Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia2
Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia2
Makanan sehat bagi lansia antara lain mencakupi empat sehat lima
sempurna dengan porsi yang kurang dari orang dewasa kecuali asupan
protein dan vitamin serta mineral, dimana kalsium dan zat besi juga
memerankan peranan yang penting untuk metabolisme tubuh. Berikut ini
disajikan beberapa contoh makanan sehat untuk manula yang telah
dikelompokkan:
Kue: Bika ambon, dadar gulung, getuk lindri, apem, kroket, kue pia,
kue putu, risoles
Susu: Susu sapi, susu kambing, susu kerbau, susu kedelai, skim
Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga
kelompok besar, yaitu :
1. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum, ubi, roti,
singkong dll, selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu
2. Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega, margarine,
susu dan hasil olahannya.
3. Kelompok zat pembangun
Para ahli gizi menganjurkan bahwa untuk lansia yang sehat, menu sehari-
hari hendaknya :
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan fisik
Pemantauan status nutrisi dalam hal ini juga dapat dilakukan dengan:
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB
Kekurangan vitamin D
Keterbatasan fisik
Status gizi dapat dipengaruhi oleh fungsi tubuh yang berhubungan dengan
pola makan. Misalnya, berkurangnya fungsi indra penglihatan dan
pendengaran seringkali menyebabkan seorang lansia merasa terisolasi dan
berakibat pada penurunan selera dan asupan makan.
Gigi geligi yang tanggal atau terdapat karies, penyakit pada gusi dan
penurunan saliva yang berakibat mulut kering (xerostomia) akan
mempengaruhi pemilihan makanan dan dapat menurunkan asupan zat gizi.
Perubahan indera perasa dan penciuman akibat infeksi saluran nafas
berulang dan penggunaan obat-obatan jangka panjang juga dapat
mempengaruhi asupan amakanan lansia. Gangguan fungsi menelan
(disfagia) pada lansia umumnya merupakan proses patologis pada susunan
saraf dan memerlukan pengelolaan gizi yang tepat.
Berbagai penyakit kronis yang diderita lansia dan pengobatan yang diberikan
juga mengganggu asupan makan lansia. Sehingga berbagai obat yang
dikonsumsi oleh lansia baik dari resep dokter, obat bebas dan jamu harus
dinilai pengaruhnya terhadap asupan makanan seorang lansia.
Pemeriksaan fungsional
Fungsi kognitif dan psikologis juga menentukan status gizi lansia. Sebagian
besar kehilangan berat badan pada lansia disebabkn oleh depresi. Anoreksia,
mual dan muntah dapat disebabkan pemberian polifarmasi. Berkurangnya
fungsi ingatan juga dapat mengurangi asupan seorang lansia.
Pengukuran Antropometri
Pemeriksaan Laboratorium
Protein
Kolesterol
Serum kolesterol yang rendah pada lansia juga merupakan indicator status
gizi yang kurang pada lansia.
Assessmen Diet
Metoda pengukuran asupan gizi pada lansia yang tepat sangat sulit karena
keterbatasan fisik dan psilogis dari lansia. Food Frequency Questionnaire
(FFQ) yang sederhana dapat digunakan untuk menilai asupan gizi lansia.
Pada lansia yang mampu menulis dapat digunakan 3-day record, dimana
dengan metoda ini seorang lansia diminta menuliskan apa saja yang
dikonsumsi dalam 3 hari (2 hari biasa dan 1 hari libur). Recall 24 jam juga
sering dipakai untuk menilai status gizi lansia. Namun, karena keterbatasan
fungsi ingatan pada lansia, metoda ini dianggap kurang sahih.
Dari pemeriksaan tersebut diatas, maka disusun diagnois gizi pada lansia.
Berdasarkan diagnosis gizi tersebut, diberikan intervensi gizi yang sesuai
Faktor resiko terjadinya malnutrisi pada lansia antara lain beberapa faktor
medis seperti selera makan rendah, gangguan gigi geligi, disfagia, gangguan
fungsi pada indera penciuman dan pengecap, pernafasan, saluran cerna,
neurologi, infeksi, cacat fisik dan penyakit lain sepeti kanker.
Kurangnya pengetahuan mengenai asupan makanan yang baik bagi lansia,
kesepian karena terpisah dari sanak keluarga dan kemiskinan juga
menentukan status gizi lansia.
Pada lansia yang dirawat di rumah sakit, beberapa keadaan seperti makanan
rumah sakit dengan pilihan dan rasa makanan yang kurang disukai, waktu
makan terbatas, tidak mampu makan mandiri, pemandangan, suara dan bau
di sekitar yang tidak menyenangkan, kebutuhan meningkat karena
penyakitnya, puasa untuk prosedur pemeriksaan faktor dapat menjadi faktor
resiko terjadinya malnutrisi.
Pada proses menua, seseorang akan kehilangan massa otot; hal ini lebih
nyata terlihat pada perempuan. Penurunan massa otot dan massa sel tubuh
disertai dengan penurunan kekuatan otot serta gangguan fungsi kekebalan
tubuh dan fungsi paru-paru. Penurunan kekuatan otot ini merupakan
penyebab sebagian besar ketidakmampuan orang lanjut usia dalam berbagai
hal, diantaranya kemampuan berjalan. Penyebab kehilangan massa otot ini
hingga sekarang belum diketahui dengan pasti. Faktor-faktor yang
berpengaruh adalah kurangnya aktivitas fisik dan hormone pertumbuhan
yang disertai kekurangan gizi (terutama kekurangan energy dan protein)
serta penyakit dan proses menua.
Obesitas
Masalah yang sering ti,bul pada orang usia lanjut adalah kelebihan berat
badan dan obesitas. Perubahan komposisi tubuh yang terjadi pada lansia
memberikan kontribusi terjadinya obesitas terutama obesitas sentral.
Proporsi lemak intra abdominal meningkat progresif dengan meningkatnya
usia. Penurunan asupan energi dan TEE juga menurun karena penurunan
aktifitas fisik terutama pada lansia yang sakit dan BMR. Pada lansia yang
obes, penurunan berat badan dapat menurunkankesakitan karena arthritis,
diabetes, dan menurunkan resiko penyakit cardiovaskular dan meningkatkan
kualitas hidup. Peningkatan aktifitas fisik pada lansia dapat memperbaiki
kekuatan otot dan kesehatan lansia secara keseluruhan.
Kegemukan pada lanjut usia dapat dicegah melalui olahraga secara teratur
dan membatasi makanan yang padat energy. Pemeliharaan berat badan
dalam batas-batas normal pada orang lanjut usia diperlukan untuk menjaga
kekuatan fisik, daya tahan terhadap infeksi, serta pencegahan penurunan
mutu kulit dan mutu kehidupan.
Osteoporosis
Anemia Gizi
Anemia gizi dapat terjadi pada lansia karena asupan makanan yang
menurun atau efek samping obat-obatan. Pada umumnya lansia yang
mempunyai berat badan rendah juga menderita anemia. Anemia gizi yang
terjadi pada lansia pada umumnya adalah anemia defisiensi besi, meskipun
anemia vitamin B12 (anemia perniciosa) juga sering ditemui.
Sumpelementasi besi dan vitamin B12 dapat diberikan pada lansia, diberikan
mulai dosis rendah dan dapat dinaikkan secara bertahap untuk menghindari
efek samping obat. Pemberian makanan sumber zat besi dan vitamin B12
dengan asupan kalori dan protein yang cukup membantu mengatasi anemia
defisiensi besi dan vitamin B12.
A. Kesimpulan
Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi
pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ
tersebut. Dengan bertambahnya umur, kemampuan kita dalam mengecap,
mencerna, menyerap dan memetabolisme makanan akan berubah
B. Saran
Patut diingat bahwa keperluan energi MANULA sudah menurun, jadi jangan
disediakan seperti masih belum berusia lanjut. Ada baiknya bila mereka
dijaga jangan sampai menjadi kegemukan karena akan lebih mudah
menderita berbagai kelainan atau penyakit gizi yang berhubungan dengan
kondisi obesitas. Frekuensi penyakit Diabetes Mellitus, Cardiovascular
diseases terdapat meningkat pada kelompok MANULA.
DAFTAR PUSTAKA
1. Available at http://resources.unpad.ac.id/unpad-
content/uploads/publikasi_dosen/ KEBUTUHAN%20NUTRISI%20DAN
%20CAIRAN%20%20PADA%20LANSIA.pdf
2. Available at http://www.scribd.com/doc/31812812/Kebutuhan-Gizi-
Pada-Lanjut-Usia
3. Sudoyo, W.Aru dkk. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam : Nutrisi pada
geriatric. Jakarta: pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dala
FKUI; 2006.
6. Soekirman, Prof. Dr. dkk. Hidup Sehat: Gizi Seimbang dalam Siklus
Kehidupan Manusia. Jakarta: PT Primamedia Pustaka; 2006