Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manager itu dinamis, yang menjadi sebuah elemen atau memberi hidup pada suatu bisnis.
Tanpa adanya kepemimpinan dari seorang manager maka "sumber dari suatu produksi" tidak
akan menjadi suatu hasi yang dapat diproduksi. Begitupun dengan manajemen, menjadi sesuatu
yang memimpin sebuah kelompok di dalam kehidupan industrial [ Peter F. Drucker, 2010:15]
Manajemen pada dasarnya belum memiliki definisi yang baku dan tetap serta disetujui
secara universal. Dalam sejarahnya, akar kata manajemen berasal dari Bahasa Italia
"maneggiare" yang berarti mengendalikan [Dr. Lilis Sulastri, MM, 2014:9].
Menurut Mary Parker Follet, manajemen bisa dibilang sebagai sebuah seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain dimana berarti seorang manajerbertugas mengatur
dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi [Ernie Tisnawati, 2009:5].
Sedangkan menurut Ricky W. Griffin, manajemen juga bisa diartikan sebagai sebuah proses
perencanaan, perorganisasian sumber daya untuk mencapai sebuah goals (pencapaian) secara
efektif dan efisien.
Manajemen sebagai suatu bidang ilmu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya kolektivitas atau kelompok manusia yang terdiri dari dua orang atau lebih
2. Adanya kebersamaan kerjasama dari kelompok tersebut
3. Adanya tindakan kegiatan yang menjadi suatu proses/usaha dalam mencapai tujuan
bersama
4. Adanya tujuan yang ingin dicapai melalui usaha tersebut [Malayu S.P Hasibuan,
1997:1].
Setiap perusahaan sangat bergantung pada efektivitas interaksi dengan lingkungannya
untuk tetap mempertahankan eksistensinya. Ketergantungan ini termasuk dalam hubungan antara
budaya organisasi dan nilai dari budaya tersebut. Namun, budaya organisasi tetap bergantung
pada lingkungannya dan kekuatan interaktif yang mengelilinginya. Budaya organisasi
membentuk praktik manajemen yang berbeda pada sebuah perusahaan serta pada menjemen
yang sudah diterapkan di negara itu sendiri. Sebagai contoh adalah Negara Jepang. Jepang
membentuk dan menamai manajemen yang diciptakan negara itu sendiri dengan sebutan
“KAIZEN”.
Kaizen pertama kali dibentuk karena rasa kekecewaan dari orang Jepang yang saat itu
sedang belajar dengan perusahaan-perusahaan yang ada di Amerika. Setelah beberapa dekade,
ternyata perusahaan-perusahaan tersebut tidak pernah membuat perubahan atau perkembangan
dalam bisnisnya. Sampai akhirnya lahirlah konsep Kaizen ini dengan tujuan untuk memperbaiki
dan mengembangkan suatu perusahaan.
Seorang ahli survei dari AS yang bernama Dr. W. Edward Deming, yang saat itu berusaha
membantu Jepang untuk membangun kembali perekonomiannya, sehingga terbentuklah konsep
deming pada tahun 1970-an oleh perusahaan Jepang yang terkenal dengan “14 Dr. keys
Deming”.
Penerapan dari konsep deming ini akhirnya sukses di Industri Jepang, namun anehnya,
pemerintah Amerika Serikat baru tertarik dengan konsep tersebut. Konsep deming, yang
kemudian lebih dikenal sebagai konsep Kaizen, baru diperkenalkan secara luas oleh Masaaki
Imai dalam bukunya yang berjudul “Kaizen: kunci kesuksesan kompetitif Jepang” (1986),
hingga akhirnya beliau dikenal sebagai bapak Continuous Improvement (CI), sekaligus Pelopor
dan juga pemimpin dalam menyebarkan filosofi Kaizen di dunia
[https://rumus.co.id/kaizen-adalah/#Sejarah_Lahirnya_Kaizen diakses pada tanggal 19 Mei
2021].

Kaizen merupakan istilah dalam bahasa Jepang yang berarti “Perbaikan


Berkesinambungan”. Filsafat Kaizen berpandangan bahwa kita harus fokus pada upaya
perbaikan yang terus-menerus. Selain itu, filsafat ini juga menganggap bahwa cara hidup kita
seperti kehidupan kerja atau kehidupan sosial yang fokus pada upaya perbaikan terus-menerus
tersebut. Perbaikan dalam KAIZEN bersifat kecil dan berangsur.Kaizen bersifat dramatis dan
proses kaizen berdasarkan akal sehat dan biaya rendah, menjamin kemajuan berangsur yang
memberikan imbalan hasil dalam jangka panjang. Pada penerapannya dalam perusahaan, Kaizen
mencakup perbaikan berkesinambungan yang melibatkan seluruh pekerjanya dari manajemen
terbawah hingga manajemen teratas. Kaizen mempunyai ruang lingkup yang tidak terbatas,
sehingga sasaran utama pada konsep ini adalah menghilangkan pemborosan yang memberikan
nilai tambahan produk jasa dari perspektif konsumen. Jadi, dapat disimpulkan Kaizen adalah
sebuah pendekatan dengan risiko rendah. [Masaaki Imai, 1997:1]
Kesuksesan Kaizen membuat banyak perusahaan ingin menerapkan Kaizen pada
perusahaannya. Beberapa perusahaan yang telah mengimplementasikan Kaizen namun
pengetahuan yang mereka miliki terbatas karena keterbatasan lintas budaya yang dihadapi
mengakibatkan kesalahpahaman dan disalahartikan di luar Jepang. Kaizen kerap kali dianggap
sebagai sebuah proses yang memiliki akhir di ujungnya. Pada intinya dapat disimpulkan dari
penjelasan umum diatas bahwa budaya kaizen merupakan perubahan yang lebih baik
[Macpherson, 2015:3]. Itu mengapa kaizen dapat digunakan dalam berbagai bidang dan lini
industri bagi perusahaan yang mengaplikasikannya. Karena fokus utama dari kaizen adalah
kontribusi masing-masing individu dalam perusahaan untuk membuat perubahan berkelanjutan,
kaizen juga turut mengatur serta meningkatkan kualitas individu di dalam perusahaan.
Pengolahan manajemen sumber daya manusia dengan cara kaizen ini membentuk disiplin
baru dalam perubahan yang lebih baik. Asumsi utama kaizen adalah untuk mendorong karyawan
agar dapat terus memperbaiki tempat kerja / workplace (Gemba). Hal tersebut berkontribusi pada
kemandirian dan kontrol diri yang besar yang dapat diraih oleh karyawan. Tugas utama
karyawan dalam gemba adalah untuk memelihara dan memperbaiki atau meningkatkan standar
dalam mencapai kualitas, biaya, dan penyerahan (QCD) yang memadahi [Masaaki Imai,
1997:13].
Selain itu, di dalam Kaizen atau manajemen Jepang ini ada yang namanya Hourensho.
Hourensho sendiri menrupakan singkatan dari Houkoku (Laporan), Renraku (Hubungan), dan
Shoudan (Diskusi). Hourensho sendiri sudah merupakan salah satu konsep dari manajemen
Jepang yang biasa digunakan sehari-hari.
Hou-Ren-Shou adalah budaya kerja bangsa Jepang dalam berkomunikasi atau berdiskusi,
meliputi Houkoku (melaporkan), renraku (menginformasikan), dan soudan (konsultasi atau
pra-konsultasi).
Dalam hal ini, karyawan harus selalu melaporkan hasil kerjanya kepada atasan. Kemudian
atasan dan bawahan atau antar rekan kerja saling berbagi informasi. Kegiatan konsultasi sangat
diperlukan, tidak layak seorang karyawan membuat keputusannya sendiri bahkan seorang yang
memiliki kuasa di dalam sebuah organisasi atau perusahaan memerlukan diskusi untuk mengatasi
sebuah permasalahan.
Penerapan budaya kerja Hourenshou ini memiliki beberapa tujuan, yaitu:
■ Menciptakan budaya kerja yang nyaman dengan pola hubungan komunikasi yang
efektif baik bawahan dengan atasan maupun antar rekan kerja.
■ Memudahkan komunikasi bisnis agar dapat berjalan lebih efektif
■ Meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam berkomunikasi sehingga dapat
menggunakan bahasa dan pemilihan media yang tepat agar pesan mudah dipahami
[https://www.pengadaanbarang.co.id/2020/09/pengertian-horenso-tujuan-dan-5-lev
el.html diakses pada tanggal 19 Mei 2021].

Indonesia dalam kancah persaingan global menempati urutan ke-41 atau terendah dari
negara-negara yang pernah menjadi Negara jajahan Jepang seperti, China, Korea Selatan , dan
Taiwan . Salah satu faktor utama indeks persaingan global adalah tingkat kualitas sumber daya
manusia di Indonesia yang berbeda bila dibandingkan dengan Negara bekas jajahan Jepang
lainnya. Penerapan budaya kaizen di indonesia tentu menjadi fenomena yang layak untuk diteliti
karena dimungkinkan muncul tantangan ataupun adaptasi yang ditemui dalam penerapannya,
mengingat bahwa budaya Jepang masih diterapkan di Indonesia hingga saat ini.

Berdasarkan penelitian yang terdahulu dari Nur Fatimah [Institut Teknologi Sepuluh
November:2016] bahwa Penerapan Kaizen bukanlah sesuatu yang bisa langsung jadi seketika
sehingga semua tim harus merasakan adanya sebuah tantangan dalam menerapkan budaya
Kaizen pada perusahaan. Tidak ada sesuatu yang sempurna, namun tetap diperlukan ketekunan
untuk membuat sesuatu yang tampak rumit menjadi sederhana. Sedangkan menurut Hafsah Nur
[Universitas Sumatera Utara:2013], faktor yang paling berpengaruh pada penerapan budaya
kaizen di suatu perusahaan adalah kedisiplinan. Dimana kedisiplinan sangat berpengaruh
terhadap perubahan yang positif dan signifikan terhadap suatu perusahaan dengan
menerapkannya budaya kaizen tersebut.
Seperti halnya pada penelitian saya yang akan meneliti dan menganalisis secara lebih dalam
terkait penerapan budaya kaizen pada salah satu perusahaan yang sudah cukup lama berdiri yang
ada di Indonesia yaitu PT Tekun Asas Sumber Makmur (TASM), dimana pada perusahaan ini
pasti pernah mengalami penurunan (kegagalan) dalam suatu proses atau hasil yang pernah
dibuatnya. Namun perusahaan ini masih bisa berdiri lama dengan mempertahankan kinerja dan
kualitas produk serta SDM yang ada tanpa harus mengurangi satu dan lain hal terutama di masa
pandemi Covid 19 ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada latar belakang sebelumnya, maka rumusan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana dan kapan konsep budaya “KAIZEN” diterapkan pada perusahaan PT Tekun
Asas Sumber Makmur (TASM)?

2. Hasil apa sajakah yang didapatkan oleh PT Tekun Asas Sumber Makmur (TASM)dari
penerapan “KAIZEN” ?
1.3. BATASAN MASALAH
Dalam sebuah penelitian, agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus dan mendalam,
maka penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi variabelnya.
Oleh sebab itu, penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan “penerapan budaya kaizen dan
efek positif terhadap perusahaan maupun karyawannya”. Kedua hal tersebut dipilih karena
menjadi satu hasil dan kemajuan bagi perusahaan.
1.4 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pada saat kapan saja dan cara penerapan dari konsep "KAIZEN" ini
diterapkan atau digunakan di perusahaan PT Tekun Asas Sumber Makmur (TASM).

2. Mengetahui hasil yang didapatkan oleh PT Tekun Asas Sumber Makmur (TASM) ketika
mereka menerapkan konsep "KAIZEN" dalam apapun yang sedang terjadi atau dilakukan
demi menjaga perusahaan tersebut tetap beridiri hingga saat ini.
1.5. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pemahaman kepada pembaca terkait konsep budaya “KAIZEN” yang sudah
digunakan di beberapa perusahaan di luar Negeri yang sudah menjadi dasar dari
manajemen perusahaan.
2. Bisa menjadikan bahan pertimbangan untuk menjadi dasar atau landasan pada konsep
manajemen suatu perusahaan di Indonesia
3. Menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai konsep manajemen Jepang " KAIZEN"
yang sudah digunakan oleh beberapa perusahaan besar
1.6 METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian kali ini berupa metode penelitian
deskriptif dan penelitian kualitatif. Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat terdahulu atau saat
sekarang [Sujana dan Ibrahim, 1989:65]. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada
pemecahan masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.
Dalam pendidikan, penelitian deskriptif lebih berfungsi untuk pemecahan praktis dari pada
pengembangan ilmu pengetahuan. Peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang
menjadi pusat perhatiannya, kemudian menggambarkan atau melukiskannya sebagaimana
adanya, sehingga pemanfaatan temuan penelitian ini berlaku pada saat itu pula yang belum tentu
relevan bila digunakan untuk waktu yang bersamaan. Karena itu tidak selalu menuntut adanya
hipotesis, tidak menuntut adanya perlakuan atau manipulasi variabel, karena gejala dan
peristiwanya telah ada, serta peneliti tinggal mendeskripsikannya. Variabel yang diteiliti bisa
tunggal, atau lebih dari satu variabel, bahkan dapat juga mendeskripsikan hubungan beberapa
variabel.
Kemudian, metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menyelidiki,
menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas dari pengaruh sosial yang tidak dapat
dijelaskan dengan pendekatan kuantitatif (Sugiyono, 2010). Metode penelitian kualitatif
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai
pengambil sample sumber data yang dilakukan secara sengaja, analisis data bersifat kualitatif,
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna. Teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik questioner dimana dilakukan dengan memberikan angket yang
berisikan beberapa pertanyaan seputar KAIZEN kepada karyawan PT TASM yang berdasarkan
pada latar belakang dan teori yang digunakan peneliti.
Berkaitan dengan judul, rumusan masalah dan tujuan yang hendak dicapai maka penelitian
ini bertujuan untuk menjelaskan adanya pengaruh variabel budaya Kaizen terhadap kinerja
karyawan dan salah satu perusahaan di Indonesia.
Pеnеlitiаn ini mеrupаkаn pеnеlitiаn dеskriptif dеngаn pеndеkаtаn kuаlitаtif. Penelitian ini
dilakukan dengan fokus penelitian sebagai berikut:
1. Proses penerapan budaya kaizen pada perusahaan. Peneliti berfokus pada data historis
penerapan budaya kaizen yang ada di perusahaan melalui hasil wawancara
2. Adaptasi budaya kaizen pada perusahaan. Peneliti berfokus pada adaptasi yang dilakukan
perusahaan dalam menerapkan komponen budaya kaizen
Teknik-teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
menampilkan hasil analisis dari angket pertanyaan yang disebarkan kepada karyawan di PT
TASM.
1.7 TEORI DAN KONSEP
Dalam setiap penelitian perlu adanya kerangka teori serta konsep untuk mendukung suatu
penelitian itu sendiri. Pada penelitian kali ini penulis menerapkan teori budaya, teori manajemen,
teori Z, dan konsep Kaizen itu sendiri. Teori budaya menurut Robbins (2003) yang dimuat dalam
bukunya yang berjudul Perilaku Organisasi. Didalam buku tersebut menjelaskan bahwa budaya
organisasi merupakan sistem kebersamaan yang diselenggarakan oleh anggotanya yang
membedakan organisasi dari organisasi lainnya.
Teori manajemen menurut Henri Fayol (1841-1925) yang dimuat dalam buku berjudul
General and Industrial Management mengatakan manajemen memiliki enam fungsi terpenting
yaitu untuk meramalkan, merencanakan, mengatur, memerintahkan, mengoordinasikan dan
mengendalikan.
Teori Z menurut Douglas Mc gregor yang berjudul The Human Side Enterprise
menyatakan gaya kepemimpinan bisnis ala Jepang dan mengharapkan karyawan selalu loyal atau
memiliki kesetiaan yang tinggi kepada organisasi.
Terakhir, penelitian ini juga berdasarkan pada konsep Kaizen itu sendiri yang
dikemukakan oleh Masaaki Imai dalam buku yang berjudul Gemba Kaizen - A Commonsense,
low cost Approach to Management. Dalam buku tersebut Masaaki Imai menerapkan beberapa
konsep utama dalam Kaizen seperti Kaizen dan Manajemen, Proses Vs Hasil, Siklus PDCA dan
SDCA, Mengutamakan Kualitas, Berbicara dengan data, dan yang terakhir dan paling penting
adalah Proses berikutnya merupakan konsumen.
1.8 SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan pada penelitian ini terdiri dari 5 bab, yaitu:
BAB 1 Pendahuluan
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang dilakukanya penelitian ini, rumusan
masalah yang diselesaikan pada penelitian ini, tujuan dan manfaat yang diperoleh dalam
pelaksanaan penelitian ini, ruang lingkup penelitian yaitu batasan, dan sistematika penulisan
skripsi
BAB 2 Landasan Teori dan Konsep
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori dan studi literatur yang digunakan penulis
dalam menyelesaikan penelitian ini. Ada pun teori yang digunakan pada peneitian ini adalah
konsep budaya Kaizen, teori Z, dan Teori Budaya. Dengan adanya studi literatur ini diharapkan
penulis dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman lebih dalam menyelesaikan penelitian ini.
BAB 3 Metodologi Penelitian
Pada bab ini akan dibahas mengenai tahapan proses peneltian yang harus dilakukan
penulis dalam menjalankan penelitian ini agar penelitian ini dapat sesuai dan terarah.
BAB 4 Hasil dan Pembahasan
Pada bab ini akan dibahas mengenai pengumpulan data dan tahapan yang dilakukan
terkait dengan pengolahan data dan analisis dari hasil pengumpulan data yang didapatkan oleh
penulis dengan metode survey dan wawancara.
BAB 5 Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini akan dijabarkan dengan jelas mengenai kesimpulan yang dapat diambil dari
hasil penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, terdapat pula saran yang diberikan untuk
penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai