Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Pangan Halal Volume 1 Nomor 1, April 2019 9

PROSES PEMBUATAN TEMPE TRADISIONAL

Adini Alvina 1), Dany Hamdani 1)


1
Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Ilmu Pangan Halal, Universitas Djuanda Bogor
email: alvin16112@gmail.com

ABSTRACT
Tempe is a food that is already familiar to the people of Indonesia. These foods are rich in nutritional value,
especially protein. The production of tempeh in Indonesia is mostly still done in the traditional way. This is because
the Tempe businessmen come from the Home Industry circles who still use non-standard equipment and production
processes. The purpose of this study is to compare the way traditional and modern tempeh are produced. This tempe
is made from soybeans, using hot water for soaking and cold water for washing, tapioca flour and tempe yeast
(Rhizopus oligosporus) added to the fermantation process, wrapping (banana leaves or plastic). Washing and
boiling soybeans using pan and langseng. This research shows that the government has provided a policy regarding
the production of tempeh contained in SNI 3144: 2009, making it easier for national tempe producers to make tempe
with national standards.
Keywords: Creative Design, Food Safety, Halal Critical Points.

1. PENDAHULUAN dan air dingin untuk pencucian, tepung tapioka


dan ragi tempe (Rhizopus oligosporus)
Salah satu dari sekian banyak makanan asli
ditambahkan untuk proses fermantasi,
Indonesia adalah tempe. Tempe merupakan
pembungkus (daun pisang atau plastik. Pencucian
makanan yang sudah tidak asing lagi bagi
dan perebusan kacang kedelai mneggunakan
masyarakat Indonesia. Makanan ini kaya akan
panci dan langseng. Sedangkan tampah
nilai gizi terutama protein, selain harganya lebih
digunakan untuk tempat pendinginan dibantu
murah dibandingkan dengan sumber protein yang
dengan kipas angin.
berasal dari hewani rasanya pun sangat digemari,
selain sebagai lauk pauk untuk makan, sekarang
Metode
tempe juga dikembangkan menjadi makanan
Proses Pembuatan Tempe Tradisional
ringan.
1. Bersihkan kedelai dari benda asing
Indonesia merupakan negara produsen
seperti batu dll kemudian cuci dengan air
tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar
2. Simpan dalam panci , tuangkan air
kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari
mendidih sehingga semua biji kedelai
konsumsi kedelai di Indonesia dilakukan dalam
terendam dalam air selama 12 jam
nemtul tempe, 40 tahu dan 10% dalam produk
3. Cuci kembali dengan air dingin dan
lain (seperti tauco, kecap dan lain-lain).
aduk-aduk dengan tangan sampai semua
Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di
kulit kedelai terkelupas dan bijinya
Indonesia diduga sekitar 6,45 kg (Astawan,
terbelah
2004).
4. Buang kulit yang tekelupas
Produksi tempe di Indonesia sebagian besar
5. Kedelai yang sudah bersih dikukus
masih dilakukan dengan cara tradisional. Hal ini
selama 30 menitsampai telihat empuk .
dikarenakan para pelaku usaha tempe berasal dari
kemudian tebarkan dalam tampah yang
kalangan Industri Rumah Tangga yang masih
bersih dan kering
menggunakan peralatan dan proses produksi yang
6. Tambahkan tepung tapioca 1 sendok
tidak standar. Dikarenakan proses produksi masih
makan untuk 1 kg kedelai dan aduk
secara tradisional maka dimasa yang akan dating
sampai rata
akan sulit bersaing denagan industri yang lebih
7. Kiapas sampai suhu kamar sekitar 30 oC
besar yang telah menerapkan cara berproduksi
8. Taburkan ragi tape (Rhizopus
yang baik dan benar serta menerapkan system
oligosporus) sesuai kebutuhan, yaitu 10 g
hygiene dan sanitasi yang benar unruk
.kg kedelai
menghasilkan prosuk yang berkualitas.
9. Kemas dengan pembukus, bias
2. METODE PEMBUATAN TEMPE menggunakan plastic adat daun pisang
10. Jika denganplastik, tusuk-tusuk plastic
Tempe ini tebuat dari kacang kedelai, dengan jarum hingga merata
dengan menggunakan air panas untuk merendam
10 Alvina , et. al Pembuatan Tempe

11. Simpan dan susun posisinya pada baik serta berwana putih. Jika tempe diiris warna
permukaan datar, lapisi atasnya dengan kedelai pada tempe tradisonal kan berwana
daun atau karbon kekuningan dan kuning muda pada tempe yang
12. Inkubasi pada suhu kamar selama 2 dibuat dengan cara baru (Hermana, 1971, h. 68).
sampai 3 kali selama 24 jam. Badan Standardisasi Nasional (BSN) (2012),
telah menerbitkan standar tempe, yakni: SNI
Pada studi ini dilakukan perbandingan 3144:2009, Tempe Kedelai yang adalah revisi
proses produksi tempe secara tradisional dan dari SNI 01–3144–1998, Tempe Kedele. SNI
modern yang ada di Indonesia 3144:2009 menetapkan mengenai syarat mutu
tempe kedelai perincian sebagai berikut:
3. PERBANDINGAN PEMBUATAN TEMPE
Tempe adalah panganan yang terbuat dari Tabel Standarisasi Tempe
hasil hasil fermentasi kacang kedelai oleh kapang No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
berjenis Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, 1 Keadaan
Rh. Oryzae, Rh. stolonifera, dan Rh. arrhizus Normal
yang secara umum dikenal sebagai kapang 1.1 Bau khas
tempe. (Badan Standarisasi Nasional, 2012, h. 1) 1.2 Warna normal
Tempe yang dikenal luas oleh masyarakat 1.3 Rasa normal
Indonesia biasanya adalah tempe yang berbahan 2 Kadar Air (b/b) % maks. 65
dasar kedelai. Selain tempe kedelai, ada juga
3 kadar Abu (b/b) % maks. 1,5
tempe yang berbahan dasar selain kedelai,
contohnya tempe lamtoro bebahan dasar biji 4 Kadar Lemak (b/b) % min. 10
lamtoro, tempe benguk yang berbahan dasar biji kadar Protein (N x
5 6,25)(b/b) % min 16
benguk, tempe bungkil berbahan dasar bungkil
kacang tanah, tempe gembus yang berbahan 6 kadar serat kasar (b/b) % maks.2,5
dasar bungkil tahu dan tempe bongkrek berbahan 7 Cemaran Logam
dasar bungkil kelapa (Astuti, 2009). 7.1 Kadmium (Cd) mg/kg maks. 0,2
Proses Pembuatan Tempe Proses pembuatan
7.2 Timbal (Pb) mg/kg maks. 0,25
tempe dibagi menjadi dua cara, yaitu cara
tradisional dan cara baru. Pada proses pembuatan 7.3 Timah (Sn) mg/kg maks. 40
secara tradisional, tempe mula-mula direbus, lalu 7.4 Merkuri (Hg) mg/kg maks. 0,03
dikupas dan dibuang kulitnya, dicuci, direndam 8 Cemaran Arsen (As) mg/kg maks 0,25
semalaman, direbus, didinginkan, diberi bibit 9 Cemaran Mikroba
tempe (kapang tempe) diperang dalam
9.1 Bakteri Coliform APM/g Maks. 10
bungkusan, atau ditutup menggunakan daun
pisang. Sementara itu cara pembuatan tempe baru 9.2 Salmonella sp. negatif/25 g
di mulai dengan pengupasan kering biji kedelai Sumber : Badan Standarisasi Nasional
dengan mesin pengupas (burr mill), kemudian
direbus sampai suhu mendidih. Direndam dalam Tabel Kandungan Gizi Tempe
air perebusan selama 22 jam, dicuci untuk
menhilangkan kulit yang mungkin masih tersisa, Komposisi zat gizi 100 b BDD
ZAT GIZI SATUAN
dan direbus kembali selama 40 menit. Ditiriskan Kedelai Tempe
sampai bagian luarnya mengering dan diberi
Energi kal 281 201
kapang tempe sampai merata kemudian
dimasukkan kantong plastik 200 gram. Kantong Protein gram 40,4 20,8
plastik diberi lubang berukuran 4cm2 lalu Lemak gram 16,7 8,8
diperam (fermentasi) selama 14-16 jam. Hidrat
Arang gram 24,9 13,5
(Hermana, 1971, h. 68)
Pembuatan tempe dengan cara tradisional Serat gram 3,2 1,4
cukup sederhana akan tetapi memiliki resiko Abu gram 5,5 1,6
kegagalan yang besar jika tidak dilakukan oleh kalsium mg 222 155
orang yang berpengalaman. Selain itu jamur yang Fosfor mg 682 326
ada pada tempe tidah tumbuh secara merata, dan
Besi mg 10 4
berwarna kehitaman atau kelabu tua. Sementara
itu tempe yang dibuat menggunakan cara baru karotin mg 31 34
memiliki pertumbuhan jamur yang merata dan Vit. B1 mg 0,52 0,19
Jurnal Pangan Halal Volume 1 Nomor 1, April 2019 11

Air gram 12,7 55,3 b. Kebersihan karyawan


BDD % 100 100
 Karyawan diharuskan untuk selalu
Sumber: komposisi zat pangan gizi Indonesia menjaga kebersihan badan.
 Karyawan diharuskan menggunakan
departemen kesehatan RI Dir. Bin Gizi
pakaian kerja/celemek lengkap dan
Masyarakat dan puslitbang gizi, 1991 aksesoris lain seperti penutup kepala,
sarung tangan dan sepatu kerja. Pakaian
*BDD = Berat yang dapat dimakan Selain
dan aksesorisnya hanya dipakai untuk
memiliki nilai gizi yang baik, kandungan protein bekerja.
pada tempe lebih tinggi dibanding daging ayam
 Karyawan yang terluka harus menutupi
dan daging kambing.
lukanya dengan perban.
Selain memiliki nilai gizi yang baik, kandungan  Karyawan diharuskan untuk selalu
protein pada tempe lebih tinggi dibanding daging mencuci tangan menggunakan sabun
ayam dan daging kambing. Berikut tabel sebelum mengolah pangan, setelah
mengolah bahan mentah atau bahan/alat
perbandingan kandungan gizi tempe dengan
beberapa jenis daging per 100 gr. yang kotor serta setelah keluar dari toilet.
Tabel Perbandingan Gizi Tempe dengan c. Kebiasaan karyawan
Beberapa Jenis Daging  Karyawan tidak diperbolehkan untuk
bekerja merokok, sambil mengunyah,
Daging Daging Daging makan dan minum, tidak boleh bersin atau
Komponen Tempe sapi Ayam Kambing batuk ke arah pangan, tidak boleh
Energo meludah, tidak boleh mengenakan
(kkal) 149 207 302 154 aksesoris lain yang tidak berhubungan
Protein (g) 18.3 18.8 18.2 16.6 dengan pekerjaan mengolah pangan.
Lemak (g) 4 14 25 9.2 2. Kebersihan Alat Produksi
karbohidrat a. Kebersihan Peralatan Produksi
(g) 12.7 0 0 0  Peralatan yang digunakan dalam proses
kalsium
(mg) 129 11 14 11 produksi terbuat dari bahan tidak berkarat,
kuat, dan mudah untuk dibersihkan.
Besi (mg) 10 2.8 1.5 1
 Peralatan produksi harus diletakkan sesuai
Vit. A (IU) 50 30 810 0 dengan urutan digunakan memudahkan
Sumber: Direktorat Gizi Depkes (1992) saat bekerja dan saat dibersihkan.
b. Suplai Air Bersih
Tempe Higienis Banyak produsen tempe yang  Air yang digunakan dalam produksi harus
masih menggunakan cara tradisional untuk air bersih dan jumlah yang cukup
membuat tempe, meski begitu bukan berarti tidak memenuhi seluruh kebutuhan saat proses
mungkin untuk membuat tempe yang higienis. produksi berlangsung.
Oleh sebab itu perlu adanya standar yang menjadi c. Fasilitas Sanitasi dan Kebersihan
acuan produsen tempe untuk membuat tempe
 Alat pembersih dan sanitasi harus tersedia
higienis.
dan terawat dengan baik.
 Pintu toilet/jamban harus selalu dalam
4. SYARAT PEMBUATAN TEMPE
HIGENIS keadaan tertutup.
 Pembersihan dilakukan mennggunakan
Berikut adalah paparan lengkap tentang hal-hal sikat atau secara kimia seperti dengan
yang harus diperhatikan dalam memproduksi menggunakan deterjen atau gabungan
tempe higienis oleh Badan Standarisasi Nasional keduanya.
(BSN) tahun 2012.
1. Kebersihan Pekerja d. Kondisi Bangunan
a. Kesehatan karyawan  Ruang yang digunakan untuk produksi
 Karyawan yang sedang sakit atau baru harus luas dan mudah dibersihkan.
sembuh tidak diizinkan untuk bekerja  Lantai, dinding dan langit-langit harus
sebagai pengolah pangan. selalu berada dalam keadaan bersih dari
 Karyawan yang memiliki gejala atau tanda debu, lendir dan kotoran lainnya.
sakit tidak diperbolehkan untuk mengolah  Lubang angin harus cukup untuk menjaga
pangan. aliran udara dan harus selalu dalam
12 Alvina , et. al Pembuatan Tempe

keadaan bersih, tidak berdebu dan tidak  Keterangan pada label setidaknya harung
dipenuhi sarang labahlabah. mengandung nama produk, berat bersih
 Ruang produksi harus memilki atau isi bersih, daftar bahan yang
pencahayaan yang cukup terang agar dihasilkan, nama dan alamat produsen,
karyawan dapat bekerja dengan baik. tanggal, bulan, serta tahun kadaluwarsa.
 Perlengkapan P3K harus ada di dalam Kode produksi dicantumkan pada setiap
ruangan produksi. label pangan.
 Tempat penyimpanan bebas dari burung,
tikus, mikroba serta memiliki sirkulasi 5. KESIMPULAN
yang baik dan mudah dibersihkan. Produksi tempe secara tradisional masih
3. Kebersihan Lingkungan banyak dilakukan oleh umkm di Indonesia.
a. Kondisi Lingkungan Walaupun unggul dalam segi sanitasi, tapi belum
 Bebas dari hewan hama terutama hewan banyak industry tempe yang menggunakan
pengerat seperti tikus. peralatan lodern secara spesifik, padahal
 Tidak berada di lingkungan yang dekat pengolahan tempe jika dilakukan dalam skala
dengan tempat pembuangan sampah baik industry mampu menunjang hidup para pengolah
padat maupun cair atau lingkungan yang tempe, dengan keunggulan higienisitas yang baik
terdapat penumpukan sampah. jika dibandingkan dengan cara produksi
 Sampah tidak boleh menumpuk dan harus tradisional. Di Indonesia sendiri standar untuk
selalu dibuang. tempe telah terstandar oleh Badan Standar
 Jalan harus terjaga agar tidak berdebu dan Nasional (BSN). Namun masih banyak kendala
sanitasi berjalan dengan baik. yang di hadapi Usaha Kecil Mandiri (UKM)
4. Kebersihan Produk seperti peralatan yang masih tradisional, hygiene
a. Pengendalian Proses yang belum sesuai, formulasi yang belum
 Tidak menerima jika bahan pangan yang standar, dan pelabelan belum diterapkan. Untuk
dalam keadaan rusak. itu perlu adanya sosialisasi cara berproduksi yang
 Menggunakan bahan tambahan pangan baik dan benar kepada UKM, pelatihan kepada
(BTP) sesuai dengan aturan yang berlaku. UKM (pelabelan, sanitasi, cara penyimpanan,
 Menggunakan komposisi yang telah dll), menggalakkan koperasi tempe,
ditentukan sebelumnya secara baku dan pendampingan, pendanaan, serta branding agar
konsisten setiap saat. tempe menjadi lebih baik.
 Menentukan proses produksi pangan
secara baku dan konsisten. DAFTAR PUSTAKA
 Menentukan ukuran, jenis dan spesifikasi
kemasan yang digunakan. Astawan M. 2004. Sehat bersana aneka sehat
 Menggunakan bahan kemasan pangan pangan alami. Tiga serangkai. Solo
yang sesuai.
 Menentukan tanggal kadaluarsa serta Astuti, Nurita, P. (2009) Sifat Organoleptik
mencatat tanggal produksi. Tempe Kedelai yang Dibungkus Plastik,
b. Proses Penyimpanan Daun Pisang dan Daun Jati. Surakarta:
 Bahan dan produk pangan disimpan di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
tempat tau ruangan yang bersih dan Badan Standarisasi Nasional. (2012). Tempe:
terjaga. Persembahan Indonesia untuk
 Bahan yang lebih dahulu diproduksi dan Dunia.Jakarta : Author.
disimpan harus digunakan terlebih dahulu.
5. Pengemasan dan Pelabelan Hermana. (1971). Tjara Baru Pembuatan Tempe.
a. Kemasan (The New Method of Preparing Tempeh).
 Kemasan dibuat secra bersih dan rapih. Gizi Indonesia, 2:167, 1970. Tersedia di :
 Menggunakan bahan kemasan yang tidak Http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index
berbahaya bagi kesehatan. .php/pgm/article/view/203.
b. Pelabelan
 Pelabelan produk pangan mengikuti dan
memenuhi ketentuan Peraturan Pemerintah
No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan
Pangan.

Anda mungkin juga menyukai