Anda di halaman 1dari 5

Praktik Klinik Keperawatan Anak

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Dengan Kasus Dermatitis Ispa Pada An. H

A. Pendahuluan

1. Latar belakang

Manajemen terpadu balita sakit adalah suatu manajemen untuk balita sakit
yang datang di pelayanan kesehatan, dilaksanakan secara terpadu, baik mengenai
beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita
sakit tersebut dan konseling yang diberikan.

Program dan penerapan MTBS di Puskesmas sudah cukup baik dengan


adanya program seperti posyandu sehingga status imunisasi dengan kelengkapan
imunisasi dasar pada bayi (usia 2-12 bulan) dapat tercapai. Kegiatan MTBS yang
dilakukan puskesmas merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan kesakitan
dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan balita di unit
rawat jalan .

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan salah satu penyakit yang
sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan terutama pada anak.(1)Penyakit
ISPA yang paling menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat adalah pneumonia,
karena penyakit ini merupakan penyakit yang paling banyak (80-90%) menyebabkan
kematian khususnya pada balita diantara penyakit ISPA lainnya.(2) Pneumonia
adalah qistilah umum untuk infeksi paru-paru yang dapat disebabkan oleh berbagai
kuman (virus, bakteri, jamur dan parasit).(3)

World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 melaporkan hampir 6


juta anak balita meninggal dunia, 16% dari jumlah tersebut disebabkan oleh
pneumonia sebagai pembunuh balita nomor 1 di dunia.(3)Penyakit ini menyerang
semua umur di semua wilayah, namun terbanyak adalah Asia Selatan dan Afrika
Sub-Sahara.(4)Di negara berkembang (termasuk Indonesia), 60% kasus Pneumonia
disebabkan oleh bakteri, sedangkan di Negara maju disebabkan oleh virus.(5)
2. Tujuan pembelajaran

Untuk mengetahui penilaian, klasifikasi, menetukan tindakan dan pengobatan


Manajemen Terpadu Balita Sakit pada kasus Ispa di Puskemas.

B. Kegiatan MTBS yang dilakukan

1. Penilaian Anak
Tidak ada tanda-tanda maupun Pneumonia berat, hanya demam, bantuk sejak
± 2 hari, umur 9 Tahun, frekuensi nafas 24x/mnt,
2. Klasifikasi
Ibu mengatakan alasan datang ke MTBS adalah ingin memeriksakan anaknya
yang demam, batuk dan nyeri dada, serta ibu mengatakan belum memberikan obat
apapun.

3. Menentukan tindakan dan pengobatan


- Berikan pereda tenggorokan dan pereda batuk yang aman seperti Ambroxol Syrup
3x1, dosis berdasarkan pentunjuk penggunaan.
- Obati wheezing bila ada
- Apabila batuk > 14 hari rujuk untuk pemeriksaan batuk karena sebab lain.
- Apabila batuk > 21 hari rujuk untuk pemeriksaan TB untuk pemeriksaan lanjutan
- Apabila wheezing berulang rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
- Nasehati kapan kembali segera
- Kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perubahan

4. Melakukan konseling
- Menggunakan keterampilan komunikasi yang baik
- Pengobatan di puskesmas perlu dilanjutkan di rumah
Keberhasilan pengobatan di rumah tergantung keterampilan komunikasi
tenaga kesehatan dengan ibu penderita yang meliputi : menasehati ibu cara
pengobatan di rumah, mengecek pemahaman ibu.
- Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah
Langkah-langkah dalam mengajari ibu cara memberikan obat oral di
rumah kepada balita yang menderita pneumonia seperti , menentukan jenis dan
dosis obat yag sesuai untuk umur atau berat badan anak, memberi tahu ibu
alasan pemberian obat kepada anak, memperagakan cara mengukur satu dosis,
mengamati cara ibu menyiapkan obat satu dosis, menjelaskan cara member
obat, kemudian bungkus obat diberi tanda dan lain-lain.
- Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
- Menasehati ibu tentang masalah pemberian makan pada anak
- Menasehati ibu kapan harus kembali tenaga kesehatan

5. Kegiatan MTBS
Setiap anak harus kembali ke petugas kesehatan setelah 2 hari untuk
kunjungan ulang dengan syarat :
- Jika frekuensi panas atau nafsu makan tidak membaik, beri antibiotik pilihan
- kedua untuk pneumonia. Sebelum petugas memberi antibiotik kedua, Tanya ibu
apakah anak minum antibiotiknya selama 2 terakhir.
- Jika anak minum antibiotik, atau dosis yang diberikan terlalu rendah atau terlalu
jarang, obati lagi dengan antibiotik yang sama. Beri satu dosis didepan petugas
kesehatan dan cek apakah ibu tahu cara memberi obat di rumah. Bantu ibu untuk
mengatasi masalahnya seperti membujuk anak untuk minum obat jika anak
menolak
- Jika anak telah mendapatkan antibiotik dengan benar namun tidak membaik, ganti
dengan antibiotik pilihan kedua untk pneumonia
- Jika anak telah mendapat antibiotik dan petugas tidak punya antibiotik lain yang
sesuai, rujuk anak ke rumah sakit.
- Jika anak melanjutkan pengobatan antibiotic hingga seluruhnya 3 hari, pastikan
ibu mengerti pentingnya menghabiskan obat tersebut meskipu keadaan anak
membaik
C. Penutup
Pelaksanaan MTBS dalam penanganan penyakit ISPA di Puskesmas Kolaka
belum terlaksana dengan baik. Penilaian dan klasifikasi anak sakit belum dilakukan
seluruhnya, menentukan tindakan dan memberi obat sesuai dengan keluhan yang dialami
oleh balita, konseling bagi ibu telah dilaksanakan oleh petugas kesehatan kepada ibu dan
tindak lanjut tidak terlaksana dengan baik ,ibu balita diminta untuk kembali ke
puskesmas tidak kembali lagi setelah sembuh.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2008. Pengantar Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta.Kemenkes RI,
2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI
Sofia, 2017. Faktor Risiko Lingkungan Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Journal
Action, Aceh nutrition journal. Mei 2017; 2(1): 43-50

Anda mungkin juga menyukai