yang berarah ke
bawah menarik atom Br lebih kuat daripada pasangan kovalen yang berarah ke
atas (dudut ikatan yang diamati  F(horizontal)BrF(vertikal) =85.1º). Atau
dapat juga dapat diasumsikan struktur oktahedral terbentuk dari hibridisasi
3 2
sp d , tetapi ikatan aksial yang pendek dari piramida bujur sangkar akan
menjadi sukar dijelaskan.

5. Dari spektrum fotoelektron berikut ini

dan energi ionisasi atom hidrogen (13.60 eV), tentukan energi disosiasi
molekul hidrogen!
Jawab:
Pertama-tama kita menyatakan energi disosiasi molekul hidrogen D0(H2),
energi ionisasi atom hidrogen IH, energi yang diperlukan untuk ionisasi
molekul hidrogen dan disosiasi ion H2+ pada saat yang sama seperti I(∞).
Maka, kita mendapatkan hubungan berikut.
D0(H2) + IH = I(∞)
Kedua sisi persamaan ini berkaitan dengan energi yang dibutuhkan untuk
menghasilkan keadaan terdisosiasi ion molekul hidrogen (keadaan terdisosiasi
+
menjadi H dan H ) berawal dari keadaan dasar vibrasional (keadaan
vibrasional titik nol) molekul hidrogen. Sisi kiri adalah lintasan disosiasi
molekul hidrogen dalam tahap pertama diikuti dengan ionisasi satu dari dua
atom hidrogen di tahap kedua. Sisi kanan adalah lintasan lain perubahan
langsung menjadi keadaan ionik terdisosiasi. Lintasan yang terakhir ini dapat
diperkiran dari gambar di atas sebagai I(∞) =18,08 eV.
Maka, dengan menggunakan IH = 13.60 eV, kita mendapatkan D0(H2) = I(∞) –
IH = 18.08 eV – 13.60 eV = 4.48 eV.
BAB 6 ORBITAL MOLEKUL DAN REAKSI KIMIA

1. Buatlah orbital molekul dan tingkat-tingkat energinya dari dua buah CH2
(sebuah penerapan dari molekul AH2)!
Jawab:
Tempatkan dua unit dari CH2 yang bengkok dengan sebuah sumbu pusat

umum yang memotong kedua unit dan kemudian didekatkan satu dengan
lainnya.

Orbital energi terendah dari setiap unit C2H2 adalah orbital 1σ yang hampir

murni terdiri dari sebuah orbital C1s dan sebuah interaksi antara sebuah
pasangan orbital 1σ menghasilkan sebuah orbital σ (1) disebabkan oleh
kesamaan campuran fasa dan orbital σ lainnya (2) yang disebabkan oleh
campuran fasa yang berlawanan. Tingkat-tingkat energi menjadi (1) < (2).
Perbedaan ini kecil disebabkan oleh tumpang tindih antara orbital C2s yang
sangat kecil dikarenakan distribusi elektron yang terbatas di sekitar ini dalam
orbital kulit terdalam meski perbedaan energinya nol.

(HOMO dan LUMO dari etilen C2H4)


Berikutnya, marilah kita memperhatikan interaksi antara orbital 2s yang terdiri
dari C2s. Interaksi ini akan menghasilkan sebuah ikatan orbital σ C2sCC (3)
disebabkan oleh campuran fasa sama dan sebuah C2sCC orbital σ anti ikatan
(4) disebabkan oleh campuran fasa yang berlawanan dan tingkat energi
menjadi (3) < (4). Dalam kasus ini, perbedaaan energi antara (3) dan (4) cukup
besar disebabkan oleh tumpang tindih yang besar.
Kopling paralel dari orbital 3σ dengan karakter ikatan CH yang kuat akan
menghasilkan sebuah orbital (5) dengan sebuah karakter ikatan π bersama
dengan sebuah orbital (7) dengan sebuah tipe anti ikatan dan susunan tingkat
energinya menjadi (5) < (7).
Di sini, harus dicatat bahwa interaksi fasa yang sama pada daerah ikatan
CC antara orbital 4σ dengan karakter ikatan HH menghasilkan sebuah tingkat
(6) yang terletak di antara tingkat (5) dan (7). Interaksi antara 4σ sangatlah
kuat disebabkan oleh hibridisasi dari orbital 2s dan 2p pada atom C. Ini akan
menyebabkan bahwa sebuah orbital anti ikatan yang dibuat oleh interaksi ini
menjadi tingkat energi yang lebih tinggi dari dua orbital π berikutnya, (8) dan
(9).
Karena orbital 1π terdiri dari sebuah orbital dengan posisi vertikal
terhadap bidang C2H2, sebuah orbital ikatan π (8) dan anti ikatan π (9)
dihasilkan secara sederhana oleh interaksi-interaksi tipe π antara orbital p.
Sebuah molekul C2H4 memiliki 16 elektron dan dua elektron diakomodasi

pada setiap orbital dari (1)-(8). Dengan demikian orbital π ikatan (8) adalah
HOMO dan orbital π anti ikatan adalah LUMO.

2. Gambarkan orbital π dan tingkat-tingkat energinya dari butadien dari orbital p


dari empat atom C, dimulai dari dua himpunan orbital π dari jenis etilen!

Jawab:
Marilah kita mengandaikan bahwa orbital π dari butadien dihasilkan dari
interaksi tipe π dari sebuah pasangan orbital p pada setiap ujung dari setiap
unit etilen.
Berdasarkan pada diskusi tentang pembentukan molekul tipe A2 dalam
bagian 5.5, marilah kita meninjau interaksi antara orbital πb ikatan dan antara

orbital πa anti ikatan dalam interaksi fasa antara orbital πb akan menghasilkan

orbital (1) yang seluruhnya membentuk ikatan untuk tiga ikatan CC dan
diekspresikan sebagai bbb dan orbital yang lainnya (2) memiliki karakter anti
ikatan di tengah yang diekspresikan dengan bab. Urutan energi dari orbital-
orbital ini menjadi (1) < (2) sebagaimana dapat dilihat pada gambar di atas(a).
Hal yang sama, interaksi yang sama antara orbital πa akan menghasilkan
orbital dengan tipe aba (3) dan sebuah orbital tipe aaa (4). Dengan demikian
urutan tingkat energi menjadi (1) < (2) < (3) < (4).
Dalam langkah berikut, marilah kita meninjau interaksi dari sepasang
orbital (1)(3) yang memiliki sebuah noda dan (2)(4) yang tidak memiliki noda
pada pusat ikatan CC. Kemudian kita mendapatkan orbital-orbital baru yang
dimodifikasi oleh efek pencampuran yang ditunjukkan dalam (b) pada
gambar. Dari atas ke bawah, karakter ikatan secara relatif semakin kuat dan
dari bawah ke atas karakter ikatan secara relatif melemah.
Tingkat energi diberi nomer dari yang terendah sebagai π1, π2, π3, π4 di

mana jumlah dari nodanya satu lebih kecil dari nomer tingkat energinya.
Kecenderungan ini adalah sama dengan jumlah noda dalam fungsi gelombang
untuk sebuah partikel dalam kotak. Kesamaan ini disebabkan oleh struktur
rangka C-C-C-C yang merupakan sebuah ruang satu dimensi tempat elektron
diakomodasi. Dengan mencatat kesamaan ini maka karakteristik orbital π
dalam butadien juga dapat diturunkan.
Karena satu elektron diberikan dari sebuah orbital p dari setiap atom C,
terdapat empat elektron π dalam butadien yang menempati orbital π1 dan π2

sebagai pasangan-pasangan elektron. Dengan demikian π2 adalah HOMO dan

π3 adalah LUMO. Pada ikatan pusat CC, kontribusi ikatan dari π1 lebih besar

dibandingkan dengan kontribusi anti ikatan dari π2 dan karenanya ikatan ini

memiliki sedikit karakter ikatan ganda (panjang ikatan dari ikatan CC pusat
dalam butadiena adalah 1.483 Å, yang lebih pendek dari sebuah ikatan CC
tunggal murni pada etana (1.536 Å) dan lebih panjang dari ikatan ganda murni
pada etilena (1.338 Å))

3. Prediksilah struktur stereokimia dari diklorosikloheksan yang dibuat oleh


penambahan siklik dar cis-dikloroetilen dan butadiena!
Jawab:
Karena atom Cl pada cis-dikloroetilen pada sisi yang sama berada pada bidang
dari dua atom C dalam entilen selama proses reaksi berlangsung, dua atom Cl
juga pada sisi yang sama dalam produk cincin sikloheksen terhadap atom C 5
dan 6 dalam gambar interaksi HOMO-LUMO antara etilena dan butadiena,
sebagaimana dapat dilihat pada gambar stuktur diklorosikloheksena.

(Interaksi HOMO-LUMO antara etilena dan butadiena)

(Struktur diklorosikloheksena)
LATIHAN 1 TEORI KUANTUM DAN PERSAMAAN
GELOMBANG

1. Jawablah pertanyaan di bawah ini!


(a) Hitunglah energi satu foton radiasi infra merah dengan panjang gelombang
1064 nm!
(b) Laser YAG memancarkan getaran radiasi 1064 nm dengan kekuatan
radiasi 5 x 106 W dan durasinya 2 x 10-8 s. Carilah bilangan foton yang
dipancarkan dalam getaran ini! (1 W = 1 J/s.)
(Jawab: (a) 1.865 1019 J ; (b) 5 1018 )

2. Hitunglah panjang gelombang de Broglie pada elektron yang bergerak pada


1/137 kecepatan cahaya! (Pada kecepatan ini, koreksi relativistik pada massa
diabaikan.)
(Jawab: 3.32 Å)

3. Fungsi kerja Na murni adalah 2.75 eV, dimana 1 eV = 1,602 x 10-19 J.


(a) Hitunglah energi kinetik maksimum fotoelektron yang dipancarkan dari
Na yang terpapar pada radiasi ultraviolet 200 nm!
(b) Hitunglah panjang gelombang terpanjang yang menyebabkan efek
fotoelektrik pada Na murni!
(Jawab: (a) 3.92 eV; (b) 544 nm)

4. Diketahui satu partikel, sistem dimensi satu sebagai   aeibt e bmx


2
/
, dimana
a dan b konstan dan m adalah massa partikel. Carilah fungsi energi potensial
V untuk sistem! Petunjuk: Gunakan persamaan Schrodinger pengaruh waktu!
(Jawab: 2mb2x2)

5. Diketahui satu partikel, sistem dimensi satu mempunyai energi potensial V =

2c2ħ2x2/m dan dalam keadaan stasioner dengan   x   bxecx , dimana b


2
adalah konstan, c = 2.00 nm-2, dan m = 1.00 x 10-27 g. Carilah energi partikel
tersebut!
(Jawab: 3c 2
/ m  6.67 1020 J )

6. Sebuah partikel, sistem dimensi satu mempunyai fungsi keadaan


   sin at  2 / c2  
  cos at  32 / c6 
1/ 4 1/ 4
e x xe  x
2
/ c2 2
/ c2

, dimana a adalah konstan dan c = 2.000 Å. Jika posisi partikel diukur pada t =
0, hitunglah kemungkinan ditemukannya partikel antara 2.000 Å dan 2.001 Å!
(Jawab: 0.000216)

7. Apakah manfaatnya fungsi densitas probabilitas pada (a) teori kinetika gas?
(b) analisis pengukuran kesalahan acak?
(Jawab: (a) Distribusi Maxwell kecepatan molekuler)

8. Jika puncak dalam spektrum massa C2F6 pada bilangan massa 138 adalah 100
satuan tinggi, hitunglah tinggi puncak pada bilangan massa 139 dan 140!
Kelimpahan isotop: 12C. 98.89%; 13C, 1.11%, 19F, 100%.
(Jawab: 2.24, 0.0126)

9. Benar atau salah? (a) Densitas probabilitas tidak dapat bernilai negatif. (b)
Fungsi keadaan ψ tidak dapat bernilai negatif. (c) Fungsi keadaan ψ harus

fungsi riil. (d) Jika z = z*, maka z harus bilangan riil. (e)  dx  1 untuk
satu partikel, sistem dimensi satu. (f) Produk bilangan dan konjugat kompleks
selalu bilangan riil.
(Jawab: (a) B; (b) S; (c) S; (d) B; (e) B; (f) B)
LATIHAN 2 ATOM

1. Untuk sistem dua partikel yang tidak bereaksi dengan massa 9.0 x 10 -26 g dan
5.0 x 10-26 g dalam kotak satu dimensi yang panjangnya 1.00 x 10-8 cm,
hitunglah enam energi keadaan stasioner terendah!
(Jawab: 0.31c, 0.64c, 0.91c, 1.20c, 1.24c, dan 1.80c, dimana c = 5.49 x 10-12
erg)

12 16
2. Pengamatan frekuensi absorpsi gelombang mikro terendah C O adalah
115271 MHz.
(a) Hitunglah jarak ikatan dalam 12C16O!
(b) Prediksilah frekuensi absorpsi gelombang mikro dua terendah selanjutnya
12 16
C O!
(c) Prediksilah frekuensi adsorpsi gelombang mikro terendah pada 13C16O!
12 16
(d) Untuk C O pada 25°C, hitunglah perbandingan populasi J = 1 hingga
populasi J = 0! Ulangi untuk perbandingan J = 2 sampai J = 0! Jangan lupa
degenerasi!
(Jawab: (a) 1.1309 Å; (b) 230542 MHz dan 345813 MHz; (c) 110189 MHz;
(d) 2.945, 4.729)

3. Transisi rotasional J = 2 sampai 3 dalam molekul diatomik tertentu 126.4


GHz, dimana 1 GHz = 109 Hz. Carilah frekuensi absorpsi J = 5 sampai 6
dalam molekul ini!
(Jawab: Secara tepat 252.8 GHz)

4. Hitunglah perbandingan gaya elektrik dan gaya gravitasi antara proton dan
elektron! Apakah pengabaian gaya gravitasi diperbolehkan?
(Jawab: 2 x 1039)

5. Jawablah pertanyaan di bawah ini!


(a) Hitunglah panjang gelombang dan frekuensi untuk garis spektra yang
bertambah dari transisi n = 6 sampai n = 3 dalam atom hidrogen!
(b) Ulangi perhitungan untuk He+; abaikan perubahan dalam massa tereduksi
dari H sampai He+!
(Jawab: (a) 10941.2 Å, 2.7400 x 1014 Hz; (b) 2735 Å, 1.096 x 1015 Hz)

6. Hitunglah energi keadaan dasar atom hidrogen dengan satuan Gaussian! Ubah
hasilnya dalam elektron volt (eV)!
(Jawab: –13.598 eV)

7. Positron mempunyai muatan +e dan massa mirip dengan massa elektron.


Hitunglah elektron volt energi keadaan dasar positronium (suatu ”atom” yang
terdiri dari positron dan elektron)!
(Jawab: –6.8 eV)

8. Carilah r untuk keadaan 2p0 atom seperti hidrogen!

(Jawab: 5a/Z)

9. Carilah r 2 untuk keadaan 2p1 atom seperti hidrogen!

(Jawab: 30a2/Z2)

10. Apakah nilai bilangan kuantum momentum angular l untuk orbital t?


(Jawab: 14)

11. Untuk keadaan dasar atom seperti hidrogen, carilah nilai yang mungkin untuk
r!
(Jawab: a/Z)

12. Dimanakah densitas probabilitas maksimum untuk atom hidrogen pada


keadaan dasar?
(Jawab: Pada nukleus)

13. Manakah keadaan atom hidrogen dengan ψ bukan nol di nukleus?


(Jawab: Keadaan s)
14. Carilah n = 2 sampai n = 1 perbandingan populasi tingkat energi untuk gas
atom hidrogen pada (a) 25°C; (b) 1000 K ; dan (c) 10000 K!
(Jawab: (a) 16 x 10-173; (b) 1.6 x 10-51; (c) 2.9 x 10-5)

15. Benar atau salah? (a) Nilai nol tidak pernah ditemukan dalam nilai eigen. (b)
Fungsi f = 0 tidak diperbolehkan dalam fungsi eigen. (c) Simbol e berarti
muatan suatu elektron. (d) Dalam persamaan B    *Bd , dimana

d  r 2 sin  dr d d , B digunakan hanya pada ψ dan tidak digunakan pada


r2 sin θ.
(Jawab: (a) S; (b) B; (c) S; (d) B)
LATIHAN 3 METODE DASAR APROKSIMASI

1. Untuk osilator anharmonik dengan Hamiltonian, evaluasilah E(1) untuk


keadaan eksitasi pertama, mengambil sistem tidak terganggu sebagai osilator
harmonik!
(Jawab: 15 dh2/64π4v2m2)

2. Asumsikan bahwa muatan proton terdistribusi acak dalam volume bola radius
10-13 cm. Gunakan teori gangguan untuk mencari perpindahan dalam energi
keadaan dasar atom hidrogen berdasarkan ukuran proton. Energi potensial
dipengaruhi elektron ketika nukleus terpenetrasi dan jarak r dari pusat inti
adalah – eQ/4πε0r, dimana Q adalah banyaknya muatan proton dalam radius r.
Evaluasilah integral yang disederhanakan dengan catatan faktor eksponensial
dalam ψ adalah 1 dalam nukleus!
(Jawab: 1.2 x 10-8 eV)

3. Berdasarkan penanganan gangguan, konfigurasi helium 1s3s. 1s3p, dan 1s3d.


Tanpa mengatur kembali persamaan sekuler, tetapi lebih sederhana dengan
analogi, dengan menuliskan 18 fungsi gelombang orde nol. Berapa banyak
tingkat energi yang bersesuaian pada setiap tiga konfigurasi, dan apakah
degenerasi pada setiap tingkat energi? Tingkat konfigurasi manakah yang
terendah dan tertinggi?
(Jawab: 1s3s, dua tingkat tidak terdegenerasi; 1s3p, dua tripel tingkat
degenerasi; 1s3d, dua lima tingkat terdegenerasi)

4. Dengan menerapkan fungsi variasi   ecr pada atom hidrogen; pilihlah


parameter c untuk menyederhanakan integral variasi, dan hitung persen
kesalahan dalam energi keadaan dasar!
(Jawab: Kesalahan 0%)

5. Aplikasi fungsi variasi   e cx (dimana c adalah parameter variasi) pada


2

persoalan dengan V = af(x), dimana a adalah tetapan positif dan f(x) adalah
fungsi tertentu x, memberikan integral variasi sebagai W = cħ2/2m + 15a/64c3.
Carilah nilai minimum W pada fungsi variasi tersebut!
(Jawab: 0.72598ħ3/2a1/4/m3/4)
LATIHAN 4 METODE SISTEM ATOM BANYAK

1. Berapa banyak elektron yang terdapat pada setiap bagian berikut:


(a) kulit dengan bilangan kuantum utama n;
(b) sub-kulit dengan bilangan kuantum n dan l;
(c) suatu orbital;
(d) orbital spin?
(Jawab: (a) 2n2; (b) 4l + 2; (c) 2; (d) 1)

2. Berikan nilai yang mungkin bilangan kuantum momentum angular total J yang
menghasilkan penambahan momen angular dengan bilangan kuantum (a) 3/2
dan 4; (b) 2, 3, dan 1/2!
(Jawab: (a) 11/2, 9/2, 7/2, 5/2; (b) 11/2, 9/2, 9/2, 7/2, 7/2, 5/2, 5/2, 3/2, 3/2,
1/2)

3. Manakah konfigurasi elektron berikut ini yang berpengaruh pada fungsi


konfigurasi perhitungan Cl keadaan dasar He? (a) 1s2s; (b) 1s2p; (c) 2s2; (d)
2s2p; (e) 2p2; (f) 3d2!
(Jawab: (a), (c), (e), (f))

4. Atom dengan Z  10 , manakah yang mempunyai keseimbangan yang aneh?


(Jawab: B, N, F)

5. Berikan bilangan keadaan untuk setiap bagian berikut: (a) 4F; (b) 1S; (c) 3P; (d)
2
D!
(Jawab: (a) 28; (b) 1; (c) 9; (d) 10)

6. Berapa banyak keadaan pada konfigurasi karbon berikut? (a) 1s22s22p2; (b)
1s22s22p3p.
(Jawab: (a) 15; (b) 36)
LATIHAN 5 ORBITAL MOLEKUL DAN STRUKTUR MOLEKUL

1. Untuk keadaan elektronik dasar H2, D0 = 4.4781 eV. Carilah ΔH00 untuk H2
(g) → 2H (g) dalam kJ/mol!
(Jawab: 432.07 kJ/mol)

2. Gunakan nilai D0 H2 (4.478 eV) dan nilai D0 H2+ (2.651 eV) untuk
menghitung energi ionisasi pertama H2 (dimana energi diperlukan untuk
melepaskan elektron dari H2)!
(Jawab: 15.425 eV)

3. Spektrum absorpsi infra merah 1H35Cl mempunyai pita tertinggi pada 8.65 x
1013 Hz. Untuk molekul ini, D0 = 4.43 eV.
(a) Carilah De untuk 1H35Cl!
(b) Carilah D0 untuk 2H35Cl!
(Jawab: (a) 4.61 eV; (b) 4.48 eV)

4. Keadaan elektronik dasar 7Li1H mempunyai D0 = 2.4287 eV, ve/c = 1405.65


cm-1, dan vexe/c = 23.20 cm-1, dimana c adalah kecepatan cahaya. Hitunglah
De untuk 7Li1H!
(Jawab: 2.5151 eV)

127
5. Untuk keadaan elektronik dasar I2, De/hc = 12550 cm-1, ve/c = 214.5 cm-1,
dan Re = 2.666 Å. Gunakan fungsi Morse dan metode Numerov untuk
menghitung enam tingkat energi vibrasi terendah! (Percobaan E vib/hc v = 0, 2,
4 adalah 107.19, 532.55, 953.01 cm-1.)
(Jawab: Dengan sr = 0.01 dan xr dari –0.70 sampai 0.80, kita mendapatkan
107.02, 319.68, 530.51, 739.51, 946.66, 1151.98 cm-1.)

6. Manakah spesi setiap pasangan berikut dengan De terbesar? (a) Li2 atau Li2+;
(b) C2 atau C2+; (c) O2 atau O2+; (d) F2 atau F2+
(Jawab: (a) Li2; (b) C2; (c) O2+; (d) F2+ (Sebenarnya, De Li2+ lebih besar dari
Li2))

7. Untuk NaCl, Re = 2.36 Å. Potensial ionisasi Na adalah 5.14 eV dan afinitas


elektron Cl adalah 3.61 eV. Gunakan model sederhana NaCl sebagai pasangan
ion bola yang bersinggungan untuk memperkirakan De dan momen dipol μ
NaCl! Bandingkan dengan nilai percobaan De = 4.25 eV dan μ = 9.0 D! (Satu
debye (D) = 10-18 statC cm.)
(Jawab: 4.56 eV, 11.3 D)
LATIHAN 6 ORBITAL MOLEKUL DAN REAKSI KIMIA

1. Tipe energi ikatan dalam kkal/mol adalah 99 untuk C–H, 83 untuk C–C, dan
146 untuk C=C. Pembentukan panas benzena fase gas dari enam hidrogen dan
enam atom karbon adalah –1323 kkal/mol. Hitunglah energi delokalisasi
”percobaan” benzena menggunakan data tersebut, pertama hilangkan koreksi
energi tegangan dan kemudian mencakup didalamnya!
(Jawab: 42 kkal/mol, 69 kkal/mol)

2. Perkirakanlah panjang ikatan karbon-karbon dalam (a) C5H5-; (b) C7H7+; (c)
C8H82-!
(Jawab: (a) 1.401 Å; (b) 1.402 Å; (c) 1.409 Å)

3. Sebuah keadaan dasar dari atom oksigen dalam keadaan triplet memiliki dua
elektron tidak berpasangan di mana sebuah atom oksigen dalam keadaan
singlet memiliki sebuah orbital p yang kosong di antara orbital p valensi.
Orbital kosong yang demikian itu pada sebuah atom O dapat menerima
-
koordinasi dari sebuah pasangan elektron dalam sebuah ion klorida Cl untuk
-
menghasilkan sebuah ion hipoklorit ClO . Dengan mencatat bahwa reaksi ini
2- 3- 4-
sebagaimana juga dengan kesamaan dalam konfigurasi elektron S , P , Si
-
dengan ion Cl , yang memiliki jumlah elektron yang sama (konfigurasi
isoelektronik), jelaskan struktur dari senyawa berikut!
-
(ClO4 ,SO4, PO4, SiO4, XeO4)

(Jawab: Sudah jelas)

4. Jelaskan alasan mengapa gas mulia tidak aktif secara kimia!


(Jawab: Tinjau konfigurasi elektron gas mulia)

5. Dalam 2-metoksibutadien kemampuan untuk memberikan elektron dari


HOMO meningkat dengan efek pemberian elektron dari grup metoksi (-
OCH3) dan dalam penambahan LUMO dari kerangka butadien sedikit
bercampur dengan HOMO pada posisi 2. Dengan memperhatikan sifat ini,
prediksikan struktur dari produk utama dari reaksi penambahan dari 2-
metoksibutadien dengan akrolein!

(Jawab: Sudah jelas)


DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1990. Physical Chemistry. 4th edition. Melbourne-Tokyo: Oxford


University Press.
Green, N.J.B. 1997. Quantum Mechanics 1: Foundation. Oxford: Oxford Science
Publications.
Levine, I.N. 2000. Quantum Chemistry. New Jersey: Prentice Hall.
McQuarrie, Donald A. 1983. Quantum Chemistry. Oxford: University Science
Books.
Ohno, K. 2004. Quantum Chemistry. Tokyo: Iwanami Shoten Publ.

Anda mungkin juga menyukai