Anda di halaman 1dari 17

Makalah filsafat Hukum

Dosen Pengampuh :

Prof. Dr. H. Misranto, SH., M.Hum

Oleh :

Yoga Mahendra (21801021115)

Fakultas Hukum

Universitas Islam Malang

2021
Daftar isi

Contents
BAB I............................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................................4
1.3 TUJUAN PENULISAN...........................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................4
2.1 TEORI KEADILAN................................................................................................................................4
Teori Keadilan Aristoteles........................................................................................................................5
Teori Keadilan John Rawls.......................................................................................................................6
Teori Keadilan Roscoe Pound..................................................................................................................8
Teori Keadilan Plato.................................................................................................................................8
Teori Keadilan Hans Kelsen......................................................................................................................8
Hukum dan Keadilan................................................................................................................................9
2.2 MACAM-MACAM KEADILAN...........................................................................................................11
2.3 HAKIKAT KEADILAN.........................................................................................................................13
BAB III........................................................................................................................................................14
Penutupan.................................................................................................................................................14
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................................14
3.2 SARAN..............................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keadilan merupakan suatu hal yang paling mendasar yang harus ada dalam
institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran dalam sistem pemikiran. Suatu hukum dan
intuisi meskipun terlihat rapi dan efisien jika dirasa tidak memiliki nilai keadilan maka ia
harus dirombak ulang bahkan bisa dihapuskan. Dalam keadilan terdapat kehormatan
seseorang sehingga masyarakat sekalipun tidak bisa mengganggu gugat. Atas dasar ini
keadilan menolak hilangnya suatu kebebasan sejumlah orang oleh sebagian orang lainya.
Keadilan tidak akan membiarkan segelintir orang mengambil dan menikmati suatu
keuntungan yang diambil dari suatu minoritas dengan suatu pemaksaan. Keadilan tidak
membiarkan pengorbanan yang dipaksakan pada segelintir orang diperberat oleh
sebagian besar keuntungan yang dinikmati banyak orang. Oleh karena itu, dalam
masyarakat yang adil kebebasan warga Negara dianggap mapan; hak-hak yang dijamin
oleh keadilan tidak tunduk pada tawar-menawar politik atau kulkulasi kepentingan sosial.
Satu-satunya hal yang mengijinkan kita untuk menerima teori yang salah adalah karena
tidak adanya teori yang lebih baik; secara analogis, ketidakadilan bisa dibiarkan hanya
ketika ia butuh menghindari ketidakadilan yang lebih besar. Sebagai kebijakan utama
umat manusia, kebenaran dan keadilan tidak bisa diganggu gugat.

Setiap manusia berhak diperlakukan adil dan berlaku adil dengan


menyeimbangkan antara hak dan kewajiban. Orang yang menuntut hak, tapi lupa
kewajiban, tindakannya pasti akan mengarah pada pemerasan, sebaliknya orang yang
menjalankan kewajiban, tetapi lupa menuntut hak akan mudah diperbudak oleh orang
lain.
Hakikat keadilan dan hukum dapat dialami baik oleh ahli hukum maupun oleh
orang awam yang berarti bahwa dalam pergaulan hidup masyarakat akan selalu terikat
pada masalah keadilan dan hukum. Keadilan dan hukum tidak dapat dilepaskan dari
interaksi kehidupan manusia itu sendiri, oleh karena itu sangatlah sulit membayangkan
adanya suatu masyarakat tanpa keadilan dan hukum. Keadilan dan hukum merupakan
dasar dari kehidupan manusia, sehingga tugas mengadili yang dibebankan pada lembaga
pengadilan merupakan suatu tugas yang memerlukan kecermatan dan kematangan baik
dalam menyusun pertimbangan hukumnya maupun dalam menetapkan keputusan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Teori keadilan
2. macam-macam keadilan
3. Hakikat Keadilan

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk memenuhi tugas matakuliah filsafat hukum

2. agar mengetahui hakikat keadilan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TEORI KEADILAN


Pembicaraan keadilan memiliki cakupan yang luas, mulai dari yang bersifat etik,
filosofis, hukum, sampai pada keadilan sosial. Banyak orang yang berpikir bahwa
bertindak adil dan tidak adil tergantung pada kekuatan dan kekuatan yang dimiliki,
untuk menjadi adil cukup terlihat mudah, namun tentu saja tidak begitu halnya
penerapannya dalam kehidupan manusia.

Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik


menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat
kepentingan yang besar. Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan
dan dihukum, dan banyak gerakan sosial dan politis di seluruh dunia yang berjuang
menegakkan keadilan. Tapi, banyaknya jumlah dan variasi teori keadilan memberikan
pemikiran bahwa tidak jelas apa yang dituntut dari keadilan dan realita ketidakadilan,
karena definisi apakah keadilan itu sendiri tidak jelas. keadilan intinya adalah meletakkan
segala sesuatunya pada tempatnya.

Tentang rumusan keadilan ini ada dua pendapat yang dasar yang perlu
diperhatikan, sebagai berikut:

a) Pandangan kaum awami (pendapat awam) yang pada dasarnya merumuskan bahwa
yang dimaksudkan dengan keadilan itu ialah keserasian antara penggunaan hak dan
pelaksanaan kewajiban selaras dengan dalil” neraca hukum “yakni “takaran hak dan
kewajiban”

b) Pandangan para ahli hukum (Purnadi Purbacaraka ) yang pada dasarnya merumuskan
bahwa keadilan itu adalah keserasian antara kepastian hukum dan kesebandingan hukum.

2 Teori hukum alam sejak Socrates hingga Francois Geny, tetap mempertahankan
keadilan sebagai mahkota hukum. Teori hukum alam mengutamakan “the search for
justice”. Terdapat macam-macam teori mengenahi keadilan dan masyarakat yang adil.
Teoriteori ini menyangkut hak dan kebebasan, peluang kekuasaan, pendapatan dan
kemakmuran. Di antara teori-teori tersebut dapat disebut: teori keadilan Aristoteles dalam
bukunya nicomachean ethics dan teori keadilan sosial John Rawl dalam bukunya a theory
of justice.
Teori Keadilan Aristoteles
Keadilan menurut aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia.
Kelayakan diartiakan sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrem yang terlalu
banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem itu menyangkut dua orang atau benda.
Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan,
maka masing-masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan
pelanggaran terhadap proposi tersebut berarti tidak keadilan.1

Pembagian Keadilan menurut Aristoteles yaitu :

 Keadilan Komulatif adalah perlakuan terhadap seseorang yang tidak melihat jasa
yang dilakukannya, yakni setiap orang mendapat haknya.

 Keadilan Distributif adalah perlakuan terhadap seseorang sesuai dengan jasanya


yang telah dibuat, yakni setiap orang mendapat kapasitas dengan potensi masing-
masing.

 Keadilan Findikatif adalah perlakuan terhadap seseorang sesuai kelakuannya,


yakni sebagai balasan kejahatan yang dilakukan.2

Teori Keadilan John Rawls


Lain halnya dengan Aristoteles, John Rawls yang hidup pada awal abad 21 lebih
menekankan pada keadilan sosial. Hal ini terkait dengan munculnya pertentangan antara
kepentingan individu dan kepentingan negara pada saat itu. Rawls melihat kepentingan
utama keadilan adalah

1) jaminan stabilitas hidup manusia, dan

2) keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kehidupan bersama.

1
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/elafkar/article/view/1997/1643
2
https://rahmanjambi43.wordpress.com/2015/02/06/makalah-teori-keadilan/
Rawls mempercayai bahwa struktur masyarakat ideal yang adil adalah struktur
dasar masyarakat yang asli dimana hak-hak dasar, kebebasan, kekuasaan, kewibawaan,
kesempatan, pendapatan, dan kesejahteraan terpenuhi. Kategori struktur masyarakat ideal
ini digunakan untuk:

1. menilai apakah institusi-institusi sosial yang ada telah adil atau tidak

2. melakukan koreksi atas ketidakadilan sosial.

Rawls berpendapat bahwa yang menyebabkan ketidakadilan adalah situsi sosial


sehingga perlu diperiksa kembali mana prinsip-prinsip keadilan yang dapat digunakan
untuk membentuk situasi masyarakat yang baik. Koreksi atas ketidakadilan dilakukan
dengan cara mengembalikan (call for redress) masyarakat pada posisi asli (people on
original position). Dalam posisi dasar inilah kemudian dibuat persetujuan asli
antar (original agreement) anggota masyarakat secara sederajat.

Ada tiga syarat suapaya manusia dapat sampai pada posisi asli, yaitu:

1. Diandaikan bahwa tidak diketahui, manakah posisi yang akan diraih seorang
pribadi tertentu di kemudian hari. Tidak diketahui manakah bakatnya,
intelegensinya, kesehatannya, kekayaannya, dan aspek sosial yang lain.

2. Diandaikan bahwa prinsip-prinsip keadilan dipilih secara konsisten untuk


memegang pilihannya tersebut.

3. Diandaikan bahwa tiap-tiap orang suka mengejar kepentingan individu dan baru
kemudian kepentingan umum. Ini adalah kecenderungan alami manusia yang
harus diperhatikan dalam menemukan prinsip-prinsip keadilan.

Dalam menciptakan keadilan, prinsip utama yang digunakan adalah:

1. Kebebasan yang sama sebesar-besarnya, asalkan tetap menguntungkan semua


pihak;

2. Prinsip ketidaksamaan yang digunakan untuk keuntungan bagi yang paling lemah.
Prinsip ini merupakan gabungan dari prinsip perbedaan dan persamaan yang adil atas
kesempatan.

Secara keseluruhan berarti ada tiga prinsip untuk mencari keadilan, yaitu:

1. Kebebasan yang sebesar-besarnya sebagai prioriotas.

2. perbedaan

3. persamaan yang adil atas kesempatan.

Asumsi pertama yang digunakan adalah hasrat alami manusia untuk mencapai
kepentingannya terlebih dahulu baru kemudian kepentingan umum. Hasrat ini adalah
untuk mencapai kebahagiaan yang juga merupakan ukuran pencapaian keadilan. Maka
harus ada kebebasan untuk memenuhi kepentingan ini. Namun realitas masyarakat
menunjukan bahwa kebebasan tidak dapat sepenuhnya terwujud karena adanya
perbedaan kondisi dalam masyarakat. Perbedaan ini menjadi dasar untuk memberikan
keuntungan bagi mereka yang lemah. Apabila sudah ada persamaan derajat, maka semua
harus memperoleh kesempatan yang sama untuk memenuhi kepentingannya. Walaupun
nantinya memunculkan perbedaan, bukan suatu masalah asalkan dicapai berdasarkan
kesepakatan dan titik berangkat yang sama.

Teori Keadilan Roscoe Pound


Roscoe Pound melihat keadilan dalam hasil-hasil konkrit yang bisa diberikannya
kepada masyarakat. Ia melihat bahwa hasil yang diperoleh itu hendaknya berupa
pemuasan kebutuhan manusia sebanyak-banyaknya dengan pengorbanan yang sekecil-
kecilnya. Pound sendiri mengatakan, bahwa ia sendiri senang melihat “semakin
meluasnya pengakuan dan pemuasan terhadap kebutuhan, tuntutan atau keinginan-
keinginan manusia melalui pengendalian sosial; semakin meluas dan efektifnya jaminan
terhadap kepentingan sosial; suatu usaha untuk menghapuskan pemborosan yang terus-
menerus dan semakin efektif dan menghindari perbenturan antara manusia dalam
menikmati sumber-sumber daya, singkatnya social engineering semakin efektif.
Teori Keadilan Plato
Keadilan menurut Plato, Plato adalah seorang pemikir idealis abstrak yang
mengakui kekuatankekuatan diluar kemampuan manusia sehingga pemikiran irasional
masuk dalam filsafatnya. Demikian pula halnya dengan masalah keadilan, Plato
berpendapat bahwa keadilan adalah diluar kemampuan manusia biasa. Sumber
ketidakadilan adalah adanya perubahan dalam masyarakat. Masyarakat memiliki elemen-
elemen principal yang harus dipertahankan, yaitu:

a) Pemilahan kelas-kelas yang tegas; misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para
penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba
manusia.
b) Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya; perhatian khusus
terhadap kelas ini dan persatuannya; dan kepatuhan pada persatuannya, aturan-
aturan yang rigid bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini, dan pengawasan
yang ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya3.

Teori Keadilan Hans Kelsen


Hans Kelsen dalam bukunya general theory of law and state, berpandangan bahwa
hukum sebagai tatanan sosial yang dapat dinyatakan adil apabila dapat mengatur
perbuatan manusia dengan cara yang memuaskan sehingga dapat menemukan kebahagian
didalamnya.Pandangan Hans Kelsen ini pandangan yang bersifat positifisme, nilai-nilai
keadilan individu dapat diketahui dengan aturan-aturan hukum yang mengakomodir nilai-
nialai umum, namun tetap pemenuhan rasa keadilan dan kebahagian diperuntukan tiap
individu.

Lebih lanjut Hans Kelsen mengemukakan keadilan sebagai pertimbangan nilai


yang bersifat subjektif. Walaupun suatu tatanan yang adil yang beranggapan bahwa suatu
tatanan bukan kebahagian setiap perorangan, melainkan kebahagian sebesar-besarnya
bagi sebanyak mungkin individu dalam arti kelompok, yakni terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan tertentu, yang oleh penguasa atau pembuat hukum, dianggap sebagai
3
https://media.neliti.com/media/publications/57820-ID-konsep-keadilan-dalam-filsafat-hukum-dan.pdf
kebutuhan-kebutuhan yang patut dipenuhi, seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan.
Tetapi kebutuhan-kebutuhan manusia yang manakah yang patut diutamakan. Hal ini
dapat dijawab dengan menggunakan pengetahuan rasional, yang merupakan sebuah
pertimbangan nilai, ditentukan oleh faktorfaktor emosional dan oleh sebab itu bersifat
subjektif.

Sebagai aliran posiitivisme Hans Kelsen mengakui juga bahwa keadilan mutlak
berasal dari alam, yakni lahir dari hakikat suatu benda atau hakikat manusia, dari
penalaran manusia atau kehendak Tuhan. Pemikiran tersebut diesensikan sebagai doktrin
yang disebut hukum alam. Doktrin hukum alam beranggapan bahwa ada suatu
keteraturan hubungan-hubungan manusia yang berbeda dari hukum positif, yang lebih
tinggi dan sepenuhnya sahih dan adil, karena berasal dari alam, dari penalaran manusia
atau kehendak Tuhan. Pemikiran tentang konsep keadilan, Hans Kelsen yang menganut
aliran positifisme, mengakui juga kebenaran dari hukum alam. Sehingga pemikirannya
terhadap konsep keadilan menimbulkan dualisme antara hukum positif dan hukum alam.

Menurut Hans Kelsen: “Dualisme antara hukum positif dan hukum alam menjadikan
karakteristik dari hukum alam mirip dengan dualisme metafisika tentang dunia realitas
dan dunia ide model Plato. Inti dari fislafat Plato ini adalah doktrinnya tentang dunia
ide. Yang mengandung karakteristik mendalam. Dunia dibagi menjadi dua bidang yang
berbeda : yang pertama adalah dunia kasat mata yang dapa itangkap melalui indera
yang disebut realitas; yang kedua dunia ide yang tidak tampak.”4

Hukum dan Keadilan


Hukum sangat erat hubungannya dengan keadilan, bahkan ada pendapat bahwa
hukum harus digabungkan dengan keadilan, supaya benar-benar berarti sebagai hukum,
karena memang tujuan hukum itu adalah tercapainya rasa keadilan pada masyarakat.
Suatu tata hukum dan peradilan tidak bisa dibentuk begitu saja tanpa memerhatikan
keadilan, karena adil itu termasuk pengertian hakiki suatu tata hukum dan peradilan, oleh

4
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1795/5/138400162_file5.pdf
karenanya haruslah berpedoman pada prinsip- prinsip umum tertentu. Prinsip–prinsip
tersebut adalah yang menyangkut kepentingan suatu bangsa dan negara, yaitu merupakan
keyakinan yang hidup dalam masyarakat tentang suatu kehidupan yang adil, karena
tujuan negara dan hukum adalah mencapai kebahagiaan yang paling besar bagi setiap
orang.

Sejak awal peradaban manusia, masalah keadilan merupakan masalah yang selalu
dituntutkan. Sehingga seluruh umat manusia umumnya mendambakan keadilan hadir
dalam kehidupannya. Keadilan mulai muncul bersamaan dengan munculnya konsep
keadilan yang sangat banyak (sebagaimana telah diurai oleh penulis sebelumnya). Karena
masing-masing konsep memiliki plus minusnya, bahkan ada beberapa konsep yang
banyak minusnya, maka dalam penerapan keadilan ini pun ditanggapi banyak pihak
dengan nada skeptis, terutama dalam hal penegakan hukum, sebab beranggapan keadilan
hanya milik orang tertentu saja (seperti: pemegang kekuasaan politik, sanak famili
hartawan, keturunan bangsawan, dan lain-lain)5

Di dalam Pancasila kata adil terdapat pada sila kedua dan sila kelima. Nilai
kemanusiaan yang adil dan keadilan sosial mengandung suatu makna bahwa hakikat
manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan berkodrat harus berkodrat adil, yaitu adil
dalam hubungannya dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap
masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap lingkungnnya serta adil terhadap Tuhan
Yang Maha Esa6

Jika hukum dan keadilan telah terpisahkan, maka keadilan dianggap sebagai pihak
oposisi dan hukum. Ketika masyarakat menuntut keadilan, hukum begitu reaktif dengan
melakukan rasionalisasi prosedural hukum, kualitas kepastian dan alasan-alasan lainnya.
Masyarakat begitu apatis terhadap hukum karena hukum telah kehilangan kepercayaan.
Masyarakat lebih memilih jalan sendiri untuk menyelesaikan konflik yang mengganggu
kepentingan sosial.

5
https://ejournal.uwks.ac.id/myfiles/201209442514478516/2.pdf
6
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/16633/05.2%20bab%202.pdf?sequence=7&isAllowed=y
Penegakan hukum yang kurang menjadikan masyarakat yang tertindas tidak mampu
keluar dari persoalan yang dialaminya, sering seseorang yang memerlukan keadilan
hampir terabaikan sama sekali. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa hukum tajam
kebawah dan tumpul keatas. Bahkan sering terjadi, dengan niat untuk mencari keadilan
yang terjadi hanyalah para pencari keadilan menjadi korban penegakan hukum formal.
Realitas ini menjadikan penegakan keadilan jauh dari nilai-nilai keadilan hakiki dan
terkadang justru menyodok rasa keadilan itu sendiri.

Seperti diketahui istilah keadilan senantiasa dipertentangkan dengan istilah ketidakadilan.


Dimana ada konsep keadilan maka disitu juga terdapat ketidakadilan. Misalnya dinegara
Indonesia7

2.2 MACAM-MACAM KEADILAN

Dalam kaitan dengan keadilan, dikenal adanya beberapa macam keadilan secara
umum. Macam -macam keadilan itu adalah keadilan komutatif (iustitia commutation),
keadilan distributif (iustitia distributiva), keadilan vindikatif (iustitia vindication),
keadilan kreatif (iustitia creativa), keadilan protektif (iustitia protectiva), dan keadilan
legal (iustitia legalis). Didalam memahami keadilan perlu di ketahui bahwa keadilan itu
terbagi kedalam beberapa kelompak yang dikaji dari berbagai sudut ilmu pengetahuan
yaitu :

1. Keadilan Komutatif (Iustitia Commutativa)


Keadilan komutatif adalah keadilan yang memberikan kepada masing-masing
orang apa yang menjadi bagiannya, di mana yang diutamakan adalah objek
tertentu yang merupakan hak dari seseorang. Keadilan komutatif berkenaan
dengan hubungan antarorang/antarindividu. Di sini ditekankan agar prestasi sama
nilainya dengan kontra prestasi. Contohnya : Aris membeli tas Bayu yang
harganya 100 ribu maka Aris membayar 100 ribu juga seperti yang telah
disepakati.

2. Keadilan Distributif (Iustitia Distributiva)

7
https://www.kompasiana.com/luck27/5563ffce197b61411930058a/hukum-dan-keadilan#:~:text=Hukum%20dan
%20keadilan%20sangatlah%20erat,keadilan%20diciptakan%20karena%20adanya%20hukum.&text=Hukum
%20diharapkan%20dapat%20memberikan%20nilai,yang%20jauh%20dari%20jangkauan%20masyarakat.
Keadilan distributif adalah keadilan yang memberikan kepada masing-masing
orang apa yang menjadi haknya, di mana yang menjadi subjek hak adalah
individu, sedangkan subjek kewajiban adalah masyarakat. Keadilan distributif
berkenaan dengan hubungan antara individu dan masyarakat/negara. Di sini yang
ditekankan bukan asas kesamaan/kesetaraan (prestasi sama dengan kontra
prestasi). Melainkan, yang ditekankan adalah asas proporsionalitas atau
kesebandingan berdasarkan kecakapan, jasa, atau kebutuhan. Keadilan jenis ini
berkenaan dengan benda kemasyarakatan seperti jabatan, barang, kehormatan,
kebebasan, dan hak-hak. Contohnya : keadilan Pada karyawan yang sudah bekerja
selama 30 tahun, maka ia pantas untuk mendapatkan kenaikan jabatan atau
pangkat.

3. Keadilan legal (Iustitia Legalis)


Keadilan legal adalah keadilan berdasarkan undang-undang. Yang menjadi objek
dari keadilan legal adalah tata masyarakat. Tata masyarakat itu dilindungi oleh
undang-undang. Tujuan keadilan legal adalah terwujudnya kebaikan bersama
(bonum commune). Keadilan legal terwujud ketika warga masyarakat
melaksanakan undang-undang, dan penguasa pun setia melaksanakan undang-
undang itu. Contohnya : Semua pengendara wajib untuk menaati rambu-rambu
lalu lintas.

4. Keadilan Vindikatif (Iustitia Vindicativa)


Keadilan vindikatif adalah keadilan yang memberikan kepada masing-masing
orang hukuman atau denda sebanding dengan pelanggaran atau kejahatan yang
dilakukannya. Setiap warga masyarakat berkewajiban untuk turut serta dalam
mewujudkan tujuan hidup bermasyarakat, yaitu kedamaian, dan kesejahteraan
bersama. Apabila seseorang berusaha mewujudkannya, maka ia bersikap adil.
Tetapi sebaliknya, bila orang justru mempersulit atau menghalangi terwujudnya
tujuan bersama tersebut, maka ia patut menerima sanksi sebanding dengan
pelanggaran atau kejahatan yang dilakukannya. Contohnya : pengedar narkoba
pantas untuk dihukum dengan seberat-beratnya.

5. Keadilan Kreatif (Iustitia Creativa)


Keadilan kreatif adalah keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang
bagiannya, yaitu berupa kebebasan untuk mencipta sesuai dengan kreativitas yang
dimilikinya. Keadilan ini memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk
mengungkapkan kreativitasnya di berbagai bidang kehidupan.
Contohnya : penyair diberikan kebebasan dalam menulis, bersyair tanpa adanya
interfensi atau tekanan apapun.

6. Keadilan Protektif (Iustitia Protectiva)


Keadilan protektif adalah keadilan yang memberikan proteksi atau perlindungan
kepada pribadi-pribadi. Dalam masyarakat, keamanan dan kehidupan pribadi-
pribadi warga masyarakat wajib dilindungi  dari tindak sewenang-wenang pihak
lain. Menurut Montesquieu, untuk mewujudkan keadilan protektif diperlukan
adanya tiga hal, yaitu: tujuan sosial yang harus diwujudkan bersama, jaminan
terhadap hak asasi manusia, dan konsistensi negara dalam mewujudkan
kesejahteraan umum. Contohnya : Polisi wajib untuk menjaga masyarakat dari
para penjahat

2.3 HAKIKAT KEADILAN


Hakikat keadilan sudah dipermasalahkan oleh tokoh-tokoh pemikir Yunani,
seperti Socrates, Plato, Aristoteles, dan Kaum Stoisme. Misalnya masalah keadilan telah
menguasai syair-syair Hesiod dan Solon pembuat Undang-Undang Atica. Keduanya
meminta pertolongan dari Dike putri Zeus sebagai penjamin keadilan terhadap tirani
dunia, pelanggaran hak-hak dan tidak adanya keadilan sosial. 8

Hakikat keadilan dapat juga dikemukakan berdasarkan aliran-aliran dalam filsafat


hukum, yang mengartikan keadilan sebagai hubungan yang ideal antar manusia

Setiap manusia berhak diperlakukan adil dan berlaku adil dengan


menyeimbangkan antara hak dan kewajiban. Orang yang menuntut hak, tapi lupa
kewajiban, tindakannya pasti akan mengarah pada pemerasan, sebaliknya orang yang
menjalankan kewajiban, tetapi lupa menuntut hak akan mudah diperbudak oleh orang
lain. Menurut etika, keadilan dapat dianggap sebagai budi pekerti individu atau sebagai
8
Hakikat Adil Dan Makmur Sebagai Landasan ... - Jurnal UGM https://jurnal.ugm.ac.id
suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan atau tuntutan-tuntutan manusia secara
adil dan layak. Etika merupakan usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya
pikirnya agar dapat menjadi baik. Akal budi itu ciptaan Tuhan yang diberikan kepada
manusia untuk digunakan dalam semua dimensi kehidupannya. Dengan pertimbangan-
pertimbangan akal budi, manusia dapat mengetahui baik dan buruk, boleh dilakukan dan
tidak boleh dilakukan, adil dan tidak adil.

Ada tiga ciri khas yang selalu menandai keadilan : Keadilan tertuju pada orang
lain, Keadilan harus ditegakkan, dan Keadilan menuntut persamaan.

Pertama, Keadilan selalu tertuju pada orang lain atau keadilan selalu ditandai other-
directedness  ( J. Finnis ).Masalah keadilan atau ketidakadilan hanya bisa timbul dalam
konteks antar manusia.

Kedua, Keadilan harus ditegakkan dan dilaksanakan. Keadilan tidak diharapkan saja atau
dianjurkan saja. Keadilan mengikat kita sehingga kita mempunyai kewajiban karena
keadilan selalu berkaitan dengan hak yang harus dipenuhi. Kalau ciri pertama
menyatakan bahwa dalam konteks keadilan kita selalu berurusan dengan hak orang lain.
Maka ciri kedua ini menekankan bahwa dalam konteks keadilan kita selalu berurusan
dengan hak orang lain.

Ketiga, Keadilan menuntut persamaan (  Equality  ). Atas dasar keadilan kita harus
memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, tanpa kecuali.

BAB III

Penutupan

3.1 KESIMPULAN
Pembicaraan keadilan memiliki cakupan yang luas, mulai dari yang bersifat etik,
filosofis, hukum, sampai pada keadilan sosial. Banyak orang yang berpikir bahwa
bertindak adil dan tidak adil tergantung pada kekuatan dan kekuatan yang dimiliki,
untuk menjadi adil cukup terlihat mudah, namun tentu saja tidak begitu halnya
penerapannya dalam kehidupan manusia. Kebanyakan orang percaya bahwa
ketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan banyak gerakan sosial dan politis di
seluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan. Tapi, banyaknya jumlah dan variasi
teori keadilan memberikan pemikiran bahwa tidak jelas apa yang dituntut dari keadilan
dan realita ketidakadilan, karena definisi apakah keadilan itu sendiri tidak jelas.

Tentang rumusan keadilan ini ada dua pendapat yang dasar yang perlu diperhatikan,
sebagai berikut: a) Pandangan kaum awami (pendapat awam) yang pada dasarnya
merumuskan bahwa yang dimaksudkan dengan keadilan itu ialah keserasian antara
penggunaan hak dan pelaksanaan kewajiban selaras dengan dalil” neraca hukum “yakni
“takaran hak dan kewajiban” b) Pandangan para ahli hukum (Purnadi Purbacaraka ) yang
pada dasarnya merumuskan bahwa keadilan itu adalah keserasian antara kepastian hukum
dan kesebandingan hukum.

Nilai kemanusiaan yang adil dan keadilan sosial mengandung suatu makna bahwa
hakikat manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan berkodrat harus berkodrat adil,
yaitu adil dalam hubungannya dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil
terhadap masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap lingkungnnya serta adil terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.

Macam -macam keadilan itu adalah keadilan komutatif (iustitia commutation), keadilan
distributif (iustitia distributiva), keadilan vindikatif (iustitia vindication), keadilan kreatif
(iustitia creativa), keadilan protektif (iustitia protectiva), dan keadilan legal (iustitia
legalis).

3.2 SARAN
Diharapkan dengan banyaknya berbagai macam teori-teori keadilan dapat
membuat masyarakt memahami makna hakikat keadilan itu sendiri. Karena kata keadilan
itu sendiri memiliki pengertian yang abstrak.
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/elafkar/article/view/1997/1643

https://rahmanjambi43.wordpress.com/2015/02/06/makalah-teori-keadilan

https://media.neliti.com/media/publications/57820-ID-konsep-keadilan-dalam-filsafat-hukum-dan.pdf

https://ejournal.uwks.ac.id/myfiles/201209442514478516/2.pdf

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/16633/05.2%20bab%202.pdf?sequence=7&isAllowed=y

https://www.kompasiana.com/luck27/5563ffce197b61411930058a/hukum-dan-keadilan#:~:text=Hukum%20dan
%20keadilan%20sangatlah%20erat,keadilan%20diciptakan%20karena%20adanya%20hukum.&text=Hukum
%20diharapkan%20dapat%20memberikan%20nilai,yang%20jauh%20dari%20jangkauan%20masyarakat.

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1795/5/138400162_file5.pdf

Hakikat Adil Dan Makmur Sebagai Landasan ... - Jurnal UGM https://jurnal.ugm.ac.id

Anda mungkin juga menyukai