Anda di halaman 1dari 4

NAMA: Hamida Khanza Nurusysyifaa'

NIM/KELAS : 1900023116/4C
TUGAS AOMK
1. Identifikasi Vitamin A (Retinol)
 Metode = Kromatografi Lapis Tipis menggunakan TLC silica gel F254.
 Larutan Uji
Siapkan larutan sikloheksan yang telah distabilkan dengan menggunakan larutan
butilhidroksitoluen, mengandung sekitar 330 IU vitamin A per mikroliter.
 
 Larutan Pembanding
Kocok 1 ml larutan uji dengan 20 ml tetrabutilammonium hidroksida 0.1 M dalam 2-propanol
selama 2 menit dan cukupkan volumenya hingga mencapai 100 ml menggunakan sikloheksan,
stabilkan dengan larutan butilhidroksitoluen (1g/L)
 
 Prosedur
Totolkan pada pelat sebanyak 3 mikroliter dari masing – masing larutan tadi, kembangkan hngga
melebihi 15 cm dengan menggunakan campuran eter : sikloheksan (20 : 80). Letakkan pelat pada
udara kering dan periksa pada sinar UV 254 nm.Hasil kromatogram menggunakan larutan
pembanding tidak ada satu-pun atau hanya ada satu ester yang muncul. Hasil bercak noda yang
muncul pada larutan uji tidak lebih intensif dibandingkan hasil kromatogram pada larutan
pembanding.
Untuk zat yang diperiksa. Periksa absorpsinya dengan spektrofotometri sinar UV. Tentukan
serapan maksimum untuk mengetahui aktivitasnya. Larutan akan menunjukkan serapan
maksimum pada 325 sampai 327 nm. Ukur serapannya pada 300 nm, 350 nmdan 370 nm dan
hitung ratio Aλ/A326 untuk tiap panjang gelombang. Untuk Aλ/A326 hasil rationya tidak akan
melebihi 0.593 pada 300 nm, 0.537 pada 350 nm dan 0.142 pada 370 nm.
 
 Aktivitas
Aktivitas zat ditentukan  yang diambil dalam perhitungan untuk  konsentrasi produk.
Larutkan 25-100 mg, ditimbang dengan akurasi 0,1%, dalam 5 ml pentana P dan encerkan dengan
2-propanol R1 sampai konsentrasi 10-15 IU/ml. Pengukuran absorban pada absorbsi maksimum
326 nm. Menghitung aktivitas vitamin A dalam internasional unit per gram :
 
A326 x V x 1900
100 x m
 
Keterangan :
A326 = absorban pada 326 nm
m       = massa zat yang diuji, dalam gram
V       = total volume yg diuji diencerkan 10-15 IU/ml
1900  = faktor untuk mengubah absorban spesifik dari ester retinol ke dalam
Internasional Units per gram
 
 Penetapan Kadar
Penetapan Kadar Akseroftol <511> menurut FI IV hal. 952
Cara ini diberikan untuk penetapan vitamin A dalam sediaan Farmakope.
Lakukan penetapan secepat mungkin, upayakan seminimum mungkin pengaruh cahaya, oksigen
dari udara dan zat pengoksidasi lain, sebaiknya menggunakan alat kaca non-aktinik dan gas inert.
 
Prosedur :
1.      Timbang, hitung atau ukur saksama sejumlah sedian uji setara dengan tidak kurang dari
0,15 mg vitamin A, tetapi tidak boleh mengandung lemak lebih dari 1 g. Bila berbentuk kapsul,
tablet atau bentuk padat lainya yang tidak dapat disabunkan secara efisien dengan cara yang
diberikan, refluks dalam 10 ml air di atas tangas uap selama lebih kurang 10 menit, hancurkan
bagian padat yang masih tertinggal dengan batang pengaduk kaca tumpul, hangatkan selama lebih
kurang 5 menit lagi.
2.      Masukkan ke dalam labu kaca borosilikat yang sesuai, tambahkan 30 ml etanol P, dan 3 ml
larutan kalium hidroksida P (9 dalam 10). Refluks dalam alat yang keseluruhanya terbuat dari kaca
borosilikat selama 30 menit. Dinginkan, tambahkan 30 ml air, masukan ke dalam corong
pisah. Tambahkan 4 g serbuk halus natrium sulfat dekahidrat P. Ekstraksi dengan 150 ml eter P,
kocok selama 2 menit, bila terbentuk emulsi ekstraksi lagi 3 kali, tiap kali dengan 25 ml eter P.
kumpulkan ekstrak eter, bila perlu cuci dengan 50 ml air dengan menggoyang perlahan-
lahan. Ulangi pencucian 3 kali, tiap kali dengan 50 ml air dengan menggoyang lebih
kuat. Masukkan ekstrak eter yang telah dicuci ke dalam labu tentukur 250 ml, tambahkan eter P
sampai tanda.
3.      Uapkan 25,0 ml ekstrak eter sampai lebih kurang 5 ml. Tanpa pemanasan tetapi dengan
bantuan aliran gas inert atau hampa udara, lanjutkan penguapan hingga lebih kurang 3 ml.
Larutkan residu dalam isopropanol P secukupnya hingga kadar vitamin A antara 3 µg dan 5 µg per
ml atau memberikan serapan 0,5 hingga 0,8 pada 325 nm. Ukur serapan larutan pada panjang
gelombang 310 nm, 325 nm dan 334 nm menggunakan kuvet atau sel kuarsa dan gunakan
isopropanol P sebagai blangko.
2. Identifikasi Vitamin D
 Metoda utama analisis kadar vitamin D adalah secara bioassay Metode lain Uji vitamin
D pada bahan dapat dilakukan dengan pemanasan dengan Hidrogen Peroksida,
Kromatografi Cair Tingkat Tinggi, Antimoni Klorida,Pereaksi Gliserol
Diklorohidrin dan Spektrofotometri
 1. Uji Vitamin D dengan Pemanasan menggunakan Hidrogen Peroksida
 Prinsip: Umumnya vitamin D stabil terhadap pemanasan, asam dan oksigen.Vitamin D
secara lambat didestruksi bila lingkungannya alkalis, terutama bilaterdapat udara dan
cahaya. Pemanasan dengan hidrogen peroksida tidak merusakvitamin D tetapi vitamin A akan
rusak.
 Prosedur Uji Identifikasi Vitamin D
• Masukkan 10 tetes zat yang diuji(misalnya minyak ikan) ke dalam tabungreaksi
• Tambahkan 10 tetes larutan H202 5%, homogenkan kira kira selama 1 menit
• Panaskan diatas api kecil perlahan-lahan sampai tidak ada gelembung gaskeluar.
Usahakan jangan sampai mendidih
• Dinginkan tabung dibawah air kran
• Lalu lakukan uji dengan pereaksi Carr-Price.
Amati perubahan warna yangterjadi. (jika terbentuk warna jingga-kuning berarti sampel positif
mengandungvitamin D)
2. Analisa vitamin D dengan antimoni triklorida
• Vit D2 + D3 dengan antimoni-trikhlorida dlm khloroform akan berwarnaorange-
kuning yang segera mencapai intensitas serapan maximum pada 500nm
• Tachysterol memiliki sifat serupa, namun sterol lain serta vit. A tidakmemiliki sifat
seperti itu .
 Prosedur analisa
• Dimasukkan 2 ml larutan yang diuji dalam tabung spektrometer dan ditambah 4 ml larutan jenuh
Antimoni-trikhlorida dalam khloroform bebas air
• Ditunggu 10-15 menit dan serapannya dibaca pada 500 nm
• Kadar vitamin D dapat dihitung dengan persamaan kurva standar .3. Analisa vitamin D dengan
pereaksi gliserol dikhlorohidrin
• Dengan ergosterol segera muncul warna pink pucat yang berubah menjadi orange/ jingga dalam
15-20 menit dan kemudian menjadi hijau-fluoresen Dengan 7-dehidrokholesterol tidak nampak
warna pd beberapa menit
pertama kmd muncul warna pink pucat yang akan makin intensif dalam 24
jam
• Dengan kholesterol tidak muncul warna
• Reaksi tersebut dapat membedakan antara vitamin D2 dari ergosterol dan 7-dehidro-kholesterol;
dan juga membedakan antara ergosterol dengan 7-dehidrokholesterol
3. Identifikasi Vitamin K
 Penentuan vitamin K dapat menggunakan metode Kromatografi Cepat Kinerja Tinggi (KCKT).
Metode ini digunakan karena spesifik untuk menentukan jenis-jenis dari vitamin K dan dapat
memberikan spesifitas yang memuaskan. Menurut Jakob dan Elmadfa (2000),
1. analisis KCKT untuk vitamin K menggunakan fase terbalik dengan menggunakan fase diam
kolom C-18 dan deteksi fluoresensi.
2. Fase diam yang digunakan diisi dengan bubuk seng.
3. Sistem fase gerak yang tidak encer digunakan untuk penentuan vitamin K yaitu dengan
menggunakanpelarut metanol dan diklorometana yang mengandung seng klorida, natrium
asetat dan asam asetat.
4. Ekstraksi pelarut yang digunakan sesuai dengan matriks dalam sampel. Sampel diekstraksi
dengan menggunakan pelarut n-heksana yang dibutuhkan setelah penguapan menggunakan
pelarut yang tidak mengandung n-heksana.
5. Residu yang terbentuk dicuci dengan menggunakan campuran metanol dan air.
6. Lapisan atas n-heksana dipisahkan dan diuapkan pada kondisi vakum.
7. Residu yang dihasilkan dilarutkan dengan eluen dan diinjeksikan ke dalam KCKT untuk
dilakukan analisis.
8. Standar internal yang digunakan dalam analisis vitamin K yaitu 2,3-dihidrofilokuinon dalam
pelarut etanol.
 Kelebihan analisis dengan menggunakan metode KCKT untuk penentuan vitamin larut lemak
(vitamin A, D, E dan K) yaitu metode analisis yang cepat, memiliki efisiensi dan spesifitas
yang tinggi karena tidak membutuhkan pereaksi yang banyak serta langkah kerja yang
terlalu rumit dibandingkan dengan penggunaan metode lain seperti spektrofotometrik dan
fluorometrik yang memiliki efisiensi dan spesifitas rendah

Anda mungkin juga menyukai