Anda di halaman 1dari 14

TUGAS 1 SENI BUDAYA

MEMBUAT ANALISIS FORMAL, INTERPRETASI,


DAN EVALUASI KARYA SENI RUPA 3D

NAMA: MOHAMMAD FATAHIRA


KAFFADLIK
NO ABSEN: 24
KELAS:12 MIPA 1
TANGGAL PENGUMPULAN TUGAS: JUMAT,
19 FEBRUARI 2021

SMA NEGERI 2 JAKARTA


TAHUN PELAJARAN 2020-2021
SEMESTER GENAP
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA
Karya 1:

Gambar 1. Patung berbahan polyresin, copper plate, brass plate, dan stone
powder Karya Yani Mariani, Berjudul ‘The Wind Melodies for the
Stone (Nyanyi Angin Kepada Batu), Diperoleh dari
https://harpersbazaar.co.id/. Hak Cipta (31 Juli 2018) oleh Art
Jakarta 2018

Spesifikasi Karya
Judul Kritik Seni : Guratan Penuh Arti
Seniman : Yani Mariani Sastranegara
Kategori : Patung
Media : Polyresin, copper plate, brass plate, stone powder
Ukuran :-
*Analisis formal

Patung karya Yani Mariani Sastranegara yang berjudul Nyanyi Angin Kepada
Batu merupakan salah satu karyanya yang bertemakan batu, Karyanya ini
memvisualisasikan manusia yang sedang berdiri tertunduk, yang terkesan sedang
mengilhami nikmat berupa embusan angin yang dihadirkan oleh Sang Kuasa di
setiap sudut dunia ini.

Interpretasi
Terlihat figur manusia tersebut sedang memunduk,seakan-akan sedang
mencari-cari suatu yang seakan hilang dari dirinya. Yaitu rasa syukur akan nikmat
yang telah diberikan oleh Tuhannya.

Dalam pembuatan patung ini, Yani terlihat detil meletakkan alak ukirnya
sehingga terlihat guratan guratan indah dengan komposisi yang tidak beraturan.

Untuk segi pewarnaan, patung ini berwarna abu-abu polos, yang cenderung
menonjolkan tema yaitu patung yang terbuat dari batu, menggambakan betapa
sederhananya manusia di dunia yang besar ini.

Evaluasi
Guratan ukiran yang ada di patung ini seakan membuatnya tampak hidup,
seakan jubah dan rambutnya sedang di hempas-hempaskan oleh angin. Pemakaian
polyster resin sebagai media, dipilih sesuai dengan zaman. Zaman sekarang ini
sebagian besar peralatan dan benda sehari menggunakan bahan serupa. Bahan
polyster resin membedakan dari patung biasa yang klasik. Pewarnaan yang melapisi
patung juga beragam, dan unik
Karya 2:

Gambar 2. Patung berbahan polyester resin dengan teknik auto paint Karya
Uji 'Hahan' Handoko, Berjudul ‘Standing Up in the Market Barrels’,
Diperoleh dari https://harpersbazaar.co.id/. Hak Cipta (31 Juli
2018) oleh Art Jakarta 2018

Spesifikasi Karya
Judul Kritik Seni : Sisi lain jenaka
Seniman : Handoko
Kategori : Patung
Media : Polyester resin
Ukuran :-
Analisis formal

Namanya sudah sering terdengar di dunia seni kontemporer karena keunikan


menyatukan realisme antara high art dan low art. Meski sering kali Hahan
mengambil referensi jenaka dari kejadian yang terjadi dalam dunia modern seperti
musik dan film, kali ini ia menyampaikan kritiknya pada lingkungan pasar seni rupa
yang berisi institusi termasuk galeri, balai lelang, dan kurator yang memberi label
harga pada pelaku seni.

Karya ‘Hahan’ ini sangat ingin menyampaikan keadaaan saat ini. Tema
modern dibuat melaui patung dengan bentuk baru yang kontemporer. Pencampuran
elemen menjadikan keunikan tersendiri. Sangat baik untuk membuat penikmat
tertarik dan penasaran dengan maksud karya tersebut. Karya ini pun diberi judul
“Standing Up in the Market Barrels”.

Interpretasi
Pemakaian polyster resin sebagai media, dipilih sesuai dengan zaman.
Zaman sekarang ini sebagian besar peralatan dan benda sehari menggunakan
bahan serupa. Bahan polyster resin membedakan dari patung biasa yang klasik.
Pewarnaan yang melapisi patung juga beragam, dan unik. Walau bukan sesuatu
yang terlalu elegan, tetapi karya ini cocok untuk masa modern.

Karya seni kontemporer cenderung menekankan pada arti. Bagi penikmat


seni klasik, mungkin patung ini kurang cocok. Terlalu banyak ornament yang
berlebihan. Kendati begitu, perubahan zaman tercermin melalui patung ini. Mungkin
saja untuk mengurangi ornament yang kurang diperlukan, dengan tetap
mempertahankan makna.

Evaluasi
Patung dengan judul “Standing Up in the Market Barrels” menggambarkan
situasi ekonomi modern. Tak diketahui maksud pastinya, baik menyindir atau hanya
gambaran situasi. Dengan dudukan dan simbol mata uang yang terpampang pada
patung, terlihat ekonomi sebagai tema utama. Figur seperti manusia dalam bentuk
patung, menyiratkan manusia yang menguasi ekonomi, atau bisa juga diartikan
manusia ekonomi. Karya kontemporer-ekonomi oleh Uji ‘Hahan’ Handoko
merupakan salah satu karya dengan maksud dan hasil yang unik.
Karya 3:

Gambar 3. Patung dari media campuran dan fiberglass Karya Heri Dono,
Berjudul ‘Moon Racer’, Diperoleh dari https://harpersbazaar.co.id/.
Hak Cipta (31 Juli 2018) oleh Art Jakarta 2018

Spesifikasi Karya
Judul Kritik Seni : Memandang masa depan dengan masa lalu
Seniman : Heri Dono
Kategori : Patung
Media : Media campuran dan fiberglass
Ukuran :-
Analisis formal

Patung buatan Heri Dono berjudul “Moon Racer” mendapat kesempatan


untuk dipamerkan di Art Jakarta 2018. Instalasinya yang bercampur antara modern
dan kuno ini ternyata sebuah sindiran terhadap situasi modernitas lambat yang
terjadi di Indonesia. Dapat terlihat dari wujud bemo silver dengan mesin seadanya
yang menandakan kekunoan, namun ditumpangi seorang yang berpakaian lengkap
seperti astronot, yang menyiratkan teknologi mutakhir. Lewat karyanya ini, Heri
Dono ingin menyampaikan bahwa Indonesia tidak memproduksi dan menciptakan
alat transportasi sendiri, melainkan memakai ulang bemo yang dikirim pemerintah
Jepang pada perang Dunia II.

Interpretasi
Bahan pembuatan yang modern bisa terlihat. Media yang digunakan dalam
pembuatannya menggunakan media campuran dan fiberglass. Patung buatan Heri
Dono yang berjudul “ Moon Racer”. Ukuran yang tidak diketahui. Namun sepertinya
patung terlihat berukuran cukup besar.

Sebagian besar pewarnaan patung ini hanya ada dua. Warna hijau untuk
pengendara. Warna silver pada kendaraannya. Patung ini berbentuk mobil. Akan
tetapi bukan mobil biasa, melainkan mobil roda tiga bukan kaya mobil lain yang
beroda empat. Roda nya bewarna hitam seperti pada roda kebanyakan.

Mobilnya terbuka dibagian tempat duduk pengemudi. Sehingga pengemudi


dapat terlihat jelas. Dari bentuk pengemudi dan pakaiannya pun ada maknanya.
Pengemudinya berapakaian lengkap. Dengan baju lengan panjang. Helm
dikepalanya yang terpasang aman, senter yang tertempel di tengah helm.

Evaluasi
Kemajuan teknologi yang ketinggalan terlihat dari bentuk patung. Kendaraan,
figure, dan judul terdengar anekdot. Jika digabungkan, manusia dengan kemajuan
tetapi teknologi masih terbelakang. Situasi sama terjadi di Indonesia. Patung
menunjukkan betapa sia-sai impian jika tidak direalisasikan, walau dengan SDM
unggul.
Karya 4:

Gambar 4. Patung dari bahan Kuningan, Logam, dan Mix Media Karya Agus
Suwage, Berjudul
‘Untitled’, Diperoleh dari https://harpersbazaar.co.id/. Hak Cipta (31
Juli 2018) oleh Art
Jakarta 2018

Spesifikasi Karya
Judul Kritik Seni : Pengingat
Seniman : Agus Suwage
Kategori : Lukisan
Media : Kuningan, Logam, Media campuran
Ukuran :-
Analisis formal

Patung yang dibuat oleh Agus Suwage ini mengambil tema kehidupan dan
kematian. Terlihat disekitar objek utama, tidak terdapat objek lain, melainkan hanya
permainan warna yang seakan akan menampilkan sang objek yang sedang terbang
menuju langit.

Hal ini terlihat dari POV (Point Of View ) yang terletak di bawah objek,
menggambarkan objek tengkorak terbang ke atas menuju langit yang kosong dan
tidak ada batasnya.

Interpretasi
Hal ini kiranya merupakan cara yang diambil Agus sebagai pengingat akan
kematian yang tidak tentu. Objek digambarkan sebagai tengkorak yang memegang
pedang dan sayap yang keduanya berwarna emas, yang membuatnya menonjol
diantara objek yang lain. Sementara tengkoraknya berwarna agak hitam, karena
seakan-akan membelakangi matahari.

Evaluasi
Kedua sayap tengkorak dibuat dengan sangat apik, dengan detil yang terlihat
jelas, dengan komposisi simetris horizontal.

Terlihat kepala tengkorak yang menatap lurus kedepan, kearah langit yang
membentang luas, tanpa tertunduk sedikitpun, yang menandakan pendirian yang
teguh.
Karya 5:

Gambar 5. Celengan Berbahan Tanah Liat Dengan Pernis Otomotif Karya


Cinanti Astria Johansjah, Berjudul ‘Sang Liyan & Sang Liyan’,
Diperoleh dari https://harpersbazaar.co.id/. Hak Cipta (31 Juli
2018) oleh Art Jakarta 2018

Spesifikasi Karya
Judul Kritik Seni : Sang Angsa
Seniman : Cinanti Astria Johansjah
Kategori : Celengan
Media : Tanah liat dengan pernis otomotif
Ukuran :-
Analisis formal

Karya buatan tangan Cinanti Astria Johansjah ini bertemakan tentang


makhluk hidup, kali ini ia mengambil bentuk rupa angsa yang sedang berenang.

Angsa tersebut dibuatnya dengan media tanah liat dengan pernis otomotif.
Terlihat, bulu-bulu angsa di ukir dengan baik dengam komposisi simetris.

Interpretasi
Untuk pewarnaan, ia menggunakan komposisi asimetris berbentuk zig-zag
dari leher bagian bawah sampai kepala angsa demgan warna biru, serta warna putih
dibagian dekat ekornya.

Leher angsa tersebut terlihat lebih ditonjolkan dengan menampilkan ukiran


ukiran simetris, yang menggambarkan keanggunan sang angsa.

Evaluasi
Wajah sang angsa dihiasi dengan senyuman yang seakan-akan
menggambarkan kerendahan diri, serta sayapnya yang terlihat tertutup menambah
anggun perawakannya.
Karya 6:

Gambar 6. Celengan Berbahan Tanah Liat Dengan Pernis Otomotif Karya


Cinanti Astria Johansjah, Berjudul ‘Sang Liyan & Sang Liyan’,
Diperoleh dari https://harpersbazaar.co.id/. Hak Cipta (31 Juli
2018) oleh Art Jakarta 2018

Spesifikasi Karya
Judul Kritik Seni : Sang Kuda
Seniman : Cinanti Astria Johansjah
Kategori : Celengan
Media : Tanah liat dengan pernis otomotif
Ukuran :-

Analisis formal
Sejenis dengan karya Cinanti yang sebelumnya. Bisa dibilang ini adalah
model lain dari karyanya. Ia kali menggunakan karakter kuda sebagai medium
berkarya. Pada karya ini ia tetap mempertahankan tema binatang. Kali ini dengan
binatang berbeda, tentu dengan maksud berbeda.

Kekontrasan dipadukan di atas tanah liat. Tanah liat yang membosankan


disulap menjadi celengan yang menark . Karya yang merupakan sekumpulan objek
berupa celengan gerabah polos. Kemudian kasongan ini dilapis sebagian bidangnya
dengan warnaberkualitas tinggi untuk membuat perbandingan yang menarik.

Menurut Cinanti, “Perbedaan gelap-terang pada permukaan objek adalah


usaha saya untuk membuat sintesis antara seni murni dan kriya; seni tinggi dan seni
rendah; edisi terbatas dan produk massal; non-fungsional dan fungsional.” Jadi
maksud antara satu posisi dna lainnya. Perbedaan yang mencolok bagai bumi dan
langit. Kuda sangat mungkin diartikan sebagai hasil kerja keras

Interpretasi
Pada celengan yang dibuat oleh seorang seniman ternama. Seniman tersebut
bernama Cinanti Astria Johansjah. Celengan ini terbuat dari bahan dasar tanah liat.
Dan juga penambahan pernis otomotif sebagai bahan tambahan lainnya. Celengan
yang dibuat oleh Cinanti ini diberi judul “Sang Liyan & Sang Liyan”.

Evaluasi
Warna yang digunakan masih coklat. Karena merupakan dasar warna dari
tanah liat. Masih juga dengan motif warna bitu dan putih. Bentuk yang celengan ini
adalah kuda. Ukuran yang dibuat pada karya ini cukup kecil. Karya yang ditekankan
fungsionalitasnya ini memiliki keunikan tersendiri, dengan bentuknya dan
finishingnya yang tidak biasa. Mengingatkan kita kerja keras bisa membuat
perbedaan antara dua hal.

Anda mungkin juga menyukai