Daluarsa 4
Daluarsa 4
sarif hidayatulloh
Mengenai Saya
pembuktian dan daluarsa dalam hukum perdata Syarif hidayatuloh Sarif
Ikuti 8
BAB I
Lihat profil lengkapku
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemilihan judul dalam suatu makalah adalah sangat penting karena dari
situlah kita dapat mengetahui apa yang sebenarnya di rangkum dalam sebuah Arsip Blog
makalah. ► 2015 (2)
Alasan saya memilih judul “Resume Hukum Perdata tentang Pembuktian
▼ 2014 (9)
dan Daluarsa” karena materi ini merupakan materi yang cukup penting ► Desember
diantara materi yang lain dan karena ini juga merupakan tugas dalam mata (5)
kuliah hukum perdata. ▼ Oktober
(4)
Latar belakangnya adalah mengenai tentang tingkahlaku yang dilakukan
PENGE
oleh manusia, yang salah satunya berhubungan dengan yang namanya RTIA
perikatan dan daluarsa yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum N
DAN
Perdata atau yang sering disebut dengan BW. TATA
Pembuktian dan Daluarsa merupakan salah satu contoh yang sering terjadi CAR
A
didalam kehidupan manusia sehari-hari, dalam bernegara bahkan Dunia. BER
Didalam makalah ini terdapat penjelasan-penjelasan mengenai pengertian PER
KAR
Pembuktian dan Daluarsa, serta apasaja yang termasuk dan berhubungan A DI
PER
dengan Pembuktian dan Daluarsa.
ADIL
Pembuatan makalah ini sendiri dilakukan melalui pencampuran sumber AN
A...
yang berasal dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dan beberapa buku
hukum
panduan serta pemikiran penulis itu sendiri.
kewa
Makalah ini mempunyai tujuan yang jelas yaitu, untuk meningkatkan ilmu risan
islam
serta pengetahuan terutama dalam perkulian Hukum Perdata, yang pastinya
pembuk
pembaca dapat memahami dengan sistematis tentang apa yang sudah di
tian
jabarkan didalam makalah ini. dan
dalua
Sistematika penulisannya pun beragam yang pertama terdiri dari bab I yaitu rsa
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika dala
m
penulisan, yang kedua yaitu Bab II mengenai pengertian pembuktian pada huku
umumnya dan daluwarsa. Dan yang terakhir bab III mengenai kesimpulan- m
perda
kesimpulan dari makalah ini dan saran-saran yang ditujukan untuk membangun ta
karakter penulis agas bisa lebih maju dalam berkarya. asas,
B. TUJUAN PENULISAN syara
t, dan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk melatih mahasiswa khususnya sumb
saya pribadi agar bisa menulis dengan baik dan untuk memenuhi tugas er
huku
makalah pada mata kuliah hukum perdata. m
C. SISTEMATIKA PENULISAN perik
atan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari lV bab yaitu yang pertama di
bab l pendahuluan meliputi latar belakang penulisan, tujuan penulisan dan Indon
e...
sistematika penulisan, pada bab ll pembahasan meliputi pembahasan
pengertian pembuktian dan macam-macam pembuktian, pada bab lll
pembahasan meliputi pembahsan Pengertian daluarsa dan hal-hal yang dapat
mencegah dan menangguhkan daluarsa dan sebagainya, dan bab lV penutup
mengenai kesimpulan-kesimpulan dari makalah ini dan saran-saran yang
ditujukan untuk membangun karakter penulis agas bisa lebih maju dalam
berkarya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMBUKTIAN PADA UMUMNYA
Menurut pasal 1865 KUH Perdata pembuktian pada umumnya setiap
orang yang mengaku mempunyai suatu hak, atau menunjuk suatu peristiwa
untuk meneguhkan haknya itu atau untuk membantah suatu hak orang lain,
wajib membuktikan adanya hak itu atau kejadian yang dikemukakan itu.[1]
Pada pasal 1866 KUH Perdata menjelaskan tentang alat pembuktian,
meliputi:
a. Bukti tertulis;
b. Bukti saksi;
c. Persangkaan;
d. Pengakuan;
e. Dan sumpah.[2]
Suatu akte di bawah tangan ialah tiap akte yang tidak dibuat oleh atau
dengan perantaraan seorang pejabat umum. Misalnya, surat perjanjian jual
beli atau sewa menyewa yang dibuat sendiri dan ditanda tangani sendiri oleh
kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian itu. Jika pihak yang
menandatangani surat perjanjian itu mengakui atau tidak menyangkal tanda
tanganya, yang berati ia mengakui atau tidak menyangkal kebenaran apa
yang tertulis dalam surat perjanjian itu, maka akte di bwah tangan tersebut
memperoleh suatu kekuatan pembuktian yang sama dengan akte resmi.
b. Alat bukti saksi
Alat bukti saksi seperti yang dijelaskan pada KUH Perdata pasal 1895
yaitu pembuktian dengan saksi-saksi diperkenankan dalam segala hal yang
tidak dikecualikan oleh undang-undang.[5]
Sesudah pembuktian dengan tulisan, pembuktian dengan kesaksian
merupakan cara pembuktian yang terpenting dalam suatu perkara yang
diperiksa di depan hakim. Suatu kesaksian , harus mengenai peristiwa-
peristiwa yang dilihat dengan mata sendiri atau yang dialami sendiri oleh
seorang saksi. Jadi tidak boleh saksi itu hanya mendengar saja tentang adanya
peristiwa dari orang lain. Selanjutnya tidak boleh pula keterangan saksi itu
merupakan kesimpulan-kesimpulan yang ditariknya sendiri dari peristiwa
yang dilihat atau dialaminya, karena hakimlah yang berhak menarik
kesimpulan-kesimpulan itu.
Kesaksian bukanlah suatu alat pembuktian yang sempurna dan mengikat
hakim, tetapi terserah hakim untuk menerimanya atau tidak. Artinya, hakim
leluasa untuk mempercayai atau tidak mempercayai keterangan seorang
saksi.[6]
c. Alat bukti persangkaan
Alat bukti persangkaan seperti yang dijelaskan pada KUH Perdata pasal
1915 yaitu persangkaan ialah kesimpulan yang oleh undang-undang atau
oleh hakim ditarik dari suatu peristiwa yang diketahui umum ke arah suatu
peristiwa yang tidak diketahui umum.[7]
Menurut prof Subekti, persangkaan ialah suatu kesimpulan yang diambil
dari suatu peristiwa yang sudah terang dan nyata. Dari peristiwa yang terang
dan nyata ini ditarik kesimpulan bahwa suatu peristiwa lain yang harus
dibuktikan juga telah terjadi.
Dalam hukum pembuktian, ada dua macam persangkaan, yaitu
persangkaan yang ditetapkan oleh undang-undang sendiri (wattelijk
vermoeden) dan persangkaan yang ditetapkan oleh hakim (rechtelijk
vermoeden).[8]
d. Alat bukti pengakuan
Pengakuan yang bernilai alat buktimenurut pasal 1923 KUH Perdata
memiliki pengertian pernyataan atau keterangan yang dikemukakan salah
satu pihak kepada pihak lain dalam proses pemeriksaan suatu perkara,
pernyataan atau keterangan itu dilakukan di muka hakim atau dalam sidang
pengadilan, keterang itu merupakan pengakuan (bekentenis, confession),
bahwa apa yang didalilkan atau yang dikemukakan pihak lawan benar untuk
keseluruhan atau sebagian.[9]
e. Alat bukti sumpah
Alat bukti sumpah merupakan alat bukti yang terakhir yang dijelaskan
dalam pasal 1866 KUH Perdata. Dalam pasal 1929 KUH Perdata ada dua
macam sumpah di hadapan hakim:
1. Sumpah yang diperintahkan oleh pihak yang satu kepada pihak yang
lain untuk pemutusan suatu perkara; sumpah itu disebut sumpah
pemutus;
2. Sumpah yang diperintahkan oleh hakim karena jabatannya kepada
salah satu pihak.[10]
Pengertian sumpah sebagai alat bukti, adalah suatu keterangan atau
pernyataan yang dikuatkan atas nama Tuhan, dengan tujuan:
· Agar orang yang bersumpah dalam memberi keterangan atau
pernyataan itu, takut ats murka Tuhan, apabila dia berbohong;
· Takut kepada murka atau hukuman Tuhan, dianggap sebagai daya
pendorong bagi yang bersumpah untuk menerangkan yang
sebenarnya. [11]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa:
v Dari pasal 1957 KUH Perdata bahwa jika seseorang ingin menambah
dan memperpanjang waktu daluarsa dapat dilakukan apabila ia masih berkuasa
atas kepemilikan benda tersebut terhitung dari waktu orang sebelumnya yang
menguasai benda tersebut hingga dia sekarang, itu tidak menilai bagaimana
orang tersebut mendapatkan benda itu baik melalui cuma-cuma atau dengan
beban.
Dalam pasal 1959 mengandung arti bahwa orang yang menyewa,
menyimpan dan sebagainya barang milik orang lain tidak dapat memperoleh
kepemilikan barang tersebut dengan jalan daluarasa, meskipun dengn lewat
waktu berapa lamanya, tidak akan mempengaruhi sedikitpun. Orang-orang
yang menyewa, menyimpan dan sebagainya dapat memperoleh hak milik
dengan jalan daluarsa dengan syarat hak penguasaan telah berganti dari orang
sebelumnya sebelum dia.
Orang dapat memindahkan hak milik barang yang disewakan, digadaikan
dan sebagainya dengan jalan daluarasa dengan syarat apabila orang yang
mempunyai benda tersebut telah menyerahkan hak kepemilikan kepada
penyewa dan lain sebagainya dan si penyewa dapat memiliki hak atas benda
tersebut. Daluarsa dihitung dengan hari bukan jam dan daluarsa dapat
diperoleh apabila hari terakhir dari jangka waktu yang telah ditentukan telah
lewat.
v Daluarsa dipandang sebagai alat untuk memperolah sesuatu
Seseorang yang dengan itikad baik memperoleh atau mendapatkan suatu benda
tidak bergerak, bunga dan sebagainya, memiliki benda tersebut selam tiga
puluh tahun tanpa ada pihak yang lain yang nenggangu kenikmatannya, maka
ia adalah pemilik sah atas barang-barang tersebut tanpa harus menunjukan alas
haknya, yang sesuai dengan pasal 1963 KUH Peradata.
Dalam proses daluarsa itikad baik harus selalu ada pada setiap orang yang
ingin memperoleh hak milik sedangkan orang yang menunjukkan bahwa ia
tidak beritikas baik maka ia harus membuktikan bahwa dia bisa beritikad baik.
Itikad baik cukup dilakukan pada waktu denda itu belum berpindah hak milik
hanya berpindah hak miliknya pada dirinya.
v Daluarsa dipandang sebagai alat untuk dibebaskan dari kewajiban
Segala tuntutan hukum hapus karena daluarsa, sedangkan dalam peradilan
tidaklan seseorang menunjukkan pada persidangan bahwa adanya pengadilan
karena haknya sia-sia saja, hal itu tidak di karenakan daluarsa tidak dapat di
ganggu gugat tetapi sudah tercantum daluwarsanya masing-masing
berdasarkan KUH Perdata.
Kemudian dapat pula disimpulkan bahwa:
Tujuan Lembaga Daluarsa :
1. Untuk melindungi kepentingan masyarakat.
2. Untuk melindungi pemegang daluwarsa atau si berhutang dengan jalan
mengamankannya terhadap tututan yang sudah kuno.
B. kritik dan saran
Dalam tahap belajar, tentunya saya pribadi masih memiliki banyak
kekurangan atau kekeliruan bahkan kesalahan yang tentunya bisa lebih baik
dengan adanya kritik dan saran yang membangun oleh dosen dan mahasiswa/i
yang membaca makalah saya ini.
Terima kasih. . .
DAFTAR PUSTAKA
Mf prof, sy mau nanya karena ayah sy ada masalah karena di permasalahkan oleh kades dn
perangkatnya, ayah sy punya sebidang tanah yg terkena tol, tapi haknya diminta desa 70
persen, ayah sy 30 persen namun sampai sekarang belum deal karena ayah sy
mempertahankan haknya dg alasan penguasaan sdh 22 th, ada pethok D, ada sppt, dn segel
+ kwitansi dr pihak penggarap pd saat itu, sdgkn desa blm mau menanda tangani usulan
berkas pencairan ke bpn, mhn solusiny
Balas