Anda di halaman 1dari 6

Mepiramin Maleat

Rumus Molekul : C17H23N3O.C4H4O4

Nama Kimia : 2-{{2-(Dimetilamino)etil](p-metoksibenzil)-amino]-piridin maleat

Mepiramin Maleat mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 100,5%
C17H23N3O.C4H4O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan dalam hampa udara di atas
fosfor pentoksida selama 5 jam.

Pemerian : Serbuk hablur putih biasanya berbau lemah. Larutan bersifat asam terhadap
lakmus.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air;mudah larut dalam etanol dan dalam
kloroform; sukar larut dalam eter dan dalam benzena.

Baku pembanding Mepiramin Maleat BPFI; lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas
fosfor pentoksida P selama 5 jam sebelum digunakan.

Identifikasi :

a. Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan didispersikan dalam
kalium bromida P, menunjukan maksimum hanya pada panjang gelombang yang
sama seperti pada Mepiramin Maleat BPFI.
b. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 100.000) dalam asam sulfat o,5 N,
menunjukan maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
pada larutan Mepiramin Maleat BPFI; daya serap masing-masing dihitung pada zat
yang telah dikeringkan pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 236
nm dan 312 nm, berbeda tidak lebih dari 3%.

Suhu Lebur : Metode I antara 99° dan 103°. Metode I :

Susut Pengeringan : Tidak lebih dari 0,5 %; lakukan pengeringan dalam hampa udara di
atas fosfor pentoksida P selama 5 jam.

Senyawa Sejenis : Tidak lebih dari 1,0%

Larutan Baku : timbang saksama sejumlah Mepiramin Maleat BPFI, larutkan dalam
campuran Metanol P amonium hidroksida P (200:1) hingga kadar lebih kurang 0,4 mg per
ml. Encerkan dengan pelarut sama hingga diperoleh Larutan baku A, B, dan C dengan
komposisi sebagai berikut
Larutan Baku Pengenceran Kadar Baku Pembanding mg per ml Persentase (%untuk pembanding dengan larutan uji)
A (1 dalam 4) 0,1 0,5
B (3 dalam 20) 0,06 0,3
C (1 dalam 20) 0,02 0,1

Larutan Uji : Timbang saksama sejumlah zat uji, larutkan dalam campuran metanol P-
amonium hidroksida P (200:1) hingga kadar lebih kurang 20 mg/ml.

Fase Gerak : Buat campuran etilasetat P-dietilamina P n-heksana P-metanol P (93:7:1:1).

Prosedur : Lakukan kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada kromatografi.
Totolkan masing-masing secara terpisah 10 µl Larutan uji dan Larutan baku A,B, dan C pada
lempeng kromatografi campuran silika gel [catatan Lempeng telah dicuci dengan fase gerak
selama 2 jam dan dikeringkan]. Masukkan ke dalam bejana kromatografi hingga fase gerak
merambat tiga perempat tinggi lempeng, angkat lempeng, dan biarkan kering di udara, amati
lempeng di bawah cahaya ultraviolet 254 nm. Bercak lain selain bercak utama pada
kromatogram dan Larutan uji tidak lebih besar atau intensif dari bercak utama Larutan baku
A (0,5%) dan semua jumlah bercak lain kecuali bercak utama dari Larutan uji tidak lebih dari
1,0%.

Cemaran Senyawa mudah organik menguap Metode 1 memenuhi syarat.

Penetapan Kadar : Timbang saksama lebih kurang 400 mg zat yang telah dikeringkan ,
larutkan dalam 50 ml asam asetat glasial P. Tambahkan 1 tetes kristal violet LP dan titrasi
dengan asam perklorat 0,1 N LV sampai warna hijau biru.

1ml asam perklorat 0,1N setara dengan 20,07 mg C17H23N3O.C4H4O4

Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya

Metode jarak Lebur :

▪ Gerus zat uji menjadi serbuk sangat halus, & kecuali dinyatakan lain, jika
mengandung air hidrat ubah menjadi anhidrat dengan pengeringan pada suhu yang
tertera di monografi, atau jika senyawa tidak mengandung air hidrat, keringkan di
atas bahan pengering yang sesuai selama tidak kurang dari 16 jam
▪ Isi pipa kapiler kaca yang salah satu ujungnya tertutup, dengan serbuk kering
hingga membentuk kolom di dasar tabung dengan tinggi 2,5 mm – 3,5 mm setelah
dimampatkan dengan mengetukkan pada permukaan padat
▪ Panaskan tangas hingga suhu ± 30℃ di bawah suhu lebur yang diperkirakan
▪ Gerus zat uji menjadi serbuk sangat halus, & kecuali dinyatakan lain, jika
mengandung air hidrat ubah menjadi anhidrat dengan pengeringan pada suhu yang
tertera di monografi, atau jika senyawa tidak mengandung air hidrat, keringkan di atas
bahan pengering yang sesuai selama tidak kurang dari 16 jam

▪ Isi pipa kapiler kaca yang salah satu ujungnya tertutup, dengan serbuk kering hingga
membentuk kolom di dasar tabung dengan tinggi 2,5 mm – 3,5 mm setelah
dimampatkan dengan mengetukkan pada permukaan padat

▪ Panaskan tangas hingga suhu ± 30℃ di bawah suhu lebur yang diperkirakan

▪ Angkat termometer dan secepatnya tempelkan tabung kapiler pada termometer


dengan membasahi keduanya dengan tetesan cairan dari tangas atau sebaliknya, dan
atur hingga tinggi bahan dalam kapiler setinggi pencadang raksa

▪ Tempatkan kembali termometer dan lanjutkan pemanasan dengan pengadukan tetap


secukupnya hingga menyebabkan suhu naik ± 3° per menit

▪ Pada saat suhu ± 3° di bawah dari batas jarak lebur yang diperkirakan, kurangi
pemanasan sehingga suhu naik ± 1° - 2° per menit. Lanjutkan pemanasan sampai
melebur sempurna & catat jarak lebur

Uji Cemaran Senyawa Organik Mudah Menguap

Lakukan kromatografi gas seperti yang tertera pada kromatografi. Pada prosedur berikut,
digunakan kromatografi gas yang dilengkapi dengan program suhu, dengan kolom tubuler
terbuka berlubang lebar dengan dinding bersalut dan detektor ionisasi nyala.

Larutan baku. Buat larutan dalam air bebas senyawa organik atau pelarut seperti yang tertera
pada monografi, yang mengandung 1,0 µg kloroform P dan masing-masing 2,0 µg benzena P,
1,4-dioksan P, metilen klorida P dan trikloroetilena P per ml.

Larutan uji. Timbang saksama sejumlah zat uji, larutkan dalam air bebas senyawa organik
atau pelarut seperti yang tertera pada monografi, hingga kadar lebih kurang 20 mg per ml.

Sistem kromatografi. Kromatografi gas dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala, sistem
injeksi tanpa celah, kolom analitik leburan silika 30 m x 0,53 mm diameter dalam disalut
dengan fase diam G27 sambung silang secara kimia setebal 5 µm dan kolom pelindung silika
5 m x 0,53 mm, diameter dalam dideaktivasi dengan fenimetil siloksan. Gunakan helium P
sebagai gas pembawa dengan kecepatan linier lebih kurang 35 cm perdetik [catatan Dapat
digunakan nitrogen P.] Pertahankan suhu injektor dan detektor masing-masing pada 70° dan
260°. Atur suhu kolom sebagai berikut: pertahankan suhu pada 35° selama 5 menit, kemudian
naikkan suhu hingga 175° dengan kecepatan 8°permenit, diikuti dengan kenaikan suhu
hingga 260° dengan kecepatan 35°per menit dan pertahankan suhu paling sedikit 16 menit.
Suntikkan Larutan baku, rekam respons puncak seperti yang tertera pada prosedur: sistem
dikatakan sesuai jika menghasilkan kromatogram yang semua komponen dalam Larutan baku
terpisah, resolusi, R, antara dua komponen tidak kurang dari 1,0 dan simpangan baku relatif
dari respon puncak masing-masing pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 15%.

Prosedur. Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 1µl) Larutan baku
dan larutan uji ke dalam kromatograf, ukur respons puncak. Identifikasi setiap puncak pada
kromatogram Larutan uji, berdasarkan waktu retensi, dan hitung jumlah cemaran senyawa
organik mudah menguap yang terdeteksi. Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, jumlah masing-masing cemaran senyawa organik mudah menguap dalam zat uji
tidak lebih dari batas seperti yang tertera pada tabel.

Cemaran Senyawa Organik Mudah Menguap Batas (bpj)


Benzena 100
Kloroform 50
1,4-Dioksan 100
Metilena klorida 100
Trikloroetilena 100

Batas kurang dari 100 bpj berdasarkan toksisitas yang relatif lebih besar
Pembahasan

Pada kesempatan kali ini, kelompok kami membahas mengenai uji jarak lebur dan cemaran
senyawa sejenis yang terdapat pada senyawa deksklorfeniramin maleat, mepiramin maleat,
linestrenol, dan nifedipin. Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV, jarak lebur atau suhu
lebur adalah rentang suhu atau suhu pada saat zat padat menyatu dan melebur sempurna.
Metode yang digunakan untuk penetapan jarak lebur atau suhu lebur ada lima metode.
Penggunaan metode ini tergantung pada keadaan sifat dasar senyawa uji. Jika dalam
monografi tidak disebutkan metodenya, maka metode yang digunakan adalah metode III.

Pada penetapan jarak lebur atau suhu lebur dari senyawa deksklorfeniramin maleat dan
mepiramin maleat menggunakan metode I , untuk linestrenol adalah metode II, dan untuk
nifedipin adalah metode III. Senyawa deksklorfeniramin maleat memiliki suhu lebur antara
110° dan 115° . senyawa mefiramin maleat memiliki suhu lebur antara 99° dan 103° ,
senyawa linestrenol mempunyai suhu lebur antara 160° dan 164° dan senyawa nifedipin
mempunyai suhu lebur antara 171°dan 175° . Senyawa deksklorfeniramin maleat dan
mepiramin maleat menggunakan metode I dilakukan penggerusan senyawa, namun pada
metode II tidak dilakukan penggerusan. Pada metode II tidak dilakukan penggerusan karena
pada suhu kamar, senyawa linestrenol mudah meleleh. Pada metode I, dilakukan pengeringan
selama enam belas jam dengan tujuan untuk menyerap uap air karena dua senyawa ini
mengandung hidrat, pada metode II dilakukan pendinginan selama dua jam dengan tujuan
agar senyawanya tidak mudah meleleh, dan pada metode III tidak dilakukan pengeringan
karena senyawa nifedipin tidak mengandung hidrat dan tidak mengandung uap air. Pada
metode I pemanasan tangas hingga suhu 30° dan pada metode II dan III pemanasan tangas
pada suhu 10° karena pada metode I senyawanya memiliki suhu lebur tinggi. Ukuran kolom
yang digunakan pada ketiga metode tersebut adalah sama. Pencatatan jarak lebur yaitu suhu
pada kolom zat uji yang diamati terlepas sempurna dari dinding kapiler yang merupakan
permulaan melebur dan suhu pada saat zat uji mencair seluruhnya yang merupakan akhir
peleburan atau suhu lebur pada ketiga metode tersebut adalah sama.

Pada metode I digunakan untuk zat padat dengan suhu lebur tinggi, biasanya diatas 105°C,
mengandung hidrat atau mudah menyerap uap air dan pada suhu kamar, senyawa berbentuk
padat. Pada metode II digunakan untuk zat padat suhu lebur rendah dan pada metode III
digunakan untuk zat padat yang tidak mengandung hidrat dan tidak mengandung uap air.
Pada metode I dan III, zat seteleh melebur mengalami dekstrusi. Tinggi rendahnya suhu lebur
pada suatu zat dipengaruhi oleh bentuk zat padat tersebut. Semakin kuat ikatan yang
terbentuk, maka semakin besar pula energi yang dibutuhkan untuk memutuskannya.
Perbedaan titik lebur antara senyawa pada golongan yang sama dipengaruhi oleh
keelektronegatifannya. Suatu zat dikatakan murni jika suhu leburnya sesuai dengan yang
tercantum pada literatur. Suhu lebur merupakan indikator kemurnian. Apabila dua sampel
memiliki suhu lebur yang berbeda, dapat dikatakan bahwa kedua molekul sampel tersebut
berbeda baik secara struktur atau bentuk konfigurasinya. Zat padat akan berubah menjadi
bentuk cairnya ketika molekul dari zat padat tersebut mendapatkan energi yang cukup untuk
memecah ikatan antarmolekulnya, Apabila ada pengontor dalam sampel, menyebabkan
penurunan titik lebur dan pelebaran jarak titik lebur.

Sumber :

Farmakope Indonesia edisi 4

Uji Kemurnian Bahan Baku Farmasi, Dr. Hayun, M.Si, Apt dkk, Laboratorium Kimia
Farmasi 2011

Anda mungkin juga menyukai