Anda di halaman 1dari 2

Nama : MUHAMMAD ALIF SYAFIQ

Gugus : Demokrasi

Nim : 11000120140548

Pentingnya Manajemen Diri Mahasiswa Selama Pandemi


Sepertinya tidak akan pernah habis cerita, bila kita berbicara tentang dunia
mahasiswa. Selalu ada kisah unik serta menarik dari seluk-beluk dunia mahasiswa.
Mulai dari dunia yang sangat didambakan oleh lulusan SMA, dunia untuk berproses
guna mengepakkan sayap mimpi setinggi-tingginya, dunia untuk mencicipi
miniatur kerasnya kehidupan pasca kampus, hingga dunia untuk belajar ikhlas
dalam melakukan segala sesuatunya. Satu hal yang pasti, kata kunci yang menghiasi
mahasiswa dari Sabang hingga Merauke adalah masalah manajemen waktu.
Beragam tuntutan senantiasa mengiringi setiap langkah kaki mahasiswa. Mulai dari
tuntutan akademik yang harus bagus, tuntutan dari masyarakat sebagai salah satu
agen perubahan, hingga tuntutan dunia organisasi kampus. Bahkan, bagi mahasiswa
yang gabut pun juga membutuhkan manajemen waktu agar kegabutannya lebih
tertata.

Dalam beberapa momen berbicara di depan mahasiswa baru maupun lama,


template pertanyaan yang senantiasa penulis dapatkan adalah tentang bagaimana
mengatur waktu. Karena tidak bisa dipungkiri, manajemen waktu menjadi salah
satu faktor untuk menentukan seberapa sukses mahasiswa tersebut. Tentu, menjadi
sebuah kisah klasik bila kita membandingkan dua orang mahasiswa yang sama-
sama memiliki waktu 24 jam. Namun, pencapaian keduanya bagaikan langit dan
bumi. Yang satu memiliki kebiasaan mengharumkan nama kampus di even
perlombaan, sementara mahasiswa satunya masih sibuk berperang dengan nilai IPK
yang tidak kunjung naik. Tentu, masih banyak faktor lain yang bisa jadi menjadi
penentu. Misalnya faktor finansial hingga ketekunan dalam mengasah passion atau
minat. Tapi, yang perlu digaris bawahi adalah manajemen waktu mutlak dibutuhkan
oleh mahasiswa agar dapat survive di kampus.
Manajemen waktu adalah bagian dari manajemen diri. Tentu, kita perlu
mencari tahu mengapa seorang mahasiswa harus melakukan strategi manajemen
diri. Ada yang mengatakan untuk mempermudah, ada juga yang berpendapat agar
tertata, dan lain sebagainya. Pandangan tersebut tidaklah salah. Namun, bagi
penulis, alasan mendasar seorang mahasiswa melakukan manajemen diri adalah
karena keterbatasan waktu yang dimiliki. Tuntutan yang banyak, ambisi yang
beragam, dan mimpi yang besar, tidak sebanding dengan waktu yang dimiliki. Kita
dan Barack Obama, atau Ir. Sukarno, atau pemimpin besar lainnya memiliki
kesamaan yakni mempunyai 24 jam dalam sehari. Namun, yang membedakan
adalah bagaimana masing-masing orang mengelola detik demi detik yang telah
dimilikinya untuk melakukan transformasi.
Tips yang biasa diberikan oleh orang-orang hebat di kampus mengenai
manajemen waktu mayoritas melingkupi dua hal. Yakni membuat to do list dan
mengatur skala prioritas. Hemat penulis, perlu ada pembaharuan strategi, apalagi
mahasiswa kini mendapatkan tantangan dari Revolusi Industri 4.0. Abad perubahan
yang bila kita tidak bisa mengontrol arus disrupsi, maka besar kemungkinan kita
akan terdisrupsi, menyingkir dari persaingan nasional hingga global. Beberapa
Psikolog sudah mulai memperkenalkan manajemen energi untuk mengimbangi
manajemen waktu, guna tetap menjaga produktivitas dalam berkarya bagi
mahasiswa.
Logikanya, seseorang mahasiswa tidak akan bisa melakukan list kegiatan
yang telah terjadwal, bila ia terlalu capek. Sehingga istirahat dalam manajemen
energi memiliki peran yang sangat krusial. Terakhir, manajemen diri adalah sebuah
ilmu praktek, bukan sekadar teori. Kita tahu teorinya namun tidak kunjung
mengaplikasikannya. Bukan perubahan yang akan kita dapat, melainkan justru
kemunduran.

Daftar Pustaka:
https://mudarrisa.iainsalatiga.ac.id/index.php/mudarrisa/article/download/765/574
http://eprints.ums.ac.id/72335/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
http://digilib.uin-suka.ac.id/21086/2/11220080_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-
PUSTAKA.pdf

Anda mungkin juga menyukai