BLOK
SPECIAL SENSE SYSTEM
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
2020
Kata Pengantar
Syukur alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia dan hidayahNya sehingga kami
dapat menyelesaikan buku ini. Harapan kami buku ini dapat memberi manfaat bagi mahasiswa, staf
pengajar, dan seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Blok Special Senses ini.
Kami menyadari dalam penyusunan buku ini masih banyak hal yang harus disempurnakan, baik dalam
pemilihan topik kuliah, skills lab, maupun diskusi kelompok. Kami juga memohon maaf jika terdapat
kesalahan dalam penulisan nama narasumber. Semoga menjadi ladang amal untuk dima’afkan. Tujuan
kami hanya ingin memberikan yang terbaik bagi mahasiswa, dokter masa depan, generasi penerus
Fakultas Kedokteran USU. Kami sangat menghargai segala masukan bagi penyempurnaan buku ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih bagi semua pihak yang turut serta dalam penyusunan buku ini,
semoga semua yang kita lakukan menjadi ibadah, dan Allah member kita kemudahan dalam pelaksanaan
Blok Special Sense ini.
Tim Penyusun
I. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Keluhan masalah penglihatan merupakan salah satu masalah yang paling banyak dikeluhkan
pasien di tingkat layanan primer, mulai dari keluhan paling ringan seperti mata merah sampai
uveitis yang menyebabkan kecacatan dan kebutaan. Gangguan penglihatan bisa menyerang
semua umur termasuk bayi dan balita. Mereka merupakan salah satu kelompok berisiko
terhadap gangguan penglihatan, karena ini perlu meningkatkan kepedulian terhadap ancaman
gangguan penglihatan terutama kebutaan yang dapat dicegah. Skrining dan deteksi dini kunci
utama menemukan kasus sedini mungkin dengan intervensi yang tepat.
Hasil Survei Kebutaan Rapid Assessment of Avoidable Blindness atau RAAB tahun 2014 –
2016 di lima belas provinsi di Indonesia diketahui bahwa angka kebutaan mencapai 3%.
Penyebab kebutaan terbanyak adalah katarak sebesar 81%. Data ini menjadi fokus program
penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan di Indonesia, pada penanggulangan
katarak, gangguan refraksi dan gangguan penglihatan dengan penyebab lainnya.
Keluhan yang paling sering dijumpai adalah mata merah yang pada tahap lanjut dapat
mengganggu produktifitas penderitanya. Penyakit mata secara umum dapat mengganggu
kualitas hidup dan produktifitas penderitanya. Masalah ini menimbulkan beban ganda bagi
dunia kesehatan dan perekonomian.
Selain dihadapkan pada kasus terkait masalah penglihatan, Indonesia juga dihadapkan pada
kasus-kasus terkait sistem pendengaran, penghidu dan tenggorok (THT) yang masih cukup
tinggi. Survey Kesehatan Indera yang dilaksanakan di 8 provinsi Indonesia menunjukkan
prevalensi morbiditas THT sebesar 38,6%. Dalam skala yang lebih luas, survey Multi Center
Study di Asia Tenggara menunjukkan Indonesia termasuk 4 negara dengan prevalensi ketulian
yang cukup tinggi yaitu 4,6%. Tidak boleh dilupakan juga angka kejadian Karsinoma
Nasofaring (KNF) yang tinggi yaitu 4,7 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Angka ini
menduduki peringkat ke-4 dari seluruh kasus keganasan, dan menempati peringkat pertama
untuk keganasan di bidang THT. Terdapat kecenderungan prevalensi yang meningkat di usia
muda.
Kemajuan dalam deteksi dini dan penatalaksanaan kelainan dan penyakit THT dimulai dari
diagnostik, terapi medik, terapi surgikal hingga terapi rehabilitasi yang semakin baik
meningkatkan harapan hidup penderita. Namun hal ini tidak menyelesaikan masalah karena
terkadang beberapa penyakit meninggalkan sekuele pada penderita sehingga mengurangi
produktifitas dan kualitas hidup. Selain itu dibutuhkan biaya yang tidak kecil, serta sumber daya
manusia yang terampil dalam penatalaksanaannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pada semester V program studi S1 Pendidikan Dokter,
mahasiswa akan melaksanakan pembelajaran Blok Special Senses (Indra Khusus). Materi
disampaikan dengan tatap muka dan diskusi yang membahas tentang tinjauan dasar-dasar
biomedik hingga aspek klinis penyakit di bidang mata, telinga, hidung dan tenggorokan.
Dengan mempelajari blok ini, diharapkan mahasiswa akan dapat mengetahui secara rinci
bagaimana melakukan diagnosis, tatalaksana dan pencegahan penyakit ini dalam keseharian
berprofesi sebagai dokter di layanan kesehatan primer di masa depan.
TUJUAN UMUM
Melalui Blok Special Senses System ini mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang dokter layanan primer, yaitu:
1. Komunikasi efektif
2. Keterampilan klinik dasar
3. Landasan ilmiah ilmu kedokteran
4. Pengelolaan masalah kesehatan
5. Pengelolaan informasi
6. Mawas diri dan pengembangan diri
7. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktek
TUJUAN KHUSUS
Setelah menyelesaikanBlok Special Senses System ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Berkomunikasi efektif baik verbal maupun nonverbal secara santun dalam upayanya
mengelola pasien dengan masalah sistem terkait indra khusus dengan mengintegrasikan
penalaran klinis dan biomedis sehingga menunjang terciptanya kerja sama yang baik
antara dokter dengan pasien, keluarga, komunitas, dalam penanganan masalah terkait
indra khusus.
2. Melakukan anamnesis (dan pemeriksaan fisik) yang lengkap dengan teknik yang tepat
serta mencatat riwayat penyakit secara lengkap dan kontekstual.
3. Menjelaskan semua prosedur klinik rutin dan menganalisis data sekunder pasien dengan
kelainan terkait indra khusus dengan mengintegrasikan ilmu biomedik dan ilmu klinik.
4. Memilih berbagai prosedur klinik, laboratorium, dan penunjang lain dan menafsirkan
hasilnya.
5. Melakukan tindak pencegahan dan tindak lanjut dalam tata laksana masalah terkait indra
khusus dengan mempertimbangkan keterbatasan ilmu dalam diagnosis maupun tata
laksananya.
6. Mencari, mengumpulkan, menyusun, dan menafsirkan informasi menyangkut masalah
terkait indra khusus dari berbagai sumber dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk membantu penegakan diagnosis, pemberian terapi, tindakan
pencegahan dan promosi kesehatan, serta surveilans dan pemantauan status kesehatan
pasien.
7. Peka terhadap tata nilai pasien dan mampu memadukan pertimbangan moral dan
pengetahuan/keterampilan klinisnya dalam memutuskan masalah etik yang berkaitan
dengan gangguan sistem terkait indra khusus.
8. Mengembangkan ketertarikan dalam melakukan riset yang berkaitan dengan masalah-
masalah sistem terkait indra khusus.
2. Apabila diberi kasus atau pasien simulasi dengan kelainan/penyakit sistem special senses,
mahasiswa mampu:
a. Melakukan anamnesis mengenai kelainan sistem special senses dengan menerapkan
kemampuan komunikasi efektif.
3. Bila diberi data masalah kelainan/penyakit sistem special senses dalam suatu komunitas,
mahasiswa mampu:
a. Menentukan besarnya masalah kelainan/penyakit sistem special senses dalam
masyarakat.
b. Menentukan faktor penyebab/risiko kelainan/penyakit sistem special senses dan dapat
menghubungkan faktor tersebut dengan kelainan/penyakit sistem special senses yang
didapat.
c. Membuat rencana pencegahan primer dan sekunder dan rencana rehabilitasi
kelainan/penyakit sistem special senses.
V. LINGKUP BAHASAN
OUTLINE PERKULIAHAN
Dep./ Kode
Pokok Bahasan Materi Specific Learning Objectives Waktu
Narasumber Tahapan
SPECIAL SENSES - 1
Pendahuluan Pengenalan Blok Mahasiswa akan memperoleh MEU dan Ketua SSS1-F 50’
Special Senses gambaran umum mengenai blok Blok
System Special Senses System melalui
ceramah dan pemutaran film
Anatomi sistem 1. Embriologi 1.1. Menjelaskan pembentukan dan Departemen SSS1-K1 50’
Penglihatan (organogenesis) perkembangan komponen- Anatomi
komponen bola mata 1. dr. Mega Sari
1.2. Menjelaskan pembentukan & Sitorus, M.Kes,
perkembangan glandula SpPA
lacrimalis 2. dr. Lita
1.3. Menjelaskan kelainan Feriyawati,
perkembangan bola mata & M.Kes, SpPA
glandula lacrimalis
Histologi sistem 2. Histologi dari Menjelaskan sruktur histologi : Departemen SSS1-K2 50’
penglihatan tunika Episclera, Tenon capsul, Lamina Histologi
fibrosa(lapisan suprachoroidal, Cornea 1. dr. Zulham,
luar ) M.Biomed, PhD
1. Lapisan tengah Limbus, Canal Schlemm’s, Korpus 2. dr. Esther RD
Vascular layer siliaris, Prosesus siliaris, Iris, Lensa, Sitorus,
Vitreus Body, Retina (sel rod, sel M.Ked(PA),
cone, sel lainnya : diffuse bipolar Sp.PA
sel, monosinapticbipolar sel,
horizontal sel, amacrine sel,
supporting sel)
2. Struktur Konjungtiva, eyelids, apparatus
tambahan mata lakrimalis
Neurotransmitter 5. Memahami fungsi 5.1 Memahami jalur metabolik pada Departemen SSS1-K3 50’
pada mata dan peranan jaringan mata. (prior knowledge Biokimia
biomolekul yang pada BBC 1, dan Metabolic 1. dr. Hidayat,
terdapat pada System) M.Biomed
jaringan mata. a. Glycolysis (aerobic dan 2. dr. M.Syahputra,
anaerobic) M.Kes
b. HMP Shunt
c. Poliol pathway --- (dasar
biokimia dari katarak
diabetic)
d. TCA Cycle
5.2 Memahami biomolekul yang
terdapat pada setiap jaringan
mata.
5.3 Biomolekul dan proses biokimia
pada Kornea (Uptake glukosa
pada kornea, aktivitas HMP
Shunt pada Kornea, aktivitas
GSH Reduktase)
Dep./ Kode
Pokok Bahasan Materi Specific Learning Objectives Waktu
Narasumber Tahapan
5.4 Biomolekul dan proses biokimia
pada Lensa (protein Crystallin,
uptake glukosa pada lensa)
5.5 Biomolekul pada Vitreous
Humor (konsentrasi hyaluronic
acid mempengaruhi viskositas
vitreous humor)
5.6 Biomolekul dan proses biokimia
pada Retina (sel-sel pada
retina, lipid peroksidasi,
rodopsin
5.7 Biomolekul pada Kornea
(kandungan epitel kornea,
fungsi ferritin sebagai UV light
protector)
5.8 Antioksidan pada jaringan
mata, peran GSH, tocopherol
dan ascorbic acid.
5.9 Korelasi klinik proses biokimia
pada jaringan mata.
5.10 Hubungan polyol pathway
dengan katarak diabetik.
Fisiologi 6. Fungsi umum Menjelaskan fungsi bagian-bagian Departemen SSS1-K4 50’
Penglihatan-1 indra penglihatan mata : kornea, aqueous humour, Fisiologi
iris, lensa, pupil, vitreous humour, 1. dr. Selly
fovea, retina, choroid, sclera, optic Azmeila,
disc, optic nerve, otot-otot intrinsik M.Ked(Oph),
mata, kelopak dan bulu mata. SpM
7. Air mata dan 7.1 Fungsi air mata 2. dr. Milahayati
Cairan mata 7.3. Pembentukan dan pengaliran Daulay,
air mata M.Biomed.
7.4. Mekanisme dan fungsi berkedip
7.5. Fungsi cairan mata
7.6. Pembentukan dan pengaliran
aqueous dan vitreus humour
8. Iris Menjelaskan mekanisme refeks
pupil
9. Kornea dan 9.1. Menjelaskan konvergensi,
lensa divergensi, & aksis pada mata.
9.2. Menjelaskan proses akomodasi
10. Retina 10.1. Jenis-jenis fotoreseptor
10.2. Memahami aktivitas
fotoreseptor pada keadaan gelap
dan terang
10.3. Memahami peristiwa adaptasi
terang-gelap.
10.4. Proses pembentukan
bayangan pada retina
Fisiologi 11. Lintasan Menjelaskan perjalanan rangsang Departemen SSS1-K5 50’
Penglihatan-2 penglihatan cahaya sampai dapat dilihat Fisiologi
3. Penglihatan Menjelaskan proses penglihatan 1. dr. Selly Azmeila,
warna warna M.Ked(Oph),
SpM
4. Pergerakan bola Menjelaskan mekanisme gerakan 2. dr. Milahayati
mata bola mata Daulay,
Menjelaskan fungsi N.III, N.IV, N.VI. M.Biomed.
Dep./ Kode
Pokok Bahasan Materi Specific Learning Objectives Waktu
Narasumber Tahapan
Penyakit infeksi 6. Conjunctivitis 23.1. Definisi konjungtivitis Departemen Mata SSS1-K7 50’
luar bola mata (allergi, viral, 23.2. Klasifikasi berdasarkan 1. dr. T Siti Harilza
bacterial) penyebab konjungtivitis Zubaidah,
23.3.Gambaran klinis konjungtivitis M.Ked(Oph),
23.4. Pemeriksaan penunjang SpM
konjungtivitis 2. dr. Marina
23.5. Diagnosa konjungtivitis Yusnita Albar,
23.6.Penatalaksanaan konjungtivitis M.Ked(Oph),
7. Benda asing di 24.1. Definisi benda asing di SpM
conjunctiva cojunctiva
24.2. Etiologi
24.3.Gambaran klinis
24.4. Penatalaksanaan
8. Pinguecula 25.1.Definisi pinguecula
25.2.Etiologi pinguecula
Dep./ Kode
Pokok Bahasan Materi Specific Learning Objectives Waktu
Narasumber Tahapan
25.3.Gambaran klinis pinguecula
25.4.Penatalaksanaan pinguecula
9. Pterygium 26.1.Definisi pterygium
26.2.Etiologi pterygium
26.3.Patogenese pterygium
26.4.Gambaran klinis pterygium
26.5.Penatalaksanaan pterygium
10. Keratitis dan 27.1. Definisi keratitis dan ulkus
Ulkus Kornea kornea
27.2.Klasifikasi keratitis dan ulkus
kornea
27.3.Etiologi keratitis dan ulkus
kornea berdasarkan klasifikasi
27.4.Patogenese keratitis dan ulkus
kornea berdasarkan klasifikasi
27.5.Tanda-tanda keratitis dan ulkus
kornea berdasarkan klasifikasi
27.6.Gambaran klinis keratitis dan
ulkus kornea berdasarkan
klasifikasi
27.7.Pemeriksaan penunjang
keratitis dan ulkus kornea
27.8.Menegakkan diagnosa keratitis
dan ulkus kornea
27.9.Penatalaksanaan keratitis dan
ulkus kornea
27.10.Komplikasi keratitis dan ulkus
kornea
11. Skleritis 28.1.Definisi skleritis
28.2.Etiologi skleritis
28.3.Klasifikasi skleritis
28.4.Gambaran klinis skleritis
28.5.Penatalaksanaan skleritis
12. Episkleritis 29.1.Definisi episkleritis
29.2.Etiologi episkleritis
29.3.Klasifikasi episkleritis
29.4.Gambaran klinis episkleritis
29.5.Penatalaksanaan episkleritis
Virus, bakteri, 13. Virus penyebab 34.1.Morfologi virus Departemen SSS1-K8 50’
jamur dan infeksi pada 34.2.Penyakit yang disebabkan Mikrobiologi :
chlamydia mata 34.3.Patogenesis penyakit 1. dr. Sri Amelia,
penyebab infeksi 34.4.Cara penularan dan M.Kes
pada mata pencegahan 2. dr. R. Lia
34.5.Gambaran klinis Kusumawati,
34.6.Diagnosa laboratorium MS, SpMK(K),
34.7.Pengobatan PhD
14. Bakteri 35.1. Morfologi virus
penyebab 35.2.Penyakit yang disebabkan
infeksi pada 35.3.Patogenesis penyakit
mata 35.4.Cara penularan dan
pencegahan
35.5.Gambaran klinis
35.6.Diagnosa laboratorium
35.7.Pengobatan
15. Jamur 36.1.Morfologi virus
penyebab 36.2.Penyakit yang disebabkan
36.3.Patogenesis penyakit
Buku Panduan Mahasiswa
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 12
Dep./ Kode
Pokok Bahasan Materi Specific Learning Objectives Waktu
Narasumber Tahapan
infeksi pada 36.4.Cara penularan dan
mata pencegahan
36.5.Gambaran klinis
36.6.Diagnosa laboratorium
36.7.Pengobatan
16. Chlamydia 36.1.Morfologi virus
penyebab 36.2.Penyakit yang disebabkan
infeksi pada 36.3.Patogenesis penyakit
mata 36.4.Cara penularan dan
pencegahan
36.5.Gambaran klinis
36.6.Diagnosa laboratorium
36.7.Pengobatan
12. Obat yang 12.1 Obat yang 12.1.1 Menjelaskan target kerja obat Departemen SSS1-K9 50’
digunakan untuk digunakan pada pada mata Farmakologi dan
penyakit mata penyakit mata 12.1.2.Menjelaskan aspek Terapeutik :
farmakologi obat antiinfeksi 1. dr. Sake Juli
topikal untuk mata Martina, SpFK
12.1.3. Menjelaskan aspek 2. dr. Siti ,Syarifah,
farmakologi obat sikloplegik M.Biomed
topikal untuk mata
12.1.4. Menjelaskan aspek
farmakologi obat untuk
glaucoma
12.1.5Menjelaskan aspek
farmakologi obat anestesi lokal
untuk mata
12.1.6 Menjelaskan aspek
farmakologi obat lubrikan
untuk mata
12.1.7 Menjelaskan aspek
farmakologi obat antiinflamasi
topikal untuk mata
12.1.8 Menjelaskan berbagai
metode pemberian obat pada
mata
Kelainan Refraksi- 17. Hypermetropia 38.1.Defenisi Hypermetropia Departemen Mata SSS1-K10 50’
1 38.2.Klasifikasi Hypermetropia 1. dr. Aryani
38.3.Penatalaksanaan Atiyatul Amra,
Hypermetropia M.Ked(Oph),
18. Myopia 39.1.Definisi Myopia SpM
39.2.Klasifikasi Myopia 2. dr.Bobby
39.3.Penatalaksanaan Myopia Ramses Erguna
Sitepu,
19. Astigmatisma 40.1.Definisi Astigmatisma M.Ked(Oph),
40.2.Klasifikasi Astigmatisma SpM
40.3.Penatalaksanaan Astigmatisma
20. Presbyopia 41.1.Definisi presbyopia
41.2.Klasifikasi Presbyopia
41.3.Penatalaksanaan Presbyopia
21. Anisometropia 42.1.Defenisi anisometropia
42.2.Klasifikasi anisometropia
42.3.Penatalaksanaan
anisometropia
22. Low vision 43.1.Defenisi low vision
43.2.Klasifikasi low vision
43.3.Penatalaksanaan low vision
Dep./ Kode
Pokok Bahasan Materi Specific Learning Objectives Waktu
Narasumber Tahapan
Kelainan Refraksi- 23. Lensa kontak 44.1.Defenisi Departemen Mata SSS1-K11 50’
2 44.2.Jenis 1. dr. Aryani
44.3.Pembagian Atiyatul Amra,
44.4.Indikasi M.Ked(Oph),
44.5.Kontraindikasi SpM
44.6.Perawatan 2. dr.Bobby
45. Bedah refraksi 45.1.Lasik Ramses Erguna
45.2.Clear Lens Extraction Sitepu,
45.3.Phakic IOL M.Ked(Oph),
45.4.Radial Keratotomy SpM
45.5.Photo-refractive Keratectomy
45.6.Keratoplasti lamellar
Vision and visual 46. Amblyopia 46.1.Definisi Departemen Mata: SSS1-K12 50’’
fields 46.2.Klasifikasi 1. dr. Aryani
46.3.Gejala Klinis Atiyatul Amra,
46.4.Penatalaksanaan M.Ked(Oph),
47. Strabismus 47.1. Definisi SpM
47.2. Klasifikasi 2. dr.Fithria Aldy,
47.3. Gejala Klinis M.Ked(Oph),
47.4. Penatalaksanaan SpM
Dep./ Kode
Pokok Bahasan Materi Specific Learning Objectives Waktu
Narasumber Tahapan
53.7.Komplikasi 2. Dr. dr. Masitha
53.8.Prognosa Dewi Sari,
M.Ked(Oph),
SpM(K)
Kelainan pada 54. Optik neuritis 54.1.Defenisi Departemen Mata : SSS1-K16 50’
retina dan vitreous 54.2.Klasifikasi 1. dr. Delfi,
54.3.Gambaran klinis M.Ked(Oph),
54.4.Penatalaksanaan SpM
54.5.Prognosa 2. dr. Vanda
55. Retinitis 55.1.Defenisi Virgayanti,
pigmentosa 55.2.Etiologi M.Ked(Oph),
55.3.Histopatologi SpM
55.4.Gambaran klinis
55.5.Pemeriksaan
55.6.Penatalaksanaan
56. Oklusi arteri 56.1.Defenisi
retina sentral 56.2.Faktor predisposisi
56.3.Gambaran klinis
56.4.Penatalaksanaan
57. Oklusi vena 57.1.Definisi
retina sentral 57.2.Etiologi
57.3.Faktor predisposisi
57.4.Gambaran klinis
57.5.Penatalaksanaan
58. Retinopati 58.1.Definisi
hipertensi 58.2.Etiologi
58.3.Faktor predisposisi
58.4.Gambaran klinis
58.5.Penatalaksanaan
59. Retinopati 63.1.Defenisi
diabetik 63.2.Klasifikasi
63.3.Patogenese
63.4.Gambaran klinis
63.5.Penatalaksanaan
60. Ablasio retina 64.1. Defenisi
64.2. Gambaran klinis
64.3. Klasifikasi
64.4. Penatalaksanaan
61. Perdarahan 61.1. Defenisi
vitreous 61.2. Etiologi
61.3. Gambaran klinis
61.4. Penatalaksanaan
Glaucoma 62. Glaucoma 62.1. Defenisi Departemen Mata : SSS1-K17 50’
62.2. Klasifikasi 1. Prof. dr. Aslim D
62.3. Etiologi Sihotang,SpM
62.4. Tanda-tanda dan gejala 2. Dr. dr. Masitha
62.5. Gambaran klinis Dewi Sari,
62.6. Diagnosa & Pemeriksaan M.Ked(Oph),
penunjang SpM(K)
62.7. Penatalaksanaan
62.8. Prognosis & Komplikasi
Dep./ Kode
Pokok Bahasan Materi Specific Learning Objectives Waktu
Narasumber Tahapan
Kelainan nutrisi-1 63. Xerophthalmia 63.1. Defenisi Departemen Mata : SSS1-K18 50’
63.2. Stadium 1. dr. Aryani
63.3. Tanda/gejala klinis Atiyatul Amra,
63.4. Faktor-faktor penyebab M.Ked(Oph),
63.5. Pencegahan dan SpM
penatalaksanaan 2. dr. Fithria Aldy,
63.6. Komplikasi M.Ked(Oph),
SpM
Kelainan Nutrisi-2 64. Defisiensi 64.1.Vitamin A and provitamin A Departemen Gizi : SSS1-K19 50’
Vitamin A 64.2.Absorption, transport, and 1. dr. Fitriyani
storage Nasution, SpGK
64.3.Metabolism and bioavailability 2. dr. Halomoan
64.4.Functions Hutagalung
64.5.DRI (dietary refferences
intakes)/AKG (angka
kecukupan gizi)
64.6.Sources
64.7.Deficiencies: primary and
secondary
64.8.Toxicity
64.9.Therapy and prevention
Patologi Anatomi 65. Kelainan Menjelaskan jenis – jenis kelainanan Departemen SSS1-K20 50’
pada kelainan Kongenital pada kongenital pada mata ( ocular Patologi Anatomi :
mata Mata albinism, retinitis pigmentosa, x- 1. dr. Causa Trisna
linked coloboma, dll) Mariedina,
66. Hubungan 66.1.Menjelaskan patogenesis M.Ked(PA)
Penyakit exophthalmus akibat hipertiroid 2. dr. T. Kemala
sistemik dengan 66.2.Menjelaskan patogenesis Intan, MPd,
kelainan pada diabetik retinopati M.Biomed
mata 66.3.Menjelaskan patogenesis
hipertensi retinopati
67. Penyakit Infeksi 67.1.Menjelaskan patogenesis
pada mata Conjunctivitis
67.2..Menjelaskan patogenesis
infeksi pada kornea akibat
Herpes simpleks
67.3.Menjelaskan patologi dan
morfologi perubahan kornea
akibat Herpes simpleks
68. Neoplasma 68.1.Menjelaskan patologi malignant
pada mata Melanoma
68.2.Menjelaskan patologi
Retinoblastoma
68.3.Menjelaskan patologi
metastatic intraocular dan
orbital
Kebutaan di 69. Preventive 69.1.Pencegahan penyakit infeksi Departemen IKK : SSS1-K21 50’
Indonesia opthalmology: mata 1. Dr. dr. Rina
69.2.Pencegahan amblyopia Amelia, MARS
69.3. Pencegahan cedera radiasi 2. Dr. dr. Juliandi
69.4. Pencegahan glaukoma Harahap, MA
69.5. Pencegahan hilangnya
penglihatan karena obat-
obatan
69.6. Pencegahan penyakit
metabolic dan genetik
69.7.Pencegahan xerophthalmia
Pokok Kode
Materi Specific Learning Objectives Dep. / Narasumber Waktu
Bahasan Tapan
SPECIAL SENSES 2
Lingkup Bahasan-1: Struktur organ pada sistem THT
Anatomi THT 1. Pembentukan & 1.1. Menjelaskan pembentukan & Departemen SSS2-K1 50’
perkembangan perkembangan (embriologi Anatomi :
organ telinga,hidung dan tenggook) 1. dr. Mega Sari
pendengar, Sitorus, M.Kes,
penghidu dan SpPA
pengecapan 2. dr. Lita
1.2. Menjelaskan gannguan Feriyawati,
Kelainan perkembangan (embriologi) M.Kes, SpPA
perkembangan berupa kelainan kongeintal organ
organ pendengaran, penghidu dan
pendengar, pengecapan.
penghidu dan
pengecapan
2. Jenis 2.1. Menjelaskan jenis pengecapan Departemen SSS2-K2 50’
pengecapan yang umum dan lain-lain Anatomi :
Lokasi 2.2. Menjelaskan lokasi pengecapan 1. dr. Mega Sari
pengecapan 2.3. Menjelaskan penyebaran Sitorus, M.Kes,
pengecapan SpPA
2.4. Menjelaskan saraf pengecapan 2. dr. Lita
2.5. Menjelaskan jenis pucuk Feriyawati,
pengecapan & spesifikasinya M.Kes, SpPA
3. Struktur anatomi 3.1. Menjelaskan besar daerah hidung
daerah tempat tempat pembauan
pembauan 3.2. Menjelaskan saraf pembauan
3.3. Menjelaskan lokasi &
penyebarannya
3.4. Menjelaskan bentuk pucuk
pembau
3.5. Menjelaskan pucuk pembau &
penyebarannya
Histologi 4. Telinga 4.1. Telinga luar (daun telinga, Departemen SSS2-K3 50’
audireseptor Meatusakustikus eksternus, Histologi :
Kelenjar seruminosa, Membrana 1. dr. Feby Yanti
timpani, Membrana shrapnel) Harahap,
4.2. Telinga tengah (Tuba auditiva ( M.Ked(PA),
Eustachii): foramen ovale,
SpPA
foramen rotundum, osikel
pendengar, Maleus, inkus , 2. dr. Esther RD
stapes) Sitorus,
4.3. Telinga dalam (labirinth, Utrikulus, M.Ked(PA),
Sakulus, Duktus semisirkularis, SpPA
Duktus dan sakus, Endolimfatikus,
Duktus Koklearis)
Lingkup Bahasan 2: Fisiologi THT
Fisiologi 5. Fungsi telinga 5.1. Menjelaskan fungsi daun telinga, Departemen Fisiologi SSS2-K4 50’
pendengaran bagian luar, liang telinga, membran tymphani, 1. dr. Selly
dan koordinasi tengah dan tulang pendengaran, koklea, Azmeila,
dalam. aparatus vestibularis. M.Ked(Oph),
3. Gelombang a. Menjelaskan panjang gelombang SpM
suara suara
b. Menjelaskan sifat gelombang
suara
Buku Panduan Mahasiswa
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 17
Pokok Kode
Materi Specific Learning Objectives Dep. / Narasumber Waktu
Bahasan Tapan
c. Menjelaskan warna suara / warna 2. dr. Milahayati
nada Daulay,
4. Lintasan a. Menjelaskan mekanisme M.Biomed.
persarafan perjalanan impuls dari telinga luar
sensoris telinga hingga ke otak.
(mekanisme
pendengaran).
5. Patofisiologi a. Menjelaskan terjadinya ketulian
ketulian serta klasifikasinya.
6. Sistem a. Menjelaskan tentang sistem Departemen SSS2-K5 50’
keseimbangan & keseimbangan & koordinasi Fisiologi:
koordinasi. b. Memahami mekanisme kerja 1. dr. Selly
organ keseimbangan. Azmeila,
c. Memahami patofisiologi terjadinya M.Ked(Oph),
motion sickness, nystagmus,
SpM
vertigo, meniere syndrome.
2. dr. Milahayati
Daulay,
M.Biomed.
Fisika 3. Telinga dan a. The outer, middle, inner Ear Departemen SSS2-K6 50’
Pendengaran Pendengaran b. Sel rambut dalam deteksi suara Fisiologi:
c. Sensitivity of the Ears 1. dr. Selly
3. Sound and a. The Hearing Mechanism Azmeila,
Hearing b. Sound Perception M.Ked(Oph),
4. Ears and a. The Ears SpM
Audiometry b. Audiometry 2. dr. Milahayati
c. Otoscopy Daulay,
5. Sound in a. Pendengaran ,Uji Pendengaran M.Biomed.
Medicine b. Akustik
(Suara dan
Telinga)
6. Mekanisme a. Jenis Teori, Teori Spatial
syaraf Temporal
pendengaran b. Jalur-Jalur Sistem Pendengaran
c. Penyandian Akustik
Fisiologi 7. Struktur dan a. Menjelaskan reseptor Departemen SSS2-K7 50’
pengecapan fungsi organ pengecapan dan pembagian Fisiologi :
dan penghidu pengecap. sensasi rasa 1. dr. Selly
8. Mekanisme a. Menjelaskan 3 saraf kranial yang Azmeila,
sensasi rasa berperan terhadap sensasi rasa : M.Ked(Oph),
N.VII, N.IX, N.X SpM
b. Menjelaskan sifat gelombang 2. dr. Milahayati
suara Daulay,
c. Menjelaskan mekanisme stimulasi
reseptor oleh zat berasa manis, M.Biomed.
asam, asin, pahit dan umami.
9. Struktur & lokasi a. Menjelaskan struktur & lokasi
reseptor reseptor penghidu : bulbus
penghidu. olfaktorius
10. Lintasan a. Menjelaskan mekanisme
persarafan penghidu
sensorik hidung
11. Hubungan a. Menjelaskan hubungan penghidu
dengan nafsu dengan selera makan melalui
makan hipotalamus.
Buku Panduan Mahasiswa
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 18
Pokok Kode
Materi Specific Learning Objectives Dep. / Narasumber Waktu
Bahasan Tapan
Kelainan pada 12. Penyakit 20.1. Menjelaskan tentang Definisi Departemen THT : SSS2-K8 50’
Telinga telinga luar: 20.2. Menjelaskan tentang Etiologi 1. dr. M. Pahala
20.3. Menjelaskan Patologi Hanafi, SpTHT-
Kelainan 20.4. Menjelaskan Gejala dan Tanda KL(K)
kongenital,mikrot Klinis 2. Dr. dr. Devira
ia,makrotia, 20.5. Menjelaskan Penatalaksanaan Zahara,
20.6. Menjelaskan Komplikasi M.Ked(ORL-
fistula HNS), SpTHT-
preaurikular, KL(K)
atresia liang
telinga,
Inflamasi
aurikula,
Perikondritis, Ot
hematoma
Benda asing
telinga,
Serumen prop,
Trauma
aurikular,
Tumor jinak
telinga luar
(Eksostose,
osteoma,
adenoma)
21. Infeksi liang 21.1. Menjelaskan tentang Definisi Departemen THT : SSS2-K9 50’
telinga: 21.2. Menjelaskan tentang Klasifikasi 1. dr Harry A.
Otitis eksterna, 21.3. Menjelaskan tentang Etiologi / Asroel, SpTHT-
Otomikosis faktor predisposisi KL(K)
21.4. Menjelaskan Gejala dan Tanda 2. dr. Indri
Herpes zoster Klinis Adriztina,
otikus, 21.5. Menjelaskan Pemeriksaan untuk M.Ked(ORL-
Menegakkan Diagnosis HNS), SpTHT-
21.6. Menjelaskan Penatalaksanaan KL
22. Fraktur temporal 22.1. Menjelaskan tentang Definisi
22.2. Menjelaskan tentang Etiologi
22.3. Menjelaskan tentang Klasifikasi
22.4. Menjelaskan Gejala dan Tanda
Klinis
22.5. Menjelaskan Pemeriksaan untuk
Menegakkan Diagnosis
22.6. Menjelaskan Penatalaksanaan
Pokok Kode
Materi Specific Learning Objectives Dep. / Narasumber Waktu
Bahasan Tapan
23. Infeksi telinga 23.1.Menjelaskan tentang Definisi Departemen THT : SSS2-K10 50'
tengah: 1. Prof. dr.
Otitis Media Akut 23.2. Menjelaskan Etiologi Askaroellah
(OMA), 23.3. Menjelaskan Stadium dan Aboet, SpTHT-
Klasifikasi KL(K)
abses bezold 23.4. Menjelaskan Gejala 2. dr. Harry A.
23.5. Menjelaskan Perjalanan penyakit Asroel, SpTHT-
Otitis Media 23.6. Menjelaskan tentang Diagnosis KL(K)
Serosa Banding
23.7. Menjelaskan tentang pemeriksaan
Otitis Media untuk Menegakkan Diagnosis
Supuratifa Kronis 23.8. Menjelaskan tentang Terapi
(OMSK),
mastoiditis,
Miringitis bulosa,
perforasi
membran
timpani
Kelainan pada 24. Penyakit telinga 24.1.menjelaskan tentang Definisi Departemen THT : SSS2-K11 50’
telinga dalam: 24.2.menjelaskan tentang Etiologi / 1. Prof.dr.
Timpanosklerosi faktor predisposisi Askaroellah
s, Aboet, SpTHT-
24.3. menjelaskan patogenesa/ Patologi
KL (K)
24.4. menjelaskan Gejala dan tanda
Otosklerosis, 2. Dr. dr.Devira
klinis
24.5. menjelaskan cara mendiagnosis Zahara,
Labirinitis M.Ked(ORL-
24.6. menjelaskan Penatalaksanaan
HNS), SpTHT-
Trauma telinga KL(K)
Coronavirus
27. Bakteri penyebab 27.1.Menjelaskan penyakit yang
infeksi pada THT: disebabkan & gambaran klinis
Pokok Kode
Materi Specific Learning Objectives Dep. / Narasumber Waktu
Bahasan Tapan
Pseudomonas, 27.2.Menjelaskan patogenesis & faktor
Staph. aureus, virulensi
Strep. pyogenes,
Strep.pneumonia 27.3. Menjelaskan cara penularan dan
e, H.influenzae, pencegahan
Infeksi anaerob : 27.4. Menjelaskan diagnosa
Fusobacterium, laboratorium
Kleb. ozaenae, 27.5. Menyebutkan terapi& pencegahan
Mor. Catarrhalis
28. Jamur penyebab 28.1. Menjelaskan pathogenesis &
infeksi pada THT: gambaran klinis
Candida, 28.2. Menyebutkan terapi
Rhinosporidiosis
Farmakologi 29. Obat yang 29.1. Menjelaskan aspek farmakologi Departemen SSS2- 1x50’
Obat pada digunakan pada antiinfeksi topikal pada telinga Farmakologi dan K14
Telinga gangguan telinga 29.2. Menjelaskan aspek farmakologi Terapeutik :
obat antiinflamasi pada telinga 1. Dr.rer.medic.,
29.3. Menjelaskan aspek farmakologi dr. M. Ichwan,
obat untuk melunakkan serumen MSc
29.4. Menjelaskan cara pemberian obat 2. Prof. Dr. dr.
topikal pada telinga Rozaimah Z.
Hamid, MS,
SpFK
Pendengaran 30. Pemeriksaan 30.1 Menjelaskan tentang Definisi Departemen THT : SSS2- 50’
dan pendengaran 26.2. Menjelaskan tentang Etiologi / 1. Prof. Dr. dr. K15
Keseimbangan dan faktor predisposisi Tengku. Siti
keseimbangan: Hajar Haryuna,
26.3. Menjelaskan patogenesa/ Patologi
Garpu penala, SpTHT-KL(K)
26.4. Menjelaskan Gejala dan tanda
test berbisik dan klinis 2. Dr. dr. Yuliani
26.5. Menjelaskan cara mendiagnosis Lubis, SpTHT-
Audiometri, KL
26.6. Menjelaskan Penatalaksanaan
Pemeriksaan
timpanometri,
Menjelaskan
tes- tes
keseimbangan
dan koordinasi
31. Gangguan 31.1. Menjelaskan tentang Definisi Departemen THT : SSS2-K16 50’
Pendengaran 31.2. Menjelaskan tentang Etiologi / 1. dr.Adlin Adnan,
dan faktor predisposisi SpTHT-KL(K)
31.3. Menjelaskan patogenesa/ Patologi 2. Prof. Dr. dr.
Keseimbangan:
31.4. Menjelaskan Gejala dan tanda Tengku Siti
Tuli konduktif, Hajar Haryuna,
sensorineural, klinis
SpTHT-KL(K)
31.5. Menjelaskan cara mendiagnosis
Acute Acoustic 31.6. Menjelaskan Penatalaksanaan
trauma,
Noise induced
hearing loss
Motion sickness
Menier’s
disease
Neuritis
vestibuler
Pokok Kode
Materi Specific Learning Objectives Dep. / Narasumber Waktu
Bahasan Tapan
Facial palsy or
paralisis
Neuroma akustik
Kelainanpada 32. Kelainan pada Departemen THT: SSS2-K17 50’
Hidung Hidung-1: 32.1 Menjelaskan tentang Definisi 1. dr.Ferryan
a. Menjelaskan tentang Etiologi / Sofyan, MKes,
Kelainan pada faktor predisposisi SpTHT-KL
hidung luar: 2.dr.Siti Nursiah,
b. Menjelaskan patogenesa/ Patologi
Vestibulitis SpTHT-KL(K)
c. Menjelaskan Gejala dan tanda
Furunkulosis klinis
d. Menjelaskan cara mendiagnosis
Kelainan pada e. Menjelaskan Penatalaksanaan
rongga hidung :
Rinitis Akut&
Rinitis kronik
Benda asing di
hidung
33. Kelainan pada – 33.1 Menjelaskan tentang Definisi Departemen THT : SSS2-K18 50’
Hidung-2: 33.2.Menjelaskan tentang Etiologi / 1. Dr. dr. Andrina
Polip hidung, faktor predisposisi YM Rambe,
SpTHT-KL
33.3.Menjelaskan patogenesa/ Patologi
Kelainan 2. dr. Ferryan
septum/deviasi 33.4.Menjelaskan Gejala dan tanda Sofyan, MKes,
septum, klinis Sp.THT-KL(K)
33.5.Menjelaskan cara mendiagnosis
Epistaksis, 33.6.Menjelaskan Penatalaksanaan
Rinosinusitis
Akut,
Ethmoiditis akut,
Rinosinusitis
kronis
Onkologi 34. Tumor ganas 34.1 Definisi Departemen THT : SSS2-K19 50’
Laring 34.2 Etiologi dan faktor predisposisi 1. dr. Ashri
34.3 Gejala dan tanda klinis Yudhistira,
SpTHT-KL(K)
34.4 Cara menegakkan diagnosa
2. dr. Rizalina A.
34.5 Penatalaksanaan Asnir, SpTHT-
34.6 Komplikasi KL(K)
Pokok Kode
Materi Specific Learning Objectives Dep. / Narasumber Waktu
Bahasan Tapan
35.5.Menjelaskan tentang Patologi
tumor ganas hidung dan sinus
paranasal
35.6.Menjelaskan tentang Stadium
tumor ganas hidung dan sinus
paranasal
35.7.Menjelaskan bagaimana
mendiagnosis tumor ganas hidung
dan sinus paranasal
35.8.Menjelaskan Penatalaksanaan
tumor ganas hidung dan sinus
paranasal
35.9.Menjelaskan Prognosis tumor
ganas hidung dan sinus paranasal
Radiologi pada 36. Radiologi pada 36.1.Radiologi pada sistem Departemen SSS2-K20 50’
sistem sistem penginderaan khusus Radiologi :
penginderaan penginderaan 1. dr.Netty D. Lubis,
khusus SpRad
khusus
2. dr. Elvita Rahmi
Daulay,
M.Ked(Rad),
SpRad
Alergi 37. Rinitis Alergi 37.1 Menjelaskan definisi rinitis alergi Departemen THT: SSS2-K21 50’
a. Menjelaskan klasifikasi rinitis 1. dr.Yuritna
alergi Haryono,SpTHT-
b. Menjelaskan sumber alergen KL(K)
c. Menjelaskan patogenesis rinitis 2. Prof. Dr. dr.
alergi Delfitri Munir,
d. Menjelaskan cara mendiagnosa SpTHT-KL (K)
rinitis alergi
e. Menjelaskan tes alergi
f. Menjelaskan penatalaksanaan
rinitis alergi
Kelainan pada 38. Infeksi pada 38.1 Menjelaskan tentang Definisi Departemen THT : SSS2-K22 50’
faring& laring faring, adenoid a. Menjelaskan tentang Etiologi / 1. Dr. dr.Yusa
&tonsil: faktor predisposisi Herwanto,
Faringitis Akut M.Ked(ORL-
b. Menjelaskan patogenesa/ Patologi
Faringitis Kronis c. Menjelaskan Gejala dan tanda HNS), SpTHT-
Faringitis Spesifik KL(K)
klinis
2. dr. Linda
d. Menjelaskan cara mendiagnosis
Tonsilitis akut I.Adenin,SpTHT-
e. Menjelaskan Penatalaksanaan
Tonsilitis kronis KL
Tonsilitis
membranosa
Indikasi
tonsilektomi
dan
adenoidektomi
Hipertropi
adenoid
Pokok Kode
Materi Specific Learning Objectives Dep. / Narasumber Waktu
Bahasan Tapan
39. Aspirasi 39.1 Menjelaskan definisi
a. Menjelaskan etiologi
b. Menjelaskan gejala dan tanda
c. Menjelaskan pemeriksaan
d. Menjelaskan penatalaksanaan
Trakheitis
43. Medial & lateral 43.1 Definisi
branchial cyst & 43.2 Etiologi dan faktor predisposisi
fistula, 43.3 Patogenesis / Patologi
43.4 Gejala dan tanda klinis
higroma kistik,
43.5 Diagnosa / Diagnosa banding
tortikolis, 43.6 Penatalaksanaan
kista,
goiter
44. Penyakit 44.1 Definisi Departemen THT: SSS2-K25 50’
esofagus: benda 44.2 Etiologi dan faktor predisposisi 1. dr.Arfiza Putra
asing, 44.3 Patogenesis / Patologi Saragih, SpTHT-
KL(K)
44.4 Gejala dan tanda klinis
corrosive 2. dr. Linda I. Adenin,
lession, 44.5 Diagnosa dan Penatalaksanaan SpTHT-KL
Pokok Kode
Materi Specific Learning Objectives Dep. / Narasumber Waktu
Bahasan Tapan
reflux esofagitis,
akalasia,
ruptur esofagus
Farmakologi 47. Obat yang 47.1. Menjelaskan aspek farmakologi Departemen SSS-K26 50’
obat pada digunakan pada nasal decongestant Farmakologi dan
hidung, dan gangguan 47.2. Menjelaskan aspek farmakologi Terapeutik:
tenggorok antialergi topikal pada hidung 1. Dr.rer.medic.
hidung
dr.M.Ichwan,
48. Obat yang 48.1. Menjelaskan aspek farmakologi M.Sc
digunakan antiseptik pada tenggorok. 2. Dr.dr.Yunita
tenggorok Sari Pane, M.Si
OUTLINE PRAKTIKUM
No. Uraian Praktikum Kode Tahapan Jam Departemen
Special Senses 1
Praktikum 1 Anatomi mata SSS1-Pr1 3 x 50’ Anatomi
Praktikum 2 Sistem fotoreseptor SSS1-Pr2 3 x 50’ Histologi
Praktikum 3 Agonis dan supra agonis SSS1-Pr3 3 x 50’ Farmakologi dan
Terapeutik
Special Senses 2
Praktikum 1 Anatomi telinga SSS2-Pr1 3 x 50’ Anatomi
Praktikum 2 Audiometer/Percobaan Melde SSS2-Pr2 3 x 50’ Fisiologi
Praktikum 3 Sistem audioreseptor SSS2-Pr3 3 x 50’ Histologi
Praktikum 4 Faal indra khusus SSS2-Pr4 3 x 50’ Fisiologi
Praktikum 5 Kajian polifarmasi : interakasi obat SSS2-Pr5 3 x 50’ Farmakologi dan
pada sistem spesial sense Terapeutik
Special Senses 2
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Penyakit Telinga, SSS2-SL1 3 x 50’ Ruang skills
Hidung dan Tenggorok lab
Keterampilan Klinik Pemeriksaan Fisik Leher SSS2-SL2 3 x 50’ Ruang skills
lab
BAHASA INDONESIA
Pokok bahasan Kode Tahapan
Ragam Wacana Narasi BHP-IND-K11
Lanjutan dalam bentuk tugas BHP-IND-K12
Sistematika Karangan Ilmiah BHP-IND-K13
Lanjutan dalam bentuk tugas BHP-IND-K14
Lanjutan dalam bentuk tugas BHP-IND-K15
BAHASA INGGRIS
Pokok bahasan Kode Tahapan
Writing a Paragraph in Expository Form BHP-ENG-K11
General Review BHP-ENG-K12
Writing an Abstract BHP-ENG-K13
Writing an Essay of Three or Five Paragraph BHP-ENG-K14
Doing a Presentation Based on a Longer Outline BHP-ENG-K15
VI. REFERENSI
Buku Teks
Ballenger 1994
Dhingra 2008
BLOK PENDUKUNG
COMMUNITY RESEARCH PROGRAM 5
Pemutaran film bertujuan memberikan wawasan dan gambaran mengenai luasnya lingkup Blok Special
Senses System dan membangkitkan minat mahasiswa untuk memahami blok ini.
KULIAH
Kuliah hanya bertujuan untuk memberikan konsep dasar dalam memahami materi-materi yang
berhubungan dengan special senses, sehingga akan memudahkan mahasiswa dalam membaca buku
teks, dan referensi lainnya. Kuliah tidak bertujuan untuk memberikan isi keseluruhan dari materi, dengan
demikian kepada mahasiswa diwajibkan untuk membaca referensi yang dianjurkan.
Metode pembelajaran ini bertujuan untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam belajar mandiri,
menentukan materi pembelajaran, mencari informasi sesuai dengan kebutuhannya, mengasah
keterampilan berfikir kritis (critical thinking) melalui masalah yang relevan dengan keadaan sebenarnya
yang diberikan dalam pemicu, serta mengkomunikasikannya secara efektif dalam diskusi maupun
presentasi.
Kegiatan PBL pada blok ini terdiri dari lima kasus, setiap kasus didiskusikan dalam dua kali pertemuan
diskusi dan diakhiri dengan satu kali pertemuan pleno.
BELAJAR MANDIRI
Agar lingkup materi dapat dikuasai dengan baik, pada saat melaksanakan kegiatan belajar mandiri,
mahasiswa diharapkan melaksanakan proses belajar dengan tahapan sebagai berikut :
1. Mengkaji lingkup bahasan dengan membaca referensi yang dianjurkan, karena kuliah pada hakikatnya
hanya memberikan konsep dasar dari materi, dan pertemuan tutorial akan memicu mahasiswa untuk
mengintegrasikan pemahaman konsep dalam menyelesaikan masalah.
2. Mencari dan mempelajari materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran di perpustakaan, dapat
berupa handout, buku teks, jurnal ilmiah, CD-ROM, atau informasi dari sumber terpercaya di internet.
3. Diskusi dengan narasumber apabila diperlukan.
PRAKTIKUM
Praktikum dilaksanakan di laboratorium Anatomi, Histologi, Fisika, Biokimia, Farmakologi, Patologi
Anatomi, dan Patologi Klinik sesuai jadwal kegiatan
Mahasiswa dibagi dalam 10 (sepuluh) kelompok yang terdiri dari 45 mahasiswa per kelompok, yang akan
dibimbing oleh seorang staf pengajar.
Sebelum praktikum akan dilakukan quiz untuk mengukur kesiapan mahasiswa dalam melaksanakan
praktikum.
RUANG KULIAH
Kuliah dilaksanakan secara daring (online)
1. Diskusi dilaksanakan di ruang-ruang berikut
RUANG PRAKTIKUM
Praktikum dilaksanakan di laboratorium:
- Departemen Anatomi
- Departemen Fisiologi
- Departemen Histologi
- Departemen Biokimia
- Departemen Farmakologi
- Departemen Patologi Klinik
SKILLS LAB.
Kegiatan skills lab. dilaksanakan akan direncanakan secara daring (online)
Ujian mid dan final term merupakan ujian tulis berbentuk pilihan berganda (multiple choice
questions) yang terdiri dari materi perkuliahan dan tutorial.
Proses tutorial dinilai oleh setiap fasilitator terhadap kinerja dan kompetensi yang diperlihatkan
oleh setiap mahasiswa selama proses tutorial berlangsung.
2. Blok Pendamping
Komponen evaluasi pembelajaran mahasiswa pada blok pendamping terdiri dari:
Komposisi ini akan berubah apabila dosen yang bersangkutan memberikan tugas dengan bobot
maksimal 20%.
KETENTUAN UJIAN
Setiap mahasiswa harus mematuhi Buku Panduan Akademik. Ketentuan ujian adalah sebagai
berikut:
1. Kehadiran minimal kegiatan kuliah 80%, tutorial 80%, pleno pakar 80%, dan praktikum 100%.
2. Apabila berhalangan hadir dalam proses kegiatan akademik tersebut, mahasiswa harus
menyerahkan surat pemberitahuan (izin atau keterangan sakit dari dokter) kepada Divisi SDM
Medical Eduation Unit (MEU) dan menyimpan sendiri satu kopi serta surat tanda terima dari Divisi
SDM sebagai arsip pribadi seandainya diperlukan sesewaktu.
3. Ketentuan bagi mahasiswa yang tidak memenuhi kehadiran minimal tanpa pemberitahuan:
A. Mahasiswa tidak berhak mengikuti ujian.
B. Mahasiswa tidak berhak mengikuti ujian remedial pada semester berjalan.
C. Ujian remedial hanya dapat diikuti pada semester bersangkutan tahun akademik berikutnya:
remedial semester ganjil dilakukan pada semester ganjil dan remedial semester genap pada
semester genap tahun akademik berikutnya.
4. Ketentuan bagi mahasiswa yang berhalangan mengikuti ujian pada jadwal reguler dengan alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan:
A. Mahasiswa bersangkutan harus menyerahkan surat pemberitahuan (izin atau keterangan
sakit dari dokter) kepada Divisi Assessment MEUdan menyimpan sendiri satu kopi surat
tersebut sebagai arsip seandainya diperlukan sesewaktu.
B. Mahasiswa pada poin A boleh mengikuti ujian pada jadwal remedial semester berjalan.
C. Mahasiswa yang tidak mengikuti ujian tanpa keterangan akan diberi nilai NA dan tidak
berhak mengikuti ujian remedial pada semester berjalan.
D. Mahasiswa pada poin C hanya dapat mengikuti ujian remedial pada semester bersangkutan
tahun akademik berikutnya.
5. Ketentuan ujian remedial dan grand remedial:
A. Mahasiswa yang berhak mengikuti ujian remedial pada semester berjalan adalah
mahasiswa yang tidak lulus (nilai D dan E) yang kehadirannya pada kegiatan akademik
cukup, atau mahasiswa yang berhalangan mengikuti ujian pada jadwal reguler dengan surat
keterangan (izin atau sakit).
B. Mahasiswa yang lulus dengan nilai C dan C+ hanya boleh mengikuti ujian remedial satu
kali, yakni pada semester berikutnya atau pada saat grand remedial.
C. Nilai maksimal yang diperoleh melalui ujian remedial adalah B.
D. Ujian grand remedial berlangsung pada semester ganjil.
Syarat mengikuti OSCE: Mahasiswa harus mengikuti seluruh kegiatan skills lab yang dijadwalkan
dan apabila tidak, harus menggantinya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
NILAI KELULUSAN
Nilai kelulusan untuk setiap CSP (Clinical Skills Program) adalah nilai A (> 80) untuk semua
keterampilan yang diujikan dan jika tidak mencapai nilai tersebut, mahasiswa diberikan kesempatan
untuk mengikuti ujian remedial.
1. Mahasiwa yang mendapatkan nilai < 80 pada station tertentu wajib mengikuti ujian remedial pada
station tersebut.
2. Ujian remedial akan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan (lebih kurang dalam
waktu 1 minggu setelah ujian OSCE).
3. Sebelum melaksanakan ujian remedial, mahasiswa diberi kesempatan untuk berlatih kembali di
ruang skills lab.
4. Yang akan menguji pada ujian remedial adalah penguji pada ujian OSCE yang akan ditentukan
jadwalnya.
5. Bila mahasiswa gagal lagi dalam ujian remedial, maka mahasiswa tersebut mengulang kembali
ujian OSCE pada station yang gagal di blok yang bersangkutan, pada tahun berikutnya & wajib
lapor ke divisi skills lab.
6. Apabila mahasiswa tidak hadir pada saat pelaksanaan OSCE oleh karena alasan yang dapat
dibenarkan.
PENUNTUN PRAKTIKUM
Praktikum I :
MATA :
§ Menjelaskan dan mempelajari tulang tulang yang membentuk orbita
v Os frontalis
v Os sphenoidalis
v Os zygomaticus
v Os maxillaris
v Os ethmoidalis
v Os lacrimalis
§ Menjelaskan dan mempelajari lobang-lobang pada orbita serta alat yang melewatinya
v Foramen opticum
v Fissura orbitalis superior
v Fissura orbitalis inferior
§ Menjelaskan dan mempelajari otot-otot mata : origo, insertio, functie serta persarafan
§ Menjelaskan alat-alat yang mengisi cavum orbitalis
§ Menjelaskan dan mempelajari struktur orbita
v Bentuk
v Ukuran
v Letak
v Lapisan
v Fungsi
v Conjunctiva
v Palpebra
v Iris
v Choroidea
v Corpus vitreus
v Aquous humor
v Sclera
v Retina
§ Menjelaskan dan mempelajari vascularisasi alat extra bulbar dan intra bulbar
§ Menjelaskan dan mempelajari innervasi alat extra bulbar dan intra bulbar sensorik dan
motorik
§ Menjelaskan dan mempelajari gld. lacrimalis, struktur, lokasi, vascularisasi, innervasi serta
aliran lacrima
KEPUSTAKAAN :
PRAKTIKUM XVIII
EYE
Gambar 1
Cornea (SS-2)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________
5. _____________________________________
Deskripsi gambar 1
No. Perihal Deskripsi
1. Struktur epitel anterior
2. Struktur membran Bowmann
3. Struktur stroma
5. Struktur endotel
Gambar 2
Sclera (SS-2)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 2
No. Perihal Deskripsi
1. Jenis sel
2. Matriks dan serabut
Gambar 3
Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 3
No. Perihal Deskripsi
1. Matriks
2. Vaskular
3. Muskulus ciliaris
4. Zonula
(Suspensory ligament)
5. Jenis epitel
Gambar 4
Iris (SS-2)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 4
2. Matriks stroma
Gambar 5
Retina (SS-2)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 5
No. Perihal Deskripsi
1. Jumlah lapisan
2. Struktur lapisan terluar
3. Struktur lapisan tengah
4. Struktur lapisan dalam
Gambar 6
Lens (SS-2)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 6
No. Perihal Deskripsi
1. Struktur kapsul
2. Struktur epitel sub kapsular
3. Struktur serat lensa
4.
Suspensory ligament
Gambar 7
Palpebra (SS-3)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 7
oleh
Pengamatan Tetesi mata kanan kelinci dengan 3 tetes larutan atropin dan mata kiri dengan 3
tetes larutan adrenalin (dilakukan pada waktu yang bersamaan). Perhatikan
efeknya (di isi pada lembaran pengamatan)
Sepuluh menit kemudian teteskan pada mata kanan 3 tetes larutan adrenalin dan
mata kiri 3 tetes larutan adrenalin. Perhatikan efeknya efeknya (di isi pada
lembaran pengamatan). Jadi pada mata kanan diberikan larutan atropin dan
lautan adrenalin, sedang mata kiri larutan adrenalin saja.
Catatlah hasil pengamatan Saudara pada kertas lampiran. Dari hasil pengamatan
ini (terutama yang dilihat adalah perobahan diameter pupil) Saudara akan dapat
menarik kesimpulan tentang efek kombinasi atropin & adrenalin ini (bandingkan
efek pada oculi sinistra dan oculi dextra).
Pelaporan Laporan praktikum dibuat oleh tiap grup/meja praktikum untuk tiap bentuk
sediaan yang ditugaskan dan mendata waktu kecepatan kelarutan untuk tiap
pengamatan dari tiap bentuk sediaan yang dicoba, seperti aturan pembuatan
makalah (lihat tata tertib praktikum)
Catatan Atropin:
Adalah anti muskarinik pada system kholinergik dengan aksi farmakologi pada
mata menimbulkan midriasis (pelebaran pupil).
Adrenalin :
Suatu katekoamin (merupakan simpatomimetik amin), dengan aksi
farmakologi : pada mata menimbulkan midriasis (pelebaran pupil).
Pandangan Klinik : Efek interaksi obat-obatan dikenal 2 macam yaitu :
Sinergisme & Antagonisme. Sinergisme berasal dari kata Yunani “SYN” yang
berarti bersama dan “ERGON”. Yang berarti kerja.
Antagonisme, berasal dari kata Yunani “ANTI” yang berarti melawan. Apabila 2
(dua) atau lebih obat diberikan bersamaan maka ada 2 kemungkinan :
I. Sinergisme Positif :
Obat bekerja sama dalam arti menguntungkan.
II. Sinergisme Negatif :
Antagonisme, kerja obat saling merugikan.
Potensial :
Dimaksudkan penambahan obat B menambah kerja obat A. Dalam hal
ini obat B sendiri tidak mempunyai kerja dimaksud.
Contoh : Penelitian dipotensiasi oleh benemid. Benemid sendiri tidak
memepunyai efek antibakteri. Fenilbutazon mempotensiasi efek
hipoglikemik sulfonilurea.
Bila obat B mempunyai kerja yang sama dengan obat A, maka kita sebut bahwa
obat B menyebabkan supra-addisi terhadap obat A. Ini hanya perjanjian untuk
istilah yang digunakan di bagian Farmakologi. Dalam buku-buku seringkali istilah
tersebut bercampur aduk.
II. Sinergisme Negatif atau Antagonisme
Gabungan obat kita sebut antagonistik efek gabungan kurang dari jumlah
aljabar masing-masing obat, jadi bila : γ (gamma) lebih kecil dari α (alfa) + β
(beta).
A. Antagonisme kompetitif
Apabila obat tersebut bergabung pada reseptor yang sama. Efek berkurang bila
obat yang satu lebih lemah, atau sama sekali tidak menyebabkan terjadinya efek.
Antagonisme kompetitif ini disebut juga antagonisme farmakologik.
B. Antagonisme Non kompetitif
Termasuk dalam pengertian ini
1. Antagonisme Kimiawi :
Zat menjadi tidak aktif karena gabungan kimiawi.
Contoh : Protamin dengan Heparin
Tetrasiklin dengan antasida aluminium
2. Antagonisme Faali (antagonisme fisiologik)
Obat yang menyebabkan konstriksi bronchus (histamin)
dengan obat yang menyebabkan pelebaran bronchus
(adrenalin).
Dua obat yang kerjanya bertentangan pada satu organ yang sama. Obat
perangsang susunan syaraf pusat, seperti obat tidur dengan kopi.
Kedua obat tersebut masing-masing bekerja pada reseptor yang berbeda pada
organ yang sama. Dari hal-hal di atas maka pada pemberian obat-obat dalam
pengobatan haruslah diperhatikan akan kemungkinan adanya kerja kombinasi
dari obat-obat yang diberikan.
(........................................)
Buku Panduan Mahasiswa
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 55
KEPUSTAKAAN :
EAR
TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati struktur telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Sediaan jaringan :
No. Perihal Kode Sediaan
1. Auricula
Auricle
2. Meatus acusticus externus SS – 4
3. Corti
Organ of Corti
Gambar 1
Auricle (Auricula)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________
5. _____________________________________
Deskripsi gambar 1
Gambar 2
Meatus Acusticus Externus (SS-4)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 2
No. Perihal Deskripsi
1. Jenis epitel
2. Jenis kelenjar
Gambar 3
Organ of Corti
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 4
No. Perihal Deskripsi
1. Struktur hair cells
PERCOBAAN
PENDENGARAN
Percobaan 1 : Ketajaman pendengaran.
Sumbatlah sebelah telinga saudara dengan kapas dan periksalah ketajaman
pendengaran masing-masing telinganya sekarang, berdasarkan berapa jarak yang terbesar
masih dapat terdengar bunyi yang tetap umpamanya bunyi alroji tangan.
Jarak ini memberi ukuran untuk ketajaman pendengaran. Beda jarak untuk telinga
disumbat dengan telinga yang tak disumbat menjadi ukuran untuk ketulianbuatan yang
diakibatkan oleh sumbatan kapas tadi.
Percobaan. 5. Masking
Suruhlah seorang praktikan membaca buku. Setelah membaca beberapa kalimat,
adakanlah suara bising yaitu dengan mempergunakan sebuah kotak-kotak yang berisi batu-bati
kecil (seikat anak kunci) didekat telinganya. Intensitas suaranya membaca buku tadi akan
bertambah dengan adanya suara bising ini. hal ini tidak akan terjadi pada seotang yang tuli.
Percobaan ini dipakai untuk menentukan apakah seseorang itu memang betul-betul tuli ataukah
dibuat-buat(pura-pura/bohong).
A’
50 -
40 -
30 -
20 -
B
10 -
PENGECAPAN
Larutan larutan yang dipergunakan :
1. 5% gula tebu
2. 1% quinine disulphate
3. 2% citric acid
4. 5% sodium chlorida
Rasa bahan-bahan ini manis, pahit, asam dan asin. Lidah praktikan keringkan dulu dengan kertas
penghisap dan letak reseptor untuk tiap macam pengecapan tadi ditentukan dengan meletakkan
setetes larutan-larutan itu pada berbagai-bagai bagian dari lidah dengan pertolongan ujung
sebuah batang gelas. Gambarkan bagian dari lidah dan beri tanda tempat-tempat dimana kita
merasai pengecapan tertentu. Keringkanlah lidah dan letakkan pada tempat yang peka terhadap
manis sebuah kristal gula yang kering. Apakah memberi sesuatu rasa:
PENCIUMAN
Sejumlah botol tertentu berisi bahan-bahan yang berbau. Tentukanlah waktu berapa lama
botol-botol itu harus didekatkan ke hidung supaya:
a. mencium bau
b. mengenal bau
Cobalah membagi-bagi bau kedalam beberapa golongan.
Bernafaslah dari botol yang berisi ammonia yang encer beberapa menit. Perhatikan
adanya kelelahan perasaan (fatique of sensation). Apabila perasaan itu seluruhnya lelah, cobalah
kepekaannya terhadap bau yang lain. Apakah kelelahan olfactory spesifik?
PERCOBAAN
PENDENGARAN, PENGECAPAN DAN PENCIUMAN
_______________________________
Observation Sheet.
Buku Rancangan Pengajaran
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 62
PERCOBAAN
PENDENGARAN, PENGECAPAN DAN PENCIUMAN
Nama/stb :
Tkt./Fak. :
Group/Meja :
Tanggal :
5. Masking
Subjek
Masking effek : threshold pendengaran naik Ya / tidak
6. Gambarkan kurva audiogram normal
pengecapan
Subjek :
No. Bahan Rasa
5% gula tebu
1. Manis Ya / Tidak
1% quinie disulphate
2. 2% citric acid Pahit Ya / Tidak
5% sodium sulphate
3. Asam Ya / Tidak
4 Asin Ya / Tidak
Penciuman
Subjek
a. NH4OH : mencium bau detik
mengenal bau detik
Ether : mencium bau detik
: mengenal bau detik
b. Ber nafaslah dari botol yang berisi
ammonia encer beberapa menit, maka
diperoleh fatique of sensation
c. Setelah perasaan seluruhnya lelah, Ya / tidak
Instruktur I
Instruktur II
Total
Oleh
Pelaporan Laporan praktikum dibuat oleh setiap grup/meja praktikum dalam bentuk
makalah yang diketik berisi mengenai :
- farmakologi masing-masing sediaan obat
- keuntungan dan kerugian dalam bentuk sediaan yang digunakan
- kajian ada atau tidaknya interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik
pada resep polifarmasi obat system spesial sense.
INTERAKSI FARMAKOKINETIK
INTERAKSI FARMAKODINAMIK
Seandainya dalam suatu resep polifarmasi dijumpai 3 item ( A, B, C), maka ditentukan
pengkajian interaksi antara masing-masing obat sbb:
B ●
C ● ●I
A B C
EDITOR :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
Buku Rancangan Pengajaran
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 70
I. PENDAHULUAN
Sesuai dengan pemetaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi FK USU, kegiatan Clinical
Sklills Lab untuk mahasiswa semester 5 dilaksanakan pada blok Sistem Genitourinary, Sistem
Gastro Intestinal dan Sistem Special Sense.
Salah satu keterampilan klinik yang menjadi kompetensi seorang dokter sesuai dengan
Standar Kompotensi Dokter Indonesia (SKDI) adalah keterampilan klinik yang akan diajarkan
pada blok Sistem Special Sense ini. Kepada mahasiswa semester 5 akan diajarkan tiga (3) jenis
keterampilan klinis pada blok Sistem Special Sense. Keterampilan klinik yang akan diajarkan pada
mahasiswa adalah keterampilan untuk melakukan :
1. History taking penyakit mata yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
dan pemeriksaan visus.
2. History taking penyakit yang berhubungan dengan THT dan pemeriksaan fisik telinga,
hidung, rongga mulut, faring dan laring
3. Pemeriksaan fisik leher.
II. TUJUAN
SSS.1- SL 1
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN MENGENAI PENYAKIT MATA
YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENURUNAN TAJAM PENGLIHATAN DISERTAI
KETERAMPILAN KLINIK PEMERIKSAAN VISUS
Rodiah Rahmawaty Lubis, T Siti Harilza Zubaidah, Fithria Aldy
I. PENDAHULUAN
Pada minggu ini mahasiswa dilatih untuk melakukan keterampilan komunikasi dokter-pasien
untuk penyakit mata yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan.
Seorang dokter harus mampu mengkolaborasi keterangan penderita yang paling signifikan
untuk ditetapkan sebagai keluhan utama. Ada beberapa pertanyaan yang harus diingat pada
komunikasi dokter-pasien dalam mengkolaborasi keluhan penderita agar hasilnya sesuai dengan
yang diharapkan.
Pertanyaan tesebut meliputi :
- Onset.
- Location (lokasi).
- Duration (durasi).
- Character (karakter).
- Aggravating/Alleviating Factors ( Faktor-faktor yang memperberat atau mengurangi
gejala).
- Radiation (penyebaran).
- Timing (waktu).
Kata-kata tersebut dapat disingkat sehingga mudah diingat yaitu: OLD CARTS atau:
- Onset.
- Palliating/Provocating Factors ( faktor-faktor yang mengurangi atau memprovokasi
gejala).
- Quality (kualitas).
- Radiation (penyebaran).
- Site (lokasi).
- Timing (waktu).
Kata-kata tersebut dapat disingkat menjadi OPQRST
6. Faktor-faktor yang menyebabkan remisi atau eksaserbasi. Apakah ada hal-hal yang
membuat gejala membaik atau semakin parah.
7. Manifestasi lain yang berhubungan dengan gejala. Apakah penderita merasakan hal-
hal lain yang menyertai serangan?
Dasar :
- Tajam penglihatan diperiksa langsung, dengan memperhatikan huruf atau angka dengan ukuran
berbeda pada jarak tertentu terhadap pasien,dan menentukan ukuran huruf terkecil yang dapat
dikenali pasien.
- Pada pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan huruf terkecil yang masih dapat dilihat pada
kartu baca Snellen dengan jarak 6 meter atau 20 kaki.
- Tajam penglihatan diberikan penilaian menurut ukuran baku yang ada.
- Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan pada jarak 5 atau 6 meter, karena pada jarak
ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi (dalam hal ini kita
ambil dengan jarak 6 meter).
- Besar huruf pada kartu Snellen berbeda sehingga setiap huruf tertentu hanya dapat dibaca pada
jarak tertentu (Kartu untuk jarak 6 meter ataupun 5 meter membentuk sudut 5 menit dengan
nodal point).
- Tajam penglihatan menentukan berapa jelas pasien dapat melihat.
- Pemeriksaan dilakukan tanpa dan dengan kacamata yang sedang dipergunakan.
Alat :
- Kartu Snellen (Snellen Chart).
- Gagang lensa coba (Trial Frame).
- Penutup mata (Occluder).
Teknik Pemeriksaan :
- Pasien duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter.
- Memasang gagang lensa coba.
- Mata yang tidak akan diperiksa ditutup. Biasanya yang diperiksa lebih dahulu adalah mata kanan
sehingga dilakukan penutupan pada mata kiri.
- Pasien diminta untuk membaca huruf yang tertulis pada kartu Snellen yang dimulai dengan
membaca baris atas(huruf yang terbesar) dan bila telah terbaca huruf yang terbesar maka pasien
diminta untuk membaca baris dibawahnya (huruf yang lebih kecil) sampai baris terakhir yang
masih dapat dibaca oleh pasien.
- Ditentukan tajam penglihatan berdasarkan letak baris terakhir yang masih dapat dibaca oleh
pasien.
Ø Terdapat pada baris dengan tanda 30, dikatakan tajam penglihatan 6/30, ini berarti bahwa
pada jarak 6 meter si penderita hanya dapat membaca huruf-huruf yang seharusnya dapat
dibaca jelas pada jarak 30 meter.
Ø Terdapat pada baris dengan tanda 6,dikatakan tajam penglihatan 6/6, ini berarti bahwa pada
jarak 6 meter si penderita dapat membaca huruf yang normalnya jelas dibaca pada jarak 6
meter.
Tajam penglihatan seseorang dikatan normal bila tajam penglihatan adalah 6/6.
Ø Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen pada jarak 6 meter maka
dilakukan uji hitung jari,dimana pasien disuruh untuk menghitung jari si pemeriksa yang oleh
mata normal dapat dilihat pada jarak 60 meter. Misalnya pada jarak 3 meter pasien masih
dapat menghitung jari si pemeriksa berarti tajam penglihatannya 3/60, ini berarti pada jarak
3 meter si penderita hanya dapat menghitung jari pemeriksa yang seharusnya pada orang
normal dapat terlihat pada jarak 60 meter.
Ø Bila pasien tidak dapat menghitung jari pada jarak 1 meter, maka pasien disuruh melihat
gerakan tangan si pemeriksa pada jarak maksimal 1 meter. Bila pasien dapat melihat gerakan
tangan tersebut maka tajam penglihatannya 1/300.
Ø Bila gerakan tangan tidak dapat terlihat, maka dapat dilakukan pemeriksaan dengan
menggunakan senter. Jika pasien dapat melihat cahaya senter maka tajam penglihatannya
1/∞. Jika pasien tidak dapat melihat cahaya senter maka tajam penglihatannya adalah NLP
(No Light Perception).
TAHAP I :
Perkenalan, Anamnesa Pribadi & Observasi
- Ketika pasien masuk ke ruang periksa, dokter menyambut
dengan ramah dan senyum, kemudian memperkenalkan
diri.
- Menanyakan identitas pasien, nama, umur, alamat, sambil
mencocokkan dengan data rekam medis.
- Perhatikan penampilan wajah, pandangan mata, komunikasi,
cara berbicara dan interaksi dengan lingkungan. Perhatikan
pendamping yang menyertai pasien, interaksi pasien dengan
pendamping.
Anamnesa penyakit
Menanyakan keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan
penyakit sekarang, riwayat penyakit dalam keluarga, riwayat
memakai kaca mata, riwayat pemakaian obat sebelumya,
riwayat trauma (terjatuh atau terbentur).
Menanyakan riwayat kebiasaan (menonton tv jarak dekat,
pencahayaan yang kurang terang dan mengkonsumsi sayur
dan buah buahan).
TAHAP II Instruktur
Mempersiapkan alat dan pemeriksaan visus Mahasiswa
V. RUJUKAN
1. Vaughan D, 2000,Oftalmologi Umum,Edisi 14,hal. 30-34.
2. Lee A david,1999,Clinical Guide to Comprehensive Ophthalmology,hal. 1-4;27-28.
3. American Academy of Ophthalmology,2002-2003,Fundamentals,Section 2.
4. Ilyas Sidarta,2001,Dasar Tekhnik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata.
5. American Academy of Ophthalmology,2002-2003,Optic, Refraction, Contact
Lenses,Section 3.
A, laki-laki, 16 tahun, datang ke poliklinik mata dengan keluhan kabur bila melihat jauh sejak 6
bulan ini. Sebelumnya A sudah pernah berobat ke puskesmas dan diberi vitamin A.
Tugas: lakukan komunikasi dokter-pasien sesuai dengan formulir anamnese dan faktor
penyebab yang mungkin berhubungan dengan penglihatan kabur serta pemeriksaan visus.
Buku Rancangan Pengajaran
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 76
PENGAMATAN
LANGKAH / TUGAS
Ya Tidak
A. Anamnesis
SSS.2- SL 1
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK PENYAKIT
TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROK
H.R Yusa Herwanto, Devira Zahara, Ferryan Sofyan, M.Pahala Harahap
ANAMNESIS THT
I. PENDAHULUAN
Keterampilan komunikasi dokter-pasien untuk penyakit-penyakit telinga, hidung dan
tenggorok.
Seorang dokter harus mampu mengelaborasi keterangan penderita yang paling signifikan
untuk ditetapkan sebagai keluhan utama. Ada beberapa pertanyaan yang harus diingat pada
komunikasi dokter dan pasien dalam mengelaborasi keluhan penderita agar hasilnya sesuai dengan
yang diharapkan.
Pertanyaan tesebut meliputi :
- Onset
- Location (lokasi)
- Duration (durasi)
- Character (karakter)
- Aggravating/Alleviating Factors (Faktor-faktor yang memperparah atau mengurangi
gejala)
- Radiation (penyebaran)
- Timing (waktu)
Kata-kata tersebut dapat disingkat sehingga mudah diingat yaitu : OLD CARTS atau:
- Onset
- Palliating/Provokating Factors (Faktor- faktor yang mengurangi atau memprovokasi
gejala)
- Quality (kualitas)
- Radiation (Penyebaran)
- Site (Lokasi)
- Timing (Waktu)
Kata-kata tersebut dapat disingkat menjadi OPQRST.
Tahap I : Observasi
Ketika pasien masuk ruang periksa, perhatikan cara berjalan,
penampilan wajah, kelainan-kelainan yang mungkin terlihat
pada daerah kepala dan leher termasuk daun telinga dan
3. RINITIS ALERGI
Seorang laki - laki, umur 25 tahun datang dengan keluhan sering pilek – pilek. Keluhan ini
dialami sejak 1 tahun lalu terutama di pagi hari dan bila terpapar debu.
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien yang berhubungan dengan keluhan utama
pasien sesuai formulir anamnesis dan pemeriksaan fisik THT-KL.
4. RINOSINUSITIS AKUT
Seorang laki-laki, 18 tahun datang ke praktek dokter umum dengan keluhan hidung
tersumbat sejak 1 minggu yang lalu disertai nyeri pada kedua pipi dan kelopak mata
bawah.
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien yang berhubungan dengan keluhan utama
pasien sesuai formulir anamnesis dan pemeriksaan fisik THT-KL.
5. TONSILITIS AKUT
Seorang perempuan, umur 17 tahun datang berobat ke poliklinik THT dengan keluhan sakit
menelan yang dialami sejak 3 hari lalu. Keluhan ini disertai demam.
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien yang berhubungan dengan keluhan utama
pasien sesuai formulir anamnesis dan pemeriksaan fisik THT-KL.
HIDUNG
1. Sumbatan hidung :
- Sejak kapan
- Apakah terjadi terus menerus atau hilang timbul
- Pada satu atau kedua lubang hidung atau bergantian
- Riwayat kontak dengan debu, tepung sari/serbuk bunga, bulu binatang
- Riwayat trauma hidung
- Riwayat pemakaian obat tetes hidung jangka panjang
- Riwayat merokok atau peminum alkohol berat
2. Hidung berair :
- Sejak kapan
- Pada satu atau kedua rongga hidung
- Cairan yang keluar encer / kental
- Apakah hidung berair terjadi terus menerus atau waktu-waktu tertentu
- Warna : jernih, hijau kekuningan, bercampur darah
- Berbau / tidak
- Apakah dijumpai cairan/ingus dari hidung yang turun ke tenggorok
3. Bersin
- Apakah bersin terjadi pada waktu tertentu misalnya terpapar debu atau
dingin, serbuk bunga atau bulu binatang
- Apakah sekali serangan bersin >5 kali per kali serangan atau tidak
4. Nyeri di daerah muka dan kepala
- Sejak kapan
5. Perdarahan dari hidung
- Sejak kapan
- Berasal dari satu atau kedua lubang hidung
- Apakah mudah dihentikan
- Sudah berapa kali
- Riwayat trauma
- Riwayat penyakit sistemik : kelainan darah, hipertensi
- Pemakaian obat anti koagulansia
6. Gangguan penghidu :
- Sudah berapa lama
- Hilang penciuman (anosmia) atau berkurang (hiposmia)
- Riwayat infeksi hidung dan sinus, trauma kepala
FARING
1. Nyeri tenggorok :
- Sejak kapan
- Hilang timbul atau menetap
- Apakah disertai demam, batuk, suara serak, dan tenggorok kering
- Riwayat merokok
2. Nyeri menelan (odinofagia) :
- Sejak kapan
- Apakah rasa nyeri dirasakan sampai ketelinga
3. Dahak ditenggorok :
- Apakah dahak bercampur dengan pus atau darah
VI. RUJUKAN
1. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi
Keenam, Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2007.
PEMERIKSAAN THT-KL
I. TUJUAN KEGIATAN
1.5. Pemeriksaan fisik laring dan mampu mengenali tanda-tanda fisiologis serta patologis
laring.
1.6. Mampu melakukan pemeriksaan tes pendengaran garpu tala dengan benar.
Alat yang diperlukan :
- Lampu kepala
- Otoskop
- Corong telinga
- Spekulum hidung
- Kaca nasofaring dan tangkainya
- Kaca laring dan tangkainya
- Spatula lidah
- Lampu spiritus
- Garpu Tala 512 Hz
- Kain Kassa
- Korek api
- Baskom berisi air bersih
- Dettol
- Kain lap (Handuk good morning)
- Pasang lampu kepala dan diarahkan ke daun telinga dan liang telinga.
• Melihat keadaan dan bentuk daun telinga serta daerah belakang daun telinga
(retroaurikuler).
• Memasang spekulum telinga, speculum di masukkan ke liang telinga, dengan
memutar secara gentle sehingga tidak menimbulkan rasa sakit.
• Telinga kanan ; bagian superior aurikel kanan dipegang dengan jari 1 dan 2 tangan
kiri, jari lainnya pada planum mastoid. Selanjutnya aurikel ditarik kearah postero
superior (di tarik ke arah belakang atas)
Buku Rancangan Pengajaran
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 87
• Telinga kiri ; bagian superior aurikel kiri dipegang dengan jari 1 dan 2 tangan
kiri, jari lainnya menempel di depan telinga (lihat gambar 4).
• Pemeriksa terlebih dahulu menginstruksikan apa yang harus dilakukan pasien saat
dilakukan pemeriksaan, misalnya mengangkat tangan atau langsung mengatakan
bila getaran penala tidak terdengar lagi
• Cara menggetarkan garpu penala:
o Arah getaran kedua kaki garpu tala
o Ketukkan kedua ujung penala ke siku, tumit sepatu yang lembut, benda
keras yang dilapisi bantalan lunak (tidak boleh ke meja kayu / besi tanpa
bantalan)
A B
PEMERIKSAAN HIDUNG
1. Memperhatikan bentuk luar hidung.
2. Palpasi daerah tulang hidung dan sinus paranasal.
3. Pasang lampu kepala dan diarahkan ke rongga hidung (sesuai gambar 2)
4. Lakukan rinoskopi anterior dengan teknik yang benar sesuai gambar
Rinoskopi anterior
a. Spekulum hidung dipegang dengan tangan kiri (gambar 10)
b. Spekulum hidung dimasukkan dalam posisi tertutup penuh, dan dikeluarkan dengan
posisi sedikit terbuka
c. Jari telunjuk melakukan fiksasi pada ujung hidung
d. Aspek yang dilihat (Gambar 11)
• Vestibulum nasi
• Kavum nasi bagian bawah (dasar kavum nasi , konka inferior, meatus inferior)
• Kavum nasi bagian atas (meatus media, konka media)
• Septum hidung
MI
Gambar 11. Gambar rinoskopi anterior: vestibulum (v), dasar kavum nasi (F), konka
inferior (IT), konka media (MT), septum (S), meatus inferior (MI)
Rinoskopi Posterior :
- Kaca nasofaring dipegang dengan tangan kanan
- Hangatkan kaca nasofaring dengan api lampu spiritus.
- Sebelum kaca dimasukkan ke rongga mulut, suhu kaca di tes dulu dengan
menempelkannya pada kulit belakang tangan kiri pemeriksa.
- Pegang spatula lidah dengan tangan kiri dan pasien di minta membuka mulut.
- Tekan 2/3 anterior lidah dengan spatula lalu pasien disuruh bernafas seperti biasa dan
jangan menahan nafas.
- Masukkan kaca nasofaring yang menghadap ke atas melalui mulut, melewati bagian
bawah uvula hingga ke orofaring.
- Lihat keadaan koana dan septum nasi posterior.
- Kaca tersebut diputar sedikit ke lateral untuk melihat keadaan konka inferior, media,
superior, serta meatus nasi inferior dan media.
- Kaca diputar lebih ke lateral lagi untuk memeriksa torus tubarius dan fossa Rosenmuller.
- Hal yang sama dilakukan untuk melihat sisi yang berlawanan.
- Keluarkan kaca nasofaring dan spatula lidah secara bersamaan dari rongga mulut.
III. RUJUKAN
1. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi Keenam,
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2007
SSS.2- SL 2
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN FISIK LEHER
Emir Taris Pasaribu
I. PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisik leher merupakan pemeriksaan fisik standar yang harus dapat dilakukan
dengan benar oleh seorang dokter. Kelainan di leher dapat berupa kelainan bawaan, infeksi,
neoplasma dan metabolisme.
Mid-Jugular
Lower Jugular
I
II
III
V
IV
II.1.TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik leher dan
mengetahui beberapa kelainan berupa benjolan di leher bagian depan.
IV.1.PELAKSANAAN
4.1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok besar 45 mahasiswa dan kecil 9 orang.
Kelompok besar dipimpin nara sumber dan kelompok kecil dipimpin instruktur.
4.2. Cara pelaksanaan kegiatan:
- Instruktur melakukan choacing selama 20 - 30 menit, beberapa mahasiswa
melakukan pemeriksaan simulasi dibimbing instruktur dan peserta lain dapat
melakukan pengamatan.
- Menggunakan pasien simulasi , mahasiswa.
V. RUJUKAN
1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking. 9th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins ; 2007
2. Talley NJ, O’Connor S, Clinical Examination, A Systematic Guide to physical diagnosis, 2
Ed, APAC Asian Edition, Singapore ; 1992
LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
I. PERKENALAN
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri.
2. Mempersilahkan pasien duduk
3. Menanyakan nama, umur, pekerjaan, alamat.
4. Menanyakan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan
pemeriksaan.
5. Meminta persetujuan
II. PERSIAPAN
1. penderita dalam posisi duduk.
2. pemeriksa sudah melakukan cuci tangan
3. tersedia segelas air.
III. INSPEKSI
1. penderita duduk dan posisi kepala sedikit ekstensi
2. pemeriksa berada didepan penderita.
3. Memperhatikan apakah ada perubahan warna kulit
4. Memperhatikan apakah ada ulkus, fistel, sekret dan
tentukan lokasi.
Buku Rancangan Pengajaran
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 101
V. DOKUMENTASI
1. Mencatat data data yang didapat/ditemukan
2. Mencatat tanggal pemeriksaan
3. Membuat tanda tangan pemeriksa
4. Menginformasikan dan menjelaskan tindakan selanjutnya.
14.00 - 16.30 SSS1-Pc1.T1 R. Tutorial I 14.00 - 16.30 SSS1-Pc1.T1 R. Tutorial II (Gedung Abdul Hakim)
07.00 - 08.00 SSS1-K10 Mata dr. Aryani A R. Kelas A 07.00 - 08.00 SSS1-K10 Mata dr. Bobby R R. Kelas B
08.00 - 09.00 SSS1-K11 Mata dr. Aryani A R. Kelas A 08.00 - 09.00 SSS1-K11 Mata dr. Bobby R R. Kelas B
09.00 - 09.30 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 09.30
2 Desember 2020
R SSS1-CRP5- SSS1-CRP5-
a 09.30 - 12.00 R. Tutorial I 09.30 - 12.00 R. Tutorial II (Gedung A. Hakim)
DK5 DK5
b
u 12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
13.00 - 14.00 SSS1-K12 Mata dr. Aryani A R. Kelas A 13.00 - 14.00 SSS1-K12 Mata dr. Fithria A R. Kelas B
14.00 - 15.00 SSS1-K13 Mata dr. Delfi R. Kelas A 14.00 - 15.00 SSS1-K13 Mata dr. Bobby R R. Kelas B
15.00 - 16.00 SSS1-K14 Mata Dr. dr. Rodiah R. Kelas A 15.00 - 16.00 SSS1-K14 Mata dr. Vanda R. Kelas B
07.00 - 08.00 SSS1-K15 Mata Dr. dr. Rodiah R. Kelas A 07.00 - 08.00 SSS1-K15 Mata Dr. dr. Masitha R. Kelas B
08.00 - 09.00 SSS1-K16 Mata dr. Delfi R. Kelas A 08.00 - 09.00 SSS1-K16 Mata dr. Vanda R. Kelas B
09.00 - 09.30 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 09.30 BELAJAR MANDIRI
3 Desember 2020
K
a 09.30 - 12.00 SSS1-Pc1.T2 R. Tutorial I 09.30 - 12.00 SSS1-Pc1.T2 R. Tutorial II (Gedung Abdul Hakim)
m
i
12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
s
13.00 - 14.00 SSS1-K17 Mata Prof. dr. Aslim R. Kelas A 13.00 - 14.00 SSS1-K17 Mata Dr. dr. Masitha R. Kelas B
14.00 - 15.00 SSS1-K18 Mata dr. Aryani A R. Kelas A 14.00 - 15.00 SSS1-K18 Mata dr. Fithria A R. Kelas B
15.00 - 16.00 SSS1-K19 Gizi dr. Fitriyani R. Kelas A 15.00 - 16.00 SSS1-K19 Gizi dr. Halomoan R. Kelas B
07.00 - 08.00 SSS1-B.IND1-K10 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas A SSS1-Pc.1-PP
07.00 - 09.00 R. Kuliah B
08.00 - 09.00 SSS1-ENG1-K10 LIDA Riko A. Pohan, S.S (B)
4 Desember 2020
14.00 - 16.30 SSS1-CRP5-DK6 R. Tutorial I 14.00 - 16.30 SSS1-CRP5-DK6 R. Tutorial II (Gedung A. Hakim)
S
e 10.00 - 11.00 SSS1-Pr1 (A2) R. Praktikum Anatomi
l
SSS1-Pr2 (A3) R. Praktikum Histologi 10.00 - 12.00 SSS1-DK-PP (B) Ruang Kuliah B
a
s 11.00 - 12.00 SSS1-Pr3 (A1) R. Praktikum Farmakologi
a
12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
SSS1-Pr1 (A3) R. Praktikum Anatomi SSS1-Pr1 (B3) R. Praktikum Anatomi
13.00 - 15.30 SSS1-Pr2 (A1) R. Praktikum Histologi 13.00 - 15.30 SSS1-Pr2 (B1) R. Praktikum Histologi
R
a
BELAJAR MANDIRI
b
u
10 Desember 2020
K
a
m MIDTERM SSS-1
i
s
07.00 - 08.00 SSS2-K1 Anatomi dr. Mega R. Kelas A 07.00 - 08.00 SSS2-K1 Anatomi dr. Lita R. Kelas B
08.00 - 09.00 SSS2-K2 Anatomi dr. Mega R. Kelas A 08.00 - 09.00 SSS2-K2 Anatomi dr. Lita R. Kelas B
11 Desember 2020
14.30 - 16.30 SSS2-Pc1.T1 R. Tutorial I 14.30 - 16.30 SSS2-Pc1.T1 R. Tutorial II (Gedung Abdul Hakim)
JADWAL MINGGUAN SEMESTER V - KELAS A dan B
BLOK SPECIAL SENSES SYSTEM
MINGGU: 3
13.00 - 15.30 SSS2-Pc1.T2 R. Tutorial I 13.00 - 15.30 SSS2-Pc1.T2 R. Tutorial II (Gedung Abdul Hakim)
S
e 10.00 - 11.00 SSS1-B.IND1-K13 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas A
l 10.00 - 12.00 SSS2-Pc.1-PP (A) R. Kuliah A
a 11.00 - 12.00 SSS1-ENG1-K13 LIDA Dra. Roma Ayuni R. Kelas A
s 12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
a
13.00 - 14.00 SSS2-K9 THT dr. Harry R. Kelas A 13.00 - 14.00 SSS2-K9 THT dr. Indri R. Kelas B
14.00 - 15.00 SSS2-K10 THT Prof. Askaroellah R. Kelas A 14.00 - 15.00 SSS2-K10 THT dr. Harry R. Kelas B
15.00 - 16.00 SSS2-K11 THT Prof. Askaroellah R. Kelas A 15.00 - 16.00 SSS2-K11 THT Dr. dr. Devira R. Kelas B
07.00 - 08.00 SSS2-K12 THT Dr. dr. Yuliani R. Kelas A 07.00 - 08.00 SSS2-K12 THT dr. Vive R. Kelas B
08.00 - 09.00 SSS2-K13 Mikrobiologi dr. Tetty Aman R. Kelas A 08.00 - 09.00 SSS2-K13 Mikrobiologi dr. Maria R. Kelas B
09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI
16 Desember 2020
R 10.00 - 11.00 SSS2-K14 Far. Terapeutik Dr. dr. M. Ichwan R. Kelas A 10.00 - 11.00 SSS2-K14 Far. Terapeutik Prof. Dr. dr. Rozaimah R. Kelas B
a
b 11.00 - 12.00 SSS2-K15 THT Prof. Dr. dr. T. Siti Hajar R. Kelas A 11.00 - 12.00 SSS2-K15 THT Dr. dr. Yuliani R. Kelas B
u 12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
13.00 - 14.00 SSS2-K16 THT dr. Adlin R. Kelas A 13.00 - 14.00 SSS2-K16 THT Prof. Dr. dr. T. Siti Hajar R. Kelas B
14.00 - 16.30 SSS2-Pc2.T1 R. Tutorial I 14.00 - 16.30 SSS2-Pc2.T1 R. Tutorial II (Gedung Abdul Hakim)
07.00 - 08.00 SSS2-K17 THT dr. Ferryan R. Kelas A 07.00 - 08.00 SSS2-K17 THT dr. Siti Nursiah R. Kelas B
08.00 - 09.00 SSS2-K18 THT Dr. dr. Andrina R. Kelas A 08.00 - 09.00 SSS2-K18 THT dr. Ferryan R. Kelas B
09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI
17 Desember 2020
K
10.00 - 11.00 SSS2-K19 THT dr. Ashri R. Kelas A 10.00 - 11.00 SSS2-K19 THT dr. Rizalina R. Kelas B
a
m 11.00 - 12.00 SSS2-K20 Radiologi dr. Netty R. Kelas A 11.00 - 12.00 SSS2-K20 Radiologi dr. Elvita Rahmi R. Kelas B
i
12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
s
13.00 - 14.00 SSS2-CRP5-K8 CRP dr. Putri 13.00 - 14.00 SSS2-CRP5-K8 CRP Dr. dr. Arlinda S R. Kelas B
14.00 - 15.00 SSS2-K21 THT dr. Yuritna R. Kelas A 14.00 - 15.00 SSS2-K21 THT Prof. Dr. Delfitri R. Kelas B
15.00 - 16.00 SSS2-K22 THT Dr. dr. Yusa R. Kelas A 15.00 - 16.00 SSS2-K22 THT dr. Linda I. Adenin R. Kelas B
07.00 - 08.00 SSS1-B.IND1-K13 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas A 07.00 - 08.00 SSS1-ENG1-K14 LIDA Dra. Roma Ayuni R. Kelas B
08.00 - 09.00 SSS1-ENG1-K13 LIDA Riko A. Pohan, S.S R. Kelas A 08.00 - 09.00 SSS1-B.IND1-K14 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas B
18 Desember 2020
14.00 - 16.30 SSS2-Pc2.T2 R. Tutorial I 14.00 - 16.30 SSS2-Pc2.T2 R. Tutorial II (Gedung Abdul Hakim)
JADWAL MINGGUAN SEMESTER V - KELAS A dan B
BLOK SPECIAL SENSES SYSTEM
MINGGU: 4
S
SSS2-Pr1 (A2) R. Praktikum Anatomi SSS2-Pr1 (B2) R. Praktikum Anatomi
e 09.30 - 12.00 09.30 - 12.00
l SSS2-Pr2 (A3) R. Praktikum Histologi SSS2-Pr2 (B3) R. Praktikum Histologi
s
12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
a
SSS2-Pr1 (A3) R. Praktikum Anatomi SSS2-Pr1 (B3) R. Praktikum Anatomi
13.00 - 15.30 13.00 - 15.30
SSS2-Pr2 (A1) R. Praktikum Histologi SSS2-Pr2 (B1) R. Praktikum Histologi
R
a SSS2-Pr3 (A2) R. Praktikum Fisiologi SSS2-Pr3 (B2) R. Praktikum Fisiologi
09.30 - 12.00 09.30 - 12.00
b SSS2-Pr4 (A3) R. Praktikum Farmakologi SSS2-Pr4 (B3) R. Praktikum Farmakologi
u
12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
K
a
m LIBUR HARI RAYA NATAL
i
s
25 Desember 2020
J
u
m
LIBUR HARI RAYA NATAL
'
a
t
JADWAL MINGGUAN SEMESTER V - KELAS A dan B
BLOK SPECIAL SENSES SYSTEM
MINGGU: 5
S
e
n CUTI BERSAMA
i
n
29 Desember 2020
S
e
l CUTI BERSAMA
s
a
30 Desember 2020
R
a
CUTI BERSAMA
b
u
31 Desember 2020
K
a
m CUTI BERSAMA
i
s
J
1 Januari 2021
u
m
TAHUN BARU
'
a
t
JADWAL MINGGUAN SEMESTER V - KELAS A dan B
BLOK SPECIAL SENSES SYSTEM
MINGGU: 6
S
e GUS-SL2 (A2) R. Skills Lab KULIT & KELAMIN GUS-SL2 (B2) R. Skills Lab KULIT & KELAMIN
n 09.30 - 12.00 09.30 - 12.00
i SSS-2-SL1 (A3) R. Skills Lab THT SSS2-SL1 (B3) R. Skills Lab THT
n 12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
GUS-SL2 (A3) R. Skills Lab KULIT & KELAMIN GUS-SL2 (B3) R. Skills Lab KULIT & KELAMIN
13.00 - 15.30 13.00 - 15.30
SSS2-SL1 (A1) R. Skills Lab THT SSS2-SL1 (B1) R. Skills Lab THT
5 Januari 2021
S
e
l BELAJAR MANDIRI
s
a
6 Januari 2021
R
a
MIDTERM SSS-2
b
u
7 Januari 2021
K
a
m BELAJAR MANDIRI
i
s
J
8 Januari 2021
u
m
BELAJAR MANDIRI
'
a
t