Anda di halaman 1dari 10

Karakteristik Semen dan Komposisi Kimia Plasma Seminalis

Sapi Aceh yang Dipelihara Di BIBD Saree Aceh Besar


(The characteristics of semen and chemical composition of the seminal plasma
of Aceh cattle maintained in BIBD Saree Aceh Besar)

Zulyazaini1, Dasrul2, Sri Wahyuni2, Muslim Akmal2, dan Mohd. Agus Nashri Abdullah3
1
Program Studi Magister Kesmavet, Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala
2
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala
3
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk konsentrasi 1194 ± 4,80 × 106sp/ml, persentase
menentukan karakteristik dan komposisi plasma motilitas 77,28 ± 3,17 % dan abnormalitas 5,98 ±
semen sapi Aceh. Sampel semen dikoleksi dari 2 1,77%. Plasma seminalis semen segar sapi Aceh
ekor sapi Aceh jantan sehat berumur 3,0-3,5 tahun mengandung protein total sebanyak 1,51 ± 0,21
menggunakan vagina buatan. Koleksi semen g/100ml, Kalium 75,80 ± 22,63 mg/100 ml dan
dilakukan satu kali dalam seminggu selama enam Magnesium 32,30 ± 17,64 mg/100 ml lebih tinggi,
minggu. Evaluasi karakteristik semen meliputi tetapi Natrium 170,00 ± 81,60 mg/100 ml; kalsium
volume, warna, konsistensi, pH, konsentrasi 40,00 ± 12,76 mg/100 ml, Fosfor 16,70 ± 6,17
spermatozoa, motilitas, viabilitas, abnormalitas mg/100 ml, dan Mangan 7,08 ± 2,48 mg/100 ml
spermatozoa dan komposisi kimia plasma semen. lebih rendah dibandingkan dengan sapi potong.
Data kualitas dan komposisi kimia plasma semen Secara umum kuantitas dan komposisi plasma
yang diperoleh dianalisa secara deskriptif. Hasil seminalis semen sapi Aceh yang dihasilkan cukup
penelitian menunjukkan semen segar sapi Aceh baik, dan memenuhi syarat untuk diproses sebagai
memiliki volume 3,82 ± 0,47 ml, warna krem semen beku.
keputihan, konsistensi kental, pH 6,84 ± 0,17,
Kata kunci : Sapi Aceh, Kualitas semen, komposisi plasma semen,

ABSTRACT This study aim were to determine volume, beige whitish color, thick consistency, 6.84
characteristics and composition of semen plasma ± 0.17 pH, 1194 ± 4.80×106 sp/ml sperm
Aceh cattle. Semen samples were collected from concentration, 77.28 ± 3.17% motility and 5.98 ±
two healthy Aceh bulls that aged from 3.0 to 3.5 1.77% abnormal spermatozoa. Plasma seminalis
year. Samples were yielded by using an artificial fresh semen of Aceh Cattle contained 1,51 ± 0,21
vagina. Samples collecting were conducted once a g/100ml total protein; 75,80 ± 22,63 mg/100ml
week for six consecutive weeks. The evaluation of potassium and 32,30 ± 17,64 mg/100ml magnesium
semen characteristics includes volume, color, higher than the heifer, but 170,00 ± 81,60
consistency, pH, sperm concentration, motility, mg/100ml sodium; 40,00 ± 12,76 mg/100ml
viability, abnormal spermatozoa and seminal calcium, 16,70 ± 6,17 mg/100ml fosfor, and 7,08 ±
plasma chemical composition. Data of semen 2,48 mg/100ml mangan lower. It was concluded
quality and chemical composition of seminal that quality and composition of seminal plasma
plasma were analyzed descriptively. The evaluation Aceh cattle semen could be made as frozen semen.
showed that Aceh Cattle semen had 3.82 ± 0.47 ml
Keywords: Aceh cattle, the composition of the semen plasma, quality semen,
2016 Agripet : Vol (16) No. 2 : 121-130

PENDAHULUAN1 selain sapi Bali, sapi Madura dan sapi pesisir.


Latar Belakang Sapi Aceh termasuk tipe sapi potong berukuran
Sapi Aceh merupakan salah satu plasma kecil yang mempunyai daya tahan terhadap
nutfah sapi potong lokal yang ada di Indonesia lingkungan yang buruk seperti krisis pakan, air,
penyakit parasit dan temperature panas
Corresponding author : dasrul.darni@yahoo.com (Gunawan, 1998). Selain itu daging sapi Aceh
DOI : https://doi.org/10.17969/agripet.v16i2.5803

Agripet Vol 16, No. 2, Oktober 2016


121
sangat disukai oleh masyarakat, khususnya selama pembekuan dan setelah pencairan
masyarakat Aceh karena rasanya yang gurih kembali (Garner dan Hafez, 2000). Kandungan
(Abdullah et al., 2007). Berdasarkan hal dan fungsi bahan kimia dalam plasma semen
tersebut, maka sapi Aceh termasuk sapi potong sangat terkait dengan kualitas semen baik
lokal yang lebih tepat dan ekonomis sebelum maupun setelah pembekuan. Protein
dikembangkan pada pola dan kondisi plasma semen berperan dalam menstabilkan
peternakan rakyat (Diskeswannak Aceh, 2011). membran, viabilitas spermatozoa, serta proses
Hasil dari survey yang sudah dilakukan reaksi kapasitasi, reaksi akrosom dan
diketahui bahwa populasi sapi Aceh berada fertilisasi (Barrios et al., 2000). Kolesterol
pada posisi yang mengkhawatirkan dan plasma semen berperan penting dalam
kecenderungan menurun dari tahun ketahun. pembentukan impermiabilitas dan kohesivitas
Populasi sapi Aceh pada tahun 2002 adalah struktur membran (White, 1993). Karbohidrat
711,143 ekor, turun menjadi 671.086 ekor dalam plasma seperti fruktosa, glukosa, dan
tahun 2010 dan menjadi 580.287 ekor pada sorbitol merupakan sumber energi bagi
tahun 2015 (Diskeswannak Aceh, 2016). Jika spermatozoa (Toelihere, 1993). Demikian juga
penurunan populasi sapi Aceh ini tidak ion-ion organik dan anorganik plasma semen
diperhatikan maka dikhawatirkan populasi sapi terutama berperan sebagai buffer, menjaga
Aceh akan terancam punah. Ancaman tekanan osmotik, mempertahankan membran
kepunahan sapi Aceh bukan saja akibat dan motilitas spermatozoa (Eghbali et al.,
tingginya tingkat pemotongan dan rendahnya 2008). Informasi mengenai data dasar
tingkat produktivitasnya, juga diakibatkan mengenai karakteristik semen dan komposisi
kebijakan pemerintah meningkatkan genetik plasma semen segar sapi Aceh belum diketahui
sapi-sapi lokal melalui persilangan sapi Aceh dengan pasti, sehingga sangat berpengaruh
betina dengan sapi pejantan unggul dan terhadap keberhasilan proses pembekuan
aplikasi teknologi Inseminasi buatan semen sapi Aceh dalam rangka penyelamatan
menggunakan semen sapi pejantan unggul plasma nutfah sapi Aceh untuk masa yang
(IB). Berdasarkan kenyataan di atas, perlu akan datang. Berdasarkan hal tersebut telah
dilakukan upaya pelestarian sapi Aceh secara dilakukan suatu penelitian yang bertujuan
terarah dan berkesinambungan. mengkaji karakteristik dan komposisi kimia
Salah satu upaya mempercepat plasma semen sapi Aceh sebagai data dasar
pemurnian dan peningkatan populasi ternak dalam menentukan kebijakan proses
sapi Aceh dapat dilakukan melalui pengolahan semen dalam upaya penyediaan
pemanfaatan teknologi inseminasi buatan (IB) semen beku sapi Aceh.
menggunakan semen dari pejantan sapi Aceh
murni. Aplikasi IB di samping mampu METODE PENELITIAN
meningkatkan produktivitas dan mutu genetik
ternak, juga diharapkan akan dapat Penelitian dilakukan di Laboratorium
mempercepat penyebaran bibit ke wilayah Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) Dinas
produksi ternak terpencil. Namun aplikasi IB Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh yang
dalam pemurnian sapi Aceh masih menemukan berlokasi di Saree Kabupaten Aceh Besar dan
banyak kendala, terutama menyangkut Laboratorium Balai Penelitian Ternak
penyediaan semen beku secara (Balitnak) Kementerian Pertanian Ciawi Bogor
berkesinambungan dan belum ditemukannya selama 2 bulan. Hewan coba yang digunakan
metode dan bahan pengencer yang tepat untuk adalah dua ekor sapi Aceh jantan sehat,
mempertahankan kualitas spermatozoa setelah berumur 3,0-3,5 tahun, dengan berat badan
pembekuan. 285-300 kg yang dipelihara di BIBD Saree
Karakteristik dan kandungan kimia Aceh Besar. Sapi-sapi Aceh tersebut sebelum
plasma semen pada suatu ternak sangat penting ditampung semennya ditempatkan dalam
sebagai dasar pemilihan bahan pengencer yang kandang individu yang dilengkapi dengan
tepat dalam mempertahankan kualitas semen tempat pakan dan minum. Pemberian sumber

Karakteristik Semen dan Komposisi Kimia Plasma Seminalis Sapi Aceh yang Dipelihara Di BIBD Saree Aceh Besar (drh. Zulyzaini, et al)
122
bahan makanan dalam bentuk konsentrat dan diperoleh dianalisis komposisi kimia
hijauan pakan ternak. Pemberian konsentrat plasmanya meliputi kandungan protein total
berkisar antara 3,0 kg/ekor/hari, sedangkan dengan metode Kjehdal, dan kandungan
hijauan pakan berupa rumput dengan jumlah mineral Na, K, Ca, Mg, Cl, Cu, Mn, Se dan Zn
pemberian berkisar antara 20-25 kg dilakukan dengan metode analitycal absorbent
segar/ekor/hari. Pemberian pakan konsentrat specthrophotometry. Data karakteristik kualitas
dilakukan pada waktu pagi hari, sedangkan semen dan komposisi kimia plasma seminalis
hijauan pakan ternak diberikan pada waktu sapi Aceh yang diperoleh dianalisis dengan
siang dan sore hari. Pemberian air minum cara deskriptif (Steel dan Torrie, 1990).
secara ad libitum.
Penampungan semen dilakukan pada HASIL DAN PEMBAHASAN
dua ekor sapi Aceh jantan berumur 3,0-3,5
tahun dengan menggunakan vagina buatan Karakteristik Kualitas Semen Segar Sapi
yang bertemperatur 42-45oC satu kali setiap Aceh
minggu selama enam minggu. Semen hasil Sebagai dasar untuk menentukan
penampungan dibawa ke laboratorium untuk kelayakan semen segar untuk diproses lebih
dievaluasi karakteristik semen dan komposisi lanjut adalah hasil evaluasi kualitas semen
kimia plasma semen. Pengamatan karakteristik awal. Penilaian kualitas semen segar yang
semen dilakukan secara makroskopis (volume, dilakukan dalam penelitian ini dibagi dalam
warna, bau, pH dan konsistensi) dan secara dua kategori, yaitu kualitas secara makroskopis
mikroskopis (gerakan massa, konsentrasi, yang meliputi volume, warna, konsistensi, serta
persentase motilitas, spermatozoa hidup, pH semen dan kualitas secara mikroskopis
abnormalitas). Gerakan massa dilihat dengan yang meliputi perhitungan gerakan massa,
menggunakan mikroskop pada pembesaran 100 konsentrasi, persentase motilitas, spermatozoa
kali. Kriteria penilaian dengan melihat aktivitas hidup dan abnormalitas spermatozoa. Hasil
gerakan massa berupa gelombang dimana penilaian kualitas semen sapi Aceh dapat
cepat berpindah mendapat nilai +++, sedang dilihat pada Tabel 1.
mendapat nilai ++ dan kurang dengan nilai +.
Tabel 1. Karakteristik Kualitas Semen Segar Sapi Aceh.
Motilitas diamati dengan menggunakan Parameter Hasil Pengamatan
mikroskop pada pembesaran 400 kali. A. Makroskopis
Volume (ml) 3,82 ± 0,47
Penilaian motilitas berdasarkan banyaknya Warna Krem keputih-putihan
sperma motil progresif dibanding yang tidak Konsistensi Kental
bergerak. Evaluasi konsentrasi spermatozoa Gerak massa +++
pH 6,84 ± 0,17
digunakan alat haemositometer dengan kamar B. Mikroskopis
hitung Neubauer dimana konsentrasi diperoleh Motilitas (%) 77,28 ± 3,17
Konsentrasi (106/ ml) 1194,00± 52,25
dengan menghitung jumlah spermatozoa yang Persentase spermatozoa hidup (%) 86,76 ± 2.87
terdapat dalam kotak kecil sebanyak 5 buah Abnormalitas (%) 5,98 ± 1,77
Integritas Membran (%) 88,57 ± 1,26
lalu dikalikan 107. Persentase spermatozoaa
hidup dihitung melalui pewarnaan diferensial
Volume semen
yaitu eosin dimana zat warna tersebut akan
Rata-rata volume semen sapi Aceh yang
mewarnai spermatozoa yang mati menjadi
diperoleh pada penelitian ini adalah 3,82 ±
merah atau merah muda sedangkan
0,47ml, dengan kisaran antara 2,80-4,50 ml.
spermatozoa hidup tidak berwarna.
Rata-rata volume semen sapi Aceh yang
Pemeriksaan komposisi kimia plasma
diperoleh pada penelitian lebih rendah
semen dilakukan di Laboratorium Balai
dibandingkan pada sapi brahman umur 3,5
Penelitian Ternak Kementerian Pertanian
tahun yakni 4,72 ± 1,82 ml (Kuswahyuni,
Ciawi Bogor. Sebanyak 2 cc sampel semen
2000), pada sapi bali umur 3,5 tahun adalah 4,5
dipisahkan plasma seminalisnya dengan cara
± 2,3 ml (Ratnawati et al., 2008), pada sapi
sentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm
Limousin berumur 3 tahun adalah 5,2 ± 1,2 ml
selama 10 menit. Plasma seminalis yang
(Aminasari,2009), dan sapi simmental yang

Agripet Vol 16, No. 2, Oktober 2016


123
berumur 3,5 tahun yaitu 5,08 ± 0,71 ml atau sedikit lebih kental dari susu, sedangkan
(Lestari et al., 2013). Namun relatif lebih semen yang jelek, baik warna maupun
tinggi dibandingkan dengan volume semen kekentalannya sama dengan air buah kelapa
sapi PO umur 2-3 tahun yaitu 2,6 ± 1,5 ml (Garner dan Hafez, 2000). Hasil pemeriksaan
(Affandhy, 2009). Perbedaan ini kemungkinan konsistensi semen segar sapi Aceh yang
disebabkan oleh perbedaan spesies, umur dan digunakan pada penelitian berkisar antara
berat badan sapi yang digunakan. Hal ini sesuai sedang sampai kental.
dengan pernyataan Melita et al. (2014) bahwa
sifat semen dipengaruhi oleh umur pejantan Derajat Keasaman (pH) semen
dan interaksi antara umur dengan interval Derajat keasaman (pH) semen sangat
penampungan. Selain ini adanya perbedaan menentukan status kehidupan spermatozoa di
nilai rata-rata volume semen tersebut juga dalam semen. Semakin rendah atau semakin
dipengaruhi oleh kondisi masing-masing tinggi pH semen dari pH normal akan
individu seperti kualitas reproduksi, kondisi membuat spermatozoa lebih cepat mati.
ternak, metode koleksi dan sering tidaknya sapi Spermatozoa yang konsentrasinya tinggi
tersebut dikoleksi semennya. Sebagaimana biasanya memiliki pH yang sedikit asam. Rata-
dikemukakan oleh Toelihere (1985), kualitas rata pH semen sapi Aceh yang diperoleh pada
dan kuantitas semen segar dipengaruhi oleh penelitian ini adalah 6,84 ± 0,17 berkisar
umur, kualitas pakan, berat badan, kondisi dan antara 6,6 sampai 7,0. Hasil ini relatif sama
bangsa ternak. Pada penelitian ini sapi-sapi dengan yang diperoleh pada semen sapi FH
pejantan yang ditampung semennya umumnya yaitu 6,5-7,0 (Arifiantini et al., 2005), sapi PO
mempunyai berat badan 370 kg dan masih baru sebesar 7,0 (Afiandy et al., 2009) dan sapi
dilatih sebagai pemajek untuk penampungan Liemosin sebesar 6,8-7,2 (Aminasari, 2009).
semen. Secara umum pH semen sapi Aceh pada
penelitian ini masih dapat dikatakan normal
Warna dan Konsistensi semen karena Bearden dan Fuquay (1984)
Warna semen merupakan cerminan dari menyatakan bahwa rata-rata pH semen yang
kekentalan semen. Dalam kondisi normal normal adalah 5,9-7,3.
dikatakan bahwa semakin pekat warna semen
Gerakan massa Spermatozoa
yang terlihat, maka semakin kental konsistensi
Gerakan massa spermatozoa merupakan
semen tersebut. Demikian juga sebaliknya pada
cerminan dari motilitas atau gerakan individu
semen yang berwarna agak pucat akan
spermatozoa. Semakin aktif dan semakin
didapatkan konsistensi semen yang encer
banyak spermatozoa bergerak ke depan, maka
(Toelihere, 1985). Secara umum warna semen
gerakan massa akan semakin baik (semakin
segar sapi Aceh yang diperoleh pada penelitian
tebal dan pergerakannya semakin cepat). Rata-
ini berkisar dari warna putih susu sampai krem
rata gerakan massa yang diperoleh dari semen
atau kekuning-kuningan. Warna semen ini
segar sapi Aceh yang diperoleh pada penelitian
adalah normal sesuai dengan pendapat Bearden
ini adalah berkisar antara (++) sampai (+++).
dan Fuquay (1984) yang menyebutkan bahwa
Hal ini membuktikan semen sapi Aceh pada
warna semen sapi dari ejakulasi normal adalah
penelitian ini berada dalam kondisi bagus.
putih susu dan 10% saja yang berwarna krem.
Hasil ini setara dengan yang dilaporkan oleh
Hasil ini juga serupa dengan yang dilaporkan
Toelihere (1985) bahwa gerakan massa
beberapa peneliti sebelumnya, warna semen
spermatozoa sapi yang layak diproses berkisar
segar sapi madura adalah krem keputihan atau
antara (++) sampai (+++).
putih susu dengan konsistensi rata-rata agak
kental (Wijono,1999).
Konsentrasi spermatozoa
Konsistensi semen adalah derajat Penilaian konsentrasi spermatozoa
kekentalan semen dapat diperiksa dengan cara sangat penting karena faktor inilah yang
menggoyang tabung yang berisi semen. Semen menggambarkan sifat-sifat semen yang dipakai
yang baik, derajat kekentalannya hampir sama sebagai salah satu kriteria penentuan kualitas

Karakteristik Semen dan Komposisi Kimia Plasma Seminalis Sapi Aceh yang Dipelihara Di BIBD Saree Aceh Besar (drh. Zulyzaini, et al)
124
semen. Hasil pengamatan rata-rata konsentrasi menemukan persentase motilitas spermatozoa
spermatozoa sapi Aceh yang diperoleh pada sapi bali di Indonesia adalah sebesar 74,50 ±
penelitian ini adalah sebesar 1194,00 ± 52,25 3,69 %. Perbedaan hasil ini kemungkinan
×106 sperma/ml, dengan kisaran antara 1120- disebabkan oleh perbedaan spesies, umur,
1260×106 sperma/ml. Rata-rata konsentrasi pakan, frekuensi penampungan, teknik
spermatozoa sapi Aceh yang diperoleh pada penampungan dan manajemen pemeliharaan
penelitian ini relatif sama dengan konsentrasi (Hafez, 2004).
spermatozoa sapi Limousine sebesar 1153,64 ±
127,50 × 106/ml dan sapi Simmental sebesar Spermatozoa hidup Sapi Aceh
1129,75 ± 180,99 × 106 sperma/ml (Sukmawati Rata-rata persentase spermatozoa hidup
et al., 2014). Namun lebih rendah semen segar sapi Aceh pada penelitian ini
dibandingkan dengan konsentrasi spermatozoa adalah 86,76 ± 2.87% dengan kisaran antara
sapi Brahman sebesar 1475,34 ± 203,23 × 106 81,40 sampai 91,00 %. Hasil ini relatif sama
sperma/ml (Kuswahyuni, 2000), sapi bali dengan yang dilaporkan oleh Ratnawati et al.
sebesar 1340,28 ± 447,85 × 106 sperma/ml (2008) dimana rataan persentase hidup
(Arifiantini et al., 2006) dan sapi pesisir spermatozoa sapi bali adalah 88,03 ± 3,07 %,
sebesar 1887,5 ± 692,2 × 106 sperma/ml namun lebih rendah dibandingkan dengan yang
(Apriyanti, 2012). Perbedaan konsentrasi dilaporkan
spermatozoa antar pejantan diduga disebabkan Sukmawati (2014) persentase
karena kualitas genetik pada masing-masing spermatozoa hidup sapi Limousin yakni
pejantan (Situmorang, 2002). Konsentrasi 94,08%. Nilai persentase spermatozoa hidup
spermatozoa dipengaruhi oleh umur pejantan lebih tinggi dari persentase motilitas,
dan mempunyai kecenderungan untuk dikarenakan bahwa spermatozoa yang hidup
meningkat seiring dengan meningkatnya umur tidak motil progresif, tetapi sebenarnya masih
sampai 22 bulan (Mathevon et al., 1998). hidup sehingga tidak terpapar pada saat fiksasi.
Selain itu produksi spermatozoa tergantung
pada jumlah jaringan aktif testis, yang Abnormalitas Spermatozoa
sebaliknya tergantung pada besar badan Abnormalitas spermatozoa adalah
(Garner dan Hafez, 2000). merupakan kelainan fisik dari spermatozoa
yang terjadi karena pada saat proses
Motilitas Spermatozoa pembentukan spermatozoa dalam tubuli
Motilitas atau daya gerak progresif seminiferi maupun karena proses perjalanan
spermatozoa sesudah ejakulasi selalu spermatozoa melalui saluran-saluran organ
digunakan sebagai pegangan yang termudah kelamin jantan. Rata-rata persentase
dalam penilaian kualitas semen untuk bisa spermatozoa abnormal dari semen segar sapi
diproses lebih lanjut. Motilitas spermatozoa ini Aceh yang diperoleh pada penelitian ini adalah
mempunyai peranan yang penting untuk 5,98 ± 1,77% berkisar antara 3,52 % sampai
keberhasilan fertilisasi. Motilitas spermatozoa 8,40 %. Persentase abnormalitas spermatozoa
untuk masing-masing spesies berbeda dan yang diperoleh pada penelitian ini relative
bervariasi sesuai dengan frekuensi ejakulat, lebih tinggi dibandingkan dengan pada sapi
kondisi medium dan suhu lingkungan limousine diperoleh persentase abnormalitas
(Toelihere, 1985). Rata-rata persentase 4,33 ± 1,2 % (Aminasari, 2009), namun relatif
motilitas spermatozoa semen segar sapi Aceh sama dengan persentase spermatozoa abnormal
yang diperoleh adalah 77,28 ± 3,17 % dengan sapi bali yang dipelihara di Indonesia adalah
kisaran 72,70 sampai 81,30 %. Hasil ini lebih sebesar 6,56 ± 3,05 % (Ratnawati et al.,2008).
tinggi bila dibandingkan dengan penelitian Abnormalitas sel spermatozoa dapat
Turyan (2005) yang melaporkan bahwa Sapi terjadi pada saat pembentukan spermatozoa
Limousin mempunyai rata-rata persentase dan penanganan semen setelah ejakulasi.
motilitas spermatozoa adalah 76 ± 0,05% dan Abnormalitas yang disebabkan oleh
yang dilaporkan Dewi et al. (2012) yang pembentukan spermatozoa dikatakan

Agripet Vol 16, No. 2, Oktober 2016


125
abnormalitas primer. Terjadinya abnormalitas penyempitan yang tidak terlalu parah.
primer disebabkan oleh kegagalan proses Selanjutnya Afiati et al. (2015) juga
spermatogenesis atau spermiogenesis, faktor melaporkan kelainan pearshape dalam jumlah
genetik, penyakit dan kondisi lingkungan yang yang tinggi dapat menurunkan fertilitas.
tidak sesuai. Sedangkan abnormalitas yang Kelainan ini bersifat genetik, hal ini terbukti
disebabkan oleh faktor kesalahan dalam sapi jantan keturunan dari tetuanya dengan
pengerjaan dikatakan abnormalitas sekunder. tingkat abnormalitas pearshape yang tinggi
Berdasarkan hasil penelitian yang memperlihatkan gambaran spermatozoa yang
dilakukan, ditemukan 4 jenis kelainan sama dengan tetuanya.
spermatozoa yang termasuk kedalam Variable size, merupakan istilah untuk
abnormalitas primer yaitu pearshape, abnormalitas pada spermatozoa yang memiliki
macrocephalus, microcephalus, detached head, ukuran kepala lebih besar (macrocephalus)
dan 4 jenis kelainan spermatozoa yang atau lebih kecil (microcephalus) dari ukuran
termasuk kedalam abnormalitas sekunder yaitu normal. Pada penelitian ini abnormalitas
kepala saja (tanpa ekor), leher bengkok, ekor bentuk macrocephalus dan microcephalus
melingkar dan ekor buntung. Bentuk-bentuk ditemukan masing-masing perlakuan adalah
abnormalitas spermatozoa yang terdapat pada sebagai berikut: makrocephalus adalah 0,17 ±
semen segar sapi Aceh pada penelitian ini 0,40%, dan mikrocephalus adalah 0,20 ±
dapat dilihat pada Gambar 1. 0,08%. Hasil ini juga lebih rendah
dibandingkan dengan hasil penelitian Al -
Makhzoomi et al. (2008) menemukan
abnormalitas variable size sebesar 1.4%.
Terjadinya abnormalitas variable size
dipengaruhi oleh genetik, dimana tingkat
abnormalitas macrocephalus, ditemukan lebih
tinggi pada sapi-sapi inbreeding dibandingkan
sapi persilangan (Salisbury and VanDemark,
1985).
Detached head adalah keadaan dimana
kepala spermatozoa patah atau sampai terlepas
dari bagian leher dan ekor. Rata-rata
abnormalitas detached head spermatozoa yang
diperoleh pada penelitian ini adalah 0,14 ±
0,00%. Hasil penelitian ini lebih kecil
Gambar 1. Bentuk normal dan abnormalitas spermatozoa sapi Aceh yang
dibandingkan dengan sapi perah Swedia
diwarnai dengan eosin negrosin dan diamati menggunakan sebagaimana yang dilaporkan oleh Söderquist
mikroskop cahaya pembesaran 1000 ×. a) spermatozoa
normal, b) Pearshape, c) Macrosephalus, d) Microsephalus, et al. (1996) persentase detached head
e) Detached head f) Kepala saja, g) Ekor melingkar, h) ekor spermatozoa yang paling tinggi adalah
saja, i) Ekor bunting.
sebanyak 1.6%. Kejadian detached head
biasanya dihubungkan dengan hipoplasia
Rata-rata bentuk abnormalitas pearshape
testikular, akan tetapi apabila ditemukan dalam
spermatozoa dalam penelitian adalah 0,16 ±
jumlah banyak dapat disebabkan oleh genetik
0,20 % lebih rendah dibandingkan dengan hasil
(Riyadhi et al., 2009).
penelitian Al-Makhzoomi et al. (2007)
melaporkan tingkat abnormalitas pearshape
Komposisi Kimia Plasma Semen Sapi Aceh
yang cukup tinggi yaitu 6.5% dan 4.3% pada
Plasma semen merupakan cairan yang
pejantan sapi perah Swedia. Menurut Barth et
disekresikan terutama oleh kelenjar vesikularis
al. (1992) kelainan pearshape ini biasa
dan kelenjar aksesoris lainnya yang berfungsi
ditemukan pada semen seekor sapi pejantan
sebagai medium transport spermatozoa dari
dengan jumlah yang bervariasi dan tidak
saluran reproduksi jantan ke traktus reproduksi
mempengaruhi fertilitas sepanjang derajat

Karakteristik Semen dan Komposisi Kimia Plasma Seminalis Sapi Aceh yang Dipelihara Di BIBD Saree Aceh Besar (drh. Zulyzaini, et al)
126
betina selama ejakulasi, sebagai medium rendah dari semen sapi potong yaitu 225
penyangga dan kaya akan makanan yang mg/100ml (Garner and Hafez, 2000) dan
penting untuk hidup spermatozoa setelah plasma semen anoa yaitu 547,55 mg/100ml
deposisi ke traktus reproduksi betina (Yudi et al., 2011) serta pada plasma semen
(Partodiharjo, 1982). Hasil pemeriksaan kerbau sebesar 258,58 ± 13,65 mg/100ml
komposisi kimia plasma semen sapi Aceh, (Sansone et al., 2000). Sedangkan rata-rata
serta plasma semen sapi potong dan anoa kandungan mineral kalsium (Ca) yang
sebagai pembanding dapat dilihat pada Tabel ditemukan pada semen sapi Aceh adalah 40,00
3. ± 12,76mg/100 ml, lebih rendah dari plasma
semen sapi potong 155 ± 6 mg/100m (Garner
Tabel 3. Komposisi Kimia Plasma Semen Sapi Aceh dan Plasma Semen
Sapi Potong dan Anoa Sebagai Pembanding
dan Hafez, 2000), plasma semen kerbau yaitu
Jenis Hewan
154,83 ± 3,27 mg/100ml, dan plasma semen
Komposisi Kimia anoa 61,77 mg/100ml. Mineral Na dan Ca
Plasma Sapi
Sapi Aceh
Potong
Anoa merupakan unsur penting mineral anorganik
Total Protein (g/100ml) 1,51 ± 0,21 0,68 1,75 dalam plasma dan berbentuk sebagai kation-
- Natrium 170,00 ± 81,60 225 547,55 kation dalam plasma. Berdasarkan fungsinya,
(mg/100ml)
- Kalsium 40,00 ± 12,76 155 61,77 Na dan Ca berperan menjaga integritas
(mg/100ml)
- Kalium 75,80 ± 22,63 40 115,25
fungsional membran plasma spermatozoa dan
(mg/100ml) menjaga tekanan osmotik serta membantu
- Fosfor 16,70 ± 6,17 - -
(mg/100ml) aktivitas membran spermatozoa (Garner dan
- Magnesium 32,30 ± 17,64 8 168,49 Hafez, 2000). Ion Na dan Ca juga berpengaruh
(mg/100ml)
- Mangan 7,08 ± 2,48 - 0,21 penting pada fisiologis spermatozoa termasuk
(mg/100ml) motilitas, metabolisme, reaksi akrosom dan
- Ferrum 0,79 ± 0,63 - -
(mg/100ml) fertilisasi. Pemasukan Ca akan mengaktivasi
adenylate cyclase yang selanjutnya akan
Dari tabel di atas terlihat bahwa menyebabkan tingginya kadar cAMP
komponen kimia plasma semen sapi Aceh intraselluler, kemudian akan menginduksi
terdiri dari protein total dan beberapa mineral hyperaktivasi motilitas spermatozoa. Jika Ca
seperti natrium, kalsium, kalium, fosfor, dalam kadar standar dan kenaikan konsentrasi
magnesium, mangan dan ferrum. Kadar total Ca intraselluler tidak terjadi sehingga kadar
protein plasma semen sapi Aceh adalah 1,51 ± cAMP tidak naik maka spermatozoa akan
0,21 g/100 ml, lebih tinggi dibandingkan gagal untuk meningkatkan motilitasnya (Hafez,
dengan plasma semen sapi potong yaitu 0,68 2007).
g/100 ml (Garner and Hafez, 2000) dan Selain Na dan Ca, pada plasma semen
kambing PE sebesar 1,25 g/100ml (Tambing et sapi Aceh juga ditemukan mineral lain seperti
al., 2001), namun lebih rendah dibandingkan kalium, magnesium, mangan dan fosfor dalam
dengan pada anoa yaitu 1,75 g/100 ml (Yudi et jumlah relatif sedikit. Rata-rata kandungan
al., 2011), dan kerbau yaitu 2,86 ± 0,14 kalium (K), magnesium (Mg), mangan (Mn)
g/100ml (Sansone et al., 2000). dan fosfor (P) dalam plasma semen sapi Aceh
Protein plasma semen terutama berturut-turut adalah 75,80 ± 22,63mg/100 ml,
berperan dalam menjaga viabilitas spermatozoa 32,30 ± 17,64 mg/100 ml, 7,08 ± 2,48 mg/100
dan proses fertilisasi (Stzezeck et al., 2002), ml dan 16,70 ± 6,17mg/100 ml. Kandungan K,
serta menstabilkan membran sampai terjadi Mg, Mn dan P yang ditemukan pada plasma
reaksi kapasitasi dan reaksi akrosom (Barrios semen sapi Aceh berbeda dengan yang
et al., 2000). ditemukan pada plasma semen sapi potong
Rata-rata kandungan mineral natrium (Garner dan Hafez, 2004), plasma semen
(Na) yang ditemukan pada plasma semen segar kerbau (Sansone et al., 2000) dan plasma
sapi Aceh adalah 170,00 ± 81,60 mg/100 ml, semen anoa (Yudi et al., 2011). Adanya
lebih tinggi dari semen kambing yaitu 121,5 perbedaan kandungan mineral plasma semen
mg/100ml (Tambing et al., 2001), namun lebih ini kemungkinan disebabkan antara lain oleh

Agripet Vol 16, No. 2, Oktober 2016


127
perbedaan spesies, umur, musim, jumlah dan eosin, eosin nigrosin dan formol-saline.
ukuran kelenjar pelengkap, ukuran epididymis Jurnal Sain Veteriner. 24(1): 65-70.
dan testis (Toelihere, 1993, Therien et al.,
Aminasari, P.D. 2009. Pengaruh Umur
1998, Garner dan Hafez, 2000).
Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi
Limousin. Skripsi. Fakultas Peternakan.
KESIMPULAN Universitas Brawijaya. Malang.
Secara umum kuantitas semen dan
Apriyanti, C. 2012. Pengaruh Waktu
komposisi kimia plasma seminal semen segar
Ekuilibrasi Terhadap Kualitas Semen
sapi Aceh yang dihasilkan cukup baik, dan
Beku Sapi Pesisir Pre Dan Post
memenuhi syarat untuk diproses sebagai semen
Thawing. Tesis. Program Studi Ilmu
beku.
Ternak. Program Pasca sarjana
Universitas Andalas. Padang.
SARAN
Diperlukan penelitian lebih mendalam Barrios, B., R. Perez-PE, M. Gallego, A. Tato,
terkait media pengencer dan jenis J. Osoda, T. Muino-Blancos and J.A.
krioprotektan untuk pembekuan semen sapi Cebrian-Perez. (2000). Seminal plasma
Aceh dengan kualitas tinggi, sehingga aplikasi protein revert the cold shock damage on
teknik IB bisa berhasil dengan baik. ram sperm membrane. Biol. Reprod. 63:
1531-537.

DAFTAR PUSTAKA Barth AD, Bowman PA, Bo GA, Mapletoft RJ.


1992. Effect of narrow sperm head shape
Abdullah, M.A.N.,. Noor, R.R., Martojo, H.,. on fertility in cattle. Can Vet J 33:31-39
Solihin, D.D., dan. Handiwirawan, E.,
2007. Keragaman fenotipik sapi Aceh di Bearden. H. J. and J. W. Fuquay. 1984.
Nanggroe Aceh Darussalam. Journal of Applied Animal Reproduction. 2nd ed.
Indonesian Tropical Animal Agriculture. Reston Publishing Company, Inc,
32(1) : 11-21. Virginia.

Affandhy, L., W.C. Pratiwi, dan D. Ratnawati. Dewi, A.S., Y.S. Ondho, dan E. Kurnianto.
2009. Kualitas semen pejantan sapi 2012. Kualitas semen berdasarkan umur
peranakan ongole dengan perlakuan pada sapi jantan jawa. Anim. Agricult. J.
pemberian suplemen berbeda. Loka 1(2):126-133
Penelitian Sapi Potong, Semarang Diskeswannak Aceh, 2011. Profil sapi Aceh,
Afiati. F, Yulnawati, M. Riyadi, R.I. Banda Aceh
Arifiantini. 2015. Abnormalitas Diskeswannak Aceh, 2016. Laporan Tahunan
spermatozoa domba dengan frekuensi Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan
penampungan berbeda. Prosseding Propinsi Daerah Istimewa Aceh
Seminar Nasional Masy biodiv indon 1.
932 (4): 930-934, Juli 2015 Eghbali, M., S.M. Alavi-Shoushtari and S.
Asri-Rezaii. (2008). Effects of copper
Al-Makhzoomi A, Lundeheim N, Haard M, and superoxyde dismutase content of
Rodriguez-Martinez H. 2008. Sperm seminal plasma on buffalo semen
morphology and fertility of progeny- characteristics. Pak. J. Biol. Sci. 11:
tested AI dairy bull in Sweden. 1964-1968.
Theriogenology 70: 682-691.
Garner, D.L. and E.S.E. Hafez. (2000).
Arifiantini, R.I., T. Wresdiyati, dan E.F. Spermatozoa and Seminal Plasma. In
Retnani. 2006. Kaji banding morfologi Reproduction in Farm Animal. 7th ed.,
spermatozoa sapi bali (Bos sondaicus) E.S.E. Hafez (ed). Lea and Febiger
menggunakan pewarnaan Williams, Publishing, Philadelphia.

Karakteristik Semen dan Komposisi Kimia Plasma Seminalis Sapi Aceh yang Dipelihara Di BIBD Saree Aceh Besar (drh. Zulyzaini, et al)
128
Gunawan. 1998. Upaya Peningkatan Mutu sapi potong. Agroscientiae Volume 19
Genetik Sapi Aceh. Pidato Pengukuhan Nomor 2 Hal. 79-85
dalam Jabatan Guru Besar Tetap
Sansone G., M.J.F. Nastri and A. Fabrochini.
Fakultas Pertanian Universitas Syiah
2000. Storage of buffalo (Bubalus
Kuala. Disampaikan pada Rapat Senat
bubalis) semen. Anim. Reprod. Sci. 62:
Terbuka Universitas Syiah Kuala, Sabtu
55-76.
28 Maret 1998, Banda Aceh.
Salisbury. G. W, Vandemark. N. L,. Djanuar.
Hafez, E. S. E. (2004). Reproduction in Farm
R. (1985). Fisiologi Reproduksi dan
Animals. 7 th Ed. Lea & Febiger.
Inseminasi Buatan Pada Sapi, Gajah
Philadelphia. P: 385-393. 394-398.
Mada Universitas Press, Jogjakarta.
Kuswahyuni, I. S. 2009. Pengaruh Lingkar
Situmorang, P. 2002. The Effects of Inclusion
Scrotum dan Volume Testis Terhadap
of Exogenous PhospolipidInTris-
Volume Semen dan Konsentrasi
Diluent Containing A Diferent Level of
Sperma Pejantan Simmental, Limousin
Egg Yolk on the Viability of Bull
dan Brahman. Proseding Seminar
Spermatozoa. Pusat Penelitian dan
Nasional Teknologi Peternakan dan
Pengembangan Peternakan dan Badan
Veteriner. Hal. 157-162. Fakultas
Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Peternakan Universitas Diponegoro,
Bogor 7 (3) : 131-187
Semarang.
Steel, R.G.D and Torrie, (1990). Prinsip dan
Lestari, S., D.M. Saleh. dan Maidaswar. 2013.
prosedur statistika suatu
Profil kualitas semen segar sapi pejantan
pendekatan biometrik. Alih bahasa
limousin dengan umur yang berbeda di
Bambang Sumantri, PT. Gramedia
balai inseminasi buatan lembang jawa
Pustaka Utama; Jakarta.
barat. Jurnal Ilmiah Peternakan., 1(3):
1165-1172. Stzezeck, J., F. Saizcidnha, P. Wysocki, A.
Tyszkiewiezs and M. Jastrzebski.
Mathevon, M., M. Buhr and J.C.M. Dekkers.
(2002). Seminal plasma protein as
1998. Environmental, management and
marker of biological value of boar
genetic factors affecting semen
semen. Anim. Sci. Paper Reports 20:
production in holstein bulls. Journal
255-266.
Dairy Science. 81:3321-3330.
Söderquist, L., L. Janson., M. Haard. Dan S.
Melita, D., Dasrul M. adam. 2014. Pengaruh
Einarsson. 1996. Influence of season,
Umur Pejantan Dan Frekuensi Ejakulasi
age, breed and some other factors on the
Terhadap Kualitas Spermatozoa Sapi
variation in sperm morphological
Aceh. Med vet. J. 8 (1): ISSN 0853-
abnormalities in swedish dairy A.I.
1943
bulls. Anim Repro Sci., 44: 91-98.
Partodihardjo, S. (1992). Ilmu Reproduksi
Sukmawati E, R. I. Arifiantini, B. Purwantara.
Hewan. Mutiara Sumber Widya, Jakarta.
2014. Daya Tahan Spermatozoa
Ratnawati, D., L. Affandhy, W.C. Pratiwi, dan terhadap Proses Pembekuan pada
P.W. Prihandini. 2008. Pengaruh Berbagai Jenis Sapi Pejantan Unggul
pemberian suplemen tradisional terhadap JITV 19(3): 168-175.
kualitas semen pejantan sapi bali. Loka
Tambing, S. N., Toelihere, M. R., Yusuf, T. L.,
Penelitian Sapi Potong. Semarang
Purwantara, T., Sutama, I. K., dan
Riyadhi, M., R. Iis Arifiantini, Bambang Situmorang, P. Z. 2001. Pengaruh
Purwantara. 2012. Korelasi morfologi Frekuensi Ejakulasi Terhadap
abnormalitas primer spermatozoa Karakteristik Semen Segar dan
terhadap umur pada beberapa bangsa

Agripet Vol 16, No. 2, Oktober 2016


129
Kemampuan Libido Kambing Saanen. White, I.G. (1993). Lipid and calcium uptake
Jurnal Sain Vet. 1(2): 57-64. of sperm in relation to cold shock and
preservation: A Review. J. Reprod.
Therien I., R. Moreau and P. Manjunath. 1998.
Fertil. Dev. 5: 639-658.
Major protein of bovine seminal plasma
and high-density lipoprotein induced Wijono, D. B. (1999). Evaluasi Kemampuan
cholesterol efflux from epididymal Ejakulasi dan Kualitas Semen Sapi
sperm. Biol. Reprod. 59: 768-776. Potong Muda dan Dewasa. Seminar
Nasional Peternakan dan Veteriner.
Toelihere, M.R. (1985). Fisiologi reproduksi
pada ternak. Penerbit Angkasa, Yudi, T. L. Yusuf, B. Purwantara, M. Agil, T.
Bandung. Wresdiyati, D. Sajuthi, Aditya, J.
Manangsang, R. Sudarwati, dan Y. T.
Toelihere, M.R. (1993). Inseminasi Buatan
Hastuti. 2010. Morphology and
pada ternak. CV Angkasa. Bandung.
Biometry of Spermatozoa of the Anoa
Turyan, 2005. Penurunan Motilitas (Bubalus sp) Stained Using William’s
Spermatozoa pada Berbagai Bangsa Sapi and Eosin-Nigrosin. Media Peternakan,
Akibat Proses Pembekuan. Skripsi. Vol. 33 No. 2 Agustus 2010, hlm. 88-94
Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya. Malang.

Karakteristik Semen dan Komposisi Kimia Plasma Seminalis Sapi Aceh yang Dipelihara Di BIBD Saree Aceh Besar (drh. Zulyzaini, et al)
130

Anda mungkin juga menyukai