Anda di halaman 1dari 71

FAKTA YANG TERUNGKAP DIPERSIDANGAN

A. KETERANGAN SAKSI

Bahwa didalam persidangan Yang Kamu Muliakan Penuntut Umum telah

mendatangkan Saksi Sebanyak 6 (Enam) orang sebagai berikut:

1. Indah Maharani, lahir di Bogor, umur 42 tahun/tanggal 7 Oktober 1967, jenis kelamin

Perempuam , kebangsaan Indonesia, alamat Jalan Pangeran Sogiri No. 374 RT.004

RW.002 Kel.Tanah Baru Kec. Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat, Agama Islam,

pekerjaan Wirausaha (Ketua Koperasi Plasma Perkebunan Sawit) pendidikan Strata 2

Di depan persidangan di bawah sumpah berdasarkan agama Islam pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut:

 Bahwa benar Saksi diperiksa dalam keadaan sehat jasmani dan rohani

 Bahwa benar Saksi pernah diperiksa oleh Penyidik KPK dan membenarkan

keterangannya di Berita Acara Pemeriksaan yang dibuat dan ditandatangani

dihadapan Penyidik KPK pada tanggal 28 April 2017

 Bahwa Saksi telah berjanji memberikan keterangan dengan sebenarnya dan

tidak lain daripada yang sebenarnya.

 Bahwa Saksi menerangkan mengenal Terdakwa, namun tidak memiliki

hubungan darah atau semenda dengan Terdakwa.

 Bahwa Saksi menerangkan hubungan pekerjaan yang dimiliki dengan

Terdakwa ada pada saat Saksi menjabat sebagai Ketua yaitu Terdakwa selaku

Pemilik Perusahaan tempat saksi bekerja

 Bahwa Saksi mengetahui sedang diperiksa dan dimintai keterangan sebagai

Saksi berkaitan dengan perkara Tindak Pidana Korupsi dalam Pemberian

Bantuan Likuiditas dari Bank Indonesia Tahun 1998 atas Nama Terdakwa SILWA
MARTIANNA

 Bahwa Saksi menerangkan mulai menjadi ketua Koperasi Maju Tunas Jaya sejak

tahun 1992 namun Saksi berpartisipasi dalam kegiatan petani plasma ini pada

tahun 1998, Kerjasama ini adalah kali pertama saksi terhubung dalam suatu

kerjasama antara perusahaan dengan petani plasma kelapa sawit dalam program

transmigrasi pemerintah PIR(Perkebunan Inti Rakyat )

 Bahwa Saksi menerangkan mengenal Faiz Napitupulu ketika saksi telah

mengajukan kredit.

 Bahwa Saksi menerangkan Sebagai ketua Koperasi, saksi bertanggung jawab atas

aliran dana dari perusahaan penjamin hutang kepada bank, mulai dari kesepakatan

awal oleh para pihak sampai pelunasan utang dan juga saksi bertanggung jawab

atas proyeksi dana pekerja yang disediakan oleh PT.Dwi Nola Adhiyaksa kepada

petani plasma.

 Bahwa Saksi membenarkan Dana yang diberi PT Dwi Nola Adhiyaksa sesuai.

Pihak saksi mendapatkan Rp.2.900.000.000.000,00 (Dua triliun Sembilan ratus

miliar rupiah) pada tanggal 10 januari 1999 seperti yang diajukan

 Bahwa Saksi membenarkan saksi hanya meminta pengajuan kredit senilai Rp

2.900.000.000.000,00 (Dua triliun Sembilan ratus miliar rupiah ) bukan Rp

7.200.000.000.000,00(tujuh triliun dua ratus miliar rupiah )

 Bahwa Saksi menerangkan kondisi hasil panen petani plasma tidak sesuai dengan

hasil minimal yang telah ditentukan oleh PT.Dwi Nola Adhiyaksa juga TBS

(Tandan Buah Segar ) yang ditentukan oleh pabrik ataupun loading ram padahal

telah ada patokan harga dari pemerintah yang mengakibatkan fluktuasi harga

kelapa sawit. Sehingga Petani plasma kesulitan melunasi kewajibannya. Pihak

Saksi juga sudah memberikan laporan tentang kondisinya ke PT. Dwi Nola

Adhiyaksa . Untuk dapat membayar cicilan pinjaman Bank, petani plasma harus

dapat meningkatkan produktivitasnya untuk panen minimal 4-5 ton/panen untuk

luas sawit rata-rata 2-3 hektare.


 Bahwa Saksi menerangkan sebagian para petani plasma sudah membayarnya

sekitar Rp.1.500.000.000.000.00,- (Satu Triliun Lima Ratus Miliar Rupiah). Jadi

sisanya sekitar Rp.1.400.000.000.000,00 (Satu Triliun Empat Ratus Miliar Rupiah)

yang belum dibayarkan petani plasma pada saat itu. Namun hutang seluruhnya

telah dilunasi oleh para petani plasma pak pada tanggal 20 November 2003.

Dengan alasan kondisi hasil panen Bahwa Saksi mengetahui kalau PT.Dwi Nola

Adhiyaksa akan mengajukan kredit ke Bank Muttaqin Hasan. Karena saksi ada

saat dalam kesepakatan bersama Direktur utama PT.Dwi Nola Adhiyaksa

 Bahwa Saksi mengetahui kalau terdakwa adalah PSP (Pemegang saham

pengendali) Di Bank Muttaqin Hasan dan juga pemilik dari PT.Dwi Nola

Adhiyaksa sekaligus Komisaris utama di PT.Dwi Nola Adhiyaksa karena pada saat

berbincang mengenai kesepakatan terkait jumlah yang akan di ajukan kredit , Faiz

Napitupulu ada menceritakan sedikit tentang keluarganya , termasuk lah istrinya

yang merupakan terdakwa. Yang saksi ketahui tentang nya adalah bahwa ia

adalah orang yang memiliki kendali atas bank dan juga Komisaris utama di PT.Dwi

Nola Adhiyaksa akan memberikan kredit kepada para petani plasma kelapa sawit

ini juga.

 Bahwa Saksi menerangkan tidak mengetahui kalau PT.Dwi Nola mengajukan

kredit ke Bank Muttaqin Hasan sebesar Rp 7.200.000.000.000,00(tujuh triliun dua

ratus miliar rupiah ) mengatasnamakan petani plasma

 Bahwa Saksi mengetahui Pada Saat menjadikan PT. Dwi Nola Adhiyaksa sebagai

penjamin dari kreditnya petani plasma ke Bank Muttaqin Hasan,Bank Muttaqin

Hasan sedang dalam kelangkaan Likuiditas

 Bahwa Saksi menerangkan tetap setuju untuk mengajukanya ke Bank Muttaqin

Hasan karena Bank Muttaqin Hasan merupakan salah satu Bank yang dipercaya

oleh masyarakat luas,Bahkan orang awam seperti para petani-petani

mengetahuinya.
 Bahwa Saksi menerangkan tidak mengetahi, kalau misalnya PT.Dwi Nola

mengajukannya sebesar Rp Rp 7.200.000.000.000,00(tujuh triliun dua ratus miliar

rupiah ), karena kami benar-benar hanya mengajukan Rp 2.900.000.000.000,00

(Dua triliun Sembilan ratus miliar rupia).

 Bahwa saksi menerangkan Terkait laporan PT.Dwi Nola Adhiyaksa Pihak saksi

tidak tahu-menahu . karena dalam kesepakatan yang dihadiri oleh saksi, Direktur

utama PT.Dwi Nola Adhiyaksa dan perwakilan dari para petani plasma pada

tanggal 20 November 1998 hanya Rp 2.900.000.000.000,00 (Dua triliun Sembilan

ratus miliar rupiah) sudah termasuk dana dan fasilitasnya .

 Bahwa saksi memahami isi perjanjian yang saudari tanda tangani dengan PT.Dwi

Nola Adhiyaksa dan memang kesepakatan dengan PT.Dwi Nola Adhiyaksa

memang Rp 2.900.000.000.000,00 (Dua triliun Sembilan ratus miliar rupiah) dan

itu sudah termasuk Fasilitas Bibit Sawitnya.

 Bahwa saksi menerangkan tidak ada mengatakan kalau Pihak petani plasma

mendapatkan fasilitas yang berupa bibit sawit Terkait itu saksi menganggap

bahwasanya Rp 2.900.000.000.000,00 (Dua triliun Sembilan ratus miliar rupiah)

itu sudah termasuk Fasilitas nya.

2. Frans Nasution, lahir di Medan, umur 48 tahun/tanggal 9 Agustus 1961, jenis kelamin

Laki-laki, kebangsaan Indonesia, alamat Jalan K.H.Mas Mansyur no.17,Kebon

Kacang .kec.Tanah Abang, Jakarta Pusat, agama Kristen Protestan, pekerjaan Pegawai

Negeri Sipil ( Mantan Ketua BPPN) Pendidikan Strata 3

Dibawah janji di persidangan berdasarkan agama Kristen pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut:

 Bahwa Saksi telah berjanji memberikan keterangan dengan sebenarnya dan tak

lain daripada yang sebenarnya.


 Bahwa benar Saksi pernah diperiksa oleh Penyidik KPK dan membenarkan

keterangannya di Berita Acara Pemeriksaan yang dibuat dan ditandatangani

dihadapan Penyidik KPK pada tanggal 1 Juli 2010

 Bahwa saksi menerangkan mengenal Terdakwa , namun tidak memiliki hubungan

darah atau semenda dengan Terdakwa.

 Bahwa saksi menerangkan hubungan pekerjaan yang dimiliki dengan Terdakwa

dengan saksi adalah rekan kerja

 Bahwa Saksi mengetahui sedang diperiksa dan dimintai keterangan sebagai Saksi

berkaitan dengan perkara Tindak Pidana Korupsi dalam Pemberian Bantuan

Likuiditas dari Bank Indonesia Tahun 1998 atas Nama Terdakwa SILWA MARTIANNA

 Bahwa Saksi merupakan Mantan Ketua BPPN yang diangkat menjadi Ketua

BPPN berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 78/S Tahun

2000 dan menjadi Ketua BPPN sejak periode Maret 2000-Mei 2003

 Bahwa Saksi menerangkan tugas pokok dan fungsi BPPN

- Mengambilalih pengoperasian Bank

- Menentukan tingkat kompensasi yang dapat diberikan kepada direksi,

komisaris, dan karyawan Bank

- Mengambilalih pengelolaan termasuk penilaian kembali (revaluasi) atas

kekayaan yang dimiliki Bank

- Melakukan penggabungan, peleburan, dana tau akuisisi Bank

- Menguasai, menjual, mengalihkan dan/atau melakukan tindakan lain yang

seluas-luasnya atas suatu hak kekayaan milik Bank yang berada pada

pihak ketiga, baik di dalam maupun di luar Indonesia

- Meminta kepada pemegang saham yang terbukti ikut serta baik secara

langsung maupun tidak langsung menyebabkan timbulnya kerugian Bank

untuk sepenuhnya bertanggung jawab atas kerugian tersebut sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku


 Bahwa Saksi menerangkan tentang isi perjanjian MSAA antara pihak Bank

Muttaqin Hasan dengan pihak BPPN yaitu terkait pengembalian aset Bank

Muttaqin Hasan sebesar Rp.25.310.000.000.000.00,-(Dua Puluh Empat Triliun

Dua Ratus Lima Puluh Miliyar Rupiah) dan aset pemegang saham dengan

pembayaran secara tunai sebesar Rp.5.000.000.000.000.00,- (Lima Triliun

Rupiah) dan Rp.20.310.000.000.00,-(Dua puluh Triliun Tiga Ratus Sepuluh

Miliar Rupiah) kepada perusahaan yang dibentuk oleh BPPN untuk melakukan

penjualan atas Aset-aset

 Bahwa Saksi mengetahui terdapat kredit macet pada aset Bank Muttaqin Hasan

terhadap piutang petani plasma perkebunan sawit sebesar Rp. Rp

7.200.000.000.000,00(tujuh triliun dua ratus miliar rupiah )

 Bahwa Saksi menerangkan sebelumnya pihak Bank Muttaqin Hasan menyusun

daftar seluruh aset sejumlah Rp.24.250.000.000.000.00,- (Dua Puluh Empat Dua

Ratus Lima Puluh Miliar Rupiah). Adapun aset yang disusun ialah :

o Kas dan Ekuivalent Kas senilai Rp.8.000.000.000.000.00,-(Delapan

Triliun Rupiah).

o Pinjaman kepada Petani senilai Rp.7.200.000.000.000.00,-(Tujuh Triliun

Dua Ratus Miliar Rupiah).

o Subsidiares, Aktiva Tetap, Investasi senilai Rp.5.850.000.000.000.00,-

(Lima Triliun Delapan Ratus Lima Puluh Miliar Rupiah).

o Pinjaman Pihak Ketiga Lainnya senilai Rp.4.700.000.000.000.00,-(Empat

Triliun Tujuh Ratus Miliar Rupiah).

Namun saat dilakukannya Financial Due Diligence (FDD) oleh Akuntan

Publik maupun Legal Due Diligence (LDD) oleh Lembaga Bantuan Hukum,

ternyata masih ada aset Bank Muttaqin Hasan yang masih belum

dikembalikan atau dalam keadaan macet yaitu piutang petani plasma

perkebunan sawit yang dijaminkan oleh PT. Dwi Nola Adhiyaksa yakni
sebesar Rp.7.200.000.000.000.00,- (Tujuh Triliun Dua Ratus Miliar Rupiah).

Itulah aset macet terhadap piutang Bank Muttaqin Hasan kepada petani

plasma perkebunan sawit.

 Bahwa Saksi membenarkan pada tanggal 6 maret 2000 ada melakukan pertemuan

dengan pihak Bank Muttaqin Hasan dan pihak Silwa Martianna dikantor BPPN

 Bahwa Saksi menerangkan yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah saksi

sendiri, fatur akbar panjaitan selaku wakil BPPN, Nouval Abednego selaku

Direktur utama Bank Muttaqin Hasan , dan Renita Mutiara selaku kuasa hukum

yang mewakili Terdakwa yang mana dalam pertemuan tersebut membahas

perbedaan pandangan antara BPPN dengan Terdakwa terkait piutang Bank

Muttaqin Hasan kepada petani plasma perkebunan sawit. Kemudian pada

pertemuan tersebut diusulkan untuk melakukan restrukturisasi hutang petani

plasma perkebunan sawit yang dijamin oleh PT. Dwi Nola Adhiyaksa

 Bahwa Saksi menerangkan yang mengusulkan Restrukturisasi ialah kuasa hukum

Terdakwa yaitu Renita Mutiara

 BAhwa Saksi menerangkan Yang membuat restrukturisasi pada waktu itu

dibuat oleh Divisi Aset Manajemen Kredit (AMK) Badan Penyehatan

Perbankan Nasional (BPPN). Isinya ialah restrukturisasi berdasarkan hutang

layak (sustainable) per-petani plasma sebesar maksimum Rp.140.000.000.00,-

(Seratus Empat Puluh Juta Rupiah) atau secara total sebesar

Rp1.400.000.000.000.00,- (Satu Triliun Empat Ratus Miliar Rupiah) dari total

10.000 petani perkebunan plasma sawit dan sisanya Rp.4.300.000.000.000.00,-

(Empat Triliun Tiga Ratus Miliar Rupiah) ditagihkan kepada pihak Terdakwa.

 Bahwa Saksi menerangkan Renita Mutiara menolak untuk melakukan

restrukturisasi yang diajukan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional

(BPPN).
 Bahwa Terdakwa menerangkan Terdakwa melalui kuasa hukumnya yaitu Renita

Mutiara ada mengajukan restrukturisasi yang pada pokoknya berisi bahwa

Terdakwa meminta porsi unsustainable debt sejumlah

Rp.4.300.000.000.000.00,- (Empat Triliun Tiga Ratus Miliar Rupiah) untuk

diberikan pemotongan hutang pokok sebesar Rp.4.000.000.000.000.00,-

(Empat Triliun Rupiah) atau debitur hanya akan menanggung sejumlah

Rp.300.000.000.000.00,- (Tiga Ratus Miliar Rupiah). Akan tetapi, pihak saksi

selaku pihak Badan Penyehatan Perbankan Nasionla (BPPN) menolak

restrukturisasi yang diajukan oleh pihak Terdakwa karena jumlahnya terlalu

kecil dari jumlah aset yang seharusnya ditanggung oleh Terdakwa.

 Bahwa saksi membenarkan pada tanggal 10 Januari 2003 telah melakukan

evaluasi terhadap aset piutang petani plasma perkebunan sawit pada aset Bank

Muttaqin Hasan karena proses restrukturisasi tidak kujung terjadi.

 Bahwa Saksi menerangkan Agata Nanda menginstruksikan Tim Bantuan Hukum

untuk mengevaluasi aset piutang Bank Muttaqin Hasan petani plasma perkebunan

sawit dari aspek hukum dan menginstruksikan Divisi Aset Manajemen Investasi

yang diwakili oleh Michael Reynald untuk mengevaluasi aset piutang Bank

Muttaqin Hasan petani plasma perkebunan sawit dari aspek perbankan

 Bahwa Saksi menerangkan Hasil yang saksi dapatkan bahwa berdasarkan

keterangan Tim Bantuan Hukum (TBH) Badan Penyehatan Perbankan Nasional

(BPPN) menemukan bahwasanya Terdakwa belum memenuhi pembayaran

mengenai sisa hutang petani plasma perkebunan sawitkepada Badan Penyehatan

Perbankan Nasional (BPPN) sebesar Rp.7.200.000.000.000.00,- (Tujuh

Triliun Dua Ratus Miliar Rupiah), dan juga Terdakwa memberikan keterangan

yang tidak benar atau dengan istilah perjanjian melanggar representation and

warranties sebagaimana tercantum dalam perjanjian Master Settlement and

Acquisition Agreement) MSAA. Akan tetapi, Michael Reynald menganggap

bahwa penjaminan hutang petani plasma perkebunan sawit telah dilampirkan


dalam disclosure schedule karena dalam melakukan pembahasan hutang

petani plasma perkebunan sawit harus dibedakan mengenai permasalahan

hutang petani di Aset Manajemen Kredit (AMK) sebagai akibat dari

pengalihan dari Bank Muttaqin Hasan yang beku operasi.

 Bahwa Saksi menerangkan sebelum dilakukan evaluasi terhadap piutang petani

plasma perkebunan sawit, pihak dari Bank Muttaqin Hasan meminta untuk

bertemu kepada saksi dan juga Agata Nanda yang merupakan Ketua Komite

Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK) supaya pihak saksi menerbitkan Surat

Keterangan Lunas (SKL) untuk Bank Muttaqin Hasan tanpa dilakukannya

Financial Due Diligence (FDD) dan Legal Due Dilligence (LDD).

 Bahwa Saksi menerangkan saksi dan Agata Nanda dijanjikan sejumlah uang

oleh senilai Rp.10.000.000.000.00,-(Sepuluh Miliar Rupiah) apabila pihak saksi

menerbitkan Surat Keterangan Lunas (SKL) untuk Bank Muttaqin Hasan

dengan menghapus piutang senilai Rp.4.300.000.000.000.00,- (Empat Triliun

Tiga Ratus Miliar Rupiah).

 Bahwa Saksi menerangkan Pada tanggal 22 Desember 2002 di Restoran Hotel

Indonesia di Jalan M.H. Thamrin No.01, Jakarta Pusat, DKI Jakarta sekitar

pukul 19.45 WIB oleh Nouval Abednego uang senilai Rp.10.000.000.000.00,-

(Sepuluh Miliar Rupiah)diberikan.

 Bahwa Saksi menerangkan tidak mengetahui bahwa Nouval Abednego

diperintahkan oleh Terdakwa untuk memberikan uang sebesar

Rp.10.000.000.000.00,- (Sepuluh Miliar Rupiah) kepada saudara dan Agata

Nanda

 Bahwa Saksi dijanjikan uang senilai Rp.10.000.000.000.00,- (Sepuluh Miliar

Rupiah) agar menerbitkan Surat Keterangan Lunas (SKL) untuk Bank Muttaqin

Hasan tanpa melakukan proses Financial Due Diligence (FDD) danLegal Due

Dilligence (LDD) serta menghapus piutang Bank Muttaqin Hasan kepada petani
plasma perkebunan sawit senilai Rp.3.400.000.000.000.00,- (Satu Triliun Empat

Ratus Miliar Rupiah)

 Bahwa Saksi membenarkan berdasarkan keterangan dari Indah Maharani selaku

Koperasi petani plasma perkebunan sawit para petani telah membayar hutang

kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebesar

Rp.1.400.000.000.000.00,- (Satu Triliun Empat Ratus Miliar Rupiah) pada

tanggal 20 November 2003

 Bahwa saksi menerangkan saksi tidak tahu kalau data aset Bank Muttaqin Hasan

dan mengenai piutang Bank Muttaqin Hasan kepada petani plasma perkebunan

sawit dimanipulasi oleh Terdakwa.

 Bahwa Saksi menerangjkan tidak mengetahui uang senilai

Rp.4.300.000.000.000.00,- (Empat Triliun Tiga Ratus Miliar Rupiah) dibawa

kemana

 Bahwa Saksi membenarkan dijanjikan uang senilai Rp.10.000.000.000.00,-

(Sepuluh Miliar Rupiah) agar saudara menerbitkan Surat Keterangan Lunas

(SKL) untuk Bank Muttaqin Hasan

 Bahwa Saksi menerangkan Terdakwa tidak memberikan langsung uang senilai

Rp.10.000.000.000.00,- (Sepuluh Miliar Rupiah) kepada saudara dan Agata

Nanda

 Bahwa Saksi menerangkan Terdakwa tidak ada ditempat kejadian pada saat itu

 Bahwa Saksi menerangkan Memang dilakukan Financial Due Diligence (FDD)

dan Legal Due Diligence (LDD) pada masa Meiva Petricia, akan tetapi terdapat

misrepresentasi terhadap aset piutang petani plasma perkebunan sawit yang

dianggap sebagai kredit lancar oleh pihak Bank Muttaqin Hasan, sehingga

pelaksanaan Financial Due Diligence (FDD) dan Legal Due Diligence (LDD)

belum terselesaikan
 Bahwa Saksi menerangkan Karena pada saat dilakukannya Financial Due

Diligence (FDD) dan Legal Due Diligence (LDD) terhadap hasil presentasi aset

Bank Muttaqin Hasan yang dilakukan pada pada masa Meiva Patricia sebagai

ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), di temukannya dana

Rp.5.700.000.000.000.00,- (Lima Triliun Tujuh Ratus Miliar Rupiah) yang tidak

dapat di pertanggung jawabkan, sehingga dibebankan kepada Terdakwa

 Bahwa Saksi menerangkan Tidak mungkin Terdakwa tidak mengetahui

misrepresentasi aset Bank Muttaqin Hasan, secara yang menyuruh membuat

daftar aset Bank Muttaqin Hasan adalah Terdakwa sendiri.

 Bahwa Saksi menerangkan Meskipun Terdakwa di Singapura, tidak menutup

kemungkinan Terdakwa juga mengetahui adanya misrepresentasi terkait aset

Bank Muttaqin Hasan, secara Terdakwa merupakan pemegang saham

pengendali di Bank Muttaqin Hasan.

3. Nouval Abednego, lahir di Jakarta, umur 47 tahun/tanggal 10 Juni 1962, jenis kelamin

Laki-laki, kebangsaan Indonesia, alamat Jalan Tulip Garden Mega Residence Pudak

Payung Semarang, Kristen Protestan, pekerjaan Wiraswasta, Pendidikan Strata 2

Di depan persidangan di bawah sumpah berdasarkan agama , Kristen Protestan pada

pokoknya menerangkan sebagai berikut:

 Bahwa Saksi telah berjanji memberikan keterangan dengan sebenarnya dan tak

lain daripada yang sebenarnya.

 Bahwa benar Saksi pernah diperiksa oleh Penyidik KPK dan membenarkan

keterangannya di Berita Acara Pemeriksaan yang dibuat dan ditandatangani

dihadapan Penyidik KPK pada tanggal 8 Juli 2010


 Bahwa saksi menerangkan mengenal Terdakwa , namun tidak memiliki hubungan

darah atau semenda dengan Terdakwa.

 Bahwa saksi menerangkan hubungan pekerjaan yang dimiliki dengan Terdakwa

dengan saksi adalah rekan kerja

 Bahwa Saksi mengetahui sedang diperiksa dan dimintai keterangan sebagai Saksi

berkaitan dengan perkara Tindak Pidana Korupsi dalam Pemberian Bantuan

Likuiditas dari Bank Indonesia Tahun 1998 atas Nama Terdakwa SILWA MARTIANNA

 Bahwa Saksi merupakan Direktur Utama PT. Bank Muttaqin Hasan dimana pada

saat itu Terdakwa merupakan pemilik saham pengendali di PT Bank Muttaqin

Hasan.

 Bahwa Saksi menerangkan Adanya surat teguran pada oktober tahun 1999 pihak

saksi menghentikan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan terdakwa dan

memperbaikinya tetapi keadaan Bank Muttaqin Hasan tidak dapat stabil,

sehingga BI menegeluarkan surat keputusan yang berisi bahwasanya, Bank

Muttaqin Hasan sebagai Bank dalam Penyehatan (BDP) dan diserahkan dibawah

kendali BPPN(Badan Penyehatan Perbankan Nasional).BPPN melakukan upaya

penyehatan tatapi Bank Muttaqin tidak kunjung membaik dimana pada saat itu

modal yang sudah negatif dan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang mengalami

penurunan hingga kurang dari negatif 25%. Sehingga ahkirnya Bank Muttaqin

Hasan ditetapkan menjadi Bank Beku Operasi (BBO).

 Bahwa saksi menerangkan bahwa ketika Bank Muttaqin hasan dinyatakan Beku

Operasi , saksi tetap terikat oleh terdakwa karena saksi ditunjuk sebagai Direktur

dari salah satu perusahaan yaitu PT Griya Adam Malik dan terdakwa juga

menyuruh saksi untuk menyelesaikan kewajiban karena Terdakwa berada diluar

negeri dan dari awal saksi yang mengetahui semua kondisi dan Problem bank

sehinga terdakwa memperc

ayakan semua kepada saksi dalam tekanan


 Bahwa Saksi menerangkan pada tanggal 6 Meret 2000 diadakan pertemuan untuk

melakukan negosiasi terhadap PKPS dengan ketua BPPN yang baru yaitu Frans

Nasution Ketua KKSK dan juga juga perwakilan oleh terdakwa yaitu Renita

Mutiara yang adalah Mantan Kuasa Hukum terdakwa. Kesepakatan yang dicapai

pada pertemuan itu adalah bahwasanya akan dilakukan restrukturisasi terhadap

aset kredit macet tersebut dengan terbitnya juga surat keputusan KKSK. Namun

restrukturisasi tersebut tak kunjung terlaksana sampai tiga tahun , yang

disebabkan oleh tidak adanya jalan tengah yang bisa disepakati oleh kedua pihak.

Masing masing pihak menolak terhadap usulannya sehingga menyebabkan proses

restrukturisasi terhambat.

 Bahwa Saksi menerangkan yang saksi ketahui alasan mengapa terdakwa berada

diluar negeri karena perluasan bisnis dan relasi,dan juga melakukan upaya

pengobatan terhadap penyakit terdakwa

 Bahwa saksi menerangkan saksi diminta secara langsung oleh terdakwa untuk

mengapproval kredit tersebut bukan karena tidak professional tetapi karena

adanya permintaan dari atas yang harus diaminkan permintaannya.

 Bahwa saksi menerangkan terkait survey yang diajukan peminjam, itu dilakukan

sesuai prosedur yang berjalan oleh divisi terkait. Tetapi yang menjadi masalah

adalah approval oleh bank terhadap kredit tersebut. Dan disitulah terdakwa

menginstruksikan saksi

 Bahwa saksi menerangkan yang meminta tolong kepada pihak BPPN dan KKSK

untuk penerbitan SKL Bank Muttaqin hasan adalah saksi sendiri karena saksi

tidak mengatakan atau mengaitkan itu terdakwa, karena itu merupakan keinginan

terdakwa. Saksi sendiri menjadi orang yang berada di depan dan berinteraksi

dengan semua pihak yang berkaitan. Sementara uang yang digunakan untuk

memberi kepada kedua pihak adalah berasal dari siagian group, dan yang

memerintahkan surya arief untuk mengeluarkan uang tersebut tiada lain adalah

terdakwa karena saksi hanya sebagai perantara tindakan ini.


 Bahwa saksi menerangkan pada tanggal 25 mei 2003 Terdakwa mengintruksikan

saksi untuk menerima uang dr PT siagian Grup untuk dialokasikan kepada pihak

BPPN dan KKSK untuk tujuan penerbitan SKL, tatapi menegenai BAP Surya

Arief yang menegatakan bahwa saksi mengambil uang untuk Proyeksi

kepentingan anak perusahaan itu saksi tidak mengetahuinya karena mungkin di

proyeksikan terdakwa kepada Surya Arief untuk perkembangan perusahaan.

 Bahwa saksi menerangkan bahwa semua yang dilakukan saksi untuk menipulasi

aset terkait PKPS hingga penerbitan SKL terhadap Bank Muttaqin Hasan adalah

perintah yang tidak bisa ditolak.

 Bahwa saksi menerangkan tekanan yang diberikan terdakwa antara lain karir

saksi, terhadap posisi saksi dan juga tekanan emosional yang diciptakan terdakwa

dengan membebankan tanggung jawab kewajiban bank kepada saksi.

4. Achmad achmad haqqi, lahir di Bekasi, umur 54 tahun/tanggal 17 Mei 1955, jenis

kelamin Laki-laki, kebangsaan Indonesia, alamat Graha Padma Boulevard B5/19-20

Semarang,Jawa Tengah, agama Islam, pekerjaan Konsultan, Pendidikan Strata 2

Di depan persidangan di bawah sumpah berdasarkan agama Islam pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut:

 Bahwa benar Saksi diperiksa dalam keadaan sehat jasmani dan rohani

 Bahwa benar Saksi pernah diperiksa oleh Penyidik KPK dan membenarkan

keterangannya di Berita Acara Pemeriksaan yang dibuat dan ditandatangani

dihadapan Penyidik KPK pada tanggal 16 Juli 2010

 Bahwa Saksi telah berjanji memberikan keterangan dengan sebenarnya dan

tidak lain daripada yang sebenarnya.

 Bahwa Saksi menerangkan mengenal Terdakwa, namun tidak memiliki

hubungan darah atau semenda dengan Terdakwa.


 Bahwa Saksi menerangkan hubungan pekerjaan yang dimiliki dengan

Terdakwa adalah saksi merupakan penasehat keuangan terdakwa sejak tahun

1989 sampai tahun 2003

 Bahwa saksi menerangkan mengenal terdakwa lewat kerabatnya yaitu Steven

Gabriel yang mana pada saat itu terdakwa tengah mencari seorang Financial

Advisor yang memiliki kemampuan dan keahlian yang memadai untuk

mengarahkan tujuan financial nya kedepan, jadi kerabat Saksi STEVEN

GABRIEL menyarankan terdakwa untuk menghubungi saksi terkait pekerjaan

yang akan ia berikan.

 Bahwa saksi menerangkan tugasnya sebagai Financial advisor

- Membantu masalah keuangan.

- Mengedukasi klien dan memberikan saran terkait berbagai instrumen

investasi dan risikonya.

- Memberikan rekomendasi investasi yang cocok bagi klien.Membantu

klien membuat perencanaan tujuan keuangan baik jangka pendek

maupun jangka panjang.

 Bahwa Saksi menerangkan Berdasarkan data dan laporan yang juga saksi susun,

kondisi financial dari Terdakwa tidak ada perubahan signifikan baik dalam

kenaikan maupun penurunan, hanya berpola stagnan dan pasti hanya saja sedikit

turun tetapi turun yang wajar saat Bank Muttaqin Hasan dinyatakan Bank Beku

Operasi (BBO) oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Dan juga

mengingat Terdakwa adalah seorang pengusaha kenaikan maupun penurunan

secara financial adalah hal wajar yang tidak bisa dihindarkan.

 Bahwa saksi menerangkan menganalisis keuangan terdakwa setiap 6 bulan

sekali, dan biasanya semua yang di tinjau oleh terdakwa tidak jauh jauh dari

tujuan keuangan nya, tentang apa saja yang harus dilakukan untuk selalu stabil

dalam financial nya, karena untuk sekelas seorang pengusaha terdakwa

tergolong pengusaha yang financial nya tetap stabil karena banyak memilki
asset yang menghasilkan.

 Bahwa saksi menerangkan Bank Muttaiqn Hasan adalah Bank yang didirikan

oleh terdakwa bersama dengan Nouval Abednego pada tahun 1987 dengan

terdakwa sebagai pemegang saham pengendali dan noval sebagai direktur

utama. PT bank muttaqin hasan tidak tergabung dengan grup perusahaan yang

dibuat oleh terdakwa.

 Bahwa Saksi mengetahui tentang Bank Muttaqin Hasan adalah Bank yang

didirikan oleh Terdakwa bersama dengan Noval Abednego pada tahun 1987

dengan Terdakwa sebagai pemegang saham pengendali dan Nouval

Abednego sebagai direktur Utama. Bank Muttaqin Hasan tidak tergabung

dengan grup perusahaan yang dibuat oleh Terdakwa. Saksi tidak tahu

menahu alasan akan hal itu.

 Bahwa saksi menerangkan ditugaskan oleh terdakwa untuk menganalisis,

melaporkan serta memberikan arahan terkait financial hanya kepada

terdakwa. Jadi saksi tidak ada ikut campur tangan dalam hal keuangan Bank

Muttaqin Hasan, maupun semua perusahaan yang di jalankan oleh terdakwa

karena saksi juga yakin di tiap tiap perusahaan ada divisi khusus yang

dibebani tanggung jawab tersebut.

 Bahwa Saksi menerangkan Pada tanggal 28 Januari 2000 saksi melakukan

Presentasi dan terkait Presentasi kepada Badan Penyehatan Perbankan

Nasional (BPPN), saksi yang mewakili pihak Terdakwa. Saksi diminta

Terdakwa untuk mewakilkannya dalam Presentasi tersebut, karena beliau

tidak berkenan hadir. Beliau berkata bahwa ada urusan bisnis di Singapura

dan sekaligus juga untuk melakukan upaya pengobatan terhadap penyakit

yang diidap. Dan untuk Presentasi saksi diberikan semua materinya oleh

departemen General Affair Bank Muttaqin Hasan. Terkait Mispresentasi saksi

tidak ada mencari tahu pak, karena bukan merupakan tanggung jawab saksi

dalam penyusunannya. Saksi hanya Mempresetasikan apa yang telah disusun


yang dimana pada saat itu yang saksi tahu, yang menyusun aset adalah

Departemen General Affair Bank Muttaqin Hasan.

 Bahwa Saksi menerangkan tidak ada urgensi lain , saksi hanya sebatas

mempresentasikan Aset Bank Muttaqin Hasan tersebut. Setelah dari

Presentasi tersebut saksi tidak ada mengurus lagi persoalan tentang Bank

Muttaqin Hasan, hanya berurusan dengan Terdakwa saja. Setelah Presentasi

tersebut pun, Nouval Abednego mengabarkan saksi bahwa ada Mispresentasi

karena upaya Financial Due Diligence (FDD) dan Legal Due Diligence

(LDD) telah dilakukan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)

masa itu.

 Bahwa Saksi menerangkan terdakwa menginstruksikan saksi untuk

melakukan presentasi aset pada tanggal 9 Januari 2000, dan pada saat

terdakwa memohon pertolongan untuk mewakilkannya, terdakwa

memesankan pada saksi untuk meminta materi presentasi kepada departemen

GA dan ingin saksi untuk menyampaikan permohonan maafnya karena tidak

berkenan hadir kepada BPPN. Dan juga menanyakan tentang pekerjaan

kepada saksi

 Bahwa Saksi menerangkan Terdakwa dengan semampu dirinya menjadi

penengah penyelesaian masalahnya yang juga didampingi dengan kesepakatan

antara semua pihak yang berkaitan dan jika pun Terdakwa sendirinya tidak

berkenan dikarenakan halangan ataupun sebagainya Terdakwa akan

mempercayakan seseorang yang berkompeten sebagai perwakilannya untuk

menyelesaikan masalah tersebut. Seperti halnya beliau Menginstruksikan

saksi sebagai perwakilan beliau untuk melakukan Presentasi Aset Bank

Muttaqin Hasan kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

 Bahwa Saksi menerangkan Saksi tidak mengetahui tentang Perbuatan Nouval

Abednego yang melawan hukum tetapi menurut saksi Terdakwa tidak perlu

melawan hukum untuk menguntungkan dirinya. Terdakwa sudah memiliki


upayanya sendiri dalam yang dimana upaya itu adalah kegiatan yang sah dan

sejalan dengan hukum yang ada. Menurut dugaan saksi, Nouval Abednego

melakukan seluruh kegiatan tersebut tanpa adanya persetujuan oleh terdakwa.

Yang dimana karena saksi memiliki tanggung jawab terkait internal dan

eksternal bank maka dari itu mungkin Terdakwa merasa terbebani akan

kewajiban tersebut dan ingin melepaskan seluruh beban yang ada.

 Bahwa Saksi menerangkan saksi presentasikan murni dari apa yang saksi

terima dari departemen General Affair Bank Muttaqin Hasan, tidak ada saksi

ubah dan saksi tambah tambahkan. Karena setelah saksi presentasi dan

nyatanya ditemukan mispresentasi, saksi tidak ada dihubungi dan ditanyai

lebih lanjut terkait hal itu karena memang yang disusun itu yang saksi

bawakan

 Bahwa Saksi menerangkan hanya melakukan apa yang diinstruksikan kepada

saksi, walaupun merupakan bidang saksi dalam hal financial dan manajemen

aset tetapi saksi merasa itu bukan tanggung jawab dan urusan saksi akan hal

itu. Maka dari itu saksi hanya melakukan apa yang diinstruksikan dan juga

sebenarnya sebagai bentuk penghormatan dan prfesionalitas saksi dengan

tidak mencampuri urusan internal Bank.

 Bahwa Saksi menerangkan saksi narasikan bahwasanya terdakwa memiliki

tiga perusahaan yang tergabung dalam satu kelompok usaha yaitu siagian

group. Tiga diantaranya adalah berbentuk perseroan terbatas yang bergerak di

bidang yang berbeda beda yakni PT Griya Adam Malik bergerak di bidang

Real Estate, PT Raja Prabowo bergerak di bidang Bio diesel dan PT Aran

Jaya bergerak di bidang furniture dan perabotan. Terkait instansi instansi

tersebut telah menetapkan adanya kerugian keuangan Negara tetapi kan belum

tentu bahwasanya terdakwa yang menyebabkan hal tersebut. Terkait transaksi

mencurigakan, mungkin harus berpatok pada siapa yang akan di dugakan.

Terdakwa adalah seorang yang berlimpah harta mulai dari kakek terdakwa.
Dilihat dari profil terdakwa juga sudah kita simpulkan bahwasanya

sebenarnya terdakwa wajar saja jika melakukan transaksi yang mungkin

dalam jumlah besar. Karena setiap orang pun tidak akan ragu terhadap hal

tersebut dengan melihat aset aset terdakwa yang berlimpah. Dalam laporan

saksi,secara narasi dapat saksi jelaskan, terdakwa dapat menghasilkan rata

rata Rp 5.500.000.000.000,- per tahunnya yang berasal dari perusahaan

perusahaan terdakwa.

 Bahwa Saksi menerangkan pertama saksi tidak ada mengatakan bahwa

PPATK keliru dalam analisisnya. Saksi hanya berpendapat bahwa analisis

transaksi mencurigakan yang dikeluarkan oleh PPATK bisa saja adalah

sebuah transaksi wajar oleh terdakwa mengingat terdakwa adalah pengusaha

yang pendapatan nya kadang di luar apa yang di rancangkan. Saksi bukan

terlalu menjunjung profesi terdakwa sebagai pengusaha,saksi lebih berfikir

logis dan berdasar realita yang ada pada pengusaha umumnya.

 Bahwa Saksi menerangkan Terkait pemberian uang oleh pihak Bank Muttaqin

Hasan, tidak mungkin Terdakwa yang melakukannya Karena pada saat itu

Terdakwa sedang berada di luar Negeri dalam rangka perluasan bisnis dan

upaya pengobatan di Singapura

 Bahwa Saksi menerangkan saksi berpendapat terdakwa tak perlu melawan

hukum untuk memperkaya dirinya, karena memang terdakwa sudah kaya.

Menurut paham saksi Nouval Abednego yang dengan dirinya sendiri

melakukan kesepakatan yang mungkin dapat menguntungkan pihaknya dan

instansi terkait. Terdaklwa mungkin memenginstruksikan NOVAL untuk

tetap mengikuti prosedur yang ada. Tapi kembali ke poin pernyataan sakis

yang awal, bahwasanya terdakwa akan selalu mengintruksikan pihak yang

berkompeten akan hal terkait. Dan pada situasi ini terdakwa percaya bahwa

Nouval Abednego adalah orang yang paling berkompeten dan juga memiliki

tanggung jawab untuk penyelsaian masalah bank ini. Nouval Abednego juga
tidak didasari bukti dalam pernyataan nya, bisa saja beliau hanya menuduhkan

terdakwa karena memang terdakwa menduduki posisi paling tertinggi dalam

hierarki bank muttaqqin hasan.

 Bahwa Saksi menerangkan saksi selalu mengedukasi terdakwa sebagai klien

saksi untuk menginvestasikan aset-aset nya dalam bentuk saham jangka

panjang. Saksi merekomendasikan beberapa perusahaan yang bonafid untuk

di lakukan pembelian saham sebagai investasi jangka panjang. Tidak hanya

dalam bentuk saham, terdakwa juga sering berinvestasi untuk kemanusiaan

dan kebutuhan rohani terdakwa contohnya mendonasikan sebagian daripada

harta pencariannya setiap bulan.

 Bahwa Saksi menerangkan terkait penempatan uang senilai USD 75.000.000

ke rekening pribadi Terdakwa di Bank National of Serbia, saksi tidak tahu

menahu karena saksi udah tidak terikat hubungan kerja dengan Terdakwa

pak. Sehingga saksi idak ada Merekomendasikan atau pun menyarahkan

Terdakwa untuk melakukan investasi.

5. Surya Arief, lahir diYogyakarta, umur 53 tahun/tanggal 3 Juli 1956, jenis kelamin Laki-

laki, kebangsaan Indonesia, alamat Jalan Raya Bogor Km 21 no.17 Kramat Jati Kota

Jakarta Timur, agama Islam, pekerjaan Wiraswasta (Direktur Utama PT. Siagian Grup)

Pendidikan Strata 2

Di depan persidangan di bawah sumpah berdasarkan agama Islam pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut:

 Bahwa benar Saksi diperiksa dalam keadaan sehat jasmani dan rohani

 Bahwa benar Saksi pernah diperiksa oleh Penyidik KPK dan membenarkan

keterangannya di Berita Acara Pemeriksaan yang dibuat dan ditandatangani

dihadapan Penyidik KPK pada tanggal 12 Agustus 2010

 Bahwa Saksi telah berjanji memberikan keterangan dengan sebenarnya dan


tidak lain daripada yang sebenarnya.

 Bahwa Saksi menerangkan mengenal Terdakwa, namun tidak memiliki

hubungan darah atau semenda dengan Terdakwa.

 Bahwa Saksi menerangkan hubungan pekerjaan yang dimiliki dengan

Terdakwa ada pada saat Saksi menjabat sebagai Direktur Utama PT Siagian

grup) merupakan Induk dari 3 perusahaan milik Terdakwa yaitu PT.Griya

Adam Malik di bidang Real Estate, PT.Raja Prabowo dibidang Biodiesel, dan

PT.Aran Jaya dibidang Furnitur

 Bahwa Saksi mengetahui sedang diperiksa dan dimintai keterangan sebagai

Saksi berkaitan dengan perkara Tindak Pidana Korupsi dalam Pemberian

Bantuan Likuiditas dari Bank Indonesia Tahun 1998 atas Nama Terdakwa SILWA

MARTIANNA

 Bahwa Saksi menerangkan pada tahun 1997 Saksi diangkat menjadi Direktur

PT. Siagian Grup

 Bahwa Saksi menerangkan tugas dan wewenang sebagai Direktur Utama

ialah:

1) Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan

perusahaan yang sesuai dengan visi dan misi perusahaan;

2) Memilih, menetapkan, dan mengawasi tugas dari karyawan dan kepala

bagian;

3) Menyusun strategi bisnis untuk perusahaan; dan

4) Melakukan evaluasi perusahaan;

 Bahwa Saksi menerangkan pada tahun 1998 kondisi dari PT. Siagian Grup

mengalami Ketidakstabilan dalam operasional, setelah mendapatkan pinjaman

kredit dari Bank Muttaaqin Hasan secara perlahan PT. Siagian Grup mulai

membaik.

 Bahwa Saksi menerangkan jumlah bantuan kredit yang diberikan oleh Bank
Muttaqin Hasan sesuai dengan Permohonan yang diajukan yaitu sebesar Rp.

6.000.000.000.000,- ( enam triliun rupiah ). Dan dana tersebut disalurkan ke

tiga anak perusahaan yang masing-masing mendapatkan Rp.

2.000.000.000.00,- (Dua triliun rupiah)

 Bahwa Saksi menerangkan bahwa Nouval Abednego merupakan Direktur

Utama dari Bank Muttaqin Hassan dan hubungan saksi dengan Nouval

Abednego sebagai rekan bisnis yang sama-sama bekerja diperusahaan milik

Terdakwa.

 Bahwa Saksi menerangkan saksi melakukan pertemuan dengan Nouval

Abednego pada tanggal 25 Mei 2003 dikantor PT. Siagian Grup yang mana dalam

pertemuan tersebut Saksi memberikan uang senilai Rp. 10.000.000.000.00,-

(Sepuluh Miliar Rupiah) kepada Nouval Abednego untuk kepentingan perusahaan

PT. Griya Adam Malik.

 Bahwa Saksi menerangkan keluar masuknya uang senilai Rp.10.000.000.000.00,-

(Sepuluh Miliar Rupiah) sudah terlampir pada laporan keuangan. Pemberian dana

kepada PT.Aran Jaya sudah dilakukan sebanyak 6 kali

 Bahwa Saksi menerangkan Prilaku terdakwa kepada saksi selama saksi

bekerja di PT. Siagian Grup, terdakwa adalah seseorang yang sangat baik dan

ramah,terdakwa juga sangat bijaksana dan bertanggung jawab.

 Bahwa Saksi menerangkan bahwa Asal usul uang senilai

RP.10.000.000.000.00,-(Sepuluh Miliar Rupiah) yang dikeluarkan PT.Siagian

Grup yang berada dibawah naungan Terdakwa sebagai pemegang saham

pengendali dilakukan untuk kepentingan perusahaan PT. Griya Adam Malik

 Bahwa Saksi menerangkan Atas arahan Terdakwa bahwasannya mengatakan

kepada sakski untuk memberikan uang sebesar Rp. 10.000.000.000.00,-

(Sepuluh Miliar Rupiah) kepada Nouval Abednego yang dimana uangnya itu

digunakan untuk kepentingan perusahaan PT.Griya Adam Malik.

 Bahwa Saksi menerangkan pemberian uang kepada Nouval Abednego melalui


Bilyet giro

 Bahwa Saksi menerangkan tidak mengetahui perihal penyuapan ketua Badan

Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan Komite Stabilitas Sistem

Keuangan (KKSK).

6. Julia Ningsih , lahir di Bogor , umur 42 tahun/tanggal 13 April 1967, jenis kelamin

Perempuan, kebangsaan Indonesia, alamat Jalan H.Ir.Juanda III No.9 Kebon Kelapa,Kec.

Gambir Jakarta Pusat, agama Islam, pekerjaan Wiraswasta (Sekretaris Silwa) Pendidikan

Strata 2

Di depan persidangan di bawah sumpah berdasarkan agama Islam pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut:

 Bahwa benar Saksi diperiksa dalam keadaan sehat jasmani dan rohani

 Bahwa benar Saksi pernah diperiksa oleh Penyidik KPK dan membenarkan

keterangannya di Berita Acara Pemeriksaan yang dibuat dan ditandatangani

dihadapan Penyidik KPK pada tanggal 20 Agustus 2010

 Bahwa Saksi telah berjanji memberikan keterangan dengan sebenarnya dan

tidak lain daripada yang sebenarnya.

 Bahwa Saksi menerangkan mengenal Terdakwa, namun tidak memiliki

hubungan darah atau semenda dengan Terdakwa.

 Bahwa Saksi menerangkan hubungan pekerjaan yang dimiliki dengan

Terdakwa ada pada saat Saksi menjabat sebagai Asisten Pribadi

 Bahwa saksi menerangkan mengetahui mengenai laporan atas korupsi ya ing

merugikan Negara yang dilakukan Terdakwa

 Bahwa Saksi menerangkan termasuk orang yang cukup dekat dengan

Terdakwa, karena Saksi bekerja sebagai Asisten Pribadi Terdakwa Selama 16

tahun setelah 11 tahun memulai karir saksii di Siagian Group

 Bahwa Saksi menerangkan tugas saksi sebagai asisten pribadi terdakwa


adalah mengurus urusan pekerjaan terdakwa seperti time management,

mengatur pertemuan bisnis/rapat, menyusun agenda pertemuan,

mempersiapkan perjalanan, memeriksa laporan dan meringkas, urusan surat-

menyurat dan lain sebagainya. Saksi mengurus semua kebutuhan dan

kepentingan terdakwa bahkan diluar urusan pekerjaan.

 Bahwa Saksi mengetahui mengenai laporan atas korupsi yang merugikan

Keuangan Negara yang dilakukan terdakwa

 Bahwa Saksi mengetahui Yang saksi ketahui, Terdakwa tidak ada campur

tangan dalam hal ini. Beliau memang mengusulkan kepada Faiz Napitupulu

sebagai Direktur Utama perusahaan PT. Dwi Nola Adhiyaksa untuk

mengajukan kreditnya ke Bank Muttaqin Hasan saja. Selebihnya saksi tidak

mengetahuinya

 Bahwa Saksi mengetahui mengenai PKPS dilakukan oleh Bank Muttaqin

Hasan terhadap BPPN dikarenakan sudah dinyatakan sebagai Bank Beku

Operasi (BBO). Terkait PKPS tersebut yang saksi tahu bahwa Saksi

ditemukannya misrepresentasi terhadap aset piutang petani plasma yang

dijaminkan oleh PT Dwinola Adhiyaksa. Tetapi, akan hal itu ternyata tidak

menjadi permasalahan lantaran aset tersebut ternyata telah dilampirkan dalam

disclosure schedule berdasarkan pernyataan dari divisi Aset Manajemen

Investasi (AMI) BPPN. Sehingga BPPN melakukan penerbitan Surat

Keterangan Lunas untuk Bank Muttaqin Hasan karena telah memenuhi

seluruh kewajibannya.

 Bahwa Saksi menerangkan Financial Due Diligence (FDD) dan Legal Due

Diligence (LDD sudah dilakukan, karena syarat diterbitkannya Surat

Keterangan Lunas (SKL), pihak BPPN harus melakukan Financial Due

Diligence (FDD) dan Legal Due Diligence (LDD). Jadi jika tidak

dilakukan Financial Due Diligence (FDD) dan Legal Due Diligence (LDD)

dalam penertbitan Surat Keterangan Lunas (SKL) itu bukan merupakan


tanggung jawab dari Terdakwa ,tetapi tanggung jawab dari Pihak BPPN.

 Bahwa Saksi menerangkan Sepengetahuan saksi yang mengurus semua

urusan terkait penyelesaian kewajiban Bank Muttaqin Hasan adalah Direktur

Utama nya yaitu Nouval Abednego. Dikarenakan Terdakwa sejak setelah

pertemuan dengan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) untuk

membicarakan mengenai Neraca Penutupan Bank Muttaqin Hasan, beliau

berangkat ke Singapura untuk keperluan Medis Terdakwa dan juga rencana

perluasan Relasi Bisnis.

 Bahwa Saksi menerangkan Terdakwa tidak akan melakukan hal seperti itu

Saksi sendiri tahu bagaimana keadaan financial terdakwa, terdakwa adalah

seorang wanita karir yang sukses. Kekayaan nya bahkan sangat banyak,

melebihi uang yang dituduh kan kepada terdakwa. Terdakwa pemilik dari

PT.Bank Muttaqin Hasan, Komisaris utama di PT.Dwi Nola Adhisayayaksa,

dan pemilik Siagian grup yang memiliki 3 anak perusahaan seperti PT.

Griya .Adam Malik, PT. Raja Prabowo dan PT. Aran Jaya dan ketiganya

adalah perusahaan yang besar. Terdakwa juga sangat baik kepada saksi dan

karyawan-karyawan lainnya bahkan dengan keluarga saksi sendiri. Setiap

bulan s a diberi tugas untuk selalu menjadwalkan agenda terdakwa untuk

menghadiri kegiatan donasi amal.

 Bahwa Saksi menerangkan tetap pada pernyataan awal,saksi tidak percaya

akan hal tersebut. Untuk apa terdakwa menginstruksikan Nouval Abednego

untuk melakukan tindakan melawan hukum dalam upaya penerbitan Surat

Keterangan Lunas (SKL) .Terdakwa mungkin menginstruksikan Nouval

untuk menyelesaikan kewajiban tersebut tetapi tidak dengan melawan

hukumnya menurut saksi

 Bahwa Saksi menerangkan petani plasma hanya mengajukan dana senilai

Rp.2.900.000.000.000,00 (Dua triliun Sembilan ratus miliar rupiah) sisa nya

untuk Fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan petani dan itu senilai dengan apa
yang telah di proyeksikan.

 Bahwa Saksi menerangkan Terkait itu , PT Siagian grup hanya ingin

mengembangkan bisnisnya lebih luas dan yang mengajukan kredit itu bukan

terdakwa melainkan Surya Arief yang merupakan Direktur Utama di Siagian

grup

 Bahwa Saksi menerangkan yang menjadi Direktur utama Siagian grup itu

adalah Surya Arief dan yang menjalankan pengembangan bisnis untuk

siagian grup juga Surya Arief. Terdakwa hanya menyetujui usulan-usulan

yang diberikan Surya Arief. Kalau menurut terdakwa usulan Surya Arief

bagus , terdakwa akan menyetuinya. Kalau tidak maka akan dipertimbangkan

melalui rapat direksi. Lagipula Aset yang diajukan kredit dari Siagian grup

sudah dikembalikan kepada BPPN pada saat Bank Muttaqin Hasan sudah

dipastikan Bank Beku Operasi (BBO).

 Bahwa Saksi menerangkan tidak merasa curiga akan pengajuan kredit yang

dilakukan PT Siagian grup dan PT. Dwi Nola Adhiyaksa pada Bank Muttaqin

Hasan karena kedua perusahaan tersebut pemiliknya adalah terdakwa karena

Hal itu sering terjadi dikalangan bisnis seperti terdakwa

 Bahwa Saksi menerangan dalam penyusunan daftar aset biasanya dilakukan

oleh departemen General Affair.

 Bahwa Saksi menerangkan mengenai Terdakwa yang menginstruksikan

NOUVAL ABEDNEGO untuk memberikan sejumlah uang kepada FRANS

NASUTION dan AGATA NANDA agar diterbitkannya Surat keterangan

lunas saksi tidak tahu terkait hal itu, tetapi seperti penyataan saksi sebelumnya

hal tersebut bisa saja hanya akal akalan dari Nouval Abednego.

 Bahwa Saksi menerangkan Pada saat Terdakwa pergi ke singapure bersama

suaminya FAIZ NAPITUPULU untuk berobat , saksi tetap berada di Jakarta

Karena terdakwa mempercayakan semua urusan perusahaannya kepada

saksi.
 Bahwa Saksi menerangkan terdakwa melakukan perluasan terhadap bisnisnya.

Bahwa atas keterangan Saksi, Terdakwa menanggapi:

 Terdakwa menerima seluruh keterangan Saksi.

B. KETERANGAN AHLI

1. Musri Dalimunthe ,S.E.,M.M.,A K . lahir di Bogor, umur 50 tahun/tanggal lahir

19 April 1959 , Kebangsaan Indonesia, Agama Islam, Alamat Jalan Rawa Tengah

No.17,Kel Galur,Kec.Johar Baru,Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Pekerjaan Pegawai

Negeri Sipil (Ahli BPK) Strata 2

Dibawah sumpah berdasarkan agama Islam pada pokoknya menerangkan sebagai

berikut:

 Bahwa benar Ahli diperiksa dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.

 Bahwa Ahli menyatakan pernah diperiksa di Penyidik KPK dan seluruh

keterangan yang Ahli sampaikan dalam Berita Acara Pemeriksaan di hadapan

Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi tanggal 25 Juni 2010 adalah benar.

 Bahwa Ahli tidak mengenal Terdakwa dan tidak memiliki hubungan

pekerjaan, hubungan darah, ataupun hubungan semenda dengan Terdakwa.

 Bahwa Ahli membenarkan dirinya mendapat surat tugas untuk menjadi ahli

BPK dalam pemeriksaan perkara Tindak Pidana Korupsi

 Bahwa Ahli telah memberikan keterangan sebanyak 17 kali di persidangan

sebagai ahli BPK

 Bahwa Ahli menjelaskan tentang riwayat pekerjaan ahli sampai dengan saat

ini adalah sebagai berikut:


- Pegawai Kementerian Keuangan Negara Republik Indonesia Tahun

1990-1995.

- Kepala staf bagian Kas Perekonomian Negara Republik Indonesia

Tahun 1995-2000.

- Dosen Universitas Indonesia, Jakarta Tahun 2000-2002.

- Ketua Auditorat Utama Investigatif di Badan Pemeriksa Keuangan

Negara Republik Indonesia Tahun 2002-sekarang.

 Bahwa benar Ahli menjelaskan Posisi ahli didalam Badan Pemeriksa

Keuangan Republik Indonesia Sebagai Ketua Tim Prosedur Investigatif

Penghitungan Kerugian Keuangan Negara dan Ahli Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara di Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia,

Yang Mulia.

 Bahwa benar Ahli menjelaskan Tujuan pemeriksaan yang dilakukan BPK

adalah mengungkap dan menghitung kerugian Negara yang timbul akibat

penyimpangan dalam pemberian surat pemenuhan kewajiban pemegang

saham kepada Terdakwa selaku pemegang saham pengendali Bank Muttaqin

Hasan pada tahun 2003. Lalu Mengenai Lingkup itu adalah proses

penandatanganan, pelaksanaan, dan pengakhiran perjanjian MSAA antara

Terdakwa selaku PS (Pemegang saham) dan BPPN. Dan terakhir batasan

pemeriksaan yang dilakukan terbatas untuk mengungkap dan menghitung

kerugian Negara yang timbul akibat adanya penyimpangan oleh pihak tekait

proses penerbitan SKL kepada Terdakwa pada tahun 2003, berdasarkan bukti-

bukti yang diperoleh melalui penyidik KPK.

 Bahwa Ahli menjelaskan Penghitungan Kerugian Negara (PKN) dilakukan

dengan metodologi pemeriksaan investigatif, bukan sekedar penghitungan

secara matematis. Oleh karena itu, Penghitungan Kerugian Negara dilakukan

dengan cara mengevaluasi bukti dengan membandingkan antara kondisi

dengan kriteria, dan juga menentukan bukti yang disampaikan penyidik secara
objektif dan independen.

 Bahwa Ahli menjelaskan tahapan penghitungan kerugian Negara sesuai

keputusan BPK-RI Nomor 17/K/I-XIII.2/12/2008 (Juklak PKN) adalah :

 Tahapan praperencanaan dan perencanaan :

1. Memahami konstruksi kasus dan bukti yang diperoleh dari APH.

2. Menganalisis kasus untuk memperoleh kejelasan dan keyakinan mengenai

kasus dan kecukupan bukti.

3. Menyimpulkan Hasil Analisis ( diterima atau tidak )

4. Menyusun petunjuk pemeriksaan (program)

 Tahapan Pelaksanan:

1. Mendalami konstruksi kasus

2. Menganalisis dan evaluasi bukti

3. Meminta tambahan bukti melalui APH ( jika diperlukan)

4. Menyusun konsep simpulan

5. Mendiskusikan konsep simpulan

 Pelaporan

1. Menyusun konsep laporan hasil pemeriksaan (LHP)

2. Finalisasi LHP.

 Bahwa Ahli menjelaskan Dalam hasil pemeriksaan Bank Muttaqin Hasan,

Ahli menemukan adanya misrepresentasi pada laporan keuangan Bank Muttaqin

Hasan. Yang dimana terdakwa belum memenuhi sepenuhnya atas kewajibannya

pada MSAA dan Ahli juga menemukan bahwasanya pada aset piutang Bank

Muttaqin Hasan terhadap petani plasma perkebunan sawit yang dijaminkan oleh

PT.Dwi Nola Adhiyaksa sebanyak Rp Rp 7.200.000.000.000,00 (tujuh triliun

dua ratus miliar rupiah ) dinyatakan kredit lancar padahal kredit tersebut

merupakan kredit macet.


 Bahwa Ahli menjelaskan Penyimpangan yang pertama ahli temukan

terletak pada misrepresentasi piutang Bank Muttaqin Hasan kepada petani

plasma senilai Rp.2,8 triliun. terdakwa melakukan misrepresentasi dengan

menyatakan piutang Bank Muttaqin Hasan kepada petani plasma sebesar Rp. 2,8

triliun sebagai aset lancar pada perhitungan JKPS sesuai perjanjian MSAA,

padahal dalam kenyataannya piutang tersebut dalam kondisi macet. Dengan

kondisi tersebut, sesuai MSAA seharusnya terdakwa mengganti kerugian kepada

BPPN sebesar 2,8 triliun. Lalu penyimpangan kedua mengenai proses

persetujuan penyelesaian kewajiban pemegang saham oleh KKSK tanpa

mempertimbangkan penyelesaian misrepresentasi. Dalam proses persetujuan

KKSK atas penyelesaian perjanjian MSAA, pihak terdakwa SILWA

MARTIANNA Alias ANNA diduga tidak memberikan informasi lengkap dan

sesungguhnya bahwa piutang kepada petani plasma merupakan aset bank yang

diperhitungkan dalam penetapan JKPS dan terdakwa SILWA MARTIANNA

Alias ANNA masih memiliki kewajiban tambahan selain JKPS yang telah

dituangkan dalam MSAA karena adanya misrepresentasi atas piutang tersebut.

Dan mengenai Penerbitan SKL sebelum penyelesaian misrepresentasi,

Terdakwa diduga memberi imbalan kepada ketua BPPN dan ketua KKSK agar

diterbitkannya SKL tanpa dilakukannya FDD dan LDD. Dan pada faktanya,

berdasarkan pada hasil audit BPK No.20/LHP/X/06/2010 bahwa SKL tersebut

tidak dilakukannya FDD dan LDD sehingga masih ada aset yang belum

dikembalikan oleh terdakwa sebesar Rp.5,7 triliun.

Penyimpangan-penyimpangan yang Ahli kemukakan tadi adalah penyimpangan-

penyimpangan yang memiliki hubungan kausalitas dengan terjadinya kerugian

Negara.

 Bahwa Ahli menjelaskan Metode yang digunakan adalah metode Net loss yaitu

sebesar kewajiban Terdakwa atas misrepresentasi nilai piutang Bank Muttaqin


Hasan kepada petani plasma. Dalam perhitungan kerugian Negara ada

perhitungan total loss, ada 3 jenis total loss.

 Yang pertama, total loss adjusted yaitu seluruh aset yang tidak bias direcovery

adalah kerugian ditambah dengan biaya-biaya yang memungkinkan.

 Total loss itu adalah seluruh pengeluaran atau penerimaan atau aset yang tidak

bisa direcovery adalah kerugian.

 Net loss adalah seluruh pengeluaran atau penerimaan atau aset yang tidak bisa

direcovery dikurangi dengan nilai yang bisa direcovery.

Jadi Rp. Rp 7.200.000.000.000,00(tujuh triliun dua ratus miliar rupiah ) adalah

angka yang dipresentasikan dalam MSAA sebagai estimated market value dengan

nilai sebesar Rp. Rp 7.200.000.000.000,00(tujuh triliun dua ratus miliar rupiah ),

dan bila dibaca di disclosure schedule dalam kewajiban JKPS maka jumlahnya

sama dengan book value dari kewajiban tersebut. Dengan adanya penyimpangan-

penyimpangan tersebut, maka secara riil berapa yang telah diterima oleh Negara

adalah Rp.2,9 triliun sehingga kerugian Negara jumlahnya adalah sebesar Rp.4,3

triliun.

 Bahwa Ahli menjelaskan Bahwasanya peraturan terkait pengertian keuangan

Negara jika kita merujuk pada UU No 31 tahun 1999 tentang pemberantasan

tindak pidana korupsi, dikatakan bahwa Keuangan negara yang dimaksud adalah

seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak

dipisahkan, termasuk di dalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak

dan kewajiban yang timbul karena

a) berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban pejabat

lembaga Negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah;

b) berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban Badan

Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yayasan, badan hukum,

dan perusahaan yang menyertakan modal negara, atau perusahaan yang

menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan Negara.


Untuk penyelesaian permasalahan keuangan Negara ada ditangan Negara

sedangkan caranya melalui sebuah sistem, ketika berkait dengan masalah moneter

maka dilakukan oleh bank Indonesia termasuk lembaga-lemabaga dibawahnya

akan tetapi tetap dalam kendali Negara karena yang bertanggungjawab terhadap

masalah di Negara sebenarnya adalah Negara. Oleh karena itu pada intinya uang

BLBI yang disalurkan ke bank-bank adalah uang Negara. Pengertian Negara

secara sederhana adalah hak Negara yang diberikan/dipinjamkan kepada pihak

lain dan atas piutang itu Negara mempunyai hak untuk menarik kembalI uang itu

 Bahwa Ahli menjelaskan terkait dengan dokumen yang menyatakan lunas maka

sebenarnya dokumen tersebut adalah ujung dari sebuah proses, untuk bisa

dinyatakan selesai atau lunas piutangnya maka harus ada prosedur atau

persyaratan yang harus dilalui, jika dalam peristiwa tersebut ada perbuatan

melawan hukum maka bisa menjadi kerugian negara karena kerugian negara

adalah akibat, ketika perbuatan melawan hukum terjadi dan mengakibatkan

hilangnya hak negara maka telah terjadi kerugian negara

 Bahwa Ahli menjelaskan terjadi pergeseran dari pertanggungjawaban

administrasi menjadi pertanggungjawaban pidana, menurut ahli adalah ketika

seseorang disalahkan mengenai prosedur, wewenang dan substansi maka

seseorang tersebut harus dilakukan penyelesaian secara administrasi terlebih

dahulu tetapi jika terkait suap, paksaan dan tipuan ysng mengakibatkan kerugian

Negara dengan dibuktikan adanya penerimaan tidak sah kepada seseorang

tersebut maka administrasi menyerahkan kepada hukum pidana

 Bahwa Ahli menjelaskan Terkait menentukan ada atau tidaknya tindak pidana, itu

bukan kewenangan dari BPK. Namun dalam melakukan pemeriksaan, BPK

menganjurkan kepada pemeriksa untuk menggunakan tingkat materialitas yang

paling rendah (paling konservatif). Konservatisme digunakan pada laporan

keuangan entitas yang baru pertama kali diperiksa. Hal ini dilakukan karena

pemeriksa belum memahami secara detail atas entitas tersebut. Tingkat


materialitas yang konservatif juga harus digunakan pada pemeriksaan atas

laporan keuangan entitas-entitas dengan resiko pemeriksaan yang tinggi atau

belum mempunyai sistem pengendalian intern yang memadai.

BPK dalam melakukan pemeriksaan dan menetapkan tingkat materialitas

menggunakan konsep materialitas. Konsep materialitas ini dlakukan karena BPK

dalam pemeriksaannya juga wajib untuk melaporkan apabila telah ditemukan

unsur-unsur terjadinya kecurangan (fraud) atas kasus tindak pidana korupsi. Oleh

karena itu, digunakan konsep materialitas kualitatif untuk menemukan adanya

unsur tindak pidana korupsi atau tidak.

Setelah melakukan prosedur Penetapan Batas Materialitas, maka jumlah nilai

materialitas sudah dapat ditentukan jumlahnya. Jumlah nilai materialitas inilah

yang nantinya digunakan untuk mendukung para pemeriksa melakukan

pemeriksaan selanjutnya. Jika suatu Laporan Hasil Pemeriksaan telah dinyatakan

pemeriksa memiliki nilai materialitas yang tinggi setelah melalui pemeriksaan

dari aspek kuantitatif maupun kualitatif. maka selanjutnya akan dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut dikarenakan nilai materialitas yang tinggi tersebut. Dari

penilaian aspek kualitiatif, pemeriksa mencari alasan atau motif mengapa salah

saji dapat terjadi. Unsur-unsur tindak pidana korupsi digunakan untuk memeriksa

materialitas dari aspek kualitiatif. Jika di dalam suatu pemeriksaan ditemukan

adanya unsur-unsur tindak pidana korupsi tersebut maka BPK dapat melakukan

pemeriksaan selanjutnya.

Dan apabila dalam suatu pemeriksaan ditemukan adanya indikasi kerugian negara

dan memiliki unsur pidana, maka BPK kemudian wajib melaporkan kepada pihak

yang berwenang. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 15 Tahun 2006

tentang Badan Pemeriksa Keuangan bahwa apabila dalam pemeriksaan

ditemukan unsur pidana, BPK melaporkan hal tersebut kepada instansi yang

berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan paling lama satu bulan

sejak diketahui adanya unsur pidana tersebut.


2. Muhammad Reza ,S.H.,L . L .M, lahir di Jakarta, umur 46 tahun/tanggal lahir 02

Februari 1963, Kebangsaan Indonesia, Agama Islam, Alamat Jalan Kramat Raya No.

13 Kenari, Kec. Senen ,Kota Jakarta Pusat ,Pekerjaan Dosen (Ahli PPATK), Strata 3

Dibawah sumpah berdasarkan agama Islam pada pokoknya menerangkan sebagai

berikut:

 Bahwa benar Ahli diperiksa dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.

 Bahwa Ahli menyatakan pernah diperiksa di Penyidik KPK dan seluruh

keterangan yang Ahli sampaikan dalam Berita Acara Pemeriksaan di hadapan

Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi tanggal 24 Agustus 2010 adalah

benar.

 Bahwa Ahli tidak mengenal Terdakwa dan tidak memiliki hubungan

pekerjaan, hubungan darah, ataupun hubungan semenda dengan Terdakwa.

 Bahwa Ahli membenarkan dirinya mendapat surat tugas untuk menjadi ahli

PPATK dalam pemeriksaan perkara Tindak Pidana Korupsi dan pencucian

uang

 Bahwa Ahli telah memberikan keterangan sebanyak 10 kali di persidangan

sebagai ahli PPATK

 Bahwa Ahli menjelaskan tentang riwayat pekerjaan ahli sampai dengan saat

ini adalah sebagai berikut:

- Pendidikan Calon Pegawai Muda, Bank Indonesia Tahun 1989-1990.

- Staf Kantor Bank Indonesia Jakarta Tahun 1990-1993.

- Analisis Hukum di Direktorat Hukum, Bank Indonesia 1993-1998

- Analisis Hukum Senior di Direktorat Hukum, Pusat Pelaporan dan

Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Tahun 1998-sekarang

 Bahwa Ahli menjelaskan diutus oleh Ketua PPATK sesuai Surat Perintah
Tugas untuk memberi keterangan sebagai ahli pada persidangan ini. Dengan

kedudukan ahli sebagai pegawai pada Direktor Hukum Pusat Pelaporan dan

Analisis Transaksi Keuangan.

 Bahwa Ahli menjelaskan berdasarkan pasal 44 Undang Undang No. 8 tahun

2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

dalam melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi,

PPATK dapat:

- meminta dan menerima laporan dan informasi dari Pihak Pelapor;

- meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait;

- meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan pengembangan

hasil analisis PPATK;

- meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan permintaan dari

instansi penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri;

- meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansi peminta,

baik di dalam maupun di luar negeri;

- menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat mengenai adanya

dugaan tindak pidana Pencucian Uang;

- meminta keterangan kepada Pihak Pelapor dan pihak lain yang terkait

dengan dugaan tindak pidana Pencucian Uang;

- merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai pentingnya

melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dan/atau

dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

- meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara seluruh

atau sebagian Transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan hasil

tindak pidana;
- meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang

dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidana Pencucian

Uang;

- mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dan tanggung

jawab sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; dan

meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik.

 Bahwa Ahli menjelaskan Merujuk pada pasal 13 ayat 1 Undang undang No. 25

Tahun 2003 tentang perubahan atas undang undang nomor 15 tahun 2002 tentang

tindak pidana pencucian uang, penyedia jasa keuangan wajib melaporkan kepada

PPATK untuk hal hal sebagai berikut :

- Tansaksi Mencurigakan

- Transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai dalam jumlah kumulatif sebesar

Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) atau lebih atau mata uang asing yang

nilainya setara baik dilakukan dalam satu kali transaksi maupun beberapa kali

transaksi dalam 1 (satu) hari kerja.

 Bahwa Ahli menjelaskan Transaksi keuangan mencurigakan dibagi tigapada

pengertiannya, merujuk pada Pasal 1 Angka 7 undang undang No. 25 Tahun 2003

tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, yaitu :

- Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik dan

kebiasaan pola transaski dari pengguna jasa yang bersangkutan.

- Transaksi keuangan oleh nasabah yang patut diduga dilakukan untuk

menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan

dengan pihak pelapor sesuai dengan ketentuan undang undang ini.

- Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan

menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana.

 Bahwa Ahli menjelaskan PPATK pada awalnya akan menerima laporan dari

Pihak pelapor berupa penyedia jasa keuangan yang menurut definisinya pada

pasal 1 angka 5 Undang undang no 25 tahun 2003 tentang perubahan atas


Undang Undang No 25 tahun 2002 tentang tindak pidana pencucian uang,

yaitu setiap orang yang menyediakan jasa di bidang keuangan atau jasa lainnya

yang terkait dengan keuangan termasuk tapi tidak terbatas pada bank, lembaga

pembiayaan, perusahaan efek, pengelola reksa dana, custodian, wali amanat,

lembaga penyimpanan dan penyelesaian, pedagang valuta asing, dana penisun,

peusahaan asuransi dan kantor pos. setelah adanya laporan dari pihak pelapor,

PPATK akan membuat laporan hasil analisis yang memuat berdasarkan

laporan dari pihak pelapor tadi. Setelah proses tersebut, PPATK akan

meneruskan Laporan Hasil Analisis yang berindikasi tindak pidana tersebut ke

penyidik untuk ditindaklanjuti. Karena tidak semua LHA yang di susun oleh

PPATK itu ditindaklanjuti oleh penyidik Selanjutnya dalam proses penegakan

hokum, PPATK dapat melakukan kerjasama dan membantu pihak penyidik

dan penuntut umum dengan informasi dan analisis yang dimiliki PPATK.

 Bahwa Ahli menjelaskan Laporan Hasil Analisis adalah laporan yang

dilakukan secara independen, obyektif, dan professional untuk ditindaklanjuti

dengan pemeriksaan atau disampaikan kepada penyidik. Laporan Hasil

Analisis yang dibuat oleh PPATK adalah awalnya bentuk laporan Penyedia

Jasa Keuangan terhadap transaksi mencurigakan. Setelah nya PPATK

menyusun yang namanya produk utama dari PPATK ini sendiri yaitu Laporan

Hasil Analisis. Pada dasarnya Laporan Hasil Analisis ini merupakan informasi

intelijen yang bersifat sangat rahasia. Laporan Hasil Analisis ini merupakan

temuan awal yang menjadi acuan bagi penyidik untuk mencari bukti bukti

yang dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah menurut KUHAP seperti

contohnya Rekening Koran, Mutasi bank dan lain sebagainya. Secara yuridis

LHA PPATK bukanlah alat bukti akan tetapi dapat dijadikan acuan sebagai

titik terang pada suatu perkara. LHA bukan merupakan alat bukti oleh karena

prinsip kerahasiannya tersebut yang secara tegas diatur dalam pasal 10A

Undang Undang No. 25 tahun 2003 tentang perubahan atas undang undang
tahun 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.

 Bahwa Ahli menjelaskan terkait kasus Tindak Pidana Korupsi yang didugakan

kepada terdakwa, pihak PPATK menemukan bahwa adanya transaksi

keuangan mencurigakan yang dilakukan oleh terdakwa di Negara Serbia pada

tahun 2009. dalam mengumpulkan informasi yang dibtuhkan, PPATK dibantu

oleh Financial Intelegences Unit (FIU) Negara Serbia dengan sharing

information dalam melakukan analisa guna menelusuri Transaksi Keuangan

yang dilakukan terdakwa. Ditemukanlah bahwa terdakwa melakukan transaksi

keuangan ke Serbia tepatnya di kota Beograd berupa penempatan dana sebesar

USD 75.000.000 dari singapura. dikategorikan transaksi mencurigakan karena

sebelumnya Terdakwa terpantau tidak pernah melakukan aktifitas keuangan

tersebut. Selanjutnya diteruskanlah hasil analisis oleh pihak PPATK kepada

KPK selaku penyidik dalam kasus ini yang juga meminta bantuan kepada

pihak PPATK dalam melakukan investigasi lebih lanjut terhadap alur

transaksi daripada terdakwa. Berdasarkan investigasi lebih lanjut yang PPATK

lakukan bersama sama dengan penyidik, dengan melihat mutasi rekening

perusahaan milik terdakwa pada bank milik terdakwa, terpantau ada

melakukan kegiatan transfer dana dalam bentuk valuta asing ke Negara

singapura pada bulan Juni tahun 1999 sebesar SGD 210.500.000 (dua ratus

sepuluh juta lima ratus ribu dolar singapura) yang setelah dirupiahkan menurut

kurs dolar singapura terhadap rupiah masa itu adalah sejumlah Rp

2.000.000.000.000 (dua triliun rupiah). selanjutnya pada tahun yang sama juga

ditemukan adanya kegiatan pentransferan dana dari perusahaan milik terdakwa

yang satu ke perusahaan terdakwa yang lainnya dengan jumlah total sebesar

Rp 800.000.000.000 (delapan ratus miliar rupiah). Lebih lanjut lagi pada tahun

yang sama, ditemukan aliran dana dari perusahaan perusahaan terdakwa masuk

ke rekening pribadi terdakwa dengan jumlah kumulatif yang sama. Yang

dimana pada masa itu bahkan PBI tentang kewajiban pelaporan transaksi
maupun instansi PPATK dan Undang Undang Tindak Pidana Pencucian Uang

belum di lahirkan, sehingga belum ada payung hukum yang mengatur terkait

Transaksi Keuangan Mencurigakan dan belum ada pembebanan kewajiban

kepada pihak pelapor. Di tahun tahun berikutnya, terdakwa tidak ada

ditemukan melakukan transaksi keuangan yang mencurigakan sampai akhirnya

tahun 2009 tersebut di Negara Serbia.

 Bahwa Ahli menjelaskan dalam kedudukan dan kewenangannya PPATK diatur

dalam Undang Undang Tindak Pidana Pencucian Uang. Seperti yang kita

ketahui bersama, Undang Undang Tindak Pidana Pencucian Uang pertama kali

di undangkan pada tahun 2002. Dan patut kita ketahui mengenai asas retroaktif

atau berlaku surut tidak dapat berlaku bagi Undang Undang ini karena bukan

merupakan pelanggaran HAM berat. Begitu juga terkait dengan definisi

Transaksi Keuangan Mencurigakan, Kewajiban pihak pelapor dan mengenai

transaksi yang wajib dilaporkan oleh penyedia jasa keuangan, dan sebagainya,

kala itu belum ada peraturan dan intansi yang mengatur akan hal itu sehingga

memungkinkan untuk dilakukannya tindakan tindakan seperti yang terdakwa

lakukan. Namun sekarang dengan terbit nya undang undang TPPU yang

terbaru yaitu UU No. 8 tahun 2010 di minimkannya celah akan terjadinya

tindak pidana lainnya yang berhubungan dengan transaksi keuangan

sehubungan dengan diperkuatnya instansi yang menganalisis tentang transaksi

keuangan yakni PPATK.

 Bahwa Ahli menjelaskan Adapun faktor yang mempengaruhi tindak lanjut

LHA PPATK terdiri dari faktor yuridis dan faktor non-yuridis. Faktor yuridis

yaitu :

- Tidak ditemukannya bukti yang cukup terjadinya tindak pidana atas

LHA yang disampaikan oleh PPATK dan

- Masih terdapatnya kelemahan dalam peraturan perundang-undangan.

Tidak ditemukannya alat bukti yang cukup terjadinya tindak pidana


dalam LHA yang disampaikan kepada penyidik menyebabkan tidak

dapat dilanjutkannya proses penyelidikan LHA ke tingkat penyidikan

maupun ke tingkat penuntutan. Faktor yuridis lainnya yaitu, masih

terdapatnya kelemahan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003

tentang Perubahan atas undang undang no 15 tahun 2002 tentang

Tindak Pidana Pencucian Uang walaupun telah mengalami perbaikan.

Seperti, belum diaturnya sanksi yang tegas kepada penyidik yang

terbukti sengaja tidak menindaklanjuti LHA yang disampaikan oleh

PPATK sedangkan Pihak Pelapor diberikan sanksi jika tidak

melakukan kewajiban pelaporan kepada PPATK . Jikalau ada ketentuan

bahwa penyidik akan diberikan sanksi jika tidak menindaklanjuti LHA

oleh PPATK tentunya mungkin akan meminimalisir terkait transaksi

yang berkaitan dengan tindak pidana. Faktor non- yuridis yang

mempengaruhi tindaklanjut LHA yaitu, kendala waktu penyerahan

LHA yang diserahkan PPATK kepada penyidik, masih kurangnya

koordinasi antara lembaga PPATK dengan aparat penyidik tindak

pidana asal, adanya ketidakjelasan data yang diberikan oleh PPATK

kepada penyidik. Serta pemberitaan di media yang dapat mengganggu

proses penyidikan.

 Bahwa Ahli menjelaskan, bahwa pada masa sebelum di undangkannya UU

No. 8 tahun 2010, tugas dan fungsi PPATK merujuk pada UU No. 25 tahun

2003 yang mana pada undang undang tersebut dalam melaksanakan fungsinya

PPATK bertugas :

- Mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, mengevaluasi informasi yang

diperoleh PPATK sesuai dengan Undang-Undang ini;

o Memantau catatan dalam buku daftar pengecualian yang dibuat oleh

Penyedia Jasa Keuangan;

o Membuat pedoman mengenai tata cara pelaporan Transaksi Keuangan


Mencurigakan;

o memberikan nasihat dan bantuan kepada instansi yang berwenang

tentang informasi yang diperoleh PPATK sesuai dengan ketentuan

dalam Undang -Undang ini;

o Membuat pedoman dan publikasi kepada Penyedia Jasa Keuangan

tentang kewajibannya yang ditentukannya dalam Undang-Undang ini

atau dengan peraturan perundang-undangan lain, dan membantu dalam

mendeteksi perilaku nasabah yang mencurigakan;

o Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah mengenai upaya-upaya

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang;

o Melaporkan hasil analisis transaksi keuangan yang berindikasi tindak

pidana pencucian uang kepada Kepolisian dan Kejaksaan;

o Membuat dan memberikan laporan mengenai hasil analisis transaksi

keuangan dan kegiatan lainnya secara berkala 6 (enam) bulan sekali

kepada Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, dan lembaga yang

berwenang melakukan pengawasan terhadap Penyedia Jasa Keuangan;

o Memberikan informasi kepada publik tentang kinerja kelembagaan

sepanjang pemberian informasi tersebut tidak bertentangan dengan

Undang-Undang ini.

Yang mana jika dicermati pada huruf a pasal tersebut PPATK belum

diberi kewenangan untuk meminta laporan kepada para pihak pelapor

seperti pada UU No. 8 tahun 2010. Sifat PPATK pada masa itu hanya

menerima adanya laporan transaksi keuangan mencurigakan oleh pihak

pelapor lalu setelah itu melakukan analisis terhadap transaksi tersebut.

PPATK lebih diperkuat dengan adanya UU baru yaitu UU No.8 tahun

2010 dimana diluaskan kewenangan dari PPATK ini sendiri.

 Bahwa Ahli menjelaskan transaksi keuangan mencurigakan dapat dilakukan


dengan adanya kerjasama antar Financial Intelegences Unit s yang tergabung

dalam The Egmont Group yang mana Pusat Pelaporan dan Analisis

Transaksi Keuangan sebagai FIU Indonesia dan Administrastion for

Prevention of the Money Loundring (AMPL) sebagai FIU dari negara Serbia

tergabung dalam organisasi tersebut. sehingga dilakukan lah sharing

information dari kedua instansi yang bertugas menganalisa transaksi

keuangan ,sehingga pada ujungnya ditemukan bahwa terdakwa melakukan

transaksi keuangan yang mencurigakan. Adapun bentuk kerjasama lain yang

dapat dilakukan dalam hal penelusuran terkait transaksi illegal adalah dengan

adanya kerjasama bilateral antara dua Negara ataupun multilateral yang

melibatkan banyak Negara

 Bahwa Ahli menjelaskan faktor non yuridis yang pada umumnyaakan

berpengaruh terhadap tindak lanjut penyidik. Jika berbicara mengenai LHA,

PPATK sudah pastinya melakukan analisis yang mendalam terhadap pelaporan

yang dilakukan oleh pihak pelapor. Peluang adanya ketidakjelasan data oleh

PPATK itu bisa saja terjadi tetapi jika penyidik sudah menindaklanjuti akan

LHA tersebut maka artinya tidak ada ketidakjelasan data pada LHA yang

disusun oleh PPATK. Pada kasus yang menyangkut terdakwa ini bahkan

penyidik meminta bantuan PPATK dalam melakukan investigasinya. Artinya

apa? Artinya sudah valid data yang diberikan kepada penyidik tersebut. bahkan

pula informasi itu bukan berasal dari database PPATK saja melainkan dari

FIU Negara lain juga. Artinya juga, data yang kita berikan pada penyidik itu

kredibel dan tidak asal asal meletakkan.

3. Dr. Annisa Ahyana ,S.H., M.H., lahir di Jakarta, umur 55 tahun/tanggal lahir 10

Juni 1954 , Kebangsaan Indonesia, Agama Islam, Alamat Jalan Wijaya Kusuma III

no.139 Jakarta timur,Kel.Malaka Sari, Kec.Duren Sawit , Pekerjaan Dosen (Ahli


Hukum Perbankan), Strata 3

Dibawah sumpah berdasarkan agama Islam pada pokoknya menerangkan sebagai

berikut:

 Bahwa benar Ahli diperiksa dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.

 Bahwa Ahli menyatakan pernah diperiksa di Penyidik KPK dan seluruh

keterangan yang Ahli sampaikan dalam Berita Acara Pemeriksaan di hadapan

Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi tanggal 17 Juli 2010 adalah benar.

 Bahwa Ahli tidak mengenal Terdakwa dan tidak memiliki hubungan

pekerjaan, hubungan darah, ataupun hubungan semenda dengan Terdakwa.

 Bahwa Ahli membenarkan dirinya mendapat surat tugas untuk menjadi ahli

Perbankan dalam pemeriksaan perkara Tindak Pidana Korupsi

 Bahwa Ahli telah memberikan keterangan sebanyak 10 kali di persidangan

sebagai Ahli HUKUM PERBANKAN yaitu:

 Bahwa Ahli menjelaskan tentang riwayat pekerjaan ahli sampai dengan saat

ini adalah sebagai berikut:

- Staf Di Bank Indonesia 1998-1999

- Karyawan Bank Syariah Indonesia Tahun 2002

- Dosen di Universitas Indonesia Tahun 2005 hingga sekarang

 Bahwa Ahli menjelaskan tentang Settlement and Acquisition Agreement

(MSAA) adalah sebuah perjanjian yang ditanda tangani oleh pemegang saham

Bank penerima Bantuan Likuiditas Bank Indonesia dan pelanggar Batas

Maksimum Pemberian Kredit. MSAA ini diberlakukan terhadap para Pemegang

Saham Pengendali Bank yang masih memiliki aset yang cukup untuk

menyelesaikan kewajibannya kepada pemerintah.

 Bahwa Ahli menjelaskan tentang perbedaan antara MSAA dan MRNIA adalah

suatu perjanjian penyelesaian kewajiban lewat penyerahan aset, penyerahan itu

berlangsung melalui akuisisi aset oleh BPPN atau lewat pihak yang ditunjuknya.
MSAA diberlakukan terhadap Pemegang Saham Pengendali bank yang masih

memiliki harta cukup untuk menyelesaikan kewajibannya terhadap pemerintah,

sedangkan MRNIA atau Master of Refinancing and Note Issuance Agreement

adalah penyelesaian kewajiban antara Pemegang Saham Pengendali Bank dengan

BPPN, dengan cara penyerahan aset, yang berlaku bagi Pemegang Saham

Pengendali Bank yang asetnya tidak mencukupi untuk membayar kewajibannya

terhadap pemerintah.

 Bahwa Ahli menjelaskan Rush Money adalah penarikan uang tunai dibank yang

dilakukan secara serentak oleh masyarakat dengan jumlah yang besar dan

disebabkan oleh keresahan dan panic yang berlebihan sehingga Bank tidak

mampu mengelola dana dalam keadaan genting dan jika kondisi ekonomi sedang

tidak baik,Rush Money sangat berdampak buruk bagi Bank yang Rush money

karena bank kekurangan uang tunai dan bangkrut mengakibatkan bank tidak

sehat.

 Bahwa Ahli menjelaskan keadaan apa yang membuat Keadaan suatu bank di

katakan tidak sehat apabila mengalami kondisi:

1) Kredit macet, dimana debitur (peminjam dana) baik perorangan atau

perusahaan tidak mampu membayar kredit bank tepat pada waktunya

2) Adanya kesulitan nasabah dalam melakukan penarikan dana akibat kondisi

kas bank terlalu rendah. Kondisi ini tentu merugikan nasabah sebagai

konsumen

3) Suku bunga deposito tinggi tentu memberi keuntungan bagi nasabah,

sehingga mereka lebih tertarik memilih bank yang menawarkan suku bunga

tinggi. namun, bila suku bunga ini terlalu tinggi, tentunya akan timbul

pertanyaan, dari mana bank tersebut mendapatkan dana untuk melakukan

pembayaran bunga ini. Banyak terjadi, suku bunga deposito yang terlalu

tinggi ini hanya trik bank yang sedang kesulitan dana, sehingga merayu

konsumen untuk mendapatkan dana tabungan baru


4) Mengalami kerugian terus menerus. Apabila bank mengalami kerugian, maka

berarti biaya operasionalnya lebih besar dari pendapatannya. Bila kondisi ini

berlarut-larut dalam waktu lama, maka cadangan kas dan modal bank akan

terkikis. Sehingga kerugian bank bisa menjadi indikasi bank tidak sehat.

 Bahwa Ahi menjelaskan peran pemegang saham sebagai pemilik perusahaan

secara umum tidak memiliki kekuasaan, yang berarti pemegang saham

pengendali tidak berhak mengintervensi Direktur Utama beserta jajaran dalam

perusahaan. Apabila pemegang saham merasa kurang puas atas kepengurusan

Dewan Direksi, Pemegang Saham hanya dapat mengajukan gugatan

 Bahwa Ahli menjelaskan penerapan MSAA ini dalam perjanjian pengembalian

BLBI di Indonesia,MSAA merupakan Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham

bank yang dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu Pemegang Saham Pengendali bank

yang berstatus Bank Beku Operasi (BBO) dan Pemegang Saham Pengendali bank

yang berstatus Bank Take Over (BTO), dalam kasus ini Bank Muttaqin Hasan

berstatus Bank Beku Operasi. Namun demikian terhadap penandatanganan

perjanjian ini timbul kontroversi, yaitu sehubungan dengan isi perjanjian yang

salah satu pasalnya mengatur tentang Release and Discharge atau pelunasan dan

pembebasan. Selanjutnya sebagai dasar pemikirannya adalah berkenaan dengan

ketentuan Release and Discharge yang dapat diinterpretasikan sebagai dasar

hukum bagi pemberian kebebasan pada pemegang saham bank-bank yang

bermasalah, yang telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 11 ayat

(4) Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu mengenai Batas

Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) yang dapat diancam dengan pidana

penjara selama 3-5 tahun. Sehingga Menurut pendapat ahli, MSAA melanggar

sistem hukum Indonesia, khususnya undang undang perbankan.

 Bahwa Ahli menjelaskan Secara harfiah, istilah release and discharge menurut

Black Law Dictionary memberikan pengertian release sebagai kebebasan dari

suatu kewajiban atau tanggung jawab atau suatu tugas. Sedangkan discharge
diartikan sebagai pembayaran dari suatu utang atau kewajiban untuk membayar

dari beberapa kewajiban lainnya. Jadi, klausula Release and Discharge dalam

perjanjian MSAA ataupun MRNIA menegaskan bahwa bagi debitur yang telah

menyelesaikan kewajiban pemegang saham, diberikan bukti penyelesaian berupa

pelepasan dan pembebasan dalam rangka jaminan kepastian hukum atau lebih

dikenal dengan Surat Keterangan Lunas (SKL).

 Bahwa Ahli menjelaskan Secara harfiah, istilah release and discharge menurut

Black Law Dictionary memberikan pengertian release sebagai kebebasan dari

suatu kewajiban atau tanggung jawab atau suatu tugas. Sedangkan discharge

diartikan sebagai pembayaran dari suatu utang atau kewajiban untuk membayar

dari beberapa kewajiban lainnya. Jadi, klausula Release and Discharge dalam

perjanjian MSAA ataupun MRNIA menegaskan bahwa bagi debitur yang telah

menyelesaikan kewajiban pemegang saham, diberikan bukti penyelesaian berupa

pelepasan dan pembebasan dalam rangka jaminan kepastian hukum atau lebih

dikenal dengan Surat Keterangan Lunas (SKL).

 Bahwa Ahli menjelaskan ketentuan release and discharge menyatakan bahwa

tidak akan menuntut secara pidana terhadap Pemegang Saham Pengendali bank

dan pengurus serta karyawan bank apabila telah diterima pembayaran atau

pelunasan dari Pemegang Saham Pengendali bank yang berstatus Bank Take

Over (BTO) atau Beku Operasi (BBO). Hal inilah yang menjadi polemik dalam

isi perjanjian MSAA.

 Bahwa Ahli menjelaskan Terkait sah atau tidaknya suatu perjanjian, terlebih

dahulu kita harus melihat isi perjanjian di dalam MSAA dan dikaitkan dengan

Pasal 1320 KUHPerdata. Perjanjian MSAA dengan klausula release and

discharge juga harus memenuhi syarat sah perjanjian seperti yang terdapat dalam

Pasal 1320 KUHPerdata yaitu kata sepakat, kecakapan, suatu hal tertentu, dan

sebab yang tidak terlarang. Sepanjang syarat sah suatu perjanjian dapat dipenuhi,

maka perjanjian tersebut dinilai sah. Namun, apabila syarat sah perjanjian tidak
terpenuhi maka perjanjian tersebut menjadi batal demi hukum atau dapat

dibatalkan. Supaya perjanjian menjadi sah, maka para pihak harus sepakat

terhadap segala hal yang terdapat di dalam perjanjian. Pada dasarnya kata sepakat

adalah pertemuan atau persesuaian kehendak antara para pihak di dalam

perjanjian. Namun dalam perjanjian MSAA antara BPPN dengan Pemegang

Saham Pengendali yakni Terdakwa dilakukan atas usulan dari pemerintah melalui

BPPN untuk menyelesaikan utang BLBI dengan tujuan untuk pengembalian

utang. Sehingga Pemegang Saham Pengendali Bank harus menerima perjanjian

tersebut untuk menyelesaikan kewajibannya sebagai bentuk tanggung jawab

pribadi pemegang saham. Hal ini menunjukkan bahwa kata sepakat dalam

perjanjian MSAA hanya tercapai secara formal. Secara material kata sepakat

tidak tercapai melalui pernyataan kehendak dalam wujud tandatangan kedua

belah pihak, yaitu BPPN dan Pemegang Saham Pengendali Bank. Sehingga

menurut ahli, perjanjian MSAA antara BPPN dengan Bank Muttaqin Hasan tidak

sah menurut hukum di Indonesia.

 Bahwa Ahli menjelaskan Didalam suatu perjanjian perdata termasuk MSAA

apabila terjadi misrepresentasi tidak harus melalui peradilan pidana. Pasalnya,

didalam hukum perdata tidak ada dipersangkakan tetapi harus dibuktikan. Jadi

terhadap mispresentasi harus terlebih dahulu digugat secara perdata dan

dibuktikan apakah ada atau tidaknya suatu misrepresentasi dan apabila pada

gugatan perdata terbukti misrepresentasi yang terdapat suatu kerugian Negara

barulah bisa dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum dan bisa di tuntut atau

dimintai pertanggung jawaban secara pidana. Dan juga kita juga harus

memperhatikan asas Ultimum Remidium yang menyatakan bahwa hukum pidana

hendaklah dijadikan upaya terakhir dalam hal penegakan hukum.

 Bahwa Ahli menjelaskan Terkait release and discharge yang ahli katakan

sebelumnya, memang Penerbitan release and discharge dikuatkan melalui

Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2002. Akan tetapi, ahli berpendapat Istilah
release and discharge (R & D) sebenarnya tidak dikenal dalam pranata hukum

Indonesia. Menurut Jusuf L. Indradewa, di Indonesia yang dikenal dan biasa

digunakan adalah pemberian acqint et decharge (A & D) dalam rangka pelepasan

dan pembebasan tanggung jawab direksi dan dewan komisaris perseroan terbatas

yang selalu diikuti penegasan. Bila kemudian ternyata telah terjadi tindak pidana

selama masa jabatannya, maka akan dilakukan penuntutan sesuai dengan

ketentuan undang-undang hukum pidana. Namun di dalam ketentuan release and

discharge menyatakan bahwa tidak akan menuntut secara pidana terhadap

Pemegang Saham Pengendali bank dan pengurus serta karyawan bank apabila

telah diterima pembayaran atau pelunasan dari Pemegang Saham Pengendali

bank yang berstatus Bank Take Over (BTO) atau Beku Operasi (BBO). Hal inilah

yang menjadi polemik dalam isi perjanjian MSAA.

 Bahwa Ahli menjelaskan ketentuan release and discharge menyatakan bahwa

tidak akan menuntut secara pidana terhadap Pemegang Saham Pengendali bank

dan pengurus serta karyawan bank apabila telah diterima pembayaran atau

pelunasan dari Pemegang Saham Pengendali bank yang berstatus Bank Take

Over (BTO) atau Beku Operasi (BBO). Namun apabila terdapat manipulasi data

terhadap daftar aset dari Bank Muttaqin Hasan milik Terdakwa yang

menimbulkan kerugian negara, tidak menutup kemungkinan bahwa terdakwa

dapat didakwa melakukan tindak pidana korupsi karena termasuk Extraordinary

Crime karena menyangkut kerugian Negara. Dan tindakan tersebut dapat

memenuhi unsur melawan hukum yang terdapat dalam pasal 2 Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999

 Bahwa Ahli menjalaskan Hapus buku (write off) adalah dikeluarkan dari

pembukuan bank supaya buku bank bersih tetapi tidak menghilangkan hak tagih.

Selanjutnya ada catatan yang bernama extracountable yakni catatan khusus yang

berisi tagihan tagihan yang sudah di hapus buku dan tidak bisa ditagih. Namun
apabila sudah dihapus tagih oleh BPPN secara akuntansi sudah selesai

penagihannya dan tidak ada upaya lain untuk melakukan penagihan kembali

4. Prof. DR.Zulfani Firda harahap. S.H.M.Hum lahir di Bandung, umur 55

tahun/tanggal lahir 10 Juli 1954 , Kebangsaan Indonesia, Agama Islam, Alamat Jalan

Cikini VIII, Menteng, Jakarta Pusat, DKI Jakarta , Pekerjaan Dosen; Strata 3 (Doctor

of Law University of Waikato).

Dibawah janji di persidangan berdasarkan agama ahyampada pokoknya

menerangkan sebagai berikut:

 Bahwa benar Ahli diperiksa dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.

 Bahwa Ahli menyatakan pernah diperiksa di Penyidik KPK dan seluruh

keterangan yang Ahli sampaikan dalam Berita Acara Pemeriksaan di hadapan

Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi tanggal 7 September 2010 adalah

benar.

 Bahwa Ahli tidak mengenal Terdakwa dan tidak memiliki hubungan

pekerjaan, hubungan darah, ataupun hubungan semenda dengan Terdakwa.

 Bahwa Ahli membenarkan dirinya mendapat surat tugas untuk menjadi ahli

Perbankan dalam pemeriksaan perkara Tindak Pidana Korupsi

 Bahwa Ahli telah memberikan keterangan lebih kurang 10 kali di bidang

Tindak Pidana Korupsi dibeberapa instansi,baik

dikepolisian,kejaksaan,maupum didepan sidang pengadilan.

 Bahwa Saksi menerangkan

 Bahwa Ahli memberi Keterangan riwayat pendidikan formal Ahli yaitu:

- SDN Cipedes 1, di Bandung lulus tahun 1966;

- SMP NEGERI 1, di Bandung lulus tahun 1969;

- SMA NEGERI 3, di Bandung lulus tahun 1972;


- Sarjana (S-1) Ilmu Hukum Universitas Gajah Mada lulus tahun 1976;

- Pascasarjana (S-2) Magister Humaniora Universitas Indonesia lulus

tahun 1979;

 Bahwa Ahli memberi Keterangan Pekerjaan Ahli Sebagai Dosen Doctor

(S3)Doctor of Law University of Waikato)

 Bahwa Ahli memberi Keteragan Riwayat Pekerjaan Ahli

- Tahun 1977 hingga sekarang, Advokat;

- Tahun 1980-1985, Dosen Hukum Universitas Gajah Mada;

- Tahun 1987 hingga sekarang. Guru Besar FH Universitas Indonesia.

 Bahwa Ahli Menjelaskan Kata Korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corrupti

atau corruptus. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi, memberikan pengertian tentang Tindak Pidana Korupsi

adalah perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum

yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara, atau

perbuatan menyalahgunakan Kewenangan, Kesempatan atau Sarana yang ada

padanya karena Jabatan atau kedudukan dengan tujuan menguntungkan diri

sendiri atau orang lain serta dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian

negara”. Menurut Andi Hamzah, Korupsi adalah segala macam perbuatan yang

tidak baik, seperti kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidak jujuran, dapat disuap,

tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, ucapan yang menghina atau

memfitnah. Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, Korupsi adalah perbuatan buruk

atau tindakan menyelewengkan dana, wewenang, waktu dan sebagainya untuk

kepentingan pribadi, sehingga menyebabkan kerugian bagi pihak lain. Dengan

demikian, istilah Korupsi sesungguhnya memiliki arti yang sangat luas, sehingga

wajar saja jika dalam kenyataannya, Korupsi berkaitan segi-segi Moral, sifat, dan

keadaan yang busuk, jabatan dalam Instansi atau Aparatur pemerintah.


 Bahwa Ahli mennjelaskan Menurut Syed Hussein Al Atas, dalam “The Sociology

of Corruption”, mengemukakan 7 (tujuh) tipologi atau jenis korupsi, yaitu;

- Pertama. Korupsi Transaktif, yaitu jenis korupsi yang berwujud adanya

kesepakatan timbal balik antara pihak-pihak bersangkutan guna

mengupayakan keuntungan bersama. Korupsi jenis ini biasanya terjadi

antara usahawan dengan pejabat pemerintah atau anggota masyarakat dan

pemerintah.

- Kedua. Korupsi Ekstortif (memeras), yaitu bentuk korupsi di mana pihak

pemberi dipaksa melakukan penyuapan guna mencegah kerugian yang

akan mengancam diri, kepentingan, orang-orang atau hal-hal yang penting

baginya.

- Ketiga. Korupsi Defensif, yaitu korupsi yang dilakukan oleh pelaku korban

korupsi pemerasan.

- Kempat. Korupsi Investif, yaitu korupsi berwujud pemberian sesuatu tanpa

ada kaitan langsung dengan keuntungan tertentu, selain dari keuntungan

yang dibayangkan di masa depan.

- Kelima. Korupsi Nepotistik (perkerabatan), yaitu kolusi berupa penunjukan

tidak sah terhadap teman atau kerabat untuk menempati posisi dalam

pemerintahan, atau memberi perlakukan istimewa kepada mereka secara

bertentangan dengan norma yang berlaku.

- Keenam. Korupsi Otogenik, yaitu yang dilakukan sendirian tanpa

melibatkan orang lain, misalnya membuat laporan belanja yang tidak

benar.

- Ketujuh. Korupsi Suportif (dukungan), yaitu tindakan yang di maksudkan

untuk melindungi atau memperkuat Korupsi yang sudah ada.

Dalam peraturan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak

Pidana Korupsi, jenis Tindak Pidana Korupsi dapat dikelompokkan menjadi


beberapa macam, yaitu kerugian keuangan negara, suap menyuap,

penggelapan dalam jabatann, pemerasan, perbuatan curang, benturan

kepentingan dalam pengadaan, dan Gratifikasi. Jadi Pidana Korupsi disini

lebih cenderung dimaknai sebagai ancaman hukuman (sanksi) bagi pelaku

Korupsi, yang mana kelakuannya (handeling) bersifat melawan hukum,

berhubungan dengan kesalahan dan dilakukan oleh orang yang mampu

bertanggung jawab.

 Bahwa Ahli menjelaskan Kerugian negara merupakan pintu masuk untuk

menentukan terjadi atau tidaknya sebuah perkara Tindak Pidana Korupsi. Pasal 2

ayat (1) dan pasal 3 Undang- undang Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana telah

diubah berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana

Korupsi, salah satu unsur Tindak Pidana Korupsi adalah dapat merugikan

keuangan Negara atau perekonomian Negara. Dalam penjelasan Pasal 2 ayat (1)

dinyatakan : adanya Tindak Pidana Korupsi cukup dengan dipenuhinya Unsur-

unsur perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat.

Sedangkan dalam pasal 3 dinyatakan bahwa kata “dapat” dalam Pasal 3 diartikan

sama dengan penjelasan Pasal 2. Unsur merugikan negara merupakan bestandel

delict dari rumusan delik Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diatur dalam Pasal

2 ayat (1) dan Pasal 3 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi. Dalam hal ini

unsur kerugian Negara harus nyata dan pasti. Nyata, artinya kekurangan tersebut

telah ada sejak diperiksa menurut standar pemeriksaan yang patut dengan

membandingkan antara laporan keuangan dan keberadaan uang, barang, dan/atau

surat berharga pada saat kondisi kejadian terjadi yang mejadi milik sah negara

yang ada dalam dokumen dan kas Negara. Pasti jumlahnya, artinya kekurangan

tersebut telah diketahui jumlahnya berdasarkan standar pemeriksaan yang patut

dan berdasarkan penelusuran atas laporan keuangan dan merupakan selisih uang,

nilai Aset barang oleh appraisal. Dengan demikian, kerugian


Negara bukan kerugian total atau potensi kerugian (potential loss) karena unsur

nyata dan pasti harus terpenuhi secara syarat formal. Oleh sebab itu, perhitungan

kerugian negara harus didasarkan pada prosedur dan tata cara yang mengandung

kepastian, dan tidak berdasarkan rekaan atau perhitungan yang bersifat Asumsi.

 Bahwa Ahli menjelaskan Splitsing atau pemecahan perkara Pidana adalah

memecah satu berkas perkara menjadi beberapa berkas perkara, pada dasarnya

splitsing ini disebabkan faktor dimana terhadap suatu peristiwa Pidana pelaku

tindak Pidananya dilakukan terdiri dari beberapa orang dan dilakukan secara

bersama-sama. Pemisah ini diatur dalam Pasal 142 KUHAP: “Dalam hal Penuntut

Umum menerima satu berkas perkara yang memuat beberapa tindak pidana yang

dilakukan oleh beberapa tersangka yang tidak termasuk dalam ketentuan pasal 141

KUHAP, Penuntut Umum dapat melakukan Penuntutan terhadap masing-masing

terdakwa secara terpisah”. Penjelasan pasal 142 mengatakan cukup jelas, tetapi

Pedoman Pelaksanaan KUHAP memberi penjelasan bahwa biasanya splitsing

dilakukan dengan membuat berkas baru dimana para tersangka saling menjadi

saksi, sehingga untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan baru, baik terhadap

tersangka maupun saksi.

 Bahwa Ahli menjelaskan Menurut M. Yahya Harahap, pakar Hukum Acara,

pemisahan berkas perkara bukan tren yang mucul belakangan. Sejak Zaman

Hindia Belanda, itu sudah lazim dipraktekan di pengadilan. Pada masa lalu, tujuan

memecah perkara itu terkait karena kurangnya saksi. Sehingga untuk mencukupi

saksi sebagai alat bukti, berkas di pecah. Meskipun berkas dipisah, kalau

perbuatannya dilakukan bersama-sama dengan orang lain, maka tetap menjerat

para pelaku dengan pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP tentang penyertaan. Disini

terkadang Hakim acapkali berbeda pandangan dalam melihat peran dari masing-

masing terdakwa. Bahkan kerugian Negara yang diakibatkan perbuatan Pidana

tersebut pun bisa tidak sama. Padahal jika mengacu pada ketentuan Pasal 142

KUHAP, pemisahan perkara itu harus terdiri dari beberapa tindak pidana yang
berbeda. Namun dilakukan oleh beberapa orang dalam waktu yang sama. Pada

tahap penuntutan sesuai dengan Pasal 1 butir 7 KUHAP tercantum definisi

penuntutan yaitu tindakan penuntut umum untuk melimpahkan Perkara Pidana ke

Pengadilan Negeri yang oleh hakim disidang pengadilan. Pemisahan berkas

perkara (splitsing) dalam proses penuntutan perkara pidana dilakukan dengan

alasan untuk menguatkan upaya pembuktian maka berkas berkas tersebut dipisah

menjadi beberapa berkas perkara, dengan pemisahan. Maka, hambatan-hambatan

yang dihadapi oleh Penuntut Umum dalam Implementasi kebijakan pemisahan

berkas perkara (splitsing) dalam proses penuntutan perkara Pidana, para terdakwa

saling menjadi saksi secara tidak langsung akan memberikan keterangan yang

bertolak belakang dengan kenyataannya untuk saling meringankan, dan tidak

adanya saksi selain terdakwa yang akan mempersulit upaya pembuktian. Maka,

salah satu urgensi pemecahan berkas perkara menjadi beberapa berkas yang

berdiri sendiri, dimaksudkan untuk menempatkan para terdakwa masing-masing

menjadi saksi timbal balik di antara sesama mereka.

 Bahwa Ahli menjelaskan Penyertaan melakukan tindak Pidana (Delneeming)

memiliki arti turut sertanya seorang atau lebih pada waktu seorang lain melakukan

suatu tindak Pidana. Menurut Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H., bahwa yang

dimaksud dengan penyertaan (Delneemig) adalah semua bentuk-bentuk

penyertaan yang ditentukan dalam Pasal 55 KUHP, yang mana dalam Pasal 55

ayat 1 ke (1) KUHP dapat diklasifikasikan pelaku adalah mereka yang melakukan

(pleger), mereka yang menyuruh melakukan (doenpleger), dan mereka yang turut

serta melakukan (medepleger).

 Bahwa Ahli menjelaskan menurut Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 jo

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi, penyuapan (active omkoping) telah diatur pada Pasal 5 dan Pasal 6 yang

mengakomodir Pasal 209 KUHP dan 210 KUHP, sedangkan bagi yang disuap

(passive omkoping) diatur dalam Pasal 11 dan Pasal 12 yang mengakomodir Pasal
418 KUHP, 419 KUHP, 420 KUHP, Pasal 423 KUHP, Pasal 425 KUHP dan Pasal

435 KUHP. Sedangkan unsur Melawan hukum dapat diatikan sebagai perbuatan

Melawan Hukum dalam arti formil maupun dalam arti materiil, yakni meskipun

perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, Namun

apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa

keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan

tersebut dapat dipidana. Simons dan Moelyatno, mengartikan Melawan Hukum

berarti bertentangan dengan Hukum pada umumnya. Tetapi dalam hubungan

bersifat Melawan Hukum sebagai salah satu unsur dari suatu delik harus selalu

berpegangan kepada norma delik sebagai mana dirumuskan dalam undang-undang

Hukum Pidana. Jadi, apabila uraian di dalam Dakwaan Penuntut Umum

menggambarkan kepada tindakan penyuapan, sepatutnya terdakwa didakwa

dengan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Jo. Undang-Undang

Nomor 31 tahun 1999 karena telah secara khusus diatur tindakan penyuapan di

dalam pasal tersendiri dan berlakunya Asas lex spesialis.

 Bahwa Ahli menjelaskan Terkait pertangggungjawaban kerugian keuangan negara

memang tidak harus melalui Pidana. Berdasarkan Pasal 32 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi dikatakan bahwa

dalam hal penyidik menemukan dan berpendapat bahwa satu atau lebih unsur

tindak pidana korupsi tidak terdapat cukup bukti, sedangkan secara nyata telah

ada kerugian keuangan negara, maka penyidik segera menyerahkan berkas

perkara hasil penyidikan tersebut kepada Jaksa Pengacara Negara untuk

dilakukan gugatan perdata atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk

mengajukan gugatan. Artinya, apabila penyidik berkeyakinan bahwa tindakan ini

memang terdapat kerugian keuangan Negara akan tetapi tidak memiliki cukup

bukti, maka dalam pertanggung jawaban kerugian keuangan negaranya dapat

ditempuh melalui jalur perdata.


 Bahwa Ahli menjelaskan Kejahatan yang canggih atau kejahatan yang begitu

sederhana saja apa bila memang tidak bisa dibuktikan secara layak maka memang

tidak bisa. Sebagaimana di dalam Pasal 183 KUHAP bahwa “Hakim tidak boleh

menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya

dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana

benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya. Dalam

dalil ini sa mengutip ayat alquran, “bahwa pada zaman Rasulullah SAW, ada

seorang kafir Quraisy yang mencuri jubah perang Syaidina Ali, kemudian ketika

disampaikan di depan Rasulullah SAW, Rasulullah SAW bertanya “apa diantara

kamu ada yang melihat jubah tersebut” padahal seantero Mekah mengetahui

bahwa itu adalah jubah perang Syaidina Ali”. Bahwa yang sudah kasat mata saja

tidak bisa. Oleh karena itu, dalam konteks ilmu kejahatan yang ditulis oleh

Ghosten maupun Pitter off Nagles, ada yang namanya areat not too infors daerah

yang tidak dapat dijadikan kenyataan perkara. Jadi kita tidak bisa hanya

“prejudice, prejudice, dan prejudice”. Sebab, dalam perkara pidana yang

dipegang teguh itu adalah in criminalibus, probationes bedent esse luce clariores

artinya bukti yang diberikan atau diperlihatkan dalam persidangan harus jelas.

Dengan kian pentingnya, asas ini memberi penekanan bahwa bukti itu harus lebih

terang dari cahaya. Oleh karena itu dalam konteks perkara pidana hakim lebih baik

tidak menghukum orang yang bersalah dari pada menghukum orang yang tidak

bersalah. Filosifisnya kalau hakim tidak menghukum orang yang bersalah maka

dia tidak akan lepas dari siksaan di akhirat tetapi, kalau Hakim menghukum orang

yang tidak bersalah maka Hakim akan menanggung dua dosa, dosa ia sendiri dan

dosa yang ia hukum tidak bersalah.

 Bahwa Ahli menjelaskan Menurut Dr. H. M. Akil Mochtar, S.H., M.H., yang

mengutip pendapat Andi Hamzah, istilah sistem pembuktian terbalik telah

dikenal oleh masyarakat sebagai bahasa yang dengan mudah dapat dicerna pada

masalah dan salah satu solusi pemberantasan Korupsi. Di dalam buku tersebut
lebih lanjut ditulis bahwa istilah pembuktian terbalik sebenarnya kurang tepat,

apabila dilakukan pendekatan gramatikal. Dari sisi bahasa dikenal sebagai

Omkering van het Bewijslast atau Reversal Burden of Proof yang bila secara

bebas diterjemahkan menjadi “Pembalikan Beban Pembuktian”. Beban

pembuktian terbalik telah jelas diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun

2001 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 mengenai

Tindak Pidana Korupsi. Dalam Undang-Undang ini memang telah diatur

mengenai pembuktian terbalik, tetapi ketentuan tersebut bersifat terbatas, artinya

terdakwa berhak untuk membuktikan, tetapi karena Penuntut Umum tetap wajib

membuktikan dakwaannya. Sistem pembuktian terbalik yang bersifat terbatas dan

berimbang disempurnakan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1999.

Dalam Undang-Undang ini ketentuan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999 dirubah rumusannya menjadi dua Pasal yakni Pasal 37 dan Pasal 37 A

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001. Tidak terdapat banyak perubahan dalam

perubahan Pasal 37 ini. Dalam penjelasan Pasal 37 dikatakan bahwa Pasal ini

sebagai konsekuensi berimbang diterapkannya pembuktian terbalik terhadap

terdakwa. terdakwa tetap memerlukan perlindungan hukum yang berimbang atas

pelanggaran hak-hak yang mendasar yang berkaitan dengan asas praduga tak

bersalah (presumption of innocent) dan menyalahkan diri sendiri (non self

incrimination). Berdasarkan isi Pasal 37 dan Pasal 37 A serta penjelasannya maka

sistem pembuktian terbalik secara murni dapat diterapkan. Namun menurut Pasal

37 A ayat (2), apabila terdakwa tidak mampu membuktikan asal kekayaannya

maka Jaksa Penuntut Umum tetap memiliki kewajiban untuk membuktikan

dakwaannya.

 Bahwa Ahli menjelaskan Istilah Saksi Mahkota memang tidak ditemui dalam

peraturan perundang-undangan yang mengatur Hukum Acara Pidana di Indonesia

yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana


(KUHAP). Walaupun demikian istilah Saksi Mahkota sering ditemui pada praktik

hukum acara pidana. Pengaturan mengenai saksi mahkota ini pada awalnya diatur

di dalam Pasal 168 KUHAP, yang prinsipnya menjelaskan bahwa pihak yang

bersama-sama sebagai terdakwa tidak dapat didengar keterangannya dan dapat

mengundurkan diri sebagai saksi. Kemudian dalam perkembangannya, maka

tinjauan pemahaman tentang Saksi Mahkota diatur dalam Yurisprudensi

Mahkamah Agung RI Nomor: 1986K/Pid/1989 tanggal 21 Maret 1990. Dalam

Yurisprudensi tersebut dijelaskan bahwa Mahkamah Agung RI tidak melarang

apabila Penuntut Umum mengajukan Saksi Mahkota dengan syarat bahwa Saksi

ini dalam kedudukannya sebagai terdakwa tidak termasuk dalam satu berkas

perkara dengan terdakwa yang diberikan kesaksian. Dan dalam Yurisprudensi

tersebut juga ditekankan definisi saksi mahkota adalah, “teman terdakwa yang

melakukan tindak pidana bersama-sama diajukan sebagai Saksi untuk

membuktikan dakwaan Penuntut Umum, yang perkaranya dipisah karena

kurangnya alat bukti.Jadi disini penggunaan Saksi Mahkota “dibenarkan”

didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu yaitu :

1) Dalam perkara delik penyertaan,

2) Terdapat kekurangan alat bukti,

3) Diperiksa dengan mekanisme pemisahan (splitsing).

Berdasarkan hal tersebut, maka pengajuan Saksi Mahkota sebagai alat bukti

dalam perkara pidana didasarkan pada kondisi-kondisi tertentu, yaitu dalam hal

adanya perbuatan pidana dalam bentuk penyertaan dan terhadap perbuatan pidana

bentuk penyertaan tersebut diperiksa dengan mekanisme pemisahan (splitsing),

serta apabila dalam perkara pidana bentuk penyertaan tersebut masih terdapat

kekurangan alat bukti, khususnya keterangan Saksi. Hal ini tentunya bertujuan

agar terdakwa tidak terbebas dari pertanggungjawabannya sebagai pelaku

perbuatan pidana.
 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi, memberikan pengertian tentang Tindak Pidana Korupsi adalah “perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang lain dengan Melawan Hukum yang dapat merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara atau perbuatan menyalahgunakan

kewenangan kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan

dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain serta dapat merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara”. Termasuk dalam pengertian Tindak Pidana

Korupsi adalah suap terhadap pejabat atau pegawai negeri. Buku II KUHP memuat

rumusan-rumusan perihal tindak pidana tertentu yang masuk dalam kelompok kejahatan,

dan Buku III adalah pelanggaran unsur yang selalu disebutkan dalam rumusan, ialah

mengenai tingkah laku atau perbuatan (pengecualian seperti pasal 351 mengenai

penganiayaan). Dari rumusan-rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP itu, maka

dapat diketahui adanya 8 (delapan) unsur tindak pidana, yaitu: Unsur tingkah laku, Unsur

melawan hukum, Unsur kesalahan, Unsur akibat konsumtif, Unsur keadaan yang

menyertai, Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dituntut pidana, Unsur syarat

tambahan untuk memper berat pidana, dan Unsur syarat tambahan untuk dapatnya

dipidana. Dari 8 (delapan) unsur itu, diantara dua unsur yakni kesalahan dan melwan

hukum adalah termasuk Unsur subyektif, sedangkan selebihnya adalah Unsur Obyektif.

Penyuapan itu sendiri tidak hanya terjadi terhadap pejabat publik semata, tetapi juga

dapat meliputi anggota masyarakat yang melayani komisi pemerintah. Penyuapan itu

dapat terdiri atas uang, saham, atau pemberian lainnya hadiah, janji-janji, pekerjaan dan

lain-lain. Seperti kita ketahui bahwa Penyuapan merupakan bagian dari korupsi, dimana

dalam beberapa unsur untuk mengidentifikasi penyuapan dalam ketentuan Undang-

undang Nomor 31 tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001 adalah :

Melawan Hukum, Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi, Dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, Bertujuan menguntungkan diri

sendiri atau orang lain atau suatu Korporasi, Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada pada nya karena jabatan atau kedudukan.Dengan demikian, tampak

bahwa elemen tindak pidana suap sebagai bagian Korupsi. Jadi saksi

tidak mengetahui apa yang telah dilakukan Terdakwa akan tetapi apa bila tindakan

penyuapan itu mengakibatkan kerugian negara maka delik penyuapan itu dijadikan

sebagai serangkaian perbuatan yang mengakibatkan kerugian negara sehingga menurut

saksi apabila Terdakwa melakukan hal seperti ini tidak menutup kemungkinan bahwa

delik penyuapan dapat di katakan dalam unsur Melawan Hukum.

C. ALAT BUKTI SURAT

Kode Perihal Keterangan

alat

Bukti

T-1 Surat Keterangan Lunas Alat bukti ini menunjukan bahwa

Terdakwa sudah memenuhi

kewajibannya

T-2 Surat Perjanjian Master Settlement and Alat Bukti ini menunjukkan bahwa

Acquistion Agreement Perjanjian antara pihak BPPN

dengan Silwa Martianna dalam

penyelesaian kewajiban pemegang

saham

T-3 Evaluasi Divisi Aset manajemen Alat Bukti ini menunjukkan

Investasi (AMI) Bahwasanya Terdakwa patuh dalam

Penyelesaian Kewajiban Pemegang

Saham (PKPS)

T-4 Laporan Legal Due Diligence Alat bukti ini menunjukan bahwa

Silwa Martianna sudah memenuhi

kewajiban dari segi peraturan hukum


T-5 Akta Perjanjian Akhir No. 16 Alat Bukti Ini menunjukkan Bahwa

Terdakwa melaksanakan dan

menyeesaikan seluruh kewajibannya

sebagaimana telah diatur didalam

MSAA

T-6 Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Alat Bukti ini menunjukkan bahwa

PT.Bank Muttaqin Hasan Penetapan pengajuan dana BLBI

T-7 Risalah Rapat Direksi PT.Bank Alat Bukti ini menunjukkan bahwa

Muttaqin Hasan Penetapan proyeksi – proyeksi

penggunaan dana BLBI

T-8 Sertifikat saham PT.Bank Muttaqin Alat bukti ini menunjukkan bahwa

Hasan S-13283/PJ.52/1987 atas nama Silwa Martianna memiliki saham

Silwa Martianna sebesar 60 % sebesar 60 % di PT Bank Muttaqin

Hasan

T-9 Akta Pendirian Siagian Grup atas nama Alat Bukti ini menunjukkan

Terdakwa bahwaTerdakwa merupakan pemilik

Siagian Grup

T-10 Pengesahan mentri hukum dan ham No. Alat Bukti ini menunjukkan bahwa

Akta Siagian Grup Sudah sah oleh

Mentri Hukum dan Ham

T-11 Akta Pendirian Bank Muttaqin Hasan Alat Bukti ini menunjukkan bahwa

No.94 Terdakwa merupakan pemilik Bank

Muttaqin Hasan

T-12 Pengesahan mentri hukum dan ham No. Alat Bukti ini menunjukkan bahwa

Akta Bank Muttaqin Hasan Sudah

sah oleh Mentri Hukum dan Ham

T-13 Akta Pendirian PT.Dwi Nola No. 91 Alat Bukti ini menunjukkan bahwa

Terdakwa merupakan pemilik PT


Dwi Nola

T-14 Pengesahan mentri hukum dan ham No. Alat Bukti ini menunjukkan bahwa

Akta PT Dwi Nola Sudah sah oleh

Mentri Hukum dan Ham

T-15 Akta Usaha PT.Aran Jaya dibidang Alat bukti ini menunjukan bahwa

Funiture Terdakwa sudah memiliki Usaha

yang menguntungkan

T-16 Pengesahan mentri hukum dan ham No. Alat Bukti ini menunjukkan bahwa

Akta Usaha PT Aran Jaya Sudah sah

oleh Mentri Hukum dan Ham

T-17 Akta Usaha PT.Griya Adam Malik Alat bukti ini menunjukan bahwa

dibidang Real Estate Terdakwa sudah memiliki aset yang

menguntungkan dirinya

T-18 Pengesahan mentri hukum dan ham No. Alat Bukti ini menunjukkan bahwa

Akta Usaha PT Griya Adam Malik

Sudah sah oleh Mentri Hukum dan

Ham

T-19 Akta Usaha PT. Raja Prabowo dibidang Alat bukti ini menunjukan bahwa

Bio Drasel Terdakwa memiliki aset yang

merupakan sumber pendapatan

Terdakwa

T-20 Pengesahan mentri hukum dan ham No. Alat Bukti ini menunjukkan bahwa

Akta Usaha PT.Raja Prabowo

Sudah sah oleh Mentri Hukum dan

Ham

T-21 Laporan Keuangan Siagian Grup Alat bukti ini menunjukkan

bahwasannya dana keluar masuk

oleh PT. Siagian Group memang


sesuai dengan yang terlampir.

T-22 Dokumen Achamad Haqqi Alat bukti ini menunjukan lampiran

keuangan Terdakwa

T-23 Mutasi rekening PT Aran Jaya 300 Alat bukti ini menunjukan bahwa PT

miliar Aran jaya ada mentransfer uang

kepada SIlwa sebagai pendapatan di

PT. Aran jaya

T-24 Mutasi rekening PT Griya Adam Malik Alat bukti ini menunjukan bahwa PT

500 miliar Aran jaya ada mentransfer uang

kepada SIlwa sebagai pendapatan di

PT Griya Adam Malik

D. PETUNJUK

a. Petunjuk berdasarkan Pasal 188 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 188 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana, petunjuk adalah perbuatan kejadian

atau keadaan yang karena persesuaiannya baik antara yang satu dengan yang lain

maupun dengan tindak pidana itu sendiri telah menandakan bahwa telah terjadi

suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.

Petunjuk sebagaimana dimaksud di atas secara limitatif hanya dapat diperoleh

dari Pasal 188 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1981 Tentang Hukum

Acara Pidana, yaitu:

a. Keterangan Saksi

b. Surat
c. Keterangan Terdakwa

Petunjuk adalah suatu “syarat” yang dapat ditarik suatu perbuatan, kejadian

atau keadaan dimana syarat tadi mempunyai persesuaian antara yang satu dengan

yan lain maupun syarat ahli tadi mempunyai persesuaian dengan tindak pidana itu

sediri dan isyarat yang bersesuaian tersebut “melahirkan atau mewujudkan suatu

petunjuk” yang “membentuk kenyataan” terjadinya suatu tindak pidana dan

Terdakwalah pelakunya. Dari pengertian-pengertian di atas, dapat ditarik suatu

pengertian alat bukti petunjuk apabila:

a. Ada rangkaian perbuatan atau kejadian atau keadaan atau peristiwa yang

saling bersesuaian atau terkait satu dengan yang lainnya, atau perbuatan,

kehadian, peristiwa, atau keadaan tadi bersesuaian atau terkait dengan

tindak pidana itu

b. Perbuatan, kejadian, peristiwa, atau keadaan tadi bersesuaian atau terkait

dengan tindak pidana itu

c. Dengan adanya persesuaian antara yang satu dengan yang lain melahirkan

atau menandakan telah terjadi suatu tindak pidana dan persesuaian itu pula

diketahui pelakunya.

Bahwa dari pemeriksaan sidang pengadilan telah diperiksa Alat Bukti atau

Saksi-Saksi, Surat, dan telah didapatkan Petunjuk-Petunjuk antara lain:

 Berdasarkan Keterangan Saksi Achmad Haqqi, Surya Arief, Julia Ningsih

dan Terdakwa dalam persidangan didapat petunjuk bahwa kedudukan

Terdakwa tidak terlibat dalam proses Manipulasi data dan penyuapan

terhadap Frans Nasution dan Agata Nanda

 Berdasarkan Keterangan Achmad Haqqi dan Alat Bukti berupa Sertifikat

saham PT.Bank Muttaqin Hasan atas nama Silwa Martianna dan Rapat
Umum Pemegang Saham PT.Bank Muttaqin Hasan dan Keterangan

terdakwa dalam persidangan didapat petunjuk bahwa kedudukan terdakwa

sebagai Pemegang saham pengendali dan operasional melalui Nouval

Abednego

 Berdasarkan Keterangan Saksi Julia Ningsih dan Alat Bukti berupa Surat

Keterangan Lunas dan keterangan terdakwa dalam dipersidangnan didapat

petunjuk bahwa kewajiban terdakwa sebagai pemegang saham telah

terpenuhi

 Berdasarkan Keterangan Saksi Surya Arief ,Achamd Haqqi, Julia Ningsih

dan Alat Bukti berupa Akta Usaha PT.Aran Jaya dibidang Funiture, Akta

Usaha PT.Griya Adam Malik dibidang Real Estate, Akta Usaha PT. Raja

Prabowo dibidang Bio Drasel dalam Persidangan didapat petunjuk bahwa

Terdakwa adalah seorang yang berlimpah harta mulai laporan saksi secara

narasi terdakwa dapat menghasilkan rata rata Rp 5.500.000.000.000,- per

tahunnya yang berasal dari perusahaan perusahaan terdakwa

 Berdasarkan Keterangan Saksi Julia Ningsih, Alat bukti berupa PKPS

(Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham) didapat petunjuk bahwa

terdakwa telah memenuhi seluruh kewajibannya.

 Berdasarkan Keterangan Saksi Julia Ningsih, Alat Bukti berupa Legal Due

Diligence (LDD) dilakukan ketika Meiva Patricia masih menjadi Ketua

Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) didapat petunjuk bahwa

Terdakwa sudah memenuhi kewajiban dari segi peraturan hukum

 Berdasarkan Keterangan Saksi Achmad Haqqi, Alat Bukti berupa Laporan

Keuangan dilakukan setiap 6 bulan sekali didapat petunjuk bahwa sekelas

seorang pengusaha Terdakwa tergolong pengusaha yang Financial nya

tetap stabil karena banyak memilki asset yang menghasilkan.


E. KETERANGAN TERDAKWA

Terdakwa Silwa Martianna di muka persidangan memberikan keterangan

yang pada pokoknya sebagai berikut:

Silwa Martianna, lahir di Semarang, umur 51 tahun, tanggal lahir 29 Juni 1958,

Indonesia, Islam, Jalan Bahari Raya, Gandaria Selatan Kecamatan ,Cilandak. Jakarta,

Wiraswasta (Pemegang Saham Pengendali), pendidikan Strata 2

 Bahwa benar Terdakwa diperiksa dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.

 Bahwa Terdakwa membenarkan keterangannya di Berita Acara Pemeriksaan

yang dibuat dan ditandatangani pada tanggal tanggal 20 Mei 2011 di

Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi adalah benar.

 Bahwa Terdakwa menerangkan kedudukannya sebagai pemegang saham

Pengendali di PT. Bank Muttaqin Hasan

 Bahwa Terdakwa menerangkan menjadi Pemegang Saham Pengendali pada

Bank Muttaqin Hasan sejak tahun 1987. Hal itu telah terlampir di dalam

Akta Pendirian Bank Muttaqin Hasan AHU-2405027.AH.08.04

 Bahwa Terdakwa menerangkan Terdakwa menjadi Komisaris Utama di PT.

Dwi Nola Adhiyaksa

 Bahwa Terdakwa membenarkan pada tanggal 28 Januari 2000 terdakwa

berada di Singapura pada saat presentasi terhadap aset Bank Muttaqin Hasan

kepada BPPN

 Bahwa Terdakwa menerangkan terdakwa berada di Singapura sejak tanggal

12 Januari 2000 Dan terdakwa pergi ke Singapura dalam rangka

penyembuhan penyakit asma yang terdakwa idap dan juga bertujuan untuk

melakukan ekspansi bisnis terdakwa di Singapura.

 Bahwa Terdakwa menerangkan pada saat dilakukannya Presentasi aset Bank


Muttaqin Hasan kepada BPPN pada tanggal 28 Januari 2000 berada di

Singapura bersama suami terdakwa Faiz Napitupulu karena ada urusan

bisnis sekaligus berobat.

 Bahwa Terdakwa membenarkan ada memerintahkan Nouval Abednego

untuk menyusun daftar aset Bank Muttaqin Hasan

 Bahwa Terdakwa menerangkan terdakwa tidak ada menyuruh Nouval

Abednego untuk memanipulasi data aset Bank Muttaqin Hasan, Terdakwa

hanya menyuruh Nouval Abednogo untuk menyusun aset Bank Muttaqin

Hasan.

 Bahwa Terdakwa membenarkan Nouval Abednego memanipulasi data

hutang petani plasma perkebunan sawit tanpa sepengetahuan dari terdakwa.

 Bahwa Terdakwa menerangkan Terdakwa menginstruksikan Surya Arief

untuk memberikan uang senilai Rp.10.000.000.000.00,- (Sepuluh Miliar

Rupiah) kepada Nouval Abednego untuk kepentingan perusahaan.

 Bahwa Terdakwa menerangkan Terdakwa tidak pernah menghubungi Frans

Nasution ataupun Agata Nanda dalam pembahasan penerbitan SKL pada

Bank Muttaqin Hasan

 Bahwa Terdakwa menerangkan sebelum Terdakwa didakwa kasus Tindak

Pidana Korupsi, Terdakwa memiliki Bank Swasta yaitu Bank Muttaqin

Hasan, memiliki PT. Dwi Nola Adhiyaksa, memiliki Grup Perusahaan yaitu

Siagian Grup yang berisikan 3 anak perusahaan, yaitu PT. Griya Adam

Malik yang bergerak di bidang Furniture, PT. Raja Prabowo yang bergerak

di bidang Bio Diesel, dan PT. Aran Jaya yang bergerak di bidang Real

Estate. Tidak hanya itu, sebelum terdakwa didakwakan kasus Tindak Pidana

Korupsi, keseluruhan harta kekayaan yang terdakwa miliki kurang lebih

senilai Rp.30.000.000.000.000.00,- (Tiga Puluh Triliun Rupiah)

 Bahwa Terdakwa menerangkan tidak mungkin Terdakwa memperkaya diri


dari hasil korupsi karena sudah memiliki harta kekayaan yang cukup besar

bahkan sejak lahir

 Bahwa Terdakwa membenarkan pada tanggal 25 November 1998 PT. Dwi

Nola Adhiyaksa ada mengajukan kredit ke Bank Muttaqin Hasan sebesar

Rp. Rp 7.200.000.000.000,00(tujuh triliun dua ratus miliar rupiah ) Bahwa

Terdakwa membenarkan pada tanggal 25 November 1998 PT. Dwi Nola

Adhiyaksa ada mengajukan kredit ke Bank Muttaqin Hasan sebesar Rp. Rp

7.200.000.000.000,00(tujuh triliun dua ratus miliar rupiah )

 Bahwa Terdakwa membenarkan pada tanggal 15 Desember 1998 Siagian

Grup ada mengajukan kredit ke Bank Muttaqin Hasan sebesar

Rp.6.000.000.000.000.00,- (Enam Triliun Rupiah)

 Bahwa Terdakwa menerangkan PT. Dwi Nola Adhiyaksa dan Siagian Grup

mengajukan kredit ke Bank Muttaqin Hasan atas inisiatif sendiri untuk

kepentingan perusahaan PT. Dwi Nola dan juga Siagian Grup

 Bahwa Terdakwa menerangkan yang menyetujui pemberian kredit kepada

PT. Dwi Nola Adhiyaksa dan juga Siagian Grup adalah Nouval Abednego

yang memberikan keputusan atas pemberian kredit kepada PT. Dwi Nola

Adhiyaksa dan juga Siagian Grup

 Bahwa Terdakwa mengetahui bahwa uang BLBI itu tidak boleh digunakan

untuk pemberian kredit

 Bahwa Terdakwa mengetahui PT. Dwi Nola Adhiyaksa mengajukan kredit

Sebagai pinjaman kepada petani plasma perkebunan sawit dan PT. Dwi Nola

Adhiyaksa sebagai penjamin atas pinjaman tersebut.

 Bahwa Terdakwa menerangkan uang senilai Rp. Rp 7.200.000.000.000,00

(tujuh triliun dua ratus miliar rupiah ) telah diberikan semuanya kepada

Petani plasma sawit pak

 Bahwa Terdakwa menerangkan uang senilai Rp. Rp 7.200.000.000.000,00


(tujuh triliun dua ratus miliar rupiah ),- adalah uang pinjaman sebesar

Rp.2.900.000.000.000.00,- (Dua Triliun Sembilan Ratus Miliar Rupiah)

beserta fasilitas berupa bibit sawit, sehingga total yang diberikan Rp. Rp

7.200.000.000.000,00 (tujuh triliun dua ratus miliar rupiah )

 Bahwa Terdakwa membenarkan Berdasarkan keterangan yang didapat,

Terdakwa sejak tanggal 12 Januari 2000 berada di Singapura, tanggal 4

Februari 2009 saudari berada di Serbia, dan tanggal 17 Januari 2011 saudari

berada di Venezuela

 Bahwa Terdakwa menerangkan pada tanggal 4 Februari 2009 Terdakwa ke

Serbia dalam rangka operasi transplantasi jantung suami terdakwa.

 Bahwa Terdakwa menerangkan Uang tersebut berasal dari perusahaan

terdakwa yang ada di Singapur. Pada saat itu suami Terdakwa harus operasi

transplantasi jantung di Serbia, sehingga Terdakwa menempatkan uang

Terdakwa dari Bank of Singapore ke National Bank of Serbia sebesar USD

75.000.000

 Bahwa Terdakwa menerangkan Harta kekayaan terdakwa di Singapura

berasal dari PT. Dwi Nola Adhiyaksa dan Setiap beberapa bulan sekali

terdakwa selalu mentransfer pendapatan Terdakwa dari PT. Dwi Nola

Adhiyaksa ke rekening Terdakwa di Bank of Singapore

 Bahwa Terdakwa menerangkan Terkait transfer PT. Dwi Nola Adhiyaksa,

berdasarkan mutasi rekening PT. Dwi Nola Adhiyaksa bahwa pada tanggal 4

mei 1999 pada pukul 09.20 WIB PT. Dwi Nola Adhiyaksa ada melakukan

transaksi dalam bentuk valuta asing yang ditransfer dari Bank Muttaqin

Hasan ke rekening pribadi Terdakwa di Bank of Singapore sebesar SGD

210.500 atau Rp.2.000.000.000.000.00,- (Dua Triliun Rupiah) Uang tersebut

berasal dari pendapatan Terdakwa dari PT. Dwi Nola Adhiyaksa yang telah

Terdakwa bilang sebelumnya


 Bahwa Terdakwa menerangkan berdasarkan aliran dana di mutasi rekening

terdakwa sebelumnya, bahwa pendapatan terdakwa belum pernah mencapai

angka Rp.2.000.000.000.000.00,- (Dua Triliun Rupiah) mengenai hal itu

Pendapatan seorang pengusaha ini tidak Stabil.Pada saat itu memang

pendapatan Terdakwa mencapai Rp.2.000.000.000.000.00,- (Dua Triliun

Rupiah). Setelah itu, Terdakwa pindahkan uang senilai

Rp.2.000.000.000.000.00,- (Dua Triliun Rupiah) ke rekening pribadi

Terdakwa di Bank of Singapore

 Bahwa Terdakwa membenarkan berdasarkan keterangan terdakwa kepada

Penasehat Hukum bahwa terdakwa ada menyuruh Surya Arief memberi

sejumlah uang senilai Rp.10.000.000.000.00,- (Sepuluh Miliar Rupiah)

kepada Nouval Abednego untuk kepentingan perusahaan Terdakwa

 Bahwa Terdakwa menerangkan tidak mengetahui mengenai keterangan dari

Nouval Abednego, bahwa Terdakwa memberikan uang sejumlah

Rp.10.000.000.000.00,- (Sepuluh Miliar Rupiah) kepada Frans Nasution dan

Agata Nanda agar diterbitkannya SKL tanpa dilakukan FDD dan LDD, dan

dana yang diberikan sama jumlahnya dengan dana yang Nouval Abednego

terima dari Surya Arief

 Bahwa Terdakwa menerangkan berdasarkan keterangan Nouval Abednego,

bahwa terdakwa yang menyuruh Nouval Abednego untuk memberikan uang

senilai Rp.10.000.000.000.00,- (Sepuluh Miliar Rupiah) agar diterbitkannya

SKL untuk Bank Muttaqin Hasan,Terdakwa tidak ada menyuruh untuk

memberikan uang tersebut kepada Ketua BPPN ataupun Ketua

KKSK,Terdakwa hanya menyuruh dia untuk menyusun daftar aset Bank

Muttaqin Hasan

 Bahwa Terdakwa menerangkan Terkait mispresentasi sebenarnya Terdakwa

tidak di berikan informasi tentang isi dari daftar asset yang telah di kerjakan
dan disepakati oleh Departemen General affair dan Direktur Utama

Terdakwa, karena alasan yang pertama yaitu Terdakwa sedang berada di luar

negeri untuk kepentingan bisnis, dan kedua juga usaha penyembuhan

Terdakwa dari penyakit yang juga sudah lama idap.

 Bahwa Terdakwa menerangkan Karena dalam hasil evaluasi terkait utang

petani plasma perkebunan sawit sudah dipaparkan bahwasanya aset tersebut

bukan menjadi masalah karena aset tersebut sudah dilampirkan dalam

disclosure schedule

 Bahwa Terdakwa menerangkan tidak tahu mengapa itu bisa dianggap

merugikan keuangan Negara

Anda mungkin juga menyukai