Anda di halaman 1dari 3

UTS SOSIOLOGI

Nama : Wardah Tri Athifah

NIM : F1D020059

Kelas : ilmu politik B

SOAL UTS

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang kita lakukan, rasakan, dan pikirkan dalam
kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat.

Soal UTS kali ini kalian diminta menceritakan proses menjadi diri kalian (saya menyebutnya mini
biografi) dengan menggunakan konsep-konsep sosiologi yang sudah kita pelajari.

JAWAB

Saya adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Nama saya Wardah Tri Athifah yang berarti tiga
tangkai bunga mawar yang indah. Saya dilahirkan dari pasangan antar suku,Ayah saya berasal
dari suku Sunda sedangkan Ibu saya berasal dari suku Betawi,namun Ibu juga sepertinya
memiliki percampuran suku yang sama dengan ayah. Keluarga saya menganut agama islam.
Kami tinggal di sebuah kota yang tidak jauh dari ibukota,lebih tepatnya di Bekasi. Kehidupan
kami bisa dibilang sederhana namun berkecukupan,terbukti kedua kakak saya telah lulus
sebagai sarjana. Karena itu pun,saya juga dituntut untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang
lebih tinggi. Ya mungkin dengan cara ini saya dapat membanggakan kedua orang tua saya.
Lingkungan kami yang tidak jauh dari ibukota ini mungkin berdampak juga terhadap pola pikiri
kami dan juga kebudayaan yang kami lakukan sehari-hari. Masyarakat disekitar saya juga
bermacam-macam. Ada orang yang sangat idealis dan ada juga yang masih sangat kaku dengan
membawa nama “agama”.

Setelah mengenal sedikit tentang latar belakang saya,berikutnya saya akan menceritakan
bagaimana tebentuknya diri saya sampai saat ini. Dimulai dari kecil. Sejak TK saya diajarkan
untuk disiplin. Peran Ibulah yang menjadikan saya seperti itu. Ibu saya berwatak
keras,perfeksionis dalam hal apapun. Sedari TK saya diajarkan untuk membaca,menulis, dan
berhitung. Tapi pembelajaran tersebut berbeda dari anak-anak lain. Ibu yang bersifat tegas
memiliki caranya tersendiri untuk mengajarkan saya. Tetapi dengan cara tersebut,saya dapat
maju selangkah dari teman-teman seusia saya(TK).

Ketika anak lain sedang asyik-asyiknya bermain,saya sedang belajar. Apabila saya membantah
atau pun tidak lancar dalam pembelajaran,maka Ibu akan mencubit saya. Saya tidak
diperbolehkan main apabila saya belum lancar dalam pembelajarannya. Dan bisa diakui,masa
kecil saya tidak semenarik anak-anak lain. Namun saya bersyukur memiliki Ayah seperti Ayah
saya. Ia sangat bertolak belakang sifatnya dengan Ibu. Mungkin itu juga sebab mereka akhirnya
bersatu,karena dimana ada api disitulah air penting. Ya,ayah saya bagaikan air untuk saya.
Karena apabila saya sedang dimarahi dengan ibu saya,ayah sayalah yang membela dan
menenangkan saya. Dulu kecil saat saya dicubiti oleh ibu saya karena tidak lancar dalam latihan
membaca,Ayahlah yang membela saya dan menghentikan tangisan saya.

Ayah adalah superhero bagi anak perempuannya. Ayah memang dikenal dengan pribadi yang
baik,sopan dan royal terhadap orang lain. Jiwa kepemimpinannya juga menurun pada saya.
Sewaktu SMP saya diajak teman untuk mengikuti sebuah organisasi intra sekolah atau yang
disebut OSIS,tetapi saya menolak. Karena pada awalnya saya merasa tidak percaya diri. Namun
seiring berjalannya waktu,saya memberanikan diri untuk mencalonkan diri untuk masuk
kedalam organisasi tersebut dan tentu saja saya mendapat jabatan sebagai ketua seksi bidang.
Teman-teman mempercayakan posisi tersebut kepada saya karena menurut mereka saya orang
yang sangat aktif dan juga memiliki spirit untuk maju. Mungkin itu gambaran sifat ayah yang
menurun kepada saya.

Saya sangat merasa bersyukur memiliki mereka sebagai factor utama yang membentuk
kepribadian saya sekarang. Seperti setiap manusia memiliki sifat egois. Sifat itu juga tumbuh
dalam diri saya. Contohnya saat saya SMA,saya baru menyadari akan sifat tersebut. Dimana
saya tidak ingin berteman dengan yang tidak sefrekuensi dengan saya dan saya sangat tidak
peduli akan hal tersebut. Alhasil saya hanya memiliki beberapa teman saja. Tidak peduli
terhadap sesama juga menjadi kejelekan saya saat di SMA. Saya tidak peduli dengan teman
sekitar saya,saya hanya peduli pada teman terdekat saya.

Namun saya seperti bukan tiada sebab. Saya merasa bahwa teman-teman lingkungan sekolah
saya juga berperilaku yang sama terhadap saya. Saya sangat tidak menyukai adanya kubu
didalam suatu lingkup,seperti dikelas. Saat ini teman-teman yang merasa dirinya pintar
mengasingkan diri dengan teman-teman yang jail dan berisik. Hal tersebut membuat saya
jengkel,karena setiap kali teman-teman saya seperti itu mereka langsung mengadukannya
kepada wali kelas kami.

Dan akhirnya saya memutuskan untuk bersikap netral. Saya ingin menyatukan kelas kami lagi
dan akhirnya pada saat kenaikan kelas,saya mengajukan diri sebagi wakil ketua kelas. Dengan
begitu saya akan memimpin mereka untuk bersatu lagi. Saya mengusulkan ide agar kelas kami
mengadakan malam akrab atau bisa dibilang makrab. Dari situlah terjalin komunikasi antar
kubu-kubu dikelas saya. Mereka juga bekerja sama dengan baik dalam game yang saya adakan.
Malama itu juga saya mengadakan diskusi kepada mereka untuk membicarakan tentang
perpecahan tersebut. Ternyata komunikasilah yang menjadi hambatannya. Akhirnya tujuan
saya tercapai,kelas pun menjadi satu kesatuan lagi.
Saat dimana saya menyadari bahwa masa-masa SMA saya akan berakhir, disitulah saya
merasakan ada perubahan kepribadian. Oleh karena itu saya mulai menyeimbangkan cara
mereka bergaul dengan saya. Dan saya pun tentu belajar untuk menjadi orang yang beguna
untuk teman-teman saya. Setelah melalui berbagi lingkungan yang berbeda sejak TK sampai
dengan SMA. Saya melanjutkan pengembangan diri saya ke lingkungan kampus. Saya diterima
oleh Perguruan Tinggi Negri Jenderal Soedirman yang terletak di Purwokerto,Banyumas. Atau
bisa dikenal sebagai UNSOED. Mungkin ini adalah salah satu cita-cita kedua orang tua saya juga.
Di UNSOED saya mengambil jurusan Ilmu Politik yang dimana merupakan salah satu jurusan
impian saya. Mengapa saya masuk kedalam jurusan tesebut,karena di jurusan tersebut saya
bisa mengasah jiwa kepemimpinan saya.

Saya juga sangat suka mengkritik sesuatu,dengan itu saya ingin dapat pantas mengkritik
masalah persoalan politik yang terjadi di Indonesia. Saya juga ingin mengasah kemandirian saya
dengan cara merantau. Dan saya ingin tahu seberapa jauhkah pikiran kritis saya ini,terkadang
saya suka mempertanyakan hal-hal yang diluar nalar atau bahkan bisa dibilang saya sedikit
kepo-an. Di lingkungan saat ini saya belum banyak memahami karakter dari teman-teman serta
dosen-dosen saya.

Agak menyulitkan memang kuliah daring ini untuk beradaptasi. Namun perlahan saya mulai
memahami sifat dan karakter dari beberapa teman-teman saya di Ilmu Politik ini. Bisa dibilang
untuk saat ini mereka cukup mempertahankan jiwa solidaritas,bisa telihat dari cara mereka
merespon grup yang ada. Jiwa tolong menolong mereka juga mulai terlihat dari cara mereka
membantu merespon teman-teman lain yang sedang dalam kesulitan mendapat informasi
mengenai pembelajaran. Tentu saja saya juga ambil peran dalam hal tersebut,bisa dibilang saya
juga cukup aktif dalam perbincangan grup tersebut. Semoga saja hal tersebut dapat
dipertahankan sampai kita bertemu dikuliah offline atau bahkan sampai lulus bersama nanti.

Anda mungkin juga menyukai