Anda di halaman 1dari 16

Nama : Thessa Cyntia Budiarti

NIM : 18844002
Kelas : 3D PGSD
Mata Uji : Problematika Pendidikan Sekolah Dasar
Dosen : Dr. H. Usep Kurniadin, M.Si.
Ujian Tengah Semester
1. Jelaskanlah Batasan Pendidikan, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional, Pendidikan
Sepanjang Hayat, Kemandirian dalam Pendidikan, Unsur-unsur Pendidikan, dan Pendidikan
sebagai Sistem!
Jawaban:
a. Batasan Pendidikan
Dalam pelaksanaan sebuah pendidikan, ada hal-hal yang membatasi. Batas-batas
Pendidikan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan atau ketidakberdayaan pendidikan
dalam melakukan tugas-tugas pendidikan. Batas-batas yang mempengaruhi pendidikan
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pendidik
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab membimbing seorang anak
untuk mencapai kedewasaanya.Yang dimaksud pendidik disini adalah orang tua dan
guru. Keduanya memiliki peran yang sama penting dalam membantu proses
pencapaian kedewasaan anak. Orang tua tentu saja memegang peran utama dalam
proses ini, karena orang tua merupakan tempat pertama dan utama bagi seorang anak
untuk bertinteraksi dengan pendidikan. Ketika anak berada di sekolah, orang tua
memiliki keterbatasan dalam melakukan pendidikan terhadap anak. Untuk itulah guru
melakukan peran pengganti sebagai orang tua yang akan melaksanakan pendidikan
bagi anak, di sekolah.
2) Aspek Pribadi Anak Didik
Anak didik adalah sosok manusia/individu. Kondisi inilah yang membatasi sebuah
pendidikan. Berhasil atau tidaknya suatu pendidikan, sangat tergantung pada seberapa
jauh anak didik mampu menerima pendidikan yang diberikan. Anak didik harus
diakui keberadaannya. Mereka tidak bisa begitu saja diperintah untuk mengikuti
keinginan kita. Kita harus dapat memasuki dunia mereka, sehingga kita dapat
mengetahui apa yang mereka inginkan dan mereka sukai. Dengan demikian proses
pendidikan akan bisa berlangsung dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.
3) Alat pendidikan merupakan suatu perbuatan atau situasi yang dengan sengaja
diadakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.Alat pendidikan digunakan untuk
mendidik anak secara pedagogis.
Macam-macam alat pendidikan jika ditinjau dari wujudnya dapat berupa:
a. Perbuatan pendidik, dapat berupa teladan, perintah, pujian, teguran, ancaman,
hukuman.
b. Benda-benda sebagai alat bantu seperti, meja kursi belajar, papan tulis,
penghapus, kapur tulis, buku, pena, dll.
4) Waktu Pelaksanaan
Pada saat anak usia dini, hubungan anak dengan pendidik belum disebut sebagai
kegiatan pendidikan melainkan baru dalam proses/taraf pembiasaan. Karena anak usia
dini masih bersifat serba menerima, mereka belum memahami apa itu perintah,
aturan, norma dan lain sebagainya. kegiatan pembiasaan tersebut merupakan langkah
awal yang dilakukan oleh pendidik untuk mencapai kedewasaan seorang anak atau
disebut juga dengan pendidikan pendahuluan. Perbedaan pendidikan pendahuluan
dengan pendidikan sebenarnya adalah ketika terjadi hubungan wibawa antara
pendidik dan anak didik. Jadi pendidikan yang sebenarnya bukan merupakan
kebiasaan melainkan terjadi ketika hubungan wibawa itu ada, ketika anak telah
mampu menerima petunjuk dan perintah bukan hanya atas dasar ikut-ikutan atau
meniru orang lain.
5) Aspek tujuan
Tujuan pendidikan adalah mengantarkan anak untuk mencapai kedewasaan. Tujuan
pendidikan dibagi kedalam 2 tujuan, secara mikro dan makro. Tujuan pendidikan
secara mikro adalah untuk menjadikan anak didik menjadi dewasa. Sedangkan secara
makro yaitu menyiapkan manusia supaya lebih bermanfaat bagi kehidupan pribadi
dan bangsanya. Anak dikatakan mencapai kedewasaannya apabila dia sudah bisa dan
mampu berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain baik secara biologis, psikologis,
ekonomi dan sosial.
6) Aspek lingkungan
Lingkungan tempat dimana kita bertempat tinggal dan mendapatkan pendidikan
merupakan lingkungan pendidikan. Lingkungan disekitar anak dapat dibedakan
menjadi 4 macam:
a. Lingkungan alam fisik, Lingkungan ini merupakan lingkungan berupa alam
disekitar kita seperti tumbuhan, hewan, udara, rumah dll.
b. Lingkungan budaya, berupa kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, adat
istiadat, bahasa, seni dan lain-lain.
c. Lingkungan sosial, berupa hubungan interaksi antar individu yang hidup
bermasyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain, termasuk didalamnya
tentang sikap, perilaku, norma antar setiap individu.
d. Lingkungan spiritual, berupa lingkungan agama, keyakinan yang dianut
masyarakat yang ada disekitar kehidupan dia.
b. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional
 Fungsi Pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak sertaperadaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa
 Tujuan Pendidikan Nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
c. Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan Sepanjang Hayat adalah tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan
perstukturan pengalaman pendidikan yang diperluas megikuti seluruh rentang usia dari
paling muda sampai paling tua. (Cropley : 67)
Ciri-ciri Pendidikan Sepanjang Hayat meliputi:
 Menghilangkan tembok pemisah antara sekolah dan luar sekolah
 Menempatkan kegiatan belajar sebagai integral dari proses hidup yang berkembang
 Lebih mengutamakan pembekalan sikap dan metode dari isi pendidikan
 Menempatkan peserta didik sebagai pelaku utama dalam proses pendidikan
d. Kemandirian dalam Pendidikan
Kemandirian dalam belajar adalah aktivitas belajar yang berlangsung lebih didorong oleh
kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri. Adapun alasan
kemandirian dalam belajar:
 Perkembangan IPTEK berlangsung semakin pesat
 Penemuan IPTEK tidak mutlak benar 100%, sifatnya relative
 Para ahli psikologi sependapat bahwa peserta lebih cepat memahami konsep dengan
cara mengalami atau mempraktikan sendiri.
e. Unsur-unsur Pendidikan
a. Peserta didik
Peserta didik merupakan orang yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Mudahnya, peserta didik adalah orang yang ingin menempuh pembelajaran untuk
mengembangkan potensinya lewat pendidikan.
b. Pendidik
Pendidik adalah pengajar yang akan mengajar dan melatih peserta didik dalam suatu
kegiatan pembelajaran. Pendidik adalah tenaga pengajar yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.
c. Interaksi Edukatif
Tanpa adanya proses interaksi antara pengajar dan peserta didik yang melibatkan
materi pembelajaran, maka pembelajaran tidak terlaksana dan pendidikan tidak dapat
terbangun. Interaksi Edukatif adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
d. Materi Pendidikan
Materi Pendidikan merupakan materi-materi yang diajarkan dalam proses
pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan Negara ke arah yang lebih baik lagi.
f. Pendidikan Sebagai Sistem
 Pendidikan adalah usaha untuk memanusiakan manusia, pendidikan bermaksud
membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.
Oleh sebab itu manusia tidak dapat terlepas dari lingkungannya ini lah yang
menyebabkan kenapa manusia sangat berkaitan erat dengan lingkungan. Salah satu
cara untuk memperoleh gambaran yang lebih mantap tentang pendidikan adalah
menggunakan pendekatan sisitem. Tujuan dari pendekatan sistem dalam pendidikan
sendiri ialah untuk memaksimalkan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
 Sistem merupakan suatu totalitas yang terpadu dari semua elemen dan semua
kegiatan saling berkaitan satu sama lain secara fungsional agar dapat mencapai
tujuan.
 Pendidikan sebagai suatu sistem adalah pendidikan sendiri terdiri dari elemen-elemen
atau unsurunsur pendididkan yang dalam kegiatannya saling terkait secara fungsional,
sehingga merupakan satu kesatuan yang terpadu dan diharapkan dapat mencapai
tujuan.
2. Uraikanlah Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Standar Nasional Pendidikan, Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian Pendidikan, Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pembiayaan, dan
Standar Pengelolaan Pendidikan!
Jawaban:
1) Standar Nasional Pendidikan
Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria atau standar minimum yang terkait
dengan penyelenggaraan sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Fungsi standar nasional pendidikan ini sebagai dasar perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan untuk menyelenggarakan pendidikan nasional
secara merata dan berkualitas. Tujuan utama dari Standar Nasional Pendidikan adalah
untuk menjamin mutu pendidikan nasional guna mencerdaskan kehidupan bangsa dan
negara, membentuk karakter dan peradaban bangsa.
2) Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) satuan pendidikan adalah kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencangkup pengetahuan, ketrampilan dan sikap, yang digunakan sebagai
pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL
meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran.
SKL pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar digunakan sebagai pedoman
penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar Kompetensi Lulusan
tersebut meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar, standar
kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan
minimal mata pelajaran.
3) Standar Isi
Standar isi adalah suatu bagan rencana lingkup materi minimal, dan tingkat kompetensi
minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal, pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar Isi ditetapkan dengan peraturan menteri pendidikan nasional No. 22
Tahun 2006. Tujuan standar isi ialah meningkatkan mutu pendidikan yang diarahkan
untuk pengembangan potensi peserta didik sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi,
seni, serta pergeseran paradigma pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan peserta
didik.
4) Standar Proses
Standar proses pendidikan adalah suatu bentuk teknis yang merupakan acuan atau kriteria
yang dibuat secara terencana atau didesain dalam pelaksanaan pembelajaran. Dasar
hukum yang mengatur standar proses pendidikan terdapat dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar proses adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan
pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
5) Standar Penilaian Pendidikan
Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pada PP. Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa penilaian pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas :
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;
c. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses pembelajaran, juga
melakukan penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.
6) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria mengenai pendidikan
prajabatan dan kelayakan maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Pendidik harus
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang
harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat
keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi
sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian,
Kompetensi Profesional, dan Kompetensi Sosial. Dan yang penting mereka juga harus
memiliki kompetensi moral dan kompetensi spiritual secara proporsional.
7) Standar Sarana dan Prasarana
Standar Sarana dan Prasarana adalah kriteria mengenai ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat
bermain, tempat berkreasi dan berekreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi. Setiap lembaga pendidikan wajib memiliki sarana dan prasarana yang telah
ditentukan. Ada pun sarana tersebut antara lain meliputi perabot, peralatan pendidikan,
media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur
dan berkelanjutan.Sedangkan prasarananya antara lain lahan, ruang kelas, ruang
pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan
jasa, tempat
8) Standar Pembiayaan
Standar Pembiayaan adalah kriteria mengenai komponen dan besarnya biaya operasi
satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
Ada tiga macam biaya dalam standar ini :
a. Biaya investasi satuan pendidikan yaitu biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.
b. Biaya personal sebagaimana adalah biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan.
Biaya operasi satuan pendidikan, meliputi:
1. Gaji dan tunjangan pendidik dan tenaga kependidikan
2. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai.
3. Biaya operasi pendidikan tak langsung seperti air, pemeliharaan sarana dan prasarana,
pajak, asuransi, lain sebagainya.
9) Standar Pengelolaan Pendidikan.
Standar Pengelolaan adalah kriteria mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota,
provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan. Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian,
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Sedangkan pengelolaan satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi menerapkan otonomi perguruan tinggi yang
dalam batas-batas yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku
memberikan kebebasan dan mendorong kemandirian dalam pengelolaan akademik,
operasional, personalia, keuangan, dan area fungsional kepengelolaan lainnya yang diatur
oleh masing-masing perguruan tinggi.
3. Tuliskan Latar Belakang, langkah-langkah Reformasi Pendidikan di Sekolah Dasar, Kunci
Keberhasilan Pembaharuan Pendidikan Nasional, Agenda Pendidikan Nasional, dan Strategi
Reformasi Pendidikan Nasional!
Jawaban:
a. Latar Belakang Reformasi Pendidikan
 Reformasi Pendidikan satu keniscayaan dengan berpegang pada tantangan masa
depan yang penuh dengan persaingan global
 Belum siap menghadapi persaingan pada milenium ketiga (sebagian besar angkatan
kerja 53% tidak berpendidikan, 34% pendas, 11% pend menengah, dan 2% Pend
tinggi)
 Kualitas sumber daya manuasia masih rendah (HDI/IPM Indonesia peringkat 102 dari
174 negara singapura 34, Brunai Darusalam 36, Thailand 52, Malaysia 53
 Pendidikan di semua jenjang lebih mementingkan aspek Kognitif. Aspek Efektif
seperti EQ dan sistem nilai (values system) sangat diterlantarkan
 Tingkat moralitas yang dipraktikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara masih
rendah Proses pembelajaran di hampir semua jenjang pendidikan memusatkan
perhatiannya pada kemampuan otak kiri peserta didik, dan otak kanan kurang
ditumbuhkembangkan.
b. Langkah-langkah Reformasi Pendidikan
 Pendidikan nasional hendaknya memiliki visi yang berorientasi pada demokrasi
bangsa
 Pendidikan nasional hendaknya memiliki misi agar tercapai partisipasi masyarakat
secara menyeluruh
 Substansi pendidikan dasar hendaknya mengacu pada pengembangan potensi dan
kreativitas siswa dalam totalitasnya
 Substansi pendidikan nasional di jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi
hendaknya membuka kemungkinan untuk terjadinya pengembangan individu secara
vertikal dan horizontal.
 Pendidikan tinggi hendaknya jangan semata-mata hanya berorientasi pada penyiapan
tenaga kerja, tetapi harus lebih jauh memperkuat kemampuan dasar mahasiswa untuk
menghadapi tantangan kehidupan global
 Pendidikan tinggi hendaknya diselenggarakan dengan prinsip-prinsip manajeman
yang fleksibel dan dinamis
 Pengembangan akademik di perguruan tinggi perlu fleksibilitas yang tinggi agar
tercipta kondisi persaingan akademik yang sehat
 Pendidikan nasional hendaknya mendapatkan proporsi alokasi dana yang cukup
memadai untuk peningkatan mutu, relevansi, efisiensi, dan pemerataan
 Pendidikan nasional perlu mengembangkan sistem pembelajaran yang egaliter dan
demokratis
 Manajemen pendidikan sekolah dasar hendaknya berada dalam satu sistem agar
terjadi efisiensi administrasi dan efisiensi pembinaan akademik para guru
 Pengembangan sekolah perlu menggunakan pendekatan community based education
 Guru harus diperbadayakan secara sistematis dengan melihat aspek
a. Kesejahteraan
b. Rekrutmen dan penempatan
c. Pembinaan dan pengembangan karier, dan
d. Perlindungan profesi
 School Based Management perlu dikembangkan dalam kerangka desentralisasi
pendidikan
 Perguruan tinggi perlu dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip otonomi dan
accountability quality assurance
 Perlu adanya peningkatan anggaran secara signifikan sehingga mencapai 25 % dari
APBN
 Perlu menetapkan model rekrutmen pejabat pendidikan secara profesional sehingga
dapat diperoleh the right man in the right place
c. Kunci keberhasilan pembaharuan Pendidikan Nasional
Faktor kunci yang mempengaruhi proses penerapan inovasi dalam bidang pendidikan
yakni karakteristik perubahan, karakteristik lokal dan faktor eksternal.
Selain hal-hal tersebut di atas, faktor yang mempengaruhi inovasi dalam bidang
pendidikan tentu saja adalah kecepatan adopsi inovasi. Kecepatan adopsi ini dipengaruhi
oleh atribut/karakteristik inovasi, tipe keputusan inovasi, sifat saluran komunikasi yang
digunakan, ciri-ciri sistem sosial, dan promosi dari agen pembaharu
d. Muatan Global dalam Pendidikan Nasional
1) Muatan Global
2) Kesiapan Negara Maju
e. Agenda Pendidikan Nasional dan Strategi Reformasi Pendidikan Nasional
Berikut ini beberapa agenda pendidikan nasional dalam mewujudkan reformasi :
1. Melakukan pembangunan Sistem Pendidikan Nasional yang konprehensif, integratif,
dan aplikatif.
2. Meningkatkan wajib belajar dari Sembilan tahun menjadi dua belas tahun.
3. Meningkatkan kopetensi, kesejahteraan, penghargaan, dan perlindungan terhadap
profesi guru tanpa membeda-bedakan status kepegawaian.
4. Melakukan monitoring dan evaluasi sistematis terhadap berbagai aspek konsep dan
operasional Sistem Pendidikan Nasional di semua jenis, jenjang, dan jalur
pendidikan. 
5. Mengawal realisasi anggaran pendidikan yang besarnya 20% dari total APBN
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) sebagaimana amanah Pasal 31 ayat 4
Amandemen IV UUD 1945.
6. Memastikan terlaksananya proses pendidikan yang menanamkan jiwa kebebasan,
kemandirian, kewirausahaan, dan meningkatkan keterampilan hidup dan daya juang
kepada anak-anak bangsa yang menjadi peserta didik.
7. Menerapkan desentralisasi penyelenggaraan pendidikan dan meningkatkan partisipasi
masyarakat baik dalam penyelenggaraan pendidikan formal, nonformal, dan informal.
8. Meningkatkan kualitas pengelolaan manajemen sekolah dan metode pembelajaran
serta menjadikan sekolah tidak lagi sebagai menara gading yang steril dari analisis
kebutuhan lingkungan sekitarnya.
9. Terselenggaranya pendidikan yang murah, bermutu, dan berwawasan global yang
memiliki daya saing nasional di percaturan global. 
10. Memberi perhatian serius pada pendidikan khusus bagi anak bangsa yang disebabkan
oleh cacat atau kecerdasan luar biasa peserta didik.
11. Menjadikan sekolah sebagai tempat kaderisasi kepemimpinan nasional dan
memasukkan program wajib militer untuk menumbuhkan rasa nasionalisme.
12. Menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap pendidikan. 
4. Jelaskanlah Pengertian Permasalahan Pendidikan, Permasalahan Kuantitas dan Kualitas
Pendidikan, Efisiensi Pendidikan, Efektivitas Pendidikan, Relevansi Pendidikan, Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, Sarana dan Prasarana, Pembelajaran dan Penilaian, serta
solusinya!
Jawaban:
 Permasalahan Pendidikan
Istilah permasalahan diterjemahkan dari bahasa inggris yaitu “problem“. Masalah adalah
segala sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Sedangkan kata permasalahan
berarti sesuatu yang dimasalahkan atau hal yang dimasalahkan. Jadi Permasalahan
pendidikan adalah segala-sesuatu hal yang merupakan masalah dalam pelaksanaaan
kegiatan pendidikan. Dari uraian di atas, dapat juga disimpulkan bahwa Permasalahan
Pendidikan Indonesia adalah segala macam bentuk masalah yang dihadapi oleh program-
program pendidikan di negara Indonesia.
 Permasalahan Kuantitas Pendidikan
Kuantitas yaitu masalah yang menyangkut banyak murid yang harus ditampung di dalam
sistem pendidikan atau sekolah. Masalah ini timbul karena calon murid yang tidak
tertampung di suatu sekolah, karena terbatasnya daya tampung.
Seharusnya sistem pendidikan dikelola sehingga dapat menyediakan kesempatan yang
seluasluasnya bagi seluruh warga Negara indonesia untuk memperoleh pendidikan.
Dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya itu ,di harapkan pendidikan akan
semakin merata, karena merata dalam arti yang sesungguhnya tidak mungkin dicapai.
 Permasalahan Kualitas Pendidikan
Empat hal penting yang perlu dilakukan dalam pengembangan dan peningkatan mutu
pendidikan untuk pendidikan dasar dan menengah di Indonesia, yaitu: (1) Pengkajian
mutu pendidikan, (2) Analisis dan pelaporan mutu pendidikan, (3) Peningkatan mutu
pendidikan, (4) Penumbuhan budaya peningkatan mutu berkelanjutan, dan (5)
Peningkatan mutu merujuk pada Standar Nasional Pendidikan (Satori, 2012).
Kondisi mutu pendidikan di seluruh tanah air menunjukan bahwa di daerah pedesaan
utamanya di daerah terpencil lebih rendah dari pada di daerah perkotaan, acuan usaha
pemerataan mutu pendidikan barmaksud agar sistem pendidikan khususnya sistem
persekolahan dengan segala jenis dan jenjangnya di seluruh pelosok tanah air (kota atau
desa) mengalami peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisinya
masing-masing.
Ø Solusi
Penanganan mutu secara menyeluruh dilakukan dengan melibatkan semua pihak yang
terkait mulai dari hulu sampai hilir, mencakup semua proses yang dilakukan sesuai
standar mutu (quality control), penjaminan mutu (quality assurance), ke arah peningkatan
mutu berkelanjutan (continuous quality improvement). Penjaminan mutu dan
peningkatan mutu pendidikan memerlukan standar mutu, dilakukan dalam satu prosedur
tata kerja yang jelas, strategi, kerjasama dan kolaborasi antar pemangku kepentingan; dan
dilakukan secara terus-menerus berkelanjutan. Kebijakan pembangunan pendidikan pada
dewasa ini menunjukkan adanya modal kuat untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional. Delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) menyediakan acuan untuk
mengkaji pencapaian pendidikan, mutu pendidikan dan bidang yang membutuhkan
peningkatan mutu pendidikan. Delapan (8) SNP yang dimaksudkan meliputi: (1) standar
isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (3) standar pendidik dan tenaga
kependidikan, (5) s.tandar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar
pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan.
 Permasalahan Efisiensi Pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan berkenaan dengan proses pengubahan atau transformasi
masukan produk (raw input) menjadi produk (output). Salah satu cara menentukan mutu
transformasi pendidikan adalah mengitung besar kecilnya penghamburan pendidikian
(educational wastage), dalam arti mengitung jumlah murid/mahasiswa/peserta didik yang
putus sekolah, meng-ulang atau selesai tidak tepat waktu.
Jika peserta didik sebenarnya memiliki potensi yang memadai tetapi mereka tidak naik
kelas, putus sekolah, tidak lulus berarti ada masalah dalam efisiensi pendidikan. Masalah
efisiensi pendidikan juga terjadi di perguruan tinggi. Masalah tersebut dapat diketahui
dari adanya para mahasiswa yang sebenarnya potensial tetapi putus kuliah dan gagal
menyelesaikan pendidikannya pada waktu yang tepat.
 Permasalahan Efektivitas Pendidikan
Masalah efektivitas pendidikan berkenaan dengan rasio antara tujuan pendidian dengan
dengan hasil pendidikan (output), artinya sejauh mana tingkat kesesuaian antara apa yang
diharapkan dengan apa yang dihasilkan, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas.
Pendidikan merupakan proses yang bersifat teleologis, yaitu diarahkan pada tujuan
tertentu, yaitu berupa kualifikasi ideal. Jika peserta didik telah menyelesaikan
pendidikannya namun belum menunjukkan kemampuan dan karakteristik sesuai dengan
kualifiksi yang diharapkan berarti adalah masalah efektivitas pendidikan.
Solusi untuk meningkatkan efektifitas pendidikan adalah dengan melakukan inovasi
pembelajaran. Inovasi pembelajaran merupakan jawaban strategis untuk mengimbangi
perkembangan pendidikan dengan pendekatan masalitas selama ini, sekaligus menjawab
tantangan dunia pendidikan dalam membina manusia Indonesia seutuhnya. Semua ini
membutuhkan dukungan dari berbagai pihak yang terkait dengan pendidikan. Selain itu
juga dibutuhkan pembelajaran bermakna. Belajar bermakna adalah proses mengaitkan
dalam informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur
kognitif seseorang.
 Permasalahan Relevansi Pendidikan
Masalah ini berkenaan dengan rasio antara tamatan yang dihasilkan satuan pendidikan
dengan yang diharapkan satuan pendidikan di atasnya atau indtitusi yang membutuhkan
tenaga kerja, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Masalah relevansi terlihat dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu yang
tidak siap secara kemampuan kognitif dan teknikal untuk melanjutkan ke satuan
pendidikan di atasnya. Masalah relevansi juga dapat diketahui dari banyaknya lulusan
dari satuan pendidikan tertentu, yaitu sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi yang belum
atau bahkan tidak siap untuk bekerja
 Permasalahan PTK
Sedangkan kompetensi guru didefinisikan sebagai himpunan pengetahuan, keterampilan,
kemampuan, dan keyakinan yang dimiliki seorang guru dan ditampilkan untuk situasi
mengajar (Anderson dalam Jacob, 2002a, h.1) Dalam dunia pendidikan guru menduduki
posisi tertinggi dalam hal penyampaian informasi dan pengembangan karakter. Walaupun
pendidik dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan, tetapi
pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, mengingat guru
melakukan interaksi langsung dengan peserta didik dalam pembelajaran di ruang kelas.
Disinilah kualitas pendidikan terbentuk dimana kualitas pembelajaran yang dilaksanakan
oleh guru ditentukan oleh kualitas guru yang bersangkutan.
Pada kenyataannya keadaan guru di Indonesia cukup memprihatinkan. Kebanyakan guru
belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan
pengabdian masyarakat.
Solusi:
Dalam meningkatkan mutu pendidikan, perlu dilakukan pendampingan terhadap guru-
guru di Indonesia dan pemberian apresiasi lebih kepada guru-guru kreatif. Pendampingan
dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan profesionalitas, kreatifitas, dan kompetensi
guru dengan model pendampingan berupa seminar, lokakarya, konsultasi, pelatihan dan
praktek. Pendampingan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan yang didukung oleh
pemerintah dan pihak terkait.
Selain pendampingan juga perlu dilakukan mediasi antara masyarakat, pendidik, dan
pihak terkait lainnya untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah dalam
memperbaiki kurikulum pendidikan. Diharapkan dengan adanya lembaga ini, ide-ide
kreatif untuk memperbaiki kurikulum pendidikan dapat tertampung dan pemerintah dapat
mempertimbangkan ide masyarakat untuk kebijakan yang dibuat
Upaya lain yaitu perlu guru harus selalu meningkatkan kualitas pembelajaran dan
menyesuaikan proses pembelajaran dengan karakteristik peserta didik maupun dengan
tuntutan perkembangan zaman. Guru tidak menempatkan diri sebagai satu-satunya
sumber ilmu bagi siswanya. Guru seharusnya lebih berperan sebagai fasilitator,
motivator, dan konselor. Sebagai fasilitator, guru memberikan jalan pada kelancaran
proses belajar secara mandiri siswanya. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan sendiri potensi-potensi mereka sehingga siswa lebih berkembang,
mandiri, dan kreatif. Sebagai motivator, guru memiliki tugas untuk membangkitkan
minat siswa untuk belajar secara mandiri. Sesekali guru memberikan motivasi terhadap
siswa-siswanya agar mereka tetap bersemangat dan tidak putus asa. Sedangkan sebagai
konselor, guru membantu siswa menemukan dan mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi oleh siswanya, Ketika siswa sedang berdiskusi, guru memberi arahan/
bimbingan kepada siswa satu persatu dalam kelompok kecil yang telah dibuat, tidak
terpaku pada satu siswa tetapi kepada seluruh siswanya, sehingga siswa lebih paham
terhadap apa yang mereka pelajari. Dengan demikian guru harus bisa memahami setiap
siswanya karena setiap siswa mempunyai karakteristik, dan potensi yang berbeda-beda.
 Permasalahan Sarana dan Prasarana
Banyak sekali sekolah maupun perguruan tinggi yang gedungnya rusak, kepemilikan dan
penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara
laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan
sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak
memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
Solusi:
Masalah fisik berupa gedung maupun ruangan merupakan tanggung jawab pemerintah
bagi sekolah negeri, dan tanggung jawab yayasan bagi sekolah swasta, sehingga perlu
kebijakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Namun untuk sarana fisik yang
lain seperti media belajar, semestinya bukan menjadi alasan untuk menghambat atau
mengurangi kualitas pembelajaran. Justru saat ini guru dituntut untuk lebih kreatif dan
inovatif dalam menciptakan media pembelajaran sendiri. Pada saat pembelajaran guru
menggunakan media pembelajaran yang sesuai yang membuat anak tidak jenuh
mengikuti pelajaran. Guru memanfaatkan dan menyiapkan media pembelajaran
diantaranya LKS (student worksheet) dan media tabel angka yang ditempel pada papan
tulis. LKS dibuat berfungsi tidak hanya sesempit sebagai kumpulan soal-soal akan tetapi
dengan adanya LKS dapat pula menemukan informasi-informasi dan penemuan-
penemuan lainnya yang sifatnya terbimbing. Melalui media pembelajaran yang
disediakan siswa diberi kebebasan untuk mengeksplor kemampuannya untuk menemukan
hal-hal baru yang belum pernah ditemukan, memecahkan berbagai persoalan yang
semakin mengembangkan olah pikir siswa.
 Permasalahan Pembelajaran dan Penilaian
Dalam dunia pendidikan, penilaian dan evaluasi pasti dilakukan dalam proses
pembelajaran. Penilaian dan evaluasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui kemampuan
peserta didik apakah sudah memenuhi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) atau belum.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan klasifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
digunakan sebagai pedoman dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan
psendidikan. Selain itu evaluasi bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana daya
serap peserta didik terhadap produk bahasan yang pendidik terapkan. Ada beberapa jenis
alat evaluasi, yaitu : bentuk tes tertulis dan tidak tertulis. Jika kita perhatikan dunia
pendidikan, kita akan mengetahui bahwa setiap jenis atau bentuk pendidikan pada waktu-
waktu tertentu selama satu periode pendidikan selalu mengadakan evaluasi, yang artinya
pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan selalu mengadakan penilaian
terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik.

Anda mungkin juga menyukai