Anda di halaman 1dari 43

Dermatitis

Atopi
Fani Nadila, S.Ked G1A220047

Dosen Pengampu : Dr.dr. Fitriyanti, Sp.KK.,


FINSDV
BAB 1
PENDAHULUAN
Dermatitis atopik (DA) merupakan peradangan kulit yang bersifat
kronis berulang, disertai rasa gatal, timbul pada tempat predileksi
tertentu dan berhubungan dengan penyakit atopi lainnya, misalnya
rinitis alergi dan asma bronkial. Kelainan dapat terjadi pada semua
usia, merupakan salah satu penyakit tersering pada bayi dan anak,
sebanyak 45% terjadi pada 6 bulan pertama kehidupan.
BAB 2
LAPORAN KASUS
Nama : An. A
Umur : 17 Tahun IDENTITAS
Jenis Kelamin : Laki-laki PASIEN
Alamat: Mayang, Jamni
Pekerjaan : Mahasiswa
Status Pernikahan : Belum Menikah
Suku Bangsa : Melayu, Indonesia
Hobi : Olahraga

Keluhan Utama : Ruam bercak kemerahan yang telah menghitam yang terasa kering
dan terasa gatal di leher, lipatan siku kanan dan kiri, dan lipatan
lutut kanan dan kiri sejak 1 bulan yang lalu.

Keluhan Tambahan : Tidak terdapat keluhan tambahan


sejak 1 bulan yang lalu merasakan kemerahan di leher,
Ibu pasien mengatakan lipatan siku, dan lipatan lutut yang terasa gatal. Kemerahan
saat bayi pasien dan gatal dirasakan pertama kali muncul tiba-tiba di lipatan
mengalami kemerahan di lutut, dan menyebar di daerah leher dan lipatan siku. Gatal
daerah pipi dirasakan semakin memberat saat pasien berkeringat.

Riwayat Perjalanan
1 2 3 4
Penyakit

Pada saat pasien berusia 2 Pasien memiliki riwayat


tahun mengalami kemerahan asma
di daerah leher,lipatan
siku ,dan lipatan lutut.
Riwayat
Penyakit
Dahulu

Bercak Kemerahan di lipatan


Bercak Kemerahan di Pipi Riwayat Asma
siku dan Lipatan LuTUT

Bayi Usia 2 Tahun Sejak Bayi

Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Sosial Ekonomi


Berolahraga
Ayah : Riwayat Asma (+)
Tanda-Tanda Vital

Keadaan Umum : Tekanan Darah :


Tampak Sehat 110/80 mmHg
Status
Nadi :
90x/menit Generalisata
Kesadaran: Pernapasan :
Compos Mentis 24x/menit

Suhu :
36,5 ºC
PEMERIKSAAN FISIK

Mata Kepala
Pupil isokor, RC (+/+), CA (-/-), SI Normocephal
(-/-)

Hidung Telinga
Dbn Dbn

Leher Mulut
Pembesaran KGB dan Dbn
tiroid (-)
lesi kulit (+/+)
Jantung
I: Iktus kordis tidak terlihat
Paru P: Iktus kordis teraba di ICS V linea
I: Bentuk thoraks normal, pergerakan midclavicula sn
dinding dada simetris
P: Massa (-), krepitasi (-)
P: Batas jantung ki ICS V LMC sn
P: Sonor di semua lapangan paru A: BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
A: Vesikuler (+), rh (-), wh (-)
Abdomen

Ekstremitas superior
I: Datar, striae (-), venektasi (-)
akral hangat, CRT < 2 detik,
P: Supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar, lien,
lesi kulit (+/+)
ginjal tidak teraba, turgor kembali cepat
P: Timpani (+)
A: BU (+) normal

Ekstremitas inferior
akral hangat, CRT < 2 detik,
lesi kulit (+/+)

PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi : Terdapat hiperpigmentasi kulit, lesi (+)
Palpasi : Kulit kenyal, permukaan tidak rata

Regio Cervikalis. Lesi (+)

Regio Antecubital dextra et Status


sinistra. Lesi (+)
Dermatologis

Regio Poplitea dextra et sinistra. Lesi (+)


Regio Antecubital dextra et
Regio cervicalis
sinistra
Lesi : patch
Lesi : makula
Bentuk : iregular
Bentuk : iregular
Ukuran : lentikular-
Ukuran : lentikular-
numular
numular
Jumlah : Multiple
Jumlah : soliter
Batas : difus
Batas : difus
Warna : hiperpigmentasi
Warna : hiperpigmentasi
Tepi : tidak aktif
Tepi : tidak aktif
Distribusi : regional
Distribusi : regional
Permukaan : tidak rata,
Permukaan : tidak rata,
terdapat skuama
terdapat skuama
Konsistensi: kenyal
Konsistensi: kenyal
Sekitar : tidak derdapat
Sekitar : tidak derdapat
lesi lain
lesi lain
Regio poplitea dextra Regio poplitea sinistra
Lesi : patch Lesi : patch
Bentuk : iregular Bentuk : iregular
Ukuran : plakat Ukuran : numular
Jumlah : soliter Jumlah : soliter
Batas : difus Batas : difus
Warna : hiperpigmentasi Warna : hiperpigmentasi
Tepi : tidak aktif Tepi : tidak aktif
Distribusi : regional Distribusi : regional
Permukaan : tidak rata, Permukaan : tidak rata,
terdapat skuama terdapat skuama
Konsistensi: kenyal Konsistensi: kenyal
Sekitar : tidak derdapat Sekitar : tidak derdapat
lesi lain lesi lain

Status Venerologis : Pemeriksaan tidak dilakukan


 
Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan penunjang tidak
dilakukan
Diagnosis Banding
1. Dermatitis atopi
2. Dermatosis Intertriginosa
3. Dermatitis kontak alergen
4. Linken Simpleks Kronis

Diagnosis Kerja
Dermatitis atopi
Medikamentosa

Pelembab Emolien Betametason valerat krim


Ptrolatum krim 0,1% 10 mg
Cetrizine tablet 10 mg
dioleskan pada ruam 2 1 x sehari (selama 7
digunakan segera setelah
mandi dioleskan seluruh kali sehari setelah mandi hari)
tubuh dan menggunakan
pelembab

TATALAKSANA
Non-Medikamentosa

a. Menjaga kebersihan dan kelembapan kulit


b. Memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab.
c. Menjaga kebersihan dan bahan pakaian.
d. Menghindari pemakaian bahan kimia tambahan.
e. Menghindari stress psikis.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Pemeriksaan Anjuran
1. White Dermografisme
2. Pemeriksaan Prick test
3. Pemeriksaan atopy patch test
4. Pemeriksaan serologi : IgE total
5. Eliminasi makanan
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Dermatitis Atopi
Definisi
Peradangan kulit berupa dermatitis yang kronis residif, disertai rasa gatal, dan mengenai
bagian tubuh tertentu terutama di wajah pada bayi (fase infantil) dan bagian fleksural
ekstremitas (pada fase anak) dan berhubungan dengan penyakit atopi lainnya, misalnya
rinitis alergi dan asma bronkial.

Sinonim
eczema konstitusional, fleksural eczema, disseminated neurodermatitis, prurigo basiler
Etiologi
Penyebab terjadinya DA merupakan hasil interaksi kompleks antara kelainan igenetik yang

menyebabkan terganggunya sawar kulit, gangguan pada sistem imun bawaan, dan respons

imunoiogik yang meningkat terhadap alergen. Penyebab tersebut dapat dibagi dalam:

a. Faktor intrinsik, meliputi beberapa faktor.

b. Faktor ekstrinsik: lingkungan, misalnya berbagai bahan iritan, polutan, alergen hirup maupun

makanan

c. Akibat interaksi faktor intrinsik dan ekstrinsik


Etiologi
a. Faktor intrinsik, meliputi beberapa faktor.

a) genetik (familial, mutasi gen flaggrin)

b) gangguan fungsi sawar kulit

c) imunologis (disregulasi faktor Imun: innate dan adaptif, autoalergen)

d) psikologis: dapat mejadi pemicu maupun akibat

b. Faktor ekstrinsik: lingkungan, misalnya berbagai bahan iritan, polutan, alergen hirup maupun

makanan
Etiologi
c. Akibat interaksi faktor intrinsik dan ekstrinsik akan terjadi:

a) Kulit kering karena transepidermnal water loss (TEWL) yang meningkat dan kemampuan kult

untuk mengikat air menurun.

b) Respons infiamasi akan menimbulkan keluhan subyektif rasa gatal dan gejala objektif berupa lesi

kulit

c) gangguuan fungsi sawar akan meningkatkan risiko pajanan terhadap bahan kontaktan (iritan,

alergen) dan memudahkan terjadinya kolonisasi dan infeksi


Dermatitis Atopi
Gejala Klinis
DA secara subyektif lebih gatal. Rasa gatal
dan garukan yang terus menerus memicu
kerusakan barier kulit, sehingga
memudahkan masuknya alergen dan iritan.

A. Fase Infantil
B. Fase Anak
C. Fase Remaja & Dewasa
Dermatitis Atopi
Kriteria
Diagnostik
Diagnosis DA dapat ditegakkan secara klinis dengan gejala utama gatal, penyebaran
simetris di tempat predileksi (sesuai usia), terdapat dermatitis yang kronik-residif,
riwayat atopi pada pasien atau keluarganya.

Kriteria Hanifin-Rajka
Kriteria William
Dermatitis Atopi

Kriteria William
I. Harus ada: Kulit yang gatal (atau tanda garukan pada anak kecil)

II. Ditambah 3 atau lebih tanda berikut:


a. Riwayat perubahan kuliUkering di fosa kubiti, fosa poplitea, bagian anteriordorsum pedis, atau
seputar leher (termasuk kedua pipi pada anak < 10 tahun)
b. Riwayat asma atau hay fever pada anak (riwayat atopi pada anak < 4 tahun pada generasi-1
dalam keluarga)
c. Riwayat kulit kering sepanjang akhir tahun
d. Dermatitis fleksural (pipi, dahi, dan paha bagian lateral pada anak < 4 tahun)
e. Awitan di bawah usia 2 tahun (tidak dinyatakan pada anak < 4 tahun)
Dermatitis Atopi
Kriteria Hanifin-
Rajka
Dermatitis Atopi

Pemeriksaan
penunjang

• Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan bila ada keraguan klinis.


• Peningkatan kadar lgE dalam serum juga dapat terjadi pada sekitar 15%
orang sehat, demikian pula kadar eosinofil, sehingga tidak patognomonik.
• Uji kulit dilakukan bila ada dugaan pasien alergik terhadap debu atau
makanan tertentu, bukan untuk diagnostik.
Dermatitis Atopi

Diagnosis banding
Diagnosis banding DA bergantung pada fase atau usia, manifestasi klinis,
serta lokasi DA.
• Pada fase bayi dapat mirip dermatitis seboroik, psoriasis, dan dermatitis
popok
• Fase anak dapat mirip dengan dermatitis numularis, dermatitis
intertriginosa, dermatitis kontak, dan dermatitis traumatika.
• Fase dewasa lebih mirip dengan neurodermatitis atau liken simpleks
kronikus.
Dermatitis Atopi
Tatalaksana
Dermatitis Atopi

Tatalaksana
Pelembab berfungsi memulihkan disfungsi sawar kulit. Beberapa jenis
pelembab antara lain berupa humektan (contohnya gliserin dan propilen
glikol), natural moisturizing factor (misalnya urea 10% dalam euserin
hidrosa), emolien (contohnya lanolin 10%, petrolatum, minyak tumbuhan dan
sintetis), protein rejuvenators (misalnya asam amino), bahan lipofilik (di
antaranya asam lemak esensiel, fosfolipid, dan seramid).
Pemakaian pelembab dilakukan secara teratur 2 kali sehari, dioleskan segera
setelah mandi, walaupun sedang tidak terdapat gejala DA.
Dermatitis Atopi

Komplikasi

Komplikasi pada dermatitis atopi dapat menyebabkan infeksi sekunder dan

perluasan pada dermatitis atopi sehingga menyebabkan eritroderma.


Dermatitis Atopi

Komplikasi
lnfeksi sekunder pada DA meliputi infeksi jamur, bakteri dan virus. lnfeksi
tersering pada DA, terutama oleh bakteri kelompok Streptococci 8-hemolytic
dan Staphylococcus aureus. Bakteri tersebut berkolonisasi lebih tinggi pada
lesi DA dan di nares anterior.

Akibat gangguan fungsi barier epidermis, kelembaban dan maserasi, serta


faktor lingkungan yang mendukung, dapat muncul infeksi jamur pada pasien
DA. Pytrirosporum ovale merupakan penyebab infeksi jamur yang sering
dijumpai.
Dermatitis Atopi

Komplikasi

lnfeksi oleh virus herpes simpleks atau vaccinia dapat memunculkan erupsi
Kaposi's varicellifonn, dikenal sebagai eksema herpetikum atau vaksinatum,
walaupun jarang terjadi. lnfeksi tersering yang dijumpai di Indonesia ialah
moluskum kontagiosum dan varisela.
DA yang mengalami perluasan dapat menjadi eritroderma. Atrofi kulit (striae
atroficans) dapat terjadi akibat pemberian kortikosteroid jangka panjang.
Dermatitis Atopi

Prognosis

Sebagian besar pasien DA akan membaik dengan tatalaksana yang tepat.


Pasien dan orang tua pasien harus memahami bahwa penyakit ini tidak dapat sembuh
sama sekali. Eksaserbasi diminimalkan dengan strategi pencegahan yang baik.
Sekitar 90% pasien DA akan sembuh saat mencapai pubertas, sepertiganya menjadi
rinitis alergika dan sepertiga yang lain berkembang menjadi asma. Prognosis buruk jika
riwayat keluarga memiliki penyakit serupa, onset lebih awal dan luas, jenis kelamin
perempuan, dan bersamaan dengan rinitis alergika dan asma
BAB 4
PEMBAHASAN
Pasien An. A datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan
keluhan utama Ruam bercak kemerahan yang telah menghitam
yang terasa kering dan terasa gatal di leher, lipatan siku kanan dan
kiri, dan lipatan lutut kanan dan kiri sejak 1 bulan yang lalu.
Dari anamnesis, didapatkan keluhan rasa gatal disertai bercak
kemerahan pertama kali muncul di lipatan lutut dan muncul lagi di
daerah leher dan lipatan siku. Gatal dirasakan pasien hilang timbul,
timbul terutama saat berkeringat. Dan pasien memiliki riwayat
atopi yaitu memiliki riwayat asma.

Hal ini sesuai dengan definisi dari Dermatitis atopik (DA)


adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan
anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar
IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita (dermatitis atopi, rhinitis alergika, asma
bronkhiale, dan konjungtivitis alergika).
Pasien mengeluhkan kulit kering, bercak kemerahan disertai rasa
gatal, dengan morfologi lesi terdapat lesi patch hiperpigmentasi
beskuama di leher, lipatan siku, dan lipatan lutut. hal ini sesuai
dengan gambaran klinis dermatitis atopik.

Gambaran klinis pada DA yaitu kulitnya tampak kering,


pruritus hilang timbul, kelainan kulit yang timbul yaitu
berupa papul, likenifikasi, eritema, ekskoriasi, eksudasi dan
krusta. DA dapat dibagi menjadi tiga fase sesuai umur yaitu
DA infantile (2 bulan – 2 tahun), DA anak (2 – 10 tahun),
dan DA pada remaja dan dewasa. Berdasarkan klasifikasi
diatas pasien ini tergolong dermatitis atopik remaja.
Predileksi terletak di leher, lipatan siku, dan lipatan lutut.
Kriteria William
I. Harus ada: Kulit yang gatal (atau tanda garukan pada anak kecil)

II. Ditambah 3 atau lebih tanda berikut:


a. Riwayat perubahan kuliUkering di fosa kubiti, fosa poplitea, bagian anteriordorsum pedis, atau
seputar leher (termasuk kedua pipi pada anak < 10 tahun)
b. Riwayat asma atau hay fever pada anak (riwayat atopi pada anak < 4 tahun pada generasi-1
dalam keluarga)
c. Riwayat kulit kering sepanjang akhir tahun
d. Dermatitis fleksural (pipi, dahi, dan paha bagian lateral pada anak < 4 tahun)
e. Awitan di bawah usia 2 tahun (tidak dinyatakan pada anak < 4 tahun)
Kriteria Hanifin-
Rajka
Perubahan sistemik pada DA diantaranya adalah sintesis IgE meningkat, IgE
spesifik terhadap allergen ganda meningkat, termasuk pada makanan,
aeroallergen, mikroorganisme, toksin bakteri dan autoalergen.
Pelepasan histamine dan basophil meningkat, dan terjadi eosinophilia.
Salah satu uji diagnostik pada DA adalah white dermografisme.
Tidak ada hasil laboratorium yang spesifik yang dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis DA,
dapat mengusulkan untuk pemeriksaan IgE dan skin prick tes.
Obat anti histamin, kortikosteroid topikal, dan pelembab Yaitu,
cetirizine, betametason valerat krim 0,1%, dan pelembab emolien

Tatalaksana pada dermatitis atopi yang paling utama adalah


pelembab. Pengobatan dapat diberi kortikosteroid topikal
dan antihistamin sistemik. Kortikosteroid diberikan untuk
mengendalikan eksaserbasi akut dalam jangka pendek dan
dosis rendah. Antihistamin unntuk membantu mengurangi
rasa gatal yang hebat.
BAB 5
PENUTUP
Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamasi yang ditandai
oleh gatal yang intensif dan kronik berulang. Penyakit ini dapat
terjadi pada masa bayi hingga dewasa. Belum ada pengobatan
definitif untuk DA, tetapi perawatan kulit yang baik akan
bermanfaat untuk memperbaiki sawar kulit sehingga pada
akhirnya dapat mengurangi gejala dan menekan eksaserbasi. PENUTUP
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai