DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
Jalan dapat mengalami kerusakan akibat beberapa faktor. Penyebab dan jenis
kerusakan pada jalan pun dipengaruhi oleh tipe perkerasan yang digunakan yaitu
lentur atau kaku.
B. KONDISI EKSISTING
Jalan yang dipilih untuk dilakukan analisa adalah Jl. Komjem Pol. M. Jasin.
Sebenarnya nama jalan ini merupakan nama fly over yang menghubungkan Jl.
Akses UI dari arah Kelapa Dua dan bertemu dengan Jalan Margonda kearah Pasar
Minggu. Jalan ini dibuat melayang karena menghindari perlintasan sebidang
dengan jalur rel KA dan meminimalisir pertemuan Jalan Margonda. Kondisi
eksisting dari jalan ini terlihat kurang baik. Pada jalan tersebut dapat dilihat
berdasarkan gambar 1 & 2, terdapat retakan pada jalan yang bentuknya searah
dengan arah kendaraan yang panjang retakan rata-ratanya berkisar 20 m. Retakan
tersebut dapat membahayakan kendaraan bermotor yang dapat meyebabkan
kendaraan bermotor tidak seimbang. Kendaraan yang melintasi jalan tersebut
cenderung melambat pada daerah retakan untuk menghindari retakan jalan.
Jalan flyover ini ditinggikan dengan menimbun tanah. Bisa jadi akibat
timbunan yang tidak padat, dapat mengakibatkan penurunan pada tanah yang
menjadi pondasi jalan (subgrade atau subbase) sehingga menimbulkan retakan
pada jalan yang diakibatkan penurunan tanah pada bagian samping.
Gambar 3. Kondisi Potongan Melintang Jalan
Sumber: Olahan Penulis, 2018
Jl. Komjen Pol. M. Jasin merupakan jalan dengan 4 lajur 2 arah tak terbagi.
Dari gambar di atas dapat dilihat lebar jalur 3,5 m dan terdapat trotoar disampingnya
dengan lebar 1 m. Perkerasan jalan yang terdapat di jalan ini merupakan perkerasan
jalan beton dengan dilapisi aspal. Ketebalan perkerasan beton sebesar 30 cm dan
lapisan aspal 3 cm.
C. KONDISI DRAINASE
• Pengertian Drainase Jalan
Merupakan prasarana yang dapat bersifat alami ataupun buatan yang
berfungsi untuk menyalurkan air permukaan maupun bawah tanah, biasanya
menggunakan bantuan gaya gravitasi, yang terdiri atas saluran samping dan
goronggorong ke badan air penerima atau tempat peresapan buatan (contoh:
sumur resapan air hujan atau kolam drainase tampungan.
• Sistem drainase bawah permukaan
Drainase bawah permukaan bertujuan untuk menurunkan muka air tanah
dan mencegah serta membuang air infiltrasi dari daerah sekitar jalan dan
permukaan jalan atau air yang naik dari subgrade jalan.
Gambar 4. Kondisi eksisting lubang drainase jalan yang tertutup perkerasan jalan.
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2018
Gambar 5. Drainase jalan Komjen Pol. M. Jasin yang mengarah ke bawah fly
over. Sumber: Dokumentasi Penulis, 2018
Jika dilihat serta dianalisa, pada jalan Komjen Pol. M. Jasin tidak terdapat
saluran samping atau drainase samping jalan, sehingga aliran air hujan yang jatuh
di jalan hanya diteruskan melalui saluran air yang mengarah ke bawah yang hanya
terdapat di beberapa titik saja, namun jika diteliti lebih jauh, lubang saluran air yang
akan mengalirkan air ke bawah tersebut tertutup oleh perkerasan jalan. Selain itu,
kondisi melintang jalan yang tidak memiliki super elevasi 2% untuk mengalirkan
air ke kanan dan kiri jalan, menyebabkan air tetap akan tergenang di tengah jalan
dan sudah pasti, air yang tergenang ke jalan langsung masuk ke rongga perkerasan
jalan. sehingga menyebabkan kondisi perkerasan tidak lagi dalam kondisi baik.
Keretakan yang telah dibahas sebelumnya, bisa disimpulkan dapat diakibatkan oleh
aliran air yang tidak dialirkan dengan baik menggunakan saluran samping jalan.
Gambar 6. Kondisi Trotoar yang ambles dan longsor, diakibatkan oleh air hujan
yang mengalir tidak melalui saluran air.
3. Pembagian Jalur : 50 - 50
• Data survei
Tabel D.1. Data Pengamatan Survei
𝑄 = 893 𝑠𝑚𝑝/𝑗𝑎𝑚
• Perhitungan Kapasitas
𝐶 = 𝐶𝑂 × 𝐹𝐶𝑊 × 𝐹𝐶𝑆𝑃 × 𝐹𝐶𝑆𝐹 × 𝐹𝐶𝐶𝑆
FCW = 1, untuk jalan 4 lajur 2 arah tak terbagi dengan lebar 3.5 per lajur
Maka :
𝐶 = 3000 × 1 × 1 × 0.96 × 1
𝐶 = 2880 𝑠𝑚𝑝/𝑗𝑎𝑚
1089
𝐷𝑆 = = 0.38
2880
893
𝐷𝑆 = = 0.31
2880
Jalan yang diamati merupakan jalan arteri yang berada pada kota dengan penduduk
yang lebih dari 1 juta jiwa, maka digunakan k 8%. Perhitungan dilakukan dengan
rumus berikut.
𝑄
𝑄 = 𝑘 × 𝐿𝐻𝑅 atau 𝐿𝐻𝑅 = ⁄𝑘
𝑠𝑚𝑝 𝑘𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛
𝑄 = 1089 = 1938
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
𝐿𝐻𝑅 = 1938⁄8%
𝑘𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛
𝐿𝐻𝑅 = 24225
ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑠𝑚𝑝 𝑘𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛
𝑄 = 893 = 1734
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
𝐿𝐻𝑅 = 1734⁄8%
𝑘𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛
𝐿𝐻𝑅 = 21675
ℎ𝑎𝑟𝑖
Dalam perencanaan lapisan perkerasan, sering kali jumlah sepeda motor
diabaikan. Hal tersebut dikarenakan beban sumbu pada sepeda motor tidak
mencapai 1000 kg atau 1 ton, sehingga angka ekuivalen sumbu sama dengan nol.
3. Volume dan arus lalu lintas tidak berhubungan dengan kerusakan yang
ada di jalan ini, dikarenakan menurut pengamatan penulis, kondisi arus
sangat lancar, dan tidak ada truk-truk atau kendaraan ber tonase besar
yang melewati jalan ini. Sehingga kerusakan jalan murni diakibatkan
kondisi drainase jalan yang sangat buruk.
F. REFERENSI SUMBER
Badan Pusat Statistik. (2018, Januari 12). Badan Pusat Statistik. Diambil kembali
dari Badan Pusat Statistik Kota Depok:
https://depokkota.bps.go.id/statictable/2018/01/12/37/penduduk-menurut-
kecamatan-dan-jenis-kelamin-di-kota-depok-2016.html
Departemen Pekerjaan Umum. (1987). Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan
Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen. Jakarta: Yayasan
Badan Penerbit PU.
Direktorat Jenderal Bina Marga. (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia.
G. DOKUMENTASI
Gambar 8. Penulis melakukan survei lapangan langsung