Anda di halaman 1dari 4

DOKUMEN LEVEL

STANDART OPERATING KODE ......


PROCEDURE

PEMBERIAN IMUNISASI IPV TANGGAL DIKELUARKAN :


Tuliskan tanggal dokumen
dikeluarkan
AREA: Keperawatan Anak NO REVISI: ......

Disusun Oleh Disahkan Oleh

Tim Divisi Keperawatan Ketua STIKES Bethesda

A. DESKRIPSI
Pemberian Imunisasi IPV merupakan suatu tindakan yang disengaja memberikan polio
virulen (Satgas IDAI, 2017). Imunisasi polio bertujuan untuk pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit polio dengan mempergunakan vaksin polio oral (OPV)
maupun suntikan (IPV).
Vaksin IPV berisi polio virulen yang sudah diinaktivasi/dimatikan dengan panas dan
formaldehid (Satgas IDAI, 2012).

B. TEORI YANG MENDASARI TINDAKAN

Vaksin akan merangsang reseptor pada sel limfosit, yang akan mengenali antigen yang
terdapat pada virus atau bakteri dalam vaksin. Pada sel B, antigen akan berikatan
dengan imunoglobulin di permukaan sel. Antigen T-dependent, akan memicu rangkaian
proses perubahan (transformasi) Sel B dengan bantuan Sel Th untuk kemudian
berdiferensiasi menjadi sel plasma dan Sel B memori. Sel B membentuk sel memori
yang kelak jika bertemu (terpapar) lagi dengan antigen serupa, akan lebih cepat
memperbanyak diri (ber-proliferasi) dan segera menghasilkan antibodi untuk
menangkal virus/bakteri tersebut (Satgas IDAI, 2012).

C. TUJUAN
Mencegah penyakit poliomielietis

D. JADWAL IMUNISASI
Vaksin IPV diberikan mulai umur 2 bulan, tiga dosis berturut-turut dengan interval
waktu 6-8 minggu. Booster diberikan usia 18 bulan
E. KONTRA INDIKASI TINDAKAN
1. Anak yang mengalami infeksi akut yang disertai demam.
2. Anak yang memiliki masalah defisiensi sistem kekebalan tubuh (lemahnya sistem
imun).
3. Anak yang sedang menjalani pengobatan imunosupresif (obat yang dapat
menekan sistem imun).

F. KEJADIAN IKUTAN PASKA IMUNISASI (KIPI)


1. Sedikit bengkak dan kemerahan di tempat suntikan.
2. Pengerasan kulit pada tempat suntikan, yang biasanya cepat hilang.
3. Kadang-kadang terjadi peningkatan suhu (demam) beberapa jam setelah injeksi.
4. Jarang terjadi : Mielitis, Trombositopeni, Anafilaksis, Sindrom GB, Lumpuh layu
pada penerima vaksin atau kontak kematian akibat infeksi virus strain vaksin polio
G. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Prosedur atraumatik
2. Dosis IPV 0,5 cc disuntikan secara IM
3. Khusus untuk daerah yang memberikan OPV, minimal harus memberikan IPV 1x

H. PROSEDUR TINDAKAN
1. Tahap Pra Interaksi:
a. Persiapan diri perawat
b. Verifikasi program
c. Persiapan alat
1) Baki berisi:
a) Vaksin IPV sesuai dengan sediaan
b) Spuit sesuai ukuran yang diperlukan.
c) Alcohol swab
d) Bak tempat spuit.
e) Jarum ukuran 22-25G
f) Bengkok.
2) Pengalas
3) APD : Sarung tangan, yas dan masker.
4) Safety Box
5) Emergency kit (berisi adrenalin, infus set, cairan infus, kortikosteroid)
(Permenkes, RI No. 42 tahun 2013)
6) Buku KIA/KMS
7) Alat tulis
d. Persiapan lingkungan : nyaman, menarik untuk anak, atraumatik
2. Tahap Orientasi:
a. Berikan salam terapeutik
b. Identifikasi pasien
c. Klarifikasi imunisasi sebelumnya yang telah didapat melalui ibu dan KMS.
d. Jelaskan tujuan dan prosedur imunisasi
e. Jelaskan KIPI imunisasi IPV
f. Berikan kesempatan klien untuk bertanya

3. Tahap Kerja:
a. Perawat mencuci tangan.
b. Kenakan yas dan masker.
c. Tentukan tempat injeksi di paha kanan (atau sesuai dengan kondisi anak)
sebelah luar (1/3 bagian paha atas, diukur dari trochanter mayor sampai
condilus lateralis, bebaskan lokasi penyuntikan dari pakaian klien).
d. Atur posisi klien senyaman mungkin (digendong/ dipangku atau tiduran di atas
kasur), paha sedikit fleksi.
e. Pakai sarung tangan.
f. Ambil obat sesuai dosis (0,5ml), sisa obat dalam vial dikembalikan ke tempat
pendingin.
g. Ganti jarum
h. Disinfeksi lokasi yang akan disuntik dengan alcohol swab, harus ditunggu
sampai benar-benar kering agar vaksin tidak rusak
i. Buang kapas lidi yang sudah dipakai ke dalam bengkok.
j. Menyuntik secara IM, spuit ditusukkan dengan kemiringan 90 derajat
terhadap kulit dan lobang jarum menghadap ke atas, lalu tusukkan jarum
dengan hati – hati
k. Lakukan aspirasi dengan cara menarik plunger, bila tidak ada darah, dorong
plunger pelan – pelan sampai obat habis. Bila ada darah, cabut spuit lalu ganti
spuit dan obat.
l. Bila obat sudah habis cabut jarum dengan posisi tetap.
m. Masukan spuid bekas kedalam safety box
n. Rapikan klien dan bereskan alat – alat.
o. Buka sarung tangan, masker dan yas
p. Cuci tangan.
q. Berikan pujian untuk bayi/anak
4. Tahap Terminasi:
a. Evaluasi respon klien.
b. Pemberian pesan – pesan.
c. Imunisasi berikutnya.

5. Dokumentasi:
a. Imunisasi yang diberikan.
b. Waktu yang diberikan.
c. Dosis obat yang diberikan.
d. Respon klien.

6. Sikap:
a. Teliti
b. Empati
c. Peduli
d. Sabar
e. Sopan

I. SUMBER/REFERENSI

Hidayat, A.A.A. 2007. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Permenkes, RI No. 42 tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi

Satgas IDAI. 2014. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kelima Tahun 2014. Ikatan
Dokter Anak Indonesia
Satgas IDAI. 2017. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Keenam Tahun 2017. Ikatan
Dokter Anak Indonesia
Wong, D.L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai