Anda di halaman 1dari 3

RESENSI BUKU

Badminton Freak
Judul Buku Pengarang Penerbit Tempat Terbit Tahun Terbit Tebal Buku Harga : Badminton Freak! : Stephanie Zen : PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta : 2010 : 240 halaman : Rp 30.000

Novel teenlit ini mengisahkan tentang anak perempuan kelas 3 SMA yang bernama Fraya. Ia sangat mencintai bulutangkis. Kecintaannya pada bulutangkis melebihi rasa cintanya pada pacarnya sendiri, Albert. Fraya mulai menggilai bulutangkis sejak umur 6 tahun, ia jatuh cinta pada pandangan pertama pada bulutangkis begitu melihat kedua tantenya histeris menonton Ricky Subagja dan Rexy Maniaky. Namun sayangnya niat baik untuk melihat bendera Indonesia berkibar di negeri orang pupus setelah Mama Fraya melarangnya untuk masuk klub. Ia pun harus rela hanya masuk ekskul bulutangkis di sekolahnya. Ternyata Albert, sang pacar tidak menyukai apabila Fraya mengikuti ekskul bulutangkis. Ia terus terusan membujuk Fraya untuk berhabung dalam tim cheers dan medukung Albert saat bertanding. Hari itu, Albert ada pertandingan final basket antar SMA dan ia meminta Fraya datang mendukungnya. Masalahnya adalah waktu yang hanya berjarak 1 jam sebelum Semifinal Uber Cup digelar! Nah lho! Mana tempatnya berjauhan. Kelapa Gading Senayan. Tapi Fraya nggak habis akal. Ia pura-pura sakit di hadapan Albert hingga Albert nggak memaksanya menonton pertandingannya. Tapi nyatanya, Fraya justru datang ke Istora bersama Sharleen. Bahagianya, Tim Uber masuk final, dan bakal bertanding melawan China. Esoknya Fraya mengobrol seru tentang pertandingan hebat kemarin bersama Sharleen. Sialnya Albert mendengar pembicaraannya! Albert marah besar, lalu melarang Fraya datang ke Istora untuk nonton Final Uber. Albert bahkan datang ke rumah Fraya demi menjaga Fraya supaya tidak datang ke Istora. Tingkah Albert itu jelas bikin Fraya jengkel, apalagi dengan kekalahan Indonesia di final Uber melawan China, dan tumbangnya tim Thomas di semifinal melawan Korea. Fraya nggak tahan, dan keceplosan bilang bahwa dia lebih suka diputusin Albert daripada nggak nonton pertandingan. Perkataannya didengar (lagi!) oleh Albert, dan saat itu juga mereka langsung putus. Fraya sih fine-fine aja. Nggak ada air mata atau penyesalan, karena dia memang benar-benar merasa tidak cocok dengan Albert. Beberapa hari setelah itu, Fraya mulai mikir-mikir lagi. Seandainya ia membujuk Mama lebih keras dulu, pasti ia sudah masuk klub dan bahkan mungkin sudah masuk Pelatnas. Mungkin ia bisa bermain di pertandingan internasional macam TUC. Mungkin ia yang ditonton, bukan ia yang menonton. Semua pikiran itu mengganggu Fraya, membuatnya muram dan seperti tak ada semangat hidup. Kenyataan bahwa ia tak bisa masuk klub lagikarena maksimal 14 tahunmembuatnya makin drop . Fraya tak tahan lagi kalau setiap hari harus menangis meratapi nasibnya yang tak bisa mengejar cita-citanya, maka ia memberanikan diri bertanya pada Mama mengapa Mama tak memperbolehkannya masuk klub. Dan ternyata alasan Mama sangat amat sepele. Saat itu, Fraya

meminta masuk klub saat akan menghadapi Ujian Nasional. Mama menolaknya karena nggak mau Fraya terbebani dan melupakan UN. Fraya langsung lemas begitu mendengarnya. Sesepele itukah? Hal sepele itu membuatnya harus melepas cita-cita dan cintanya pada bulutangkis Indonesia. Dan waktu pun berlalu, dan kini saatnya Indonesia Super Series 2008! Fraya langsung nonton live di Istora mulai dari babak kualifikasi pertama karena nggak ada cowok lagi yang melarangnya. Claudia, adiknya, pun ikut karena ia tergila-gila pada Simon Santoso. Tapi ternyata ada yang lebih menarik perhatian Claudia yaitu Edgar Satria. Edgar yang masih muda diturunkan di ISS, dan menang melaju ke babak selanjutnya. Ketampanan Edgar membuat Claudia tergila-gila dan membuat Claudia memaksa Shendyteman Fraya yang wartawanuntuk bisa berfoto bersama Edgar. Saat keinginan Claudia terkabulkan jugaakhirnya ia dan Fraya berfoto dengan Edgar di pintu khusus orang-orang ber-ID card Fraya justru merasa deg-degan berdekatan dengan Edgar. Ternyata orangnya nggak cuma tampan, tapi ia juga low profile alias nggak sombong dan ramah. Semua orang yang lewat disapanya. Fraya mengabaikan rasa itu di hatinya, karena berpikir bahwa Edgar itu jauh dari jangkauannya. Dan, siapa sangka pertemuan itu berlanjut ke pertemuan-pertemuan lainnya? Edgar mengajak Fraya (dan Sharleen) menonton bersama ISS di bagian player area , saat dirinya sendiri sudah gugur di pertandingan perempat final melawan Malaysia. Di situ, Edgar mengobrol seru dengan Fraya. Fraya menceritakan semua tentang dirinyamulai dari bagaimana ia jatuh cinta pada bulutangkis, mantannya yang benci bulu tangkis, sampai harapan-harapannya yang luntur dan ternyata hanya karena masalah sepele. Saat itu, Fraya bener-bener nyaman dengan Edgar. Apakah ini berarti tumbuh benih-benih cinta bagi Fraya? Setelah itu, Edgar dan Fraya sering jalan bareng. Tapi Fraya nggak mau kegeeran. Ia selalu menegaskan, mereka hanya teman. Tapi mau nggak mau ia berharap. Saat Lio, adik bungsu Fraya yang sukanya hanya sama Albert, mulai berlatih bulutangkis dengan akrabnya bersama Edgar. Edgar juga perlahan menyenangkan hati keluarganya, saat ia menang Hongkong Super Series dan membawa oleh-oleh dari Hongkong untuk keluarga Fraya. Puncaknya adalah saat Fraya diajak makan di The Edge. Di situ, Edgar mengungkapkan seluruh perasaannya bahwa baginya Fraya berbeda. Edgar bahkan memberi hadiah sebuah pigura berisikan fotonya dan foto Fraya, disertai dengan kalimat manis darinya. Dan setelah acara itu mereka menjalin hubungan yang special, bukan lagi seorang teman melainkan menjadi pacar. Bagi para pecinta bulutangkis, buku ini adalah bahan bacaan yang wajib dipunyai. Ketika kita membaca buku ini, kita seperti merasakan atmosfir menonton pertandingan bulu tangkis yang sesungguhnya. Gaya bahasa yang penulis terapkan dapat membuat para pembaca merasa merinding ketika digambarkan para atlet sedang bertanding dan ketika terjadi kejar kejaran skor serta ketika berhasil memenangkan pertandingan sehingga bendera Indonesia dan lagu Indonesia Raya berkumandang. Novel ini merupakan salah satu novel yang kreatif. Novel jaman sekarang biasanya fokus menceritakan penrcintaan remaja. Namun di novel ini unsur bulutangkis sangat ditonjolkan. Inilah salah satu hal yang membuat novel ini berbeda dari novel novel lainnya. Walaupun sebenarnya cerita dalam novel ini agak berlebihan dimana tokoh Albert digambarkan sangat keras dan sikapnya yang keras kepala terhadap Fraya membuat orang gemas ingin segera membaca bagian akhir dari buku ini.

Naomi Indartiningrum XI IPA 3 / 25

SMA Negeri 1 Depok

Anda mungkin juga menyukai