Anda di halaman 1dari 26

Case Report Session (CRS)

*Kepaniteraan Klinik Senior/ G1A220046/Mei 2021

** Pembimbing/ dr.Dewi Lastya Sari,M.Ked(DV),Sp. DV

Dermatitis Numularis

Oleh :

Anes Ovezatira, S. Ked*

G1A220046

Pembimbing :

dr.Dewi Lastya Sari,M.Ked(DV),Sp. DV**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021

i
LEMBAR PENGESAHAN
Case Report Session
Dermatitis Numularis

DISUSUN OLEH
Anes Ovezatira, S. Ked
G1A220046

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021

Jambi, Mei 2021


PEMBIMBING

dr.Dewi Lastya Sari,M.Ked(DV),Sp. DV

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa sebab karena rahmatnya, laporan kasus atau Case Report
Session (CRS) yang berjudul “Dermatitis Numularis” ini dapat
terselesaikan. Laporan kasus ini dibuat agar penulis dan teman – teman
sesama koass periode ini dapat memahami tentang gejala klinis yang
sering muncul ini. Selain itu juga sebagai tugas dalam menjalankan
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RSUD Raden Mattaher Jambi.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Dewi Lastya


Sari,M.Ked(DV),Sp. DV selaku pembimbing dalam kepaniteraan klinik
senior ini dan khususnya pembimbing dalam laporan kasus ini. Penulis
menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran agar lebih baik kedepannya. Akhir kata,
semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat
menambah informasi serta pengetahuan kita.

Jambi, Mei 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Judul .....................................................................................................................
Halaman Pengesahan ..........................................................................................ii
Kata Pengantar ..................................................................................................iii
Daftar Isi.............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan..............................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS
2.1 Laporan Kasus...........................................................................................3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Sinonim....................................................................................................8
3.2 Definisi....................................................................................................8
3.3 Epidemiologi ............................................................................................8
3.4 Etiologi......................................................................................................9
3.5 Patogenesis................................................................................................9
3.6 Manifestasi Klinis...................................................................................10
3.7 Diagnosis.................................................................................................13
3.8 Diagnosis Banding..................................................................................14
3.9 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................16
3.10 Pengobatan..............................................................................................17
3.11 Prognosis.................................................................................................18
BAB IV ANALISIS KASUS
Analisis Kasus..............................................................................................19
BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................23

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang merupakan respon terhadap


pengaruh faktor eksogen dan faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi yang polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi)
dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan bahkan
mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Eksim atau Dermatitis adalah istilah
kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit tampak meradang dan iritasi.
Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena adalah
tangan dan kaki. Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis, klasifikasi
dermatitis belum ada kesepakan yang pasti. Salah satu jenis dermatitis
berdasarkan bentuk adalah dermatitis nummular nama lainnya adalah ekzem
discoid, ekzem nummular, nummular eczematous dermatitis. Terdapat juga
beberapa klasifikasi lain dermatitis yang berdasarkan lokasi kelainan, penyebab,
usia , faktor konstitusi.
Dermatitis nummular merupakan suatu peradangan dengan lesi yang
menetap dengan keluhan gatal, yang ditandai dengan lesi berbentuk logam,
sirkular atau lesi oval berbatas tegas, umumnya ditemukan pada daerah tangan
dan kaki. Lesi awal berupa papul disertai vesikel yang biasanya mudah pecah.
Dermatitis nummular angka kejadiannya pada usia dewasa lebih sering pada laki-
laki dibandingkan wanita, onsetnya pada usia antara 55 dan 65 tahun. Penyakit ini
jarang pada anak-anak, jarang muncul dibawah usia 1 tahun, hanya sekitar 7 dari
466 anak yang menderita dermatitis nummular dan frekuensinya cenderung
meningkat sesuai dengan peningkatan umur.1
Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia,
namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan
pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga
mengurangi angka kekambuhan. Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala
utama yang dirasakan pasien adalah gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul
sebelum ada tanda kemerahan pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan

1
muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun tidak menutup kemungkinan
kemerahan muncul di daerah lain.1
Dermatitis numularis ini cenderung kearah kronis dan residif, pengobatan
dan diagnosis yang tepat akan mengarahkan pada perbaikan kondisi penderita
dermatitis itu sendiri. Dengan pengobatan yang tepat maka akan mengurangi
tingkat kekambuhan dari penderita dermatitis numularis, untuk itulah penulis
tertarik untuk membahas lebih jauh mengenai diagnosis dan pengobatan pada
pasien dengan dermatitis numularis. 2

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
Jl. Letjen Soeprapto Samping RSUD Raden Mattaher Telanaipura Jambi telp/fax (0741) 60246

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.E
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bagan Pete
Pekerjaan : Perawat
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Indonesia

2
Hobi : Memasak
Berat Badan : 51 kg

I. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 17 Mei 2021
A. Keluhan Utama : Bercak kemerahan disertai rasa gatal pada daerah tangan
kanan sejak 1 minggu SMRS
B. Keluhan Tambahan : -
C. Riwayat Perjalanan Penyakit :
± 1 minggu yang lalu pasien mengeluhkan gatal, mula-mula muncul berupa
bintik-bintik kemerahan seperti ujung jarum pentul yang gatal pada daerah tangan.
Awalnya bintik-bintik padat, tetapi lama-kelaman saat di garuk karena gatal
mengeluarkan air. Awalnya bintik-bintik di tangan kanan ukurannya hanya kecil,
tetapi semakin lama semakin meluas menjadi sebuah bentuk bulat agak lonjong.
Keluhan gatal dirasakan hampir sepanjang hari, sehingga mengganggu aktivitas
sehari – hari pasien. Keluhan akan berkurang ketika digaruk sehingga pasien
selalu menggaruknya saat sedang gatal. Lama kelamaan tanpa pasien sadari,
tempat yang gatal tersebut menjadi lebih kering pada bagian tengah dibandingkan
pinggirnya. Pasien sudah mencoba menggunakan salep gentamisin namun pasien
tidak merasakan adanya perubahan. Pasien menyangkal adanya riwayat gigitan
serangga, penyakit sistemik, pemakaian obat sebelum mengalami keluhan, alergi
makanan, alergi obat, alergi cuaca.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit dahulu (-)
D. Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga pasien tidak ada yang mengeluhkan hal yang sama.
E. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien adalah seorang Perawat. Pasien tinggal bersama suami dan anaknya. Pasien
berobat dengan biaya pribadi.

II. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis

3
1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
2. Tanda Vital :
Kesadaran : Compos Mentis RR : 22 kali/menit
TD : 120/80 mmHg Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,7o C
3. Kepala :
a. Inspeksi : Bentuk normocephal
b. Mata : CA (-/-), SI (-/-), Pupil isokor, Refleks cahaya (+/+)
c. THT : Nyeri tekan tragus (-), sekret telinga (-), sekret hidung (-)
d. Leher : Perbesaran KGB (-), trakea ditengah (+)
4. Thoraks :
a. Jantung : BJ I-II regular, tidak terdapat bunyi tambahan
b. Paru : Vesikuler (+/+), Wheezing (-), Rhonki (-)
5. Genitalia : Tidak dilakukan
6. Ekstremitas
a. Superior : edema (-/-), lesi kulit (+)
b. Inferior : edema (-/-)

B. Status Dermatologi
1. Inspeksi

- Regio Antebrachii Dextra


- Lesi : Plak
• Bentuk : Regular

• Ukuran : Numular dengan diameter 2 cm

• Jumlah : Soliter

• Batas : sirkumskrip

• Warna : Eritema

• Tepi : Tidak aktif

• Distribusi : Regional

4 • Permukaan : tidak rata, terdapat squama

• Konsistensi : kenyal

• Sekitar : tidak terdapat lesi lain


2. Palpasi : permukaan tidak rata, nyeri tekan (-)
3. Auskultasi :-
4. Lain-lain :-

Regio Antebrachii Dextra

plak eritema, soliter. Berbentuk


regular, ukuran numular 2 cm,
sirkumskrip, tepi tidak aktif,
permukaan kasar ditutupi
skuama.

C. Status Venerelogi
1. Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

5
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

IV. DIAGNOSIS BANDING


 Dermatitis Numularis
 Dermatitis Atopi
 Tinea Corporis
 Pitiriasis Rosea

V. DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Numularis

VI. TERAPI
Non medikamentosa
Pasien disarankan untuk menghindari suhu ekstrim, penggunaan sabun yang
berlebihan dan bahan wol atau bahan lain yang dapat menyebabkan iritasi.
Medikamentosa :
 Oral : sebagai antihistamin, Cetirizin tab 1x10mg/hari
 Topikal : betametason valerate 0,1 % krim 5 gr dioleskan 3-4 kali
sehari

VII. PROGNOSIS
 Quo Ad Vitam : Bonam
 Quo Ad Functionam : Bonam
 Quo Ad Sanationam : Bonam

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN


 Uji tempel (patch test)
 Uji tusuk (skin prick test)
 Pemeriksaan immunoglobulin

6
 Pemeriksaan darah lengkap
 Pemeriksaan KOH
 Pemeriksaan lampu wood

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3. 1 Sinonim
Nama lain Dermatitis numularis atau dikenal juga dengan ekzem
nummular, ekzem discoid, neurodermatitis nummular 1

3.2 Defenisi

Dermatitis numularis atau dikenal juga dengan ekzem nummular, ekzem


discoid, neurodermatitis nummular merupakan dermatitis yang berupa lesi
berbentuk mata uang (coin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi
berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing). Dermatitis
juga merupakan peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh faktor eksogen, misalnya bahan kimia (detergen, asam, basa,

7
oli, semen), fisik (sinar, suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur), maupun faktor
endogen adalah faktor dari dalam, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi ) dan keluhan
gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan bahkan mungkin hanya
beberapa (ologomorfik), dermatitis juga cenderung residif dan menjadi kronis. 1,4,3
3.3 Epidemiologi
Dermatitis numularis pada orang dewasa terjadi lebih sering pada pria
daripada wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara lain 55 dan
65 tahun, pada wanita usia puncak terjadi juga pada usia 15 sampai 25 tahun.
Dermatitis numularis tidak biasa ditemukan pada anak, bila ada timbulnya jarang
pada usia sebelum satu tahun, hanya sekitar 7 dari 466 anak yang menderita
dermatitis nummular dan frekuensinya cenderung meningkat sesuai dengan
peningkatan umur. Umumnya kejadian meningkat seiring dengan meningkatnya
usia. Penamaan pada penyakit dermatitis berdasarkan etiologi, morfologi,
lokalisasi, stadium penyakit dan bentuk.. Dermatitis numularis termasuk ke dalam
pembagian dermatitis berdasarkan bentuk. Dermatitis numularis adalah dermatitis
berupa lesi berbentuk mata uang.1,4

3.4 Etiologi
Penyebab dermatitis numularis belum diketahui secara pasti, namun banyak faktor
yang ikut berperan dalam timbulnya penyakit ini, diduga stafilococcus dan
micrococcus ikut berperan didalamnya, mengingat jumlah koloninya meningkat
walaupun tanda infeksi secara klinis tidak tampak, mungkin juga lewat
mekanisme hipersensitivitas. Eksaserbasi terjadi bila koloni bakteri meningkat di
atas 10 juta kuman/cm2. Dermatitis kontak mungkin ikut memegang peranan pada
berbagai kasus dermatitis numularis, misalnya alergi terhadap nikel, krom, kobal,
demikian pula iritasi dengan wol dan sabun. Trauma fisis dan kimiawi mungkin
juga berperan, terutama bila terjadi di tangan, dapat pula pada bekas cedera lama
atau jaringan parut. Pada sejumlah kasus, stress emosional dan minuman yang
mengandung alkohol dapat menyebabkan timbulnya eksaserbasi. Lingkungan
dengan kelembaban rendah dapat pula memicu kekambuhan. 2,4

8
3.5 Patogenesis
Dermatitis numular merupakan suatu kondisi yang terbatas pada epidermis dan
dermis saja. Hanya sedikit diketahui patofisiologi dari penyakit ini, tetapi sering
bersamaan dengan kondisi kulit yang kering. Adanya fissura pada permukaan
kulit yang kering dan gatal dapat menyebabkan masuknya alergen dan
mempengaruhi terjadinya peradangan pada kulit. Suatu penelitian menunjukkan
dermatitis numularis meningkat pada pasien dengan usia yang lebih tua terutama
yang sangat sensitif dengan bahan-bahan pencetus alergi. Barrier pada kulit yang
lemah pada kasus ini menyebabkan peningkatan untuk terjadinya dermatitis
kontak alergi oleh bahan-bahan yang mengandung metal. Karena pada dermatitis
numular terdapat sensasi gatal, telah dilakukan penelitian mengenai peran mast
cell pada proses penyakit ini dan ditemukan adanya peningkatan jumlah mast cell
pada area lesi dibandingkan area yang tidak mengalami lesi pada pasien yang
menderita dermatitis numularis. Suatu penelitian juga mengidentifikasi adanya
peran neurogenik yang menyebabkan inflamasi pada dermatitis numular dan
dermatitis atopik dengan mencari hubungan antara mast cell dengan saraf sensoris
dan mengidentifikasi distribusi neuropeptida pada epidermis dan dermis dari
pasien dengan dermatitis numular. Peneliti mengemukakan hipotesa bahwa
pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya dari mast cell yang kemudian
berinteraksi dengan neural C-fibers dapat menimbulkan gatal. Para peneliti juga
mengemukakan bahwa kontak dermal antara mast cell dan saraf, meningkat pada
daerah lesi maupun non lesi pada penderita dermatitis numular. Substansi P dan
kalsitonin terikat rantai peptide meningkat pada daerah lesi dibandingkan pada
non lesi pada penderita dermatitis numular. Neuropeptida ini dapat menstimulasi
pelepasan sitokin lain sehingga memicu timbulnya inflamasi. Penelitian lain telah
menunjukkan bahwa adanya mast cell pada dermis dari pasien dermatitis numular
menurunkan aktivitas enzim chymase, mengakibatkan menurunnya kemampuan
menguraikan neuropeptida dan protein. Disregulasi ini dapat menyebabkan
menurunnya kemampuan enzim untuk menekan proses inflamasi.4
Kulit penderita dermatitis numularis cenderung kering, hidrasi stratum korneum
rendah. Jumlah SP ( substance p), VIP (vasoactive intestinal polypeptide), dan
CGRP (calcitonin genrelated peptide) meningkat di dalam serabut dermal saraf

9
sensoris kulit, sedang pada serabut epidermal yang meningkat SP dan CGRP. Hal
ini menunjukkan bahwa neuropeptida berpotensi pada mekanisme proses
degranulasi sel mast. Dermatitis pada orang dewasa tidak berhubungan dengan
ganggguan atopi. Pada anak, lesi numularis terjadi pada dermatitis atopik. 4

3.6 Manifestasi Klinis


Penderita dermatitis numularis umumnya mengeluh sangat gatal. Lesi akut
berupa vesikel dan papulovesikel (0.3-0.1 cm), kemudian membesar dengan cara
berkonfluensi atau meluas ke samping, membentuk satu lesi karakteristik seperti
uang logam (coin), eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Lambat
laun vesikel pecah terjadi eksudasi. Kemudian mengering menjadi kusta
kekuningan. Ukuran garis tengah lesi dapat mencapai 5 cm, jarang sampai 10 cm.
penyembuhan dimulai dari tengah sehingga terkesan menyerupai lesi
dermatomikosis. Lesi lama berupa likenifikasi dan skuama.
Jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau
simetris, dengan ukuran yang bervariasi, mulai dari miliar sampai nummular,
bahkan plakat. Tempat predileksi di tungkai bawah, badan, lengan termasuk
punggung tangan. Dermatitis numularis cenderung hilang-timbul, ada pula yang
terus menerus, kecuali kekambuhan umumnya timbul pada tempat semula. Lesi
dapat pula terjadi pada tempat yang mengalami trauma (fenomena kobner).
Gejala – gejala yang umum pada dermatitis numularis, antara lain:
 Timbul rasa gatal
 Luka kulit yang antara lain makula, papul, vesikel, atau tambahan :
 Bentuk numular (seperti koin).
 Terutama pada tangan dan kaki.
 Umumnya menyebar.
 Lembab dengan permukaan yang keras.
 Kulit bersisik atau ekskoriasi.
 Kulit yang kemerahan atau inflamasi.
Secara umum, ada 3 bentuk klinis dermatitis nummular yang dapat dibedakan,
yaitu;
1. Dermatitis numular pada tangan dan lengan.

10
Kelainannya terdapat pada punggung tangan serta di bagian sisi atau punggung
jari-jari tangan. Sering dijumpai sebagai plak tunggal yang terjadi pada sisi reaksi
luka bakar, kimia atau iritan. Lesi ini jarang meluas.
2. Dermatitis numular pada tungkai dan badan.
Bentuk ini merupakan bentuk yang lebih sering dijumpai. Pada sebagian kasus,
kelainan sering didahului oleh trauma lokal ataupun gigitan serangga. Umumnya
kelainan bersifat akut, persisten dan eksudatif. Dalam perkembangannya, kelainan
dapat sangat edematous dan berkrusta, cepat meluas disertai papul-papul dan
vesikel yang tersebar. Pada Dermatitis numular juga sering dijumpai
penyembuhan pada bagian tengah lesi, tetapi secara klinis berbeda dari bentuk lesi
tinea. Pada kelainan ini bagian tepi lebih vesikuler dengan batas relatif kurang
tegas. Lesi permulaan biasanya timbul di tungkai bawah kemudian menyebar ke
kaki yang lain, lengan dan sering ke badan.
3. Dermatitis numular bentuk kering.
Bentuk ini jarang dijumpai dan berbeda dari dermatitis numular umumnya karena
di sini dijumpai lesi diskoid berskuama ringan dan multipel pada tungkai atas dan
bawah serta beberapa papul dan vesikel kecil di bagian tepinya di atas dasar
eritematus pada telapak tangan dan telapak kaki. Gatal minimal yang berbeda
sekali dengan bentuk dermatitis numular lainnya. Menetap bertahun-tahun dengan
fluktuasi atau remisi yang sulit diobati.

Gambar 1. Lesi yang khas berbentuk koin dari


dermatitis numularis pada lengan dari penderita

11
Gambar 2. Lesi yang khas berbentuk koin dari dermatitis numularis pada tangan dari

 penderita.2

Gambar 3. Lesi yang khas berbentuk koin dari dermatitis numularis pada tungkai
bawah penderita.

3.7 Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis dari dermatitis numularis didasarkan pada
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis didapatkan
pasien akan mengeluhkan sangat gatal, berulang dan waktu malam hari, kadang-
kadang bervariasi gatalnya, sedangkan pada anamnesis untuk pasien atopi lebih
sering pada wanita muda dengan dermatitis numularis ditangan. Pemeriksaan fisik
lihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien seperti adanya gambaran vesikel dan
papul dengan predileksi dibagian ekstremitas terutama dibagian ekstensor,

12
sedangkan pada wanita lebih sering mengenai pada bagian ekstremitas atas
termasuk tangan sisi bawah. Pada pemeriksaan fisik juga dapat dilihat lesi plak
seukuran uang koin kira-kira 1-3 cm, vesikel berdinding tipis pada dasar
eritematus. Fase akut lesi warna merah gelap, bentuk polimorf, kulit sekitarnya
normal tetapi kadang-kadang kering. Penyembuhan di tengah dapat berbentuk
anular. Plak kronis kering, berskuama dan likenifikasi. Diskoid eksudatif dan
dermatitis likinoid merupakan variasi dermatitis nummular. Selain anamnesis dan
pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis dermatitis numularis dapat
juga dilakukan pemeriksaan penunjang dengan menggunakan Patch test ini
dilakukan pada kasus rekalsitran kronis untuk menyingkirkan dermatitis kontak.
Di India 50% Patch Test positif dengan colophony, mitrafurozon, neomisin sulfat
dan nikel sulfat. Bisa juga pemeriksaan IgE serum dengan hasil normal, kemudian
pemeriksaan Histo PA.4

3.8 Diagnosis banding


Diagnosis banding dari dermatitis numularis antara lain : 4,5,6
1. Dermatitis atopik
Merupakan peradangan kulit yang kronis dan residif, disertai gatal, umumnya
terjadi pada masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan
kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Umumnya
pada pasien dengan lesi pada tangan. Patch test dan prick test dapat membantu
jika terdapat riwayat dermatitis atopik.

Gambar 1. Bentuk lesi dermatitis atopik persisten pada daerah telapak tangan dan
daerah dada.
 
2. Dermatofitosis

13
Merupakan penyakit jamur yang menyerang kulit,yakni pada jaringan yang
mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan
kuku yang disebabkan oleh dermatofita. Pada dermatosis dapat
terlihat sebagai tinea dengan pinggir aktif, bagian tengah agak menyembuh, tetapi
secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada dermatitis numularis bagian tepi
lebih vesikuler dengan batas relatif kurang tegas dibandingkan tinea. Pada tinea,
dapat dicari hifa dari sediaan langsung untuk menegakkan diagnosis.

Gambar 2. Bentuk lesi tinea korporis


3. Pitiriasis rosea
Merupakan peradangan yang ringan dengan penyebab yang belum diketahui.
Banyak diderita oleh wanita yang berusia antara 15 dan 40 tahun terutama pada
musim semi dan musim gugur. Gambaran klinisnya bisa menyerupai dermatitis
numular. Tetapi umumnya terdapat sebuah lesi yang besar yang mendahului
terjadinya lesi yang lain. Lesi tambahan cenderung mengikuti garis kulit dengan
distribusi pohon cemara dan biasanya disertai dengan rasa gatal yang ringan. Lesi-
lesi tunggal berwarna merah muda terang dengan skuama halus. Bisa juga lebih
eritematus. Pitiriasis rosea berakhir antara 3-8 minggu dengan penyembuhan
spontan.

14
Gambar 3. Bentuk lesi pada pitiriasis rosea dengan lesi awalnya lebih besar dan
mengikuti garis kulit yang berbentuk seperti pohon cemara.
4. Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif,
ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas, dengan skuama
yang kasar, berlapis, dan transparan. Disertai fenomena tetesan lilin, auspitz, dan
koebner.

Gambar 4. Psoriasis

3.9 Pemeriksaan penunjang

Kebutuhan untuk dilakukannya pemeriksaan tambahan sangat bergantung


pada kondisi masing-masing pasien berdasarkan riwayat perjalanan penyakitnya,
penyakit penyerta, dan komplikasi yang mungkin berkaitan. Misalnya
pemeriksaan darah rutin, urin rutin, dan pemeriksaan fungsi-fungsi organ viseral.
Pemeriksaan rontgen dada mungkin dapat dibutuhkan pada beberapa kasus yang
memberikan indikasi untuk dilakukan pemeriksaan.

Pada pemeriksaan laboratorium, tidak ada penemuan yang spesifik. Untuk


membedakannya dengan penyakit lain, seperti dermatitis karena kontak
diperlukan patch test dan prick test untuk mengidentifikasikan bahan kontak.
Pemeriksaan KOH untuk membedakan tinea dengan dermatitis numular yang
mempunyai gambaran penyembuhan di tengah. Jika ada kondisi lain yang sangat
mirip dengan penyakit ini sehingga sulit untuk menentukan diagnosisnya
(contohnya pada tinea, psoriasis) dapat dilakukan biopsi.

15
3.9.1 Histopatologi
Pada lesi akut ditemukan spongiosis, vesikel intraepidermal, sebukan sel
radang, limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh darah. Lesi kronis ditemukan
akantosis teratur, hipergranulosis, dan hyperkeratosis, mungkin juga spongiosis
ringan. Dermis bagian atas fibrosis, sebukan limfosit dan makrofag di sekitar
pembuluh darah. Limfosit di epidermis mayoritas terdiri atas sel T-CD8+,
sedangkan yang di dermis sel T-CD4+. Sebagian besar sel mast di dermis tipe
MCTC (mast cell tryptase), berisi triptase.4

Gambar 4. Gambaran histopatologi dari dermatitis numularis4

3.10 Pengobatan

Penatalaksanaa pada dermatitis disusahakan menemukan penyebab atau


faktor yang memprovokasi terjadinya dermatitis. Diantaranya:.4,5
1. Melindungi kulit dari trauma.
Karena pada jenis ini biasanya berawal dari trauma kulit minor. Jika ada
trauma pada tangan, gunakan sarung tangan supaya tidak teriritasi.
2. Emollients.
Emollients merupakan pelembab. Digunakan untuk mengurangi
kekeringan pada kulit. Contoh emollients yang sering digunakan antara
lain ; aqueous cream, gliserine dan cetomacrogol cream, wool fat
lotions.

Pengobatan topikal:

16
1. Obat Antiinflamasi.
Diberikan untuk menghilangkan peradangan pada kulit dan mengurangi
iritasi kulit. Misalnya dengan pemberian preparat ter, glukokortikoid,
takrolimus, atau pimekrolimus. Kortikosteroid topikal yang diberikan
contohnya triamcinolone 0,025-0,1%. Bila lesi masih eksudatif,
sebaiknya dilakukan kompres dengan larutan permanganas 1:10.000.

Pengobatan Sistemik
1. Antibiotik
Untuk mengobati jika terjadi infeksi sekunder.
2. Antihistamin oral.
Digunakan untuk mengurangi gatal. Biasa digunakan antihistamin
golongan H1, misalnya hidroksisin HCl.
3. Steroid sistemik.
Digunakan untuk kasus-kasus dermatitis numular yang berat, hanya
diberikan dalam jangka waktu pendek, diberikan prednilson dengan
dosis oral 40-60 mg selam 4 kali per hari dengan dosis yang diturunkan
secara perlahan-lahan tapering off. Hanya berguna dalam beberapa
minggu, dermatitis yang belum sembuh sempurna, dapat ditangani
dengan pemberian krim steroid dan emolilients.

3.11 Prognosis
Pasien perlu untuk diberitahukan tentang perkembangan atau perjalanan
penyakit dari dermatitis numular yang cenderung sering berulang. Mencegah atau
menghindari dari faktor-faktor yang memperburuk atau meningkatkan frekuensi
untuk cenderung berulang dengan menggunakan pelembab pada kulit akan sangat
membantu mencegah penyakit ini. Dari data pengamatan, didapatkan 22%
sembuh, 25% pernah sembuh beberapa minggu hingga tahun, dan 53% tidak
bebas lesi tanpa pengobatan.

17
BAB IV
ANALISA KASUS

Pasien perempuan atas nama Ny.E usia tahun, bekerja sebagai Perawat
datang ke poliklinik RSUD Raden Mattaher dengan Bercak kemerahan disertai
rasa gatal pada daerah tangan kanan sejak 1 minggu SMRS.
Awalnya sejak ± 1 minggu yang lalu pasien mengeluhkan gatal, mula-mula
muncul berupa bintik-bintik kemerahan seperti ujung jarum pentul yang gatal
pada daerah tangan. Awalnya bintik-bintik padat, tetapi lama-kelaman saat di
garuk karena gatal mengeluarkan air. Awalnya bintik-bintik di tangan kanan
ukurannya hanya kecil, tetapi semakin lama semakin meluas menjadi sebuah
bentuk bulat agak lonjong. Keluhan gatal dirasakan hampir sepanjang hari,
sehingga mengganggu aktivitas sehari – hari pasien. Keluhan akan berkurang
ketika digaruk sehingga pasien selalu menggaruknya saat sedang gatal. Lama
kelamaan tanpa pasien sadari, tempat yang gatal tersebut menjadi lebih kering
pada bagian tengah dibandingkan pinggirnya. Pasien sudah mencoba
menggunakan salep gentamisin namun pasien tidak merasakan adanya perubahan.
Berdasarkan anamnesis tersebut, sesuai dengan gejala Dermatitis
Numularis dimana awalnya lesi yang terasa gatal (keluhan subjektif) berupa papul
yang kemudian menjadi vesikel, dan oleh karena garukan lesi menjadi berair yang
merupakan keluhan objektif pasien. Lesi awalnya berbentuk bulat berukuran
milier, yang kemudian semakin membesar. Lesi berbentuk bulat seperti uang
logam menggambarkan dermatitis numularis. Ini sesuai dengan perjalanan
dermatitis numularis.
Pada status dermatologis pada regio antebrachii dextra terdapat plak
eritema, soliter. Berbentuk regular , ukuran numular 2 cm, sirkumskrip, tepi tidak
aktif, permukaan kasar ditutupi skuama. Deskripsi ini sesuai dengan pemeriksaan
fisik pada Dermatitis Numular, yaitu tempat predileksi yang sesuai seperti aspek

18
ekstensor ekremitas, serta terdapatnya karateristik dermatitis numularis yaitu lesi
berbentuk bulat (uang logam) dengan batas tegas.
Bentuk lesi pada pasien ini menyerupai penyakit kulit lain, misalnya lesi
pada Dermatitis Atopik, yaitu peradangan kulit kronis yang residif disertai gatal
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada
keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian
mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan. Manifestasi klinis
bersifat kronis berupa plak hiperpigmentasi, hyperkeratosis, likenifikasi,
ekskoriasi dan skuamasi. Rasa gatal lebih hebat saat beristirahat, udara panas dan
berkeringat. Diagnosa DA dapat disingkirkan karena berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik pada pasien ini tidak memenuhi kriteria diagnosis Hanifin
Rajka, serta tidak adanya riwayat keluhan serupa dalam keluarga. Uji tusuk ( skin
prick test) pada DA positif, terjadi peningkatan kadar eosinophil dan kadar Ig E
meningkat.
Lesi yang timbul pada pasien ini juga menyerupai gambaran lesi pada
Tinea Corporis. Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat dan
lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan
vesikel dan papul ditepi. Daerah tengahnya biasa lebih tenang. Kadang-kadang
terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai
lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik. Diagnosa ini dapat disingkirkan dimana
pasien tidak memiliki riwayat kebiasaan yang dapat mengembangkan jamur serta
pada tinea corporis pada pemeriksaan kerokan kulit (KOH) didapatkan hifa
Panjang, bersepta, bercabang. Jika terkena lampu wood memancarkan fluoresensi.
Diagnosis banding lainnya adalah Pitiriasi rosea. Penyakit dimulai dengan
lesi pertama (herald patch), umumnya dibadan, soliter, berbentuk oval dan anular,
diameternya kira-kira 3 cm. Lesi berikutnya lebih khas, lebih kecil dan susunan
sejajar kosta menyerupai pohon cemara terbalik sehingga diagnosa ini dapat
disingkirkan.
Dari perbandingan diagnosis berdasarkan berdasarkan anamnesa, status
dermatologis, diagnosis ini mengarah kepada Dermatitis Numularis dikarenakan
kesesuaian dengan teori. Pada pasien ini dipilih terapi medikamentosa melalui
pengobatan sistemik dan pengobatan topikal. Pengobatan sistemik yang diberikan

19
berupa antipruritus yaitu Antihistamin. Antihistamin yang digunakan untuk
keluhan pruritus Antihistamin golongan H1 generasi kedua. Antihistamin generasi
kedua lebih ringan efek sedatifnya. Pasien ini diberikan terapi oral Antihistamin
golongan H1 generasi dua yaitu Cetirizin 1x10mg/hari, dimana efek sedatif yang
lebih minimal dibanding golongan H1 generasi pertama, mengingat pasien saat ini
masih bekerja sehingga pengobatan tidak akan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pasien juga diberikan pengobatan steroid topikal yang merupakan
pengobatan pilihan karena dapat mengurangi peradangan dan gatal Karena lesinya
kronik. Pasien dermatitis numular biasanya diberikan kortikosteroid topikal
potensi menengah hingga kuat, dimana pasien ini mendapat betametason valerate
0,1 % krim 5 gr dioleskan 3-4 kali sehari.
Prognosis pada penyakit ini baik jika ditangani secara cepat dan tepat serta
edukasi yang tepat dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi dan tingkat
keparahan dari penyakit.

20
BAB V
KESIMPULAN

Dermatitis nummular merupakan suatu peradangan dengan lesi yang menetap


dengan keluhan gatal, yang ditandai dengan lesi berbentuk logam, sirkular atau
lesi oval berbatas tegas, umumnya ditemukan pada daerah tangan dan kaki dengan
penggambaran efloresensi yang polimorfik. Dalam melakukan pengobatan
tentulah didahului oleh diagnosis, ketepatan diagnosis sangat berpengaruh pada
efektifitas pengobatan. Dalam mendiagnosis aspek yang perlu diperhatikan adalah
dari segi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dalam kasus
yang didapatkan melihat dari segi anamnesis, pemeriksaan fisik yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami dermatitis numularis. dari segi
anamnesis dan pemeriksaan dermatologis sudah mendukung kearah diagnosis
tersebut. Dari segi diagnosis sudah ditentukan, sekarang merujuk ke pengobatan
dapat disimpulkan pada kasus ini pengobatan yang diberikan sudah sesuai dengan
prinsip pengobatan dermatitis numularis. Kesesuaian pengobatan perlu untuk
diperhatikan, selain itu dalam pemilihan pengobatan harus memperhatikan dari
jenis lesi pasien dan sesuai dengan keluhan dari pasien.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito SA, Suria D. Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,


editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. p. 129-53.
2. Burgin S. Nummular eczema and lichen simplex chronicus/prurigo
nodularis. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffell DJ, editor. Fitspatricks’s Dermatology In General Medicine. 7th
ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2008. p. 158-62.
3. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. 3th ed. Jakarta: Media
Aesculapius; 2000. p.89.
4. Sennang F, Muhlis, Dewiyanti W, Sungowati NK. Nummular Dermatitis
Treated with Corticosteroid and Antibiotic. Medical Faculty of
Hasanuddin
University;2013.Availablefrom:http://journal.unhas.ac.id/index.php/ijdv/ar
ticle/download/670/570. Accessed on Nov 28, 2014
5. Halpern SM, et al. Guidelines for topical PUVA: a report of a workshop of
the British Photodermatology Group. British Journal of Dermatology
2000; 142: 22-31.
6. Meffert J, O’Connor RE. Psoriasis. Medscape; 2013. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1943419-overview#showall.
Accessed on Nov 7, 2014
7. BAD. Psoriasis-an overview. London: British Association of
Dermatologists;2012.Availablefrom:http://www.bad.org.uk/site/864/defaul
t.aspx. accessed on Nov 8, 2014

22

Anda mungkin juga menyukai