Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Politik Domestik Terhadap Ekonomi dan Bisnis

Pengertian Politik

Secara etimologis, politik berasal dari kata Yunani polis yang berarti kota atau negara kota.
Kemudian arti itu berkembang menjadi polites yang berarti warganegara, politeia yang berarti
semua yang berhubungan dengan negara, politika yang berarti pemerintahan negara dan politikos
yang berarti kewarganegaraan.

Aristoteles (384-322 SM) dapat dianggap sebagai orang pertama yang memperkenalkan kata
politik melalui pengamatannya tentang manusia yang ia sebut zoon politikon. Dengan istilah itu
ia ingin menjelaskan bahwa hakikat kehidupan sosial adalah politik dan interaksi antara dua
orang atau lebih sudah pasti akan melibatkan hubungan politik.

Harold D. Laswell dan A. Kaplan dalam buku Power Society: “Ilmu Politik mempelajari
pembentukan dan pembagian kekuasaan”, dan dalam buku Who gets What, When and How,
Laswell menegaskan bahwa “Politik adalah masalah siapa, mendapat apa, kapan dan
bagaimana.”

David Easton dalam buku The Political System: “Ilmu politik adalah studi mengenai
terbentuknya kebijakan umum.” Menurutnya “Kehidupan politik mencakup bermacam-macam
kegiatan yang memengaruhi kebijakan dari pihak yang berwenang yang diterima oleh suatu
masyarakat dan yang memengaruhi cara untuk melaksanakan kebijakan itu. Kita berpartisipasi
dalam kehidupan politik jika aktivitas kita ada hubungannya dengan pembuatan dan pelaksanaan
kebijakan untuk suatu masyarakat”.

Dari berbagai pengertian politik oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Politik
merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki (kekuasaan) dengan
tujuan tertentu yaitu mempengaruhi orang lain untuk rela melaksanakan suatu kebijakan tertentu.

Pengaruh Politik Internasional Terhadap Sistem Perekonomian Indonesia

Sistem perekonomian Indonesia adalah sintesa antara kapitalisme dan sosialisme. Terdapat
bagian penting kapitalisme dan sosialisme yang menjadi konstruksi utama dalam pembentukan
sistem ekonomi Indonesia. Sistem perekonomian Indonesia terbentuk karena hasil penyesuaian
pengaruh sosial kultural perekonomian dunia yaitu kapitalisme dan sosialisme. 

Sistem kapitalisme memiliki pengaruh dalam terbentuknya sistem perekonomian kita.


Sebagai contoh adalah perihal Hak kepemilikan. Hak memiliki sesuatu jelas adalah suatu yang
lazim di Indonesia. Di Indonesia setiap orang bebas memiliki perusahaan-perusahaan, bebas
memiliki villa pribadi, sedan pribadi dan banyak lagi hak milik pribadi yang diperbolehkan.
Bahkan kadang aset negarapun boleh menjadi hak milik pribadi. Hal ini juga dipertegas dalam
UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 yang pada intinya menyatakan bahwa hak untuk memiliki pekerjaan
ternyata juga termasuk hak kepemilikan yang merupakan substansi kapitalisme.

Selain kapitalisme, sestem perekonomian Indonesia juga dipegaruhi oleh sosialisme.


Terdapat beberapa bagian aliran sosialisme yang menjadi bagian sistem ekonomi kita. Tentunya
aliran sosialisme yang diadopsi hanya yang dianggap sesuai dan baik untuk Indonesia. Pengaruh
sosialisme terhadap sistem perekonomian Indonesia dapat kita lihat dalam UUD 1945 sebagai
berikut:

1. Pasal 33 ayat 1 yang berbunyi, “Perekonomian disusun atas usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan”. Disini secara jelas nampak bahwa Indonesia menjadikan asas
kekeluargaan sebagai fondasi dasar perekonomiannya.

2. Pasal 33 ayat 2 yang berbunyi, “Cabang-cabang produksi yang bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”.

3. Pasal 33 ayat 3 yang berbunyi, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan di pergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat,”

4. Kemudian dalam pasal 27 ayat dua yang berbunyi, “Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”

Bahwa dalam (4) empat Pasal ini secara tersirat nampak adanya kolektivitas (asas
kekeluargaan) dalam sebuah negara. Makna kekeluargaan pada Pasal 27 ayat (2) lebih jelas
dibandingkan Pasal 33 ayat (2) dan (3). Terdapat hubungan moral antara negara dengan
rakyatnya, yaitu nilai-nilai yang muncul karena rasa kekeluargaan. Hal ini dikuatkan dalam TAP
No. XIII/MPRS/1966, “Langkah-langkah pertama ke arah perbaikan ekonomi rakyat ialah
penilaian kembali daripada semua landasan-landasan kebijakan ekonomi, keuangan, dan
pembangunan, dengan maksud memperoleh keseimbangan yang tepat antara upaya yang
diusahakan dan tujuan yang hendak dicapai, yakni masyarakat sosialis Indonesia berdasarkan
Pancasila.”

Kesimpulannya bahwa sistem perekonomian Indonesia yaitu sistem ekonomi Pancasila yang
berazaskan kekeluargaan, juga dipengaruhi 2 (dua) hegemoni kekuatan politik luar negeri pada
masa itu, yaitu sistem ekonomi liberal/kapitalis yang diterapkan oleh negara-negara blok barat,
serta sistem ekonomi sosialis yang di terapkan oleh negara-negara blok timur. Sistem ekonomi
Pancasila memasukkan kedua unsur-unsur sistem perekonomian yang dianggap baik dan cocok
dengan sosiokultural rakyat Indonesia.

Pengaruh Politik Domestik 2024 Terhadap Ekonomi dan Bisnis

Pada masa sekarang tahun 2021 adalah masa persiapan pesta politik Pemilu Presiden 2024.
Berbagai kemungkinan negatif bisa terjadi karena semua partai politik akan bekerja keras untuk
meraih dukungan massa, gesekan-gesekan politik kemungkinan akan mudah terjadi. Tentunya
kondisi serupa dihadapi oleh para pebisnis, sulit sekali untuk secara akurat memprediksi kondisi
ekonomi.

Suhu politik Pemilu 2024 yang sudah mulai terasa, diharapkan dapat mendorong gairah
perekonomian. Dana-dana politik dan perputaran uang untuk tujuan politik dan kampanye
semakin lancar sehingga diharapkan terjadi pertumbuhan dana ekonomi pihak ketiga dan
pertumbuhan bisnis yang berkaitan dengan politik, sebagai contoh bisnis percetakan dan bisnis
sablon bendera dan sebagainya.

Proyeksi semua sektor ekonomi pada tahun ini pun selalu dikaitkan dengan variabel politik.
Hal ini disebabkan suhu politik di tahun 2021-2023 diprediksi akan meningkat karena persiapan
Pemilu 2024. Faktor politik pasti berdampak pada perekonomian, terutama pada investasi.
Situasi politik menjelang pemilu melahirkan iklim ketidakpastian bagi investor, terutama
investor asing. Adapun pengaruh politik menjelang pemilihan Presiden 2024 diyakini akan
memengaruhi uang beredar. Di satu sisi, aktivitas ekonomi akan menurun seiring dengan
keterlibatan pelaku ekonomi dalam pemilu.
Hubungan sektor bisnis dengan politik lebih mengacu pada konteks ekonomi yang
dipengaruhi oleh kebijakan politik, apabila kondisi politik tidak menentu atau mengalami
kekacauan (chaos) akan berdampak kepada perekonomian terutama menyangkut sektor industri.
Keseimbangan permintaan dan penawaran tidak seimbang dan distribusi barang akan terganggu.
Apabila ini berlanjut maka dikhawatirkan akan terjadi inflasi.

Kasus-Kasus: Kementerian Sebagai Mesin ATM Partai Politik.

Sulit berharap ada perubahan yang fundamental di era reformasi selama filosofi
pemerintahan berusaha menjaga keseimbangan membagi-bagi “kue kekuasaan” antara partai
politik (Parpol) dalam koalisi. Presiden telah tersandera oleh komposisi Parpol dalam koalisi, di
mana masing-masing Parpol menempatkan kadernya sebagai menteri.

Partai-partai berebut jabatan Menteri karena Menteri selain sebagai jabatan politik untuk
menaikkan citra Parpol dimata publik, ternyata juga bisa menjadi jabatan yang banyak
menghasilkan atau menghimpun dana untuk kepentingan Parpol. Soal kementerian menjadi
"mesin ATM" atau mesin penghasil uang bagi Parpol bukanlah hal yang baru. Praktik ini sudah
ada sejak Orde Baru yang hingga saat ini belum bisa dirubah.

Kementerian/Lembaga di Indonesia yang seharusnya diisi oleh kaum profesional tapi malah
dijabat oleh kader Parpol sehingga patut diduga akan menjadi mesin ATM atau pengumpul dana
bagi Parpol yang bersangkutan. Tarik ulur negosiasi politik adalah bagian dari usaha untuk
mendapatkan kedudukan di Kementerian basah tersebut. Kementerian tersebut dijadikan
pengumpul dana bagi Parpol karena terdapat masalah mendasar dalam UU Partai Politik No. 2
tahun 2011. UU tersebut tidak mengakomodasi transparansi keuangan Parpol sehingga Parpol
bisa sesuka mereka  mengambil dana dari sumber dana  yang tidak jelas.

Kementerian yang mempunyai porsi anggaran terbesar di APBN juga patut diduga akan
menjadi mesin ATM Parpol. Kementerian yang memperoleh porsi anggaran terbesar dalam
APBN selalu menjadi isu sentral karena kerap menjadi sapi perahan Parpol sejak dulu kala. Pos-
pos itu harus dipegang orang profesional murni agar tidak dimanfaatkan untuk kepentingan
Parpol tertentu.
Modus operandi para pejabat untuk menghimpun dana misalnya lewat “staf-staf khusus”
atau “sekretaris pribadi” yang lebih berfungsi sebagai perpanjangan tangan, calo atau makelar
proyek-proyek APBN di wilayah Kementeriannya. Mereka biasanya membuat PT (Perseroan
Terbatas) atau berkolaborasi dengan PT yang sudah ada untuk mengikuti tender proyek. Tender
proyek APBN selama ini diduga hanya bersifat formalitas belaka karena pihak pemenangnya
sudah ditentukan lebih dahulu, yaitu perusahaan yang menjadi titipan oknum pejabat atau oknum
makelar anggaran.

Saat ini Parpol masih menjadikan anggaran Kementerian sebagai sumber dana operasional
partai. Melalui pengaturan tender yang tidak transparan, sehingga dapat diatur sedemikian rupa
agar memenangkan perusahaan titipan oknum pejabat atau oknum makelar anggaran. Seperti
diberitakan, berbagai kasus korupsi yang mengemuka saat ini memiliki kecenderungan yang
sama yaitu adanya aliran dana ke oknum pejabat atau oknum makelar anggaran.

Baik dalam kasus wisma atlet SEA Games Kemenpora maupun proyek transmigrasi
Kemenakertrans. Untuk mendapatkan proyek, para tersangka mengaku memberikan suap tidak
hanya kepada pejabat Kementerian, tapi juga anggota Banggar DPR. Padahal jika ditelaah lebih
jauh, ini bukanlah uang suap tapi merupakan “fee”, karena yang menyuap patut diduga ialah
pihak terkait dari oknum pejabat bersangkutan. Kosa kata “suap” atau “percobaan suap” sengaja
dilemparkan ke publik untuk menutupi praktik korupsi oknum pejabat sehingga terkesan menjadi
pihak yang pasif. Sementara yang aktif adalah para penyuap sendiri, yang tak lain adalah orang-
orang terdekat dari pejabat yang bersangkutan.

Kementerian sering dijadikan mesin ATM atau penghasil uang bagi Parpol. Penyebabnya
antara lain kondisi ekonomi ketua umum partai politik sangat mempengaruhi peluang terjadinya
praktik korupsi dan kolusi dengan Banggar DPR. Partai di Indonesia saat ini masih sangat
tergantung pada kekuatan ekonomi ketua umumnya. Jika kondisi ekonomi ketua umum partainya
pas-pasan, maka anggota partainya yang akan menjadi korban. Terutama yang duduk di
eksekutif maupun di legislatif di setiap tingkatan. Karena ituah alasannya mengelola partai
menjadi tidak mudah dan murah.

Menteri dari Parpol memang tidak bisa ditiadakan karena Presiden harus menghadapi
realitas politik. Kalau Presiden tidak merekrut orang-orang partai, dukungan terhadap kabinet di
parlemen akan berkurang. Oleh sebab itu harus ada keseimbangan antara orang Parpol dan
profesional, karena tidak bisa juga kalau orang-orang Parpol diabaikan. Hanya saja yang kita
inginkan dari Parpol dalam menempatkan kader-kadernya di kabinet adalah mereka harus orang-
orang yang memiliki kapasitas dan integritas yang baik.

Penyelenggara negara harus lebih transparan dan akuntabel, misalnya dengan


mempublikasikan Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara secara online agar bisa diawasi oleh
masyarakat. Masyarakat sipil pun harus memiliki komitmen monitoring dan evaluasi bersama
secara reguler terhadap unsur legislasi, tata kelola negara dan pembangunan. Politik
transaksional di berbagai sektor yang menjadi akar korupsi. Pemerintah harus mengundang
partisipasi masyarakat sebagai pengawas.

Partai politik diharapkan untuk mendukung dan mengontrol secara penuh kader mereka
yang ada di kabinet. Rendahnya kinerja menteri dari Parpol tidak hanya akan membuat buruknya
performa pemerintah, tetapi juga menurunkan kredibilitas partai itu sendiri. Partai jangan justru
menjadikan kader mereka yang menjadi Pejabat sebagai sumber dana demi keuangan partai.

Jika hal ini tidak ada perubahan bahkan dikhawatirkan akan diwariskan ke pemerintahan
selanjutnya, Indonesia akan jadi bangsa lumpuh yang makin tertinggal bangsa lain. Pejabat
masih melakukan praktek kolusi dan korupsi, sementara rakyat tetap tak terdidik dan miskin.
Reformasi dan proses demokratisasi yang selama ini dibanggakan tidak akan berguna karena
tidak berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Kegagalan peningkatan kesejahteraan rakyat juga akan mengakibatkan makin merajalelanya


budaya materialisme, pragmatisme, hancurnya ikatan sosial, dan meningkatnya aksi kekerasan.
Radikalisme dan fanatisme atas nama agama, suku dan kedaerahan juga akan menguat yang akan
membuat bangsa ini menjadi semakin terpuruk.

Daftar Pustaka

1. S.I.H. 2008. Pengertian Politik. Diambil dari: ruhcitra.wordpress.com. Diakses pada 27


Februari 2018.

2. Utomo, Prasetyo. 2010. Pengaruh Faktor Politik Terhadap Bisnis. Diambil dari: prasetyo-
utomo.blogspot.co.id. Diakses pada 27 Februari 2018.
3. Abidin, Fadil.2011. Kementerian Menjadi “Mesin ATM” Parpol?. Diambil dari:
fadilabidin75.blogspot.co.id. Diakses pada 27 Februari 2018.

Anda mungkin juga menyukai