Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

INSTRUMEN KELAUTAN

“PEMANFAATAN INSTRUMEN DATA SATELIT DALAM


MENGEKSPLORASI SUMBERDAYA KELAUTAN DAN
PERIKANAN”

ALHIDAYAT PASAENO

22018005

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang karena dengan rahmat, karunia serta taufiq dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul " Pemanfaatan Instrumen
Data Satelit Dalam Mengeksplorasi Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan "
meskipun masih banyak kekurangan di dalamnya.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tetap terhaturkan kepada junjungan


Nabi Muhammad SAW, para sahabat, keluarga dan para pengikutnya karena atas
jasa beliau kita dapat mengenal dan mendalami agama yang rahmatan lil alamin
yakni agama islam.

Dalam penulisan makalah ini mungkin masih banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi, mengingat kemampuan kami yang masih dalam
tahap belajar. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
kami harapkan demi kesempurnaan pembuatan makalah ini kedepan.

Kendari, 29 Juni 2021

Alhidayat Pasaeno
DAFTAR ISI

Sampul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Instrumen Kelautan
2.2 Pemanfaatan alat-alat instrumentasi kelautan yang dapat digunakan dalam
membantu pekerjaan di laut atau pesisir

BAB III Penutup


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, mencapai hampir 13.446
pulau, dikenal sebagai negara maritim karena luas wilayah lautan yang lebih
besar dibandingkan daratan, sekitar 2/3 luas total wilayah negara Indonesia.
Luasnya areal lautan menjadikan perairan Indonesia dapat disebut sebagai
arteri dunia karena digunakan sebagai jalur angkutan laut, aktivitas maritim,
dan yang paling penting adalah perdagangan lintas laut (Halida, 2013 dalam
Wahab, 2014).

Hal ini mendorong bidang kelautan dan perikanan sebagai salah satu
bidang yang identik dengan masyarakat Indonesia. Wilayah perairan
Indonesia yang sangat besar tersebut memiliki potensi yang sangat besar
bagi usaha, penelitian, serta pembelajaran di bidang kelautan dan perikanan,
khususnya penangkapan ikan (Manafe & Affandi, 2009 dalam Wahab,
2014). Dalam hal tersebut dibutuhkan alat-alat yang digunakan untuk
mempermudah pekerjaan di laut ataupun pesisir. Alat-alat tersebut
kebanyakan berasal dari alat instrumentasi laut.

Instrumentasi Kelautan adalah suatu bidang ilmu kelautan yang


behubungan dengan alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk
pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan
lebih kompleks dalam dunia kelautan. Instrumentasi kelautan secara umum
mempunyai 3 fungsi utama yaitu, sebagai alat pengukuran, sebagai alat
analisis, dan sebagai alat kendali (Nuriy, 2016).

Instrumentasi Kelautan sebagai alat pengukuran meliputi


instrumentasi survey/statistik, instrumentasi pasang-surut, gelombang, arah
& kecepatan arus, instrumentasi arah & kecepatan angin, instrumentasi
pengukuran suhu, Disolve Oxigen (DO), turbiditas, salinitas, pH perairan,
kecerahan, plankton, sedimen, dll. Contoh dari instrumentasi sebagai alat
analisis dalam dunia kelautan misalnya; Echosounder, yang dapat
menganalisis dan mendeteksi bawah air.Sistem pengukuran, analisis dan
kendali dalam instrumentasi ini bisa dilakukan secara manual (hasilnya
dibaca dan ditulis tangan), tetapi bisa juga dilakukan secara otomatis dengan
mengunakan komputer (electronic circuit) (Nuriy, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan instrument kelautan?
2. Apa saja pemanfaatan instrumentasi kelautan yang dapat digunakan
dalam membantu pekerjaan di laut atau pesisir?
3. Bagaimana penggunaan instrumen kelutan untuk pekerjaan di laut atau
pesisir?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian instrument kelautan
2. Mengetahui pemanfaatan instrumentasi yang dapat digunakan dalam
membantu pekerjaan di laut atau pesisir.
3. Mengetahui penggunaan instrumen kelutan untuk pekerjaan di laut atau
pesisir?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Instrumen Kelautan


Instrumentasi Kelautan adalah prinsip, teknik dan metode kalibrasi
berbagai instrumen yang digunakan dalam survei penelitian dan kegiatan
kelautan. Instrumentasi Kelautan merupakan bidang keilmuan
berhubungan dengan alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk
pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan
lebih kompleks dalam dunia kelautan. Instrumentasi Kelautan sebagai alat
pengukuran meliputi instrumentasi Oseanografi, Navigasi, Akustik, Optik
dan Satelit.

2.2 Pemanfaatan instrumentasi kelautan yang dapat digunakan


dalam membantu pekerjaan di laut atau pesisir
Instrumentasi yang digunakan dalam membantu di bidang kelautan
antara lain adalah ehcosounder dan side scan sonar.
2.1.1 Echosounder

Gambar 1. Echosounder
Echosounder adalah alat yang digunakan untuk mengukur kedalaman
air laut. Prinsip kerja dari alat ini adalah pengukuran kedalaman laut
berdasarkan pulsa getaran suara. Getaran pulsa-pulsa tersebut dipancarkan
dari transducer kapal secara vertikal ke dasar laut, selanjutnya permukaan
dasar laut, selanjutnya permukaan dasar laut akan memantulkan kembali
pulsa-pulsa itu kemudian diterima oleh transducer kapal.
Prinsip kerja echosounder yaitu pada transmiter terdapat tranduser
yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi suara. Kemudian suara
yang dihasilkan dipancarkan dengan frekuensi tertentu. Suara ini
dipancarkan melalui medium air yang mempunyai kecepatan rambat
sebesar, v=1500 m/s. Ketika suara ini mengenai objek, misalnya ikan maka
suara ini akan dipantulkan. Sesuai dengan sifat gelombang yaitu gelombang
ketika mengenai suatu penghalang dapat dipantulkan, diserap dan dibiaskan,
maka hal yang sama pun terjadi pada gelombang ini.

Gambar 2. Prinsip Echosounder


Ketika gelombang mengenai objek maka sebagian enarginya ada yang
dipantulkan, dibiaskan ataupun diserap. Untuk gelombang yang dipantulkan
energinya akan diterima oleh receiver. Besarnya energi yang diterima akan
diolah dangan suatu program, kemudian akan diperoleh keluaran (output)
dari program tersebut. Hasil yang diterima berasal dari pengolahan data
yang diperoleh dari penentuan selang waktu antara pulsa yang dipancarkan
dan pulsa yang diterima. Dari hasil ini dapat diketahui jarak dari suatu objek
yang deteksi.
Cara Pemakaian :
1. Memasang alat dan cek keadaan alat sebelum memulai
pengambilan data.
2. Pastikan kabel single beam dan display sudah terpasang.
3. Pasang antena, jika diperlukan input satelit GPS.
4. Masukkan single beam kedalam air.
5. Set Skala kedalaman yang ditampilkan display.
6. Set frekuensi yang akan digunakan 200 Hz untuk laut dangkal atau
50 Hz untuk laut dalam atau dual untuk menggunakan keduanya.
7. Set input data air yaitu salinitas, temperatur dan tekanan air.
8. Pengambilan data.
9. Pemrosesan data.

Pengolahan Data :
Perhitungan kedalaman diperoleh dari setengah waktu pemantulan
signal dari echosounder memantul ke dasar laut kemudian kembali ke
echosounder. Nilai waktu yang diperoleh di konversikan dengan kecepatan
gelombang suara di dalam air.

Untuk data kedalaman yang lebih tepat, dimasukkan pula data-data


temperatur air, salinitas air dan tekanan air. Hal ini diperlukan untuk
memperoleh konversi yang tepat pada cepat rambat suara di dalam air.

Berikut adalah perhitungannya :


c = 1448.6 + 4.618T2 − 0.0523 + 1.25 * (S − 35) + 0.017D
dimana : c = kecepatan suara (m/s) S = salinitas (pro mille)
D = kedalaman T = temperatur (degrees
2.1.2 Side Scan SonarCelsius)

Gambar 3. Side Scan Sonar (SSS)

Prinsip dasar awal dari sonar adalah menggunakan suara untuk


mendeteksi atau menemukan objek yang secara khusus berada di laut
(Hansen, 2011 dalam Lubis, 2017). Side scan sonar adalah instrumen yang
digunakan dalam survei untukmelakukan pencitraan dasar laut. Side scan
sonar (SSS) merupakan pengembangan sonar yang mampu menunjukkan
dalamgambar dua dimensional permukaan dasar laut dengan kondisi kontur,
topografi, dan target secara bersamaan. Instrumen ini mampu membedakan
besar kecil partikel penyusun permukaan dasar laut seperti batuan, lumpur,
pasir, kerikil, atau tipe-tipe dasar perairan lainnya (Bartholoma, 2006 dalam
Lubis, 2017). SSS digunakan untuk berbagai kegunaan, seperti pendeteksian
keberadaan pipa dan kabel laut, pendeteksian struktur dangkal dasar laut,
pelaksanaan pengerukan, studi lingkungan, kemiliteran, arkeologi,
perikanan, dan pertambangan (Manik, 2011 dalam Lubis, 2017).

Sonar adalah istilah umum untuk setiap instrumen yang menggunakan


deteksi forremote suara benda bawah air (Haykin, 1985 dalam Lubis, 2017).
Sistem sonar aktif akan menghasilkan ledakan singkat (ping) dari suara
frekuensi tinggi. Gelombang akustik yang dibangkitkan dari transduser
didalam kolom air dan dasar laut sehingga akan menghasilkan gema yang
diukur dengan empat kuadran dalam transduser beam pattern (Manik, 2015
dalam Lubis, 2017).

Side Scan Sonar (SSS) adalah sebuah sistem peralatan survey kelautan
yang menggunakan teknologi akustik. Peralatan ini digunakan untuk
memetakan dasar laut yang juga dapat digunakan untuk mempelajari
kehidupan di dasar laut. Sistem peralatan ini merupakan strategi
penginderaan untuk merekam kondisi dasar laut dengan memanfaatkan sifat
media dasar laut yang mampu memancarkan, memantulkan dan/atau
menyerap gelombang suara.

Gelombang suara yang digunakan dalam teknologi side scan sonar


biasanya mempunyai frekuensi antara 100 dan 500 KHz. Pulsa gelombang
dipancarkan dalam pola sudut yang lebar mengarah ke dasar laut, dan
gemanya diterima kembali oleh reciver dalam hitungan detik.

Side scan sonar mampu membuat liputan perekaman dasar laut dari
kedua sisi lintasan survey. Dalam kondisi laut yang tenang dan haluan kapal
yang lurus, sonogram dapat memberikan gambar atau image yang sangat
tajam dan rinci seperti layaknya sebuah foto.

Side Scan Sonar mempunyai kemampuan menggandakan


(menduplikasikan) beam yang diarahkan pada satu sisi ke sisi lainnya.
Sehingga kita bias melihat ke kedua sisi, memetakan semua area penelitian
secara efektif dan menghemat waktu penelitian. SSS menggunakan Narrow
beam pada bidang horizontal untuk mendapatkan resolusi tinggi di
sepanjang lintasan dasar laut.

Prinsip kerja side scan sonar yaitu SSS menggunakan prinsip


backscatter akustik dalam mengindikasikan atau membedakan kenampakan
bentuk dasar laut atau objek di dasar laut.

Prinsip kerja Side Scan Sonar pada dasarnya menggunakan


gelombang akuistik, mirip dengan prinsip kerja echosounder. Namun pada
peralatan ini ditekankan pada penyapuan pada permukaan dari obyek baik
ke kanan ataupun ke kiri, sehingga peralatan side scan sonar mempunyai
kemampuan untuk mendeteksi obyek yang berada dipermukaan dasar laut
baik itu yang berada di kiri kapal survei maupun di sebelah kanannya.
Biasanya peralatan ini menggunakan frekuensi 100KHz (Low) dan 500 Khz
(High). Secara umum peralatan ini terdiri dari transducer yang berupa
towfish yang ditarik dibelakang kapal, trans-receiver dan recorder seperi
terlihat pada Gambar.
Gambar 4. Prinsip Dasar Side Scan Sonar
 Transducer berfungsi memantulkan gelombang akuistik yang akan
dikirim ke permukaan dasar laut kemudian hasil pantulan dari gelombang
akuistik yang mengenai objek atau dasar laut akan diterima oleh receiver
yang kemudian akan ditampilkan oleh recorder dalam bentuk citra yang
menggambarkan kondisi permukaan dasar laut.

Gambar 5. Sistem Peralatan Side Scan Sonar


Prinsip pendeteksian dan interpretasi yakni, pengolahan data SSS
terdiri dari dua tahapan, yakni real time processing dan post processing.
Tujuan real time processing adalah untuk memberikan koreksi selama
pencitraan berlangsung sedangkan tujuan post processing adalah
meningkatkan pemahaman akan suatu objek melalui interprestasi. Penelitian
yang dilakukan ini, pengolahan datanya adalah post processing.

Interpretasi pada post processing dapat dilakukan secara kulaitatif


maupun kuantitatif. Interprestai secara kualitatif dilakukan untuk
mendapatkan sifat fisik material dan bentuk objek, baik dengan mengetahui
derajat kehitaman (hue saturation), bentuk (shape) maupun ukuran (size)
dari objek atau target.Secara umum, berdasarkan bentuk eksternalnya, target
dapat dibedakan menjadi buatan manusia (man made targets) atau objek
alam (natural targets). Pada umunya, objek buatan manusia memiliki bentuk
yang tidak beraturan.
Interprestasi secara kuantitatif bertujuan untuk mendefinisikan
hubungan antara posisi kapal, posisi towfish dan posisi objek sehingga
diperoleh besaran horisontal dan besaran vertikal. Besaran horisontal
meliputi nilai posisi objek ketika lintasan towfish sejajar dengan lintasan
kapal maupun ketika lintasan dengan towfish membentuk sudut. Besaran
vertikal meliputi tinggi objek dari asar laut serta kedalaman objek.

Survei investigasi bawah air (side scan sonar) dimaksudkan untuk


mendapatkan kenampakan dasar laut, termasuk lokasi dan luasan obyek-
obyek yang mungkin membahayakan. Dual-channel Side Scan Sonar
System dengan kemampuan cakupan jarak minimal hingga 75m digunakan
untuk mendapatkan data kenampakan dasar-laut (seabed features) di
sepanjang koridor yang sama dengan survei Batimetri. Skala penyapuan
yang digunakan diatur sedemikian rupa sehingga terjadi overlap minimal
50% untuk area survei yang direncanakan. Lajur-lajur survei side scan sonar
dapat dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan survei Batimetri dan/atau
disesuaikan dengan kedalaman laut sehingga cakupan minimal tersebut
dapat terpenuhi.

Apabila menggunakan towfish yang ditarik, panjang kabel towfish


tersedia cukup agar tinggi towfish di atas dasar laut dapat dijaga kira-kira
10% dari lebar cakupan/ penyapuan yang dipilih. Towfish sebaiknya
dioperasikan dari winch bermotor lengkap dengan electrical slip rings.
Rekaman data sonar dikoreksi untuk tow fish lay back dan slant range.
Apabila menggunakan towfish yang dipasang pada lambung kapal (vessel-
mounted), sistim dilengkapi dengan heave compensator untuk mereduksi
pengaruh gelombang. Sistem yang digunakan mampu menghasilkan clear
record dari keadaan dasar laut, identifikasi adanya wrecks, obstacles, debris,
sand waves, rock outcrops, mud flows atau slides dan sedimen.

Kemungkinan adanya bahaya atau keadaan dasar laut yang perlu


mendapatkan perhatian khusus dilakukan investigasi untuk memperjelas
jenis dan ukuran bahaya tersebut. Investigasi tersebut dapat dilaksanakan
dengan menjalankan lajur yang lebih rapat pada arah yang berbeda dengan
lajur umum yang telah dijalankan sebelumnya. Penentuan posisi
menggunakan jarak atau waktu tertentu ditandai pada rekaman sonar. Data
jarak antara towfish dan antena GPS, termasuk setiap perubahan jarak ini,
harus dicatat secara tertib pada Operator’s Log selama survei berlangsung
untuk keperluan pengolahan data lebih lanjut.

Survei side scan sonar ini akan menghasilkan peta yang berisi
gambaran atau citra dasar laut yang akan menampilkan objek-objek dasar
laut yang berhasil dideteksi. Objek-objek tersebut berupa benda-benda yang
terdapat di permukaan dasar laut, seperti pipa, batu-batu karang, kapal
karam, bekas garukan jaring nelayan, dll. 

Gambar 6. Ilustrasi Survei Side Scan Sonar


Towfish side scan sonar (SSS) dapat dipasang pada badan kapal atau
ditarik di belakang kapal. Ilustrasi pemasangan SSS menggunakan towed
body dapat dilihat pada Gambar di atas. Dalam pengambilan data, ada
kemungkinan terjadi distorsi, baik distorsi geometrik maupun distorsi akibat
deviasi dari hubungan linear antara intensitas citra dan kekuatan pantulan
objek dasar laut.

Beberapa macam instrument kelautan yang dimanfaatkan dalam


eksplorasi sumberdaya kelautan yaitu sebaigai berikut:
1. INSTRUMENTASI OSEANOGRAFI
- Winch Winch adalah sebuah piranti atau alat yang banyak di
gunakan untuk menarik beban dengan posisi horizontal.. Winch
merupakan mesin bantu yang digunakan untuk menarik tali kerut
atau tali kolor penggerakyang digunakan berupa tenaga hidrolik.
Tenaga ini paling umum digunakan dan memiliki daya serta bentuk
yang besar. Penempatan winch di kapal ada yang di bagian
belakang, di bagian depan, adapula ditempatkan di kedua sisi
samping kamar kemudi. Pada umumnya dipasang pada kapal-kapal
ikan pada skala industri. Trawl winch pada stern trawl terpelihara
dari pengaruh angin dan gelombang, dengan demikian dalam cuaca
buruk sekalipun operasi masih dapat dilakukan dengan mudah. Merk
- merk winch pun mulai bertebaran di pasaran indonesia di antaranya
Winch Warn, salah satu merk yang saat ini menjadi ikon tersendiri
di kalangan offroader indonesia. Seiring berjalannya waktu winch
merk lainpun sudah bisa menjadi second choise sebagai pengganti
warn.
- CTD (Conductivity, Temperature and Depth) CTD (Conductivity
Temperature Depth) adalah instrumen yang digunakan untuk
mengukur karakteristik air seperti suhu, salinitas, tekanan,
kedalaman, dan densitas.. Secara umum, sistem CTD terdiri dari unit
masukan data, sistem pengolahan, dan unit luaran. Unit masukan
data terdiri dari sensor CTD, rosette, botol sampel, kabel koneksi dll.
Sensor berfungsi untuk mengukur parameter karakteristik fisik air
laut yang terdiri dari sensor tekanan, temperatur, dan konduktivitas.
Botol sampel berfungsi sebagai wadah sampel air sedangkan rosset
berfungsi untuk mengatur penutupan botol. Kabel koneksi berfungsi
sebagai penompang, dan juga berfungsi sebagai pengantar sinyal.
Telekomando akan memberikan sinyal kepada rosset untuk menutup
botol secara berurutan, setelah mengambil sampel air laut. Unit
pengolah terdiri dari sebuah unit pengontrol CTDS (CTD Sensor)
dan komputer yang dilengkapi perangkat lunak. Unit pengontrol
berfungsi sebagai pengolah sinyal CTD, penampil hasil pengukuran
serta pengubah sinyal analog ke digital. CTD mengontrol setiap
kegiatan akusisi dan pengambilan sampel serta kalibrasi. Setiap
penekanan tombol fungsi sesuai pada menu, maka printer akan
mencetak posisi, kedalaman, salinitas, konduktifitas dan temperatur
sehingga kronologis kegiatan pengoprasian CTD dapat terekam.
Sensor adalah sebuah piranti yang mengubah fenomena fisika
menjadi sinyal elektrik. CTD memiliki tiga sensor utama, yakni
sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui
daya hantar listrik air laut (konduktivitas). Pada Prinsipnya teknik
pengukuran pada CTD ini adalah untuk mengarahkan sinyal dan
mendapatkan sinyal dari sensor yang mendeteksi suatu besaran,
kemudian mendapatkan data dari metode multiplexer dan
pengkodean (decode), kemudian memecah data dengan metode
enkoder untuk di transfer ke serial data stream dengan dikirimkan ke
control unit via cabel. CTD diturunkan ke kolom perairan dengan
menggunakan winch disertai seperangkat kabel elektrik secara
perlahan hingga ke lapisan dekat dasar kemudian ditarik kembali ke
permukaan. CTD memiliki tiga sensor utama, yakni sensor tekanan,
sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui daya hantar listrik
air laut (konduktivitas). Pengukuran tekanan pada CTD
menggunakan strain gauge pressure monitor atau quartz crystal.

Tekanan akan dicatat dalam desibar kemudian tekanan dikonversi menjadi


kedalaman dalam meter. Sensor temperatur yang terdapat pada CTD
menggunakan thermistor, termometer platinum atau kombinasi keduanya. Sel
induktif yang terdapat dalam CTD digunakan sebagai sensor salinitas. Pengukuran
data tercatat dalam bentuk data digital. Data tersebut tersimpan dalam CTD dan
ditransfer ke komputer setelah CTD diangkat dari perairan atau transfer data dapat
dilakukan secara kontinu selama perangkat perantara (interface) dari CTD ke
komputer tersambung. 3. Tide Gauge Tide Gauge adalah alat yang digunakan
untuk mengukur muka air laut. Sebagian besar tide gauge adalah alat pengukur
berupa pelampung diletakkan pada titik yang terletak di pelabuhan, teluk, atau
laguna. Dengan demikian pengukuran dari tide gauge tidak mewakili kondisi di
sepanjang pantai terbuka tapi mewakili daerah yang dipasangi tide gauge. Tide
Gauge yang digunakan oleh indonesia bukan tipe pelampung tapi menempel di
pelabuhan. Perpindahan dasar laut akibat gempa yang memiliki kekuatan besar
dapat menghasilkan tsunami yang menyebar di lautan. Persebaran dari tsunami ini
dapat dicatat oleh tide-gauge yang berada di sekitar zona gempa penghasil
tsunami. Tide Gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur muka air laut.
Sebagian besar tide gauge adalah alat pengukur berupa pelampung diletakkan
pada titik yang terletak di pelabuhan, teluk, atau laguna. Dengan demikian
pengukuran dari tide gauge tidak mewakili kondisi di sepanjang pantai terbu
(Merrifield et. al, 2005). Tide Gauge yang digunakan oleh indonesia bukan tipe
pelampung tapi menempel di pelabuhan.
Pressure Gauge Pressure Gauge adalah alat yang digunakan untuk
mengukur tekanan fluida (gas atau liquid) dalam tabung tertutup. Pada sistem
refrigerasi, prinsip pressure gauge yang sering digunakan biasanya bertipe
manometer dan bourdon tube Buoy Buoy adalah penanda yang diletakkan di laut
agar kapal tidak merapat dikarenakan kedalaman laut yang terlalu dangkal. Buoy
pada umumnya berwarna terang agar mudah dikenali dari jarak jauh. Mooring
buoy dilengkapi dengan beban yang lebih berat untuk diletakkan di dasar laut
yang dinamakansinker. Sinker dihubungkan dengan buoymenggunakan rantai dan
shackle. Panjang rantai yang terpasang adalah dua kali kedalaman laut di daerah
mooring buoy dipasang. Hal ini bertujuan agar buoy tetap berada di radius yang
ditentukan dan apabila pasang surut air laut terjadi, mooring buoy tetap berada di
permukaan air. Pada bagian atas buoy terdapat bagian yang menjorok ke atas yang
ditujukan sebagai tempat kapal menambatkan tali. Dengan demikian, ada dua
kelebihan menggunakan mooring buoy. Pertama, kapal tidak perlu melepaskan
jangkar ke dasar laut sehingga ekosistem laut tetap terjaga. Kedua, kapal dapat
merapat dengan jarak yang aman sehingga kemungkinan kapal besar untuk
membentur dasar laut mengecil. 6. Mooring Fungsi mooring pada prinsipnya
adalah untuk mengamankan posisi kapal agar tetap pada tempatnya. Secara
umum, mooring system yang digunakan untuk FSO/FPSO (Floating Production
Storage and Offloading) adalah Spread Mooring, Turret Mooring, Tower
Mooring, dan Buoy Mooring. Spread Mooring Boleh dibilang spread mooring
adalah cara yang paling sederhana sebagai sarana tambat FSO/FPSO, karena pada
system ini tidak memungkinkan bagi kapal untuk bergerak/berputar guna
mencapai posisi dimana efek-efek lingkungan semisal angin, arus dan gelombang
relative kecil. Namun hal ini akan mengakibatkan beban lingkungan terhadap
kapal menjadi semakin besar, yang mana akan mengakibatkan bertambahnya
jumlah mooring lines dan atau line tension-nya. Peralatan yang digunakan
biasanya merupakan peralatan yang pada umumnya sudah tersedia di kapal. Pada
system ini digunakan satu set anchor legs dan mooring lines yang biasanya
terletak pada posisi bow dan stern kapal. Karena peralatan yang digunakan
relative sederhana, maka tidak perlu dry docking untuk melakukan modifikasi
terhadap mooring systemnya.
Spread mooring dapat diterapkan pada setiap type kapal, namun dengan
tetap memperhatikan fasilitas produksi di atas kapal. Pada FPSO Belanak Natuna
yang di atasnya terdapat fasilitas produksi crude oil dan LPG, maka posisi fixed
heading menjadi kebutuhan yang sangat penting dan oleh karenanya digunakan
system spread mooring, karena pergerakan/perputaran dari kapal akan sangat
berpengaruh pada proses produksi LPG. Pada system ini, peralatan offloading
biasanya terletak di bow atau stern kapal, atau dengan menggunakan buoy yang
didedikasikan khusus untuk sarana transfer cargo. Turret Mooring Pada system ini
kapal dihubungkan dengan turret, yang mana dengan adanya bearing
memungkinkan kapal untuk dapat berputar. Dibandingkan dengan spread
mooring, pada system ini riser dan umbilical yang diakomodasi dapat lebih
banyak lagi. Turret mooring dapat berupa external turret atau internal turret :
External Turret External Turret dapat diletakkan pada posisi bow atau stern kapal,
di luar lambung kapal, memungkinkan kapal untuk dapat berputar 360 derajat dan
beroperasi pada kondisi cuaca normal maupun extreme. Chain leg ditanam di
dasar laut dengan anchor atau piles. Biaya pembuatannya lebih murah
dibandingkan dengan internal turret dan modifikasi yang dilakukan di kapal tidak
terlalu banyak. Selain posisi turret, perbedaan lain dibandingkan dengan internal
turret adalah posisi chain table-nya. Pada external turret, chain table terletak di
atas water level, sedangkan pada internal turret, chain table terendam di bawah
garis air. Pada umumnya system ini digunakan di perairan yang tidak terlalu
dalam dan pada lapangan yang relative kecil.contoh aplikasi di Indonesia : FPSO
Anoa Natuna Internal Turret Keunggulan system ini adalah dapat terpasang secara
permanen maupun tidak (dis-connectable), dapat diaplikasikan pada lapangan
dengan kondisi lingkungan yang moderat sampai ekstrim, dan sesuai untuk
deepwater. System ini dapat mengakomodasi riser hingga 100 unit dan kedalaman
laut hingga 10,000 feet. Rasanya belum ada contoh aplikasi di Indonesia. Tower
Mooring Pada system ini FSO/FPSO dihubungkan ke tower dengan suatu
permanent wishbone atau permanen/temporary hawser. Sesuai untuk laut dangkal
hingga sedang dengan arus yang cukup kuat.keuntungannya adalah : Transfer
fluida yang sederhana, dengan menggunakan jumper hoses dari tower ke kapal,
Akses langsung dari kapal ke tower,modifikasi yang tidak terlalu banyak pada
kapal, Semua mechanical equipment terletak di atas sea level.
Contoh aplikasi di Indonesia : FSO Ladinda. Buoy Mooring Pada system
ini sebuah buoy digunakan sebagai mooring point kapal dan untuk offloading
fluida. Tujuan utamanya adalah untuk transfer fluida dari daratan atau fasilitas
offshore lainnya ke kapal yang sedang ditambatkan. Komponenkomponennya
antara lain: Buoy Body, sebagai penyedia stabilitas dan buoyancy, Komponen
Mooring dan Anchoring, menghubungkan buoy dengan seabed dan hawser
menghubungkan buoy dengan kapal. Current Meter Current meter berfungsi
sebagai Pengukuran arus, baik dengan metode langlarian maupun metode
eularian.sebuah currentmeter yang ideal harus memiliki respon yang cepat dan
konsisten dengan setiap perubahan yang terjadi pada kecepatan air, dan harus
secara akurat dan terpercaya sesuai dengan komponen velositas. Secara umum
current meter yang biasa dipergunakan memiliki dua tipe : dengan verctical axis
meter dan axis meter horizontal. Dalam kedua perbedaan tersebut rotasi dan rotor
dari propeller dipergunakan untuk menentukan kecepatan aruslaut sesuai dengan
pengaturan pada current meter. Spektrofotometer Spektrofotometer merupakan
alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang
disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan
dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan
konsentrasi larutan di dalam kuvet.
DO Meter Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia
adalah cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter.
Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan
anoda yang direndam dalarn larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini
biasanya menggunakan katoda perak ( Ag ) dan anoda timbal ( Pb ). Secara
keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi
permeable terhadap oksigen. Hand Refraktometer Hand Refraktometer adalah alat
yang digunakan untuk mengukur kadar atau konsentrasi bahan terlarut misalnya :
Gula, Garam, Protein dsb. Prinsip kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya
adalah dengan memanfaatkan refraksi cahaya.
phmeter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat
keasaman dan kebasaan. Keasaman dalam larutan itu dinyatakan sebagai kadar
ion hidrogen disingkat dengan [H+], atau sebagai ph yang artinya log [H+].
Dengan kata lain ph merupakan ukuran kekuatan suatu asam. Cara kerja alat ini
adalah dengan cara mencelupkan kedalam air yang akan diukur (kira-kira
kedalaman 5cm) dan secara otomatis alat bekerja mengukur. Pada saat pertama
dicelupkan, angka yang ditunjukkan oleh display masih berubahubah, tunggulah
kira-kira 2 sampai 3 menit sampai angka digital stabil. 12. Tide Staff Alat ini
berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter. Biasanya
digunakan pada pengukuran pasangsurut di lapangan. Tide Staff (papan Pasut)
merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk
mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang
digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti
karat.
2. INSTRUMEN NAVIGASI
Digital Selective Calling (DSC) pada MF, HF dan VHF radio
maritim sebagai bagian dari sistem GMDSS.DSC terutama ditujukan
untuk memulai kapal ke kapal, kapal ke pantai dan pantai ke kapal
telepon radio dan MF / HF radiotelex panggilan.panggilan DSC juga
dapat dibuat untuk stasiun individu, kelompok stasiun, atau semua
stasiun dalam jangkauan seseorang.setiap kapal DSC dilengkapi, stasiun
pantai dan kelompok ditugaskan unik 9-digit Maritime Mobile Service
Identity. Alert distress DSC, yang terdiri dari sebuah pesan marabahaya
terformat, digunakan untuk memulai komunikasi darurat dengan kapal
dan pusat koordinasi penyelamatan. DSC dimaksudkan untuk
menghilangkan kebutuhan bagi orangorang di jembatan kapal atau di
pantai untuk terus menjaga penerima radio pada saluran radio suara,
termasuk saluran VHF 16 (156,8 MHz) dan 2182 khz sekarang
digunakan untuk marabahaya, keselamatan dan panggilan. Sebuah arloji
mendengarkan kapal kapal GMDSS dilengkapi pada 2182 khz. 2.
Sextans Sextans adalah konstelasi khatulistiwa minor yang
diperkenalkan pada abad ke-17 oleh Johannes Hevelius.Namanya adalah
Latin untuk sekstan astronomi, instrumen yang Hevelius sering
melakukan penggunaan dalam pengamatannya.dalam dunia pelayaran
digunakan untuk menentukan posisi kapal artikel baru menghitung
ketingaian benda angkasa dan azimutnya. 3. LORAN (Long Range
Navigation) Loran (Long Range Navigation)adalah sistem navigasi
radio terestrial menggunakan frekuensi rendah pemancar radio yang
menggunakan beberapa pemancar ( multilateration) untuk menentukan
lokasi dan atau kecepatan penerima. Versi saat ini dari LORAN umum
digunakan adalah LORAN - C, yang beroperasi di bagian frekuensi
rendah dari spektrum EM khz.terutama untuk melayani sebagai
cadangan untuk GPS dan metode navigasi GNSS systemsyang
disediakan oleh LORAN didasarkan pada prinsip perbedaan waktu
antara penerimaan sinyal dari sepasang pemancar radio.[ 3 ] A diberikan
konstan perbedaan waktu antara sinyal dari dua stasiun dapat diwakili
oleh garis hiperbolik posisi ( LOP ). Jika posisi dua stasiun disinkronkan
diketahui, maka posisi penerima dapat ditentukan sebagai suatu tempat
pada kurva hiperbolik tertentu di mana perbedaan waktu antara sinyal
yang diterima adalah konstan.
 Dalam kondisi ideal, hal ini secara proporsional setara dengan
perbedaan jarak dari receiver ke masing-masing dari dua stasiun.
Dengan sendirinya, dengan hanya dua stasiun, posisi 2 dimensi
penerima tidak dapat diperbaiki. Sebuah aplikasi kedua prinsip yang
sama harus digunakan, didasarkan pada perbedaan waktu dari sepasang
yang berbeda dari stasiun. Dengan menentukan persimpangan dua kurva
hiperbolik diidentifikasi oleh penerapan metode ini, memperbaiki
geografis dapat ditentukan. 4. Navtex Navtexa dalah sistem otomatis
internasional untuk langsung mendistribusikan peringatan maritim
navigasi, ramalan cuaca dan peringatan, pencarian dan penyelamatan
pemberitahuan dan informasi yang serupa dengan kapal A, rendahbiaya
kecil dan pencetakan radio penerima dipasang di jembatan, atau tempat
dari mana kapal berlayar, dan memeriksa setiap pesan yang masuk untuk
melihat apakah telah diterima selama transmisi sebelumnya, atau jika itu
adalah kategori yang tidak tertarik untuk menguasai kapal. Frekuensi
transmisi pesan ini adalah 518 khz dalam bahasa Inggris, sementara 490
khz digunakan untuk menyiarkan dalam bahasa lokal.
Echosounder Echosounder merupakan salah satu alat yang penting
untuk mengetahui kedalaman laut dan dapat juga sebagai pengukur jarak
dengan ultrasonic.kedalaman dasar laut dapat dihitung dari perbedaan
waktu antara pengiriman dan penerimaan pulsa suara. Echosounder
memiliki beberapa pertimbangan sistem, diantaranya Side- Scan Sonar,
Sub-Bottom Profling, Single-Beam Echosounder, dan Multi-Beam
Echosounder. Side-Scan Sonar pada saat ini, pengukuran kedalaman
dasar laut (bathymetry) dapat dilaksanakan bersama-sama dengan
pemetaan dasar laut (Sea Bed Mapping) dan pengidentifikasian jenis-
jenis lapisan sedimen dibawah dasar laut (subbottom profilers). Sistem
Side-Scan Sonar mengirimkan pulsa akustik pada suatu sisi dari receiver
dan merekam amplitude energi balikan dari pulsa yang dipancarkan oleh
sensor.tiap pancaran pulsa, satu lajur kecil (sekitar 100 sampai 200 m ke
tiap sisi) dari dasar laut dipetakan.tiap pergerakan kapal, lajur ke lajur
dipetakan.pada dasar laut yang datar sempurna semua energi
dipantulkan dari sensor sonar dan tidak ada sinyal yang terekam.dalam
faktanya, dasar laut tidak rata sempurna.ketidakteraturan seperti
bebatuan dan riak-riak air karena pantulan (backscatter) dari energi
akustik dan sistem dapat menyediakan informasi secara kasar keadaan
dasar laut. Sub-Bottom Proflingmerupakan suatu sistem untuk
mengidentifikasi dan mengukur variasi dari lapisan-lapisan sedimen
yang ada di bawah permukaan air. Sistem akustik yang digunakan dalam
penentuan sub-bottom profiling hampir sama dengan alat pada
echosounder. Sumber suara memancarkan sinyal secara vertikal ke
bawah menelusuri air dan receiver memonitor sinyal balikan yang telah
dipantulkan dasar laut. Batasan antara dua lapisan memiliki perbedaan
ciri akustik (acoustic impedance = rintangan akustik). Sistem
menggunakan energi pantulan untuk mengumpulkan informasi lapisan-
lapisan sedimen di bawah dasar permukaan air (tampilan muka sedimen
bawah air). Rintangan akustik berhubungan dengan tingkat kekentalan
atau berat jenis (densitas) dari kandungan material dan tingkat kecepatan
suara menelusuri material.ketika terjadi perubahan rintangan akustik,
seperti tampilan muka sedimen bawah air, bagian suara yang diteruskan
kemudian dipantulkan kembali.
3. INSTRUMEN OPTIK
- Theodolite Theodolite adalah salah satu alat ukur tanah yang
digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar
dan sudut tegak.pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang
ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang
dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga
memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca.teleskop tersebut juga
dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar-putar mengelilingi
sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk
dibaca. Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara
peralatan yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini
berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar
berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputarputar mengelilingi
sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk
dibaca. Teleskoptersebut juga dipasang pada piringan kedua dan
dapat diputar-putar mengelilingi sumbuhorisontal, sehingga
memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut
tersebutdapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi. 2.
Waterpass Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur
atau menentukan sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik
pengukuran secara vertikal maupun horizontal. Ada banyak jenis alat
waterpass yang digunakan dalam pertukangan, tapi jenis yang paling
sering dipergunakan adalah waterpass panjang 120 cm yang terbuat
dari bahan kayu dengan tepi kuningan, dimana alat ini terdapat dua
buah alat pengecek kedataran baik untuk vertikal maupun horizontal
yang terbuat dari kaca dimana didalamnya terdapat gelembung
cairan, dan pada posisi pinggir alat terdapat garisan pembagi yang
dapat dipergunakan sebagai alat ukur panjang.
Saat ini waterpass banyak dijumpai dalam berbagai ukuran dan
bahan. Ukuran yang umum dapat dijumpai adalah waterpass dengan
panjang 0,5 m, 1 m, 2m, dan 3 m. Umumnya berbentuk persegi
panjang dengan lebar 5-8 cm dan tebal 3 cm. Kedua sisi mempunyai
permukaan rata sebagai bidang yang ditempatkan ke permukaan
yang akan diperiksa kedataran atau ketegakannya. Ditengah bagian
adalah terdapat berbentuk lobang dan ditengahnya sebagai
penempatan kaca gelembung sebagai alat pemeriksaan kedataran,
dan pada salah satu ujung terdapat lobang dan ditengahnya sebagai
penempatan kaca gelembung sebagai alat pemeriksaan ketegakan
vertikal.bahan waterpass yang umum terdapat adalah dari bahan
kayu dan aluminium. Umumnya orang lebih menyukai waterpass
yang terbuat dari bahan aluminium karena lebih tahan lama dan
lebih ringan untuk digunakan. Pemakaian waterpass dilakukan
dengan sederhana, yaitu menempatkan permukaan alat ke bidang
permukaan yang di cek. Untuk mengecek kedataran maka dapat
diperhatikan gelembung cairan pada alat pengukur yang ada bagian
tengah alat waterpass. Sedangkan untuk mencek ketegakan maka
dapat dilihat gelembung pada bagian ujung waterpass. Untuk
memastikan apakah bidang benar rata maka gelembung harus benar
benar berada ditengah alat yang ada. E. INSTRUMEN SATELIT 1.
Satelit SPOT (systeme pour I observation de la terre) Merupakan
satelit milik perancis yang mengusung pengindera HRV
(SPOT1,2,3,4) dan HRG (SPOT5). Satelit ini mengorbit pada
ketinggian 830 km dengan sudut inklinasi 80 derajat.satelit SPOT
memiliki keunggulan pada sistem sensornya yang membawa dua
sensor identik yang disebut HRVIR (haute resolution visibel
infrared).masing-masing sensor dapat diatur sumbu pengamatanya
kekiri dan kekanan memotong arah lintasan satelit merekam sampai
7 bidang liputan. Fungsi dari satelit SPOT adalah untuk akurasi
monitoring bumi secara global.

- Satelit Landsat (land satelite) Citra Landsat TM merupakan salah


satu jenis citra satelit penginderaan jauh yang dihasilkan dari sistem
penginderaan jauh pasif.landsat memiliki 7 saluran dimana tiap
saluran menggunakan panjang gelombang tertentu. Satelit landsat
merupakan satelit dengan jenis orbit sunsynkron (mengorbit bumi
dengan hampir melewati kutub, memotong arah rotasi bumi dengan
sudut inklinasi 98,2 derajat dan ketinggian orbitnya 705 km dari
permukaan bumi. Luas liputan per scene 185 km x 185 km. Landsat
mempunyai kemampuan untuk meliput daerah yang sama pada
permukaan bumi pada setiap 16 hari, pada ketinggian orbit 705 km.
Fungsi dari satelit landsat adalah untuk pemetaan penutupan lahan,
pemetaan penggunaan lahan, pemetaan tanah, pemetaan geologi, dan
pemetaan suhu permukaan laut. 3. Satelit ASTER (Advanced
Spaceborne Emission and Reflecton Radiometer) Satelit yang
dikembangkan negara Jepang dimana sensor yang dibawa terdiri dari
VNIR, SWIR, dan TIR. Satelit ini memiliki orbit sunshyncronus
yaitu orbit satelit yang menyelaraskan pergerakan satelit dalam orbit
presisi bidang orbit dan pergerakan bumi mengelilingi matahari,
sedemikian rupa sehingga satelit tersebut akan melewati lokasi
tertentu di permukaan bumi selalu pada waktu lokal yang sama
setiap harinya. Ketinggian orbitnya 707 km dengan sudut inklinasi
98,2 derajat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Instrumentasi Kelautan adalah prinsip, teknik dan metode kalibrasi berbagai


instrumen yang digunakan dalam survei penelitian dan kegiatan kelautan.
Instrumentasi Kelautan merupakan bidang keilmuan berhubungan dengan alat-alat
dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu
sistem yang lebih besar dan lebih kompleks dalam dunia kelautan. Instrumentasi
Kelautan sebagai alat pengukuran meliputi instrumentasi Oseanografi, Navigasi,
Akustik, Optik dan Satelit.

Echosounder adalah alat yang digunakan untuk mengukur kedalaman air


laut. Prinsip kerja dari alat ini adalah pengukuran kedalaman laut berdasarkan
pulsa getaran suara. Side Scan Sonar (SSS) adalah sebuah sistem peralatan
survey kelautan yang menggunakan teknologi akustik. Peralatan ini digunakan
untuk memetakan dasar laut yang juga dapat digunakan untuk mempelajari
kehidupan di dasar laut. Sistem peralatan ini merupakan strategi penginderaan
untuk merekam kondisi dasar laut dengan memanfaatkan sifat media dasar laut
yang mampu memancarkan, memantulkan dan/atau menyerap gelombang suara.


DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Muhammad Zainuddin dan Wenang Anurogo. 2017. Identifikasi Profil


Dasar Laut Menggunakan Instrumen Side Scan Sonar Dengan Metode
Beam Pattern Discrete-Equi-Spaced Unshaded Line Array. Batam:
Politeknik Negeri Batam. Vol. 10(1)

Nuriy, Ahmad Sulthan. 2016. Laporan Praktikum Instrumentasi Kelautan.


Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat

Wahab, Riva’atul Adaniah. 2014. Penggunaan Alat dan Perangkat


Telekomunikasi dalam Sistem Navigasi dan Komunikasi Aktivitas
Perikanan di Pelabuhan Perikanan Bitung. Manado: BPPKI Manado. Vol.
12(4). Hal 27

Anda mungkin juga menyukai