21-Article Text-39-1-10-20151220
21-Article Text-39-1-10-20151220
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah memberi gambaran tentang perkembangan hutan rakyat di Kalimantan
Selatan dan informasi tentang sifat dan manfaat kayu hutan rakyat, dengan harapan kayu dari hutan
rakyat ini dapat berkembang menjadi salah satu sumber bahan baku pengganti kayu hutan alam
sehingga dapat mendukung perkembangan industri pengolahan kayu di Kalimantan Selatan.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian
menunjukan bahwa hutan rakyat terbukti sangat bermanfaat baik bagi pemiliknya, masyarakat dan
lingkungannya serta bagi pemerintah daerah khususnya dalam rangka memenuhi pasokan kayu bulat
untuk lokal. Sampai tahun 2011 luasan hutan rakyat yang dikembangkan oleh pemerintah di
Kalimantan Selatan telah mencapai 2.895 ha, dan yang paling luas berada di kabupaten Tanah Laut
yakni seluas 935 ha. Jenis kayu yang dikembangkan adalah kayu sengon, jati, mahoni, karet, petai,
akasia, galam, kemiri. Sifat-sifat kayu tersebut perlu dipahami dan diketahui sebelum kayu
bersangkutan dimanfaatkan baik sebagai bahan bangunan maupun sebagai bahan baku industri,
karena sifat-sifat tersebut pada dasarnya sangat menentukan kualitas produk kayu yang akan
dihasilkan. Secara tehnis kayu hutan rakyat dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan, komponen
perahu/perkapalan dan bahan baku industri.
Kata kunci: perkembangan, hutan rakyat, Provinsi Kalimanatn Selatan
Abstract
The purpose of this study is to provide an overview of the development of community forests in South
Kalimantan and information about the properties and benefits of community forest timber, the hopes
community forests timber can be develop into a source of raw materials of natural forest wood substitute
that can support the development of the wood processing industry in South Kalimantan. The result showed
that Community forest proved to be very useful both for the owner, the community and the environment as
well as for the government especially in order to meet the timber supply for local. Until the year 2011 the
community forest area that was developed by the government in South Kalimantan has reached 2,895 ha,
and the most widely are the Tanah Laut district covering 935 ha.The wood species that developed is
sengon, jati, mahoni, karet, petai, akasia, galam, kemiri. The properties of the wood needs to be
understood and known before the relevant timber used both as a building material or as raw material for
the industry, because these properties are basically determine the quality of wood products that will be
produced. Technically private community forest wood can be used for building materials, components
boat/ship and industrial raw materials.
Keyword: developments, community forests, South Kalimantan
Sumber: Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah V, Dinas Kehutanan Prov. Kalsel, dalam Anonim, 2012.
Berdasarkan data dalam Tabel 1 tersebut menurut Sumargo dkk (2011), laju deforestasi pada
diketahui bahwa kawasan hutan Kalimantan Selatan periode tahun 2000-2009 adalah sebesar 1,51 juta
sejak tahun 1984 sampai tahun 2009 telah berkurang ha/tahun, dengan laju deforestasi terbesar terjadi di
seluas 534.738 hektar. Tingginya angka Kalimantan yaitu sebesar 550.586,39 ha/tahun. Di
kehilangan/penurunan tersebut tidak lepas dari Kalimantan Selatan sampai tahun 2010, angka
pengaruh perkembangan penduduk. Jumlah penduduk deforestasi di dalam dan di luar kawasan hutan (hutan
yang semakin banyak mengakibatkan naiknya primer, hutan skunder dan hutan lainnya) adalah
kebutuhan akan produk yang berbahan dasar kayu, 8.809,20 ha/tahun.
yang berasal dari kayu hutan, sehingga menimbulkan Luas kawasan hutan di Kalimantan Selatan
berbagai tekanan terhadap hutan, baik secara legal sesuai dengan fungsinya yang tercantum dalam
maupun illegal. Pertambahan penduduk juga Keputusan Menteri Kehutanan No SK.
mengakibatkan meningkatnya permintaan konversi 435/MENHUT-II/2009 tercatat sebesar 1.779.982
hutan untuk dijadikan lahan perkebunan, pertanian hektar lebih yang tersebar di masing-masing
maupun untuk tempat pemukiman dan pembukaan kabupaten/kota seperti pada Tabel 2.
jalan darat. Selain itu adalah adanya tuntutan daerah Berdasarkan data dalam Tabel 2 tersebut,
untuk meningkatkan pendapatan asli daerah sehingga kawasan hutan yang digunakan terbanyak pada Hutan
banyak lahan yang dibuka untuk pertambangan Produksi sebesar 762.188 ha, disusul penggunaan
batubara, biji besi dan mineral lainnya. Sementara itu Hutan Lindung sebesar 526.426 ha, KSA-KPA
berdasarkan data resmi yang dikeluarkan oleh sebesar 213.285 ha, HPK seluas 151.424,000 dan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Departemen penggunaan luas kawasan yang paling sedikit adalah
Kehutanan (Tahun 2009) bahwa laju deforestasi di Hutan Produksi Tetap (HPT) sebesar 126.659 ha.
Indonesia diperkirakan 1,08 juta ha per tahun (2000- Kabupaten yang memiliki kasawan hutan terbanyak
2005). Laju deforestasi ini dikelompokkan adalah kabupaten Kotabaru yakni seluas 566.640,783
berdasarkan kelompok hutan primer, hutan sekunder hektar sedangkan terkecil berada di kota Banjarmasin
dan hutan lainnya (hutan hasil budidaya manusia yaitu hanya 83,926 hektar. Peta kawasan hutan
termasuk hutan tanaman baik hutan tanaman industri Kalimantan Selatan tercantum pada gambar 1.
maupun reboisasi dan penghijauan). Sedangkan
Jenis-jenis kayu yang ada di kawasan hutan dibebani hak milik dan atau hak lainnya termasuk
Kalimantan Selatan diketahui sangat beragam, dan hutan produksi yang dapat dikonversi dengan dikelola
diperkiraan ada sebanyak 200 jenis kayu dalam satu secara intensif dan didominasi oleh tanaman kayu-
hektar. Beberapa jenis kayu yang sudah dikenal kayuan yang dikerjakan secara perorangan, kelompok,
terutama dalam dunia perdagangan antara lain adalah atau badan hukum (Dirjen RRL Departemen
kelompok kayu meranti merah, meranti putih, meranti Kehutanan, 1996).
kuning, kelompok keruing, ulin, agatis, ramin, Menurut Purwanto, dkk. (2004), secara umum
sungkai/lurus, medang, mahang, sumpung, alau, pulai, ada beberapa karakteristik hutan rakyat antara lain:
palawan, anglai, durian, laban, balau, dungun, kapur, 1. Luas lahan rata-rata yang dikuasai sempit.
birik, pantung, pulantan, nyatoh, bangkal, jelutung, 2. Pada umumnya petani berlahan sempit menanam
damar, perapat, bakau, api-api dan lainnya. kayu-kayuan dengan tanaman lainnya dengan pola
Potensi kayu di Kalimantan Selatan selain tumpangsari, campuran agroforestri, sedangkan
berasal dari hutan alam, juga berasal dari hutan petani berlahan luas yang komersil memungkinkan
tanaman industri ( HTI), hutan tanaman rakyat (HTR), pengembangan hutan rakyat dengan sistem
hutan rakyat (HR) dan dari tanaman perkebunan monokultur.
seperti tanaman karet dan kelapa sawit. Hutan 3. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam
tanaman tersebut khususnya penghasil kayu keluarga.
pertukangan diharapkan akan menjadi pemasok utama 4. Skala usaha kecil
industri perkayuan di masa mendatang, karena hutan 5. Kontinyuitas dan mutu kayu kurang terjamin.
alam sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan 6. Beragamnya jenis tanaman dengan daur yang tidak
kayu. menentu atau beragam.
7. Kayu dalam hutan rakyat tidak diposisikan sebagai
Perkembangan Hutan Rakyat andalan pendapatan rumah tangga petani tetapi
Hutan Rakyat (HR) adalah hutan yang dimiliki dilihat sebagai ”tabungan” yang segera dapat
oleh rakyat dengan luas minimal 0,25 ha dan dijual pada saat dibutuhkan.
penutupan tajuk tanaman lainnya lebih dari 50% atau 8. Teknik silvikultur sederhana dan memungkinkan
pada tanaman tahun pertama terdapat minimal pengembangan dengan biaya rendah, meskipun
sebanyak 500 tanaman per hektar (Anonim, 2005 hasilnya kurang optimal. Namun kontinyuitas hasil
dalam Sukadaryati, 2006). Hutan rakyat dalam arti dalam horizon waktu dan penyebaran resiko
yang luas meliputi jaminan atas akses dan kontrol menjadi pilihan petani bagi petani kecil.
terhadap sumber daya hutan untuk penghidupan 9. Keputusan pemanfaatan lahan untuk hutan rakyat
masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan seringkali merupakan pilihan terakhir apabila
dimana mereka tergantung terhadapnya secara pilihan lainnya tidak memungkinkan.
ekonomi, sosial, kultural dan spiritual. 10. Kayu tidak memberikan hasil cepat, bukan
Pengertian hutan rakyat di luar jawa adalah lahan merupakan komoditi konsumsi sehari-hari,
yang dimiliki rakyat dan di luar konsesi tersebut dan membutuhkan waktu lama sehingga pendapatan
310 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 4 Edisi Desember 2014: 307 - 314
dari kayu rakyat merupakan pendapatan leucadendron), Akasia (Acacia mangium), karet
sampingan dalam pendapatan rumah tangga (Hevea brasiliensis), kemiri (Aleurites moluccana),
petani. petai (Parkia speciosa), cempedak (Artocarpus
11. Usaha hutan rakyat merupakan usaha yang tidak integera). Menurut Sendjoto (2008), hutan rakyat di
pernah besar tetapi tidak pernah mati. Kabupaten Tanah Laut diusahakan secara monokultur
12. Instansi dan organisasi yang terlibat dalam dan multikultur. Hutan rakyat monokultur seperti
pengelolaan hutan rakyat cukup banyak tetapi karet, kelapa, jati dan akasia sementara hutan rakyat
tidak ada satupun yang bertanggung jawab penuh multikkultur meliputi beberapa jenis yang diusahakan
atas kelangsungan hutan rakyat. sesuai dengan kebutuhan pemiliknya.
13. Perundangan, kebijakan, tata nilai, tata prilaku dan Menurut Supriadi (2006), luas areal hutan rakyat
sebagainya belum optimal mendukung yang telah ditebang memberikan hasil berupa produksi
pengembangan hutan rakyat. kayu yang berbeda-beda jumlahnya, tergantung
Mengingat pentingnya keberadaan hutan rakyat kepada jenis kayu dan luas areal. Sebagai contoh dari
sebagai sumber daya hutan dan ekonomi maka 205,22 ha penebangan tanaman sengon menghasilkan
pengembangan hutan rakyat semakin mendapat 20.551,41 m3, kayu mahoni dari 82,55 ha
perhatian. Departemen kehutanan berdasarkan arah menghasilkan 8.252,06 m3, kayu jati dari 0,33 ha
pembangunan jangka panjang kehutanan 2006 - 2025 menghasilkan 32,70 m3. Dengan demikian berarti
telah mencantumkan program peningkatan luasan dalam satu hektar tanaman sengon akan menghasilkan
hutan rakyat yang mandiri dan mendukung fungsi 100,2 m3, satu hektar tanaman mahoni menghasilkan
hutan sebagai penyangga kehidupan dan kesejahteraan 100,7 m3, dan satu hektar tanaman jati menghasilkan
masyarakat. 99,1 m3 kayu bulat. Dengan menggunakan data
Pengembangan Hutan Rakyat di Kalimantan tersebut maka dapat diassumsikan bahwa potensi kayu
Selatan dilaksanakan dengan dana APBD I (Propinsi), bulat dari hutan rakyat dalam satu hektar diperkirakan
DAK-DR/APBD II dan Dana Pemerintah Lainnya. rata-rata 100 m3. Jika demikian dan berdasarkan data
Hasil pelaksanaan pengembangan Hutan Rakyat di dalam tabel 1 tersebut di atas, berarti di Kalimantan
Kalimantan Selatan dengan dana APBD Propinsi Selatan diperkirakan tersedia potensi kayu bulat dari
sejak tahun 2001-2011 tercantum dalam Tabel 3. hutan rakyat sebanyak 289.500 m3. Sementara itu
Berdasarkan Tabel 3 tersebut jumlah hutan sebagai gambaran bahwa menurut data dari Dinas
rakyat di kalimantan Selatan dengan menggunakan Kehutanan dalam Anonim (2012), produksi kayu bulat
anggaran APBD provinsi dan DAK-DR/APBD II dari hutan rakyat pada tahun 2011 tercatat sebanyak 2.
sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2011 seluas 889,21 m3.
2.895 ha, dan diketahui yang paling luas berada di
kabupaten Tanah Laut yakni seluas 935 ha, kemudian Sifat dan Manfaat Kayu Hutan Rakyat
kabupaten Tapin seluas 445 ha, sedangkan yang Dalam penggunaannya, kayu dipengaruhi oleh
terendah adalah kabupaten Hulu Sungai Utara yakni sifat-sifatnya, yaitu sifat fisis, mekanis, anatomis,
50 ha. Jenis pohon yang ditanam di hutan rakyat kimia maupun sifat lainnya. Sifat tersebut dipengaruhi
tersebut adalah kayu sengon (Paraserianthes oleh jenis kayu, umur pohon, letak kayu dalam pohon,
falcataria), mahoni (Swietenia macrophylla), jati perbedaan tempat tumbuh serta faktor lainnya yang
(Tectona grandis) dan galam (Melaleuca mempengaruhi pertumbuhannya (Brown et al., 1958).
Tahun (Ha)
Kabupaten/Kota
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Kotabaru 25 25 30 25 - 50 - - - - -
44* 63* 167*
Tanah laut 25 25 - 75* 50 100 25 25 330 330 25
200* 500* 75* 150*
Barito kuala 150 25 60 75 - - - - - - 25
Banjar 50 25 60 125 50 50 75 - - - -
Banjarbaru 25 25 - 25 - - - - - - -
Tapin 100 25 30 25 - - - 50 70 120 25
H.S.S 50 25 30 50 - 50 - 25 - - -
H.S.T 25 25 30 175* 35* 50 75* - 465* - -
30* 150*
H.S.U 25 25 - - - - - - - - -
Tabalong 25 25 30 25 - - - - - - -
Jumlah 500 250 270 350 100 300 100 100 400 450 75
244* 93* 417* 535* 225* 225* 465*
Sumber; Dinas kehutanan Provinsi Kalsel, 2007
Pengembangan danRakyat
Hutan 2010 ; di
Dinas Kehutanan
Kalimantan – Gusti Syahrani
Kab.Kotabaru,
Selatan 2010; Dinas
Noor | 311
Kehutanan, Peternakan dan Perikanan Kab. Hulu Sungai Tengah, 2010 ;Anonim, 2012
*) = DAK-DR/APBD II
Jenis kayu yang berasal dari hutan rakyat ialah kg/cm2, kekerasan ujung 342,7 kg/cm2, kekerasan sisi
jenis kayu yang diusahakan atau dibudidayakan oleh 272,12 kg/cm2.
rakyat dengan lokasi atau tempat tumbuh tidak teratur Kayu akasia ini tergolong mudah dikerjakan dan
atau tidak terpola, biasanya ditanam pada areal dekat mutu pengerjaan halus. Kualitas penyerutan,
hutan alam/hutan tanaman atau tanah-tanah negara pembentukan dan pembubutan tergolong sangat baik.
yang belum dimanfaatkan. Jenis-jenis kayu yang Di Kalimantan Selatan kayu ini dijadi bahan bangunan
berasal dari tanaman rakyat bervariasi tergantung (balok, papan, kaso/reng) dan digunakan sebagai
permintaan pemakai atau tanaman yang sudah tumbuh bahan baku industri mebel pengganti kayu jati, karena
secara alami. Jenis-jenis kayu yang sering dijumpai di serat dan kenampakannya hampir menyerupai kayu
hutan rakyat di Kalimantan Selatan antara lain adalah jati. Kayu ini juga dapat dijadi papan buatan (papan
sengon, karet, jati, galam, mahoni, kayu buah seperti semen, papan partikel,papan/balok lamina).
kecapi, cempedak/tiwadak, nangka, kelapa, kemiri,
mangga, rambutan dan lain-lain. 2. Kayu Galam
Jenis kayu hutan rakyat umumnya merupakan Kayu galam (Melaleuca leucadendron),
jenis cepat tumbuh dan tidak dirawat serta umur termasuk kayu kelas awet III, kelas kuat II, kayunya
masak tebangnyapun bervariasi bergantung dari keras dan berat dengan berat jenis rata-rata 0,85 (OEY
kebutuhan pemiliknya. Selain itu batang kayu hutan JOEN SENG, 1990), kayunya berwarna putih kelabu
rakyat umumnya merupakan kayu muda, berdiameter dengan sedikit merah dan kulit batang yang sudah tua
kecil dan banyak cabang. Biasanya kayu yang muda akan tampak seperti terkelupas. Daun galam
menghasilkan kayu dengan berat jenis rendah, berbentuk runcing-runcing dengan bunga yang
sehingga kayu tersebut kurang kuat dan kurang awet berwarna putih. Kayu galam memiliki kelemahan
dan mudah diserang oleh organisme perusak kayu. yakni mudah retak/pecah bila dikeringkan, mudah
Selain itu diameter kayu hutan rakyat kecil sehingga diserang jasad perusak kayu (bubuk dan rayap).
rendemen penggergajian yang diperoleh relatif sedikit. Kayu galam (Melaleuca leucadendron) dalam
Setiap jenis kayu memiliki karakteristik atau keadaan kering udara (Syahrany, 2003) memiliki
sifat-sifat tersendiri baik sifat fisik, mekanik maupun keteguhan lentur pada batas patah 1014 kg/cm2,
sifat kimia. Secara tehnis sifat-sifat kayu tersebut perlu modulus elastisitas 147,9 ton/cm2, keteguhan tekan
dipahami dan diketahui sebelum kayu itu digunakan sejajar serat 544 kg/cm2. Kayu galam di Kalimantan
baik sebagai bahan bangunan maupun sebagai bahan Selatan umumnya tumbuh dilahan-lahan rawa dan
baku industri, karena sifat-sifat tersebut pada dasarnya tanaman ini banyak dijumpai di Kabupaten Barito
sangat menentukan kualitas kayu bagi suatu Kuala. Kayu galam sudah merupakan salah satu bahan
peruntukan tertentu. baku industri penggergajian di kabupaten tersebut.
Sifat-sifat kayu yang perlu diketahui dan Kayu ini umumnya dijadikan papan dan balok, arang,
dipahami pada beberapa jenis kayu terutama jenis kayu bakar dan bahan penopang konstruksi bangunan,
kayu yang ada di hutan rakyat Kalimantan Selatan bahan untuk siring jalan, komponen perahu.
adalah sebagai berikut:
3. Kayu Sengon
1. Kayu Akasia Kayu Sengon atau Jeunjing (Paraserianthes
Kayu akasia (Acasia mangium) termasuk falcataria), pada bagian teras berwarna putih atau
golongan kayu ringan atau rendah dengan berat jenis coklat muda pucat, bagian gubal umumnya tidak
antara 0,45-0,75 (Karnasudirdja dan Kadir (1993) dan berbeda dengan bagian terasnya. Termasuk kayu
termasuk kayu kelas kuat III-IV (Anonim, 1994), kurang kuat dan sangat tidak awet dan menurut
kelas awet III (Oey Djoen Seng, 1951). Nilai Martawijaya dan Kartasujana (1977), kayu sengon
penyusutan kayu aksia dari keadaan basah sampai termasuk kayu kelas kuat IV - V dan dan kelas awet
kering udara pada arah radial 1,65 % dan arah IV/V dengan berat jenis rata-rata 0,33. Nilai
tangensial 3,87 % (Nurwati dan Basri, 1990). Akasia penyusutan dalam arah radial dan tangensial berturut-
mangium pada bagian terasnya lebih gelap dan turut 2,5 % dan 5,2 %.
berwarna agak kecoklatan atau coklat muda hampir Kayu sengon dalam kering udara (Martawijaya
menyerupai warna kayu jati, sedangkan bagian dan Kartasudjana, 1977) memiliki keteguhan lentur
gubalnya lebih cerah dan berwarna putih agak pada batas proporsi 316 kg/cm2, keteguhan lentur pada
kuningan-kuningan, dan berserat lurus. batas patah 526 kg/cm2, modulus elastisitas 44.500
Menurut Nurwati dan Basri (1990) kayu akasia kg/cm2, keteguhan pukul arah radial 24,1 kgm/dm3,
memiliki keteguhan lentur pada batas patah 728,06 keteguhan pukul arah tangensial 23,6 kgm/dm3,
kg/cm2, modulus elastisitas 104,8 ton/cm2, keteguhan keteguhan geser arah radial 44,5 kg/cm2, keteguhan
pukul 42 kgm/dm3, keteguhan tekan sejajar serat 338,5 geser arah tangensial 49,5 kg/cm2, keteguhan belah
kg/dm2, keteguhan tekan tegal lurus serat 100,48 arah radial 33,6 kg/cm2, keteguhan belah arah
kg/cm2, keteguhan geser arah tangensial 71,8 kg/cm2, tangensial 36,4 kg/cm2, keteguhan tarik tegak lurus
keteguhan belah arah tangensial 115,8 kg/cm2, serat arah radial 25,5 kg/cm2, keteguhan tarik tegak
keteguhan tarik tegak lurus serat arah tangensial 88,8 lurus serat arah tangensial 27,5 kg/cm2, kekerasan
ujung 222 kg/cm2, kekerasan sisi 119 kg/cm2.
312 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 4 Edisi Desember 2014: 307 - 314
Kayu sengon mudah digergaji, tetapi tidak dalam pengolahan diperlukan ketelitian dan peralatan
semudah kayu meranti merah, dapat diserut dan yang sangat tajam agar tidak cacat berupa serat
divernis/dipelitur dengan hasil cukup baik. Kayu berbulu dan serat patah.
sengon ini tumbuhnya sangat cepat dan memiliki Kayu karet memiliki berat jenis 0,62–0,65 dan
prospek untuk dikembangkan menjadi salah satu kelas kuat II-III. Berarti kayu ini kekuatannya setara
bahan baku mebel di Kalimantan Selatan. Di dengan kayu ramin, perupuk, akasia, mahoni, pinus,
kabupaten Tanah laut potensi kayu sengon cukup meranti, durian, ketapang, keruing, sungkai,
besar dan oleh masyarakat kayunya digunakan sebagai gerunggang, dan nyatoh (Oey Djoen Seng 1990;
bahan baku mebel seperti lemari dan kursi. Di jawa Budiman 1987; Sutigno dan Mas’ud 1989;
Barat kayu ini dibuat, balok, papan untuk dijadikan Sulastiningsih dkk. 1999).
bahan bangunan. Kayu ini juga dapat dijadikan peti Kayu karet yang berumur 20 tahun, memiliki
kemas, finir kayu lapis, papan buatan dan tangkai nilai keteguhan lentur 662,9 kg/cm2, keteguhan tekan
korek api. sejajar serat 83,80 kg/cm2, keteguhan geser 104,87
kg/cm2 (Sugihartono dan Bangun, 1990). Kayu karet
4. Kayu Jati tergolong kayu kelas awet rendah (kelas awet V). Sifat
Kayu jati pada bagian gubalnya berwarna lain yang menarik dari kayu karet adalah mudah
coklat muda, dan warna bagian gubal putih atau digergaji dengan hasil gergajian yang cukup halus,
kelabu kekuningan. Kayu jati mudah dikerjakan dan serta mudah dibubut dengan permukaan yang rata dan
divernis dan dipelitur dengan hasil yang baik dan halus. Kayu karet mudah pecah bila dipaku sehingga
tergolong kayu yang kuat dan lebih awet. Menurut perlu hati-hati dalam pengerjaannya. Papan yang
Martawijaya dan Kartasujana (1977) bahwa kayu jati tebalnya sampai 2,5 cm akan menjadi kering udara
termasuk kayu kelas awet II dan kelas kuat II. dalam waktu kira-kira 2 bulan jika dikeringkan
Martawijaya dkk, (1981) kayu jati memiliki keteguhan dibawah atap. Dalam masa pengeringan kayu karet
lentur pada batas proporsi 718 kg/cm2, keteguhan mudah timbul cacat seperti bengkok, pecah atau
lentur pada batas patah 1.031 kg/cm2, modulus menggelinjang. Selain itu, kayu karet mempunyai sifat
elastisitas 127.700 kg/cm2, keteguhan pukul arah perekatan yang baik dengan semua jenis perekat
tangensial 21,79 kgm/dm3, keteguhan geser arah radial industri.
80 kg/cm2, keteguhan geser arah tangensial 89 kg/cm2, Di Kalimantan Selatan tanaman karet merupakan
keteguhan belah arah radial 31 kg/cm2, keteguhan salah satu komoditi unggulan daerah dan produk
belah arah tangensial 39,8 kg/cm2, kekerasan ujung utamanya berupa latek. Kayunya sudah dimanfaatkan
414 kg/cm2, kekerasan sisi 428 kg/cm2. untuk bahan baku industri mebel dan dijadikan kayu
Di Kalimantan Selatan khususnya Kabupaten bakar oleh industri kecil seperti pabrik tahu.
Tapin, kayu jati ditanam masyarakat dilahan-lahan
hak miliki. Kayu jati hasil tanaman masyarakat 6. Kayu Kemiri
tersebut sudah ada yang menggunakan sebagai bahan Kayu Kemiri (Aleurites moluccana), merupakan
baku mebel ukiran, seperti kursi, meja, toilet, lemari. jenis pohon serbaguna karena hampir seluruh
Tanaman jati yang digunakan untuk mebel tersebut bagiannya dapat dimanfaatkan. Kayunya berwarna
umumnya berumur 20 tahun. Produk mebel yang kayu putih kekuning-kuningan dan tidak dapat
dihasilkan selain dipasarkan di dalam kabupaten Tapin dibedakan antara kayu gubal dan teras. Tekstur kayu
juga dipasarkan keluar daerah seperti ke Banjarmasin. agak kasar, arah serat lurus, kesan raba agak kesat,
permukaan agak mengkilap. Kayu ini memeiliki berat
5. Kayu Karet jenis rata-rata 0,31 dan menurut Martawijaya, et
Ada beberapa alasan mengapa kayu karet dapat al.(2005), kayu kemiri tergolong kelas kuat IV dan
digunakan sebagai substitusi kayu hutan alam dan kelas awet IV – V. Kayu ini sangat mudah terserang
menjadi andalan dalam memenuhi kebutuhan kayu. jamur biru (blue stain) dan organisme perusak kayu
Alasan tersebut adalah karena sifat-sifat dasar kayu lainnya. Meskipun demikian, kayu kemiri termasuk
karet, baik sifat fisik, mekanis maupun kimia relatif kayu yang mudah dikeringkan, diawetkan, dan mudah
sama dengan kayu hutan alam, potensi ketersediaan dalam pengerjaannya. Kayu ini dapat digunakan
kayu karet cukup besar sejalan dengan peremajaan sebagai bahan venir inti, tusuk gigi sumpit makan,
perkebunan karet rakyat, dan nilai ekonomis kayu peti, barang kerajinan (topeng dan wayang golek) dan
karet cukup baik. mainan anak-anak.
Kayu karet (Hevea brasiliensis) yang baru Menurut Asdar dan Lempang (2006), pengujian
ditebang berwarna keputih-putihan, kemudian dengan sifat mekanik kayu kemiri yang dilakukan pada kayu
cepat mengalami perubahan warna menjadi berwarna dalam kondisi kering udara diperoleh nilai rata-rata
coklat muda agak kepirang-pirangan, sedangkan kayu keteguhan lentur pada batas proporsi 414,21 kg/cm2,
gubalnya berwarna putih. Kayu ini tidak memiliki keteguhan lentur pada batas patah 534,63 kg/cm2 dan
batas yang jelas antara kayu gubal dan kayu teras. modulus elastisitasnya rata-rata 17.888 kg/cm2,
Kayu karet berserat lurus dengan tekstur beragam dari keteguhan tekan sejajar serat rata-rata 215,66 kg/cm2,
agak kasar dan rata. Pada bagian yang berdekatan keteguhan tekan tegak lurus serat 48,08 kg/cm2 dan
dengan mata kayu, serat kayu sering berpadu sehingga keteguhan pukul rata-rata 0,47 kg/cm2.
DAFTAR PUSTAKA
314 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 4 Edisi Desember 2014: 307 - 314