Anda di halaman 1dari 16

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah


Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan
wawancara dengan pimpinan puskesmas, pemegang program, petugas yang
menjalankan program dan analisis laporan tahunan Puskesmas Nanggalo,
masyarakat dan kader. Proses ini dilakukan dengan melihat data sekunder berupa
laporan tahunan Puskesmas Nanggalo tahun 2020 dan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) semester satu tahun 2019. Berikut daftar identifikasi masalah di Puskesmas
Nanggalo:
Tabel 4.1 Identifikasi masalah4
Program Masalah

Hipertensi 1. Masih menjadi penyakit tidak menular paling tinggi diwilayah


kerja puskesmas pada tahun 2020 yakni sebanyak 6.297 kasus
2. Pasien yang mendapat pelayanan kesehatan hanya 19,07%

Imunisasi Tetanus Masih rendahnya capaian Imunisasi TT pada ibu hamil tahun
Toksoid (TT) pada 2020 (TT-1=0,14%, TT-2= 4,41%, TT-3=13,64%, TT-4=
Ibu hamil 14,19%, TT-5= 13,5%, TT2+= 45,73%)

1. Belum optimalnya program Rasa Sejiwa dikarenakan baru


Orang dengan berdiri tahun 2017 dan setelahnya pandemi covid-19
Gangguan Jiwa
(ODGJ) 2. Masih tingginya jumlah kasus ODGJ diwilayah kerja
Puskesmas sebanyak 81 orang dan peningkatan angka
kunjungan pasien tahun 2020 mencapai 614 kunjungan
3. Terhentinya kegiatan Posyandu Jiwa selama pandemi covid-19
Pelayanan anak 1. Pencapaian kunjungan Posyandu masih dibawah target dimana
dan balita D/S 26,4% tahun 2020
2. Kegiatan posyandu dihentikan sementara waktu
3. Banyak kader yang tidak mau diswab
Vaksin covid-19 Capaian tidak sesuai dengan target harus habis sampai bulan Juni
pada lansia 2020

Laporan PDCA (Plan, Do, Check, Action) 47


4.2 Penentuan Prioritas Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, terdapat beberapa masalah yang perlu
mendapat penyelesaian segera. Namun, tidak semua permasalahan dalam
program puskesmas dapat diselesaikan sekaligus, sehingga perlu dilakukan
penentuan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar dan terpenting
yang mungkin untuk diselesaikan. Metode yang digunakan untuk menentukan
prioritas masalah adalah metode Hanlon. Setelah menentukan prioritas masalah,
langkah selanjutnya adalah pembuatan diagram Plan, Do, Check, Action untuk
mengatasi masalah yang menjadi prioritas yang telah ditetapkan sebelumnya.
Metode Hanlon menggunakan skoring sebagai berikut:
1. Urgensi: merupakan masalah yang penting untuk dilaksanakan
a. Nilai 1 = Tidak penting
b. Nilai 2 = Kurang penting
c. Nilai 3 = Cukup penting
d. Nilai 4 = Penting
e. Nilai 5 = Sangat penting
2. Kemungkinan tindakan intervensi
a. Nilai 1 = Tidak mudah
b. Nilai 2 = Kurang mudah
c. Nilai 3 = Cukup mudah
d. Nilai 4 = Mudah
e. Nilai 5 = Sangat mudah
3. Biaya yang diperlukan
a. Nilai 1 = Sangat mahal

b. Nilai 2 = Mahal
c. Nilai 3 = Cukup mahal
d. Nilai 4 = Murah
e. Nilai 5 = Sangat murah
4. Kemungkinan meningkatkan mutu
a. Nilai 1 = Sangat rendah
b. Nilai 2 = Rendah
c. Nilai 3 = Sedang
d. Nilai 4 = Tinggi
e. Nilai 5 = Sangat tinggi

Tabel 4.2 Analisis Prioritas Masalah


Masalah Urgensi Intervensi Biaya Mutu Total Rangking
Hipertensi 4 4 2 4 14 2
Imunisasi 3 4 3 2 12 4
Tetanus Toksoid
(TT)
ODGJ (Orang
3 3 3 2 11 5
dengan
Gangguan Jiwa)
Pelayanan anak dan 4 5 2 4 15 1
balita
Vaksin covid-19 5 4 3 2 13 3
Keterangan:

1. Hipertensi
Urgensi: 4 (penting)

Kasus Hipertensi diwilayah kerja Puskesmas Nanggalo pada tahun 2020


terdapat sebanyak 6.297 kasus dengan jumlah perempuan dan laki-laki masing-
masing 3.164 orang dan 3.133 orang. Tingginya kejadian Hipertensi dari semua
penyakit tidak menular (PTM) menjadi sasaran utama dalam pengembangan
POSBINDU (Pos pemBinaan Terpadu) dikecamatan Nanggalo, namun,
peningkatan ini tidak sebanding dengan jumlah kunjungan pasien sebanyak
19,07%.
Intervensi: 4 (mudah)
Keadaan ini dirasa mudah diintervensi dengan cara menggerakkan
masyarakat diwilayah kerja puskesmas Nanggalo melalui pembuatan video
promotif yang ditampilkan diruang tunggu pelayanan, penyebaran leaflet dan
penyuluhan mengenai hipertensi dalam kegiatan POSBINDU.
Biaya: 2 (mahal)
Biaya kegiatan ini diperkirakan mahal karena dalam pembuatan video
kreatif, leaflet dan perlengkapan kegiatan penyuluhan membutukan dana yang
besar serta proses pembuatannya yang cukup lama.
Mutu: 4 ( tinggi)
Intervensi yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat akan bahaya, cara mencegah dan pengobatan rutin pasien maupun
keluarga pasien dengan penyakit hipertensi. Sehingga, dapat menurunkan jumlah
kasus hipertensi dan komplikasinya, dimana jika sedini mungkin dilakukan
pencegahan akan menyelamatkan banyak nyawa kematian akibat hipertensi
maupun komplikasinya.
2. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Urgensi: 3 (cukup penting)
Pelaksanaan imunisasi TT pada ibu hamil masih rendah, dimana rerata
dari T1-T5 mencapai <15% (TT-1=0,14%, TT-2= 4,41%, TT-3=13,64%, TT-4=
14,19%, TT-5= 13,5%, TT2+= 45,73%). Pencapaian ini telah meningkat
jumlahnya daripada tahun 2019.
Pemberian imunisasi TT merupakan bagian dari pemeriksaan
ANC(antenatal care) pada ibu hamil yang diselenggarakan diposyandu. ANC
dilaksanakan sebanyak satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester
kedua dan dua kali pada trimester ketiga. Pelayanan ANC diukur menjadi 2, yaitu
K1(pemeriksaan pertama kali) dan K4(cakupan ibu yang mendapatkan pelayanan
ANC sesuai standar minimal empat kali).
Pelayanan K1 dan K4 dilaksanakan untuk mencapai target 100%. Pada
tahun 2020 pencapaian K1 masih dibawah target, dimana mengalami penurunan
yakni 98,83% menjadi 93,94%. Hal yang sama juga terjadi kunjungan K4 pada
tahun 2020 hanya mencapai 88,1%, dari sebelumnya mendapatkan 98,31%.
Intervensi: 4 ( mudah )
Intervensi mudah dilakukan, dengan cara menggerakkan posyandu
maupun pemeriksaan ANC dilakukan dipuskesmas Nanggalo. Pada tahun 2019
pelaksanaan K1 dan K4 sudah hampir mencapai target, dan tiap kelurahan
beberapanya sudah memenuhi target 100%. Pemberian penyuluhan mengenai
pemeriksaan ANC dapat mendorong ibu hamil untuk datang ke posyandu maupun
puskesmas di era pandemi covid-19.
Paradigma akan bahaya virus covid-19 banyak memberikan dampak pro
dan kontra yang dapat mempengaruhi angka kunjungan pemeriksaan K1 dan K4.
Hal ini dapat meningkatkan tingkat kekhawatiran ibu hamil untuk datang ke
posyandu. Pemeriksaan ANC pada saat pandemi sekarang tidak hanya dilakukan
dengan tatap muka saja, tapi juga bisa melalui komunikasi daring antara dokter
dan pasien.Sehingga, dapat meningkatkan angka K1, K4 dan terutama pemberian
imunisasi TT pada ibu hamil.
Biaya: 3 (cukup mahal)

Biaya kegiatan ini diperkirakan cukup mahal karena penyuluhan diberikan


melalui slide presentasi, video edukasi, spanduk, leaflet, cendra mata dan
pembiayaan dalam pembuatan telemedicine antara dokter dan pasien.
Mutu: 2 (rendah)
Intervensi pada bidang imunisasi ini sulit untuk ditingkatkan mutunya,
karena pelaksanaan intervensi pada ibu hamil pada era covid 19 masih sulit
dilakukan karena faktor ibu serta lingkungan yang masih kurang kondusif.

3. ODGJ

Urgensi: 3 (cukup penting)


Saat ini jumlah kasus jiwa diwilayah kerja puskesmas Nanggalo
mengalami penurunan dari 161 kasus tahun 2019 menjadi 81 kasus pada tahun
2020. Hal ini berbanding terbalik dengan angka kunjungan pasien meningkat
dari tahun sebelumnya menjadi 614 kunjungan.
Peningkatan angka kunjungan ini disebabkan karena pandemi covid-19.
Kunjungan saat pandemi lebih banyak dilakukan di poli Jiwa puskesmas
Nanggalo dikarenakan kegiatan posyandu Jiwa tidak berjalan karena kader tidak
mau diswab dan belum matangnya program Seroja. Pandemi covid-19 ini
menyebabkan banyaknya kunjungan pada poli Jiwa, ini membuktikan ada
hubungan antara kedua variabel tersebut.
Intervensi: 3 (cukup mudah)
Intervensi yang dilakukan berupa penyuluhan kepada penderita maupun
keluarga dan skrining awal gangguan jiwa pada masyarakat. Namun karena modul
dan kebijakan program Seroja belum jelas, maka akan diperlukan waktu dan
proses yang lama baru bisa melakukan penyuluhan pada masyarakat.
Biaya: 3 ( cukup mahal)
Biaya untuk pelaksanaan kegiatan ini mencakup untuk pengadaan acara:
media promosi seperti pamflet, modul, leaflet, pembuatan media interaksi online
antara dokter dan pasien, pertemuan-pertemuan terkait dengan pemerintah
setempat dan puskesmas, media skrining gangguan jiwa dll.
Mutu: 2 (rendah)
Saat ini puskesmas masih terfokuskan untuk pelaksanaan vaksin covid-19 bagi
lansa dan usia produktif dan pengadaan posyandu ibu dan anak dan lansia. Sehingga,
kurang bisa menilai mutu yang akan diharapkan.

4. Pelayanan anak dan balita


Urgensi: 4 ( penting)
Pelayanan balita bertujuan untuk memantau tumbuh kembang balita serta
menjaga status gizi agar tetap baik, namun angka balita yang ditimbang di
posyandu dalam ruang lingkup kerja Puskesmas Nanggalo rendah pada tahun
2020. Dimana penurunan ini dari 73,6% tahun 2019 menjadi 26,4%.
Pelaksanaan posyandu normalnya dilakukan satu kali tiap bulan,
semenjak pandemi beberapa waktu terhenti sementara. Posyandu pada tahun 2020
dilaksanakan sebanyak tiga kali dan satu kali pada tahun 2021.
Intervensi: 5 (sangat mudah)
Intervensi dilakukan dengan mengikuti jadwal posyandu rutin yang bru
direncanakan puskesmas Nanggalo pada bulan ini. Sehingga memudahkan dalam
pelaksanaannya.
Biaya: 2 (cukup mahal )
Pelayanan balita membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk
pendanaan kegiatan dalam mendatangkan masyarakat, video promosi pentingnya
posyandu, spanduk maupun leaflet, penyuluhan penggunaan gform bagi yang
berhalangan datang.
Mutu: 4 (sangat tinggi)
Jika pelaksanaan intervensi berjalan sesuai dengan target dan hasil yang
diinginkan, akan menjadikan posyandu percontohan bagi posyandu lainnya guna
diterapkan oleh pihak puskesmas Nanggalo. Sehingga, dapat meningkatkan mutu
pelayanan posyandu yang lebih baik dari sebelumnya terutama pada era pandemi
covid-19 yang tidak diketahui sampai kapan waktunya selesai.
5. Vaksin covid-19 pada lansia
Urgensi: 5 (sangat penting)

Intervensi: 4 (mudah)
Intervensi mudah dilakukan berupa penyuluhan kepada lansia tentang
pentingnya vaksin saat dilaksanakan posyandu lansia dan mengikuti jadwal
puskesmas Nanggalo.
Biaya: 3 (cukup mahal )
Intervensi yang dilakukan berupa penyuluhan pada lansia membutuhkan
media promosi yang menarik, pengobatan lansia.
Mutu: 2 (rendah)
Keberhasilan intervensi lansia dapat mengurangi beratnya gejala covid-
19 pada lansia. Penurunan kualitas fungsional organ tubuh pada lansia yang
menyebabkan rentan dan parahnya jika virus covid-19 menyerang. Lansia yang
sudah divaksin dapat menurunkan beratnya virus covid-19.
4.3 Analisis Sebab Masalah
Berdasarkan penilaian terhadap masalah, masalah posyandu anak dan
balita di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo dipilih sebagai prioritas masalah.
Masalah posyandu anak dan balita harus menjadi perhatian utama baik
masyarakat, pemerintah setempat maupun puskesmas. Pada tahun 2020 capaian
D/S jauh menurun dari tahun sebelumnya (26,4%), hal ini dikarenakan Indonesia
semenjak bulan Februari 2020 mengalami pandemi covid-19 dan teruntuk
Sumatra Barat pada bulan Maret.
Pandemi covid-19 mengharuskan masyarakat untuk tidak
berkerumunan ditempat umum dan menjaga jarak. Tidak hanya itu saja,
tingginya angka kematian dan jumlah terkomfirmasi covid-19 membuat
masyarakat takut untuk datang ke tempat yang banyak orangnya. Paradigma
ditengah masyarakat terdapat pro dan kontra mengenai vaksin covid-19 dan
petugas kader yang tidak mau diswab. Sehingga, pihak puskesmas sulit untuk
melaksanakan kegiatan rutin posyandu tiap bulannya.
1. Manusia
1) Kader posyandu tidak mau diswab dan sebagian
besar mereka lansia

Rencana : Penyuluhan, menayangkan video edukasi


tentang pentingnya tracing covid-19

Pelaksana : Petugas pemegang program imunisasi,


petugas pemegang program promkes,
penanggung jawab wilayah, dan Dokter Muda
Fakultas Kedokteran Unand
Sasaran : Kader di Posyandu Kurao Pagang

Waktu : satu kali


Tempat : Puskesmas Nanggalo
Pelaksanaan : Pelatihan, penyuluhan, menayangkan video
edukasi
Target : Peningkatan pengetahuan dan keinginan untuk
melakukan swab PCR

2) Kurangnya pemahaman ibu tentang pentingnya


posyandu
Rencana : Menayangkan video pentingnya posyandu
dipuskesmas, melakukan pre dan post tes,
memberikan leaflet

Petugas pemegang program KIA, KB


Pelaksana :
Imunisasi, gizi, petugas pemegang program
promkes, penanggung jawab wilayah, dan
Dokter Muda Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
Ibu yang mempunyai anak dan balita
Sasaran :

Waktu : 1 kali
Tempat : Posyandu Ibu dan anak
working group
Pelaksanaan : Membentuk kader kesehatan remaja di
wilayah kampung durian dan melaksanakan
pelatihan awal kepada 32 orang KKR dan
small working group, serta menambah KKR
selama pelaksanaan posyandu remaja,
Target : Bertambahnya jumlah KKR di Kampung
Durian Kelurahan Parak Gadang dan
meningkatnya pengetahuan mengenai
kesehatan remaja, meningkatkan motivasi
remaja, menguatkan keagamaan remaja, dan
terbentuknya kader yang solid dan
berdedikasi tinggi
2. Material
1) Belum adanya media promosi yang tepat
Rencana : Membuat video kreatif yang menarik sebagai
panduan posyandu selama pandemi covid-19
dalam bentuk media elektronik yang berisikan
video dan materi penyuluhan
Pelaksana : Petugas pemegang program KIA-
KB,Imunisasi,gizi, petugas pemegang
program promkes, penanggung jawab
wilayah, dan Dokter Muda Fakultas
Kedokteran Universitas Unand
Sasaran : Pengunjung Puskesmas Nanggalo
Waktu : Setiap hari
Tempat : Ruang tunggu Polikilinik Puskesmas Nanggalo
Pelaksanaan : Pembuatan media elektronik berisikan video
dan materi menarik untuk penyuluhan
Target : Terbentuk media elektronik untuk penyuluhan
2) Belum adanya media sarana memudahkan pemantauan tumbuh
kembang anak
Rencana : Pembuatan panduan dan jadwal kpsp,
imunisasi dan gizi anak dan balita dalam
bentuk gform
Pelaksana : Petugas pemegang program KIA, KB,
Imunisasi, gizi, petugas pemegang program
promkes,penanggung jawab wilayah, Dokter
Muda Fakultas Kedokteran Unand
Sasaran : Ibu, kader dan petugas puskesmas Nanggalo

Waktu : satu kali tiap bulan


Tempat : Puskesmas dan posyandu
Pelaksanaan : Penyuluhan bagi petugas puskesmas di
Puskesmas dan kader dan ibu di posyandu
yang sudah ditunjuk
Target : Terpantaunya tumbuh kembang, imunisasi, dan
gzi anak baik yang datang ke posyandu dan tidak
melalui daring
3. Lingkungan
1) Stigma negatif masyarakat terhadap vaksin lansia
Rencana : Membuat media promosi berupa video
kreatif yang berisikan ajakan utuk vaksin
covid-19 dan pentingnya tracing swab
PCR
Pelaksana : Petugas pemegang program promkes,
penanggung jawab wilayah, dan Dokter Muda
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Sasaran : Pengunjung puskesmas Nanggalo

Waktu : Setiap hari


Tempat : Ruang tunggu Poliklinik puskesmas Nanggalo
Pelaksanaan : Pemutaran video di tv yang berada di
ruang tunggu Polikilinik puskesmas
Nanggalo setiap hari

Target : Terbentuk stigma positif masyarakat dan


keinginan untuk diswab PCR dan vaksin covid-
19

4. Metode
1) Tidak ada penyuluhan mengenai tatacara posyandu di era pandemi covid-19
Rencana : Menadakan penyuluhan dan membuat
video kreatif tentang panduan posyandu
diera covid-19
Pelaksana : Petugas pemegang program KIA-KB,
imunisasi, gizi, petugas pemegang program
promkes, penanggung jawab wilayah, kader
kesehatan remaja, dan Dokter Muda Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas
Sasaran : Ibu yang memiliki anak dan balita, kader
Waktu : 1 kali
Tempat : Posyandu
Pelaksanaan : Penyuluhan dan pemutaran video kreatif
Target : Meningkatkan pemahaman yang mendalam dan
angka kunjungan tiap bulan posyandu
MANUSIA
METODE
 Kurangnya
pemahaman  Tidak ada
tentang penyuluhan
pentingnya mengenai posyandu
posandu dipandemi covid-19
 Kader tidak mau
Penurunan angka
diswab PCR
kunjungan Posyandu
anak dan balita

Stigma negatif masyarakat


terhadap vaksinasi lansia dan  Belum ada media promosi
tracing covid 19 yang tepat
LINGKUNGAN  Belum ada sarana yang
memudahkan pemantauan
tumbuh kembang anak
MATERIAL

Gam
bar
4.1
Diag
ram
Ishik
awa
Laporan PDCA (Plan, Do, Check, Action) 60
.
Laporan PDCA (Plan, Do, Check, Action) 62

Anda mungkin juga menyukai