Anda di halaman 1dari 100

Kurikulum FK USU 2020 1

Buku Rancangan Pengajaran

BLOK
SPECIAL SENSE SYSTEM

Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
2020

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 2

Kata Pengantar

Syukur alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia dan hidayahNya sehingga kami
dapat menyelesaikan buku ini. Harapan kami buku ini dapat memberi manfaat bagi mahasiswa, staf
pengajar, dan seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Blok Special Senses ini.

Kami menyadari dalam penyusunan buku ini masih banyak hal yang harus disempurnakan, baik dalam
pemilihan topik kuliah, skills lab, maupun diskusi kelompok. Kami juga memohon maaf jika terdapat
kesalahan dalam penulisan nama narasumber. Semoga menjadi ladang amal untuk dima’afkan. Tujuan
kami hanya ingin memberikan yang terbaik bagi mahasiswa, dokter masa depan, generasi penerus
Fakultas Kedokteran USU. Kami sangat menghargai segala masukan bagi penyempurnaan buku ini.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih bagi semua pihak yang turut serta dalam penyusunan buku ini,
semoga semua yang kita lakukan menjadi ibadah, dan Allah member kita kemudahan dalam pelaksanaan
Blok Special Sense ini.

Medan, Oktober 2020


Tim Penyusun

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 3

Tim Penyusun

Aldy Safruddin Rambe


Imam Budi Putra
Zaimah Z Tala
Dina Keumala Sari
Dewi Masyithah Darlan
Milahati Daulay
Gema Nazri Yanni
Andika Pradana
Causa Trisna
Elvita Rahmi Daulay
Hidayat
Indri Adriztina
Maria Magdalena Simatupang
Mega Sari Sitorus
Muhammad Ichwan
Rodiah Rahmawaty Lubis
Yuki Yunanda

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 4

I. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Keluhan masalah penglihatan merupakan salah satu masalah yang paling banyak dikeluhkan
pasien di tingkat layanan primer, mulai dari keluhan paling ringan seperti mata merah sampai
uveitis yang menyebabkan kecacatan dan kebutaan. Gangguan penglihatan bisa menyerang
semua umur termasuk bayi dan balita. Mereka merupakan salah satu kelompok berisiko
terhadap gangguan penglihatan, karena ini perlu meningkatkan kepedulian terhadap ancaman
gangguan penglihatan terutama kebutaan yang dapat dicegah. Skrining dan deteksi dini kunci
utama menemukan kasus sedini mungkin dengan intervensi yang tepat.

Hasil Survei Kebutaan Rapid Assessment of Avoidable Blindness atau RAAB tahun 2014 –
2016 di lima belas provinsi di Indonesia diketahui bahwa angka kebutaan mencapai 3%.
Penyebab kebutaan terbanyak adalah katarak sebesar 81%. Data ini menjadi fokus program
penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan di Indonesia, pada penanggulangan
katarak, gangguan refraksi dan gangguan penglihatan dengan penyebab lainnya.

Meningkatnya usia harapan hidup mempengaruhi peningkatan gangguan penglihatan sebagai


penyebab kebutaan utama. Usia lanjut akan berdampak pada peningkatan gangguan
penglihatan secara langsung yakni katarak dan secara tidak langsung yakni retinopati
diabetikum, glaukoma serta gangguan penglihatan dengan penyebab lainnya. Selain itu,
kelainan refraksi merupakan penyebab utama gangguan penglihatan yang saat ini banyak
terjadi pada anak-anak. Kondisi tersebut dapat berpengaruh pada kecerdasan siswa dan
proses penerimaan informasi dalam kegiatan belajar. Deteksi dini atau skrining gangguan
refraksi pada anak, khususnya anak sekolah dasar sangat penting dilakukan.

Keluhan yang paling sering dijumpai adalah mata merah yang pada tahap lanjut dapat
mengganggu produktifitas penderitanya. Penyakit mata secara umum dapat mengganggu
kualitas hidup dan produktifitas penderitanya. Masalah ini menimbulkan beban ganda bagi
dunia kesehatan dan perekonomian.

Selain dihadapkan pada kasus terkait masalah penglihatan, Indonesia juga dihadapkan pada
kasus-kasus terkait sistem pendengaran, penghidu dan tenggorok (THT) yang masih cukup
tinggi. Survey Kesehatan Indera yang dilaksanakan di 8 provinsi Indonesia menunjukkan
prevalensi morbiditas THT sebesar 38,6%. Dalam skala yang lebih luas, survey Multi Center
Study di Asia Tenggara menunjukkan Indonesia termasuk 4 negara dengan prevalensi ketulian
yang cukup tinggi yaitu 4,6%. Tidak boleh dilupakan juga angka kejadian Karsinoma
Nasofaring (KNF) yang tinggi yaitu 4,7 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Angka ini
menduduki peringkat ke-4 dari seluruh kasus keganasan, dan menempati peringkat pertama
untuk keganasan di bidang THT. Terdapat kecenderungan prevalensi yang meningkat di usia
muda.

Kemajuan dalam deteksi dini dan penatalaksanaan kelainan dan penyakit THT dimulai dari
diagnostik, terapi medik, terapi surgikal hingga terapi rehabilitasi yang semakin baik
meningkatkan harapan hidup penderita. Namun hal ini tidak menyelesaikan masalah karena
terkadang beberapa penyakit meninggalkan sekuele pada penderita sehingga mengurangi
produktifitas dan kualitas hidup. Selain itu dibutuhkan biaya yang tidak kecil, serta sumber daya
manusia yang terampil dalam penatalaksanaannya.

Pencegahan dan penatalaksanaan penyakit-penyakit THT masih perlu ditingkatkan, namun


tidak kalah pentingnya adalah deteksi dini kelainan-kelainan THT yang merupakan tanda-
tanda dini dari penyakit yang lebih berbahaya, misalnya deteksi dini keganasan pada kasus
Karsinoma Nasofaring, atau gangguan pendengaran pada bayi baru lahir. Hal ini dapat
dilakukan dari tingkat pelayanan daerah hingga ke rumah sakit pusat sebagai rujukan.
Sehingga peran dokter praktek umum sebagai dokter layanan primer memegang peranan
penting dalam penapisan penyakit-penyakit tersebut.
Buku Panduan Mahasiswa
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 5

Dengan mempertimbangkan semua kondisi di atas, tidaklah berkelebihan bila dikatakan


bahwa penyakit terkait indra khusus (mata dan THT) memberikan kontribusi yang besar dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia yang pada akhirnya juga turut
berdampak pada kualitas hidup. Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit terkait indra
khusus menjadi sangat penting dilakukan mulai dari layanan kesehatan primer hingga pusat
rujukan guna menekan angka penyakit tersebut. Untuk itu, diperlukan pemahaman yang utuh
dan mendalam mengenai penyakit terkait indra khusus yang terjadi, khususnya di Indonesia.

Untuk mencapai tujuan tersebut, pada semester V program studi S1 Pendidikan Dokter,
mahasiswa akan melaksanakan pembelajaran Blok Special Senses (Indra Khusus). Materi
disampaikan dengan tatap muka dan diskusi yang membahas tentang tinjauan dasar-dasar
biomedik hingga aspek klinis penyakit di bidang mata, telinga, hidung dan tenggorokan.
Dengan mempelajari blok ini, diharapkan mahasiswa akan dapat mengetahui secara rinci
bagaimana melakukan diagnosis, tatalaksana dan pencegahan penyakit ini dalam keseharian
berprofesi sebagai dokter di layanan kesehatan primer di masa depan.

II. PRASYARAT MAHASISWA


Blok Special Senses System merupakan salah satu blok Tahap II (Pathological Sciences)
dalam struktur kurikulum. Mahasiswa pada Tahap II adalah mahasiswa yang telah melalui
Tahap I (Basic Medical Sciences), mahasiswa ini telah mencapai keterampilan generik yaitu
keterampilan belajar sepanjang hayat, dan dasar-dasar ilmu kedokteran.

III. TUJUAN BLOK


Tujuan Pendidikan Dokter FK USU ialah mendidik mahasiswa melalui pengalaman belajar
agar mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap perilaku profesional sebagai dokter
umum yang memberikan pelayanan kesehatan primer dengan menerapkan prinsip-prinsip
kedokteran keluarga dalam sistem pelayanan kesehatan nasional dan global, yang
mempunyai tanggung jawab berlandaskan etika, moral dan profesionalisme, mempunyai 5
profil dokter WHO, 7 Kompetensi Kurikulum Nasional dan Kompetensi pendukung
kekhususan FK USU.

TUJUAN UMUM
Melalui Blok Special Senses System ini mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang dokter layanan primer, yaitu:
1. Komunikasi efektif
2. Keterampilan klinik dasar
3. Landasan ilmiah ilmu kedokteran
4. Pengelolaan masalah kesehatan
5. Pengelolaan informasi
6. Mawas diri dan pengembangan diri
7. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktek

TUJUAN KHUSUS
Setelah menyelesaikanBlok Special Senses System ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Berkomunikasi efektif baik verbal maupun nonverbal secara santun dalam upayanya
mengelola pasien dengan masalah sistem terkait indra khusus dengan mengintegrasikan
penalaran klinis dan biomedis sehingga menunjang terciptanya kerja sama yang baik
antara dokter dengan pasien, keluarga, komunitas, dalam penanganan masalah terkait
indra khusus.

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 6

2. Melakukan anamnesis (dan pemeriksaan fisik) yang lengkap dengan teknik yang tepat
serta mencatat riwayat penyakit secara lengkap dan kontekstual.
3. Menjelaskan semua prosedur klinik rutin dan menganalisis data sekunder pasien dengan
kelainan terkait indra khusus dengan mengintegrasikan ilmu biomedik dan ilmu klinik.
4. Memilih berbagai prosedur klinik, laboratorium, dan penunjang lain dan menafsirkan
hasilnya.
5. Melakukan tindak pencegahan dan tindak lanjut dalam tata laksana masalah terkait indra
khusus dengan mempertimbangkan keterbatasan ilmu dalam diagnosis maupun tata
laksananya.
6. Mencari, mengumpulkan, menyusun, dan menafsirkan informasi menyangkut masalah
terkait indra khusus dari berbagai sumber dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk membantu penegakan diagnosis, pemberian terapi, tindakan
pencegahan dan promosi kesehatan, serta surveilans dan pemantauan status kesehatan
pasien.
7. Peka terhadap tata nilai pasien dan mampu memadukan pertimbangan moral dan
pengetahuan/keterampilan klinisnya dalam memutuskan masalah etik yang berkaitan
dengan gangguan sistem terkait indra khusus.
8. Mengembangkan ketertarikan dalam melakukan riset yang berkaitan dengan masalah-
masalah sistem terkait indra khusus.

IV. SASARAN PEMBELAJARAN


Sasaran Pembelajaran Terminal
Bila dihadapkan pada data sekunder tentang masalah klinik, laboratorik, dan epidemiologik
penyakit sistem special senses, mahasiswa tahap II yang telah menjalani Blok Special Senses
System mampu menafsirkan data tersebut dan menerapkannya dalam langkah pemecahan
masalah yang baku termasuk tindakan pencegahan dan rujukan, dengan menggunakan
teknologi kedokteran dan teknologi informasi yang sesuai, dengan selalu memperhatikan
konsep dan pertimbangan etik.

Sasaran Pembelajaran Penunjang


Setelah menyelesaikan Blok Special Senses System, maka:
1. Apabila diberi data sekunder tentang kelainan sistem special senses, mahasiswa mampu:
a. Merumuskan masalah kesehatan pasien.
b. Menjelaskan struktur makroskopik dan mikroskopik serta faal organ dan jaringan
sistem special senses.
c. Menjelaskan patofisiologi dan mekanisme suatu kelainan atau keadaan patologik dalam
sistem special senses.
d. Menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding penyakit sistem special senses.
e. Menjelaskan sifat farmakologi obat yang digunakan untuk kelainan sistem special
senses (farmakodinamik dan farmakokinetik)
h. Menyusun rencana tata laksana kelainan atau gangguan sistem special senses .
i. Menjelaskan prognosis suatu penyakit sistem special senses beserta alasan yang
mendasarinya.
j. Mencari informasi tentang lingkup dan materi sistem special senses melalui sistem
teknologi informasi (IT system).
l. Melakukan analisis etik tentang gangguan sistem special senses.
m. Menjelaskan komplikasi pada kelainan sistem special senses serta rencana
penanggulangannya.

2. Apabila diberi kasus atau pasien simulasi dengan kelainan/penyakit sistem special senses,
mahasiswa mampu:
a. Melakukan anamnesis mengenai kelainan sistem special senses dengan menerapkan
kemampuan komunikasi efektif.

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 7

b. Melakukan pemeriksaan fisik sistem special senses.


c. Menetapkan pemeriksaan penunjang tertentu untuk menegakkan diagnosis kelainan
sistem special senses.
d. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan penunjang kelainan sistem special senses.
e. Menetapkan diagnosis berdasarkan gejala dan tanda pada pasien serta menjelaskan
mekanisme yang mendasarinya.
f. Menyusun rencana tatalaksana masalah/penyakit sistem special senses secara
komprehensif (termasuk rencana pencegahan, rehabilitasi dan rujukan).

3. Bila diberi data masalah kelainan/penyakit sistem special senses dalam suatu komunitas,
mahasiswa mampu:
a. Menentukan besarnya masalah kelainan/penyakit sistem special senses dalam
masyarakat.
b. Menentukan faktor penyebab/risiko kelainan/penyakit sistem special senses dan dapat
menghubungkan faktor tersebut dengan kelainan/penyakit sistem special senses yang
didapat.
c. Membuat rencana pencegahan primer dan sekunder dan rencana rehabilitasi
kelainan/penyakit sistem special senses.

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 8

V. LINGKUP BAHASAN
OUTLINE PERKULIAHAN

Dep./ Kode
Pokok Bahasan Materi Specific Learning Objectives Waktu
Narasumber Tahapan

SPECIAL SENSES - 1
Pendahuluan Pengenalan Blok Mahasiswa akan memperoleh MEU dan Ketua SSS1-F 50’
Special Senses gambaran umum mengenai blok Blok
System Special Senses System melalui
ceramah dan pemutaran film

Lingkup Bahasan 1: Struktur makroskopis dan mikroskopis sistem penglihatan

Anatomi sistem 1. Embriologi 1.1. Menjelaskan pembentukan dan Departemen SSS1-K1 50’
Penglihatan (organogenesis) perkembangan komponen- Anatomi
komponen bola mata 1. dr. Mega Sari
1.2. Menjelaskan pembentukan & Sitorus, M.Kes,
perkembangan glandula SpPA
lacrimalis 2. dr. Lita
1.3. Menjelaskan kelainan Feriyawati,
perkembangan bola mata & M.Kes, SpPA
glandula lacrimalis
Histologi sistem 2. Histologi dari Menjelaskan sruktur histologi : Departemen SSS1-K2 50’
penglihatan tunika Episclera, Tenon capsul, Lamina Histologi
fibrosa(lapisan suprachoroidal, Cornea 1. dr. Zulham,
luar ) M.Biomed, PhD
1. Lapisan tengah Limbus, Canal Schlemm’s, Korpus 2. dr. Esther RD
Vascular layer siliaris, Prosesus siliaris, Iris, Lensa, Sitorus,
Vitreus Body, Retina (sel rod, sel M.Ked(PA),
cone, sel lainnya : diffuse bipolar Sp.PA
sel, monosinapticbipolar sel,
horizontal sel, amacrine sel,
supporting sel)
2. Struktur Konjungtiva, eyelids, apparatus
tambahan mata lakrimalis

Lingkup Bahasan 2: Fisiologi penglihatan

Neurotransmitter 5. Memahami fungsi 5.1 Memahami jalur metabolik pada Departemen SSS1-K3 50’
pada mata dan peranan jaringan mata. (prior knowledge Biokimia
biomolekul yang pada BBC 1, dan Metabolic 1. dr. Hidayat,
terdapat pada System) M.Biomed
jaringan mata. a. Glycolysis (aerobic dan 2. dr. M.Syahputra,
anaerobic) M.Kes
b. HMP Shunt
c. Poliol pathway --- (dasar
biokimia dari katarak
diabetic)
d. TCA Cycle
5.2 Memahami biomolekul yang
terdapat pada setiap jaringan
mata.
5.3 Biomolekul dan proses biokimia
pada Kornea (Uptake glukosa
pada kornea, aktivitas HMP
Shunt pada Kornea, aktivitas
GSH Reduktase)

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 9

Dep./ Kode
Pokok Bahasan Materi Specific Learning Objectives Waktu
Narasumber Tahapan
5.4 Biomolekul dan proses biokimia
pada Lensa (protein Crystallin,
uptake glukosa pada lensa)
5.5 Biomolekul pada Vitreous
Humor (konsentrasi hyaluronic
acid mempengaruhi viskositas
vitreous humor)
5.6 Biomolekul dan proses biokimia
pada Retina (sel-sel pada
retina, lipid peroksidasi,
rodopsin
5.7 Biomolekul pada Kornea
(kandungan epitel kornea,
fungsi ferritin sebagai UV light
protector)
5.8 Antioksidan pada jaringan
mata, peran GSH, tocopherol
dan ascorbic acid.
5.9 Korelasi klinik proses biokimia
pada jaringan mata.
5.10 Hubungan polyol pathway
dengan katarak diabetik.
Fisiologi 6. Fungsi umum Menjelaskan fungsi bagian-bagian Departemen SSS1-K4 50’
Penglihatan-1 indra penglihatan mata : kornea, aqueous humour, Fisiologi
iris, lensa, pupil, vitreous humour, 1. dr. Selly
fovea, retina, choroid, sclera, optic Azmeila,
disc, optic nerve, otot-otot intrinsik M.Ked(Oph),
mata, kelopak dan bulu mata. SpM
7. Air mata dan 7.1 Fungsi air mata 2. dr. Milahayati
Cairan mata 7.3. Pembentukan dan pengaliran Daulay,
air mata M.Biomed.
7.4. Mekanisme dan fungsi berkedip
7.5. Fungsi cairan mata
7.6. Pembentukan dan pengaliran
aqueous dan vitreus humour
8. Iris Menjelaskan mekanisme refeks
pupil
9. Kornea dan 9.1. Menjelaskan konvergensi,
lensa divergensi, & aksis pada mata.
9.2. Menjelaskan proses akomodasi
10. Retina 10.1. Jenis-jenis fotoreseptor
10.2. Memahami aktivitas
fotoreseptor pada keadaan gelap
dan terang
10.3. Memahami peristiwa adaptasi
terang-gelap.
10.4. Proses pembentukan
bayangan pada retina
Fisiologi 11. Lintasan Menjelaskan perjalanan rangsang Departemen SSS1-K5 50’
Penglihatan-2 penglihatan cahaya sampai dapat dilihat Fisiologi
3. Penglihatan Menjelaskan proses penglihatan 1. dr. Selly Azmeila,
warna warna M.Ked(Oph),
SpM
4. Pergerakan bola Menjelaskan mekanisme gerakan 2. dr. Milahayati
mata bola mata Daulay,
Menjelaskan fungsi N.III, N.IV, N.VI. M.Biomed.

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 10

Dep./ Kode
Pokok Bahasan Materi Specific Learning Objectives Waktu
Narasumber Tahapan

Lingkup Bahasan 3: Kelainan pada sistem penglihatan


Kelainan pada 1. Chalazion Definisi chalazion Departemen Mata SSS1-K6 50’
kelopak mata dan Gambaran klinis chalazion 1. dr. T Siti Harilza
Infeksi dalam Bola Patogenese chalazion Zubaidah,
Mata Penatalaksanaan chalazion M.Ked(Oph),
2. Hordeolum Definisi hordeolum SpM
Klasifikasi hordeolum 2. dr. Marina
Patogenese Yusnita Albar,
Gambaran klinis hordeolum M.Ked(Oph),
Penatalaksanaan hordeolum SpM
3. Entropion Definisi entropion
Klasifikasi entropion
Gambaran klinis entropion
Penatalaksanaan entropion
4. Ektropion Definisi ektropion
Klasifikasi ektropion
Gambaran klinis ektropion
Penatalaksanaan ektropion
5. Blepharitis Definisi blepharitis
Etiologi blepharitis
Klasifikasi blepharitis
Gambaran klinis blepharitis
Penatalaksanaan blepharitis
Komplikasi blepharitis
Uveitis dan Defenisi
Hypopion Klasifikasi
Etiologi
Tanda-tanda
Gambaran klinis
Pemeriksaan
Penatalaksanaan
Komplikasi
Endophthalmitis Definisi endophthalmitis
Etiologi endophthalmitis
Klasifikasi endophthalmitis
Gambaran klinis endophthalmitis
Penatalaksanaan endophthalmitis

Penyakit infeksi 6. Conjunctivitis 23.1. Definisi konjungtivitis Departemen Mata SSS1-K7 50’
luar bola mata (allergi, viral, 23.2. Klasifikasi berdasarkan 1. dr. T Siti Harilza
bacterial) penyebab konjungtivitis Zubaidah,
23.3.Gambaran klinis konjungtivitis M.Ked(Oph),
23.4. Pemeriksaan penunjang SpM
konjungtivitis 2. dr. Marina
23.5. Diagnosa konjungtivitis Yusnita Albar,
23.6.Penatalaksanaan konjungtivitis M.Ked(Oph),
7. Benda asing di 24.1. Definisi benda asing di SpM
conjunctiva cojunctiva
24.2. Etiologi
24.3.Gambaran klinis
24.4. Penatalaksanaan
8. Pinguecula 25.1.Definisi pinguecula
25.2.Etiologi pinguecula

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 11

Dep./ Kode
Pokok Bahasan Materi Specific Learning Objectives Waktu
Narasumber Tahapan
25.3.Gambaran klinis pinguecula
25.4.Penatalaksanaan pinguecula
9. Pterygium 26.1.Definisi pterygium
26.2.Etiologi pterygium
26.3.Patogenese pterygium
26.4.Gambaran klinis pterygium
26.5.Penatalaksanaan pterygium
10. Keratitis dan 27.1. Definisi keratitis dan ulkus
Ulkus Kornea kornea
27.2.Klasifikasi keratitis dan ulkus
kornea
27.3.Etiologi keratitis dan ulkus
kornea berdasarkan klasifikasi
27.4.Patogenese keratitis dan ulkus
kornea berdasarkan klasifikasi
27.5.Tanda-tanda keratitis dan ulkus
kornea berdasarkan klasifikasi
27.6.Gambaran klinis keratitis dan
ulkus kornea berdasarkan
klasifikasi
27.7.Pemeriksaan penunjang
keratitis dan ulkus kornea
27.8.Menegakkan diagnosa keratitis
dan ulkus kornea
27.9.Penatalaksanaan keratitis dan
ulkus kornea
27.10.Komplikasi keratitis dan ulkus
kornea
11. Skleritis 28.1.Definisi skleritis
28.2.Etiologi skleritis
28.3.Klasifikasi skleritis
28.4.Gambaran klinis skleritis
28.5.Penatalaksanaan skleritis
12. Episkleritis 29.1.Definisi episkleritis
29.2.Etiologi episkleritis
29.3.Klasifikasi episkleritis
29.4.Gambaran klinis episkleritis
29.5.Penatalaksanaan episkleritis
Virus, bakteri, 13. Virus penyebab 34.1.Morfologi virus Departemen SSS1-K8 50’
jamur dan infeksi pada 34.2.Penyakit yang disebabkan Mikrobiologi :
chlamydia mata 34.3.Patogenesis penyakit 1. dr. Sri Amelia,
penyebab infeksi 34.4.Cara penularan dan M.Kes
pada mata pencegahan 2. dr. R. Lia
34.5.Gambaran klinis Kusumawati,
34.6.Diagnosa laboratorium MS, SpMK(K),
34.7.Pengobatan PhD
14. Bakteri 35.1. Morfologi virus
penyebab 35.2.Penyakit yang disebabkan
infeksi pada 35.3.Patogenesis penyakit
mata 35.4.Cara penularan dan
pencegahan
35.5.Gambaran klinis
35.6.Diagnosa laboratorium
35.7.Pengobatan
15. Jamur 36.1.Morfologi virus
penyebab 36.2.Penyakit yang disebabkan
36.3.Patogenesis penyakit
Buku Panduan Mahasiswa
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 12

Dep./ Kode
Pokok Bahasan Materi Specific Learning Objectives Waktu
Narasumber Tahapan
infeksi pada 36.4.Cara penularan dan
mata pencegahan
36.5.Gambaran klinis
36.6.Diagnosa laboratorium
36.7.Pengobatan
16. Chlamydia 36.1.Morfologi virus
penyebab 36.2.Penyakit yang disebabkan
infeksi pada 36.3.Patogenesis penyakit
mata 36.4.Cara penularan dan
pencegahan
36.5.Gambaran klinis
36.6.Diagnosa laboratorium
36.7.Pengobatan
12. Obat yang 12.1 Obat yang 12.1.1 Menjelaskan target kerja obat Departemen SSS1-K9 50’
digunakan untuk digunakan pada pada mata Farmakologi dan
penyakit mata penyakit mata 12.1.2.Menjelaskan aspek Terapeutik :
farmakologi obat antiinfeksi 1. dr. Sake Juli
topikal untuk mata Martina, SpFK
12.1.3. Menjelaskan aspek 2. dr. Siti ,Syarifah,
farmakologi obat sikloplegik M.Biomed
topikal untuk mata
12.1.4. Menjelaskan aspek
farmakologi obat untuk
glaucoma
12.1.5Menjelaskan aspek
farmakologi obat anestesi lokal
untuk mata
12.1.6 Menjelaskan aspek
farmakologi obat lubrikan
untuk mata
12.1.7 Menjelaskan aspek
farmakologi obat antiinflamasi
topikal untuk mata
12.1.8 Menjelaskan berbagai
metode pemberian obat pada
mata
Kelainan Refraksi- 17. Hypermetropia 38.1.Defenisi Hypermetropia Departemen Mata SSS1-K10 50’
1 38.2.Klasifikasi Hypermetropia 1. dr. Aryani
38.3.Penatalaksanaan Atiyatul Amra,
Hypermetropia M.Ked(Oph),
18. Myopia 39.1.Definisi Myopia SpM
39.2.Klasifikasi Myopia 2. dr.Bobby
39.3.Penatalaksanaan Myopia Ramses Erguna
Sitepu,
19. Astigmatisma 40.1.Definisi Astigmatisma M.Ked(Oph),
40.2.Klasifikasi Astigmatisma SpM
40.3.Penatalaksanaan Astigmatisma
20. Presbyopia 41.1.Definisi presbyopia
41.2.Klasifikasi Presbyopia
41.3.Penatalaksanaan Presbyopia
21. Anisometropia 42.1.Defenisi anisometropia
42.2.Klasifikasi anisometropia
42.3.Penatalaksanaan
anisometropia
22. Low vision 43.1.Defenisi low vision
43.2.Klasifikasi low vision
43.3.Penatalaksanaan low vision

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 13

Dep./ Kode
Pokok Bahasan Materi Specific Learning Objectives Waktu
Narasumber Tahapan
Kelainan Refraksi- 23. Lensa kontak 44.1.Defenisi Departemen Mata SSS1-K11 50’
2 44.2.Jenis 1. dr. Aryani
44.3.Pembagian Atiyatul Amra,
44.4.Indikasi M.Ked(Oph),
44.5.Kontraindikasi SpM
44.6.Perawatan 2. dr.Bobby
45. Bedah refraksi 45.1.Lasik Ramses Erguna
45.2.Clear Lens Extraction Sitepu,
45.3.Phakic IOL M.Ked(Oph),
45.4.Radial Keratotomy SpM
45.5.Photo-refractive Keratectomy
45.6.Keratoplasti lamellar
Vision and visual 46. Amblyopia 46.1.Definisi Departemen Mata: SSS1-K12 50’’
fields 46.2.Klasifikasi 1. dr. Aryani
46.3.Gejala Klinis Atiyatul Amra,
46.4.Penatalaksanaan M.Ked(Oph),
47. Strabismus 47.1. Definisi SpM
47.2. Klasifikasi 2. dr.Fithria Aldy,
47.3. Gejala Klinis M.Ked(Oph),
47.4. Penatalaksanaan SpM

Kelainan pada 48. Katarak 48.1.Defenisi Departemen mata: SSS1-K13 50’’


lensa 48.2.Etiologi berdasarkan klasifikasi 1. dr. Delfi,
48.3.Gambaran klinis berdasarkan M.Ked(Oph),
klasifikasi SpM
48.4.Pemeriksaan penunjang 2. dr.Bobby
48.5.Diagnosa Ramses Erguna
48.6.Penatalaksanaan Sitepu,
48.7.Komplikasi M.Ked(Oph),
SpM
Trauma Okuli 49. Trauma tumpul 49.1.Definisi Departemen mata: SSS1-K14 50’
(subconjunctiva 49.2.Etiologi 1. Dr. dr. Rodiah
l haemorrhage, 49.3.Gambaran klinis Rahmawati
Hypaema) 49.4.Penatalaksanaan Lubis,
49.5.Prognosa M.Ked(Oph),
50. Trauma tajam 50.1.Definisi SpM(K)
(laserasi 50.2.Etiologi 2. dr. Vanda
kelopak mata) 50.3.Gambaran klinis Virgayanti,
50.4.Penatalaksanaan M.Ked(Oph),
50.5.Prognosa SpM(K)
51. Trauma asam 51.1.Definisi
51.2.Etiologi
51.3.Gambaran klinis
51.4.Penatalaksanaan
51.5.Prognosa
52. Trauma basa 52.1.Definisi
(eyelid 52.2.Etiologi
retraction) 52.3.Gambaran klinis
52.4.Penatalaksanaan
52.5.Prognosa
Tumor okuli 53. Tumor 53.1.Definisi Departemen mata: SSS1-K15 50’
jinak/ganas 53.2.Etiologi 1. Dr. dr.Rodiah
pada kelopak 53.3.Klasifikasi Rahmawati
mata, 53.4.Tanda dan Gambaran klinis Lubis,
konjungtiva, 53.5.Diagnosa dan pemeriksaan M.Ked(Oph),
intraokuli dan penunjang SpM(K)
orbita 53.6.Penatalaksanaan
Buku Panduan Mahasiswa
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 14

Dep./ Kode
Pokok Bahasan Materi Specific Learning Objectives Waktu
Narasumber Tahapan
53.7.Komplikasi 2. Dr. dr. Masitha
53.8.Prognosa Dewi Sari,
M.Ked(Oph),
SpM(K)
Kelainan pada 54. Optik neuritis 54.1.Defenisi Departemen Mata : SSS1-K16 50’
retina dan vitreous 54.2.Klasifikasi 1. dr. Delfi,
54.3.Gambaran klinis M.Ked(Oph),
54.4.Penatalaksanaan SpM
54.5.Prognosa 2. dr. Vanda
55. Retinitis 55.1.Defenisi Virgayanti,
pigmentosa 55.2.Etiologi M.Ked(Oph),
55.3.Histopatologi SpM
55.4.Gambaran klinis
55.5.Pemeriksaan
55.6.Penatalaksanaan
56. Oklusi arteri 56.1.Defenisi
retina sentral 56.2.Faktor predisposisi
56.3.Gambaran klinis
56.4.Penatalaksanaan
57. Oklusi vena 57.1.Definisi
retina sentral 57.2.Etiologi
57.3.Faktor predisposisi
57.4.Gambaran klinis
57.5.Penatalaksanaan
58. Retinopati 58.1.Definisi
hipertensi 58.2.Etiologi
58.3.Faktor predisposisi
58.4.Gambaran klinis
58.5.Penatalaksanaan
59. Retinopati 63.1.Defenisi
diabetik 63.2.Klasifikasi
63.3.Patogenese
63.4.Gambaran klinis
63.5.Penatalaksanaan
60. Ablasio retina 64.1. Defenisi
64.2. Gambaran klinis
64.3. Klasifikasi
64.4. Penatalaksanaan
61. Perdarahan 61.1. Defenisi
vitreous 61.2. Etiologi
61.3. Gambaran klinis
61.4. Penatalaksanaan
Glaucoma 62. Glaucoma 62.1. Defenisi Departemen Mata : SSS1-K17 50’
62.2. Klasifikasi 1. Prof. dr. Aslim D
62.3. Etiologi Sihotang,SpM
62.4. Tanda-tanda dan gejala 2. Dr. dr. Masitha
62.5. Gambaran klinis Dewi Sari,
62.6. Diagnosa & Pemeriksaan M.Ked(Oph),
penunjang SpM(K)
62.7. Penatalaksanaan
62.8. Prognosis & Komplikasi

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 15

Dep./ Kode
Pokok Bahasan Materi Specific Learning Objectives Waktu
Narasumber Tahapan
Kelainan nutrisi-1 63. Xerophthalmia 63.1. Defenisi Departemen Mata : SSS1-K18 50’
63.2. Stadium 1. dr. Aryani
63.3. Tanda/gejala klinis Atiyatul Amra,
63.4. Faktor-faktor penyebab M.Ked(Oph),
63.5. Pencegahan dan SpM
penatalaksanaan 2. dr. Fithria Aldy,
63.6. Komplikasi M.Ked(Oph),
SpM
Kelainan Nutrisi-2 64. Defisiensi 64.1.Vitamin A and provitamin A Departemen Gizi : SSS1-K19 50’
Vitamin A 64.2.Absorption, transport, and 1. dr. Fitriyani
storage Nasution, SpGK
64.3.Metabolism and bioavailability 2. dr. Halomoan
64.4.Functions Hutagalung
64.5.DRI (dietary refferences
intakes)/AKG (angka
kecukupan gizi)
64.6.Sources
64.7.Deficiencies: primary and
secondary
64.8.Toxicity
64.9.Therapy and prevention
Patologi Anatomi 65. Kelainan Menjelaskan jenis – jenis kelainanan Departemen SSS1-K20 50’
pada kelainan Kongenital pada kongenital pada mata ( ocular Patologi Anatomi :
mata Mata albinism, retinitis pigmentosa, x- 1. dr. Causa Trisna
linked coloboma, dll) Mariedina,
66. Hubungan 66.1.Menjelaskan patogenesis M.Ked(PA)
Penyakit exophthalmus akibat hipertiroid 2. dr. T. Kemala
sistemik dengan 66.2.Menjelaskan patogenesis Intan, MPd,
kelainan pada diabetik retinopati M.Biomed
mata 66.3.Menjelaskan patogenesis
hipertensi retinopati
67. Penyakit Infeksi 67.1.Menjelaskan patogenesis
pada mata Conjunctivitis
67.2..Menjelaskan patogenesis
infeksi pada kornea akibat
Herpes simpleks
67.3.Menjelaskan patologi dan
morfologi perubahan kornea
akibat Herpes simpleks
68. Neoplasma 68.1.Menjelaskan patologi malignant
pada mata Melanoma
68.2.Menjelaskan patologi
Retinoblastoma
68.3.Menjelaskan patologi
metastatic intraocular dan
orbital
Kebutaan di 69. Preventive 69.1.Pencegahan penyakit infeksi Departemen IKK : SSS1-K21 50’
Indonesia opthalmology: mata 1. Dr. dr. Rina
69.2.Pencegahan amblyopia Amelia, MARS
69.3. Pencegahan cedera radiasi 2. Dr. dr. Juliandi
69.4. Pencegahan glaukoma Harahap, MA
69.5. Pencegahan hilangnya
penglihatan karena obat-
obatan
69.6. Pencegahan penyakit
metabolic dan genetik
69.7.Pencegahan xerophthalmia

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 16

Pokok Kode
Materi Specific Learning Objectives Dep. / Narasumber Waktu
Bahasan Tapan

SPECIAL SENSES 2
Lingkup Bahasan-1: Struktur organ pada sistem THT
Anatomi THT 1. Pembentukan & 1.1. Menjelaskan pembentukan & Departemen SSS2-K1 50’
perkembangan perkembangan (embriologi Anatomi :
organ telinga,hidung dan tenggook) 1. dr. Mega Sari
pendengar, Sitorus, M.Kes,
penghidu dan SpPA
pengecapan 2. dr. Lita
1.2. Menjelaskan gannguan Feriyawati,
Kelainan perkembangan (embriologi) M.Kes, SpPA
perkembangan berupa kelainan kongeintal organ
organ pendengaran, penghidu dan
pendengar, pengecapan.
penghidu dan
pengecapan
2. Jenis 2.1. Menjelaskan jenis pengecapan Departemen SSS2-K2 50’
pengecapan yang umum dan lain-lain Anatomi :
Lokasi 2.2. Menjelaskan lokasi pengecapan 1. dr. Mega Sari
pengecapan 2.3. Menjelaskan penyebaran Sitorus, M.Kes,
pengecapan SpPA
2.4. Menjelaskan saraf pengecapan 2. dr. Lita
2.5. Menjelaskan jenis pucuk Feriyawati,
pengecapan & spesifikasinya M.Kes, SpPA
3. Struktur anatomi 3.1. Menjelaskan besar daerah hidung
daerah tempat tempat pembauan
pembauan 3.2. Menjelaskan saraf pembauan
3.3. Menjelaskan lokasi &
penyebarannya
3.4. Menjelaskan bentuk pucuk
pembau
3.5. Menjelaskan pucuk pembau &
penyebarannya
Histologi 4. Telinga 4.1. Telinga luar (daun telinga, Departemen SSS2-K3 50’
audireseptor Meatusakustikus eksternus, Histologi :
Kelenjar seruminosa, Membrana 1. dr. Feby Yanti
timpani, Membrana shrapnel) Harahap,
4.2. Telinga tengah (Tuba auditiva ( M.Ked(PA),
Eustachii): foramen ovale,
SpPA
foramen rotundum, osikel
pendengar, Maleus, inkus , 2. dr. Esther RD
stapes) Sitorus,
4.3. Telinga dalam (labirinth, Utrikulus, M.Ked(PA),
Sakulus, Duktus semisirkularis, SpPA
Duktus dan sakus, Endolimfatikus,
Duktus Koklearis)
Lingkup Bahasan 2: Fisiologi THT
Fisiologi 5. Fungsi telinga 5.1. Menjelaskan fungsi daun telinga, Departemen Fisiologi SSS2-K4 50’
pendengaran bagian luar, liang telinga, membran tymphani, 1. dr. Selly
dan koordinasi tengah dan tulang pendengaran, koklea, Azmeila,
dalam. aparatus vestibularis. M.Ked(Oph),
3. Gelombang a. Menjelaskan panjang gelombang SpM
suara suara
b. Menjelaskan sifat gelombang
suara
Buku Panduan Mahasiswa
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 17

Pokok Kode
Materi Specific Learning Objectives Dep. / Narasumber Waktu
Bahasan Tapan
c. Menjelaskan warna suara / warna 2. dr. Milahayati
nada Daulay,
4. Lintasan a. Menjelaskan mekanisme M.Biomed.
persarafan perjalanan impuls dari telinga luar
sensoris telinga hingga ke otak.
(mekanisme
pendengaran).
5. Patofisiologi a. Menjelaskan terjadinya ketulian
ketulian serta klasifikasinya.
6. Sistem a. Menjelaskan tentang sistem Departemen SSS2-K5 50’
keseimbangan & keseimbangan & koordinasi Fisiologi:
koordinasi. b. Memahami mekanisme kerja 1. dr. Selly
organ keseimbangan. Azmeila,
c. Memahami patofisiologi terjadinya M.Ked(Oph),
motion sickness, nystagmus,
SpM
vertigo, meniere syndrome.
2. dr. Milahayati
Daulay,
M.Biomed.

Fisika 3. Telinga dan a. The outer, middle, inner Ear Departemen SSS2-K6 50’
Pendengaran Pendengaran b. Sel rambut dalam deteksi suara Fisiologi:
c. Sensitivity of the Ears 1. dr. Selly
3. Sound and a. The Hearing Mechanism Azmeila,
Hearing b. Sound Perception M.Ked(Oph),
4. Ears and a. The Ears SpM
Audiometry b. Audiometry 2. dr. Milahayati
c. Otoscopy Daulay,
5. Sound in a. Pendengaran ,Uji Pendengaran M.Biomed.
Medicine b. Akustik
(Suara dan
Telinga)
6. Mekanisme a. Jenis Teori, Teori Spatial
syaraf Temporal
pendengaran b. Jalur-Jalur Sistem Pendengaran
c. Penyandian Akustik
Fisiologi 7. Struktur dan a. Menjelaskan reseptor Departemen SSS2-K7 50’
pengecapan fungsi organ pengecapan dan pembagian Fisiologi :
dan penghidu pengecap. sensasi rasa 1. dr. Selly
8. Mekanisme a. Menjelaskan 3 saraf kranial yang Azmeila,
sensasi rasa berperan terhadap sensasi rasa : M.Ked(Oph),
N.VII, N.IX, N.X SpM
b. Menjelaskan sifat gelombang 2. dr. Milahayati
suara Daulay,
c. Menjelaskan mekanisme stimulasi
reseptor oleh zat berasa manis, M.Biomed.
asam, asin, pahit dan umami.
9. Struktur & lokasi a. Menjelaskan struktur & lokasi
reseptor reseptor penghidu : bulbus
penghidu. olfaktorius
10. Lintasan a. Menjelaskan mekanisme
persarafan penghidu
sensorik hidung
11. Hubungan a. Menjelaskan hubungan penghidu
dengan nafsu dengan selera makan melalui
makan hipotalamus.
Buku Panduan Mahasiswa
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 18

Pokok Kode
Materi Specific Learning Objectives Dep. / Narasumber Waktu
Bahasan Tapan

Lingkup Bahasan 3: Kelainan pada sistem pendengaran, pengecapan dan penghidu

Kelainan pada 12. Penyakit 20.1. Menjelaskan tentang Definisi Departemen THT : SSS2-K8 50’
Telinga telinga luar: 20.2. Menjelaskan tentang Etiologi 1. dr. M. Pahala
20.3. Menjelaskan Patologi Hanafi, SpTHT-
Kelainan 20.4. Menjelaskan Gejala dan Tanda KL(K)
kongenital,mikrot Klinis 2. Dr. dr. Devira
ia,makrotia, 20.5. Menjelaskan Penatalaksanaan Zahara,
20.6. Menjelaskan Komplikasi M.Ked(ORL-
fistula HNS), SpTHT-
preaurikular, KL(K)
atresia liang
telinga,

Inflamasi
aurikula,
Perikondritis, Ot
hematoma

Benda asing
telinga,

Serumen prop,

Trauma
aurikular,

Tumor jinak
telinga luar
(Eksostose,
osteoma,
adenoma)
21. Infeksi liang 21.1. Menjelaskan tentang Definisi Departemen THT : SSS2-K9 50’
telinga: 21.2. Menjelaskan tentang Klasifikasi 1. dr Harry A.
Otitis eksterna, 21.3. Menjelaskan tentang Etiologi / Asroel, SpTHT-
Otomikosis faktor predisposisi KL(K)
21.4. Menjelaskan Gejala dan Tanda 2. dr. Indri
Herpes zoster Klinis Adriztina,
otikus, 21.5. Menjelaskan Pemeriksaan untuk M.Ked(ORL-
Menegakkan Diagnosis HNS), SpTHT-
21.6. Menjelaskan Penatalaksanaan KL
22. Fraktur temporal 22.1. Menjelaskan tentang Definisi
22.2. Menjelaskan tentang Etiologi
22.3. Menjelaskan tentang Klasifikasi
22.4. Menjelaskan Gejala dan Tanda
Klinis
22.5. Menjelaskan Pemeriksaan untuk
Menegakkan Diagnosis
22.6. Menjelaskan Penatalaksanaan

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 19

Pokok Kode
Materi Specific Learning Objectives Dep. / Narasumber Waktu
Bahasan Tapan
23. Infeksi telinga 23.1.Menjelaskan tentang Definisi Departemen THT : SSS2-K10 50'
tengah: 1. Prof. dr.
Otitis Media Akut 23.2. Menjelaskan Etiologi Askaroellah
(OMA), 23.3. Menjelaskan Stadium dan Aboet, SpTHT-
Klasifikasi KL(K)
abses bezold 23.4. Menjelaskan Gejala 2. dr. Harry A.
23.5. Menjelaskan Perjalanan penyakit Asroel, SpTHT-
Otitis Media 23.6. Menjelaskan tentang Diagnosis KL(K)
Serosa Banding
23.7. Menjelaskan tentang pemeriksaan
Otitis Media untuk Menegakkan Diagnosis
Supuratifa Kronis 23.8. Menjelaskan tentang Terapi
(OMSK),
mastoiditis,

Miringitis bulosa,
perforasi
membran
timpani
Kelainan pada 24. Penyakit telinga 24.1.menjelaskan tentang Definisi Departemen THT : SSS2-K11 50’
telinga dalam: 24.2.menjelaskan tentang Etiologi / 1. Prof.dr.
Timpanosklerosi faktor predisposisi Askaroellah
s, Aboet, SpTHT-
24.3. menjelaskan patogenesa/ Patologi
KL (K)
24.4. menjelaskan Gejala dan tanda
Otosklerosis, 2. Dr. dr.Devira
klinis
24.5. menjelaskan cara mendiagnosis Zahara,
Labirinitis M.Ked(ORL-
24.6. menjelaskan Penatalaksanaan
HNS), SpTHT-
Trauma telinga KL(K)

25. Penyakit Telinga 25.1.Menjelaskan definisi Departemen THT : SSS2-K12 50’


dalam 1. Dr. dr. Yuliani
25.2. menjelaskan etiologi M. Lubis,
Presbikusis 25.3. menjelaskan gejala dan tanda SpTHT-KL
Trauma Akustik 25.4. menjelaskan pemeriksaan untuk 2. dr.Vive
akut menegakkan diagnosis Kananda,
Ototoksik 25.5. menjelaskan penatalaksanaan SpTHT-KL
Tuli kongeniital
Virus, bakteri 26. Virus penyebab 26.1.Menyebutkan Morfologi virus Departemen SSS2-K13 50’
dan jamur infeksi pada 26.2.Menjelaskan penyakit yang Miikrobiologi :
penyebab THT : rhinovirus, disebabkan oleh virus 1. dr. Tetty Aman
infeksi pada Nasution,
Paramyxovirus, 26.3.Menjelaskan patogenesis penyakit
THT M.Med.Sc
RSV 26.4.Menjelaskan cara penularan dan 2. dr. Maria
(laryngotracheob pencegahan Magdalena
ronchitis), 26.5.Menjelaskan gambaran klinis Simatupang,
Orthomyxovirus, 26.6.Menjelaskan diagnosa MKT
Echovirus + laboratorium
coxsackievirus, 26.7.Menyebutkan pengobatan

Coronavirus
27. Bakteri penyebab 27.1.Menjelaskan penyakit yang
infeksi pada THT: disebabkan & gambaran klinis

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 20

Pokok Kode
Materi Specific Learning Objectives Dep. / Narasumber Waktu
Bahasan Tapan
Pseudomonas, 27.2.Menjelaskan patogenesis & faktor
Staph. aureus, virulensi
Strep. pyogenes,
Strep.pneumonia 27.3. Menjelaskan cara penularan dan
e, H.influenzae, pencegahan
Infeksi anaerob : 27.4. Menjelaskan diagnosa
Fusobacterium, laboratorium
Kleb. ozaenae, 27.5. Menyebutkan terapi& pencegahan
Mor. Catarrhalis
28. Jamur penyebab 28.1. Menjelaskan pathogenesis &
infeksi pada THT: gambaran klinis
Candida, 28.2. Menyebutkan terapi
Rhinosporidiosis
Farmakologi 29. Obat yang 29.1. Menjelaskan aspek farmakologi Departemen SSS2- 1x50’
Obat pada digunakan pada antiinfeksi topikal pada telinga Farmakologi dan K14
Telinga gangguan telinga 29.2. Menjelaskan aspek farmakologi Terapeutik :
obat antiinflamasi pada telinga 1. Dr.rer.medic.,
29.3. Menjelaskan aspek farmakologi dr. M. Ichwan,
obat untuk melunakkan serumen MSc
29.4. Menjelaskan cara pemberian obat 2. Prof. Dr. dr.
topikal pada telinga Rozaimah Z.
Hamid, MS,
SpFK
Pendengaran 30. Pemeriksaan 30.1 Menjelaskan tentang Definisi Departemen THT : SSS2- 50’
dan pendengaran 26.2. Menjelaskan tentang Etiologi / 1. Prof. Dr. dr. K15
Keseimbangan dan faktor predisposisi Tengku. Siti
keseimbangan: Hajar Haryuna,
26.3. Menjelaskan patogenesa/ Patologi
Garpu penala, SpTHT-KL(K)
26.4. Menjelaskan Gejala dan tanda
test berbisik dan klinis 2. Dr. dr. Yuliani
26.5. Menjelaskan cara mendiagnosis Lubis, SpTHT-
Audiometri, KL
26.6. Menjelaskan Penatalaksanaan
Pemeriksaan
timpanometri,

Menjelaskan
tes- tes
keseimbangan
dan koordinasi
31. Gangguan 31.1. Menjelaskan tentang Definisi Departemen THT : SSS2-K16 50’
Pendengaran 31.2. Menjelaskan tentang Etiologi / 1. dr.Adlin Adnan,
dan faktor predisposisi SpTHT-KL(K)
31.3. Menjelaskan patogenesa/ Patologi 2. Prof. Dr. dr.
Keseimbangan:
31.4. Menjelaskan Gejala dan tanda Tengku Siti
Tuli konduktif, Hajar Haryuna,
sensorineural, klinis
SpTHT-KL(K)
31.5. Menjelaskan cara mendiagnosis
Acute Acoustic 31.6. Menjelaskan Penatalaksanaan
trauma,
Noise induced
hearing loss
Motion sickness
Menier’s
disease
Neuritis
vestibuler

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 21

Pokok Kode
Materi Specific Learning Objectives Dep. / Narasumber Waktu
Bahasan Tapan
Facial palsy or
paralisis
Neuroma akustik
Kelainanpada 32. Kelainan pada Departemen THT: SSS2-K17 50’
Hidung Hidung-1: 32.1 Menjelaskan tentang Definisi 1. dr.Ferryan
a. Menjelaskan tentang Etiologi / Sofyan, MKes,
Kelainan pada faktor predisposisi SpTHT-KL
hidung luar: 2.dr.Siti Nursiah,
b. Menjelaskan patogenesa/ Patologi
Vestibulitis SpTHT-KL(K)
c. Menjelaskan Gejala dan tanda
Furunkulosis klinis
d. Menjelaskan cara mendiagnosis
Kelainan pada e. Menjelaskan Penatalaksanaan
rongga hidung :
Rinitis Akut&

Rinitis kronik

Benda asing di
hidung

33. Kelainan pada – 33.1 Menjelaskan tentang Definisi Departemen THT : SSS2-K18 50’
Hidung-2: 33.2.Menjelaskan tentang Etiologi / 1. Dr. dr. Andrina
Polip hidung, faktor predisposisi YM Rambe,
SpTHT-KL
33.3.Menjelaskan patogenesa/ Patologi
Kelainan 2. dr. Ferryan
septum/deviasi 33.4.Menjelaskan Gejala dan tanda Sofyan, MKes,
septum, klinis Sp.THT-KL(K)
33.5.Menjelaskan cara mendiagnosis
Epistaksis, 33.6.Menjelaskan Penatalaksanaan

Rinosinusitis
Akut,

Ethmoiditis akut,

Rinosinusitis
kronis
Onkologi 34. Tumor ganas 34.1 Definisi Departemen THT : SSS2-K19 50’
Laring 34.2 Etiologi dan faktor predisposisi 1. dr. Ashri
34.3 Gejala dan tanda klinis Yudhistira,
SpTHT-KL(K)
34.4 Cara menegakkan diagnosa
2. dr. Rizalina A.
34.5 Penatalaksanaan Asnir, SpTHT-
34.6 Komplikasi KL(K)

35. Tumor hidung 35.1 Menjelaskan tentang epidemiologi


dan sinus tumor ganas hidung dan sinus
paranasal paranasal
35.2.Menjelaskan Etiologi dari tumor
ganas hidung dan sinus paranasal
35.3.Menjelaskan Gejala dan tanda
klinis tumor ganas hidung dan
sinus paranasal
35.4.Menjelaskan tentang Lokasi tumor
ganas hidung dan sinus paranasal
Buku Panduan Mahasiswa
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 22

Pokok Kode
Materi Specific Learning Objectives Dep. / Narasumber Waktu
Bahasan Tapan
35.5.Menjelaskan tentang Patologi
tumor ganas hidung dan sinus
paranasal
35.6.Menjelaskan tentang Stadium
tumor ganas hidung dan sinus
paranasal
35.7.Menjelaskan bagaimana
mendiagnosis tumor ganas hidung
dan sinus paranasal
35.8.Menjelaskan Penatalaksanaan
tumor ganas hidung dan sinus
paranasal
35.9.Menjelaskan Prognosis tumor
ganas hidung dan sinus paranasal

Radiologi pada 36. Radiologi pada 36.1.Radiologi pada sistem Departemen SSS2-K20 50’
sistem sistem penginderaan khusus Radiologi :
penginderaan penginderaan 1. dr.Netty D. Lubis,
khusus SpRad
khusus
2. dr. Elvita Rahmi
Daulay,
M.Ked(Rad),
SpRad

Alergi 37. Rinitis Alergi 37.1 Menjelaskan definisi rinitis alergi Departemen THT: SSS2-K21 50’
a. Menjelaskan klasifikasi rinitis 1. dr.Yuritna
alergi Haryono,SpTHT-
b. Menjelaskan sumber alergen KL(K)
c. Menjelaskan patogenesis rinitis 2. Prof. Dr. dr.
alergi Delfitri Munir,
d. Menjelaskan cara mendiagnosa SpTHT-KL (K)
rinitis alergi
e. Menjelaskan tes alergi
f. Menjelaskan penatalaksanaan
rinitis alergi
Kelainan pada 38. Infeksi pada 38.1 Menjelaskan tentang Definisi Departemen THT : SSS2-K22 50’
faring& laring faring, adenoid a. Menjelaskan tentang Etiologi / 1. Dr. dr.Yusa
&tonsil: faktor predisposisi Herwanto,
Faringitis Akut M.Ked(ORL-
b. Menjelaskan patogenesa/ Patologi
Faringitis Kronis c. Menjelaskan Gejala dan tanda HNS), SpTHT-
Faringitis Spesifik KL(K)
klinis
2. dr. Linda
d. Menjelaskan cara mendiagnosis
Tonsilitis akut I.Adenin,SpTHT-
e. Menjelaskan Penatalaksanaan
Tonsilitis kronis KL
Tonsilitis
membranosa
Indikasi
tonsilektomi
dan
adenoidektomi

Hipertropi
adenoid

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 23

Pokok Kode
Materi Specific Learning Objectives Dep. / Narasumber Waktu
Bahasan Tapan
39. Aspirasi 39.1 Menjelaskan definisi
a. Menjelaskan etiologi
b. Menjelaskan gejala dan tanda
c. Menjelaskan pemeriksaan
d. Menjelaskan penatalaksanaan

40. Abses leher 40.1 Definisi Departemen THT : SSS2-K23 50’


dalam dan dasar 40.2 Etiologi dan faktor predisposisi 1. dr. Arfiza Putra
mulut (Abses 40.3 Patogenesis / Patologi Saragih, SpTHT-
peritonsil KL
40.4 Gejala dan tanda klinis
(Quinsy), Abses 2. Dr. dr.Yusa
retrofaring, Abses 40.5 Diagnosa / Diagnosa banding Herwanto,
parafaring, 40.6 Penatalaksanaan M.Ked(ORL-HNS),
SpTHT-KL(K)
Ludwig's Angina)
Kelainan pada 41. Kongenital 41.1 Definisi Departemen THT : SSS2-K24 50’’
faring &laring (Laringomalasia, 41.2 Etiologi dan faktor predisposisi 1. Dr. dr.Yusa
Stenosis subglotik 41.3 Patogenesis / Patologi Herwanto,
kongenital, 41.4 Gejala dan tanda klinis M.Ked(ORL-HNS),
Selaput di laring 41.5 Diagnosa / Diagnosa banding SpTHT-KL(K)
(Laryngeal Web), 41.6 Penatalaksanaan 2. dr.Arfiza Putra
Kista kongenital, Saragih, SpTHT-
Hemangioma, KL
Fistel
laringotrakeal
esofagal)
42. Peradangan 42.1 Etiologi dan faktor predisposisi
(Laringitis akut, 42.2 Patofisiologi / Patogenesis
Laringitis kronis, 42.3 Gejala dan tanda klinis
42.4 Cara menegakkan diagnosa
Pseudo-croup
acute epiglotitis, 42.5 Penatalaksanaan
Laringitis kronis
spesifik
(Laringitis
Tuberkulosis, L.
Luetika),

Trakheitis
43. Medial & lateral 43.1 Definisi
branchial cyst & 43.2 Etiologi dan faktor predisposisi
fistula, 43.3 Patogenesis / Patologi
43.4 Gejala dan tanda klinis
higroma kistik,
43.5 Diagnosa / Diagnosa banding
tortikolis, 43.6 Penatalaksanaan

kista,

goiter
44. Penyakit 44.1 Definisi Departemen THT: SSS2-K25 50’
esofagus: benda 44.2 Etiologi dan faktor predisposisi 1. dr.Arfiza Putra
asing, 44.3 Patogenesis / Patologi Saragih, SpTHT-
KL(K)
44.4 Gejala dan tanda klinis
corrosive 2. dr. Linda I. Adenin,
lession, 44.5 Diagnosa dan Penatalaksanaan SpTHT-KL

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 24

Pokok Kode
Materi Specific Learning Objectives Dep. / Narasumber Waktu
Bahasan Tapan

reflux esofagitis,

akalasia,

ruptur esofagus

45. Sumbatan pada 45.1 Etiologi


jalan napas 45.2 Gejala dan tanda klinis
Trikotirotomi 45.3 Pembagian stadium ( Jackson )
Trakeostomi
45.4 Penatalaksanaan

46. Benda asing di 46.1 Jenis benda asing


tonsil, dasar 46.2 Etiologi / faktor predisposisi
lidah, saluran 46.3 Insidens
nafas
46.4 Diagnosa
46.5 Gejala dan tanda klinis

Farmakologi 47. Obat yang 47.1. Menjelaskan aspek farmakologi Departemen SSS-K26 50’
obat pada digunakan pada nasal decongestant Farmakologi dan
hidung, dan gangguan 47.2. Menjelaskan aspek farmakologi Terapeutik:
tenggorok antialergi topikal pada hidung 1. Dr.rer.medic.
hidung
dr.M.Ichwan,
48. Obat yang 48.1. Menjelaskan aspek farmakologi M.Sc
digunakan antiseptik pada tenggorok. 2. Dr.dr.Yunita
tenggorok Sari Pane, M.Si

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 25

OUTLINE PRAKTIKUM
No. Uraian Praktikum Kode Tahapan Jam Departemen
Special Senses 1
Praktikum 1 Anatomi mata SSS1-Pr1 3 x 50’ Anatomi
Praktikum 2 Sistem fotoreseptor SSS1-Pr2 3 x 50’ Histologi
Praktikum 3 Agonis dan supra agonis SSS1-Pr3 3 x 50’ Farmakologi dan
Terapeutik
Special Senses 2
Praktikum 1 Anatomi telinga SSS2-Pr1 3 x 50’ Anatomi
Praktikum 2 Audiometer/Percobaan Melde SSS2-Pr2 3 x 50’ Fisiologi
Praktikum 3 Sistem audioreseptor SSS2-Pr3 3 x 50’ Histologi
Praktikum 4 Faal indra khusus SSS2-Pr4 3 x 50’ Fisiologi
Praktikum 5 Kajian polifarmasi : interakasi obat SSS2-Pr5 3 x 50’ Farmakologi dan
pada sistem spesial sense Terapeutik

OUTLINE SKILLS LAB


Uraian Kegiatan Skills Lab Kode Tahapan Jam Ruangan
Special Senses 1
Komunikasi dokter-pasien mengenai penyakit mata SSS1-SL1 3 x 50’ Ruang skills
Yang berhubungan dengan penurunan tajam lab
penglihatan disertai keterampilan klinik pemeriksaan
visus

Special Senses 2
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Penyakit Telinga, SSS2-SL1 3 x 50’ Ruang skills
Hidung dan Tenggorok lab
Keterampilan Klinik Pemeriksaan Fisik Leher SSS2-SL2 3 x 50’ Ruang skills
lab

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 26

LINGKUP BAHASAN BLOK PENDAMPING


COMMUNITY RESEARCH PROGRAMME 5 (Blok SSS)
Pokok Dept / Kode
Materi Specific Learning Objectives Waktu
Bahasan Narasumber Tahapan
Harm Critical Appraisal Menggunakan data dan bukti
pengkajian ilmiah untuk menilai
relevansi dan validitasnya
Menerapkan metode riset dan statistik
untuk menilai kesahihan informasi
ilmiah
Menerapkan keterampilan dasar
pengelolaan informasi untuk
SSS1-
menghimpun data relevan menjadi TIM 3*50’
CRP5-DK5
arsip pribadi
Menerapkan keterampilan dasar
dalam menilai data untuk
melakukan validasi informasi ilmiah
secara sistematik
Meningkatkan kemampuan secara
terus menerus dalam
merangkum dan menyimpan arsip
Critical Appraisal Menggunakan data dan bukti
pengkajian ilmiah untuk menilai
relevansi dan validitasnya
Menerapkan metode riset dan statistik
untuk menilai kesahihan informasi
ilmiah
Menerapkan keterampilan dasar
pengelolaan informasi untuk
menghimpun data relevan menjadi SSS1-
TIM 3*50’
arsip pribadi CRP5-DK6
Menerapkan keterampilan dasar
dalam menilai data untuk
melakukan validasi informasi ilmiah
secara sistematik
Meningkatkan kemampuan secara
terus menerus dalam
merangkum dan menyimpan arsip

Metaanalysis 1. Sistematik 1.1. Menjelaskan pengertian Kuliah : SSS2- 1*50’’


Review Sistematic Review EBM 1.dr. Putri CRP5-K7
1.2. Menjelaskan komponen validity Eyanoer, MSc.
1.3. Menjelaskan komponen important Ph.D
(CER, EER, ARR, NNT) 2.Dr. dr.
ArlindaS. W,
MKes
2. Metaanalysis 2.1. Menjelaskan pengertian Kuliah : SSS2- 1*50’’
Metaanalysis EBM 1. dr. Putri CRP5-K8
2.2. Menjelaskan komponen Validity Eyanoer, MSc.
2.3. Menjelaskan komponen important Ph.D
(CER, EER, ARR, NNT) 2. Dr. dr.
ArlindaS. W,
MKes
3. Review 5.1. Mendapatkan feed back dari Pleno Pakar : SSS2-PP- 2*50’’
DiagnostiC mahasiswa TIM CRP5
Therapy 5.2. Mendiskusikan permasalahan
Prognosis seputar Diagnostik, Therapy,
Harm Prognosis, Harm dan
Metaanalysis

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 27

BAHASA INDONESIA
Pokok bahasan Kode Tahapan
Ragam Wacana Narasi BHP-IND-K11
Lanjutan dalam bentuk tugas BHP-IND-K12
Sistematika Karangan Ilmiah BHP-IND-K13
Lanjutan dalam bentuk tugas BHP-IND-K14
Lanjutan dalam bentuk tugas BHP-IND-K15

BAHASA INGGRIS
Pokok bahasan Kode Tahapan
Writing a Paragraph in Expository Form BHP-ENG-K11
General Review BHP-ENG-K12
Writing an Abstract BHP-ENG-K13
Writing an Essay of Three or Five Paragraph BHP-ENG-K14
Doing a Presentation Based on a Longer Outline BHP-ENG-K15

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 28

VI. REFERENSI

SPECIAL SENSE SYSTEM

Buku Teks

Departemen Judul Buku Penulis Penerbit Edisi Hal

ANATOMI Embriologi Kedokteran Jan Langman EGC 1975/Edisi 3


Hand atlas of Human Anatomy. Spatelhotz J.B. Lippincott Co 7th Ed
HISTOLOGI Bloom & Fawcett a Textbook of Don Wayne Chapman & Hall, 1997/12th ed.
Histology Fawcett, Ronald P New York
Jensh
Color Textbook of Histologi Gartner LP, Hiatt JL WB Saunders 2001/2nd ed.
Company,
Philadelphia,
Pennsylvania.
Wheater’s Functional Histology B. Young, JW Churchill Livingstone 2000
a Text & Colour Atlas Heath
Basic Histology Text & Atlas LC Junquira, J Lange Medical 2003/10th ed.
Carneiro Books, Mc Graw-Hill
FISIOLOGI Review of Medical Physiology Ganong WF Mc Graw Hill 2001/ 20th
ed.
Textbook of Medical Physiology Guyton AC EGC 2006/11th ed.
Human Physiology; From Cells Sherwood L International Student 2002/3th ed.
to Systems Edition, Thomson-
Brooks/Cole
FISIKA Medical Physics Cameron John R, John Wiley & Sons
KEDOKTERAN Skofronick James
G
Osmotic Pressure in the Hobbie R. K
Physics Course for Students of
the Life Sciences
Intermediate Physics for Hobbie R. K
Medicine & Biology
MIKROBIOLOGI Medical Microbilogy & Levinson, Warren McGraw-Hill 2000/6th ed
Immunology and Jawetz, Ernest
Manual of Clinical Microbiology Lennette, E.H. American Society for 1980/3rd, ed.
Balow, A. Hausler, Microbiology
W and Truant
Detection, Prevention and Kunin, CM LAE & Febriger, 1979/3rd ed
Management of UTI Philadelphia
PARASITOLOGI Fondation of Parasitology Schmidth G. D., Mc Graw Hill
Roberts L. S.
Essentials of Human Heelan J. S., Delmar, Thompson
Parasitology Ingersoll F. W. Learning
General Parasitology Cheng T. C. Academic Press An
Imprint of Elsevier
PATOLOGI Basic Pathology Robbin, Kumar WB Sanders 2004
ANATOMI Pathology Rubin & Farber LippincottWilliams & 3rd ed. 1999
Wilkins
FARMAKOLOGI Basic and Clinical Katzung B. G. Lange Mc Graw Hill 2004
&TERAPEUTIK Pharmacology
GIZI Vitamins dalam Krause’s: Gallagher M.L. . Philadelphia Ed.11 2004 75-83
Food, Nutrition, & Diet Therapy
Vitamin A: retinoids and the Ball G.F.M. . CRC Press, United 2006 39-150
provitamin A carotenoids, States of America
dalam Vitamins in Foods:
Analysis, Bioavailability, and
Stability
Buku Panduan Mahasiswa
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 29

MATA American Academy of Foundation of The 2009-


Ophthalmology,Basic and American Academy of 2010
Clinical Sign. Ophthalmology,San
Fransisco, California
Clinical Ophthalmology, A Jack J.Kanski Butterworth- Ed. 6, 2007
Systematic Approach Heinneman, London
Clinical Ophthalmology Duane Lippincott 2004
Williams&Wilkins
General Ophthalmology Daniel Voughn Widya Medika Edisi 14,
Jakarta 2000
Ophthalmology Khurana A.K. India, Reprint Edisi 4, 2003
THT Boies 1997

Ballenger 1994

Dhingra 2008

RADIOLOGI Radiologi Diagnostik Iwan Ekayuda FK-UI RSCM 2005, Edisi 2

BLOK PENDUKUNG
COMMUNITY RESEARCH PROGRAM 5

JUDUL BUKU PENULIS PENERBIT EDISI


Medical LANGE 2004
Epidemiology
How to teach and practice Sharon E. Straus, et.al Elsevier Churcill Livingstone
EBM
Clinical Robert H. Fletcher, et.al 3rd ed.
Epidemiology

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 30

VII. METODE PEMBELAJARAN


PEMUTARAN FILM

Pemutaran film bertujuan memberikan wawasan dan gambaran mengenai luasnya lingkup Blok Special
Senses System dan membangkitkan minat mahasiswa untuk memahami blok ini.

KULIAH

Kuliah hanya bertujuan untuk memberikan konsep dasar dalam memahami materi-materi yang
berhubungan dengan special senses, sehingga akan memudahkan mahasiswa dalam membaca buku
teks, dan referensi lainnya. Kuliah tidak bertujuan untuk memberikan isi keseluruhan dari materi, dengan
demikian kepada mahasiswa diwajibkan untuk membaca referensi yang dianjurkan.

PROBLEM-BASED LEARNING (PBL)


Kegiatan belajar Problem Base Learning (PBL) menggunakan metode 2 (dua) kali diskusi untuk setiap
pemicu (trigger) dan 1 (satu) kali pertemuan pleno, yang dihadiri para pakar dari setiap departemen terkait
dengan Blok Special Senses System.
Diskusi dilaksanakan dalam kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 12-15 mahasiswa dan
didampingi oleh seorang tutor yang berperan sebagai fasilitator bukan narasumber, dan berlangsung
selama 3x50 menit untuk setiap pertemuan tutorial.

Metode pembelajaran ini bertujuan untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam belajar mandiri,
menentukan materi pembelajaran, mencari informasi sesuai dengan kebutuhannya, mengasah
keterampilan berfikir kritis (critical thinking) melalui masalah yang relevan dengan keadaan sebenarnya
yang diberikan dalam pemicu, serta mengkomunikasikannya secara efektif dalam diskusi maupun
presentasi.

Kegiatan PBL pada blok ini terdiri dari lima kasus, setiap kasus didiskusikan dalam dua kali pertemuan
diskusi dan diakhiri dengan satu kali pertemuan pleno.

BELAJAR MANDIRI
Agar lingkup materi dapat dikuasai dengan baik, pada saat melaksanakan kegiatan belajar mandiri,
mahasiswa diharapkan melaksanakan proses belajar dengan tahapan sebagai berikut :
1. Mengkaji lingkup bahasan dengan membaca referensi yang dianjurkan, karena kuliah pada hakikatnya
hanya memberikan konsep dasar dari materi, dan pertemuan tutorial akan memicu mahasiswa untuk
mengintegrasikan pemahaman konsep dalam menyelesaikan masalah.
2. Mencari dan mempelajari materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran di perpustakaan, dapat
berupa handout, buku teks, jurnal ilmiah, CD-ROM, atau informasi dari sumber terpercaya di internet.
3. Diskusi dengan narasumber apabila diperlukan.

PRAKTIKUM
Praktikum dilaksanakan di laboratorium Anatomi, Histologi, Fisika, Biokimia, Farmakologi, Patologi
Anatomi, dan Patologi Klinik sesuai jadwal kegiatan
Mahasiswa dibagi dalam 10 (sepuluh) kelompok yang terdiri dari 45 mahasiswa per kelompok, yang akan
dibimbing oleh seorang staf pengajar.
Sebelum praktikum akan dilakukan quiz untuk mengukur kesiapan mahasiswa dalam melaksanakan
praktikum.

Tujuan umum praktikum adalah agar mahasiwa:


1. Meningkatkan pemahaman akan teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan dan belajar mandiri.
2. Menjelaskan perbedaan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan.
3. Menginterpretasi hasil praktikum yang diselenggarakan dalam bentuk percobaan.

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 31

4. Menyimpulkan hasil praktikum.


5. Membandingkan hasil kelompoknya dengan hasil kelompok lain.
6. Membuat laporan hasil praktikum yang antara lain menjelaskan kaitan hasil praktikum dengan konsep-
konsep yang mendasarinya.
7. Menerapkan kejujuran ilmiah dengan melaporkan hasil yang didapatkan pada praktikum sebagaimana
adanya.

VIII. SARANA & PRASARANA

RUANG KULIAH
Kuliah dilaksanakan secara daring (online)
1. Diskusi dilaksanakan di ruang-ruang berikut

No. Kelompok Diskusi Ruang Diskusi


KELAS A (Gedung Baru)
1. A1 Ruang Diskusi 1
2. A2 Ruang Diskusi 2
3. A3 Ruang Diskusi 3
4. A4 Ruang Diskusi 4
5. A5 Ruang Diskusi 5
6. A6 Ruang Diskusi 6
7. A7 Ruang Diskusi 7
8. A8 Ruang Diskusi 8
9. A9 Ruang Diskusi 9
10. A10 Ruang Diskusi 10
11. A11 Ruang Diskusi 11
12. A12 Ruang Diskusi 12
KELAS B (GEDUNG A. HAKIM)
13. B1 Ruang Diskusi 1
14. B2 Ruang Diskusi 2
15. B3 Ruang Diskusi 3
16. B4 Ruang Diskusi 4
17. B5 Ruang Diskusi 5
18. B6 Ruang Diskusi 6
19. B7 Ruang Diskusi 7
20. B8 Ruang Diskusi 8
21. B9 Ruang Diskusi 9
22. B10 Ruang Diskusi 10
23. B11 Ruang Diskusi 11
24. B12 Ruang Diskusi 12

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 32

2. Pleno Pakar dilaksanakan secara daring (online)

RUANG PRAKTIKUM
Praktikum dilaksanakan di laboratorium:
- Departemen Anatomi
- Departemen Fisiologi
- Departemen Histologi
- Departemen Biokimia
- Departemen Farmakologi
- Departemen Patologi Klinik

SKILLS LAB.
Kegiatan skills lab. dilaksanakan akan direncanakan secara daring (online)

IX. EVALUASI KEBERHASILAN BELAJAR MAHASISWA


1. Blok Utama
Komponen evaluasi pembelajaran mahasiswa pada blok utama terdiri dari:
Ujian Mid term = 40%
Ujian Final term = 40%
Proses tutorial = 20%
Total = 100%

Ujian mid dan final term merupakan ujian tulis berbentuk pilihan berganda (multiple choice
questions) yang terdiri dari materi perkuliahan dan tutorial.
Proses tutorial dinilai oleh setiap fasilitator terhadap kinerja dan kompetensi yang diperlihatkan
oleh setiap mahasiswa selama proses tutorial berlangsung.

2. Blok Pendamping
Komponen evaluasi pembelajaran mahasiswa pada blok pendamping terdiri dari:

Ujian Tengah Semester = 50%


Ujian Akhir Semester = 50%
Total = 100%

Komposisi ini akan berubah apabila dosen yang bersangkutan memberikan tugas dengan bobot
maksimal 20%.

KETENTUAN UJIAN
Setiap mahasiswa harus mematuhi Buku Panduan Akademik. Ketentuan ujian adalah sebagai
berikut:
1. Kehadiran minimal kegiatan kuliah 80%, tutorial 80%, pleno pakar 80%, dan praktikum 100%.
2. Apabila berhalangan hadir dalam proses kegiatan akademik tersebut, mahasiswa harus
menyerahkan surat pemberitahuan (izin atau keterangan sakit dari dokter) kepada Divisi SDM
Medical Eduation Unit (MEU) dan menyimpan sendiri satu kopi serta surat tanda terima dari Divisi
SDM sebagai arsip pribadi seandainya diperlukan sesewaktu.
3. Ketentuan bagi mahasiswa yang tidak memenuhi kehadiran minimal tanpa pemberitahuan:
A. Mahasiswa tidak berhak mengikuti ujian.
B. Mahasiswa tidak berhak mengikuti ujian remedial pada semester berjalan.
C. Ujian remedial hanya dapat diikuti pada semester bersangkutan tahun akademik berikutnya:
remedial semester ganjil dilakukan pada semester ganjil dan remedial semester genap pada
semester genap tahun akademik berikutnya.

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 33

4. Ketentuan bagi mahasiswa yang berhalangan mengikuti ujian pada jadwal reguler dengan alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan:
A. Mahasiswa bersangkutan harus menyerahkan surat pemberitahuan (izin atau keterangan
sakit dari dokter) kepada Divisi Assessment MEUdan menyimpan sendiri satu kopi surat
tersebut sebagai arsip seandainya diperlukan sesewaktu.
B. Mahasiswa pada poin A boleh mengikuti ujian pada jadwal remedial semester berjalan.
C. Mahasiswa yang tidak mengikuti ujian tanpa keterangan akan diberi nilai NA dan tidak
berhak mengikuti ujian remedial pada semester berjalan.
D. Mahasiswa pada poin C hanya dapat mengikuti ujian remedial pada semester bersangkutan
tahun akademik berikutnya.
5. Ketentuan ujian remedial dan grand remedial:
A. Mahasiswa yang berhak mengikuti ujian remedial pada semester berjalan adalah
mahasiswa yang tidak lulus (nilai D dan E) yang kehadirannya pada kegiatan akademik
cukup, atau mahasiswa yang berhalangan mengikuti ujian pada jadwal reguler dengan surat
keterangan (izin atau sakit).
B. Mahasiswa yang lulus dengan nilai C dan C+ hanya boleh mengikuti ujian remedial satu
kali, yakni pada semester berikutnya atau pada saat grand remedial.
C. Nilai maksimal yang diperoleh melalui ujian remedial adalah B.
D. Ujian grand remedial berlangsung pada semester ganjil.

X. MODUL CLINICAL SKILLS LAB

PERATURAN KEMAHASISWAAN MENGIKUTI SKILLS LAB


1. Pada saat mengikuti skills lab, mahasiswa diwajibkan memakai jas putih laboratorium
2. Divisi Skills lab mengeluarkan buku modul skills lab di setiap blok sebagai panduan
mahasiswa dalam mengikuti kegiatan skills lab.
Kehadiran setiap mahasiswa harus 100%. Mahasiswa yang tidak hadir karena alasan yang dapat
dibenarkan, seperti :
a. Sakit
b. Terkena musibah
c. Mendapat tugas dari Fakultas atau Universitas.
d. Atau alasan lain yang dapat dipertanggungjawabkan yang telah diajukan dan mendapat
persetujuan sebelumnya, dapat meninggalkan kegiatan pendidikan setelah menyampaikan
keterangan tertulis dari pihak yang berwenang (dokter atau Pimpinan Fakultas) dan
diserahkan kepada pengelola sekills lab paling lambat satu hari kerja setelah ketidakhadiran
kecuali untuk alasan c dan d paling lambat satu hari sebelum ketidakhadiran mahasiswa
tersebut.
3. Mahasiswa tidak boleh mengganti jadwal skills lab kecuali karena alasan di atas.
4. Mahasiswa yang tidak hadir tersebut wajib menggantikan skills lab di kelompok yang lain atau
pada jadwal khusus yang telah ditetapkan oleh pengelola (special treatment).
5. Apabila mahasiswa tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut di atas kehadirannya dianggap
tidak memenuhi syarat.
Mahasiswa yang tidak memenuhi syarat kehadiran 100% tidak boleh mengikuti ujian dan nilainya
menjadi 0.

UJIAN/EVALUASI SKILLS LAB


Evaluasi mahasiswa untuk Skills Lab dibuat dalam bentuk OSCE (Objective Structure Clinical
Examination) yang dilakukan di setiap akhir semester. OSCE dilaksanakan dalam beberapa station
dan di dalam setiap station mahasiswa akan melakukan satu ketrampilan klinis yang diujikan dan
dinilai oleh seorang penguji.

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 34

Syarat mengikuti OSCE: Mahasiswa harus mengikuti seluruh kegiatan skills lab yang dijadwalkan
dan apabila tidak, harus menggantinya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

NILAI KELULUSAN
Nilai kelulusan untuk setiap CSP (Clinical Skills Program) adalah nilai A (> 80) untuk semua
keterampilan yang diujikan dan jika tidak mencapai nilai tersebut, mahasiswa diberikan kesempatan
untuk mengikuti ujian remedial.

UJIAN PERBAIKAN (REMEDIAL EXAMINATION)


Untuk memperbaiki nilai, mahasiswa diberi kesempatan mengikuti ujian perbaikan, dengan
ketentuan sebagai berikut :

1. Mahasiwa yang mendapatkan nilai < 80 pada station tertentu wajib mengikuti ujian remedial pada
station tersebut.
2. Ujian remedial akan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan (lebih kurang dalam
waktu 1 minggu setelah ujian OSCE).
3. Sebelum melaksanakan ujian remedial, mahasiswa diberi kesempatan untuk berlatih kembali di
ruang skills lab.
4. Yang akan menguji pada ujian remedial adalah penguji pada ujian OSCE yang akan ditentukan
jadwalnya.
5. Bila mahasiswa gagal lagi dalam ujian remedial, maka mahasiswa tersebut mengulang kembali
ujian OSCE pada station yang gagal di blok yang bersangkutan, pada tahun berikutnya & wajib
lapor ke divisi skills lab.
6. Apabila mahasiswa tidak hadir pada saat pelaksanaan OSCE oleh karena alasan yang dapat
dibenarkan.

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 35

PENUNTUN PRAKTIKUM

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 36

SSS1-Pr.1. Anatomi Mata


Tujuan :
Mengetahui anatomi mata dan telinga sehingga sesudah menjalani praktikum ini
mahasiswa mengerti fungsi mata dan telinga sesuai anatominya

Praktikum I :
MATA :
§ Menjelaskan dan mempelajari tulang tulang yang membentuk orbita
v Os frontalis
v Os sphenoidalis
v Os zygomaticus
v Os maxillaris
v Os ethmoidalis
v Os lacrimalis
§ Menjelaskan dan mempelajari lobang-lobang pada orbita serta alat yang melewatinya
v Foramen opticum
v Fissura orbitalis superior
v Fissura orbitalis inferior
§ Menjelaskan dan mempelajari otot-otot mata : origo, insertio, functie serta persarafan
§ Menjelaskan alat-alat yang mengisi cavum orbitalis
§ Menjelaskan dan mempelajari struktur orbita
v Bentuk
v Ukuran
v Letak
v Lapisan
v Fungsi
v Conjunctiva
v Palpebra
v Iris
v Choroidea
v Corpus vitreus
v Aquous humor
v Sclera
v Retina
§ Menjelaskan dan mempelajari vascularisasi alat extra bulbar dan intra bulbar
§ Menjelaskan dan mempelajari innervasi alat extra bulbar dan intra bulbar sensorik dan
motorik
§ Menjelaskan dan mempelajari gld. lacrimalis, struktur, lokasi, vascularisasi, innervasi serta
aliran lacrima

KEPUSTAKAAN :

1. WERNER SPALTEHOLZ, Hand atlas of human anatomy – JB Lippincott company


2. HENRY GRAY, F.R.S; CHARLES MAYO GOSS, M.D.Gray’s anatomy – Lea & Febiger
Philadelphia

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 37

SSS1-Pr.2. Sistem Fotoreseptor

PRAKTIKUM XVIII

EYE

TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati struktur mata.


Sediaan jaringan :
No. Kode Sediaan
Perihal
1. Cornea SS – 2
2. Sclera SS – 2
3. Corpus ciliaris SS – 2
4. Iris SS – 2
5. Retina SS – 2
6. Lens SS – 2
7. Palpebra SS – 3

Gambar 1
Cornea (SS-2)

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________
5. _____________________________________

Deskripsi gambar 1
No. Perihal Deskripsi
1. Struktur epitel anterior
2. Struktur membran Bowmann

3. Struktur stroma

4. Struktur membran Descemet

5. Struktur endotel

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 38

Gambar 2
Sclera (SS-2)
10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 2
No. Perihal Deskripsi
1. Jenis sel
2. Matriks dan serabut

Gambar 3

Ciliar Body (SS-2)


10 x 10 10 x 40

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 39

Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________

Deskripsi gambar 3
No. Perihal Deskripsi
1. Matriks
2. Vaskular
3. Muskulus ciliaris
4. Zonula
(Suspensory ligament)
5. Jenis epitel

Gambar 4
Iris (SS-2)

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________

Deskripsi gambar 4

No. Perihal Deskripsi


1. Jenis sel

2. Matriks stroma

3. Struktur permukaan anterior

4. Struktur permukaan posterior

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 40

Gambar 5
Retina (SS-2)
10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________

Deskripsi gambar 5
No. Perihal Deskripsi
1. Jumlah lapisan
2. Struktur lapisan terluar
3. Struktur lapisan tengah
4. Struktur lapisan dalam

Gambar 6
Lens (SS-2)
10 x 10 10 x 40

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 41

Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________

Deskripsi gambar 6
No. Perihal Deskripsi
1. Struktur kapsul
2. Struktur epitel sub kapsular
3. Struktur serat lensa
4.
Suspensory ligament

Gambar 7
Palpebra (SS-3)
10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 7

No. Perihal Deskripsi


1. Jenis epitel pada
conjunctiva
2. Struktur kelenjar Zeiss

3. Struktur kelenjar Moll

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 50

SSS1-Pr.3. Agonis dan supra agonis

KERJA SINERGISME SUPRA – ADDISI DARI OBAT

oleh

dr. Zulkarnain Rangkuty, Msi


Prof. dr. Aznan Lelo, PhD., SpFK

Tujuan Memperlihatkan efek interaksi obat (efek kerja kombinasi obat-


obatan).
Materi praktikum Kelinci (rabbit) : ♂ / ♀,
Obat yang dipakai § Larutan adrenalin HCl
§ Pilocarpin
§ Sulfas atropin
Peralatan Pipet tetes, pupilometer, lampu senter, kapas, jam
Pelaksanaan Mahasiswa akan dibagi atas 10 kelompok (meja), setiap meja
yang bekerja dengan seekor kelinci.
Sebelum percobaan dilakukan, maka observasilah lebih dahulu
oculi dextra / sinistra kelinci dalam interval waktu tertentu (lihat
lampiran) tentang hal-hal :
1. Diameter pupil (dalam mm) jarak horizontal kedua pinggir
paling lateral pupil
2. Besar bola mata : normal, exopthalmus, enaphalimus
3. Reflex ancaman (refleks cornea)
4. Reflex cahaya : a. direk
b. indirek
5. Sekresi kelenjar air mata
6. Konsistensi bola mata : keras / lunak
7. Kelainan gerakan bola mata (mis. nystagmus)
8. Kelainan palpebra (mis. ptosis)

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 51

Pengamatan Tetesi mata kanan kelinci dengan 3 tetes larutan atropin dan mata kiri dengan 3
tetes larutan adrenalin (dilakukan pada waktu yang bersamaan). Perhatikan
efeknya (di isi pada lembaran pengamatan)
Sepuluh menit kemudian teteskan pada mata kanan 3 tetes larutan adrenalin dan
mata kiri 3 tetes larutan adrenalin. Perhatikan efeknya efeknya (di isi pada
lembaran pengamatan). Jadi pada mata kanan diberikan larutan atropin dan
lautan adrenalin, sedang mata kiri larutan adrenalin saja.
Catatlah hasil pengamatan Saudara pada kertas lampiran. Dari hasil pengamatan
ini (terutama yang dilihat adalah perobahan diameter pupil) Saudara akan dapat
menarik kesimpulan tentang efek kombinasi atropin & adrenalin ini (bandingkan
efek pada oculi sinistra dan oculi dextra).
Pelaporan Laporan praktikum dibuat oleh tiap grup/meja praktikum untuk tiap bentuk
sediaan yang ditugaskan dan mendata waktu kecepatan kelarutan untuk tiap
pengamatan dari tiap bentuk sediaan yang dicoba, seperti aturan pembuatan
makalah (lihat tata tertib praktikum)
Catatan Atropin:
Adalah anti muskarinik pada system kholinergik dengan aksi farmakologi pada
mata menimbulkan midriasis (pelebaran pupil).
Adrenalin :
Suatu katekoamin (merupakan simpatomimetik amin), dengan aksi
farmakologi : pada mata menimbulkan midriasis (pelebaran pupil).
Pandangan Klinik : Efek interaksi obat-obatan dikenal 2 macam yaitu :
Sinergisme & Antagonisme. Sinergisme berasal dari kata Yunani “SYN” yang
berarti bersama dan “ERGON”. Yang berarti kerja.
Antagonisme, berasal dari kata Yunani “ANTI” yang berarti melawan. Apabila 2
(dua) atau lebih obat diberikan bersamaan maka ada 2 kemungkinan :
I. Sinergisme Positif :
Obat bekerja sama dalam arti menguntungkan.
II. Sinergisme Negatif :
Antagonisme, kerja obat saling merugikan.

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 52

I. Sinergisme Positif, Sering disebut sinergisme saja; dalam pengertian ini


termasuk :
Addisi atau Summasi
Bila efek obat A kita sebut α (alfa) efek obat B kita sebut β (beta)
dan efek gabungan γ (gamma) dan mempunyai efek sejenis.
Suatu sinergisme kita sebut summasi atau addisi bila :
γ= α+β
jadi efek gabungan berupa jumlah aljabar masing-masing efek obat.
Contoh : Gabungan asetosal dengan fenasetin.
Supra -Addisi :
Bila γ (gamma) lebih besar dari α (alfa) + β (beta)

Potensial :
Dimaksudkan penambahan obat B menambah kerja obat A. Dalam hal
ini obat B sendiri tidak mempunyai kerja dimaksud.
Contoh : Penelitian dipotensiasi oleh benemid. Benemid sendiri tidak
memepunyai efek antibakteri. Fenilbutazon mempotensiasi efek
hipoglikemik sulfonilurea.
Bila obat B mempunyai kerja yang sama dengan obat A, maka kita sebut bahwa
obat B menyebabkan supra-addisi terhadap obat A. Ini hanya perjanjian untuk
istilah yang digunakan di bagian Farmakologi. Dalam buku-buku seringkali istilah
tersebut bercampur aduk.
II. Sinergisme Negatif atau Antagonisme
Gabungan obat kita sebut antagonistik efek gabungan kurang dari jumlah
aljabar masing-masing obat, jadi bila : γ (gamma) lebih kecil dari α (alfa) + β
(beta).
A. Antagonisme kompetitif
Apabila obat tersebut bergabung pada reseptor yang sama. Efek berkurang bila
obat yang satu lebih lemah, atau sama sekali tidak menyebabkan terjadinya efek.
Antagonisme kompetitif ini disebut juga antagonisme farmakologik.
B. Antagonisme Non kompetitif
Termasuk dalam pengertian ini

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 53

1. Antagonisme Kimiawi :
Zat menjadi tidak aktif karena gabungan kimiawi.
Contoh : Protamin dengan Heparin
Tetrasiklin dengan antasida aluminium
2. Antagonisme Faali (antagonisme fisiologik)
Obat yang menyebabkan konstriksi bronchus (histamin)
dengan obat yang menyebabkan pelebaran bronchus
(adrenalin).
Dua obat yang kerjanya bertentangan pada satu organ yang sama. Obat
perangsang susunan syaraf pusat, seperti obat tidur dengan kopi.
Kedua obat tersebut masing-masing bekerja pada reseptor yang berbeda pada
organ yang sama. Dari hal-hal di atas maka pada pemberian obat-obat dalam
pengobatan haruslah diperhatikan akan kemungkinan adanya kerja kombinasi
dari obat-obat yang diberikan.

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 54

LAPORAN PRAKTIKUM SINERGISME ‘SUPRA ADDISI’ DARI OBAT


Berat badan : Obat a : Tanggal :
Jenis kelamin hewan perc. : Obat b : Meja :
Cara pemberian : Tingkat :
Waktu pemberian obat a : Jam : Asisten penanggung jawab :
b : Jam :
Oculi : …./…. 0’ 10’ 20’ 25’ 30’ 35’ 40’ 45’ 60’ 75’ 90’ 105’ 120’ Keterangan
os od os od os od os od os od os od os od os od os od os od os od os od os od
Diameter pupil (mm)
Besar bola mata
exopthalmus
Enopthalmus
Refleks ancaman
(refleks kornea)
Refleks cahaya :
1. direk
2. indirek
Sekresi kel. air mata
Konsistensi bola
mata
-Keras
-Lunak
Kelainan gerakan
bola mata :
Nystagmus
Kelainan Plebra :
ptosis
Nota : sesuaikan dengan pemberian obat pada mata kiri/kanan onset of action : Pada lampiran obat
Obat a : ……… menit Duration of action obat a : ………….. menit
Obat b : …….. menit B : ………….. menit
Tanda tangan instruktur

(........................................)
Buku Panduan Mahasiswa
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 55

SSS2-Pr1. Anatomi Telinga


TELINGA :
§ Menjelaskan dan mempelajari tulang tempat organ aditus serta tulang pendengaran
§ Menjelaskan dan mempelajari anatomi auris externa, auris media dan auris interna
§ Menjelaskan anatomi auricula, meatus acusticus externa
§ Mengenali membrana tympani, struktur, lokasi, ukuran, posisi dan fungsinya
§ Menjelaskan dan mengenali cavum tympani : bentuk, lokasi, ukuran, dan batas-batasnya
§ Menjelaskan dan mengenali m. tensor tympani, m. stapedius, origo, insertio, persarafan serta
fungsi
§ Menjelaskan hubungan cavum tympani dengan cellulae mastoidea dan nasopharynx tube
§ Menjelaskan batas auris media dengan sekitarnya (auris externa dan auris interna)
§ Menjelaskan bagian cochlea, vestibulum, sacculus, utriculus, canalis semicircularis, labyrinthus
osseus, labyrinthus membranaceus
§ Menjelaskan lamina spiralis, organ corti
§ Menjelaskan letak dan fungsi endolymph dan perilymph
§ Menjelaskan vascularisasi serta aliran lymph auris externa, auris media dan auris interna

KEPUSTAKAAN :

3. WERNER SPALTEHOLZ, Hand atlas of human anatomy – JB Lippincott company


4. HENRY GRAY, F.R.S; CHARLES MAYO GOSS, M.D.Gray’s anatomy – Lea & Febiger
Philadelphia

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 56

SSS-Pr.2. Sistem Audio reseptor

EAR

TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati struktur telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Sediaan jaringan :
No. Perihal Kode Sediaan
1. Auricula
Auricle
2. Meatus acusticus externus SS – 4
3. Corti
Organ of Corti

Gambar 1

Auricle (Auricula)

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________
5. _____________________________________
Deskripsi gambar 1

No. Perihal Deskripsi


1. Jenis epitel
2. Jenis cartilage

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 57

Gambar 2
Meatus Acusticus Externus (SS-4)
10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________

Deskripsi gambar 2
No. Perihal Deskripsi
1. Jenis epitel
2. Jenis kelenjar

Gambar 3
Organ of Corti
10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 4
No. Perihal Deskripsi
1. Struktur hair cells

2. Struktur supporting cells

Buku Panduan Mahasiswa


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 58

SSS2-Pr.3. Faal Indra Khusus

PERCOBAAN

PENDENGARAN, PENGECAPAN DAN PENCIUMAN

PENDENGARAN
Percobaan 1 : Ketajaman pendengaran.
Sumbatlah sebelah telinga saudara dengan kapas dan periksalah ketajaman
pendengaran masing-masing telinganya sekarang, berdasarkan berapa jarak yang terbesar
masih dapat terdengar bunyi yang tetap umpamanya bunyi alroji tangan.
Jarak ini memberi ukuran untuk ketajaman pendengaran. Beda jarak untuk telinga
disumbat dengan telinga yang tak disumbat menjadi ukuran untuk ketulianbuatan yang
diakibatkan oleh sumbatan kapas tadi.

Percobaan 2 : Lokalisasi suara.


a. Ada dua cara untuk melakukan lokalisasi, yaitu dengan melihat perbedaan intensitas suara
yang sampai ke telinga atau dengan beda waktu dimana suara mencapai telinga.
Seorang praktikan dengan cara mata tertutup dan seorang praktikan leinnya membunyikan
seikat anak kunci. Ini dilakukan pada semua arah sekitar kepala praktikan tersebur dan
praktikan itu diharuskan menunjukkan dari mana arah suara itu dating. Apakah ada daerah
dimana menentukan lokalisasi tidak mungkin?
b. Kedua ujung gagang stethoscop dihubungkan dengan pipa karet yang panjang.
Tentukanlah pertengahannya. Praktikan itu mengenakan gagang stethoscop; sedang
bagian tengah pipa karet ditaruh diatas meja dibelakangnya. Seorang praktikan lainnya
mengetuk pipa karet itu dengan pinsil pada berbagai-bagai jarak dari titik tengahnya.
Praktikan pertama harus menunjukkan dari mana datangnya suara tadi. Catatlah jarak
yang terpendek dari titik tengah dimana praktikan masih dapat menentukan tempat
datangnya suara yang benar. Kalau kecepatan suara 340 m/detik, hitunglah perbedaan
sampainya suara pada kedua telinga (nyatakan dalam detik).

Percobaan 3. Percobaan Rinne.


Getarkanlah garpu suara dan tekanlah tangkainya pada mastoid. Apabila suara tidak
kedengaran lagi, letakkan garpu suara itu kedekat telinga, maka suara akan kedengaran lagi, bila
pendengaran normal. Inilah yang dikatakan tanda “Rinne positif”. Ini akan menjadi degatif pada
ketulian telinga tengah dan ketulian oleh karena sumbatan.
Ulangi percobaan diatas tetapi dengan menyumbat telinga kiri dengan kapas. Apakah hasil Rinne
yang terdapat sekarang?

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 59

Percobaan.3. Percobaan Weber.


Garpu suara digetarkan dan tangkainya diletakkan ditengah atas kepala. Pada ketulian
telinga tengah suara itu akan terdengar dari arah yang tuli, sedang pada ketulian oleh karena
syaraf, suara itu terdengar dari arah telinga yang sehat. Hal-hal ini disebut “Weber lateralisasi”
kekiri atau kekanan tergantung dari arah terdengarnya suara.
Kerjakan percobaan ini lagi tetapi telinga kanan disumbat dengan kapas (ini identik dengan
ketulian telinga tengahkanan ataupun ketulian karena sunbatan kanan). Kemana lateralisasinya
terdengar?

Percobaan. 5. Masking
Suruhlah seorang praktikan membaca buku. Setelah membaca beberapa kalimat,
adakanlah suara bising yaitu dengan mempergunakan sebuah kotak-kotak yang berisi batu-bati
kecil (seikat anak kunci) didekat telinganya. Intensitas suaranya membaca buku tadi akan
bertambah dengan adanya suara bising ini. hal ini tidak akan terjadi pada seotang yang tuli.
Percobaan ini dipakai untuk menentukan apakah seseorang itu memang betul-betul tuli ataukah
dibuat-buat(pura-pura/bohong).

A’
50 -

40 -

30 -

20 -
B
10 -

PENGECAPAN
Larutan larutan yang dipergunakan :
1. 5% gula tebu
2. 1% quinine disulphate
3. 2% citric acid
4. 5% sodium chlorida

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 60

Rasa bahan-bahan ini manis, pahit, asam dan asin. Lidah praktikan keringkan dulu dengan kertas
penghisap dan letak reseptor untuk tiap macam pengecapan tadi ditentukan dengan meletakkan
setetes larutan-larutan itu pada berbagai-bagai bagian dari lidah dengan pertolongan ujung
sebuah batang gelas. Gambarkan bagian dari lidah dan beri tanda tempat-tempat dimana kita
merasai pengecapan tertentu. Keringkanlah lidah dan letakkan pada tempat yang peka terhadap
manis sebuah kristal gula yang kering. Apakah memberi sesuatu rasa:

PENCIUMAN
Sejumlah botol tertentu berisi bahan-bahan yang berbau. Tentukanlah waktu berapa lama
botol-botol itu harus didekatkan ke hidung supaya:
a. mencium bau
b. mengenal bau
Cobalah membagi-bagi bau kedalam beberapa golongan.
Bernafaslah dari botol yang berisi ammonia yang encer beberapa menit. Perhatikan
adanya kelelahan perasaan (fatique of sensation). Apabila perasaan itu seluruhnya lelah, cobalah
kepekaannya terhadap bau yang lain. Apakah kelelahan olfactory spesifik?

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 61

PERCOBAAN
PENDENGARAN, PENGECAPAN DAN PENCIUMAN

I. 1.TIU : Mahasiswa dapat memahami proses pendengaran pada manusia.


TIK : Dapat menerangkan cara perangsangan organ of corti.
2.TIU : Mahasiswa dapat memahami 3 macam proses konduksi suara.
TIK : Dapat menyebutkan 3 jenis konduksi suara
3.TIU : Mahasiswa dapat memahami proses penciuman dan pengecapan pada manusia
TIK : Dapat menerangkan cara perangsangan olafactory cells dan tastebuds.
II. TIU : Mahasiswa dapat mengerjakan berbagai test untuk
pendengaran/penciuman/pengecapan.
TIK : 1. Dapat mengerjakan/mendemonstrasikan pemeriksaan untuk ketajaman
pendengaran.
2. Dapat menentukan lokalisasi suara dengan 2 cara.
3. Dapat mengerjakan percobaan Rinne.
4. Dapat mengerjakan percobaan Weber.
5. Dapat mengerjakan percobaan masking.
6. Dapat mengerjakan kurve audiogram yang normal.
7. Dapat mencoba 4 primary taste sensation yang normal.
8. Dapat melakukan percobaan untuk mencium bau dan mengenal bau.
II. TIU : Memahami hasil yang diharapkan diperbandingkan dengan hasil observasi pada
praktikum (ditulis pada observation sheet)
TIK : 1. Dapat memberikan definisi ketajaman pendengaran.
2. Dapat menyebut 2 faktor yang menentukan lokalisasi suara.
3. Dapat menyebut hasil-hasil normal terhadap threshold pendengaran.
4. Dapat menyatakan efek Masking terhadap threshold pendengaran.
5. Dapat menyebutkan 4 primary taste sensations.
6. Dapat menyatakan (dari hasil observasi) apakah fungsi pendengaran,
penciuman dan pengecapan normal.

References: 1. Guyton. Ed. Revisi, hal. 557 - 568


2. Ganong. Ed. XVII, hal. 165 - 184

_______________________________

Observation Sheet.
Buku Rancangan Pengajaran
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 62

PERCOBAAN
PENDENGARAN, PENGECAPAN DAN PENCIUMAN
Nama/stb :
Tkt./Fak. :
Group/Meja :
Tanggal :

No. Hasil observasi Hasil yang diharapkan


1. Ketajaman pendengaran (dengan memakai arloji
tangan)
Subjek :
Telinga mendekati Menjauhi
terbuka
- telinga ............. . . . . . . . . . . . . . cm
cm
kanan . . . . . . . . . . . . cm
.............
- telinga kiri cm
Ketajaman pendengaran (dengan memakai arloji
tangan)
Subjek :
Telinga mendekati Menjauhi
terbuka
- telinga ............. . . . . . . . . . . . . . cm
cm
kanan . . . . . . . . . . . . cm
.............
- telinga kiri cm
Artificial-deafness= ………………..%
Kesalahan pada : teknik

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 63

2. Menentukan lokalisasi suara.


Subjek :
a. anak kunci dibunyikan dari arah :
kanan : lokalisasi suara kedengaran
dari kanan
Ya / tidak
kiri : lokalisasi suara kedengaran dari
Ya / tidak
kiri
media plane : lokalisasi suara tidak
Ya / tidak
dapat ditentukan
b. dengan stetoschope pipa karet panjang.
Jarak terpendek dari titik tengah yang
masih dapat terdengar:
- telinga kiri : cm
- telinga kanan : cm
- arah sumber bunyi dapat
ditentukan
bila perbedaan waktu
- telinga kiri . . . . . . . .
- telinga kanan . . . . . .
3. Rinne test.
Subjek :
Rinne positif Ya / tidak
4. Weber test
Subjek
- telinga tanpa disumbat
Weber test : - latelarisasi kekanan Ya / tidak
Lateralisasi kekiri Ya / tidak
Lateralisasi tidak ada Ya / tidak
- telinga disumbat
Weber test : - latelarisasi kekanan Ya / tidak
Lateralisasi kekiri Ya / tidak
Lateralisasi tidak ada Ya / tidak

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 64

5. Masking
Subjek
Masking effek : threshold pendengaran naik Ya / tidak
6. Gambarkan kurva audiogram normal
pengecapan
Subjek :
No. Bahan Rasa
5% gula tebu
1. Manis Ya / Tidak
1% quinie disulphate
2. 2% citric acid Pahit Ya / Tidak
5% sodium sulphate
3. Asam Ya / Tidak
4 Asin Ya / Tidak
Penciuman
Subjek
a. NH4OH : mencium bau detik
mengenal bau detik
Ether : mencium bau detik
: mengenal bau detik
b. Ber nafaslah dari botol yang berisi
ammonia encer beberapa menit, maka
diperoleh fatique of sensation
c. Setelah perasaan seluruhnya lelah, Ya / tidak

maka penciuman dilakukan pada zat lain


(missal ether) masih dapat dikenal
Ya / tidak

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 65

Koreksi Nilai Tanda tangan

Instruktur I

Instruktur II

Total

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 66

SSS2-Pr.4. Bentuk Sediaan Obat & Kajian Interaksi Obat


pada Resep Polifarmasi Obat Sistem Spesial Sense

Oleh

dr. Zulkarnain Rangkuty, MSi


Prof. dr. Aznan Lelo, PhD, SpFK

Tujuan 1.Memperlihatkan bentuk-bentuk sediaan obat dalam sistem spesial sense


yang lazim digunakan di klinik.
2. Mengenal dan memahami interaksi yang mungkin terjadi pada resep
polifarmasi obat pada sistem spesial sense .

Materi praktikum I. Bentuk sediaan obat:


1. Sediaan cair:
- larutan suntikan (ampul)
- tetes (drop)
2. Sediaan inhalasi
II Resep-resep polifarmasi

Pelaksanaan 1. Sediaan obat sistem spesial sense


- mahasiswa dapat mengetahui bentuk sediaan obat sistem
spesial sense.
- mahasiswa dapat mengkaji dan mendiskusikan:
à kelebihan dan kekurangan dari tiap bentuk sediaan obat
à kenapa bentuk sediaan obat di formulasi sedemikian
rupa
à komponen dari bentuk sediaan obat
à bagaimana bentuk suatu sediaan obat tertentu harus
disimpan
à farktor-faktor apa saja yang dapat merusak bentuk
sediaan obat.
à bagaimana cara pemberian obat yang harus dilakukan
untuk setiap bentuk sediaan obat tertentu
Resep polifarmasi
2. - mahasiswa mencari resep polifarmasi obat sistem spesial
sense di Apotek.
- mahasiswa mengenal :
à nama dagang dan nama generik sediaan dari tiap item
yang di resepkan
à bentuk formulasi dari sediaan yang diresepkan
à mengetahui farmakologi dari sediaan obat tersebut.

Mahasiswa dapat mengkaji ada atau tidak adanya interaksi


farmaseutik, farmakokinetik atau farmakodinamik dari sediaan dalam
3.
resep polifarmasi tersebut.

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 67

Pelaporan Laporan praktikum dibuat oleh setiap grup/meja praktikum dalam bentuk
makalah yang diketik berisi mengenai :
- farmakologi masing-masing sediaan obat
- keuntungan dan kerugian dalam bentuk sediaan yang digunakan
- kajian ada atau tidaknya interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik
pada resep polifarmasi obat system spesial sense.

Makalah dikumpul 1 minggu sebelum praktikum dilaksanakan.


Catatan Bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh kita akan memberikan respon
tertentu dalam tubuh. Obat adalah setiap zat kimia yang dapat
mempengaruhi proses hidup. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi
respon tubuh terhadap pengobatan terdapat faktor interaksi obat. Obat dapat
berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan atau
dengan obat lain.

INTERAKSI FARMAKOKINETIK

Interaksi ini terjadi bila salah satu obat mempengaruhi absorbsi,


metabolisme atau ekskresi obat kedua sehingga kadar plasma obat kedua
akan meningkat atau menurun. Akibatnya, terjadi peningkatan toksisitas
atau penurunan efektifitas obat tersebut.
Interaksi yang termasuk dalam interaksi farmakokinetik diantaranya :

1. Interaksi dalam absorbsi


2. Interaksi dalam distribusi
3. Interaksi dalam metabolisme
4. Interaksi dalam ekskresi

INTERAKSI FARMAKODINAMIK

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja


pada sistem reseptor, yang aditif, sinergistik atau antagonistik.
Yang termasuk dalam interaksi farmakodinamik antara lain :
1. interaksi pada reseptor
2. interaksi fisiologik
3. perubahan dalam kesetimbangan cairan elektrolit
4. gangguan mekanisme ambilan amin di ujung saraf adrenergik
5. interaksi dengan penghambat Mono Amin Oksidase (MAO)

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 68

Seandainya dalam suatu resep polifarmasi dijumpai 3 item ( A, B, C), maka ditentukan
pengkajian interaksi antara masing-masing obat sbb:

B ●

C ● ●I

A B C

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 69

MODUL KETERAMPILAN KLINIK

BLOK SPECIAL SENSE SYSTEM

EDITOR :

Adi Muradi Muhar


Bambang Prayugo
Deny Rifsal Siregar
Devira Zahara
Dwi Rita Anggraini
Ferryan Sofyan
Fithria Aldy
H.R. Yusa Herwanto
M. Pahala Harahap
Oke Rina Rahmayani
Pimpin Utama Pohan
Rodiah Rahmawaty Lubis
T Siti Harilza Zubaidah
Sri Amelia
Yudha Sudewo
,

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
Buku Rancangan Pengajaran
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 70

MODUL KETRAMPILAN KLINIK BLOK SPECIAL SENSE SYSTEM

I. PENDAHULUAN

Sesuai dengan pemetaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi FK USU, kegiatan Clinical
Sklills Lab untuk mahasiswa semester 5 dilaksanakan pada blok Sistem Genitourinary, Sistem
Gastro Intestinal dan Sistem Special Sense.
Salah satu keterampilan klinik yang menjadi kompetensi seorang dokter sesuai dengan
Standar Kompotensi Dokter Indonesia (SKDI) adalah keterampilan klinik yang akan diajarkan
pada blok Sistem Special Sense ini. Kepada mahasiswa semester 5 akan diajarkan tiga (3) jenis
keterampilan klinis pada blok Sistem Special Sense. Keterampilan klinik yang akan diajarkan pada
mahasiswa adalah keterampilan untuk melakukan :
1. History taking penyakit mata yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
dan pemeriksaan visus.
2. History taking penyakit yang berhubungan dengan THT dan pemeriksaan fisik telinga,
hidung, rongga mulut, faring dan laring
3. Pemeriksaan fisik leher.

II. TUJUAN

II.1. TUJUAN UMUM


Setelah mengikuti kegiatan skills lab pada blok Sistem Special Sense ini, mahasiswa dapat
terampil melakukan history taking penyakit yang berhubungan dengan penurunan ketajaman
penglihatan dan pemeriksaan visus, history taking penyakit THT dan pemeriksaan fisik telinga,
hidung, rongga mulut, faring dan laring serta pemeriksaan fisik leher.

II.2. TUJUAN KHUSUS


2.1. Mahasiswa mampu melakukan history taking penyakit yang berhubungan dengan
penurunan ketajaman penglihatan dan melakukan pemeriksaan visus.
2.2 Mahasiswa mampu melakukan history taking penyakit yang berhubungan penyakit THT dan
melakukan pemeriksaan fisik telinga, hidung, rongga mulut, faring dan laring.
2.3 Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik leher.

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 71

SSS.1- SL 1
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN MENGENAI PENYAKIT MATA
YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENURUNAN TAJAM PENGLIHATAN DISERTAI
KETERAMPILAN KLINIK PEMERIKSAAN VISUS
Rodiah Rahmawaty Lubis, T Siti Harilza Zubaidah, Fithria Aldy

I. PENDAHULUAN

KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN MENGENAI PENYAKIT MATA YANG


BERHUBUNGAN DENGAN PENURUNAN TAJAM PENGLIHATAN

Pada minggu ini mahasiswa dilatih untuk melakukan keterampilan komunikasi dokter-pasien
untuk penyakit mata yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan.
Seorang dokter harus mampu mengkolaborasi keterangan penderita yang paling signifikan
untuk ditetapkan sebagai keluhan utama. Ada beberapa pertanyaan yang harus diingat pada
komunikasi dokter-pasien dalam mengkolaborasi keluhan penderita agar hasilnya sesuai dengan
yang diharapkan.
Pertanyaan tesebut meliputi :
- Onset.
- Location (lokasi).
- Duration (durasi).
- Character (karakter).
- Aggravating/Alleviating Factors ( Faktor-faktor yang memperberat atau mengurangi
gejala).
- Radiation (penyebaran).
- Timing (waktu).

Kata-kata tersebut dapat disingkat sehingga mudah diingat yaitu: OLD CARTS atau:
- Onset.
- Palliating/Provocating Factors ( faktor-faktor yang mengurangi atau memprovokasi
gejala).
- Quality (kualitas).
- Radiation (penyebaran).
- Site (lokasi).
- Timing (waktu).
Kata-kata tersebut dapat disingkat menjadi OPQRST

Tujuh pertanyaan yang berkaitan dengan gejala penderita:


1. Lokasi. Dimana lokasinya? Apakah menyebar?
2. Kwalitas. Seperti apa keluhan tersebut?
3. Kwantitas atau Keparahan. Seberapa parah keluhan tersebut?
4. Waktu. Kapan keluhan mulai dirasakan? Berapa lama keluhan tersebut
berlangsung? Seberapa sering keluhan tersebut muncul?
5. Keadaan/situasi saat serangan berlangsung. Termasuk faktor lingkungan,
aktifitas,emosi,atau keadaan lain yang mungkin dapat mempengaruhi penyakit.
Buku Rancangan Pengajaran
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 72

6. Faktor-faktor yang menyebabkan remisi atau eksaserbasi. Apakah ada hal-hal yang
membuat gejala membaik atau semakin parah.
7. Manifestasi lain yang berhubungan dengan gejala. Apakah penderita merasakan hal-
hal lain yang menyertai serangan?

KETERAMPILAN KLINIK PEMERIKSAAN VISUS

Dasar :
- Tajam penglihatan diperiksa langsung, dengan memperhatikan huruf atau angka dengan ukuran
berbeda pada jarak tertentu terhadap pasien,dan menentukan ukuran huruf terkecil yang dapat
dikenali pasien.
- Pada pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan huruf terkecil yang masih dapat dilihat pada
kartu baca Snellen dengan jarak 6 meter atau 20 kaki.
- Tajam penglihatan diberikan penilaian menurut ukuran baku yang ada.
- Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan pada jarak 5 atau 6 meter, karena pada jarak
ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi (dalam hal ini kita
ambil dengan jarak 6 meter).
- Besar huruf pada kartu Snellen berbeda sehingga setiap huruf tertentu hanya dapat dibaca pada
jarak tertentu (Kartu untuk jarak 6 meter ataupun 5 meter membentuk sudut 5 menit dengan
nodal point).
- Tajam penglihatan menentukan berapa jelas pasien dapat melihat.
- Pemeriksaan dilakukan tanpa dan dengan kacamata yang sedang dipergunakan.

Alat :
- Kartu Snellen (Snellen Chart).
- Gagang lensa coba (Trial Frame).
- Penutup mata (Occluder).

Teknik Pemeriksaan :
- Pasien duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter.
- Memasang gagang lensa coba.
- Mata yang tidak akan diperiksa ditutup. Biasanya yang diperiksa lebih dahulu adalah mata kanan
sehingga dilakukan penutupan pada mata kiri.
- Pasien diminta untuk membaca huruf yang tertulis pada kartu Snellen yang dimulai dengan
membaca baris atas(huruf yang terbesar) dan bila telah terbaca huruf yang terbesar maka pasien
diminta untuk membaca baris dibawahnya (huruf yang lebih kecil) sampai baris terakhir yang
masih dapat dibaca oleh pasien.
- Ditentukan tajam penglihatan berdasarkan letak baris terakhir yang masih dapat dibaca oleh
pasien.

Nilai / Hasil Pemeriksaan:


- Tajam penglihatan dinyatakan dengan suatu angka pembilang/penyebut dimana pembilang ialah
jarak antara orang yang diperiksa dengan kartu Snellen,sedangkan penyebutnya ialah jarak
dimana suatu huruf seharusnya dapat dibaca.
- Bila huruf yang dapat dibaca tersebut:

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 73

Ø Terdapat pada baris dengan tanda 30, dikatakan tajam penglihatan 6/30, ini berarti bahwa
pada jarak 6 meter si penderita hanya dapat membaca huruf-huruf yang seharusnya dapat
dibaca jelas pada jarak 30 meter.
Ø Terdapat pada baris dengan tanda 6,dikatakan tajam penglihatan 6/6, ini berarti bahwa pada
jarak 6 meter si penderita dapat membaca huruf yang normalnya jelas dibaca pada jarak 6
meter.
Tajam penglihatan seseorang dikatan normal bila tajam penglihatan adalah 6/6.
Ø Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen pada jarak 6 meter maka
dilakukan uji hitung jari,dimana pasien disuruh untuk menghitung jari si pemeriksa yang oleh
mata normal dapat dilihat pada jarak 60 meter. Misalnya pada jarak 3 meter pasien masih
dapat menghitung jari si pemeriksa berarti tajam penglihatannya 3/60, ini berarti pada jarak
3 meter si penderita hanya dapat menghitung jari pemeriksa yang seharusnya pada orang
normal dapat terlihat pada jarak 60 meter.
Ø Bila pasien tidak dapat menghitung jari pada jarak 1 meter, maka pasien disuruh melihat
gerakan tangan si pemeriksa pada jarak maksimal 1 meter. Bila pasien dapat melihat gerakan
tangan tersebut maka tajam penglihatannya 1/300.
Ø Bila gerakan tangan tidak dapat terlihat, maka dapat dilakukan pemeriksaan dengan
menggunakan senter. Jika pasien dapat melihat cahaya senter maka tajam penglihatannya
1/∞. Jika pasien tidak dapat melihat cahaya senter maka tajam penglihatannya adalah NLP
(No Light Perception).

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM


Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan history
taking dengan menggunakan tekhnik komunikasi yang benar pada pasien dan dapat melakukan
pemeriksaan visus dengan benar.

II.2. TUJUAN KHUSUS


2.1. Mahasiswa mampu menemukan keluhan utama dan keluhan tambahan.
2.2. Mahasiswa mampu menguraikan penyakit secara deskriptif dan kronologis.
2.3. Mahasiswa mendapatkan riwayat penyakit yang berhubungan dengan penyakit dalam
keluarga.
2.4. Mahasiswa mengetahui tentang adanya riwayat trauma, riwayat penyakit sistemik,
riwayat pengobatan sebelumnya dan riwayat nutrisi.
2.5. Mahasiswa mampu menerapkan dasar tekhnik komunikasi dan berperilaku yang
sesuai dengan sosio-budaya pasien dalam hubungan dokter pasien.
2.6. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan tajam penglihatan yang merupakan
pemeriksaan dasar yang sangat berguna untuk kepentingan diagnostik dalam ilmu
kesehatan mata.

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 74

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktifitas Belajar mengajar Keterangan

20 menit Introduksi Narasumber


Pada kelas besar (terdiri dari 45 mahasiswa) dilakukan :
- Penjelasan narasumber tentang anamnese keluhan utama
dan keluhan tambahan pada penderita dengan penurunan
tajam penglihatan dan pemeriksaan visus.
- Pemutaran film tentang cara anamnese penderita dengan
penurunan tajam penglihatan dan pemeriksaan visus.
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari penjelasan
dan film yang diputar.
20 menit Demonstrasi pada kelas besar Narasumber
Narasumber memperlihatkan tata cara komunikasi dokter
pasien pada penderita dengan penurunan tajam penglihatan
dan dilanjutkan dengan pemeriksaan visus.

TAHAP I :
Perkenalan, Anamnesa Pribadi & Observasi
- Ketika pasien masuk ke ruang periksa, dokter menyambut
dengan ramah dan senyum, kemudian memperkenalkan
diri.
- Menanyakan identitas pasien, nama, umur, alamat, sambil
mencocokkan dengan data rekam medis.
- Perhatikan penampilan wajah, pandangan mata, komunikasi,
cara berbicara dan interaksi dengan lingkungan. Perhatikan
pendamping yang menyertai pasien, interaksi pasien dengan
pendamping.

Anamnesa penyakit
Menanyakan keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan
penyakit sekarang, riwayat penyakit dalam keluarga, riwayat
memakai kaca mata, riwayat pemakaian obat sebelumya,
riwayat trauma (terjatuh atau terbentur).
Menanyakan riwayat kebiasaan (menonton tv jarak dekat,
pencahayaan yang kurang terang dan mengkonsumsi sayur
dan buah buahan).

TAHAP II Instruktur
Mempersiapkan alat dan pemeriksaan visus Mahasiswa

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 75

110 menit Coaching oleh instruktur:


- Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok Mahasiswa
terdiri dari 9 mahasiswa). Instruktur
- Tiap kelompok kecil memiliki 1 instruktur.
- Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian dengan
dibimbing oleh instruktur.
- Kepada mahasiswa diberikan 1 kasus simulasi.
- Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama mahasiswa.

Self practice : Mahasiswa melakukan anamnesa dan


pemeriksaan visus sendiri secara bergantian masing-masing
selama 12 menit. Mahasiswa diberikan 1 kasus dan mencatat
hal-hal yang penting dari anamnesis dan menyimpulkannya.
Instruktur memberikan penilaian pada lembar pengamatan.
Diskusi Akhir :
Instruktur memberikan kesimpulan dari kasus simulasi.
.

IV. WAKTU PELAKSANAAN


- Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit.
- Disesuaikan dengan jadwal skills lab blok special senses system.
- Tempat pelaksanaan : ruang skills lab FK-USU.
- Sarana yang diperlukan :
Ø Kartu Snelllen
Ø Trial lens set.
Ø Alat audiovisual.
Ø Materi audiovisual.
Ø Pensil/pulpen.
Ø Formulir anamnese.

V. RUJUKAN
1. Vaughan D, 2000,Oftalmologi Umum,Edisi 14,hal. 30-34.
2. Lee A david,1999,Clinical Guide to Comprehensive Ophthalmology,hal. 1-4;27-28.
3. American Academy of Ophthalmology,2002-2003,Fundamentals,Section 2.
4. Ilyas Sidarta,2001,Dasar Tekhnik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata.
5. American Academy of Ophthalmology,2002-2003,Optic, Refraction, Contact
Lenses,Section 3.

VI. KASUS SIMULASI

A, laki-laki, 16 tahun, datang ke poliklinik mata dengan keluhan kabur bila melihat jauh sejak 6
bulan ini. Sebelumnya A sudah pernah berobat ke puskesmas dan diberi vitamin A.

Tugas: lakukan komunikasi dokter-pasien sesuai dengan formulir anamnese dan faktor
penyebab yang mungkin berhubungan dengan penglihatan kabur serta pemeriksaan visus.
Buku Rancangan Pengajaran
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 76

VII. LEMBAR PENGAMATAN

KOMUNIKASI DOKTER DENGAN PASIEN PADA PENYAKIT MATA YANG


BERHUBUNGAN DENGAN PENURUNAN TAJAM PENGLIHATAN DAN
PEMERIKSAAN VISUS.

PENGAMATAN
LANGKAH / TUGAS
Ya Tidak
A. Anamnesis

1. Menyapa pasien dan keluarga pasien dengan ramah :


- Memberi salam.
- Mempersilahkan duduk.
- Mengkondisikan suasana yang menyenangkan sehingga pasien
tidak segan untuk bercerita.
- Melakukan observasi, seperti: melihat penampilan wajah,
pandangan mata, cara berbicara, dan sebagainya.
2. Memperkenalkan diri dan berkenalan :
- Menanyakan identitas pasien.
3. Mendengarkan keluhan utama pasien :
- Memberikan waktu yang cukup bagi pasien untuk menyampaikan
keluhan dan menunjukkkan rasa empati.
4. Menggali perjalanan penyakit yang ada :
- Keluhan sudah berapa lama, satu mata atau keduanya, tiba-tiba /
perlahan, apakah ada yang memperberat penyakitnya seperti
aktifitas yang banyak, apakah ada disertai sakit kepala, frekuensi
sakit kepala terus menerus atau sesaat.
5. Menanyakan riwayat pernyakit terdahulu yang berhubungan dengan
keluhan sekarang, seperti : berkacamata, sudah berapa lama, riwayat
pemeriksaan mata (dokter mata atau langsung ke optik).
6. Menanyakan riwayat penyakit, riwayat obat-obatan.
7. Menanyakan riwayat penyakit di lingkungan keluarga, seperti;
- Penyakit DM, bila ada, siapa.
- Penyakit Hipertensi, bila ada, siapa.
- Riwayat berkacamata.
8. Menanyakan riwayat :
- Nutrisi (sayur-sayuran, buah-buahan).
- Trauma (apakah pernah terjatuh, terbentur).
- Membaca sambil tiduran, pencahayaan yang kurang.
9. Menuliskan / merangkum data.

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 77

B. Pemeriksaan Visus dengan kartu Snellen.


10. Pasien duduk menghadapi kartu Snelen dengan jarak 6 meter.
11. Memasang gagang lensa coba.
12 Mata kanan diperiksa terlebih dahulu dan dilakukan penutupan
dengan occluder pada mata kiri.
13. Pasien diminta untuk membaca huruf yang tertulis pada kartu
Snellen yang dimulai dengan membaca baris atas (huruf yang paling
besar) sampai huruf terkecil yang dapat dibaca oleh pasien dengan
benar.
Ulangi kembali untuk melakukan hal yang sama pada mata kiri
pasien.
14. Menentukan letak baris terakhir yang masih dapat dibaca dan
mendokumentasikan hasil pemeriksaan.
15. Menjelaskan kemungkinan penyebab permasalahan sesuai informasi
dan menjelaskan tindakan selanjutnya.

Note : Ya : Mahasiswa melakukan


Tidak : Mahasiswa tidak melakukan

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 78

SSS.2- SL 1
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK PENYAKIT
TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROK
H.R Yusa Herwanto, Devira Zahara, Ferryan Sofyan, M.Pahala Harahap

ANAMNESIS THT

I. PENDAHULUAN
Keterampilan komunikasi dokter-pasien untuk penyakit-penyakit telinga, hidung dan
tenggorok.
Seorang dokter harus mampu mengelaborasi keterangan penderita yang paling signifikan
untuk ditetapkan sebagai keluhan utama. Ada beberapa pertanyaan yang harus diingat pada
komunikasi dokter dan pasien dalam mengelaborasi keluhan penderita agar hasilnya sesuai dengan
yang diharapkan.
Pertanyaan tesebut meliputi :
- Onset
- Location (lokasi)
- Duration (durasi)
- Character (karakter)
- Aggravating/Alleviating Factors (Faktor-faktor yang memperparah atau mengurangi
gejala)
- Radiation (penyebaran)
- Timing (waktu)
Kata-kata tersebut dapat disingkat sehingga mudah diingat yaitu : OLD CARTS atau:
- Onset
- Palliating/Provokating Factors (Faktor- faktor yang mengurangi atau memprovokasi
gejala)
- Quality (kualitas)
- Radiation (Penyebaran)
- Site (Lokasi)
- Timing (Waktu)
Kata-kata tersebut dapat disingkat menjadi OPQRST.

Tujuh pertanyaan yang berkaitan dengan gejala penderita:


1. Lokasi. Dimana lokasinya? Apakah menyebar?
2. Kwalitas. Seperti apa keluhan tersebut?
3. Kwantitas atau Keparahan. Seberapa parah keluhan tersebut?
4. Waktu.Kapan keluhan mulai dirasakan? Berapa lama keluhan tersebut
berlangsung? Seberapa sering keluhan tersebut muncul?
5. Keadaan/situasi saat serangan berlangsung. Termasuk faktor lingkungan,
aktifitas, emosi, atau keadaan lain yang mungkin dapat mempengaruhi penyakit
6. Faktor-faktor yang menyebabkan remisi atau eksaserbasi. Apakah ada hal-hal yang membuat
gejala membaik atau semakin parah
7. Manifestasi lain yang berhubungan dengan gejala. Apakah penderita merasakan hal-hal lain
yang menyertai serangan?

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 79

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM


Setelah mengikuti kegiatan skills lab pada blok Sistem Special Sense ini, mahasiswa dapat
terampil melakukan anamnesis penyakit THT-KL dengan teknik komunikasi yang benar

II.2. TUJUAN KHUSUS


2.1. Mahasiswa mampu melakukan kerangka anamnesis pada pasien
2.2. Mahasiswa menemukan keluhan utama dan keluhan tambahan.
2.3. Mahasiswa mampu menguraikan penyakit secara deskriptif dan kronologis.
2.4. Mahasiswa mendapatkan riwayat penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan,
iklim, makanan dan obat-obatan.
2.5. Mahasiswa mengetahui riwayat penyakit keluarga yang mungkin penyakit keturunan
atau keluarga sebagai sumber penularan.
2.6. Mahasiswa mengetahui riwayat penyakit THT-KL terdahulu yang mungkin berulang
atau penyakit lain yang ada hubungannya dengan penyakit THT-KL sekarang.
2.7. Mahasiswa mampu menerapkan dasar teknik komunikasi dan berperilaku yang sesuai
dengan sosio-budaya pasien dalam hubungan dokter-pasien.

Kebutuhan Alat dan Bahan : - Kertas


- Pulpen
- Meja dan kursi
- Pasien simulasi (mahasiswa)

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktifitas Belajar mengajar Keterangan

20 menit Introduksi pada kelas besar Narasumber


- Penjelasan narasumber tentang anamnesis keluhan utama
dan keluhan tambahan
- Penjelasan narasumber tentang cara pemeriksaan fisik
THT-KL penderita
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari penjelasan
yang diberikan
10 menit Demonstrasi pada kelas besar Narasumber
Narasumber memperlihatkan tata cara komunikasi dokter
pasien dan pemeriksaan fisik THT-KL

Tahap I : Observasi
Ketika pasien masuk ruang periksa, perhatikan cara berjalan,
penampilan wajah, kelainan-kelainan yang mungkin terlihat
pada daerah kepala dan leher termasuk daun telinga dan

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 80

hidung, komunikasi, cara bicara, interaksi dengan lingkungan,


perilaku dan lain-lain.

Tahap II : Menanyakan keluhan utama yang menyebabkan


penderita datang berobat dan lokalisasinya. Menanyakan
keluhan tambahan.

Tahap III : Menanyakan riwayat perjalanan penyakit;


mulai dari awal/mula-mula timbul sampai sekarang (secara
kronologis). Riwayat perjalanan penyakit ini berisi uraian
tentang lama penyakit, timbul tiba – tiba atau bertahap,
terus menerus atau hilang timbul, lokalisasinya,
perjalanan penyakit (cepat atau lambat), apakah ada
hubungannya dengan keadaan – keadaan tertentu seperti
perubahan posisi tubuh atau kontak dengan sesuatu zat,
sudah diobati atau belum, bila sudah bagaimana hasilnya.
Hubungannya dengan pekerjaan / kegemaran (bila ada).
Hubungannya dengan iklim (bila ada). Hubungannya
dengan makanan (bila ada). Hubungannya dengan obat-
obatan yang digunakan.

Tahap IV : Menanyakan riwayat penyakit keluarga :


mungkin penyakit keturunan, atau keluarga / teman Instruktur
sebagai sumber penularan. Mahasiswa

Tahap V : Menanyakan riwayat penyakit terdahulu seperti


riwayat trauma, pemakaian obat – obat ototoksik, atau
penyakit lain yang ada hubungannya dengan penyakit THT
yang sekarang.

Melakukan pemeriksaan Fisik THT-KL

Coaching oleh instruktur:


- Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1
kelompok terdiri dari 9 mahasiswa).
- Tiap kelompok kecil memiliki 1 instruktur
30 menit - Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian (2-3
orang mahasiswa) dengan dibimbing oleh instruktur.
- Kepada mahasiswa diberikan beberapa kasus simulasi.
- Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama mahasiswa

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 81

90 menit Self practice : Mahasiswa melakukan anamnesis dan Mahasiswa


pemeriksaan fisik THT-KL sendiri secara bergantian dengan Instruktur
total waktu 90 menit untuk seluruh mahasiswa. Mahasiswa
diberikan 1 kasus dan mencatat hal-hal yang penting dari
anamnesis, melakukan pemeriksaan fisik THT-KL dan
menyimpulkan diagnosis.
Instruktur memberikan penilaian pada lembar pengamatan.
Diskusi akhir :
Instruktur memberikan kesimpulan dari kasus simulasi.

IV. KASUS SIMULASI PENYAKIT THT.

1. OTITIS MEDIA AKUT


Anak laki-laki, umur 4 tahun dibawa oleh ibu ke Puskesmas dengan keluhan sakit pada
telinga kanan sejak kemarin. Sejak 1 minggu yang lalu anak menderita batuk, pilek.
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien yang berhubungan dengan keluhan utama
pasien sesuai formulir anamnesis dan pemeriksaan fisik THT-KL.

2. OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS


Seorang perempuan, umur 20 tahun datang berobat ke Poliklinik THT dengan keluhan
telinga kiri berair. Keluhan ini dialami sejak kecil dan hilang timbul.
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien yang berhubungan dengan keluhan utama
pasien sesuai formulir anamnesis dan pemeriksaan fisik THT-KL.

3. RINITIS ALERGI
Seorang laki - laki, umur 25 tahun datang dengan keluhan sering pilek – pilek. Keluhan ini
dialami sejak 1 tahun lalu terutama di pagi hari dan bila terpapar debu.
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien yang berhubungan dengan keluhan utama
pasien sesuai formulir anamnesis dan pemeriksaan fisik THT-KL.

4. RINOSINUSITIS AKUT
Seorang laki-laki, 18 tahun datang ke praktek dokter umum dengan keluhan hidung
tersumbat sejak 1 minggu yang lalu disertai nyeri pada kedua pipi dan kelopak mata
bawah.
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien yang berhubungan dengan keluhan utama
pasien sesuai formulir anamnesis dan pemeriksaan fisik THT-KL.

5. TONSILITIS AKUT
Seorang perempuan, umur 17 tahun datang berobat ke poliklinik THT dengan keluhan sakit
menelan yang dialami sejak 3 hari lalu. Keluhan ini disertai demam.
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien yang berhubungan dengan keluhan utama
pasien sesuai formulir anamnesis dan pemeriksaan fisik THT-KL.

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 82

V. LEMBAR PENGAMATAN ANAMNESIS PENYAKIT TELINGA, HIDUNG DAN


TENGGOROK

LANGKAH / TUGAS PENGAMATAN


Ya Tidak
I. PERKENALAN
1. Memberikan salam dan mempersilahkan pasien duduk
2. Memperkenalkan diri dan menanyakan identitas pasien
3. Menanyakan keluhan utama pasien :
II. MENANYAKAN KELUHAN
TELINGA
1. Gangguan pendengaran / pekak (tuli) :
- Sejak kapan pertama kali pasien mengalami keluhan
- Apakah keluhan tersebut pada satu atau kedua telinga.
- Timbul tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap dan sudah berapa
lama diderita
- Adakah riwayat kepala terbentur, telinga tertampar, terpajan bising,
pemakaian obat sebelumnya (bila ada ditanyakan obat apa), menderita
penyakit infeks virus seperti influensa berat
- Apakah gangguan pendengaran diderita sejak bayi

2. Suara berdenging/ berdengung (tinitus)


- Apakah keluhan pada satu sisi atau kedua telinga
- Sejak kapan keluhan dialami pasien
3. Rasa pusing yang berputar (vertigo)
- Sejak kapan keluhan pusing berputar
- Apakah keluhan pusing terus menerus atau hilang timbul
- Apakah disertai rasa mual, muntah, rasa penuh ditelinga
- Apakah keluhan berhubungan dengan perubahan posisi
- Apakah ada penyakit sistemik lainnya seperti : DM, hipertensi,
arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker dan sifilis
4. Nyeri didalam telinga (otalgia)
- Sejak kapan keluhan pertama kali dirasakan
- Lokasi : telinga kiri / kanan atau keduanya
- Apakah disertai nyeri ditempat lain seperti di geraham atas, sendi mulut,
dasar mulut, tonsil atau tulang leher
- Apakah disertai demam
5. Keluar cairan dari liang telinga (otore)
- Apakah sekret keluar dari satu atau kedua telinga
- Apakah disertai rasa nyeri atau tidak
- Sudah berapa lama
- Jumlah sekret : banyak / sedikit
- Berbau / bercampur darah

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 83

HIDUNG
1. Sumbatan hidung :
- Sejak kapan
- Apakah terjadi terus menerus atau hilang timbul
- Pada satu atau kedua lubang hidung atau bergantian
- Riwayat kontak dengan debu, tepung sari/serbuk bunga, bulu binatang
- Riwayat trauma hidung
- Riwayat pemakaian obat tetes hidung jangka panjang
- Riwayat merokok atau peminum alkohol berat
2. Hidung berair :
- Sejak kapan
- Pada satu atau kedua rongga hidung
- Cairan yang keluar encer / kental
- Apakah hidung berair terjadi terus menerus atau waktu-waktu tertentu
- Warna : jernih, hijau kekuningan, bercampur darah
- Berbau / tidak
- Apakah dijumpai cairan/ingus dari hidung yang turun ke tenggorok
3. Bersin
- Apakah bersin terjadi pada waktu tertentu misalnya terpapar debu atau
dingin, serbuk bunga atau bulu binatang
- Apakah sekali serangan bersin >5 kali per kali serangan atau tidak
4. Nyeri di daerah muka dan kepala
- Sejak kapan
5. Perdarahan dari hidung
- Sejak kapan
- Berasal dari satu atau kedua lubang hidung
- Apakah mudah dihentikan
- Sudah berapa kali
- Riwayat trauma
- Riwayat penyakit sistemik : kelainan darah, hipertensi
- Pemakaian obat anti koagulansia
6. Gangguan penghidu :
- Sudah berapa lama
- Hilang penciuman (anosmia) atau berkurang (hiposmia)
- Riwayat infeksi hidung dan sinus, trauma kepala
FARING
1. Nyeri tenggorok :
- Sejak kapan
- Hilang timbul atau menetap
- Apakah disertai demam, batuk, suara serak, dan tenggorok kering
- Riwayat merokok
2. Nyeri menelan (odinofagia) :
- Sejak kapan
- Apakah rasa nyeri dirasakan sampai ketelinga
3. Dahak ditenggorok :
- Apakah dahak bercampur dengan pus atau darah

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 84

4. Sulit menelan (disfagia)


- Sudah berapa lama
- Apakah timbul bila menelan makanan cair atau padat
- Apakah disertai muntah dan penurunan berat badan yang cepat
5. Rasa sumbatan dileher
- Sudah berapa lama dan lokasinya
HIPOFARING DAN LARING
1. Suara serak (disfoni) atau tidak keluar suara sama sekali (afoni) :
- Sudah berapa lama
- Riwayat infeksi di hidung atau tenggorok
- Apakah disertai batuk, rasa nyeri dan penurunan berat badan
2. Batuk :
- Sudah berapa lama
- Riwayat merokok
- Apakah disertai dahak : bercampur darah dan jumlahnya
3. Rasa ada sesuatu ditenggorok
DOKUMENTASI
- Mendokumentasikan hasil history taking dan tindakan selanjutnya.

Note : Ya = Mahasiswa melakukan


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

VI. RUJUKAN
1. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi
Keenam, Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2007.

PEMERIKSAAN THT-KL

I. TUJUAN KEGIATAN

I.1. TUJUAN UMUM


Melatih mahasiswa untuk dapat melakukan pemeriksaan fisik telinga, hidung, rongga mulut,
faring dan laring secara mandiri.

I.2. TUJUAN KHUSUS


Setelah mahasiswa mengikuti skills lab ini diharapkan dapat melakukan :
1.1. Pemeriksaan fisik telinga dan mampu mengenali tanda-tanda fisiologis serta
patologis telinga.
1.2. Pemeriksaan fisik hidung dan mampu mengenali tanda-tanda fisiologis serta
patologis hidung.
1.3. Pemeriksaan fisik rongga mulut dan mampu mengenali tanda-tanda fisiologis serta
patologis rongga mulut.
1.4. Pemeriksaan fisik faring dan mampu mengenali tanda-tanda fisiologis serta patologis
faring.
Buku Rancangan Pengajaran
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 85

1.5. Pemeriksaan fisik laring dan mampu mengenali tanda-tanda fisiologis serta patologis
laring.
1.6. Mampu melakukan pemeriksaan tes pendengaran garpu tala dengan benar.
Alat yang diperlukan :
- Lampu kepala
- Otoskop
- Corong telinga
- Spekulum hidung
- Kaca nasofaring dan tangkainya
- Kaca laring dan tangkainya
- Spatula lidah
- Lampu spiritus
- Garpu Tala 512 Hz
- Kain Kassa
- Korek api
- Baskom berisi air bersih
- Dettol
- Kain lap (Handuk good morning)

CARA PEMERIKSAAN FISIK THT-KL :


- Pasien duduk di depan pemeriksa dengan posisi badan condong sedikit ke depan dan
kepala pasien lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa.
- Lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut kiri pasien

Gambar 1. Posisi duduk pemeriksaan THT antara pemeriksa dengan pasien

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 86

- Pasang lampu kepala dan diarahkan ke daun telinga dan liang telinga.

Gambar 2. Cara memasang lampu kepala

a. Posisi lampu kepala lebih rendah dari pada pengikatnya


b. Mencari fokus dengan memicingkan mata kiri/kanan, sinar dijatuhkan pada telapak
kiri/kanan pada jarak kurang lebih 30 cm sedangkan tangan yang lain mengatur lebar
sinar lampu.
c. Diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1 cm.
d. Melakukan pemeriksaan telinga.

Gambar 3. Cara memegang telinga kanan

• Melihat keadaan dan bentuk daun telinga serta daerah belakang daun telinga
(retroaurikuler).
• Memasang spekulum telinga, speculum di masukkan ke liang telinga, dengan
memutar secara gentle sehingga tidak menimbulkan rasa sakit.
• Telinga kanan ; bagian superior aurikel kanan dipegang dengan jari 1 dan 2 tangan
kiri, jari lainnya pada planum mastoid. Selanjutnya aurikel ditarik kearah postero
superior (di tarik ke arah belakang atas)
Buku Rancangan Pengajaran
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 87

Gambar 4. Cara memegang telinga kiri

• Telinga kiri ; bagian superior aurikel kiri dipegang dengan jari 1 dan 2 tangan
kiri, jari lainnya menempel di depan telinga (lihat gambar 4).

- Otoskop digunakan untuk memeriksa membran timpani.


- Otoskop dipegang dengan tangan kanan untuk memeriksa membran timpani kanan
dan tangan kiri untuk memeriksa membran timpani kiri, dengan posisi jari
kelingking tangan yang memegang otoskop ditekankan pada pipi pasien yang
diperiksa.

Gambar 5 . Cara memegang otoskop

Melakukan tes pendengaran sederhana (penala)


• Penala yang digunakan dalam klinik adalah 250 dan 500 Hz
• Dilakukan pada pasien usia >7tahun

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 88

• Pemeriksa terlebih dahulu menginstruksikan apa yang harus dilakukan pasien saat
dilakukan pemeriksaan, misalnya mengangkat tangan atau langsung mengatakan
bila getaran penala tidak terdengar lagi
• Cara menggetarkan garpu penala:
o Arah getaran kedua kaki garpu tala
o Ketukkan kedua ujung penala ke siku, tumit sepatu yang lembut, benda
keras yang dilapisi bantalan lunak (tidak boleh ke meja kayu / besi tanpa
bantalan)

Gambar 6. Cara menggetarkan garpu tala

• Cara melakukan tes Rinne:


o Penala 512 Hz yang bergetar, tangkainya diletakkan tegak lurus pada tulang
mastoid pasien
o Minta pasien memberitahu bila getaran penala tidak terdengar lagi
o Setelah tidak terdengar dengan cepat penala diletakkan 1-2 cm di depan
liang telinga
o Kemudian ditanyakan apakah penala masih terdengar
o Bila masih terdengar di depan liang telinga disebut rinne (+), bila tidak rinne
(-)
o Prinsip tes Rinne: membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang
Normalnya: hantaran udara lebih baik daripada hantaran tulang
Interpretasi tes:
Rinne (+) : Normal atau ggn pendengaran sensorineural.
Rinne (-) : Gangguan pendengaran konduktif

Gambar 7. Pemeriksaan Rinne


Buku Rancangan Pengajaran
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 89

• Cara melakukan Tes Weber


o Penala 512 Hz yang sudah digetarkan, tangkainya diletakkan tegak lurus
pada garis horizontal di linea mediana, dahi atau di gigi insisivus atas (
kecuali yang memakai gigi palsu).
o Dibandingkan hantaran tulang telinga kanan dan kiri, suruh pasien menilai
telinga sebelah kanan atau kiri yang suara terdengar lebih keras. Bila pasien
mendengar lebih kuat ke satu sisi disebut lateralisasi ke arah telinga
tersebut. Jika sama keras atau tidak dengarnya sama berarti tidak ada
lateralisasi.
o Prinsip tes Weber: membandingkan hantaran tulang telinga kanan dan kiri
o Interpretasi tes:
Normal : Tidak ada lateralisasi
Konduktif : Lateralisasi ke arah telinga yang sakit
Sensorineural: Lateralisasi ke arah telinga yang sehat

Gambar 8. Tes Weber

• Cara melakukan Tes Schwabach


o Penala 512 Hz yang sudah digetarkan, tangkainya diletakkan tegak lurus di
tulang mastoid pasien, minta pasien memberitahu bila sudah tidak
terdengar, dengan cepat dipindahkan ke tulang mastoid pemeriksa yang
pendengarannya normal atau orang lain yang pendengarannya normal,
kemudian dilakukan sebaliknya dari pemeriksa kemudian dipindahkan ke
pasien. Jika pasien merasa tidak mendengar sementara pembanding yang
normal masih mendengar disebut dengan schwabach memendek, bila
pembanding tidak mendengar namun pasien masih mendengar disebut
schwabach memanjang. Bila sama berarti schwabach normal.
o Prinsip Tes Weber : membandingkan hantaran tulang pemeriksa atau orang
dengan pendengaran normal dengan pasien
o Interpretasi Tes: Normal : sama dengan pemeriksa
Konduktif : Schwabach memanjang
Sensorineural: Schwabach memendek

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 90

A B

Gambar 9. Gambar Membran timpani dengan otoskop A. kiri B. kanan

PEMERIKSAAN HIDUNG
1. Memperhatikan bentuk luar hidung.
2. Palpasi daerah tulang hidung dan sinus paranasal.
3. Pasang lampu kepala dan diarahkan ke rongga hidung (sesuai gambar 2)
4. Lakukan rinoskopi anterior dengan teknik yang benar sesuai gambar

Rinoskopi anterior
a. Spekulum hidung dipegang dengan tangan kiri (gambar 10)
b. Spekulum hidung dimasukkan dalam posisi tertutup penuh, dan dikeluarkan dengan
posisi sedikit terbuka
c. Jari telunjuk melakukan fiksasi pada ujung hidung
d. Aspek yang dilihat (Gambar 11)
• Vestibulum nasi
• Kavum nasi bagian bawah (dasar kavum nasi , konka inferior, meatus inferior)
• Kavum nasi bagian atas (meatus media, konka media)
• Septum hidung

Gambar 10. Cara memegang spekulum hidung

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 91

MI

Gambar 11. Gambar rinoskopi anterior: vestibulum (v), dasar kavum nasi (F), konka
inferior (IT), konka media (MT), septum (S), meatus inferior (MI)

Rinoskopi Posterior :
- Kaca nasofaring dipegang dengan tangan kanan
- Hangatkan kaca nasofaring dengan api lampu spiritus.
- Sebelum kaca dimasukkan ke rongga mulut, suhu kaca di tes dulu dengan
menempelkannya pada kulit belakang tangan kiri pemeriksa.
- Pegang spatula lidah dengan tangan kiri dan pasien di minta membuka mulut.
- Tekan 2/3 anterior lidah dengan spatula lalu pasien disuruh bernafas seperti biasa dan
jangan menahan nafas.
- Masukkan kaca nasofaring yang menghadap ke atas melalui mulut, melewati bagian
bawah uvula hingga ke orofaring.
- Lihat keadaan koana dan septum nasi posterior.
- Kaca tersebut diputar sedikit ke lateral untuk melihat keadaan konka inferior, media,
superior, serta meatus nasi inferior dan media.
- Kaca diputar lebih ke lateral lagi untuk memeriksa torus tubarius dan fossa Rosenmuller.
- Hal yang sama dilakukan untuk melihat sisi yang berlawanan.
- Keluarkan kaca nasofaring dan spatula lidah secara bersamaan dari rongga mulut.

PEMERIKSAAN FARING DAN RONGGA MULUT


- Pasang lampu kepala dan diarahkan ke rongga mulut
- Nilai keadaan bibir, mukosa ronga mulut, lidah dan gerakan lidah
- Pegang spatula lidah dengan tangan kiri
- Tekan bagian tengah lidah dengan memakai spatula lidah
- Nilai rongga mulut, dinding belakang faring, uvula, arkus faring, tonsil, mukosa pipi, gusi
dan gigi
- Keluarkan spatula lidah dari rongga mulut
- Palpasi daerah rongga mulut untuk menilai apakah ada massa tumor, kista, dan lain-lain.

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 92

Gambar 12. Rongga mulut

PEMERIKSAAN HIPOFARING DAN LARING


- Pasang lampu kepala dan arahkan ke rongga mulut
- Pasien duduk lurus agak condong ke depan dengan leher agak fleksi
- Pegang kaca laring dengan tangan kanan lalu hangatkan dengan api lampu spiritus
- Sebelum kaca dimasukkan, suhu kaca ditest dulu dengan menempelkan pada kulit
belakang tangan kiri pemeriksa
- Pasien diminta membuka mulut dan menjulurkan lidahnya sejauh mungkin
- Lidah dipegang dengan tangan kiri dengan memakai kain kasa dan ditarik keluar dengan
hati-hati
- Kaca laring dimasukkan ke dalam mulut menggunakan tangan kanan dengan arah kaca ke
bawah, bersandar pada uvula dan palatum molle
- Pasien disuruh menyuarakan ”i...”
- Nilai gerakan pita suara abduksi dan daerah subglotik dengan menyuruh pasien untuk
inspirasi dalam

Gambar 13. Laring

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 93

III. RUJUKAN
1. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi Keenam,
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2007

IV. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN FISIK THT

LANGKAH TUGAS PENGAMATAN


Ya Tidak
PERSIAPAN PEMERIKSAAN FISIK THT
1. Mempersilahkan pasien duduk dengan posisi badan condong
sedikit ke depan dan kepala pasien lebih tinggi
sedikit dari kepala pemeriksa.

2. Posisi kaki pemeriksa dan pasien sesuai dengan gambar

3. Memasang lampu kepala sesuai dengan gambar

a. Posisi lampu kepala lebih rendah dari pada pengikatnya


b. Mencari fokus dengan memincingkan mata kiri/kanan,
sinar dijatuhkan pada telapak kiri/kanan pada jarak kurang
lebih 30 cm sedangkan tangan yang lain mengatur lebar
sinar lampu.

PEMERIKSAAN FISIK TELINGA DAN HIDUNG


PEMERIKSAAN TELINGA :
Buku Rancangan Pengajaran
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 94

1. Pasang lampu kepala dan diarahkan ke daun telinga dan liang


telinga.

2. Melihat keadaan dan bentuk daun telinga serta daerah belakang


daun telinga (retroaurikuler).
3. Melakukan pemeriksaan telinga kanan dengan teknik sesuai
gambar

a. Memasang spekulum telinga, spekulum di masukkan ke liang


telinga, dengan memutar secara gentle sehingga tidak
menimbulkan rasa sakit
b. Telinga kanan: bagian superior aurikel kanan dipegang
dengan jari 1 dan 2 tangan kiri, jari lainnya pada planum
mastoid. Selanjutnya aurikel ditarik kearah postero superior
(di tarik ke arah belakang atas)

4. Melakukan pemeriksaan telinga kiri dengan teknik sesuai gambar

Telinga kiri ; bagian superior aurikel kiri dipegang dengan


jari 1 dan 2 tangan kiri, jari lainnya menempel di depan
telinga.

5. Memeriksa gendang telinga dengan otoskop


- Otoskop digunakan untuk memeriksa membran timpani.
- Otoskop dipegang dengan tangan kanan untuk memeriksa
membran timpani kanan dan tangan kiri untuk memeriksa
membran timpani kiri, dengan posisi jari kelingking tangan

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 95

yang memegang otoskop ditekankan pada pipi pasien yang


diperiksa.

Melakukan Pemeriksaan Garpu Tala (Penala)


1. Pemeriksa terlebih dahulu menginstruksikan apa yang harus
dilakukan pasien saat dilakukan pemeriksaan, misalnya
mengangkat tangan atau langsung mengatakan bila getaran
penala tidak terdengar lagi

2. Cara menggetarkan garpu tala:


o Arah getaran kedua kaki garpu tala
o Ketukkan kedua ujung penala ke siku, tumit sepatu yang
lembut, benda keras yang dilapisi bantalan lunak (idak boleh
ke meja kayu / besi tanpa bantalan)

3. Cara melakukan tes Rinne:


o Penala 512 Hz yang bergetar, tangkainya diletakkan tegak
lurus pada tulang mastoid pasien
o Minta pasien memberitahu bila getaran penala tidak
terdengar lagi
o Setelah tidak terdengar dengan cepat penala diletakkan 1-2
cm di depan liang telinga
o Kemudian ditanyakan apakah penala masih terdengar
o Bila masih terdengar di depan liang telinga disebut rinne (+),
bila tidak rinne (-)

4. Cara melakukan Tes Weber


o Penala 512 Hz yang sudah digetarkan, tangkainya diletakkan
tegak lurus pada garis horizontal di linea mediana, dahi atau
di gigi insisivus atas (kecuali yang memakai gigi palsu).
o Dibandingkan hantaran tulang telinga kanan dan kiri, suruh
pasien menilai telinga sebelah kanan atau kiri yang suara
terdengar lebih keras. Bila pasien mendengar lebih kuat ke satu
sisi disebut lateralisasi ke arah telinga tersebut. Jika sama keras
atau tidak dengarnya sama berarti tidak ada lateralisasi.

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 96

5. Cara melakukan Tes Schwabach


o Penala 512 Hz yang sudah digetarkan, tangkainya diletakkan
tegak lurus di tulang mastoid pasien, minta pasien
memberitahu bila sudah tidak terdengar, dengan cepat
dipindahkan ke tulang mastoid pemeriksa yang
pendengarannya normal atau orang lain yang
pendengarannya normal,
o Kemudian dilakukan sebaliknya dari pemeriksa kemudian
dipindahkan ke pasien. Jika pasien merasa tidak mendengar
sementara pembanding yang normal masih mendengar
disebut dengan schwabach memendek, bila pembanding
tidak mendengar namun pasien masih mendengar disebut
schwabach memanjang. Bila sama berarti schwabach
normal.

PEMERIKSAAN RONGGA MULUT, FARING & LARING


1. Pemeriksaan faring dan rongga mulut
2. Pasang lampu kepala dan diarahkan ke rongga mulut
3. Nilai keadaan bibir, mukosa rongga mulut, lidah dan gerakan
Lidah
4. Pegang spatula lidah dengan tangan kiri
5. Tekan bagian tengah lidah dengan memakai spatula lidah
6. Nilai rongga mulut, dinding belakang faring, uvula, arkus faring,
tonsil, mukosa pipi, gusi dan gigi
7. Keluarkan spatula lidah dari rongga mulut

Note : Ya = Mahasiswa melakukan.


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 97

SSS.2- SL 2
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN FISIK LEHER
Emir Taris Pasaribu

I. PENDAHULUAN

Pemeriksaan fisik leher merupakan pemeriksaan fisik standar yang harus dapat dilakukan
dengan benar oleh seorang dokter. Kelainan di leher dapat berupa kelainan bawaan, infeksi,
neoplasma dan metabolisme.

Benjolan di leher dapat disebabkan oleh :


di bagian tengah : - goiter
- thyroglossal cyst
- submental limph nodes
- parathyroid gland

di bagian Lateral : - lymph nodes


- salivary glands
- skin, sebaceous cyst or lipoma
- lymphatics, cystic hygroma
- carotid artery, aneurysma, tumours
- pharynx, branchiogenic cleft cyst.

HEAD & NECK CANCER


Lymph node regions
Preauricular Postauricular

Facial Upper Post. Cervical


(Spinal Accessory Chain)
Intraauricular
Superf. Occipital
Submandibular
Middle Post. Cervical
(Spinal Accessory Chain)
Submental
Lower Post. Cervical
Subdigastric Node (Spinal Accessory Chain)

Upper Jugular Supraclavicular


(Trans. Cervical Chain)

Mid-Jugular

Lower Jugular

Gambar 1. Head & Neck Cancer. Lymph node regions.

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 98

HEAD & NECK CANCER


Sites

I
II

III
V
IV

Gambar 2. Head & Neck Cancer. Sites

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1.TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik leher dan
mengetahui beberapa kelainan berupa benjolan di leher bagian depan.

II.2. TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu:
2.1. Menemukan pembesaran kelenjar tiroid.
2.2. Mengenal pembesaran kelenjar getah bening.
2.3. Mengenal kelainan di kulit dan bawah kulit
2.4. Mengetahui kelainan bawaan.
2.5. Dapat membuat dokumentasi / deskripsi hasil pemeriksaan.

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 99

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas Belajar Mengajar Keterangan


(menit)
20 menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 mahasiswa). Narasumber
Narasumber menjelaskan beberapa kelainan yang
sering ditemukan dileher, insiden, lokasi dan
karakteristik.
10 menit Demonstrasi pada kelas besar oleh narasumber. Dengan Narasumber
simulasi pasien.
Narasumber memperlihatkan tata cara pemeriksaan
fisik leher yang benar.
Tahap I.
Perkenalan dengan pasien.
Menerangkan pemeriksaan yang akan dilakukan.
Tahap II.
Posisi pasien
Posisi pemeriksa
Cara pemeriksaan
Hal hal yang diamati
Dokumentasi
10 menit Setelah mahasiswa dibagi kelas kecil yang terdiri dari 9 Instruktur
orang
Instruktur memperlihatkan tata cara pemeriksaan fisik
leher yang benar.
20 menit Coaching : Mahasiswa melakukan simulasi secara Instruktur
bergantian (2-3 orang) dengan dibimbing oleh /Mahasiswa
instruktur / mahasiswa pada kelas kecil menggunakan
lembar pengamatan.
90 menit Self Practice : Mahasiswa melakukan sendiri secara Mahasiswa
bergantian.
Sehingga total waktu yang dibutuhkan ± 90 menit
(tergantung jumlah mahasiswa)

IV. PEDOMAN INSTRUKTUR

IV.1.PELAKSANAAN
4.1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok besar 45 mahasiswa dan kecil 9 orang.
Kelompok besar dipimpin nara sumber dan kelompok kecil dipimpin instruktur.
4.2. Cara pelaksanaan kegiatan:
- Instruktur melakukan choacing selama 20 - 30 menit, beberapa mahasiswa
melakukan pemeriksaan simulasi dibimbing instruktur dan peserta lain dapat
melakukan pengamatan.
- Menggunakan pasien simulasi , mahasiswa.

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 100

- Ditunjuk seorang mahasiswa untuk melakukan pemeriksaan. Mahasiswa lainnya


bertugas sebagai pengamat.
- Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan.
4.3. Waktu pelaksanaan
- Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit.
- Disesuaikan dengan jadwal mahasiswa semester V.
4.4. Tempat pelaksanaan
Ruang skills lab lantai 3

IV.2. SARANA YANG DIBUTUHKAN:


- meja 1 buah
- kursi 3 buah
- alat tulis
- pasien simulasi (mahasiswa)
- segelas air
- jangka sorong

V. RUJUKAN
1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking. 9th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins ; 2007
2. Talley NJ, O’Connor S, Clinical Examination, A Systematic Guide to physical diagnosis, 2
Ed, APAC Asian Edition, Singapore ; 1992

VI. LEMBAR PENGAMATAN

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
I. PERKENALAN
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri.
2. Mempersilahkan pasien duduk
3. Menanyakan nama, umur, pekerjaan, alamat.
4. Menanyakan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan
pemeriksaan.
5. Meminta persetujuan
II. PERSIAPAN
1. penderita dalam posisi duduk.
2. pemeriksa sudah melakukan cuci tangan
3. tersedia segelas air.
III. INSPEKSI
1. penderita duduk dan posisi kepala sedikit ekstensi
2. pemeriksa berada didepan penderita.
3. Memperhatikan apakah ada perubahan warna kulit
4. Memperhatikan apakah ada ulkus, fistel, sekret dan
tentukan lokasi.
Buku Rancangan Pengajaran
Special Sense System
Kurikulum FK USU 2020 101

5. Memperhatikan apakah ada benjolan, bila ada tentukan


lokasi, jumlah dan bentuk.
6. Bila lokasi benjolan di bagian tengah, penderita disuruh
meneguk air dan perhatikan apakah benjolan bergerak
keatas.
IV. PALPASI
1. Penderita duduk dan posisi kepala sedikit ekstensi
2. Pemeriksa berada dibelakang penderita
3. Palpasi mengunakan kedua tangan, bagian volar distal digiti
2,3 dan 4.
Tiroid :
1. Lokasi dibagian tengah leher, dibawah kartilago tiroidea
2. Bila ada benjolan, perhatikan : lokasi, jumlah , konsistensi,
permukaan, batas, pergerakan, nyeri dan ukuran (mm)
3. Penderita disuruh meneguk air dan teraba benjolan bergerak
keatas.
Kelenjar getah bening :
1. Dimulai dari, daerah sub mental, sub mandibular, rantai
jugular bagian atas, tengah, bawah, supra klavikula dan
trigonum posterior leher.
2. Bila ditemukan benjolan, perhatikan lokasi, jumlah, nyeri,
permukaan, konsistensi, konglumerasi, batas, pergerakan
dan ukuran (mm)

V. DOKUMENTASI
1. Mencatat data data yang didapat/ditemukan
2. Mencatat tanggal pemeriksaan
3. Membuat tanda tangan pemeriksa
4. Menginformasikan dan menjelaskan tindakan selanjutnya.

Note : Ya = Mahasiswa melakukan.


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

Buku Rancangan Pengajaran


Special Sense System
JADWAL MINGGUAN SEMESTER V - KELAS A dan B
BLOK SPECIAL SENSES SYSTEM
MINGGU: 1

KEGIATAN KELAS A-1 KEGIATAN KELAS B-2


TGL HARI JAM DEPT/Unit JAM DEPT/Unit
KELAS-A STAF TEMPAT KELAS-B STAF TEMPAT
07.00 - 08.00 SSS-F1 TIM R. Kuliah A 07.00 - 08.00 SSS-F1 TIM R. Kuliah B
08.00 - 09.00 SSS1-K1 Anatomi dr. Mega R. Kelas A 08.00 - 09.00 SSS1-K1 Anatomi dr. Lita R. Kelas B
BELAJAR MANDIRI BELAJAR MANDIRI
30 Nopember 2020

09.00 - 10.00 09.00 - 10.00


S
10.00 - 11.00 SSS1-K2 Histologi dr. Zulham R. Kelas A 10.00 - 11.00 SSS1-K2 Histologi dr. Esther R. Kelas B
e
n 11.00 - 12.00 SSS1-K3 Biokomia dr. Hidayat R. Kelas A 11.00 - 12.00 SSS1-K3 Biokomia dr. M. Syahputra R. Kelas B
i
12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00
n
13.00 - 14.00 SSS1-K4 Fisiologi dr. Selly Azmeila R. Kelas A 13.00 - 14.00 SSS1-K4 Fisiologi dr. Milahayati R. Kelas B
14.00 - 15.00 SSS1-K5 Fisiologi dr. Selly Azmeila R. Kelas A 14.00 - 15.00 SSS1-K5 Fisiologi dr. Milahayati R. Kelas B
15.00 - 16.00 SSS1-CRP5-K7 CRP Dr. dr Arlinda R. Kelas A 15.00 - 16.00 SSS1-CRP5-K7 CRP dr. Putri R. Kelas B
07.00 - 08.00 SSS1-K6 Mata dr. T. Siti Harliza R. Kelas A 07.00 - 08.00 SSS1-K6 Mata dr. Marina A R. Kelas B
08.00 - 09.00 SSS1-K7 Mata dr. T. Siti Harliza R. Kelas A 08.00 - 09.00 SSS1-K7 Mata dr. Marina A R. Kelas B
1 Desember 2020

S 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI


e
l 10.00 - 11.00 SSS1-K8 Mikrobiologi dr. Sri Amelia R. Kelas A 10.00 - 11.00 SSS1-K8 Mikrobiologi dr. R. Lia R. Kelas B
a 11.00 - 12.00 SSS1-K9 Far.Terapeutik dr. Sake R. Kelas A 11.00 - 12.00 SSS1-K9 Far.Terapeutik dr. Siti Syarifah R. Kelas B
s
a 12.00 - 14.00 I S H O M A 12.00 - 14.00 I S H O M A

14.00 - 16.30 SSS1-Pc1.T1 R. Tutorial I 14.00 - 16.30 SSS1-Pc1.T1 R. Tutorial II (Gedung Abdul Hakim)

07.00 - 08.00 SSS1-K10 Mata dr. Aryani A R. Kelas A 07.00 - 08.00 SSS1-K10 Mata dr. Bobby R R. Kelas B
08.00 - 09.00 SSS1-K11 Mata dr. Aryani A R. Kelas A 08.00 - 09.00 SSS1-K11 Mata dr. Bobby R R. Kelas B
09.00 - 09.30 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 09.30
2 Desember 2020

R SSS1-CRP5- SSS1-CRP5-
a 09.30 - 12.00 R. Tutorial I 09.30 - 12.00 R. Tutorial II (Gedung A. Hakim)
DK5 DK5
b
u 12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
13.00 - 14.00 SSS1-K12 Mata dr. Aryani A R. Kelas A 13.00 - 14.00 SSS1-K12 Mata dr. Fithria A R. Kelas B
14.00 - 15.00 SSS1-K13 Mata dr. Delfi R. Kelas A 14.00 - 15.00 SSS1-K13 Mata dr. Bobby R R. Kelas B
15.00 - 16.00 SSS1-K14 Mata Dr. dr. Rodiah R. Kelas A 15.00 - 16.00 SSS1-K14 Mata dr. Vanda R. Kelas B
07.00 - 08.00 SSS1-K15 Mata Dr. dr. Rodiah R. Kelas A 07.00 - 08.00 SSS1-K15 Mata Dr. dr. Masitha R. Kelas B
08.00 - 09.00 SSS1-K16 Mata dr. Delfi R. Kelas A 08.00 - 09.00 SSS1-K16 Mata dr. Vanda R. Kelas B
09.00 - 09.30 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 09.30 BELAJAR MANDIRI
3 Desember 2020

K
a 09.30 - 12.00 SSS1-Pc1.T2 R. Tutorial I 09.30 - 12.00 SSS1-Pc1.T2 R. Tutorial II (Gedung Abdul Hakim)
m
i
12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
s
13.00 - 14.00 SSS1-K17 Mata Prof. dr. Aslim R. Kelas A 13.00 - 14.00 SSS1-K17 Mata Dr. dr. Masitha R. Kelas B
14.00 - 15.00 SSS1-K18 Mata dr. Aryani A R. Kelas A 14.00 - 15.00 SSS1-K18 Mata dr. Fithria A R. Kelas B
15.00 - 16.00 SSS1-K19 Gizi dr. Fitriyani R. Kelas A 15.00 - 16.00 SSS1-K19 Gizi dr. Halomoan R. Kelas B
07.00 - 08.00 SSS1-B.IND1-K10 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas A SSS1-Pc.1-PP
07.00 - 09.00 R. Kuliah B
08.00 - 09.00 SSS1-ENG1-K10 LIDA Riko A. Pohan, S.S (B)
4 Desember 2020

J 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.30 - 10.00 BELAJAR MANDIRI


u
m SSS1-Pc.1-PP 10.00 - 11.00 SSS1-B.IND1-K10 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas B
10.00 - 12.00 R. Kuliah B
' (A) 11.00 - 12.00 SSS1-ENG1-K10 LIDA Dra. Roma Ayuni R. Kelas B
a
t 12.00 - 14.00 I S H O M A 12.00 - 14.00 I S H O M A
14.00 - 15.00 SSS1-K20 Patologi Anatomi dr. Causa R. Kelas A 14.00 - 15.00 SSS1-K20 Patologi Anatomi dr. T. Kemala Intan R. Kelas B
15.00 - 16.00 SSS1-K21 IKK Dr. dr. Rina Amelia R. Kelas A 15.00 - 16.00 SSS1-K21 IKK Dr. dr. Juliandi R. Kelas B
JADWAL MINGGUAN SEMESTER V - KELAS A dan B
BLOK SPECIAL SENSES SYSTEM
MINGGU: 2

KEGIATAN KELAS A-1 KEGIATAN KELAS B-2


TGL HARI JAM DEPT/Unit JAM DEPT/Unit
KELAS-A STAF TEMPAT KELAS-B STAF TEMPAT
07.00 - 08.00 SSS1-B.IND1-K11 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas A 07.00 - 08.00 SSS1-ENG1-K12 LIDA Dra. Roma Ayuni R. Kelas B
08.00 - 09.00 SSS1-ENG1-K11 LIDA Riko A. Pohan, S.S R. Kelas A 08.00 - 09.00 SSS1-B.IND1-K12 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas B
7 Desember 2020 09.00 - 09.30 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 09.30 BELAJAR MANDIRI
S
SSS1-Pr1 (A1) R. Praktikum Anatomi SSS1-Pr1 (B1) R. Praktikum Anatomi
e
n 09.30 - 12.00 SSS1-Pr2 (A2) R. Praktikum Histologi 09.30 - 12.00 SSS1-Pr2 (B2) R. Praktikum Histologi
i
SSS1-Pr3 (A3) R. Praktikum Farmakologi SSS1-Pr3 (B3) R. Praktikum Farmakologi
n
12.00 - 14.00 I S H O M A 12.00 - 14.00 I S H O M A

14.00 - 16.30 SSS1-CRP5-DK6 R. Tutorial I 14.00 - 16.30 SSS1-CRP5-DK6 R. Tutorial II (Gedung A. Hakim)

SSS1-Pr1 (B2) R. Praktikum Anatomi


07.00 - 09.00 SSS1-DK-PP (A) Ruang Kuliah A 07.00 - 09.00 SSS1-Pr2 (B3) R. Praktikum Histologi
SSS1-Pr3 (B1) R. Praktikum Farmakologi
09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI
8 Desember 2020

S
e 10.00 - 11.00 SSS1-Pr1 (A2) R. Praktikum Anatomi
l
SSS1-Pr2 (A3) R. Praktikum Histologi 10.00 - 12.00 SSS1-DK-PP (B) Ruang Kuliah B
a
s 11.00 - 12.00 SSS1-Pr3 (A1) R. Praktikum Farmakologi
a
12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
SSS1-Pr1 (A3) R. Praktikum Anatomi SSS1-Pr1 (B3) R. Praktikum Anatomi
13.00 - 15.30 SSS1-Pr2 (A1) R. Praktikum Histologi 13.00 - 15.30 SSS1-Pr2 (B1) R. Praktikum Histologi

SSS1-Pr3 (A2) R. Praktikum Farmakologi SSS1-Pr3 (B2) R. Praktikum Farmakologi


9 Desember 2020

R
a
BELAJAR MANDIRI
b
u
10 Desember 2020

K
a
m MIDTERM SSS-1
i
s

07.00 - 08.00 SSS2-K1 Anatomi dr. Mega R. Kelas A 07.00 - 08.00 SSS2-K1 Anatomi dr. Lita R. Kelas B
08.00 - 09.00 SSS2-K2 Anatomi dr. Mega R. Kelas A 08.00 - 09.00 SSS2-K2 Anatomi dr. Lita R. Kelas B
11 Desember 2020

J 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI


u
m 10.00 - 11.00 SSS2-K3 Histologi dr. Feby Yanti R. Kelas A 10.00 - 11.00 SSS2-K3 Histologi dr. Esther R. Kelas B
' 11.00 - 12.00 SSS2-K4 Fisiologi dr. Selly Azmeila R. Kelas A 11.00 - 12.00 SSS2-K4 Fisiologi dr. Milahayati R. Kelas B
a
t 12.00 - 14.00 I S H O M A 12.00 - 14.00 I S H O M A

14.30 - 16.30 SSS2-Pc1.T1 R. Tutorial I 14.30 - 16.30 SSS2-Pc1.T1 R. Tutorial II (Gedung Abdul Hakim)
JADWAL MINGGUAN SEMESTER V - KELAS A dan B
BLOK SPECIAL SENSES SYSTEM
MINGGU: 3

KEGIATAN KELAS A-1 KEGIATAN KELAS B-2


TGL HARI JAM DEPT/Unit JAM DEPT/Unit
KELAS-A STAF TEMPAT KELAS-B STAF TEMPAT
07.00 - 08.00 SSS2-K5 Fisiologi dr. Selly Azmeila R. Kelas A 07.00 - 08.00 SSS2-K5 Fisiologi dr. Milahayati R. Kelas B
08.00 - 09.00 SSS2-K6 Fisiologi dr. Selly Azmeila R. Kelas A 08.00 - 09.00 SSS2-K6 Fisiologi dr. Milahayati R. Kelas B
14 Desember 2020

S 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI


e 10.00 - 11.00 SSS2-K7 Fisiologi dr. Selly Azmeila R. Kelas A 10.00 - 11.00 SSS2-K7 Fisiologi dr. Milahayati R. Kelas B
n
i 11.00 - 12.00 SSS2-K8 THT dr. M. Pahala R. Kelas A 11.00 - 12.00 SSS2-K8 THT Dr. dr. Devira R. Kelas B
n 12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A

13.00 - 15.30 SSS2-Pc1.T2 R. Tutorial I 13.00 - 15.30 SSS2-Pc1.T2 R. Tutorial II (Gedung Abdul Hakim)

07.00 - 08.00 SSS1-B.IND1-K12 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas A


07.00 - 09.00 SSS2-Pc.1-PP (B) R. Kuliah B
08.00 - 09.00 SSS1-ENG1-K12 LIDA Riko A. Pohan, S.S R. Kelas A
09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI
15 Desember 2020

S
e 10.00 - 11.00 SSS1-B.IND1-K13 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas A
l 10.00 - 12.00 SSS2-Pc.1-PP (A) R. Kuliah A
a 11.00 - 12.00 SSS1-ENG1-K13 LIDA Dra. Roma Ayuni R. Kelas A
s 12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
a
13.00 - 14.00 SSS2-K9 THT dr. Harry R. Kelas A 13.00 - 14.00 SSS2-K9 THT dr. Indri R. Kelas B
14.00 - 15.00 SSS2-K10 THT Prof. Askaroellah R. Kelas A 14.00 - 15.00 SSS2-K10 THT dr. Harry R. Kelas B
15.00 - 16.00 SSS2-K11 THT Prof. Askaroellah R. Kelas A 15.00 - 16.00 SSS2-K11 THT Dr. dr. Devira R. Kelas B
07.00 - 08.00 SSS2-K12 THT Dr. dr. Yuliani R. Kelas A 07.00 - 08.00 SSS2-K12 THT dr. Vive R. Kelas B
08.00 - 09.00 SSS2-K13 Mikrobiologi dr. Tetty Aman R. Kelas A 08.00 - 09.00 SSS2-K13 Mikrobiologi dr. Maria R. Kelas B
09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI
16 Desember 2020

R 10.00 - 11.00 SSS2-K14 Far. Terapeutik Dr. dr. M. Ichwan R. Kelas A 10.00 - 11.00 SSS2-K14 Far. Terapeutik Prof. Dr. dr. Rozaimah R. Kelas B
a
b 11.00 - 12.00 SSS2-K15 THT Prof. Dr. dr. T. Siti Hajar R. Kelas A 11.00 - 12.00 SSS2-K15 THT Dr. dr. Yuliani R. Kelas B
u 12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
13.00 - 14.00 SSS2-K16 THT dr. Adlin R. Kelas A 13.00 - 14.00 SSS2-K16 THT Prof. Dr. dr. T. Siti Hajar R. Kelas B

14.00 - 16.30 SSS2-Pc2.T1 R. Tutorial I 14.00 - 16.30 SSS2-Pc2.T1 R. Tutorial II (Gedung Abdul Hakim)

07.00 - 08.00 SSS2-K17 THT dr. Ferryan R. Kelas A 07.00 - 08.00 SSS2-K17 THT dr. Siti Nursiah R. Kelas B
08.00 - 09.00 SSS2-K18 THT Dr. dr. Andrina R. Kelas A 08.00 - 09.00 SSS2-K18 THT dr. Ferryan R. Kelas B
09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI
17 Desember 2020

K
10.00 - 11.00 SSS2-K19 THT dr. Ashri R. Kelas A 10.00 - 11.00 SSS2-K19 THT dr. Rizalina R. Kelas B
a
m 11.00 - 12.00 SSS2-K20 Radiologi dr. Netty R. Kelas A 11.00 - 12.00 SSS2-K20 Radiologi dr. Elvita Rahmi R. Kelas B
i
12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
s
13.00 - 14.00 SSS2-CRP5-K8 CRP dr. Putri 13.00 - 14.00 SSS2-CRP5-K8 CRP Dr. dr. Arlinda S R. Kelas B
14.00 - 15.00 SSS2-K21 THT dr. Yuritna R. Kelas A 14.00 - 15.00 SSS2-K21 THT Prof. Dr. Delfitri R. Kelas B
15.00 - 16.00 SSS2-K22 THT Dr. dr. Yusa R. Kelas A 15.00 - 16.00 SSS2-K22 THT dr. Linda I. Adenin R. Kelas B
07.00 - 08.00 SSS1-B.IND1-K13 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas A 07.00 - 08.00 SSS1-ENG1-K14 LIDA Dra. Roma Ayuni R. Kelas B
08.00 - 09.00 SSS1-ENG1-K13 LIDA Riko A. Pohan, S.S R. Kelas A 08.00 - 09.00 SSS1-B.IND1-K14 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas B
18 Desember 2020

J 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI


u 10.00 - 11.00 SSS2-K23 THT dr. Arfiza Putra R. Kelas A 10.00 - 11.00 SSS2-K23 THT Dr. dr. Yusa R. Kelas B
m
a 11.00 - 12.00 SSS2-K24 THT Dr. dr. Yusa R. Kelas A 11.00 - 12.00 SSS2-K24 THT dr. Arfiza R. Kelas B
t ISHOMA ISHOMA
12.00 - 14.00 12.00 - 14.00

14.00 - 16.30 SSS2-Pc2.T2 R. Tutorial I 14.00 - 16.30 SSS2-Pc2.T2 R. Tutorial II (Gedung Abdul Hakim)
JADWAL MINGGUAN SEMESTER V - KELAS A dan B
BLOK SPECIAL SENSES SYSTEM
MINGGU: 4

KEGIATAN KELAS A-1 KEGIATAN KELAS B-2


TGL HARI JAM DEPT/Unit JAM DEPT/Unit
KELAS-A STAF TEMPAT KELAS-B STAF TEMPAT
07.00 - 08.00 SSS1-B.IND1-K14 LIDA Dra. Roma Ayuni R. Kelas B
07.00 - 09.00 SSS2-Pc.1-PP (A) R. Kuliah A
08.00 - 09.00 SSS1-ENG1-K14 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas B
21 Desember 2020

S 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI 09.00 - 10.00 BELAJAR MANDIRI


e 10.00 - 11.00 SSS1-B.IND1-K14 LIDA Dr. Namsyah R. Kelas A
n 10.00 - 12.00 SSS2-Pc.2-PP (B) R. Kuliah B
i 11.00 - 12.00 SSS1-ENG1-K14 LIDA Riko A. Pohan, S.S R. Kelas A
n I S H O M A I S H O M A
12.00 - 13.00 12.00 - 13.00
13.00 - 14.00 SSS2-K25 THT dr. Arfiza R. Kelas A 13.00 - 14.00 SSS2-K25 THT dr. Linda I. Adenin R. Kelas B
14.00 - 15.00 SSS2-K26 Far. Terapeutik Dr. M. Ichwan R. Kelas A 14.00 - 15.00 SSS2-K26 Far. Terapeutik Dr. dr. Yunita R. Kelas B
SSS2-Pr1 (A1) R. Praktikum Anatomi SSS2-Pr1 (B1) R. Praktikum Anatomi
07.00 - 09.30 07.00 - 09.30
SSS2-Pr2 (A2) R. Praktikum Histologi SSS2-Pr2 (B2) R. Praktikum Histologi
22 Desember 2020

S
SSS2-Pr1 (A2) R. Praktikum Anatomi SSS2-Pr1 (B2) R. Praktikum Anatomi
e 09.30 - 12.00 09.30 - 12.00
l SSS2-Pr2 (A3) R. Praktikum Histologi SSS2-Pr2 (B3) R. Praktikum Histologi
s
12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
a
SSS2-Pr1 (A3) R. Praktikum Anatomi SSS2-Pr1 (B3) R. Praktikum Anatomi
13.00 - 15.30 13.00 - 15.30
SSS2-Pr2 (A1) R. Praktikum Histologi SSS2-Pr2 (B1) R. Praktikum Histologi

SSS2-Pr3 (A1) R. Praktikum Fisiologi SSS2-Pr3 (B1) R. Praktikum Fisiologi


07.00 - 09.30 07.00 - 09.30
SSS2-Pr4 (A2) R. Praktikum Farmakologi SSS2-Pr4 (B2) R. Praktikum Farmakologi
23 Desember 202

R
a SSS2-Pr3 (A2) R. Praktikum Fisiologi SSS2-Pr3 (B2) R. Praktikum Fisiologi
09.30 - 12.00 09.30 - 12.00
b SSS2-Pr4 (A3) R. Praktikum Farmakologi SSS2-Pr4 (B3) R. Praktikum Farmakologi
u
12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A

SSS2-Pr3 (A3) R. Praktikum Fisiologi SSS2-Pr3 (B3) R. Praktikum Fisiologi


13.00 - 15.30 13.00 - 15.30
SSS2-Pr4 (A1) R. Praktikum Farmakologi SSS2-Pr4 (B1) R. Praktikum Farmakologi
24 Desember 2020

K
a
m LIBUR HARI RAYA NATAL
i
s
25 Desember 2020

J
u
m
LIBUR HARI RAYA NATAL
'
a
t
JADWAL MINGGUAN SEMESTER V - KELAS A dan B
BLOK SPECIAL SENSES SYSTEM
MINGGU: 5

KEGIATAN KELAS A-1 KEGIATAN KELAS B-2


TGL HARI JAM DEPT/Unit JAM DEPT/Unit
KELAS-A STAF TEMPAT KELAS-B STAF TEMPAT
28 Desember 2020

S
e
n CUTI BERSAMA
i
n
29 Desember 2020

S
e
l CUTI BERSAMA
s
a
30 Desember 2020

R
a
CUTI BERSAMA
b
u
31 Desember 2020

K
a
m CUTI BERSAMA
i
s

J
1 Januari 2021

u
m
TAHUN BARU
'
a
t
JADWAL MINGGUAN SEMESTER V - KELAS A dan B
BLOK SPECIAL SENSES SYSTEM
MINGGU: 6

KEGIATAN KELAS A-1 KEGIATAN KELAS B-2


TGL HARI JAM DEPT/Unit JAM DEPT/Unit
KELAS-A STAF TEMPAT KELAS-B STAF TEMPAT
GUS-SL2 (A1) R. Skills Lab KULIT & KELAMIN GUS-SL2 (B1) R. Skills Lab KULIT & KELAMIN
07.00 - 09.30 07.00 - 09.30
SSS2-SL1 (A2) R. Skills Lab THT SSS2-SL1 (B2) R. Skills Lab THT
4 Januari 2021

S
e GUS-SL2 (A2) R. Skills Lab KULIT & KELAMIN GUS-SL2 (B2) R. Skills Lab KULIT & KELAMIN
n 09.30 - 12.00 09.30 - 12.00
i SSS-2-SL1 (A3) R. Skills Lab THT SSS2-SL1 (B3) R. Skills Lab THT
n 12.00 - 13.00 I S H O M A 12.00 - 13.00 I S H O M A
GUS-SL2 (A3) R. Skills Lab KULIT & KELAMIN GUS-SL2 (B3) R. Skills Lab KULIT & KELAMIN
13.00 - 15.30 13.00 - 15.30
SSS2-SL1 (A1) R. Skills Lab THT SSS2-SL1 (B1) R. Skills Lab THT
5 Januari 2021

S
e
l BELAJAR MANDIRI
s
a
6 Januari 2021

R
a
MIDTERM SSS-2
b
u
7 Januari 2021

K
a
m BELAJAR MANDIRI
i
s

J
8 Januari 2021

u
m
BELAJAR MANDIRI
'
a
t

Anda mungkin juga menyukai