Anda di halaman 1dari 7

Nama : Sofia Nadila

Nim : 30302200391
Kelompok 13 : Agus salim

FUNGSI KEPEMIMPINAN DI ERA DISRUPSI BAGI MAHASISWA

Kata kepemimpinan tentunya bukan lagi kata yang asing bagi siapapun, khususnya
dalam lingkup dunia perkuliahan. Lalu apa hubungannya pemimpin dengan mahasiswa?
Jawabannya adalah berkaitan, antara mahasiswa dengan istilah kepemimpinan tidak berjarak
jauh. Artinya kepemimpinan itu sendiri merupakan bagian dari mahasiswa.

Setiap mahasiswa itu dibekali dengan bagaimana menjadi seorang pemimpin, sebagai
mahasiswa juga tak jarang dilatih menjadi pemimpin. Kepemimpinan itu sendiri merupakan
suatu keadaan atau kedudukan dimana orang itu mampu memberikan pengaruh kepada orang
yang ada dibawahnya, orang itu mampu menuntun, memberikan contoh serta arahan yang
tentunya mengacu pada sesuatu yang positif.

Namun, menjadi pemimpin bukanlah hanya tentang mempengaruhi atau menuntun,


sebagai pemimpin seseorang itu harus memiliki integritas dimana orang tersebut berperilaku,
bertindak, berkata berdasarkan nilai-nilai moral yang ada. Kepemimpinan tidak hanya terjadi
di zaman ini saja, kepemimpinan telah ada bahkan pada saat zaman Rasulullah SAW.

Kepemimpinan juga dijelaskan dalam ayat Al-qur’an, salah satunya terdapat dalam
surah Al-baqarah ayat 30 yang artinya Dan ingatlah Ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi” mereka berkata “ Apakah engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih
memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman “Sungguh, Aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui.”. Dari artian tersebut, bermakna bahwa manusia merupakan khalifah atau
pemimpin di muka bumi.

Lalu bagaimana dengan mahasiswa? Bagi sebagian orang, status mahasiswa merupakan
status tertinggi dan dianggap sebagai seorang yang intelek. Bahkan, di suatu tempat tertentu,
mahasiswa akan selalu dielu-elukan untuk menjadi agen perubahan negara dan bangsa ini.
Secara umum, mahasiswa adalah sebutan untuk seseorang yang tengah menempuh pendidikan
di sebuah universitas, sekolah tinggi, hingga akademi. Meskipun begitu, tidak semua orang
dapat menjadi seorang mahasiswa karena berbagai hambatan tertentu.
Menurut Hartaji (2012), mahasiswa adalah seseorang yang tengah menimba ilmu atau
belajar dan terdaftar pada salah satu bentuk perguruan tinggi, yang terdiri dari akademi,
politeknik, sekolah tinggi, institut, hingga universitas. Sementara itu, Siswoyo (2007) juga
mengemukakan definisi mahasiswa yakni individu yang sedang menuntut ilmu di tingkat
perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, atau lembaga lain yang setingkat dengan
perguruan tinggi.

Mahasiswa biasanya dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan


dalam berpikir, serta perencanaannya dalam bertindak. Maka dari itu, berpikir kritis dan
bertindak secara cepat serta tepat menjadi sifat yang cenderung melekat pada diri setiap
mahasiswa. Di samping itu, mahasiswa juga memiliki tugas lain yaitu sebagai agen perubahan
dan pengontrol sosial masyarakat. Tugas inilah yang nantinya dapat menjadikan seorang
mahasiswa sebagai harapan bangsa di masa depan kelak dengan mencari solusi dari berbagai
masalah yang tengah dihadapi.

Sebagai generasi muda yang menimbulkan perubahan bagi masyarakat, yang menjadi
pilar bangsa serta benih bagi bangsa yang diharapkan dapat tumbuh subur selayaknya tanaman
yang tumbuh sesuai kondisi tanahnya. Sebagai mahasiswa, sudah selayaknya memiliki jiwa
kepemimpinan yang tumbuh dengan baik, karena setiap orang memiliki bibit sebagai
pemimpin, setiap orang memiliki bakat memimpin. Bakat yang tidak diasah dengan benar pun
tidak akan maksimal, sama seperti bakat kepemimpinan yang harus dijalankan dan dipelihara
dengan perilaku serta tindakan yang positif.

Untuk mewujudkannya, mahasiswa hendaknya berkarakter kemanusiaan, selalu


menjadi sumber kebaikan, dan murah hati agar benih kemimpinan senantiasa tumbuh dalam
diri. Integritas, intelektualitas, dan kerja keras juga sebagai penguat di era global. Mahasiswa
harus faham betul bagaimana cara memimpin, pemimpin itu seperti apa dan fungsi
kepemimpinan itu sendiri bagi mahasiswa.

Kepemimpinan dapat membentuk karakter mahasiswa, semakin sering berpengalaman


dalam memimpin dan berorganisasi, tentunya semakin mendapatkan banyak pengalaman untuk
tumbuh dalam karakter seorang pemimpin yang akan berguna untuk masa depan.
Kepemimpinan dalam sebuah organisasi juga bertujuan memotivasi orang lain atau anggotanya
untuk melakukan hal baik dan memaksimalkan kemampuan dalam diri. Tanpa adanya sosok
berjiwa kepemimpinan, suatu organisasi akan kurang termotivasi atau bersemangat dalam
mencapai tujuannya.
Lambat laun, perkembangan zaman semakin berubah, begitupun dalam dunia
kepemimpinan. Seperti yang terjadi belakangan ini, dari beberapa kejadian seolah membuat
masyarakat tidak percaya lagi kepada pemimpin. Hal tersebut karena kurangnya kesadaran atas
nilai Pancasila yaitu sila kedua yang berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradab.
Namun,sebenarnya kemimpinan itu sendiri memiliki fungsi dalam era disrupsi seperti
sekarang. Kata Disrupsi menurut KBBI artinya adalah hal tercabut dari akarnya. Kata ini
pertama kali diperkenalkan oleh Clayton Christensen pada tahun 1997 dalam bukunya yang
berjudul “The Innovator’s Dilemma”. Disrupsi merupakan inovasi,yang memiliki dampak dari
inovasi tersebut adalah seperti terciptanya suatu hal baru, mengganggu eksistensi yang sudah
ada, dan pada akhirnya menggantikan berbagai hal terdahulu dengan sistem yang lebih
sempurna.

Era disrupsi adalah sebuah era terjadinya inovasi dan perubahan besar-besaran yang
secara fundamental mengubah semua sistem, tatanan, dan landscape yang ada ke cara-cara
baru. Perubahan besar terjadi setidaknya disebabkan oleh adanya revolusi 4.0, perubahan iklim,
dan pandemi Covid-19. Dalam merespon peristiwa besar tersebut, orang memerlukan cara baru
yang lebih inovatif dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari. Orang yang masih menggunakan
cara dan sistem lama dalam menjalankan aktifitas sehari-hari akan kalah dalam persaingan.

Kita harus mengubah pola pikir dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari agar menang
pada era disrupsi. Mengutip pandangan Prof. Arif Satria, Ketua Umum Ikatan Cendikia Muslim
Indonesia (ICMI) Pusat yang juga Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), setidaknya kita harus
memiliki dua pola pikir baru untuk transformasi. Pertama, pola pikir growth mindset, bukan
fixed mindset. Growth mindset diartikan sebagai pola pikir yang selalu berkembang yakni
pemiliknya percaya bahwa kesuksesan bisa didapatkan melalui kerja keras, dilansir dari
Thomas Edison State University.

Pemilik growth mindset biasanya berpikir bahwa kecerdasan atau bakat hanyalah titik
permulaan. Seorang mahasiwa yang mendapat nilai jelek, apabila ia memiliki growth mindset
akan mengatakan bahwa kalau ia belajar lebih keras lagi maka akan mendapat nilai maksimal.
Namun mahasiswa yang memiliki fixed mindset mengatakan bahwa nilai yang jelek karena
IQ-nya rendah dan penuh keterbatasan. Kedua, pola pikir future practices, bukan best practices.
Pola pikir best practices hanya akan melahirkan manusia follower, dan terlambat dalam
melakukan inovasi. Sedangkan pola pikir future practices akan mendorong lahirnya inovasi-
inovasi baru dengan cepat dalam merespon perubahan yang terjadi.
Best practice dinilai tidak terlalu dibutuhkan dan kurang cukup dalam menghadapi
situasi saat ini. Sebaliknya, future practice menciptakan ruang untuk eksplorasi. Visi praktek
masa depan tersebut adalah untuk mendorong perubahan dan membayangkan bentuk masa
depan sehingga dapat menciptakan banyak peluang. Contohnya, penemuan aplikasi berbasis
digital seperti Facebook, Alibaba, dan Uber yang telah mendorong inovasi lain untuk
ditemukan.

Era disrupsi merupakan era yang tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, para mahasiswa
harus mampu mempersiapkan untuk menghadapi era disrupsi. Upaya untuk menghadapi era
disrupsi adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, transformasi digital, dan
tidak berhenti untuk berinovasi. Mahasiswa tidak bisa menolak era disrupsi ini. Kita tidak bisa
lagi seperti dulu. Semua harus bertransformasi dan harus siap menghadapi era disrupsi ini.
Khusus untuk mahasiswa, mereka bisa turut berkontribusi seminimal mungkin dengan cara
beradaptasi dengan segala perubahan.

Dalam menyikapi era disrupsi ini masyarakat utamanya mahasiswa tidak akan tinggal
diam dan pastinya untuk memenangkan persaingan maka dibutuhkan berbagai cara. Persaingan
yang dimaksud dalam hal ini adalah persaingan dalam pasar tenaga kerja yang mana setelah
lulus kemampuan yang mereka kuasai akan menjadi nilai jual dalam memperoleh pekerjaan
kelak. Dalam masyarakat kerap kali atau bahkan memang sudah lazim terjadi yang namanya
perubahan, apakah itu suatu perubahan yang kecil maupun besar dan perubahan itu tidak dapat
dibendung kecuali dengan cara menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Tak
terkecuali dengan perubahan ke arah yang lebih modern yang kita sebut dengan era disrupsi.

Dalam menghadapi era disrupsi mahasiswa harus adaptif terhadap perkembangan


teknologi dan harus bisa melakukan sebuah inovasi guna menghadapi persaingan. Hal ini
karena di masa sekarang persaingan kerja semakin kompetitif apalagi sejak Indonesia masuk
dalam kawasan perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) serta bonus
demografi yang membuat persaingan di pasar tenaga kerja pasti akan sangat ketat. Mahasiswa
harus memiliki kemampuan yang di atas standar agar turut bisa bersaing dan tentu saja
kemampuan atau softskill yang dimiliki harus banyak dan lebih berkualitas. Yang tidak kalah
penting adalah skill pembentukan karakter seperti disiplin, meiliki etos kerja, dan sebagainya
yang merupakan softskill dasar yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa.
Karena kedepannya juga seperti yang kita tahu bahwa era disrupsi merupakan eranya
teknologi yang mana teknologi seperti robot AI (artificial intelligent) akan mengambil alih
pekerjaan umat manusia. Kalangan pengusaha tentu saja lebih memilih pekerja yang diatas
standard dan juga mau dibayar murah, maka robot bisa saja menjadi solusinya. Jadi lapangan
kerja akan semakain sedikit sehingga masyarakat khususnya mahasiswa harus benar-benar bisa
berinovasi dalam segala hal guna menjawab tantangan tersebut. Kedepannya persaingan bukan
lagi hanya antar manusia dengan manusia dalam mencari kerja, tetapi juga antar manusia dan
robot AI tersebut.

Lapangan kerja yang sedikit membuat mahasiswa harus bisa berinovasi dalam hal
berwirausaha yang bisa menjadi pembuka lapangan kerja karena saat ini jumlah lapangan kerja
yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah angkatan kerja. Sehingga perlu keseimbangan
diantara keduanya supaya pengangguran dapat diminimalisir. Oleh karenanya untuk
menghadapi era disrupsi ini memang perlu banyak usaha karena tantangan yang dilalui benar-
benar berat dan kita tidak bisa menolak itu.

Satu-satunya cara adalah dengan bersikap adaptif terhadap perubahan-perubahan


tersebut dengan cara mengasah skill utamnaya terhadap para mahasiswa yang bersiap-siap
untuk masuk ke pasar tenaga kerja dan bersaing dengan banyak lulusan universitas lainnya.
Kita harus memiliki kemampuan diatas standar karena itulah yang akan menajadi nilai jual.
Dan juga untuk lebih mengasah skill berwirausaha yang kelak bisa menjadi penyumbang
lapangan kerja dan menjadikan Indonesia sebagai negara maju.

Lalu apasih fungsi kepemimpinan bagi mahasiswa di era disrupsi ini? Diatas dijelaskan
bahwa disrupsi adalah perubahan, Perubahan banyak terjadi dan menyebar secara cepat pada
kehidupan sosial maupun budaya keberbagai golongan. Suatu perubahan yang merebak cepat
tersebut, tentunya perlu adanya suatu tindak inovasi dan kreasi yang menunjang kegiatan
positif . Perlu dipahami , tantangan zaman tersebut menjadikan mahasiswa untuk belajar sebaik
mungkin dalam mengkondisikan diri dalam era digitalisasi agar dapat berkompetensi serta
berdaya saing tinggi.

Sebagai Mahasiwa yang bijak harus dapat mengendalikan diri bersikap yang baik
dan memberikan contoh atau energi positif dalam menyikapi era digitalisasi ini. Karena
sejatinya , jika dapat dikelola dengan baik kemanfaatan itulah yang akan memberikan timbal
balik ke diri kita sendiri maupun oranglain.
Dalam bersikap dan memberikan contoh ataupun energi positif adalah dengan latihan
kepemimpinan, atau bahkan bila perlu mahasiswa menjadi pemimpin itu sendiri dengan terus
berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang tidak terlalu jauh mengikuti era disrupsi ini atau
membuang hal-hal negatif yang timbul karena adanya era disrupsi ini. Seorang mahasiswa yang
memiliki jiwa positif, pasti akan memimpin dengan melahirkan hal-hal yang positif pula.
Apalagi dalam dunia kepemimpinan, mahasiswa akan dilatih bagaimana untuk menjadi
pemimpin, diberikan ilmu pengetahuan yang tidak hanya sebatas dalam lingkup perguruan
tinggi saja tetapi juga dalam bermasyarakat, serta mahasiswa akan diasah dalam ketrampilan
kepemimpinan yang tentunya akan menjadi bekal atau sesuatu yang sangat penting dalam
mempimpin suatu organisasi, masyarakat dan sebagainya.

Dapat dikatakan pula bahwa kepemimpinan memiliki fungsi sebagai jalan atau langkah
awal seorang mahasiswa dalam mengambil keputusan, dalam kepemimpinan mahasiswa akan
dilatih bagaimana menyikapi suatu hal dengan bijak dan tenang, bukan dengan emosi yang
akan merugikan pihak lain dan diri sendiri. Dalam kepemimpinan juga akan membuat
seseorang itu mengerti tentang bagaimana bersikap dalam lingkup organisasi ataupun
masyarakat luas, sehingga orang itu akan mengerti bagaimana jika diharapkan oleh orang lain,
orang tersebut akan faham akan arti tanggung jawab atau dengan Istilah yang lain adalah
bersikap Amanah atau dapat dipercaya. Seseorang tersebut tidak akan melupakan rasa
kepercayaan atau mengesampingkan rasa kepercayaan yang didapatnya begitu saja, dengan
adanya kepemimpinan seseorang itu akan berfikir dua kali untuk melakukan tindakan-tindakan
yang negatif.

Artinya kepemimpinan memiliki fungsi yang cukup penting bagi mahasiswa dalam era
disrupsi ini, karena dengan kepemimpan mahasiswa akan banyak menerima hal positif yang
dapat diambil guna menjalankan kehidupan sehari-hari dan tentunya dari hal-hal positif yang
didapat akan menghasilkan sesuatu yang juga bermanfaat untuk kedepannya atau bahkan bisa
saja bermanfaat untuk banyak orang dalam kehidupan bermasyarakat. Apalagi dalam
menghadapi era disrupsi ini seorang mahasiswa harus tegas dalam mengambil tindakan,
dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi tak jarang membuat mahasiswa ikut
terjerumus dalam hal yang negatif, karena kurangnya sikap tanggung jawab dalam diri
mahasiswa tersebut, tak jarang mahasiswa yang seharusnya menjadi contoh dalam
bermasyarakat malah menunjukan sikap buruknya didalam bermasyarakat. Oleh sebab itu
perlu adanya pemahaman dalam diri setiap mahasiswa salah satunya adalah dengan melalui
kepemimpinan dalam lingkup organisasi maupun masyarakat.
Referensi :

https://www.kompasiana.com/tinaalfy28/61b9f55d06310e5e981ddf74/sikap-dan-tantangan-
mahasiswa-dimasa-digitalisasi-era-disrupsi?page=3&page_images=1

https://www.google.com/search?q=manfaat+kepemimpinan+bagi+mahasiswa&oq=fungsi+
kepemimpinan+bagi+mahas&aqs=chrome.1.69i57j0i22i30l2.14359j0j4&sourceid=chrome
&ie=UTF-8

Anda mungkin juga menyukai