Anda di halaman 1dari 6

Ivani Ridwan & Jims Ferdinan Possible Tambunan | Perdarahan Masif sebagai Sebab Kematian pada Autopsi Kasus

Perlukaan

Perdarahan Masif sebagai Sebab Kematian pada Autopsi Kasus Perlukaan


Ivani Ridwan1, Jims Ferdinan Possible Tambunan2
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Kedokteran Forensik, Rumah Sakit Umum Daerah Jend. Ryacudu, Kotabumi,
Lampung Utara

Abstrak
Perdarahan masif adalah hilangnya 50% jumlah darah dalam waktu kurang dari 3 jam. Keadaan tersebut dapat mengganggu
sirkulasi dan oksigenasi yang dapat menjadi sebab kematian. Sebab kematian akibat perdarahan masif perlu dibuktikan
dengan autopsi, dikarenakan kematian dengan sebab tersebut dapat disebabkan oleh berbagai kondisi yang diantaranya
adalah tindakan kekerasan. Pada kasus ini dilakukan autopsi seorang jenazah laki-laki, berusia 17 tahun, tinggi 161cm yang
menjadi korban perlukaan. Diduga sebab kematian pada kasus ini adalah perdarahan masif akibat mekanisme perlukaan di
kepala dan leher serta luka terbuka di sekujur tubuh yang mempercepat kematian oleh benda tajam

Kata kunci: Autopsi, perlukaan, dan sebab kematian

Massive Bleeding for Death Causes at Autopsy of Injury Case


Abstract
Massive bleeding is a 50% loss of blood count in less than 3 hours. This condition can disturb of circulation and oxygenation
which can cause death. Death causes due to massive bleeding need to be proven by autopsy, because death with the cause can
be caused by various conditions such as violence. In this case the autopsy of a 17-year-old male, 161cm tall who was the
victim of homicide. Suspected cause of death in this case is massive bleeding due to the mechanism of head and cervical
injury with open wounds all over the body that accelerate the death by sharp objects

Keywords: Autopsy, cause of death, and Injury

Korespondensi: Ivani Ridwan | 085694678788 | ivaniridwan11@gmail.com

Pendahuluan berbagai mekanisme dan cara kematian, yang


Darah pada tubuh orang dewasa normal salah satunya akibat tindak kekerasan.
berkisar 7% dari berat badan ideal yang Sehingga diperlukan pembuktian melalui Ilmu
menjadi salah satu komponen pilar kehidupan. Kedokteran Forensik yang merupakan cabang
Sehingga kehilangan darah yang banyak dalam kedokteran yang juga berfungsi untuk
waktu cepat dikatakan sebagai perdarahan penegakan hukum.3
masif yang dapat mengganggu perkusi dan Cara kedokteran forensik untuk
oksigenasi keberlangsungan metabolisme melakukan pembuktian terhadap sebab
tubuh. Dimana perdarahan masif itu sendiri kematian dapat dilakukan dengan prosedur
adalah hilangnya 50% dari total darah dalam autopsi dan Visum et Repertum. Autopsi
tubuh dalam waktu 3 jam. Kondisi tersebut merupakan prosedur pemeriksaan terhadap
dapat menyebabkan kematian.1 tubuh mayat, baik pemeriksaan yang dilakukan
Menurut ilmu kedokteran, kematian pada bagian luar maupun pemeriksaan bagian
adalah berhentinya fungsi sirkulasi dan dalam yang bertujuan untuk menemukan bukti
respirasi secara permanen. Dewasa ini dengan dari proses penyakit dan kondisi yang dapat
berkembangnya teknologi, sehingga sudah ada menyebabkan kematian. Jika ditemukan
alat yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi banyak kondisi kelainan, maka dilakukan
dan respirasi maka definisi kematian berubah penentuan kondisi mana yang menyebabkan
menjadi kematian batang otak. Namun tidak kematian, serta apakah kelainan yang lain
mengesampingkan gangguan dari fungsi berkontribusi terhadap kematian tersebut.
sirkulasi dan respirasi yang dapat Visum et Repertum atau VeR merupakan
menyebabkan kematian.2 keterangan dokter atas permintaan penyidik
Sebab kematian yang diakibatkan oleh yang berwenang atas permeriksaan medik
perdarahan masif dapat disebabkan oleh terhadap manusia, baik hidup atau mati
Majority | Volume 6 | Nomor 3 | Juli 2017| 90
Ivani Ridwan & Jims Ferdinan Possible Tambunan | Perdarahan Masif sebagai Sebab Kematian pada Autopsi Kasus Perlukaan

ataupun bagian tubuh atau bagian yang diduga


dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuan dan
dibawah sumpah, untuk kepentingan
peradilan, yang termasuk diantaranya sebagai
pembuktian dalam kasus perlukaan.4

Kasus
Pada kasus ini, dilakukan autopsi pada Gambar 1. Jenazah Laki-Laki 17 Tahun Terlapor
seorang mayat tidak dikenal (Mr.X), laki-laki Autopsi
berusia 17 tahun. Ditemukan pada 24 Maret
2017 pukul 16.00 di lapangan terbuka. Autopsi 2. Kepala dijumpai sebuah luka robek pada
dilakukan pihak Kedokteran Forensik RSUD bagian kanan berukuran 12x9cm dengan
Jend. Ryacudu setelah menerima permintaan dasar tengkorak intak. Dua luka bacok di
Visum et Repertum (VeR) pemeriksaan luar dan puncak kepala dengan fraktur tulang
dalam (autopsi) jenazah dari penyidik tegkorak (Gambar 2) dan pada bibir hingga
Kepolisian Daerah Lampung Resort Lampung telinga kiri berukuran 12x3,5cm dengan
Utara Sektor Abung Barat. dasar fraktur tulang pipi & rahang atas.
Sesaat sebelum dilaksanakan autopsi Serta luka sayat pada pipi kanan berukuran
didapatkan informasi yang menyatakan bahwa 5cm.
korban yang sebelumnya tidak dikenal (Mr.X)
tersebut ternyata adalah Tn.A. Hal tersebut
terungkap setelah terdapat seorang laki-laki
berusia remaja yang diantar keluarga untuk
mengaku sebagai pelaku tindakan kekerasan
tajam oleh korban yang kemudian
menyebabkan kematian korban. Tindakannya
dibenarkannya karena sebelumnya merasa
terancam dan kemudian merebut senjata
tajam yang dibawa korban dan menyerangnya
lalu meninggalkan korban dan membuang Gambar 2. Luka Bacok Di Kepala Dengan
senjatanya di rawa. Dasar Tengkorak
Oleh karena informasi tersebut, pihak
Kedokteran Forensik RSUD Jend. Ryacudu 3. Leher dijumpai sebuah luka bacok pada
meminta untuk mengubah surat VeR yang bagian kanan belakang dengan dasar tulang
diterima sebelumnya. Perubahan diminta tengkorak & tulang leher (Gambar 3) dan 2
untuk merubah permintaan autopsi terhadap luka bacok pada leher kiri bagian belakang
Mr.X menjadi permintaan autopsi terhadap berukuran 8,5x2cm & 12x4cm dengan dasar
Tn.A. hal tersebut dilakukan untuk tulang leher. Serta sebuah luka sayat pada
menghindari kesalahan yang mungkin terjadi leher kanan berukuran 5cm
dikemudia hari. 4. Punggung dijumpai dua luka bacok pada
kanan atas berukuran 10x3,5cm dengan
Hasil Pemeriksaan Luar : dasar otot tanpa fraktur dan punggung kiri
1. Seorang laki-laki, berusia 17 tahun, tinggi atas berukuran 10x4cm dengan fraktur
badan 161 cm, perawakan sedang, rambut tulang belikat. Enam luka tusuk pada
pendek, bentuk lurus, warna hitam, jumlah punggung atas & kiri bawah panjang
gigi geligi 32. Dijumpai kaku mayat dan bervariasi dari 2,5cm hingga 4,5cm tanpa
lebam mayat yang sulit dinilai. Jenazah satupun yang menembus rongga dada.
mengalami pembusukan lanjut, dijumpai Serta tiga luka sayat pada punggung atas
belatung stadium dua dan tiga pada daerah berukuran 4cm hingga 5cm.
wajah, kepala dan anggota gerak atas.
Terhirup bau busuk (Gambar 1).

Majority | Volume 6 | Nomor 3 | Juli 2017| 91


Ivani Ridwan & Jims Ferdinan Possible Tambunan | Perdarahan Masif sebagai Sebab Kematian pada Autopsi Kasus Perlukaan

9. Selaput tebal otak robek seukuran luka


bacok pada puncak kepala dengan sekitar
robekan berwarna merah kehitaman
10. Pada pembukaan selaput tebal otak
dijumpai otak membubur berwarna hijau
tua bercampur merah dan coklat
kehitaman di bawah puncak kepala.
11. Pembuluh nadi leher tidak dijumpai
kelainan dan tanda kekerasan
12. Pada pengelupasan kulit dada, tidak
Gambar 3. Luka Bacok Pada Leher Kanan dijumpai resapan darah dan fraktur
Dengan Dasar Tengkorak Dan Tulang Leher sternum maupun tulang rusuk
13. Selaput pembungkus rongga dada utuh,
5. Pinggang dijumpai luka sayat pada pinggang tanpa perlengketan paru dengan rongga
kanan berukuran 12x2cm dengan dasar otot dada, tebal lemak 2,8cm
6. Ekstrimitas atas dijumpai sebuah Luka 14. Kantung jantung tidak berisi cairan
bacok pada lengan bawah kanan berukuran 15. Rongga lambung berisi sisa makanan
8x3cm dengan dasar fraktur tulang lengan berupa butiran-butiran nasi yang sudah
bawah kanan pada perabaan. Serta Luka lunak
sayat pada lengan atas kanan bagian 16. Terdapat fraktur dasar tengkorak
berukuran 5,5x0,2cm berbentuk garis tidak beraturan dengan
7. Ekstrimitas bawah dijumpai luka bacok pada serpihan-serpihan tulang yang lepas
lutut kanan bawah berukuran 5x3cm dengan pinggir berwarna merah coklat
dengan dasar luka fraktur tulang pada kehitaman
perabaan 17. Saluran makan atas tidak dijumpai tanda
kekerasan dan kelainan
Hasil Pemerikasaan Dalam : 18. Saluran nafas atas tidak dijumpai tanda
8. Pada pembukaan kulit kepala dijumpai kekerasan
resapan darah yang luas dari area wajah 19. Paru-paru kiri dan kanan berwarna coklat
hingga puncak kepala dengan lebar pada kelabu, teraba derik udara pembusukan,
kulit kepala 7cm (Gambar 4) tanpa dijumpai tanda kekerasan dengan
berat paru kanan 189 gr, paru kiri 191 gr
20. Berat jantung 173 gr

Sehingga tim Kedokteran Forensik RSUD Jend.


Ryaucudu menyimpulkan sebagai berikut. Tn.
A, Seorang laki-laki berusia 17 tahun datang
sebagai Jenazah terlapor autopsi. Hasil
pemeriksaan luar didapatkan kondisi Jenazah
sudah dalam proses pembusukan lanjut,
terdapat mekanisme trauma tajam di bagian
kepala, wajah, leher, punggung, pinggang,
ekstrimitas atas dan bawah. Sedangkan pada
pemeriksaan dalam disimpulkan, sebab
kematian adalah perdarahan masif, dengan
mekanisme luka bacok di kepala yang
Gambar 4. Resapan Darah Luas Pada Bagian menyebabkan kematian dan perlukaan di
Kepala seluruh tubuh Jenazah menjadi kondisi yang
mempercepat kematian Korban.

Majority | Volume 6 | Nomor 3 | Juli 2017| 92


Ivani Ridwan & Jims Ferdinan Possible Tambunan | Perdarahan Masif sebagai Sebab Kematian pada Autopsi Kasus Perlukaan

Pembahasan autopsi dapat diketahui bagaimana kondisi


Autopsi pada kasus ini diperuntukkan akhir medis korban dan dapat pula
sebagai pemeriksaan medik yang dilakukan merumuskan mekanisme kematian korban.8
untuk kepentingan peradilan. Hal tersebut Setelah melakukan autopsi, dari
diperkuat dengan adanya surat permintaan pemeriksaan luar tim forensik mendapatkan
VeR yang dikirimkan oleh penyidik Kepolisian adanya mekanisme trauma luka tumpul
untuk melakukan pemeriksaan luar dan maupun luka tajam pada tubuh korban. Luka
pemeriksaan dalam (autopsi). Sebagaimana tumpul berupa sebuah jejas robekan di kepala
hubungan antara ilmu kedokteran dengan ilmu bagian kanan yang berukuran 12x9cm,
hukum telah dikenal sejak zaman kerajaan sedangkan Luka tajam berupa 6 luka tusuk
Babylonia yang dikenal dengan Hukum (Code). pada bagian punggung dan pinggang, 7 luka
Code tersebut ditulis oleh raja Hammurabi sayat yang tersebar pada bagian kepala, leher,
(Hammurabi Codes) pada tahun 1700 SM. punggung, pinggang dan ekstrimitas bawah,
Selain itu dikenal juga dengan hukum Hittites serta 9 luka bacok yang tersebar pada kepala,
(Code of Hittites) pada tahun 1400SM.5 Hukum leher, punggung, ekstrimitas bawah. Hal
Hittites merincikan tentang kompensasi yang tersebut dapat dirumuskan sebagaimana
harus diberikkan pada kasus-kasus perlukaan. berdasarkan kepustakaan, luka merupakan
Pada masa Persia Kuno masyarakat sudah kerusakan atau hilangnya hubungan antar
mengenal tingkat atau kualifikasi luka dan jaringan (discontinuitas tissue) seperti jaringan
pemeriksaan yang dilakukan pada orang-orang kulit, jaringan lunak, jaringan otot, jaringan
yang mengalami perlukaan. Penulisan lain oleh pembuluh darah, jaringan saraf dan tulang.
Aquillia (572 SM) juga membahas tentang Luka pada kasus ini kembali dirumuskan
perlukaan yang dapat menyebabkan menjadi trauma tumpul atau suatu ruda paksa
kematian.6 pada permukaan terluar tubuh oleh benda
Pada kasus ini kepentingan peradilan yang memiliki sudut atau permukaan tumpul.
yang dimaksud adalah untuk pembuktian Pada trauma benda tumpul dapat
mengenai sebab kematian, mekanisme menyebabkan tiga macam mekanisme
kematian dan faktor yang mungkin ada dalam kerusakan, yaitu luka memar (contusio), luka
mekanisme kematian terjadi. Sedangkan faktor lecet (abrasio) dan luka robek (vulnus
yang dimaksud adalah alat bukti yang mungkin laceratum) dimana pada robekan adalah
membuat jejas perlukaan pada korban. terjadinya terputusnya jaringan kulit dan
Sebagaimana yang dilakukan terhadap jaringan dibawahnya akibat suatu mekanisme
mayat berdasarkan peraturan undang-undang penekanan benda tumpul yang sangat kuat dan
sesuai surat permintaan pemeriksaan atau sangan cepat. Trauma tajam ialah suatu ruda
pembuatan visum et repertum. Tujuannya ialah paksa yang mengakibatkan luka pada
untuk membantu penentuan identitas mayat permukaan tubuh oleh benda-benda tajam.
dan pelaku kejahatan, menentukan sebab pasti Trauma tajam dikenal dalam tiga bentuk, yaitu
kematian, mmperkirakan cara kematian, luka sayat (Vulnus Scissum) yang memiliki
memperkirakan saat kematian, dan gambaran terputusnya jaringan berpinggiran
menuangkan hasil dalam bentuk tertulis rata dengan sisi panjang luka lebih besar dari
obyektif (visum et repertum) maka autopsi lebar serta kedalaman luka disebabkan oleh
pada kasus ini disebut dengan autopsi mekanisme pergesekkan dan penekanan dari
Forensik/Medikolegal.7 sisi benda tajam, Luka tusuk (vulnus punctum)
Namun sayangnya data mengenai yang memiliki gambaran terputusnya jaringan
autopsi mengatakan terjadi penurunan drastis berpinggiran rata dengan sisi kedalaman luka
angka otopsi di seluruh dunia, dari sekitar 60% lebih besar dari panjang serta lebar luka
di tahun 1960 menjadi 10% di tahun 2005, disebabkan oleh mekanisme tekanan dan
khususnya di AS dan Eropa, dengan angka kecepatan yang kuat dari permukaan paling
terendah di Perancis yaitu 3,7% di tahun 1997.2 kecil benda tajam, dan luka bacok (vulnus
Hal tersebut juga terjadi di RSUP. Sardjito, caesum) yang memiliki gambaran terputusnya
angka autopsi juga relatif rendah. Pada tahun jaringan berpinggiran rata dengan sisi
2010 jenis pemeriksaan yang mendominasi kedalaman luka cenderung sama panjang serta
adalah pemeriksaan luar. Padahal, dari hasil dibarengi dengan adanya kerusakan parah
Majority | Volume 6 | Nomor 3 | Juli 2017| 93
Ivani Ridwan & Jims Ferdinan Possible Tambunan | Perdarahan Masif sebagai Sebab Kematian pada Autopsi Kasus Perlukaan

pada organ dibawahnya (seperti tulang dan Bukti ketika didapatkan trauma bacok yang
organ) disebabkan oleh mekanisme tekanan terjadi dibagian kepala menyebabkan penetrasi
dan kecepatan yang sangat kuat dari dari benda tajam hingga ke parenkim otak. Hal
permukaan benda tajam.9,10 tersebut dapat menyebabkan putusnya arteri
Sedangkan pemeriksaan dalam pada post-sentral otak, arteri parietal otak. Bukti
korban membuahkan kesimpulan. Korban keempat berdasarkan luka bacok pada leher
mengalami kematian disebabkan oleh kanan bagian belakang yang memungkinkan
pengeluaran darah yang banyak dalam waktu menyebabkan putusnya arteri karotis eksterna
yang relatif singkat. Proses tersebut dinamakan maupun karotis interna dan vena jugularis
sebagai perdarahan masif yang kemudian eksterna (Gambar 3).12
dapat menyebabkan gangguan perkusi dan
oksigenasi pada tubuh termasuk perkusi dan Simpulan
oksigenasi ke otak. Hal tersebut memicu Batasan keilmuan kedokteran forensik
terjadinya kegagalan sistem respirasi dan adalah untuk menemukan bukti dari sebab
kardiovaskular sebagai pilar kehidupan.1 kematian, mekanisme kematian dan faktor
walaupun pada dasarnya, sebab-sebab instrumen terprediksi yang digunakan. Hasil
kematian pada trauma tajam umumnya terbagi pemeriksaan bersifat objektif. Hasil keterangan
menjadi dua, yaitu penyebab langsung dan pada anamnesis digunakan sebagai
tidak langsung. Penyebab langsung dapat pertimbangan namun tidak boleh
berupa perdarahan, kerusakan alat tubuh yang mengendalikan pemeriksaan.
penting, atau emboli udara yang memicu Pembuktian pada kasus ini berdasarkan
gangguan sistem yang lebih besar lagi. temuan medis dari pemeriksaan luar dan
Penyebab yang tidak langsung biasanya karena pemeriksaan dalam (Autopsi) yang
sepsis/infeksi.11 disandingkan dengan keilmuan. Sebab
Bukti yang dapat ditemukan pada korban kematian pada kasus ini diakibatkan
adalah adanya trauma tajam pada bagian perdarahan masif. Mekanisme yang
kepala dan trauma tajam pada seluruh tubuh. menyebabkan adalah adanya robekan
Bukti kedua pemeriksaan dalam pembuluh darah besar (arteri dan vena) di
mengungkapkan terdapat resapan darah yang bagian kepala dan leher. Faktor terprediksi
luas pada kulit kepala bagian dalam dan pada kasus ini adalah perlukaan benda tajam
bercakan darah pada tulang tengkorak yang menghampiri korban.
disekiran garis jejas luka bacok (Gambar 4).
.
Daftar Pustaka
1. Stansby D, Maclennan, Hamilton. dari:http://www.scribd.com/doc/601738
Manegement of massive blood loss: a 60/TEKNIK-AUTOPSI
template guideline. 2017 5. Satyo, Alfred C. Sejarah ilmu kedokteran
2. Fitricia R, Singh S. Tanda intravital yang forensik. Edisi ke-2. Medan : UPT
ditemukan pada kasus tenggelam di Penerbit dan Percetakan Universitas
Departemen Kedokteran Forensik FK Sumatra Utara. 2004. hlm.7-10
USU RSUPH. Adam Malik/RSUD Pirngadi 6. Franklin C.A. Modi’s textbook of medical
Medan pada Bulan Januari 2007 – jusisprudence and toxicology. Edisi ke-
Desember 2009. [Skripsi]. 21. Bombay: N.M. Tripathi Private
[Sumatra]:Universitas Sumatra; 2011. Limited. 1988. hlm.23-4
3. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, 7. Vanita, Sfitry O. Autopsi kapita selekta
Munim TWA, Sidhi, Hertian S, Dkk. Ilmu kedokteran. Edisi Ke-4. Jakarta: Media
kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Aesculapius; 2014.
Kedokteran Forensik Fakultas 8. Nurmalasari, N. Eksistensi pemeriksaan
Kedokteran Universitas Indonesia; 1997 luar dan pemeriksaan dalam (otopsi)
4. C’torus V. Teknik autopsi [internet]. dalam kasus forensik. Yogyakarta: Bagian
Jakarta; 2011 [disitasi tanggal 07 Agustus Kedokteran Forensik UGM. 2011
2017]. Tersedia

Majority | Volume 6 | Nomor 3 | Juli 2017| 94


Ivani Ridwan & Jims Ferdinan Possible Tambunan | Perdarahan Masif sebagai Sebab Kematian pada Autopsi Kasus Perlukaan

9. Satyo, Alfred C. Aspek medikolegal luka. Buku ajar ilmu kedokteran forensik dan
Medan: Majalah Universitas Sumatra medikolegal. Edisi ketiga. Surabaya:
Utara. 1993. 18(2):25-6 Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
10. Idries, A.M., Ilmu kedokteran forensik, Medikolegal Fakultas Kedokteran
Edisi pertama. Jakarta: PT. Binaputra Universitas Airlangga; 2007.
Aksara.1989. hlm.69-82 12. Putz, Reinhard. Sobotta: atlas anatomi
11. Apuranto, H. Luka akibat benda tajam. manusia jilid i. Edisi ke-22. Jakarta: EGC,
In: Apuranto H, Hoediyanto, editors. 1997.

Majority | Volume 6 | Nomor 3 | Juli 2017| 95

Anda mungkin juga menyukai