Anda di halaman 1dari 25

TUGAS

MATA KULIAH SURVEY PEMETAAN LAUT II

“Pengukuran Arus Laut dan Oseanografi Fisik”

Disusun oleh :

Andri Crestianto

NIM. 4122.3.16.13.0011

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEODESI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS WINAYA MUKTI

BANDUNG

2017
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 2
I.2. Tujuan ................................................................................................................................. 3

BAB II. PEMBAHASAN


II.1. Pengukuran Arus Laut .................................................................................................... 4
II.1.1. Konsep Dasar (Metoda dan Peralatan) ................................................................ 4
II.1.2. Data Measurement ....................................................................................................... 11
II.1.3. Data Processing ............................................................................................................. 11
II.1.4. Penyajian Data ............................................................................................................... 13
II.2. Oseanografi Fisik (Sifat-Sifat Fisik Air Laut) ........................................................ 13
II.2.1. Temperatur .................................................................................................................... 14
II.2.2. Salinitas ............................................................................................................................ 17
II.2.3. Densitas ............................................................................................................................ 19
II.2.4. Konduktivitas ................................................................................................................ 21
II.2.5. Tekanan ........................................................................................................................... 21

BAB III. PENUTUP


III.1. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………. 23

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………... 24

1
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Laut merupakan suatu tempat yang mengandung berbagai sumber alam yang sangat
penting untuk kehidupa manusia. Laut memberikan banyak manfaat bagi manusia
sebagai sarana perhubungan dari satu tempat ke tempat lain maupun untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Jika pengelolaan sumberdaya alam yang ada dilaut dilakukan dengan baik
maka bukan tidak mungkin masyarakat pesisir kehidupannya akan layak. Efisiensi dan efektifitas
dalam mengelola sumberdaya alam yang ada dilaut akan sangat tergantung kepada
pengetahuan dan pengertian tentang lautan itu sendiri. Pengetahuan tentang lautan
sangat diperlukan untuk meningkatkan dan dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada
dilaut dengan baik.

Oseanografi (berasal dari bahasa Yunani oceanos yang berarti laut dan graphos yang
berarti gambaran atau deskripsi juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan) adalah cabang dari ilmu
bumi yang mempelajari segala aspek dari samudera dan lautan. Secara sederhana oseanografi
dapat diartikan sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Dalam bahasa lain yang lebih
lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai
laut dan segala fenomenanya. Laut sendiri adalah bagian dari hidrosfer. Seperti diketahui
bahwa bumi terdiri dari bagian padat yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan
bagian gas yang disebut atmosfer. Sementara itu bagian yang berkaitan dengan sistem
ekologi seluruh makhluk hidup penghuni planet Bumi dikelompokkan ke dalam biosfer (Angga
pradita,2011).

Oseanografi adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences yang
mempelajari laut, samudra beserta isi dan apa yang berada di dalamnya hingga ke kerak
samuderanya. Secara umum, oseanografi dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat)
bidang ilmu utama yaitu: geologi oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di
bawah laut; fisika oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut
seperti arus, gelombang, pasang surut dan temperatur air laut; kimia oseanografi yang
mempelajari masalah-masalah kimiawi di laut, dan yang terakhir biologi oseanografi yang
mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna atau biota
dilaut. (Yogi suardi,2011)

2
Arus laut atau sea current adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke
tempat lain baik secara vertikal maupun secara horizontal sehingga menuju
keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas yang terjadi di
seluruh lautan dunia. Arus juga merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang
dikarenakan tiupan angin atau perbedaan densitas atau
pergerakan gelombang panjang. Menurut Gross 1972, arus merupakan gerakan
horizontal atau vertikal dari massa air menuju kestabilan yang terjadi secara terus
menerus. Gerakan yang terjadi merupakan hasil resultan dari berbagai macam gaya
yang bekerja pada permukaan, kolom, dan dasar perairan. Hasil dari gerakan massa air
adalah vector yang mempunyai besaran kecepatan dan arah. Ada dua jenis gaya yang
bekerja yaitu eksternal dan internal Gaya eksternal antara lain adalah gradien densitas
air laut, gradient tekanan mendatar dan gesekan lapisan air (Gross,1990).

I.2. Tujuan

Tujuan dari penulisan paper ini yaitu agar pembaca dapat mengetahui dan
memahami tentang :
1. Pengukuran arus laut, yang terdiri dari :
a. Konsep dasar (metoda dan peralatan).
b. Data measurement.
c. Data processing.
d. Penyajian data.
2. Oseanografi fisik (sifat – sifat fisik air laut), yang terdiri dari :
a. Temperatur.
b. Salinitas.
c. Densitas.
d. Konduktivitas.

3
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Pengukuran Arus Laut

Gerakan massa air di laut dapat diketahui dengan tiga cara, yakni melakukan
pengukuran langsung di laut, melalui pengamatan topografi muka laut dengan satelit,
dan model hidrodinamik. Pengukuran arus secara insitu dapat dilakukan dengan dua
metode, yakni metode Lagrangian dan Euler.

II.1.1. Konsep dasar (metoda dan peralatan)

Metode Lagrangian adalah metode yang ditemukan oleh Joseph Lagrange


(1736-1811), seorang matematikawan Prancis ini merupakan metode pengukuran
arus dengan mengikuti jejak suatu alat (biasanya pelampung). Metode ini secara
konvensional dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan
data jarak, lokasi, dan waktu pengukuran. Karena pergerakan pelampung yang dekat
dengan permukaan laut, gerakan pelampung sangat dipengaruhi oleh tarikan angin
dan dorongan gelombang. Pergerakan pelampung tidak terkontrol, sehingga
memungkinkan jejaknya tidak ditemukan. Metode Lagrange yang dilakukan secara
modern dapat dilakukan dengan pencatat arus quasi lagrange atau sering disebut
dengan drifter yang merupakan sebuah pelampung yang sudah terpasang perangkat
GNSS serta dapat pula menghitung temperatur, salinitas, dan densitas air laut yang
dilewatinya.

Pada gambar II.1 menunjukkan salah satu alat ukur atau drifter yang ditaruh di
laut, pada bagian atas dilengkapi seperangkat elektronik yang mampu mentranfer data
posisi ke stasiun kontrol di darat melalui satelit. Sehingga secara terus menerus
posisinya dapat diplotkan dan akhirnya lintasan arus dapat diketahui.

4
Gambar II.1.
Salah satu contoh alat ukur arus dengan menggunakan metode Euler, panel sebelah
kiri merupakan salah satu contoh lintasan arus yang bergerak dari Samudera
Pasifik bergerak memasuki perairan Indonesia.

Pengamatan arus menggunakan autonomous lagrangian circulation explorer


(alace) merupakan alat pengamat arus modern yang menggunakan metode Lagrange
sebagai dasar pengamatannya. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa
pengamatan arus menggunakan metode Lagrange yang dilakukan secara modern
dilakukan menggunakan drifter, begitu juga dengan perangkat ALACE ini. Sebuah
perangkat ALACE diprogram agar bergerak secara vertikal naik dan turun melalui
kolom air laut selama waktu yang ditentukan (biasanya 5 sampai 30 hari).

Gambar II.2. Komponen utama ALACE.

5
Terdapat tiga subsistem utama pada perangkat ALACE, yaitu sistem hidrolik
untuk pengaturan pengapungan alat, sebuah mikroprosesor untuk mengatur jadwal
dan beberapa fungsi kontrol, serta transmiter dan antena Sistem Satelit Argos.
Perubahan pengapungan alat didapatkan dengan memindahkan cairan hidrolik dari
dalam alat menuju ke luar. Katup satu arah pada alat dibuat ntuk mencegah cairan
kembali masuk akibat tekanan tinggi dari kedalaman laut. Fungsi utama dari
mikroprosesor pada ALACE adalah untuk mengatur jadwal seluruh aktivitas sistem,
seperti buka tutup katup hidrolik dan memulai transmiter Argos. Antena pada
instrumen ALACE ini merupakan pipa fiberglass sepanjang 70 cm untuk melindungi
bagian dalam yang mengeluarkan radiasi. Antena ini dibuat sedemikian rupa karena
merupakan komponen paling penting pada instrumen ALACE yang harus dapat
memancarkan sinyal Argos dengan frekuensi 401 MHz setelah sangat lama berada di
dalam air laut yang asin dan bertekanan tinggi.

Gambar II.3. Sistem hidrolik drifter ALACE

Dalam melakukan tugasnya, beberapa instrumen ALACE dilepas di berbagai laut


di belahan dunia agar pengamatan arus dapat direkam mencakup wilayah yang sangat

6
luas. Instrumen ALACE ini sebelumnya harus diprogram agar berada di dalam air laut
selama beberapa hari (5 sampai 30 hari) hingga muncul kembali ke permukaan. Pada
saat drifter (instrumen ALACE) berada di permukaan, alat ini memancarkan sinyal
kepada Sistem Satelit Argos untuk memberi tahu posisi dan waktu saat ia berada di
permukaan. Jarak saat drifter berada di permukaan dapat dihitung dengan perbedaan
koordinat yang tersedia, begitu juga dengan perbedaan waktunya. Dengan cara ini,
kecepatan dan arah arus laut dapat diketahui secara langsung.

Cara lain mengukur arus insitu adalah dengan metode Euler. Metode Euler
merupakan metode pengukuran arus pada lokasi yang tetap pada kurun waktu
tertentu. Nama metode Euler sendiri diambil dari nama matematikawan Swiss
Leonhard Euler (1707-1783) yang pertama kali merumuskan persamaan pergerakan
fluida. Metode ini dipakai pada pengukuran menggunakan current meter. Berdasarkan
sensor kecepatan yang digunakan, current meter dibagi menjadi dua, yaitu sensor
mekanik dan sensor non-mekanik. Salah satu alat ukur arus dengan metode Euler
ditampilkan pada gambar II.4. Pada alat tersebut dilengkapi dengan sensor suhu,
conductivitas untuk mengukur salinitas, rotor untuk kecepatan dan kompas magnetik
untuk menentukan arah.

Gambar II.4. Current Meter Aandera Type RCM-7

7
Berikut ini adalah tipe-tipe current meter mekanik :
a. Current Meter seri RCM.
Kecepatan didapatkan dari perputaran baling-baling selama seluruh interval
sampel, sementara arah merupakan merupakan arah terakhir yang terekam pada akhir
periode sampel. Jadi, kecepatan didasarkan pada nilai rata-rata selama interval
perekaman, sedangkan arah didapat dari sekali pengukuran. Pengukuran arus
menggunakan RCM lebih populer karena biaya lebih rendah dan mudah dalam
penggunaannya.

Gambar II.5. Anatomi RCM


b. Vector Average Current Meter (VACM)
Kecepatan arus didapatkan menggunakan rotor savinious sejenis dengan RCM,
tetapi arah berasal dari sebuah baling-baling kecil yang berputar bebas dengan chasis
pengukur arus.

Gambar II.6. Vector Average Current Meter


8
Berikut ini adalah tipe-tipe current meter non-mekanik :
a. Acoustic Current Meter (ACM)
Current meter tipe ACM ini menentukan kecepatan arus dan arahnya dengan
mengukur arus yang melalui dua atau tiga sensor sumbu ortogonal. Sekali arah aliran
relatif terhadap current meter ditentukan, arah mutlaknya didapat dengan
menggunakan suatu kompas magnetik yang telah terpasang. ACM mengukur
perbedaan pada saat terjadi penundaan waktu yang singkat.
b. Electromagnetic Current Meter (ECM)
ECM seperti Marsh-McBirney 512 dan Inter-Ocean 54 memanfaatkan sifat bahwa
arus lautan menunjukkan reaksi seperti gerakan konduktor listrik. Sebagai hasilnya,
saat arus laut bergerak melalui suatu daerah magnetik yang dibangkitkan dalam
instrumen, gaya elektromotif diinduksikan berbanding lurus terhadap kecepatan arus
dan sudut yang tepat terhadap medan magnet dan arah arus.
c. Acoustic Doppler Current Meter (ADCM)
Pengukur arus jenis ini mirip dengan sistem kerja echosounder, tetapi yang
dimanfaatkan adalah perubahan frekuensi suara yang dipantulkan balik ke alat akibat
gerakan partikel air. Alat ukur ini dikenal dengan nama Acoustic Doppler Current Meter
(ADCM) yang dapat dipasang baik di kapal maupun di dalam air dengan teknik
tambatan. Yang diukur dari alat ini adalah kecepatan dan komponen arus arah timur
barat, utara selatan dan atas bawah sehingga dari hasil komponen tersebut dapat
ditentukan arahnya.

Gambar II.7. Acoustic Doppler Current Meter (ADCM)

9
Adanya perkembangan teknologi satelit dewasa ini sangat memungkinkan untuk
mengetahui tinggi muka laut atau topografi muka laut. Salah satu satu satelit yang
mampu untuk membedakan perbedaan tinggi muka laut adalah Topex/Poseidon
(Gambar II.8a). Satelit altimetri pada prinsipnya mentransmisikan gelombang dengan
panjang tertentu, kemudian dicatat waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak
dari satelit ke permukaan laut dan kembali ke reciever di satelit, sehingga jarak dari
lintasa satelit ke muka laut diketahui. Jarak yang lebih dekat saat muka laut lebih tinggi
akan membutuhkan waktu yang lebih pendek bila dibandingkan dengan saat muka laut
lebih rendah. Gambar II.8b menggambarkan tinggi rendah muka laut dan hasil analisis
gerakan massa air permukaan.

(a)

(b)
Gambar II.8.
(a) Satelit Topex-Poseidon, (b) hasil rekaman satelit Topex-Posaidon

10
II.1.2. Data measurement

Berikut ini merupakan contoh data hasil pengamatan arus yang terdiri dari arah
dan kecepatan arus dengan interval 60 menit dalam tiga layer kedalaman.

Tabel II.1. Hasil pengamatan arus.

II.1.3. Data processing


Dari data pengamatan akan dihitung arah dan kecepatan arus di daerah tinjauan.
Perhitungan arah dan kecepatan arus maksimum dan minimum dilakukan dengan
menggunakan software WindRose (WRPLOT View Versi 7.0.0 (Freeware)). Kemudian
arah dan kecepatan arus dilengkapi dengan grafik arus.
Seiring dengan perkembangan teknologi komputer, para pakar oseanografi fisika
mengembangkan model-model hidrodinamika untuk memprediksi gerak massa air di
laut. Dengan memahami prinsip-prinsip fisika dan dengan alat bantu matematika dan
komputer beberapa permasalahan yang secara analitik sulit dipecahkan dapat
dipecahkan dengan metode numerik. Sampai saat ini banyak sekali model
dikembangkan, misalnya POM (Princeton Ocean Modeling). Bahkan beberapa institusi
kelautan dunia membuat paket-paket model yang bisa di-running dalam personal
komputer berbasis windows, misalnya SMS 8.0 (Surface water Modelling
System). Gambar II.9. merupakan salah satu contoh model arus yang dihasilkan dari
program SMS 8.0 dengan memasukkan data kedalaman, komponen pasang-surut M2,
S2, N2. O1 dan K1.

11
Gambar II.9. Pola arus di pantai Aceh Timur, hasil simulasi dengan SMS 8.0.

Pada gambar II.10. menunjukkan salah satu contoh hasil rekaman arus di tiga
lapisan kedalaman pada periode 15 April-15 Juni 1997 di perairan lepas pantai Cilacap.
Panel (a) paling atas merupakan stik plot data angin rata-rata harian selama periode
yang sama seperti pengukuran arus. Panel (b) sampai (d) merupakan vektor arus pada
kedalaman 55m, 115m dan 175m. Secara umum kecepatan arus semakin menurun
dengan bertambahnya kedalaman. Panel (e) paling bawah merupakan plot data
salinitas pada lapisan kedalaman 55m (garis utuh), 155m (garis putus-putus) dan
175m (garis titik). Pada periode 15 Mei dan 10 Juni nampak perbedaan salinitas yang
cukup signifikan, dimana pada lapisan kedalaman 55m salinitas drop menjadi 34,00
psu.

Gambar II.10.
Contoh hasil rekaman mooring dengan alat ukur Current Meter type Aandera

12
II.1.4. Penyajian data
Hasil pengukuran arus (kekuatan dan arah) dapat menjelaskan pola arus saat air
pasang dan air surut, residu dari arus pasang dan arus surut dapat dipakai untuk
menduga arah dan kekuatan arus tetap yang bukan dibangkitkan oleh pasut. Hasil
pengamatan arus digunakan untuk verifikasi dan kalibrasi model matematik (simulasi
dan sirkulasi arus), dari hasil model ini akan dapat diperoleh distribusi dan sirkulasi
arus untuk seluruh lokasi survei seperti divisualisasikan gambar II.11.

Gambar II.11. Pemodelan arus.

II.2. Oseanografi Fisik (Sifat – Sifat Fisik Air Laut)

Pada oseanografi fisik mempelajari segala sifat dan karakter fisik yang
membangun sistem fluida yang terdiri dari beberapa sifat, antara lain adalah
temperatur, tekanan, densitas, salinitas, warna dan konduktivitas.

13
Suhu air laut berkisar antara -18,7oC hingga 42 oC. Suhu menurun sesuai dengan
kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin rendah. Hal ini diakibatkan karena
kurangnya intensitas matahari yang masuk ke dalam laut.

Salinitas air laut menyatakan ukuran untuk kandungan garam air laut. Rata-rata
kadar garam air laut adalah 34,5%, artinya dalam satu liter air laut mengandung 34,5
gram garam. Salinitas merupakan penentu sedimen, penentu kandungan mineral, dan
indikator penentu arah dan kecepatan arus laut.

Densitas air laut bergantung pada salinitas, suhu, dan tekanan.


Densitas bertambah seiring bertambahnya salinitas dan berkurangnya suhu. Densitas
air laut terletak pada kisaran 1025 kg/m3. Densitas air laut lebih tinggi dari densitas
air murni dikarenakan salinitas. Adanya molekul garam garam yang bercampur
dengan molekul air membuatnya semakin rapat.

Warna laut ditentukan oleh cahaya. Laut sesungguhnya tidak memiliki warna,
hanya saja laut menyerap cahaya matahari dimana dari semua warna yang
diserap, biru adalah warna yang paling lambat diserap sehingga warna laut menjadi
biru. Semakin dalam akan semakin berwarna biru.

Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas. Semakin ke dalam, tekanan
air laut akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh semakin besarnya gaya yang
bekerja pada lapisan yang lebih dalam. Tekanan pada satu kedalaman bergantung
pada massa air yang berada di atasnya.

II.2.1. Temperatur
Dalam oseanografi dikenal dua istilah untuk menentukan temperatur air laut
yaitu temperatur dan temperatur potensial. Temperatur adalah sifat termodinamis
cairan karena aktivitas molekul dan atom di dalam cairan tersebut. Semakin besar
aktivitas (energi), semakin tinggi pula temperaturnya. Temperatur menunjukkan
kandungan energi panas. Energi panas dan temperatur dihubungkan oleh energi panas
spesifik. Energi panas spesifik sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai jumlah
energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur dari satu satuan massa
fluida sebesar 1o. Jika kandungan energi panas nol (tidak ada aktivitas atom dan
molekul dalam fluida) maka temperaturnya secara absolut juga nol (dalam skala
Kelvin). Jadi nol dalam skala Kelvin adalah suatu kondisi dimana sama sekali tidak ada
aktivitas atom dan molekul dalam suatu fluida. Temperatur air laut di permukaan

14
ditentukan oleh adanya pemanasan (heating) di daerah tropis dan pendinginan
(cooling) di daerah lintang tinggi. Kisaran harga temperatur di laut adalah -2o s.d. 35oC.

Tekanan di dalam laut akan bertambah dengan bertambahnya kedalaman.


Sebuah parsel air yang bergerak dari satu level tekanan ke level tekanan yang lain akan
mengalami penekanan (kompresi) atau pengembangan (ekspansi). Jika parsel air
mengalamai penekanan secara adiabatis (tanpa terjadi pertukaran energi panas),
maka temperaturnya akan bertambah. Sebaliknya, jika parsel air mengalami
pengembangan (juga secara adiabatis), maka temperaturnya akan berkurang.
Perubahan temperatur yang terjadi akibat penekanan dan pengembangan ini bukanlah
nilai yang ingin kita cari, karena di dalamnya tidak terjadi perubahan kandungan
energi panas. Untuk itu, jika kita ingin membandingkan temperatur air pada suatu level
tekanan dengan level tekanan lainnya, efek penekanan dan pengembangan adiabatik
harus dihilangkan. Maka dari itu didefinisikanlah temperatur potensial, yaitu
temperatur dimana parsel air telah dipindahkan secara adiabatis ke level tekanan yang
lain. Di laut, biasanya digunakan permukaan laut sebagai tekanan referensi untuk
temperatur potensial. Jadi kita membandingkan harga temperatur pada level tekanan
yang berbeda jika parsel air telah dibawa, tanpa percampuran dan difusi, ke
permukaan laut. Karena tekanan di atas permukaan laut adalah yang terendah (jika
dibandingkan dengan tekanan di kedalaman laut yang lebih dalam), maka temperatur
potensial (yang dihitung pada tekanan permukaan) akan selalu lebih rendah daripada
temperatur sebenarnya.

Satuan untuk temperatur dan temperatur potensial adalah derajat Celcius.


Sementara itu, jika temperatur akan digunakan untuk menghitung kandungan energi
panas dan transpor energi panas, harus digunakan satuan Kelvin. 0oC = 273,16K.
Perubahan 1oC sama dengan perubahan 1K.

Seperti telah disebutkan di atas, temperatur menunjukkan kandungan energi


panas, dimana energi panas dan temperatur dihubungkan melalui energi panas
spesifik. Energi panas persatuan volume dihitung dari harga temperatur menggunakan
rumus

Q = densitas x energi panas specific x temperatur (temperatur dalam satuan Kelvin).


Jika tekanan tidak sama dengan nol, perhitungan energi panas di lautan harus
menggunakan temperatur potensial. Satuan untuk energi panas (dalam mks) adalah

15
Joule. Sementara itu, perubahan energi panas dinyatakan dalam Watt (Joule/detik).
Aliran (fluks) energi panas dinyatakan dalam Watt/meter2 (energi per detik per satuan
luas).

Di laut, biasanya digunakan permukaan laut sebagai tekanan referensi untuk


temperatur potensial. Jadi kita membandingkan harga temperatur pada level tekanan
yang berbeda jika parsel air telah dibawa, tanpa percampuran dan difusi, ke
permukaan laut. Karena tekanan di atas permukaan laut adalah yang terendah (jika
dibandingkan dengan tekanan di kedalaman laut yang lebih dalam), maka temperatur
potensial (yang dihitung pada tekanan permukaan) akan selalu lebih rendah daripada
temperatur sebenarnya.

Gambar II. 12. Temperatur profile.

Sebaran suhu secara menegak ( vertikal) diperairan Indonesia terbagi atas tiga
lapisan, yakni lapisan hangat di bagian teratas atau lapisan epilimnion dimana pada
lapisan ini gradien suhu berubah secara perlahan, lapisan termoklin yaitu lapisan
dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan pertambahan kedalaman,
lapisan dingin di bawah lapisan termoklin yang disebut juga lapisan hipolimnion
dimana suhu air laut konstan sebesar 4ºC. Pada lapisan termoklin memiliki ciri gradien
suhu yaitu perubahan suhu terhadap kedalaman sebesar 0.1ºC untuk setiap
pertambahan kedalaman satu meter (Nontji,1987).

16
Gambar II.13. Profil suhu permukaan dunia.

II.2.2. Salinitas
Salinitas adalah persentase bagian padat di dalam air laut. Kisaran salinitas air
laut di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate adalah antara 31,9 34,4 ppt dengan
rata-rata variasi salinitas tahunan pada musim Timur bertambah 1, 5 ppt dan 3 ppt
pada musim Barat. Variasi tersebut terjadi karena arus musiman. Pada awal musim
barat , massa air dengan salinitas rendah, mengalir dari laut Jawa ke laut Flores yang
mereduksi salinitas pada bulan Nopember sampai Maret. Selain itu, curah hujan, juga
mereduksi salinitas, tetapi hanya 0,53 ppt. Pada musim timur, massa air dari laut
Banda dengan salinitas tinggi mengalir ke laut flores menyebabkan salinitas di
kawasan TBR meningkat. (RPTN, 1997).

Seperti telah disebutkan di atas, air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-
gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan
garam-garaman mempengaruhi sifat fisik air laut (densitas, kompresibilitas, titik beku,
temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat tetapi tidak
menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh
secara signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di
laut adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.

Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%),
natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan
sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan
florida. Tiga sumber utama dari garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di

17
darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents)
di laut dalam.

Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam


gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, untuk mengukur salinitas adalah
susah, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau
komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada
tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika
semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi
titrasi untuk menentukan kandungan klorida.

Salinitas ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah total dalam gram bahan-
bahan terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua karbonat dirubah menjadi
oksida, semua bromida dan yodium dirubah menjadi klorida dan semua bahan-bahan
organik dioksidasi. Selanjutnya hubungan antara salinitas dan klorida ditentukan
melalui suatu rangkaian pengukuran dasar laboratorium berdasarkan pada sampel air
laut di seluruh dunia dan dinyatakan sebagai:
S (o/oo) = 0.03 +1.805 Cl (o/oo) (1902) ……………………………………………………………… (II.1)
Lambang o/oo (dibaca per mil) adalah bagian per seribu. Kandungan garam 3,5%
sebanding dengan 35o/oo atau 35 gram garam di dalam satu kilogram air laut.

Persamaan tahun 1902 di atas akan memberikan harga salinitas sebesar 0,03o/oo
jika klorinitas sama dengan nol dan hal ini sangat menarik perhatian dan menunjukkan
adanya masalah dalam sampel air yang digunakan untuk pengukuran laboratorium.
Oleh karena itu, pada tahun 1969 UNESCO memutuskan untuk mengulang kembali
penentuan dasar hubungan antara klorinitas dan salinitas dan memperkenalkan
definisi baru yang dikenal sebagai salinitas absolut dengan rumus:

S (o/oo) = 1.80655 Cl (o/oo) (1969) ……………………………………………………………………. (II.2)

Namun demikian, dari hasil pengulangan definisi ini ternyata didapatkan hasil yang
sama dengan definisi sebelumnya.

Definisi salinitas ditinjau kembali ketika tekhnik untuk menentukan salinitas dari
pengukuran konduktivitas, temperatur dan tekanan dikembangkan. Sejak tahun 1978,
didefinisikan suatu satuan baru yaitu Practical Salinity Scale (Skala Salinitas Praktis)
dengan simbol S, sebagai rasio dari konduktivitas.

18
Salinitas praktis dari suatu sampel air laut ditetapkan sebagai rasio dari
konduktivitas listrik (K) sampel air laut pada temperatur 15oC dan tekanan satu
standar atmosfer terhadap larutan kalium klorida (KCl), dimana bagian massa KCl
adalah 0,0324356 pada temperatur dan tekanan yang sama. Rumus dari definisi ini
adalah:

S = 0.0080 – 0.1692 K1/2 + 25.3853 K + 14.0941 K3/2 – 7.0261 K2 + 2.7081 K5/2 …… (II.3)

Sebagai catatan: dari penggunaan definisi baru ini, dimana salinitas dinyatakan
sebagai rasio, maka satuan o/oo tidak lagi berlaku, nilai 35o/oo berkaitan dengan nilai
35 dalam satuan praktis. Beberapa oseanografer menggunakan satuan “psu” dalam
menuliskan harga salinitas, yang merupakan singkatan dari “practical salinity unit“.
Karena salinitas praktis adalah rasio, maka sebenarnya ia tidak memiliki satuan, jadi
penggunaan satuan “psu” sebenarnya tidak mengandung makna apapun dan tidak
diperlukan. Pada kebanyakan peralatan yang ada saat ini, pengukuran harga salinitas
dilakukan berdasarkan pada hasil pengukuran konduktivitas.

Salinitas di daerah subpolar (yaitu daerah di atas daerah subtropis hingga ke


mendekati kutub) rendah di permukaan dan bertambah secara tetap (monotonik)
terhadap kedalaman. Di daerah subtropis (atau semi tropis, yaitu daerah antara 23,5o
– 40oLU atau 23,5o – 40oLS) salinitas di permukaan lebih besar daripada di kedalaman
akibat besarnya evaporasi (penguapan). Di kedalaman sekitar 500 sampai 1000 meter
harga salinitasnya rendah dan kembali bertambah secara monotonik terhadap
kedalaman. Sementara itu, di daerah tropis salinitas di permukaan lebih rendah
daripada di kedalaman akibatnya tingginya presipitasi (curah hujan).

II.2.3. Densitas
Densitas air laut merupakan jumlah massa air laut per satu satuan volume.
Densitas merupakan fungsi langsung dari kedalaman laut, serta dipengaruhi juga oleh
salinitas, temperatur, dan tekanan. Pada umumnya nilai densitas (berkisar antara
1,02 – 1,07 gr/cm3) akan bertambah sesuai dengan bertambahnya salinitas dan
tekanan serta berkurangnya temperatur .
Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari
dinamika laut. Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya
akibat perbedaan pemanasan di permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang
sangat kuat. Oleh karena itu penentuan densitas merupakan hal yang sangat penting

19
dalam oseanografi. Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas adalah ρ
(rho).
Densitas air laut bergantung pada temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (p).
Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan air laut (Equation of State of
Sea Water), maka rumusnya :
ρ = ρ(T.S.P) ……………………………………………………………………………………………………. (II.4)
Dimana :
ρ = Massa jenis
T = Temperatur
S = Salinitas
P = Tekanan
Densitas dapat berubah, hal-hal yang dapat menyebabkan perubahan densitas
antara lain:
1. Evaporasi di permukaan laut.
2. Massa air pada kedalaman < 100 m sangat dipengaruhi oleh angin dan gelombang,
sehingga besarnya densitas relatif homogen.
3. Di bawah lapisan ini terjadi perubahan temperatur yang cukup besar (Thermocline)
dan juga salinitas (Halocline), sehingga menghasilkan pola perubahan densitas yang
cukup besar (Pynocline).
4. Di bawah Pynocline hingga ke dasar laut mempunyai densitas yang lebih padat.

Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya


temperatur, kecuali pada temperatur di bawah densitas maksimum. Densitas air laut
terletak pada kisaran 1025 kg/m3. Densitas maksimum terjadi di atas titik beku
sedangkan untuk salinitas di bawah 24,7 dan di bawah titik beku untuk salinitas di atas
24,7. Hal ini mengakibatkan adanya peristiwa konveksi panas.

5. S < 24.7 : air menjadi dingin hingga dicapai densitas maksimum, kemudian jika air
permukaan menjadi lebih ringan (ketika densitas maksimum telah terlewati)
pendinginan terjadi hanya pada lapisan campuran akibat angin (wind mixed layer)
saja, dimana akhirnya terjadi pembekuan. Di bagian kolam (basin) yang lebih dalam
akan dipenuhi oleh air dengan densitas maksimum.

6. S > 24.7 : konveksi selalu terjadi di keseluruhan badan air. Pendinginan diperlambat
akibat adanya sejumlah besar energi panas yang tersimpan di dalam badan air. Hal
ini terjadi karena air mencapai titik bekunya sebelum densitas maksimum tercapai.
20
Seperti halnya pada temperatur, pada densitas juga dikenal parameter
densitas potensial yang didefinisikan sebagai densitas parsel air laut yang dibawa
secara adiabatis ke level tekanan referensi. Densitas air tawar adalah 1000kg/m 3.
Air laut lebih padat karena terdapat salinitas. Densitas air laut adalah 1027 kg/m3.

Gambar II.14. Grafik densitas - tekanan lir Laut.

Grafik di atas adalah grafik simpel densitas-kedalaman laut. Dapat


dilihat peningkatan densitas air laut seiring makin meningkatnya kedalaman laut.
Pycnocline adalah lapisan air dimana perubahan drastis densitas air terhadap
kedalaman laut. Ini adalah grafik untuk laut bagian 30-40o lintang selatan. Tekanan
bergantung kepada kedalaman, semakin dalam laut semakin besar juga tekanannya.

II.2.4. Konduktivitas

Konduktivitas air laut bergantung pada jumlah ion-ion terlarut per volumenya
dan mobilitas ion-ion tersebut. Satuannya adalah mS/cm (milli-Siemens per
centimeter). Konduktivitas bertambah dengan jumlah yang sama dengan
bertambahnya salinitas sebesar 0,01, temperatur sebesar 0,01 dan kedalaman sebesar
20 meter. Secara umum, faktor yang paling dominan dalam perubahan konduktivitas
di laut adalah temperatur.

II.2.5. Tekanan
Tekanan air laut bertambah terhadap kedalaman. Kedalaman air laut biasanya
diukur dengan menggunakan echo sounder atau CTD (Conductivity, Temperature,

21
Depth). Kedalaman yang diukur dengan menggunakan CTD didasarkan pada harga
tekanan.
Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas. Semakin ke dalam, tekanan
air laut akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh semakin besarnya gaya yang
bekerja pada lapisan yang lebih dalam. Satuan dari tekanan dalam cgs adalah
dynes/cm2, sedangkan dalam mks adalah Newton/m2. Satu Pascal sama dengan satu
Newton/m2. Dalam oseanografi, satuan tekanan yang digunakan adalah desibar
(disingkat dbar), dimana 1 dbar = 10-1 bar = 105 dynes/cm2 = 104 Pascal.
Gaya akibat tekanan bekerja dari tekanan yang berbeda pada satu titik ke titik
lainnya. Gaya ini bekerja dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah.
Di laut, gaya gravitasi yang bekerja (ke arah bawah) akan diimbangi oleh gaya akibat
adanya perbedaan tekanan tersebut (ke arah atas), sehingga air yang bergerak ke
bawah tidak akan mengalami percepatan.
Tekanan pada satu kedalaman bergantung pada massa air yang berada di
atasnya. Persamaan yang digunakan untuk mengukur harga kedalaman dari harga
tekanan adalah persamaan hidrostatis, yaitu
dp=ρ x g x dh ……………………………………………………………………..……………………………. (II.5)
Keterangan :
dp = perubahan tekanan,
ρ = densitas air laut,
g = percepatan gravitasi, dan
dh = perubahan kedalaman.
Jadi, jika tekanan berubah sebesar 100 dbar, dengan harga percepatan gravitasi
g = 9.8 m/det2 dan densitas air laut ρ=1025 kg/m3, maka perubahan kedalamannya
adalah 99,55 meter. Variasi tekanan di laut berada pada kisaran nol (di permukaan)
hingga 10.000 dbar (di kedalaman paling dalam).

22
BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan


beberapa hal, yaitu :
1. Arus merupakan gerakan horizontal atau vertikal dari massa air menuju kestabilan
yang terjadi secara terus menerus. Semakin cepat kecepatan angin, semakin besar
gaya gesekan yang bekerja pada permukaan laut, dan semakin
besar arus permukaan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi arus, yaitu :
a. Perbedaan densitas,
b. Pergesekan antara air permukaan dengan angin,
c. Pasang surut dan pasang naik.
2. Oseanografi fisik mempelajari segala sifat dan karakter fisik yang membangun
sistem fluida yang terdiri dari temperatur, tekanan, densitas, salinitas, dan
konduktivitas. Sifat-sifat fisik air laut mempunyai keterkaitan satu sama lain,
contohnya antara densitas yang dipengaruhi temperatur, tekanan dan salinitas.

23
DAFTAR PUSTAKA

Angga Pradita. 2011. Oseanografi. Tersedia : .http://anggapradita-


angga.blogspot.com/2011/01/pengertian-oseanografi.html. Diakses pada tanggal 2
Juli 2017.
Arfiani H. 2009. Sifat-sifat Fisik Air Laut (oseanografi). Tersedia :
https://nyetnyetanyet.wordpress.com/2009/11/05/sifat-sifat-fisik-air-laut-
oseanografi/. Diakses pada tanggal 2 Juli 2017.
BAKOSURTANAL. 2006. Atlas Sumberdaya Kelautan. Bogor. BAKOSURTANAL
Gross, M. G.1990. Oceanography. A View of Earth Prentice Hall, Inc. Englewood Cliff.
New Jersey.
Herlina Ayu P. 2014. Sifat Fisik Air Laut . Tersedia :
https://www.academia.edu/8396836/Sifat_Fisik_Air_Laut. Diakses pada tanggal
2 Juli 2017.
Open University Team. 1989. Ocean Circulation. Pergamon Press.
Pinet, P.R. 2000. Invitation to Oceanography. 2nd Edition. Jones and Bartlett Publishers.
Sudbury, Massachuesetts.
Wind Rose Plots for Meteorological Data

24

Anda mungkin juga menyukai