Anda di halaman 1dari 11

“Pasal 18 ayat 1 huruf (b) Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2001 tentang Perubahan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi”

Dimana Pasal 18 ayat 1 huruf (b) Undang-Undang Nomor

31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2001 Tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 31

Tahun 1999 menyebutkan:

“(1) Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Kitab

Undang-undang Hukum Pidana, sebagai pidana tambahan

adalah:

b. pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya

sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi

Mengacu pada Pasal 18 ayat (1) huruf (b) Undang-Undang Nomor

31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2001 Tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka Terdakwa

harus membayar uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-


banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari Tindak

Pidana Korupsi.

Dalam perkara a-quo, Terdakwa Silwa Martianna telah

terbukti dalam Persidangan memperoleh kekayaan sebanyak

Rp2.800.000.000.000,00 (Dua Triliun Delapan Ratus Miliar

Rupiah) sebagaimana telah dibuktikan dalam unsur pasal

memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi. Terdakwa

telah menggunakan harta kekayaan yang didapatkan dari hasil

korupsi dan menyembunyikan serta menyamarkan sehingga

harta kekayaanya telah melebar luas dan terdapat penambahan

harta kekayaan di dalam rekening Terdakwa yang telah

dibekukan oleh Penyidik KPK. Rekening tersebut merupakan

barang tidak berwujud yang diperoleh dari hasil tindak pidana

korupsi. Setelah adanya putusan inkrah dari pengadilan, rekening

tersebut harus dikembalikan kepada Negara karena uang hasil

korupsi tersebut berasal dari dana Bantuan Likuiditas Bank

Indonesia Tahun 1998 dari Pemerintah melalui Bank Indonesia

yang diperuntukkan untuk menyehatkan kondisi Likuiditas Bank

Swasta yang mengalami kelangkaan Likuiditas.

Dengan demikian pasal 18 secara sah dan meyakinkan telah

terbukti.
“Pasal 55 ayat 1 ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana”

Bahwa Terdakwa Silwa Martianna didakwa melakukan

tindak pidana secara bersama-sama dengan Nouval Abednego,

Melisa Abigail, Frans Nasution, dan Agata Nanda. Oleh

karena itu perlu dibuktikan apa peran masing-masing baik

Terdakwa maupun kawan peserta di dalam melakukan tindak

pidana yang didakwakan kepada Terdakwa.

Dalam pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana berbunyi,

“Dihukum sebagai orang yang melakukan peristiwa pidana;

orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau turut

melakukan perbuatan itu.”

Dari rumusan pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana tersebut

terdapat 3 bentuk penyertaan, yaitu:

a. Orang yang melakukan peristiwa atau tindak pidana (pleger)

b. Orang yang menyuruh melakukan peristiwa atau tindak

pidana (doen pleger)

c. Orang yang turut serta melakukan peristiwa atau tindak

pidana

(medepleger)

Unsur dari pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana ini bersifat


alternatif sehingga dengan terpenuhinya perbuatan Terdakwa

terhadap salah satu unsur tersebut maka telah cukup untuk

menyatakan terbuktinya perbuatan Terdakwa.

Dalam hal ini yang akan dibuktikan oleh Penuntut Umum

adalah unsur “turut melakukan”, dimana Arrest Hoge Raad

tanggal 9 Juni 1941 menyebutkan sebagai berikut:

“Terdapat suatu turut melakukan, jika kerja sama para pelaku

adalah demikian lengkapnya, sehingga perbuatan seorang dari

mereka tidak berbentuk suatu badan”

Selanjutnya dalam Arrest Hoge Raad tanggal 9 Februari 1914

disebutkan,

“Untuk turut melakukan disyaratkan bahwa semua orang yang

turut melakukan mempunyai kesengajaan yang diperlukan dan

pengetahuan yang disyaratkan. Agar seorang dapat dinyatakan

bersalah turut melakukan haruslah diperiksa dan terbukti bahwa

pengetahuan dan kehendak itu terdapat pada tiap-tiap pelaku”.

Dari kedua Arrest Hoge Raad tersebut diketahui bahwa unsur

turut serta dapat terjadi jika:

a. Terdapat kesatuan niat

b. Terdapat kerjasama nyata

Adanya unsur “Turut Serta Melakukan” dalam perkara a


quo dapat dibuktikan melalui kesamaan niat dan kerja sama

nyata tiap pelaku turut serta sebagai berikut:

1. Berdasarkan keterangan Nouval Abednego, diketahui bahwa

tanggal 7 Januari 2000 Terdakwa karena jabatannya sebagai

Pemegang Saham Pengendali mengintruksikan Nouval

Abednego melakukan penyusunan daftar aset Bank Muttaqin

Hasan dengan memanipulasi data piutang Bank Muttaqin Hasan

kepada petani plasma sawit dengan penjamin PT. Dwi Nola

Adhiyaksa senilai Rp.5.700.000.000.000.00,- (Lima Triliun

Tujuh Ratus Miliar Rupiah) yang mana piutang tersebut dibuat

seolah-olah semua sebagai piutang yang lancar agar bisa

melakukan Tindak Pidana Korupsi terhadap Dana Bantuan

Likuiditas Bank Indonesia.

2. Berdasarkan keterangan Nouval Abednego dan Alat Bukti

Elektronik berupa Call Data Record nomor +6282283456154

atas nama Silwa Martianna dan nomor +6285283456178 atas

nama Nouval Abednego pada tanggal 20 Desember 2002 Pukul

20:20 WIB Terdakwa menghubungi Nouval Abednego melalui

telepon sekitar pukul 20.20 WIB terkait penyelesaian

restrukturisasi penyelesaian misrepresentasi piutang terhadap

petani plasma perkebunan sawit yang terdapat dalam aset Bank

Muttaqin Hasan terkait pengembalian dana BLBI melalui

perjanjian MSAA yang dibuat oleh Bank Muttaqin Hasan,


sehingga Terdakwa menginstruksikan Nouval Abednego untuk

meminta kepada Frans Nasution dan Agata Nanda agar

menerbitkan SKL tanpa harus melalui proses FDD dan LDD

dengan memberi imbalan senilai Rp.10.000.000.000.00,-

(Sepuluh Miliar Rupiah) masing-masing kepada Frans

Nasution dan Agata Nanda.

3. Berdasarkan keterangan Nouval Abednego, Frans Nasution,

dan Agata Nanda, dan Alat Bukti Elektronik berupa CCTV

Restaurant Hotel Indonesia tanggal 22 Desember 2002 pukul

19:45, diketahui bahwa terjadi pertemuan di mana pihak

Terdakwa yaitu Nouval Abednego dan Melisa Abigail dengan

pihak Pejabat Negara yaitu Frans Nasution, dan Agata Nanda,

dimana pihak Terdakwa meminta kepada Frans Nasution dan

Agata Nanda agar menerbitkan SKL untuk Bank Muttaqin

Hasan tanpa harus melakukan FDD dan LDD dengan imbalan

akan mendapatkan masing-masing Rp.10.000.000.000.00,-

(Sepuluh Miliar Rupiah) dengan catatan akan memberikan uang

senilai Rp5.000.000.000.00,- (Lima Miliar Rupiah) di awal dan

sisanya yaitu Rp5.000.000.000.00,- (Lima Miliar Rupiah) akan

dibayarkan setelah diterbitkannya SKL.

Dari uraian fakta hukum tersebut di atas, secara nyata telah

terjadi pembagian tugas yang sah antara Terdakwa, Nouval

Abednego, Frans Nasution, dan Agata Nanda,dengan uraian


sebagai berikut

 Nouval Abednego bertugas untuk menjalankan seluruh

rencana dari Terdakwa untuk melakukan korupsi terhadap

dana bantuan likuiditas,yaitu dengan cara sebagai berikut ;

- Menyusun daftar asset Bank muttaqin hasan dengan

memanipulasi data piutang Bank Muttaqin Hasan

kepada petani plasma sawit dengan penjamin PT.

Dwi Nola Adhiyaksa senilai

Rp.5.700.000.000.000.00,- (Lima Triliun Tujuh Ratus

Miliar Rupiah) yang mana piutang tersebut dibuat

seolah-olah semua sebagai piutang yang lancar.

- Mewakili Terdakwa dalam segala pertemuan dengan

pihak Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)

baik membahas terkait proses Restrukturisasi maupun

dalam pembahasan terkait evaluasi Tim Bantuan

Hukum terhadap PKPS Terdakwa.

- Menjalankan intruksi Terdakwa untuk segera

menyelesaikan proses Restrukturisasi dengan

menghubungi pihak-pihak yang terlibat yaitu Frans

Nasution dan Agata Nanda dan melakukan

pertemuan dengan Frans Nasution dan Agata

Nanda

- Menjalankan intruksi Terdakwa untuk


memberikan uang sejumlah

Rp.10.000.000.000.00,- (Sepuluh Miliar

Rupiah) masing-masing kepada Frans

Nasution dan Agata Nanda agar menerbitan

surat keterangan lunas untuk Bank Muttaqin

Hasan dan menghapus piutang Petani Plasma

senilai Rp.2.800.000.000.000,00 (Dua Triliun

Delapan Ratus Miliar Rupiah).

Dengan adanya kesamaan niat dan kerja sama nyata

yang dilakukan oleh Saksi Nouval Abednego, maka unsur

turut serta pada Saksi secara sah dan meyakinkan telah

terbukti.

 Agata Nanda bertugas untuk mengevaluasi Kepatuhan

Pemegang Saham terhadap PKPS Terdakwa untuk

menyelesaikan permasalahan Bank Muttaqin Hasan dengan

menggunakan evaluasi dari dua pandangan yaitu dari Tim

Bantuan Hukum dan Michael Reynald selaku Ketua Divisi

AMI, akan tetapi pada faktanya ,Agata Nanda akan

mengusulkan dan mengambil hasil yang menyatakan bahwa

Terdakwa telah benar dalam melakukan presentasi aset dan

tidak ada misrepresentasi dan Terdakwa sudah

menyampaikan informasi tentang hutang petani plasma


a
k perkebunan sawit kepada BPPN telah di lampirkan dalam

Disclosure Schedule dan akan di putuskan oleh ketua Badan

Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) untuk menerbitkan

Surat Keterangan Lunas (SKL).

Dengan adanya kesamaan niat dan kerja sama nyata

yang dilakukan oleh Saksi Agata Nanda, maka unsur turut

serta pada Saksi secara sah dan meyakinkan telah terbukti.

 Frans Nasution bertugas untuk memaparkan hasil kajian

Tim Bantuan Hukum dan Michael Reynald dan

memutuskan untuk menghentikan segala kegiatan investigasi

hutang petani plasma perkebunan sawit yang dilakukan oleh

BPPN karena berpendapat bahwa hutang petani plasma

perkebunan sawit bukan merupakan misrepresentasi karena

sudah sesuai dengan disclosure schedule,padahal Frans

Nasution mengetahui pasti bahwa Terdakwa telah

melakukan misrepresentasi dengan menampilkan seolah-

olah hutang petani sebagai hutang lancar yang

mengakibatkan kerugian BPPN sebesar

Rp.2.800.000.000.000,00 (Dua Triliun Delapan Ratus

Miliar Rupiah); serta memaparkan laporan terkait tindakan

Koperatif yang dilakukan para Bank penerima Bantuan

Likuditas Bank Indonesia salah satunya kepada Terdakwa


kepada Presiden RI untuk menyetujui penerbitan Surat

Keterangan Lunas,selain itu Frans Nasution juga meminta

kepada Presiden RI untuk Writte-off (penghapus bukuan)

terkait kredit macet salah satu piutang Petani Plasma,

Padahal Frans Nasution dan Agata Nanda mengetahui

bahwa terdapat misrepresentasi terhadap piutang PT. Bank

Muttaqin Hasan kepada petani plasma perkebunan sawit,

namun Terdakwa tidak memberikan laporan rinci

mengenai penyelesaian hutang petani plasma perkebunan

sawit khususnya mengenai misrepresentasi yang

dilakukan oleh Terdakwa atas nilai hutang petani plasma

perkebunan sawit yang dijamin oleh PT.Dwi Nola

Adhiyaksa sebesar Rp.2.800.000.000.000,00 (Dua Triliun

Delapan Ratus Miliar Rupiah) serta tidak melaporkan

adanya kewajiban yang seharusnya ditanggung Terdakwa

atas misrepresentasi. Frans Nasution juga tidak

melaporkan adanya pertemuan dengan pihak Terdakwa

yang pada akhirnya merubah misrepresentasi menjadi

tidak misrepresentasi

Dengan adanya kesamaan niat dan kerja sama nyata

yang dilakukan oleh Saksi Frans Nasution, maka unsur

turut serta pada Saksi secara sah dan meyakinkan telah

terbukti.
Dalam uraian fakta hukum di atas, telah terbukti bahwa

Saksi sepakat untuk turut serta dalam rencana Terdakwa untuk

melakukan tindak pidana korupsi

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka unsur

“Turut Serta Melakukan” dalam rumusan pasal ini telah

terbukti secara sah dan meyakinkan.

Anda mungkin juga menyukai