Dermatitis Numularis
Oleh :
G1A220046
Pembimbing :
UNIVERSITAS JAMBI
2021
i
LEMBAR PENGESAHAN
Case Report Session
Dermatitis Numularis
DISUSUN OLEH
Anes Ovezatira, S. Ked
G1A220046
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Judul .....................................................................................................................
Halaman Pengesahan ..........................................................................................ii
Kata Pengantar ..................................................................................................iii
Daftar Isi.............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan..............................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS
2.1 Laporan Kasus...........................................................................................3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Sinonim....................................................................................................8
3.2 Definisi....................................................................................................8
3.3 Epidemiologi ............................................................................................8
3.4 Etiologi......................................................................................................9
3.5 Patogenesis................................................................................................9
3.6 Manifestasi Klinis...................................................................................10
3.7 Diagnosis.................................................................................................13
3.8 Diagnosis Banding..................................................................................14
3.9 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................16
3.10 Pengobatan..............................................................................................17
3.11 Prognosis.................................................................................................18
BAB IV ANALISIS KASUS
Analisis Kasus..............................................................................................19
BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................23
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun tidak menutup kemungkinan
kemerahan muncul di daerah lain.1
Dermatitis numularis ini cenderung kearah kronis dan residif, pengobatan
dan diagnosis yang tepat akan mengarahkan pada perbaikan kondisi penderita
dermatitis itu sendiri. Dengan pengobatan yang tepat maka akan mengurangi
tingkat kekambuhan dari penderita dermatitis numularis, untuk itulah penulis
tertarik untuk membahas lebih jauh mengenai diagnosis dan pengobatan pada
pasien dengan dermatitis numularis. 2
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.E
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bagan Pete
Pekerjaan : Perawat
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Indonesia
2
Hobi : Memasak
Berat Badan : 51 kg
I. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 17 Mei 2021
A. Keluhan Utama : Bercak kemerahan disertai rasa gatal pada daerah tangan
kanan sejak 1 minggu SMRS
B. Keluhan Tambahan : -
C. Riwayat Perjalanan Penyakit :
± 1 minggu yang lalu pasien mengeluhkan gatal, mula-mula muncul berupa
bintik-bintik kemerahan seperti ujung jarum pentul yang gatal pada daerah tangan.
Awalnya bintik-bintik padat, tetapi lama-kelaman saat di garuk karena gatal
mengeluarkan air. Awalnya bintik-bintik di tangan kanan ukurannya hanya kecil,
tetapi semakin lama semakin meluas menjadi sebuah bentuk bulat agak lonjong.
Keluhan gatal dirasakan hampir sepanjang hari, sehingga mengganggu aktivitas
sehari – hari pasien. Keluhan akan berkurang ketika digaruk sehingga pasien
selalu menggaruknya saat sedang gatal. Lama kelamaan tanpa pasien sadari,
tempat yang gatal tersebut menjadi lebih kering pada bagian tengah dibandingkan
pinggirnya. Pasien sudah mencoba menggunakan salep gentamisin namun pasien
tidak merasakan adanya perubahan. Pasien menyangkal adanya riwayat gigitan
serangga, penyakit sistemik, pemakaian obat sebelum mengalami keluhan, alergi
makanan, alergi obat, alergi cuaca.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit dahulu (-)
D. Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga pasien tidak ada yang mengeluhkan hal yang sama.
E. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien adalah seorang Perawat. Pasien tinggal bersama suami dan anaknya. Pasien
berobat dengan biaya pribadi.
3
1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
2. Tanda Vital :
Kesadaran : Compos Mentis RR : 22 kali/menit
TD : 120/80 mmHg Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,7o C
3. Kepala :
a. Inspeksi : Bentuk normocephal
b. Mata : CA (-/-), SI (-/-), Pupil isokor, Refleks cahaya (+/+)
c. THT : Nyeri tekan tragus (-), sekret telinga (-), sekret hidung (-)
d. Leher : Perbesaran KGB (-), trakea ditengah (+)
4. Thoraks :
a. Jantung : BJ I-II regular, tidak terdapat bunyi tambahan
b. Paru : Vesikuler (+/+), Wheezing (-), Rhonki (-)
5. Genitalia : Tidak dilakukan
6. Ekstremitas
a. Superior : edema (-/-), lesi kulit (+)
b. Inferior : edema (-/-)
B. Status Dermatologi
1. Inspeksi
• Jumlah : Soliter
• Batas : sirkumskrip
• Warna : Eritema
• Distribusi : Regional
• Konsistensi : kenyal
C. Status Venerelogi
1. Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
5
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
V. DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Numularis
VI. TERAPI
Non medikamentosa
Pasien disarankan untuk menghindari suhu ekstrim, penggunaan sabun yang
berlebihan dan bahan wol atau bahan lain yang dapat menyebabkan iritasi.
Medikamentosa :
Oral : sebagai antihistamin, Cetirizin tab 1x10mg/hari
Topikal : betametason valerate 0,1 % krim 5 gr dioleskan 3-4 kali
sehari
VII. PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : Bonam
Quo Ad Functionam : Bonam
Quo Ad Sanationam : Bonam
6
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan lampu wood
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3. 1 Sinonim
Nama lain Dermatitis numularis atau dikenal juga dengan ekzem
nummular, ekzem discoid, neurodermatitis nummular 1
3.2 Defenisi
7
oli, semen), fisik (sinar, suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur), maupun faktor
endogen adalah faktor dari dalam, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi ) dan keluhan
gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan bahkan mungkin hanya
beberapa (ologomorfik), dermatitis juga cenderung residif dan menjadi kronis. 1,4,3
3.3 Epidemiologi
Dermatitis numularis pada orang dewasa terjadi lebih sering pada pria
daripada wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara lain 55 dan
65 tahun, pada wanita usia puncak terjadi juga pada usia 15 sampai 25 tahun.
Dermatitis numularis tidak biasa ditemukan pada anak, bila ada timbulnya jarang
pada usia sebelum satu tahun, hanya sekitar 7 dari 466 anak yang menderita
dermatitis nummular dan frekuensinya cenderung meningkat sesuai dengan
peningkatan umur. Umumnya kejadian meningkat seiring dengan meningkatnya
usia. Penamaan pada penyakit dermatitis berdasarkan etiologi, morfologi,
lokalisasi, stadium penyakit dan bentuk.. Dermatitis numularis termasuk ke dalam
pembagian dermatitis berdasarkan bentuk. Dermatitis numularis adalah dermatitis
berupa lesi berbentuk mata uang.1,4
3.4 Etiologi
Penyebab dermatitis numularis belum diketahui secara pasti, namun banyak faktor
yang ikut berperan dalam timbulnya penyakit ini, diduga stafilococcus dan
micrococcus ikut berperan didalamnya, mengingat jumlah koloninya meningkat
walaupun tanda infeksi secara klinis tidak tampak, mungkin juga lewat
mekanisme hipersensitivitas. Eksaserbasi terjadi bila koloni bakteri meningkat di
atas 10 juta kuman/cm2. Dermatitis kontak mungkin ikut memegang peranan pada
berbagai kasus dermatitis numularis, misalnya alergi terhadap nikel, krom, kobal,
demikian pula iritasi dengan wol dan sabun. Trauma fisis dan kimiawi mungkin
juga berperan, terutama bila terjadi di tangan, dapat pula pada bekas cedera lama
atau jaringan parut. Pada sejumlah kasus, stress emosional dan minuman yang
mengandung alkohol dapat menyebabkan timbulnya eksaserbasi. Lingkungan
dengan kelembaban rendah dapat pula memicu kekambuhan. 2,4
8
3.5 Patogenesis
Dermatitis numular merupakan suatu kondisi yang terbatas pada epidermis dan
dermis saja. Hanya sedikit diketahui patofisiologi dari penyakit ini, tetapi sering
bersamaan dengan kondisi kulit yang kering. Adanya fissura pada permukaan
kulit yang kering dan gatal dapat menyebabkan masuknya alergen dan
mempengaruhi terjadinya peradangan pada kulit. Suatu penelitian menunjukkan
dermatitis numularis meningkat pada pasien dengan usia yang lebih tua terutama
yang sangat sensitif dengan bahan-bahan pencetus alergi. Barrier pada kulit yang
lemah pada kasus ini menyebabkan peningkatan untuk terjadinya dermatitis
kontak alergi oleh bahan-bahan yang mengandung metal. Karena pada dermatitis
numular terdapat sensasi gatal, telah dilakukan penelitian mengenai peran mast
cell pada proses penyakit ini dan ditemukan adanya peningkatan jumlah mast cell
pada area lesi dibandingkan area yang tidak mengalami lesi pada pasien yang
menderita dermatitis numularis. Suatu penelitian juga mengidentifikasi adanya
peran neurogenik yang menyebabkan inflamasi pada dermatitis numular dan
dermatitis atopik dengan mencari hubungan antara mast cell dengan saraf sensoris
dan mengidentifikasi distribusi neuropeptida pada epidermis dan dermis dari
pasien dengan dermatitis numular. Peneliti mengemukakan hipotesa bahwa
pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya dari mast cell yang kemudian
berinteraksi dengan neural C-fibers dapat menimbulkan gatal. Para peneliti juga
mengemukakan bahwa kontak dermal antara mast cell dan saraf, meningkat pada
daerah lesi maupun non lesi pada penderita dermatitis numular. Substansi P dan
kalsitonin terikat rantai peptide meningkat pada daerah lesi dibandingkan pada
non lesi pada penderita dermatitis numular. Neuropeptida ini dapat menstimulasi
pelepasan sitokin lain sehingga memicu timbulnya inflamasi. Penelitian lain telah
menunjukkan bahwa adanya mast cell pada dermis dari pasien dermatitis numular
menurunkan aktivitas enzim chymase, mengakibatkan menurunnya kemampuan
menguraikan neuropeptida dan protein. Disregulasi ini dapat menyebabkan
menurunnya kemampuan enzim untuk menekan proses inflamasi.4
Kulit penderita dermatitis numularis cenderung kering, hidrasi stratum korneum
rendah. Jumlah SP ( substance p), VIP (vasoactive intestinal polypeptide), dan
CGRP (calcitonin genrelated peptide) meningkat di dalam serabut dermal saraf
9
sensoris kulit, sedang pada serabut epidermal yang meningkat SP dan CGRP. Hal
ini menunjukkan bahwa neuropeptida berpotensi pada mekanisme proses
degranulasi sel mast. Dermatitis pada orang dewasa tidak berhubungan dengan
ganggguan atopi. Pada anak, lesi numularis terjadi pada dermatitis atopik. 4
10
Kelainannya terdapat pada punggung tangan serta di bagian sisi atau punggung
jari-jari tangan. Sering dijumpai sebagai plak tunggal yang terjadi pada sisi reaksi
luka bakar, kimia atau iritan. Lesi ini jarang meluas.
2. Dermatitis numular pada tungkai dan badan.
Bentuk ini merupakan bentuk yang lebih sering dijumpai. Pada sebagian kasus,
kelainan sering didahului oleh trauma lokal ataupun gigitan serangga. Umumnya
kelainan bersifat akut, persisten dan eksudatif. Dalam perkembangannya, kelainan
dapat sangat edematous dan berkrusta, cepat meluas disertai papul-papul dan
vesikel yang tersebar. Pada Dermatitis numular juga sering dijumpai
penyembuhan pada bagian tengah lesi, tetapi secara klinis berbeda dari bentuk lesi
tinea. Pada kelainan ini bagian tepi lebih vesikuler dengan batas relatif kurang
tegas. Lesi permulaan biasanya timbul di tungkai bawah kemudian menyebar ke
kaki yang lain, lengan dan sering ke badan.
3. Dermatitis numular bentuk kering.
Bentuk ini jarang dijumpai dan berbeda dari dermatitis numular umumnya karena
di sini dijumpai lesi diskoid berskuama ringan dan multipel pada tungkai atas dan
bawah serta beberapa papul dan vesikel kecil di bagian tepinya di atas dasar
eritematus pada telapak tangan dan telapak kaki. Gatal minimal yang berbeda
sekali dengan bentuk dermatitis numular lainnya. Menetap bertahun-tahun dengan
fluktuasi atau remisi yang sulit diobati.
11
Gambar 2. Lesi yang khas berbentuk koin dari dermatitis numularis pada tangan dari
penderita.2
Gambar 3. Lesi yang khas berbentuk koin dari dermatitis numularis pada tungkai
bawah penderita.
3.7 Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis dari dermatitis numularis didasarkan pada
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis didapatkan
pasien akan mengeluhkan sangat gatal, berulang dan waktu malam hari, kadang-
kadang bervariasi gatalnya, sedangkan pada anamnesis untuk pasien atopi lebih
sering pada wanita muda dengan dermatitis numularis ditangan. Pemeriksaan fisik
lihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien seperti adanya gambaran vesikel dan
papul dengan predileksi dibagian ekstremitas terutama dibagian ekstensor,
12
sedangkan pada wanita lebih sering mengenai pada bagian ekstremitas atas
termasuk tangan sisi bawah. Pada pemeriksaan fisik juga dapat dilihat lesi plak
seukuran uang koin kira-kira 1-3 cm, vesikel berdinding tipis pada dasar
eritematus. Fase akut lesi warna merah gelap, bentuk polimorf, kulit sekitarnya
normal tetapi kadang-kadang kering. Penyembuhan di tengah dapat berbentuk
anular. Plak kronis kering, berskuama dan likenifikasi. Diskoid eksudatif dan
dermatitis likinoid merupakan variasi dermatitis nummular. Selain anamnesis dan
pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis dermatitis numularis dapat
juga dilakukan pemeriksaan penunjang dengan menggunakan Patch test ini
dilakukan pada kasus rekalsitran kronis untuk menyingkirkan dermatitis kontak.
Di India 50% Patch Test positif dengan colophony, mitrafurozon, neomisin sulfat
dan nikel sulfat. Bisa juga pemeriksaan IgE serum dengan hasil normal, kemudian
pemeriksaan Histo PA.4
Gambar 1. Bentuk lesi dermatitis atopik persisten pada daerah telapak tangan dan
daerah dada.
2. Dermatofitosis
13
Merupakan penyakit jamur yang menyerang kulit,yakni pada jaringan yang
mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan
kuku yang disebabkan oleh dermatofita. Pada dermatosis dapat
terlihat sebagai tinea dengan pinggir aktif, bagian tengah agak menyembuh, tetapi
secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada dermatitis numularis bagian tepi
lebih vesikuler dengan batas relatif kurang tegas dibandingkan tinea. Pada tinea,
dapat dicari hifa dari sediaan langsung untuk menegakkan diagnosis.
14
Gambar 3. Bentuk lesi pada pitiriasis rosea dengan lesi awalnya lebih besar dan
mengikuti garis kulit yang berbentuk seperti pohon cemara.
4. Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif,
ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas, dengan skuama
yang kasar, berlapis, dan transparan. Disertai fenomena tetesan lilin, auspitz, dan
koebner.
Gambar 4. Psoriasis
15
3.9.1 Histopatologi
Pada lesi akut ditemukan spongiosis, vesikel intraepidermal, sebukan sel
radang, limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh darah. Lesi kronis ditemukan
akantosis teratur, hipergranulosis, dan hyperkeratosis, mungkin juga spongiosis
ringan. Dermis bagian atas fibrosis, sebukan limfosit dan makrofag di sekitar
pembuluh darah. Limfosit di epidermis mayoritas terdiri atas sel T-CD8+,
sedangkan yang di dermis sel T-CD4+. Sebagian besar sel mast di dermis tipe
MCTC (mast cell tryptase), berisi triptase.4
3.10 Pengobatan
Pengobatan topikal:
16
1. Obat Antiinflamasi.
Diberikan untuk menghilangkan peradangan pada kulit dan mengurangi
iritasi kulit. Misalnya dengan pemberian preparat ter, glukokortikoid,
takrolimus, atau pimekrolimus. Kortikosteroid topikal yang diberikan
contohnya triamcinolone 0,025-0,1%. Bila lesi masih eksudatif,
sebaiknya dilakukan kompres dengan larutan permanganas 1:10.000.
Pengobatan Sistemik
1. Antibiotik
Untuk mengobati jika terjadi infeksi sekunder.
2. Antihistamin oral.
Digunakan untuk mengurangi gatal. Biasa digunakan antihistamin
golongan H1, misalnya hidroksisin HCl.
3. Steroid sistemik.
Digunakan untuk kasus-kasus dermatitis numular yang berat, hanya
diberikan dalam jangka waktu pendek, diberikan prednilson dengan
dosis oral 40-60 mg selam 4 kali per hari dengan dosis yang diturunkan
secara perlahan-lahan tapering off. Hanya berguna dalam beberapa
minggu, dermatitis yang belum sembuh sempurna, dapat ditangani
dengan pemberian krim steroid dan emolilients.
3.11 Prognosis
Pasien perlu untuk diberitahukan tentang perkembangan atau perjalanan
penyakit dari dermatitis numular yang cenderung sering berulang. Mencegah atau
menghindari dari faktor-faktor yang memperburuk atau meningkatkan frekuensi
untuk cenderung berulang dengan menggunakan pelembab pada kulit akan sangat
membantu mencegah penyakit ini. Dari data pengamatan, didapatkan 22%
sembuh, 25% pernah sembuh beberapa minggu hingga tahun, dan 53% tidak
bebas lesi tanpa pengobatan.
17
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien perempuan atas nama Ny.E usia tahun, bekerja sebagai Perawat
datang ke poliklinik RSUD Raden Mattaher dengan Bercak kemerahan disertai
rasa gatal pada daerah tangan kanan sejak 1 minggu SMRS.
Awalnya sejak ± 1 minggu yang lalu pasien mengeluhkan gatal, mula-mula
muncul berupa bintik-bintik kemerahan seperti ujung jarum pentul yang gatal
pada daerah tangan. Awalnya bintik-bintik padat, tetapi lama-kelaman saat di
garuk karena gatal mengeluarkan air. Awalnya bintik-bintik di tangan kanan
ukurannya hanya kecil, tetapi semakin lama semakin meluas menjadi sebuah
bentuk bulat agak lonjong. Keluhan gatal dirasakan hampir sepanjang hari,
sehingga mengganggu aktivitas sehari – hari pasien. Keluhan akan berkurang
ketika digaruk sehingga pasien selalu menggaruknya saat sedang gatal. Lama
kelamaan tanpa pasien sadari, tempat yang gatal tersebut menjadi lebih kering
pada bagian tengah dibandingkan pinggirnya. Pasien sudah mencoba
menggunakan salep gentamisin namun pasien tidak merasakan adanya perubahan.
Berdasarkan anamnesis tersebut, sesuai dengan gejala Dermatitis
Numularis dimana awalnya lesi yang terasa gatal (keluhan subjektif) berupa papul
yang kemudian menjadi vesikel, dan oleh karena garukan lesi menjadi berair yang
merupakan keluhan objektif pasien. Lesi awalnya berbentuk bulat berukuran
milier, yang kemudian semakin membesar. Lesi berbentuk bulat seperti uang
logam menggambarkan dermatitis numularis. Ini sesuai dengan perjalanan
dermatitis numularis.
Pada status dermatologis pada regio antebrachii dextra terdapat plak
eritema, soliter. Berbentuk regular , ukuran numular 2 cm, sirkumskrip, tepi tidak
aktif, permukaan kasar ditutupi skuama. Deskripsi ini sesuai dengan pemeriksaan
fisik pada Dermatitis Numular, yaitu tempat predileksi yang sesuai seperti aspek
18
ekstensor ekremitas, serta terdapatnya karateristik dermatitis numularis yaitu lesi
berbentuk bulat (uang logam) dengan batas tegas.
Bentuk lesi pada pasien ini menyerupai penyakit kulit lain, misalnya lesi
pada Dermatitis Atopik, yaitu peradangan kulit kronis yang residif disertai gatal
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada
keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian
mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan. Manifestasi klinis
bersifat kronis berupa plak hiperpigmentasi, hyperkeratosis, likenifikasi,
ekskoriasi dan skuamasi. Rasa gatal lebih hebat saat beristirahat, udara panas dan
berkeringat. Diagnosa DA dapat disingkirkan karena berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik pada pasien ini tidak memenuhi kriteria diagnosis Hanifin
Rajka, serta tidak adanya riwayat keluhan serupa dalam keluarga. Uji tusuk ( skin
prick test) pada DA positif, terjadi peningkatan kadar eosinophil dan kadar Ig E
meningkat.
Lesi yang timbul pada pasien ini juga menyerupai gambaran lesi pada
Tinea Corporis. Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat dan
lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan
vesikel dan papul ditepi. Daerah tengahnya biasa lebih tenang. Kadang-kadang
terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai
lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik. Diagnosa ini dapat disingkirkan dimana
pasien tidak memiliki riwayat kebiasaan yang dapat mengembangkan jamur serta
pada tinea corporis pada pemeriksaan kerokan kulit (KOH) didapatkan hifa
Panjang, bersepta, bercabang. Jika terkena lampu wood memancarkan fluoresensi.
Diagnosis banding lainnya adalah Pitiriasi rosea. Penyakit dimulai dengan
lesi pertama (herald patch), umumnya dibadan, soliter, berbentuk oval dan anular,
diameternya kira-kira 3 cm. Lesi berikutnya lebih khas, lebih kecil dan susunan
sejajar kosta menyerupai pohon cemara terbalik sehingga diagnosa ini dapat
disingkirkan.
Dari perbandingan diagnosis berdasarkan berdasarkan anamnesa, status
dermatologis, diagnosis ini mengarah kepada Dermatitis Numularis dikarenakan
kesesuaian dengan teori. Pada pasien ini dipilih terapi medikamentosa melalui
pengobatan sistemik dan pengobatan topikal. Pengobatan sistemik yang diberikan
19
berupa antipruritus yaitu Antihistamin. Antihistamin yang digunakan untuk
keluhan pruritus Antihistamin golongan H1 generasi kedua. Antihistamin generasi
kedua lebih ringan efek sedatifnya. Pasien ini diberikan terapi oral Antihistamin
golongan H1 generasi dua yaitu Cetirizin 1x10mg/hari, dimana efek sedatif yang
lebih minimal dibanding golongan H1 generasi pertama, mengingat pasien saat ini
masih bekerja sehingga pengobatan tidak akan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pasien juga diberikan pengobatan steroid topikal yang merupakan
pengobatan pilihan karena dapat mengurangi peradangan dan gatal Karena lesinya
kronik. Pasien dermatitis numular biasanya diberikan kortikosteroid topikal
potensi menengah hingga kuat, dimana pasien ini mendapat betametason valerate
0,1 % krim 5 gr dioleskan 3-4 kali sehari.
Prognosis pada penyakit ini baik jika ditangani secara cepat dan tepat serta
edukasi yang tepat dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi dan tingkat
keparahan dari penyakit.
20
BAB V
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22