OLEH :
AFTINA MUTIARA KARIMA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filsafat saat ini telah berkembang lebih maju dalam berbagai bidang dan mempunyai
peranan penting dalam kehidupan. Cabang filsafat sendiri saat ini telah berkembang dalam
berbagai bidang yaitu filsafat pengetahuan, filsafat moral, filsafat seni, metafisika, politik,
filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat
matematika dan lain sebagainya. Filsafat juga sangat berperan dalam bidang kesehatan
khususnya kedokteran gigi. Filsafat dalam bidang kedokteran gigi ini dapat dipandang atau
dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi filsafat pendidikan kedokteran gigi serta pelayanannya. Oleh
karena itu dalam kurikulum pendidikan saat ini di perguruan tinggi terutama dalam program
pendidikan pasca sarjana ataupun profesi spesialis, filsafat telah banyak dimasukkan sebagai
salah satu mata ajar yang harus ditempuh peserta didik.
Filsafat dalam bidang kedokteran gigi mampu memberikan pedoman kepada para peserta
didik pendidik (dokter gigi) sehingga akan dapat mewarnai sikap perilakunya dalam berpriaku
sebagai peserta didik dan sebagai pelayan kesehatan. Selain itu dengan adanya filsafat akan
didapatkan pengetahuan yang murni atau kemajuan pengetahuan di bidang pelayanan kedokteran
gigi untuk dapat diaplikasikan demi kesembuhan pasien dengan didasarkan pada premis-premis
pendukung hal tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menulis paper yang membahas tentang
peranan filsafat dalam pendidikan kedokteran gigi profesi spesialis.
B. TUJUAN
Penulis mampu mengetahui dan memahami tetang apa itu filsafat, peranannya dalam kehidupan,
peranannya dalam pendidikan kedokteran gigi spesialistik
BAB II
ISI
Sebelum kita membahas tentang filsafat dalam pendidikan dan filsafat dalam ilmu kedokteran
gigi, kita akan sedikit membahas dulu tentang filsafat dan perannya dalam kehidupan.
A. FILSAFAT
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa
Arab فلسفة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini,
kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.)
dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta
kebijaksanaan”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia.
Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang
mendalami bidang falsafah disebut "filsuf". Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat
tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi
dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi
dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam
sebuah proses dialektika. Filsafat sekarang ini mempunyai beberapa cabang antara lain
epistemologi, etika, estetika, metafisika, politik, filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat pendidikan,
filsafat hukum, filsafat sejarah dan filsafat matematika.
Menurut Anonimus (2012) manfaat Filsafat Ilmu bagi calon ahli kesehatan masyarakat
secara umum adalah : a) Dapat melihat kebenaran di antara kebenaran yang lain b) Dapat
memadukan antara ilmu, pengetahuan, logika, rasa dan sebagainya dalam menjawab suatu
fenomena. Maka manfaat filsafat ilmu bagi calon ahli kesehatan masyarakat secara khusus
adalah : a) Membantu memandang suatu fenomena kesehatan masyarakat secara menyeluruh dan
mendasar, sehingga dapat dilihat suatu kebenaran di antara kebenaran yang lain. 43 b)
Membantu calon ahli kesehatan masyarakat berfikir secara luas dan dari berbagai sudut pandang
disiplin ilmu. c) Membantu calon ahli kesehatan masyarakat untuk berfikir secara kritis dalam
menghadapi fenomena yang terjadi di masyarakat. d) Membantu calon ahli kesehatan masyarakat
untuk mengembangkan ilmunya karena ilmu sifatnya bukan merupakan kebenaran yang hakiki,
tidak stagnan dan terus berkembang. Purba (2013) menyebutkan bahwa Ilmu Kesehatan Gigi
Masyarakat adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang cara mempertahankan
kesehatan gigi manusia dan mengembalikan gigi manusia pada keadaan sehat dengan
memberikan pengobatan pada penyakit dan cedera. Kemudian disebutkan bahwa dokter (dari
bahasa Latin, yang berarti “guru”) adalah seseorang yang karena keilmuannya berusaha
menyembuhkan orang-orang yang sakit. Tidak semua orang yang menyembuhkan penyakit bisa
disebut dokter. Untuk menjadi dokter biasanya diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus dan
mempunyai gelar dalam bidang kedokteran. Kata kedokteran berhubungan dengan
penyembuhan.
Hakekat dari profesi dokter gigi adalah bisikan hati nurani dan panggilan jiwa untuk
mengabdikan diri pada semuanya, berlandaskan moralitas, kejujuran, keadilan, empati
keikhlasan, dan kepedulian sesama manusia. Dokter gigi merupakan profesi yang mempunyai
kedudukan tinggi di masyarakat. Filosofi tersebut di masyarakat modern masih terlihat
keberadaan dokter sebagai profesi yang mulia dan terhormat di jajaran sosialnya. Tugas dokter
gigi sesuai filosofinya adalah menjaga kesehatan serta mencegah penyakit lebih penting daripada
sekedar menyembuhkan penyakit dengan cara perpikir yang sistimatis yakni menjaga kualitas
hidup pasien, menyembuhkan pasien, mengurangi dan menghilangkan penderitaan pasien.
Berkenaan dengan ini Ilmu Gizi menjadi sangat penting dalam mendukung Ilmu Kedokteran
Gigi, merupakan akar tunggang utama dan paling dekat dengan Ilmu Kedokteran Gigi.
Dokter gigi juga menasehati penderita, bagaimana caranya untuk mencegah timbulnya
penyakit, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Dokter gigi harus meyakinkan pasien,
bahwa mempertahankan kesehatan hanya mungkin dengan usaha sendiri, dan adanya kesediaan
dan kemampuan melakukan usaha-usaha yang diperlukan (Purba, 2013). Sifat yang penting dari
seorang dokter adalah adanya belas kasihan dan cinta sesama manusia, hanya orang yang baik
dapat menjadi dokter yang baik. Dasar dari medicine adalah simpati dan keinginan untuk
menolong orang lain, dan apapun yang dilakukan dengan tujuan ini harus disebut medicine.
Seorang dokter harus dapat dengan tenang dan kritis melakukan pekerjaannya, dan harus
mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri. Dokter harus tangkas, harus mempunyai
kepribadian yang kuat, sehingga dapat melakukan pekerjaan di dalam keadaan yang serba sulit.
Dokter gigi sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang jelas, yang menuntun
untuk berpikir kritis-logis-analitis, bertindak secara rasional–etis, serta kematangan untuk
bersikap tanggap terhadap kebutuhan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan gigi, Dokter gigi sebagai direct human care harus dapat menjawab mengapa seseorang
membutuhkan perawatan gigi. Falsafah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman
untuk mencapai tujuan dan dipakai sebagai pandangan hidup. Falsafah kesehatan masyarakat
adalah sebagai berikut (Subekti, 2005 dalam Annur, 2012) : 1. Pelayanan kesehatan terjangkau
dan dapat diperoleh oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan. 2.
Upaya promotif dan preventif adalah upaya tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 3.
Pelayanan kesehatan yang diberikan pada klien yang berlangsung secara berkelanjutan. 4.
Perawat sebagai provider dan klien sebagai pelayanan kesehatan menjadi suatu hubungan yang
saling mendukung dan mempengaruhi perubahan pelayanan kesehatan. 5. Pengembangan tenaga
kesehatan masyarakat direncanakan dalam pelayanan kesehatan secara berkesinambungan. 6.
Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya.
Filsafat ilmu pengetahuan kesehatan dapat dijelaskan dari : 1. Aspek Ontologi (being, what,
who), mendefinisikan filsafat ilmu pengetahuan kesehatan adalah sekumpulan proposisi
sistematis yang terkandung dalam pernyataan pernyataan kesehatan yang benar dengan ciri
pokok yang bersifat general, rasional, objektif, mampu diuji kebenarannya dan mampu menjadi
milik umum (The Liang Gie, 2012). 2. Aspek Epistemologi (why, how). Why: misalnya ilmu
kesehatan, masih banyak yang tidak sehat hingga ada keinginan mencari kebenaran ilmiah, apa
penyebabnya tidak sehat. How : misalnya pemikiran dan pengkajian ilmiah/ hasil ilmiah yang
disusun secara sistematik, berkembang, universal, terbuka dengan metode ilmiah untuk
mendapatkan kebenaran tentang kesehatan (Tantera Keramas, 2008). 3. Aspek Aksiologi/Etis
(objektif, for what, value), dengan tujuan umum : misalnya ilmu kesehatan mempelajari semua
aspek yang berkaitan dengan kesehatan untuk tetap sehat dan lebih sehat. Tujuan khusus adalah
untuk mencari/mendapatkan : Kebenaran (Truth), Pengetahuan (Knowledge), Pemahaman
(Understanding), Penjelasan (Explanation), Klasifikasi (Classification), Peramalan (Prediction),
Pengendalian (Control), Penerapan (Application), Penemuan (Indention), Produksi (Production).
Mempelajari nilai etis: kebenaran, misalnya : kesehatan yang lebih baik, bernilai etis dan estetis
(Tantera Keramas, 2008).
Secara ontologis keraguan timbul karena keterbatasan manusia. Filsafat ilmu pengetahuan
berusaha mengubah "yang ada" dari "common sense" atau anggapan umum 29 menjadi "yang
ada" secara logis" atau "rasional". Hakekat manusia sebagai makhluk biopsikososio dan spritual,
pada hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang berorientasi pada
pelayanan, memiliki tingkat klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) serta
pelayanan yang mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Adapun
hakekat keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Sebagai ilmu dan seni, merupakan suatu ilmu yang didalam aplikasinya lebih kearah ilmu
terapan.
2. Sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan umtuk membantu manusia mengatasi
masalah sehat dan sakit dalam kehidupannya untuk mencapai kesejahteraan.
3. Sebagai pelayanan kesehatan yang memiliki tiga sasaran, diantaranya individu, keluarga dan
masyarakat sebagai klien.
4. Sebagai kolaborator dengan tim kesehatan lainnya dalam pembinaan kesehatan, pencegahan
penyakit, penentuan diagnosis dini, penyembuhan serta rehabilitasi dan pembatasan penyakit.
Sedangkan esensinya yang meliputi:
1. Memandang pasien sebagai makhluk yang utuh (holistik) yang harus dipenuhi segala
kebutuhannya baik biospikososio dan spritual yang diberikan secara komprehensif dan tidak bisa
dilakukan secara sepihak atau sebagian dari kebutuhannya.
2. Bentuk pelayanan keperawatan harus diberikan secara langsung dengan memperhatikan aspek
kemanusiaan.
3. Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaaan suku, kepercayaan,
status sosial, agama dan ekonomi.
4. Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan
mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan bukan sendiri-sendiri.
5. Pasien adalah mitra aktif dalam pelayanan kesehatan bukan sebagai penerima jasa yang pasif.
Kedokteran gigi sebagai sains tentang human care didasarkan pada asumsi bahwa human
science and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan sebagai human
science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetia, humanities
dan kiat/art (Watson,1985). Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya untuk
mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti dinyatakan oleh Watson
(1985) human care is the heart of nursing atau Leininger (1984) yang menekankan caring is the
central and unifying domain for the body of knowledge and practices of nursing.
Dalam eksplikasi sains tentang human care, pencarian harus termasuk pada beragam
metoda untuk memperoleh pemahaman utuh dari human phenomena. Pencarian ini harus
memfasilitasi integrasi pengetahuan dari biomedical, perilaku, sosiokultural, seni dan humaniora
untuk menemukan pengetahuan keperawatan baru. Melalui strategi integrasi dan analisis, dunia
objektifitas dapat dihubungkan dengan dunia subjektif dari pengalaman manusia untuk
mencapai linkage ini. Perspektif tentang human science memberi kesempatan bagi pemikir atau
peneliti keperawatan untuk melakukan telaah terhadap keilmuan keperawatan dan arahnya, guna
meletakkan dasar-dasar subject matter serta tanggung jawab ilmiah dan sosialnya. Melalui
perspektif ini, kajian terhadap makna, nilai etika tentang manusia, kesehatan dan keperawatan
dapat dilakukan.
Dalam konteks ini, pemahaman tentang human science berbasis pada filosofi tentang
kebebasan, pilihan dan tanggung jawab manusia biologi dan psikologi tentang keutuhan
manusiawi (holism). Epistemologi bukan hanya secara empiris tetapi juga pengembangan estetis,
nilai-nilai etis, intuisi dan proses eksplorasi dan penemuan konteks hubungan, dan proses
interaksi antar manusia.
Relevansi antara filsafat ilmu dengan kedokteran dapat dijelaskan sebagai berikut :
Filsafat kedokteran mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas, serta
keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasakan pada alasan logis daripada
metoda empiris. Filsafat keilmuan harus menunjukkan bagaimana pengetahuan ilmiah
sebenarnya dapat diaplikasikan yang kemudian menghasilkan pengetahuan alam semesta, dalam
hal ini pengetahuan kedokteran gigi, sehingga filsafat keperawatan adalah keyakinan dasar
tentang pengetahuan kedokteran yang mengandung pokok pemahaman biologis manusia dan
perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit terutama berfokus kepada respons mereka terhadap
situasi.
Dengan adanya filsafat yang menjadi landasan dan cara berpikir logis yang digunakan
untuk menemukan kebenaran ilmiah tersebut, maka dapat dihasilkan sebuah ilmu pengetahuan.
Manfaat Filsafat Ilmu bagi Kesehatan dan Kedokteran Gigi adalah meandasi Pembangunan
kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran
meningkatkan derajat kesehatan dan status gigi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan
pelayanan kesehatan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Filsafat dalam imu kedokteran gigi mempunyai peranan yang sangat penting. Peran filsafat
dalam pendidikan bagi dosen dalam perguruan tinggi yaitu supaya tahu bagaimana cara
memperlakukan mahasiswanya, dosen mengetahui apa yang harus diberikan kepada mahasiswa,
bagaimana cara memperoleh pengetahuan, dan bagaimana cara menyampaikan pengetahuan
tersebut kepada mahasiswanya sehingga mahasiswanya bisa mengaplikasikannya. Sedangkan
filsafat dalam kedokteran gigi adalah keyakinan dasar tentang pengetahuan kesehatan gigi yang
mengandung pokok pemahaman biologis manusia dan perilakunya dalam keadaan sehat dan
sakit terutama berfokus kepada respon mereka terhadap situasi. Manfaat filsafat dalam
kedokteran gigi salah satunya adalah mendapatkan kebenaran tentang hal-hal yang dianggap
belum pasti apakah tindakan yang kita lakukan dan pendapat yang kita keluarkan tentang dunia
keperawatan itu adalah benar atau salah
B. SARAN
Penerapan filsafat dalam pendidikan kedokteran gigi masih belum merata sehingga diharapkan
semua institusi pendidikan menerapkan filsafat untuk masuk dalam kurikulum pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Irmayanti Meliono, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI. hal. 1
Rahmat, A., C. Semiawan, D. Nomida, I. Arianto, Kinayanti, J., Martini, J., Nadiroh, Nusa,
P., Sabarti, A. 2013. Filsafat Ilmu Lanjutan. Kencana Prenada Media Group.
Jakarta.