1115 1717 1 PB
1115 1717 1 PB
Perlukaan
Abstrak
Perdarahan masif adalah hilangnya 50% jumlah darah dalam waktu kurang dari 3 jam. Keadaan tersebut dapat mengganggu
sirkulasi dan oksigenasi yang dapat menjadi sebab kematian. Sebab kematian akibat perdarahan masif perlu dibuktikan
dengan autopsi, dikarenakan kematian dengan sebab tersebut dapat disebabkan oleh berbagai kondisi yang diantaranya
adalah tindakan kekerasan. Pada kasus ini dilakukan autopsi seorang jenazah laki-laki, berusia 17 tahun, tinggi 161cm yang
menjadi korban perlukaan. Diduga sebab kematian pada kasus ini adalah perdarahan masif akibat mekanisme perlukaan di
kepala dan leher serta luka terbuka di sekujur tubuh yang mempercepat kematian oleh benda tajam
Kasus
Pada kasus ini, dilakukan autopsi pada Gambar 1. Jenazah Laki-Laki 17 Tahun Terlapor
seorang mayat tidak dikenal (Mr.X), laki-laki Autopsi
berusia 17 tahun. Ditemukan pada 24 Maret
2017 pukul 16.00 di lapangan terbuka. Autopsi 2. Kepala dijumpai sebuah luka robek pada
dilakukan pihak Kedokteran Forensik RSUD bagian kanan berukuran 12x9cm dengan
Jend. Ryacudu setelah menerima permintaan dasar tengkorak intak. Dua luka bacok di
Visum et Repertum (VeR) pemeriksaan luar dan puncak kepala dengan fraktur tulang
dalam (autopsi) jenazah dari penyidik tegkorak (Gambar 2) dan pada bibir hingga
Kepolisian Daerah Lampung Resort Lampung telinga kiri berukuran 12x3,5cm dengan
Utara Sektor Abung Barat. dasar fraktur tulang pipi & rahang atas.
Sesaat sebelum dilaksanakan autopsi Serta luka sayat pada pipi kanan berukuran
didapatkan informasi yang menyatakan bahwa 5cm.
korban yang sebelumnya tidak dikenal (Mr.X)
tersebut ternyata adalah Tn.A. Hal tersebut
terungkap setelah terdapat seorang laki-laki
berusia remaja yang diantar keluarga untuk
mengaku sebagai pelaku tindakan kekerasan
tajam oleh korban yang kemudian
menyebabkan kematian korban. Tindakannya
dibenarkannya karena sebelumnya merasa
terancam dan kemudian merebut senjata
tajam yang dibawa korban dan menyerangnya
lalu meninggalkan korban dan membuang Gambar 2. Luka Bacok Di Kepala Dengan
senjatanya di rawa. Dasar Tengkorak
Oleh karena informasi tersebut, pihak
Kedokteran Forensik RSUD Jend. Ryacudu 3. Leher dijumpai sebuah luka bacok pada
meminta untuk mengubah surat VeR yang bagian kanan belakang dengan dasar tulang
diterima sebelumnya. Perubahan diminta tengkorak & tulang leher (Gambar 3) dan 2
untuk merubah permintaan autopsi terhadap luka bacok pada leher kiri bagian belakang
Mr.X menjadi permintaan autopsi terhadap berukuran 8,5x2cm & 12x4cm dengan dasar
Tn.A. hal tersebut dilakukan untuk tulang leher. Serta sebuah luka sayat pada
menghindari kesalahan yang mungkin terjadi leher kanan berukuran 5cm
dikemudia hari. 4. Punggung dijumpai dua luka bacok pada
kanan atas berukuran 10x3,5cm dengan
Hasil Pemeriksaan Luar : dasar otot tanpa fraktur dan punggung kiri
1. Seorang laki-laki, berusia 17 tahun, tinggi atas berukuran 10x4cm dengan fraktur
badan 161 cm, perawakan sedang, rambut tulang belikat. Enam luka tusuk pada
pendek, bentuk lurus, warna hitam, jumlah punggung atas & kiri bawah panjang
gigi geligi 32. Dijumpai kaku mayat dan bervariasi dari 2,5cm hingga 4,5cm tanpa
lebam mayat yang sulit dinilai. Jenazah satupun yang menembus rongga dada.
mengalami pembusukan lanjut, dijumpai Serta tiga luka sayat pada punggung atas
belatung stadium dua dan tiga pada daerah berukuran 4cm hingga 5cm.
wajah, kepala dan anggota gerak atas.
Terhirup bau busuk (Gambar 1).
pada organ dibawahnya (seperti tulang dan Bukti ketika didapatkan trauma bacok yang
organ) disebabkan oleh mekanisme tekanan terjadi dibagian kepala menyebabkan penetrasi
dan kecepatan yang sangat kuat dari dari benda tajam hingga ke parenkim otak. Hal
permukaan benda tajam.9,10 tersebut dapat menyebabkan putusnya arteri
Sedangkan pemeriksaan dalam pada post-sentral otak, arteri parietal otak. Bukti
korban membuahkan kesimpulan. Korban keempat berdasarkan luka bacok pada leher
mengalami kematian disebabkan oleh kanan bagian belakang yang memungkinkan
pengeluaran darah yang banyak dalam waktu menyebabkan putusnya arteri karotis eksterna
yang relatif singkat. Proses tersebut dinamakan maupun karotis interna dan vena jugularis
sebagai perdarahan masif yang kemudian eksterna (Gambar 3).12
dapat menyebabkan gangguan perkusi dan
oksigenasi pada tubuh termasuk perkusi dan Simpulan
oksigenasi ke otak. Hal tersebut memicu Batasan keilmuan kedokteran forensik
terjadinya kegagalan sistem respirasi dan adalah untuk menemukan bukti dari sebab
kardiovaskular sebagai pilar kehidupan.1 kematian, mekanisme kematian dan faktor
walaupun pada dasarnya, sebab-sebab instrumen terprediksi yang digunakan. Hasil
kematian pada trauma tajam umumnya terbagi pemeriksaan bersifat objektif. Hasil keterangan
menjadi dua, yaitu penyebab langsung dan pada anamnesis digunakan sebagai
tidak langsung. Penyebab langsung dapat pertimbangan namun tidak boleh
berupa perdarahan, kerusakan alat tubuh yang mengendalikan pemeriksaan.
penting, atau emboli udara yang memicu Pembuktian pada kasus ini berdasarkan
gangguan sistem yang lebih besar lagi. temuan medis dari pemeriksaan luar dan
Penyebab yang tidak langsung biasanya karena pemeriksaan dalam (Autopsi) yang
sepsis/infeksi.11 disandingkan dengan keilmuan. Sebab
Bukti yang dapat ditemukan pada korban kematian pada kasus ini diakibatkan
adalah adanya trauma tajam pada bagian perdarahan masif. Mekanisme yang
kepala dan trauma tajam pada seluruh tubuh. menyebabkan adalah adanya robekan
Bukti kedua pemeriksaan dalam pembuluh darah besar (arteri dan vena) di
mengungkapkan terdapat resapan darah yang bagian kepala dan leher. Faktor terprediksi
luas pada kulit kepala bagian dalam dan pada kasus ini adalah perlukaan benda tajam
bercakan darah pada tulang tengkorak yang menghampiri korban.
disekiran garis jejas luka bacok (Gambar 4).
.
Daftar Pustaka
1. Stansby D, Maclennan, Hamilton. dari:http://www.scribd.com/doc/601738
Manegement of massive blood loss: a 60/TEKNIK-AUTOPSI
template guideline. 2017 5. Satyo, Alfred C. Sejarah ilmu kedokteran
2. Fitricia R, Singh S. Tanda intravital yang forensik. Edisi ke-2. Medan : UPT
ditemukan pada kasus tenggelam di Penerbit dan Percetakan Universitas
Departemen Kedokteran Forensik FK Sumatra Utara. 2004. hlm.7-10
USU RSUPH. Adam Malik/RSUD Pirngadi 6. Franklin C.A. Modi’s textbook of medical
Medan pada Bulan Januari 2007 – jusisprudence and toxicology. Edisi ke-
Desember 2009. [Skripsi]. 21. Bombay: N.M. Tripathi Private
[Sumatra]:Universitas Sumatra; 2011. Limited. 1988. hlm.23-4
3. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, 7. Vanita, Sfitry O. Autopsi kapita selekta
Munim TWA, Sidhi, Hertian S, Dkk. Ilmu kedokteran. Edisi Ke-4. Jakarta: Media
kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Aesculapius; 2014.
Kedokteran Forensik Fakultas 8. Nurmalasari, N. Eksistensi pemeriksaan
Kedokteran Universitas Indonesia; 1997 luar dan pemeriksaan dalam (otopsi)
4. C’torus V. Teknik autopsi [internet]. dalam kasus forensik. Yogyakarta: Bagian
Jakarta; 2011 [disitasi tanggal 07 Agustus Kedokteran Forensik UGM. 2011
2017]. Tersedia
9. Satyo, Alfred C. Aspek medikolegal luka. Buku ajar ilmu kedokteran forensik dan
Medan: Majalah Universitas Sumatra medikolegal. Edisi ketiga. Surabaya:
Utara. 1993. 18(2):25-6 Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
10. Idries, A.M., Ilmu kedokteran forensik, Medikolegal Fakultas Kedokteran
Edisi pertama. Jakarta: PT. Binaputra Universitas Airlangga; 2007.
Aksara.1989. hlm.69-82 12. Putz, Reinhard. Sobotta: atlas anatomi
11. Apuranto, H. Luka akibat benda tajam. manusia jilid i. Edisi ke-22. Jakarta: EGC,
In: Apuranto H, Hoediyanto, editors. 1997.