DRAFT KAJIAN
BEM SEKALSEL
FORUM BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
SELURUH KALIMANTAN SELATAN
Jalan Brigjen H. Hasan Basri Banjarmasin, Kal-Sel, 70124 Telp. 0822-5518-7658
Jalan Jenndral A. Yani Km. 36 Banjarbaru, Kal-Sel, 70714 Telp. 0853-4800-4556
PENDAHULUAN
Kalimantan yang di masa lalu kerap digambarkan sebagai pulau ditumbuhi hutan
hujan tropis lebat dengan orang-orang yang hidup di bawah tajuknya, telah mengalami
perubahan dramatis hanya dalam setengah abad terakhir. Dimulai oleh penebangan hutan
untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor, kebakaran hutan besar-besaran karena
dikeringkannya lahan gambut, dan belakangan konversi menjadi perkebunan sawit,
bentang alam di pulau ini telah mengalami perubahan drastis yang nyaris tanpa bisa
dipulihkan kembali.
Secara keseluruhan, laju kerusakan hutan Borneo dua kali lipat lebih cepat
dibandingkan hutan tropis lain di dunia. Aktivitas produksi komoditas menjadi faktor
utama deforestasi di Kalimantan. Degradasi hutan dimulai dengan pembukaan jalur
penebangan kayu, yang memberikan akses ke daerah-daerah terpencil untuk penebangan
dan pengolahan kayu. Setelah kayu diambil, hutan diratakan untuk industri perkebunan dan
pertambangan.
FORUM BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
SELURUH KALIMANTAN SELATAN
Jalan Brigjen H. Hasan Basri Banjarmasin, Kal-Sel, 70124 Telp. 0822-5518-7658
Jalan Jenndral A. Yani Km. 36 Banjarbaru, Kal-Sel, 70714 Telp. 0853-4800-4556
Kawasan hutan di Kalimantan Selatan meliputi areal kurang lebih seluas 1.779.982
hektar. Sebagai provinsi yang terletak di Pulau Kalimantan sebagian besar didominasi oleh
tipe hutan hujan tropis, sekaligus dikenal sebagai tempat megadiversity sehingga menjadi
pusat konsentrasi keragaman hayati baik di daratan maupun perairan.
Sampai dengan tahun 1990-an, sumberdaya hutan telah menjadi modal utama
pembangunan di Provinsi Kalimantan Selatan yang memberi dampak positif antara lain
terhadap peningkatan devisa, penyerapan tenaga kerja dan mendorong pengembangan
wilayah dan pertumbuhan ekonomi. Namun demikian pemanfaatan hasil hutan kayu secara
berlebihan dan besarnya perubahan kawasan hutan untuk kepentingan non kehutanan
menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan lingkungan, ekonomi, dan sosial pada
dekade terakhir.
DAS yaitu berkurangnya fungsi DAS sebagai pengatur tata air, produksi lahan yang
menurun dan air yang di tandai perubahan sifat hidrologi sistem sungai (kualitas, kuantitas,
kontiunitas). Suatu lahan dinyatakan sebagai lahan kritis apabila usaha untuk mengambil
manfaat dari produktivitasnya tidak sebanding dengan hasil produksinya. Maka dari itu
perlu upaya untuk merehabilitasi lahan tersebut agar produktivitasnya bisa pulih kembali.
KLHK mengatakan penurunan luas hutan alam di Daerah Aliran Sungai (DAS)
Barito di Kalimantan Selatan mencapai 62,8%. Sebelumnya tim tanggap darurat bencana di
LAPAN menyebut penyebab banjir terbesar itu adalah berkurangnya hutan primer dan
sekunder dalam 10 tahun terakhir di keseluruhan provinsi tersebut.
KLHK menyebutkan penurunan luas hutan alam di DAS Barito, wilayah yang
mengalami bencana banjir di Kalsel, terjadi selama periode 1990-2019. Penurunan terbesar
terjadi pada tahun 1990-2000 sebanyak 55,5%
Tim tanggap darurat bencana di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN), mengatakan penyebab terjadinya banjir terbesar di Kalimantan Selatan itu
adalah berkurangnya hutan primer dan sekunder yang terjadi dalam rentang 10 tahun
terakhir.
Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh di LAPAN, Rokhis Khomarudin,
menjelaskan antara tahun 2010 hingga 2020 terjadi penurunan luas hutan primer sebesar
13.000 hektare, hutan sekunder 116.000 hektare, sawah dan semak belukar masing-masing
146.000 hektare dan 47.000 hektare, sedangkan area perkebunan meluas "cukup
signifikan" 219.000 hektare.
FORUM BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
SELURUH KALIMANTAN SELATAN
Jalan Brigjen H. Hasan Basri Banjarmasin, Kal-Sel, 70124 Telp. 0822-5518-7658
Jalan Jenndral A. Yani Km. 36 Banjarbaru, Kal-Sel, 70714 Telp. 0853-4800-4556
Melalui permasalahan ini, sekali lagi diharapkan bagi seluruh elemen masyarakat
mulai dari pemerintah, pihak industri dan juga masyarakat agar lebih sadar lagi dan
menaruh perhatian sepenuhnya pada permasalahan ekologis ini. Permasalahan yang
mengancam keberlangsungan masa depan ini harus terus dikawal dan dijadikan prioritas
untuk segera diselesaikan. kami Badan Eksekutif Mahasiswa SEKALSEL menyatakan
sikap serta memberikan tuntutan yang diantaranya :
1. Mendesak pemerintah memeriksa ulang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
dan mengaudit seluruh perizinan industri ekstraktif dan menyusun skema
pembangunan yang mengedepankan keselamatan warga, serta pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan agar segera membuat mitigasi regional bencana
3. Menuntut Pemerintah mencabut izin tambang dan perkebunan sawit dan melakukan
audit terhadap masing-masing perusahaan yang terlibat, daripada buang-buang
anggaran penanggulangan setiap kali bencana tiba.
1. Pemerintah khususnya kementrian terkait untuk mengkaji ulang dan merevisi dengan
segera mungkin terkait regulasi yang berlaku guna menguatkan hukum, serta
kebijakan mengenai berbagai permasalahan ekosistem lingkungan.
2. Pemerintah melakukan peningkatan dan evaluasi terkait pengawasan bagi aktivitas
tambang yang berhubungan dengan lingkungan serta memberikan sanksi bagi para
pihak yang terlibat dengan sengaja melanggar peraturan perundangan undangan yang
telah ada. Begitu pun dengan kejahatan ekologis (karhutla, banjir dll).
3. Pemerintah mendukung upaya yang dilakukan berbagai pihak untuk menjaga
kelestarian ekosistem dengan memperingatkan mereka terkait adanya sanksi yang
berlaku. Juga menegakkan aturan yang tegas terkait ketentuan standar pengelolaan
hutan lahan di Indonesia.dan juga mendorong masyarakat untuk membiasakan diri
untuk menjaga ekosistem hutan serta memberikan pengetahuan terkait pengelolaan
FORUM BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
SELURUH KALIMANTAN SELATAN
Jalan Brigjen H. Hasan Basri Banjarmasin, Kal-Sel, 70124 Telp. 0822-5518-7658
Jalan Jenndral A. Yani Km. 36 Banjarbaru, Kal-Sel, 70714 Telp. 0853-4800-4556
Daftar Pustaka
Ahmad Arif, dkk. 2019. Rimba Terakhir. Jakarta: Wahana Lingkungan Hidup Indonesia.
Ahmad Arif. 2021. Masyarakat Adat dan Kedaulatan Pangan. Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia. Ahmad Arif. 2021. Kalimantan: Hilangnya Rimba, Pemburu Terakhir, dan
Bencana
Dewi, R. L., Ruslan, M., & Kadir, S. 2020. Klasifikasi Kekritisan Lahan di Das Dua Laut
Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Sylva Scienteae, 2(4), 725-734. Dinas Kehutanan
Provinsi